Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indone

PAPER PENGANTAR EKONOMI
KERJASAMA EKONOMI DAN PERDAGANGAN
INDONESIA DAN THAILAND

KELOMPOK

: 11

NAMA ANGGOTA

: 1. ASY-SYIFA HANUM FARIDA

KELAS

(13.7523)

2. EMY NURYANA DEWI

(13.7597)

3. SUKRILLA


(13.7881)

: 1L

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK
TAHUN AJARAN 2013/2014

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................
2
1.3 MANFAAT .............................................................................................................. 3
1.4 METODOLOGI ........................................................................................................
3
BAB 2 PEMBAHASAN
1.1 PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR-IMPOR INDONESIA DAN THAILAND ................... 5
1.2 ANALISIS TABEL DAN GRAFIK PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR INDONESIA DAN

THAILAND TAHUN 2000-2012 ................................................................................ 6
1.3 LIMA KOMODITI UTAMA IMPOR INDONESIA DARI THAILAND ............................. 7
1.4 ALASAN INDONESIA MENGIMPOR BERAS THAILAND ............................................ 9
1.5 KELEBIHAN BERAS THAILAND DIBANDING INDONESIA ........................................
11
1.6 DAMPAK IMPOR BERAS DARI THAILAND ............................................................. 11
BAB 3 PENUTUP
1.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 12
1.2 SARAN ................................................................................................................. 13
LAMPIRAN ................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Negara Inonesia dikenal sebagai negara agraris, dikenal pula sebagai negara yang
memiliki peran penting dalam bidang bahan pangan di dunia. Indonesia berada dalam urutan
ketiga sebagai produsen beras terbesar setelah India dan China. Kontribusi Indonesia
terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5% atau 51 juta ton. China dan India sebagai

produsen utama beras berkontribusi 54%. Vietnam dan Thailand yang secara tradisional
merupakan negara eksportir beras hanya berkontribusi 5,4% dan 3,9%.
Tetapi bila kita lihat dari segi pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat Indonesia
sendiri itupun belum cukup mencukupi 237.641.326 penduduk Indonesia. Menurut BPS,
produksi padi Indonesia pada tahun 2012 sebesar 69,05 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
Angka yang banyak bukan? Tapi sangat disayangkan, Indonesia sebagai produsen beras
terbesar ketiga pun ternyata juga sebagai pengimpor beras terbesar (14% dari beras yang
diperdagangkan di dunia).
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Tidak lain karena kebutuhan beras dalam negeri
lebih besar daripada produksi dalam negeri. Sebagai contoh pada tahun 2010, produksi beras
Thailand sebesar 20 juta ton dan kebutuhan masyarakatnya akan beras sebesar 10 juta ton.
Sedangkan produksi beras Indonesia sebesar 37,5 juta ton dan kebutuhannya sebesar 33,5 juta
ton. Bisa kita lihat perbedaan surplus Thailand (10 juta ton) dan Indonesia (4 juta ton). Dan
surplus 4 juta ton tersebut masih sangat kurang sebagai cadangan. Maka dari itu Indonesia
dengan terpaksa harus mengimpor beras dari India (11.992 ton), Thailand (11.530 ton),
Vietnam (6.925 ton), Pakistan (4.015 ton), dan Pakistan (1.000 ton) (berdasarkan data BPS
seperti dikutip detikFinance, Bulan Agustus 2013).
Maka dari itu, agar Indonesia bisa memenuhi surplus beras setiap tahunnya, maka
terciptalah kerja sama ekonomi dengan negara tetangga, salah satunya dengan Thailand.
Mengapa Thailand? Karena harga beras Thailand yang sangat murah. Harga beras di Thailand

pada 2010 sangat murah, US$ 0,45 per kilogram dan pada 2011 (Juni) turun menjadi US$

0,43 per kilogram. Juga dilihat dari kualitas beras Thailand yang lebih baik daripada
Indonesia.
Dari kerjasama ini ada keuntungan dan kerugiannya. Dari sisi positifnya, Indonesia
bisa memenuhi cadangan beras negara setiap tahunnya. Sehingga negara tidak sampai
merasakan kekurangan kebutuhan pangan yang pokok tersebut. Di samping itu, dari Thailand
juga mendapat keuntungan dari segi ekonomi, yaitu meningkatkan devisa negara. Kedua
negara tersebut diuntungkan bukan? Kerja sama ini bisa terus berkembang sampai sekarang,
bahkan Indonesia memperpanjang kerja sama bilateral dengan Thailand dalam kesempatan
Pertemuan Komisi Bersama (Joint Commission Meeting/JCM) kedelapan di Bangkok pada
November 2013 lalu.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Setiap yang memiliki dampak positif, juga memiliki dampak negatif bukan? Hal
inilah yang akan dibahas kali ini. Di antara beberapa dampak yang ada, akan dibuat rumusan
masalah yang akan dibahas.
1. Apa efek impor beras terhadap lapangan usaha dan lapangan pekerjaan di
Indonesia?
2. Walaupun produksi beras Indonesia termasuk tinggi, tapi mengapa masih belum

mencukupi kebutuhan masyarakat?
3. Produksi beras Indonesia yang lebih besar daripada Thailand, tetapi malah
Thailand yang mengekspor beras untuk Indonesia.
4. Apakah kebijakan pemerintah Indonesia mempengaruhi terjadinya kerjasama
antar kedua negara ini?
5. Apa perbedaan kualitas Indonesia dengan Thailand yang menyebabkan Indonesia
perlu mengimpor beras dari Thailand?

1.3 MANFAAT
Serta kita bisa melihat manfaat dari paper ini, yaitu:

1. Mengetahui adanya efek impor beras terhadap lapangan usaha dan lapangan
pekerjaan di Indonesia.
2. Mengetahui alasan mengapa Indonesia belum bisa mencukupi kebutuhan beras
nasional.
3. Mengetahui alasan mengapa Thailand bisa mengekspor beras padahal produksi
berasnya lebih rendah daripada produksi beras Indonesia.
4. Mengetahui ada tidaknya pengaruh kebijakan pemerintah Indonesia terhadap
terjadinya kerjasama Indonesia-Thailand.
5. Mengetahui perbedaan kualitas beras Indonesia dengan Thailand yang

menyebabkan mengapa Indonesia mengimpor bera dari negara tersebut.

1.4 METODOLOGI
Metodologi yang dipakai dalam paper ini, adalah:
1. Pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah pengumpulan data sekunder,
yakni data yang didapat berasal dari sumber yang sudah ada, dalam hal ini adalah data
yang sudah diolah oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Analisis data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data ialah statistik deskriptif, yakni
metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian data tetapi tidak menarik
kesimpulan apapun, dalam hal ini menganalisis data dari tabel dan grafik yang sudah
ada.

BAB 2

PEMBAHASAN

1.1 PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR-IMPOR INDONESIA DAN THAILAND
TABEL 1.1 NILAI EKSPOR-IMPOR INDONESIA DAN THAILAND TAHUN 2000 –

2012
TAHUN

EKSPOR (FOB US$)

IMPOR (CIF US$)

2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012


898.460.236
973.347.711
973.148.380
1.082.322.302
1.549.075.249
1.917.528.177
2.054.119.703
2.646.899.813
3.214.525.531
2.598.388.505
4.054.360.433
5.242.507.956
5.490.150.190

1.109.059.605
986.047.410
1.190.708.651
1.701.668.088
2.771.583.303

3.446.959.382
2.983.482.812
4.287.065.396
6.334.265.656
4.612.923.029
7.470.734.795
10.405.115.164
11.438.518.381

Badan Pusat Statistik

GRAFIK 1.1 PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR INDONESIA DAN THAILAND TAHUN 2000 - 2012
18,000,000,000
16,000,000,000
14,000,000,000

Nilai Ekspor-Impor

12,000,000,000
10,000,000,000

8,000,000,000
6,000,000,000
4,000,000,000
2,000,000,000
0

IMPOR (CIF US$)
EKSPOR (FOB US$)

Sumber:

1.2 ANALISIS

TABEL

DAN

GRAFIK

PERKEMBANGAN


EKSPOR-IMPOR

INDONESIA DAN THAILAND TAHUN 2000 – 2012
Berdasarkan tabel dan grafik pada halaman sebelumnya, bisa dilihat perkembangan
kegiatan ekspor-impor antara Indonesia dan Thailand cenderung naik walaupun pada
tahun tertentu terjadi penurunan. Terjadi penurunan yang cukup mencolok pada tahun
2006 dan 2009 pada ekspor Indonesia ke Thailand. Juga terjadi penurunan pada tahun
2009 pada impor Indonesia dari Thailand. Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal
ini.
Pada tahun 2009 terjadi krisis global yang melanda di seluruh negara. Karena krisis
inilah negara-negara yang sebelumnya merupakan buyer potensial dari produk ekspor
Indonesia, berpikir ulang dan sedapat mungkin melakukan proteksi untuk melakukan
impor. Pada akhirnya hal ini berdampak pada menurunnya ekspor dan impor Indonesia
pada tahun 2009. Tapi penurunan tersebut bisa pulih kembali.
Sedangkan pada tahun 2006, keadaan politik di Thailand tidak stabil, diakibatkan oleh
jatuhnya pemerintahan, yang saat itu dipimpin oleh Perdana Menteri Thaksin
Shinawatra. Terlebih jatuhnya karier politik Thaksin Shinawatra disebabkan kudeta dari
pemerintahan junta militer yang dipimpin oleh Surayud Chulanont. Oleh karena itu,
keadaan ekonomi di Thailand tidak stabil dan berimbas pada kegiatan perdagangan
internasioal, dalam hal ini merupakan kegiatan ekspor dan impor.
1.3 LIMA KOMODITI UTAMA IMPOR INDONESIA DARI THAILAND
Berdasarkan tabel 1.1 pada lampiran, selama tahun 2008 nilai impor dari thailand
adalah 6.334.263.656. Komoditi bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor menjadi
komoditi unggulan dari thailand dengan nilai 705.136.746. Komoditi terbesar berikutnya
yaitu komoditi kendaraan bermotor untung penumpang dengan nilai impor sebesar
668.579.531. Kemudian di peringkat ke-3 diduduki oleh komoditi kendaraan bermotor
untuk transportasi barang dengan nilai impor sebesar 326.467.752. Posisi selanjutnya
diduduki oleh komoditi gula, tetes dan madu dengn nilai impor sebesar 421.590.413. Dan
diurutan terakhir di duduki oleh komoditi sepeda motor, skuter, dan sepeda bermotor
lainnya/sepeda tidak bermotor dengan nilai impor sebesar 203.357.568.
Lalu pada tabel 1.2 pada lampiran, selama tahun 2009 nilai impor dari thailand adalah
4.612.923.029. di tahun 2009 terjadi perubahan peringkat yaitu Komoditi kendaraan

bermotor untuk penumpang menjadi komoditi unggulan dari thailand dengan nilai impor
sebesar 396.020.954. Sedangkan bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor turun
satu peringkat dengan nilai impor sebesar 315.659.187. Kemudian di peringkat ke-3 juga
mengalami perubahan yaitu diduduki oleh gula, tetes dan madu dengan nilai impor
sebesar 255.023.375. Posisi selanjutnya diduduki oleh komoditi mesin piston
pembakaran dalam dan bagian-bagiannya dengn nilai impor sebesar 243.295.619. Dan
diurutan terakhir di duduki oleh komoditi peralatan pemanas dan pendingin serta suku
cadangnya dengan nilai impor sebesar 182.461.314.
Kemudian pada tabel 1.3 pada lampiran, Selama tahun 2010, nilai impor dari thailand
adalah 7.470.734.795. Komoditi kendaraan bermotor untuk penumpang menjadi
komoditi unggulan dari thailand dengan nilai 889.378.162. Komoditi terbesar berikutnya
yaitu komoditi bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor dengan nilai impor sebesar
660.265.463. Kemudian di peringkat ke-3 diduduki oleh komoditi gula, tetes dan madu
dengan nilai impor sebesar 565.594.034. Posisi selanjutnya diduduki oleh komoditi
mesin piston pembakaran dalam dan bagian-bagiannya dengan nilai impor sebesar
379.810.836. Dan diurutan terakhir di duduki oleh komoditi kendaraan bermotor untuk
transportasi barang dengan nilai impor sebesar 306.756.861.
Pada tabel 1.4 pada lampiran, ada yang sedikit berbeda dari 5 komoditi utama impor
Indonesia dari Thailand. Selama tahun 2011, nilai impor dari thailand adalah
10.405.115.164. Komoditi kendaraan bermotor untuk penumpang menjadi komoditi
unggulan dari thailand dengan nilai 993.358.311. Komoditi terbesar berikutnya yaitu
komoditi gula, tetes dan madu dengan nilai impor sebesar 822.273.760. Kemudian di
peringkat ke-3 diduduki oleh komoditi bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor
dengan nilai impor sebesar 788.260.371. Posisi selanjutnya diduduki oleh komoditi beras
dengan nilai impor sebesar 379.810.836. Dan diurutan terakhir di duduki oleh komoditi
mesin bangunan dan konstruksi tds dengan nilai impor sebesar 483.128.385.
Bila kita amati, beras bisa tiba-tiba masuk ke dalam komoditi utama impor Indonesia,
padahal tahun sebelumnya tidak pernah menduduki komoditi utama. Ternyata pada tahun
2011 terjadi gagal panen di hampir seluruh wilayah Indonesia. Gagal panen tersebut
adalah gabungan dari hasil dari swadaya masyarakat dan program pemerintah. Gagal
panen tersebut terjadi karena musim kemarau yang panjang dan hama wereng yang
memang termasuk yang parah. Hama wereng ini terjadi karena para petani yang secara
terus-menerus menanam padi tanpa jeda, akibatnya populasi wereng semakin besar.
Langkah yang diambil pemerintah dalam gagal panen adalah alokasi dana bantuan
untuk para petani dari Kementrian Pertanian sebesar Rp 3,7 juta, biaya lahan sebesar Rp

2,6 juta dan sebesar Rp 1,1 juta untuk pengadaan pupuk. Tapi sayangnya ada di beberapa
daerah yang sampai akhir tahun 2011 yang dananya masih belum cair, jadi diperkirakan
hal inilah yang menyebabkan negara harus mengimpor beras karena para petani belum
bisa mengembalikan kondisi lahan, dalam hal ini para petani belum bisa kembali
menanam padi untuk memenuhi kebutuhan beras lokal.
Yang terakhir tabel 1.5 pada lampiran, Selama tahun 2012, nilai impor dari thailand
adalah 11.438.518.381. Komoditi kendaraan bermotor untuk penumpang menjadi
komoditi unggulan dari thailand dengan nilai 1.516.760.682. Komoditi terbesar
berikutnya yaitu komoditi bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor dengan nilai
impor sebesar 1.023.161.366. Kemudian di peringkat ke-3 diduduki oleh komoditi gula,
tetes dan madu dengan nilai impor sebesar 922.359.463. Posisi selanjutnya diduduki oleh
komoditi mesin piston pembakaran dalam dan bagian-bagiannya dengan nilai impor
sebesar 538.833.226. Dan diurutan terakhir di duduki oleh komoditi kendaraan bermotor
untuk transportasi barang dengan nilai impor sebesar 512.706.469.
Pada tahun ini beras tidak menjadi komoditi utama impor lagi. Padahal pada tahun
2012, gagal panen masih melanda negeri ini. Tetapi pemerintah sekarang lebih sigap
dalam menangani hal ini. Dana yang tahun lalu masih ada yang belum dicairkan, sudah
bisa dialokasikan ke seluruh wilayah yang sawahnya gagal panen. Jadi para petani bisa
dengan segera mengembalikan kondisi lahan persawahan.
1.4 ALASAN INDONESIA MENGIMPOR BERAS THAILAND
1. Penduduk Indonesia merupakan pemakan beras terbesar di dunia dengan konsumsi
154 kg per orang per tahun. Bandingkan dengan rerata konsumsi di China yang
hanya 90 kg, India 74 kg, Thailand 100 kg, dan Philipine 100 kg. Hal ini
mengakibatkan kebutuhan beras Indonesia menjadi tidak terpenuhi jika hanya
mengandalkan produksi dalam negeri dan harus mengimpornya dari negara lain.
2. Pergeseran musim hujan dan musim kemarau menyebabkan petani kesulitan dalam
menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam, benih beserta pupuk
yang digunakan, dan sistem pertanaman yang digunakan. Sehingga penyediaan
benih dan pupuk yang semula terjadwal, permintaanya menjadi tidak menentu yang
dapat menyebabkan kelangkaan karena keterlambatan pasokan benih dan pupuk.
Akhirnya hasil produksi padi pada waktu itu menurun.
3. Penyebab impor bahan pangan selanjutnya adalah luas lahan pertanian yang
semakin sempit. Terdapat kecenderungan bahwa konversi lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian mengalami percepatan. Dari tahun 1981 sampai tahun 1999

terjadi konversi lahan sawah di Jawa seluas 1 Juta Hektar (ha) dan 0,62 juta ha di
luar Jawa. Walaupun dalam periode waktu yang sama dilakukan percetakan sawah
seluas 0,52 juta ha di Jawa dan sekitar 2,7 juta ha di luar pulau Jawa, namun
kenyataannya percetakan lahan sawah tanpa diikuti dengan pengontrolan konversi,
tidak mampu membendung peningkatan ketergantungan Indonesia terhadap beras
impor.
4. Faktor-faktor di atas yang mendorong dilakukannya impor masih diperparah
dengan berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang semakin menambah
ketergantungan kita akan produksi pangan luar negeri. Seperti kebijakan tarif
impor yang rendah dan praktek privatisasi, liberalisasi dan deregulasi. Deregulasi,
beberapa kebijakan sangat dipermudah untuk perusahaan besar yang mengalahkan
pertanian rakyat. Dengan kemudahan regulasi ini, upaya privatisasi menuju
monopoli atau kartel di sektor pangan semakin terbuka. Hal ini semakin parah
dengan tidak diupayakannya secara serius pembangunan koperasi-koperasi dan
UKM dalam produksi, distribusi dan konsumsi di sektor pangan. Selain itu
dikuranginya subsidi pupuk juga menyebabkan tingginya biaya produksi yang
berimbas pada harga beras lokal yang sangat mahal.

1.5 KELEBIHAN BERAS THAILAND DIBANDING INDONESIA
1. Tidak mudah patah, dengan kadar patahan maksimum 5 persen.
2. Warnanya putih bersih.
3. Butirannya besar.
4. Butirannya lembut dan wangi.
5. Harganya murah.
6. Kualitasnya merupakan kualitas ekspor.
Selain Thailand ada negara Vietnam yang mempunyai kualitas berasnya
hampir sama dengan Thailand.negara Thailand dan Vietnam memang terkenal
penghasil beras terbesar di asia karena sistim pertanian mereka yang intensif dan
terawat berbeda dengan indonesia yang sistim irigasi dan pendistribusian pupuk
saja sangat susah didapatkan dan tidak lancar.
1.6

DAMPAK IMPOR BERAS DARI THAILAND
Impor beras Indonesia memberikan beberapa dampak bagi Indonesia. Baik
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif Indonesia mengimpor
beras adalah terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat. Sedangkan dampak
negatif Indonesia mengimpor beras adalah terjadi persaingan harga beras lokal

dan beras impor yang dapat merugikan petani Indonesia. Selain itu, dengan
meningkatnya impor beras ini membuat bangsa terutama pemerintah terlena, lupa
bahwa negara ini awalnya adalah negara swasembada beras, bahkan pernah
menjadi negara pengekspor beras.

BAB 3
PENUTUP
1.1

KESIMPULAN
Kerjasama antara Indonesia dan Thailand yang berlangsung sejak tahun 1950 mencakup

berbagai bidang. Salah satunya di bidang ekonomi adalah ekspor dan impor. Adapun
perkembangan impor Indonesia dari Thailand di dominasi oleh berbagai komoditi. Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa komoditi yang selalu masuk dalam lima besar
komoditi utama impor dari tahun 2008 hingga 2012 adalah bagian dan perlengkapan
kendaraan bermotor, kendaraan bermotor untuk penumpang serta gula, tetes dan madu. Akan
tetapi, pada tahun 2011 beras menjadi salah satu komoditi utama impor Indonesia dari
Thailand. Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan, sebab Indonesia merupakan salah
negara penghasil beras terbesar di dunia. Adapun alasan Indonesia mengimpor beras dari
Thailand adalah:
1. Banyaknya penduduk Indonesia tidak sebanding dengan hasil produksi beras dalam
negeri.
2. Pergeseran musim hujan dan kemarau menyebabkan petani sulit menentukan waktu
yang tepat untuk mengawali masa tanam.
3. Luas lahan pertanian yang semakin sempit.
4. Teknologi yang dimiliki petani Indonesia jauh tertinggal.
5. Harga beras lokal yang mahal akibat dari tingginya biaya produksi dan distribusi.
6. Kebijakan pemerintah yang memudahkan untuk mengimpor beras.
Adapun kebijakan pemerintah yang menyebabkan mengimpor beras antara lain:

a. Rendahnya tarif impor
b. Penghapusan subsidi pupuk
Dimana dua kebijakan di atas membuat harga beras impor lebih murah daripada harga
beras lokal.
Indonesia tidak hanya mengimpor beras dari Thailand saja, akan tetapi dari beberapa
negara di Asia lainnya. Antara lain Vietnam, India, dan Pakistan. Akan tetapi, beras dari
Thailand memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan yang lain, yakni:
1. Tidak mudah patah
2. Butirannya putih bersih
3. Butirannya besar
4. Butirannya lembut dan wangi
5. Harganya jauh lebih murah
6. Kualitas berasnya adalah kualitas ekspor
Kerjasama dalam hal impor beras ini menimbulkan beberapa dampak bagi Indonesia.
Baik positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah kebutuhan beras dalam negeri dapat
terpenuhi. Sedangkan dampak negatifnya adalah menimbulkan persaingan harga beras lokal
dan impor serta merugikan petani Indonesia yang telah memberikan banyak kontribusi pada
hasil pangan Indonesia.
1.2

SARAN
Adanya kerjasama ekonomi antar dua negara memang mendatangkan keuntungan, antara

lain:
1. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Pendapatan negara akan bertambah karena adanya devisa.
3. Meningkatkan perekonomian rakyat.
4. Mendorong berkembangnya kegiatan industri.
Akan tetapi, dalam kaitannya dengan impor beras, Indonesia sebagai salah satu produsen
terbesar beras dunia seharusnya bisa memenuhi kebutuhan beras dalam negerinya dan tidak
tergantung pada impor. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberlakukan pembatasan impor.
2. Memajukan teknologi di sektor pertanian.

3. Memberikan subsidi pupuk.
4. Mengurangi biaya distribusi.
5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas beras lokal.
6. Pemerintah bisa memaksimalkan penyerapan beras lokal untuk ketahanan pangan
nasional.
Upaya-upaya di atas adalah dalam rangka memaksimalkan produksi beras dalam
negeri dan mengurangi anggaran impor. Sebab, rata-rata per tahun Indonesia
mengeluarkan Rp 110 trilyun untuk impor pangan, sementara nilai pembiayaan pertanian
dalam APBN hanya Rp 38,2 trilyun. Jika biaya yang dikeluarkan untuk impor bisa
dialihkan untuk membangun pertanian dalam negeri, perbaikan irigasi dan infrastruktur
pertanian lainnya, menjaga stabilitas harga baik di tingkat produsen maupun konsumen
tentu pertanian dalam negeri akan lebih berkembang.

LAMPIRAN
I. PERKEMBANGAN KOMODITI IMPOR INDONESIA DARI THAILAND TAHUN
2008-2012
TABEL 1.1 LIMA KOMODITI UTAMA IMPOR INDONESIA DARI THAILAND
TAHUN 2008

Country

of

origin

SITC

commodity

description
Parts and accessories of the
motor vehicles
Passengger motor cars
Motor

Thailand

vehicle

for

Cif value (US$)

705 136 746
668 579 531

the

transportation of goods
Sugar, molasses, and honey

326 467 752
321 590 413

Motorcycles, scooters, and
other cycles motorized/non

203 357 568

motorized
TABEL 1.2 LIMA KOMODITI UTAMA IMPOR INDONESIA DARI THAILAND
TAHUN 2009
Country of origin

SITC

commodity

description
Passengger

motor

cars
Parts and accessories
of the motor vehicles
Sugar, molasses, and
Thailand

honey
Internal

Cif value (US$)

396 020 954

315 659 187

255 023 375

combustion

piston engines and

243 295 619

parts
Heating and cooling
equipments and parts

182 461 314

TABEL 1.3 LIMA KOMODITI UTAMA IMPOR INDONESIA DARI THAILAND
TAHUN 2010

Country of origin

SITC

commodity

description
Passengger

motor

cars
Parts and accessories
of the motor vehicles
Sugar, molasses, and
Thailand

honey
Internal

Cif value (US$)

889 378 162

660 265 463

565 594 034

combustion

piston engines and

379 810 836

parts
Motor vehicle for the
transportation

of

306 756 861

goods

TABEL 1.4 LIMA KOMODITI UTAMA IMPOR INDONESIA DARI THAILAND
TAHUN 2011

Country of origin
Thailand

SITC commodity
description
Passengger

motor

cars
Sugar,

molasses,

and honey
Parts

and

accessories of the

Cif value (US$)

993 358 311

822 273 760
788 260 371

motor vehicles
Rice

533 001 871

Civil

engineering

and

contractor

plants

and

483 128 385

equipments

TABEL 1.5 LIMA KOMODITI UTAMA IMPOR INDONESIA DARI THAILAND
TAHUN 2012
Country of origin

SITC commodity
description
Passengger

motor

cars
Parts

Cif value (US$)

1 516 760 682

and

accessories of the

1 023 161 366

motor vehicles
Sugar,
Thailand

molasses,

and honey

922 359 463

Internal
combustion piston

538 833 226

engines and parts
Motor vehicle for
the

transportation

of goods

512 706 469

DAFTAR PUSTAKA
2008-2012.Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor.Jakarta: Badan Pusat
Statistik
2008-2012. Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor. Jakarta: Badan Pusat Statistik
http://www.analisadaily.com
http://ekonomi.kompasiana.com
http://id.answers.yahoo.com
http://rifaunk.blogspot.com
http://regional.kompasiana.com
http://ameliaanuny2011.blogspot.com
http://kompas.com
http://www.antaranews.com
http://www.beritanda.com
http://www.beritasatu.com