Kekuasaan dan Kewenangan dalam Pandangan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal menjadi pemimpin
bagi dirinya sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berkelompok,
kepemimpinan pun selalu ada. Dari sekelompok individu dipilih salah satu yang
mempunyai kelebihan di antara individu yang lain, dari hasil kesepakatan bersama, maka
munculah seorang yang memimpin dan di sebut sebagai pemimpin. Kepemimpinan
adalah perilaku seseorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok
menuju suatu tujuan bersama (hemphill dan Coons, 1957:7).
Seorang pemimpin dalam suatu kelompok memegang peranan penting dalam
menentukan

keberhasilan

atau

kegagalan

kelompok


yang

dipimpinnya

dan

kepemimpinannya tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan. Karena tanpa kekuasaan
maka pemimpin tidak memiliki kekuatan yang penuh untuk dapat mengatur setiap
anggota pengikutnya. Perilaku seorang pemimpin dalam memimpin organisasi dapat
dilihat dari bagaimana dia menggunakan kekuasaan terhadap bawahannya sehingga
mampu mengikuti kehendak pemimipinnya. Selain itu, pemimpin juga mempunyai
wewenangan untuk memerintah anggotanya. Wewenang merupakan hak jabatan yang
sah untuk memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya.
Dengan wewenang, seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku
perorangan dan kelompok.
Kepala sekolah dalam kepemimpinannya tentu memiliki kekuasaan dan
kewenangan yang jelas. Kekuasaan dan kewenangan itu harus dimanfaatkan dengan
benar sehingga pencapaian tujuan sekolah dapat dirasakan secara optimal. Dalam
menerapkannya, kemampuan mempengaruhi sebagai kunci dari kemimpinan diperlukan
untuk penyampaian gagasan, penerimaan kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi

orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan. Permasalahannya
saat ini, banyak pemimpin khususnya kepala sekolah yang tidak bisa memanfaatkan
peranannya sebagai seorang pemimpin yang memilki kekuasaan dan kewenangan secara
optimal untuk pencapaian tujuan sekolah. Karena itu dalam makalah ini kami akan
mengkaji konsep kekuasaan dan kewenangan dalam persepsi administrasi pendidikan
khususnya peran kemimpinan kepala sekolah untuk memajukan pendidikan.

Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan

BAB II
KAJIAN TEORI

A. KONSEP KEKUASAAAN DAN KEWENANGAN
1. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir
dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992
dalam situs Wikipedia.com). Kekuasaan seringkali di pengaruhi oleh politik, karena
pada realitanya kekuasaan itu akan mendominasi dari pihak satu ke pihak lainnya
yang lebih berkuasa. Dengan demikian kekuasaan juga dapat diartikan kemampuan
untuk mengendalikan tingkahlaku orang lain, baik secara langsung maupun tidak

untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh orang yang bersangkutan (penguasa).
Adapun bentuk-bentuk kekuasaan menurut French dan Raven (1968) yaitu:
a) Coercive Power (Paksaan)
Mempunyai kemampuan untuk memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak
mengikuti arahan-arahan yang tidak mengikuti pemimpinnya.Dari sisi orangnya
ia mempunyai penguasa, kemampuan untuk menghukum atau memperlakukan
seseorang yang tidak melakukan perintahnya.
b) Insentif power (imbalan)
Pematuhan yang dicapai berdasarkan kemampuan untuk membagikan imbalan
yang dipandang oleh orang lain sebagai berharga. Imbalan adalah sesuatu yang
meningkatkan frekuensi kegiatan seorang pegawai. Sesuatu dinamakan imbalan
atau bukan, tergantung pada keseluruhan pengaruh terhadap perilaku pegawai.
Jika kinerja seorang pegawai diikuti oleh sesuatu dan kinerja lebih sering terjadi
di saat kemudian setelah sesuatu, maka sesuatu tersebut disebut imbalan.
c) Legitimate power (sah / resmi)
Kekuasaan yang diturunkan seseorang karena wewenang, biasanya mencakup
kekuasaan paksaan. Upaya untuk membedakan antara cara-cara yang dapat
dibenarkan dengan yang tidak dapat dibenarkan. Tidak ada campur tangan orang
lain dan memberikan oleh seseorang.
d) Expert (pakar atau keahlian)

Kekuasaan berdasarkan pada keahlian khusus. Seseorang yang secara luas diakui
sebagai dapat diandalkan sumber teknik atau keahlian yang fakultas untuk
menilai atau memutuskan dengan tepat, adil, atau bijaksana adalah diberikan
Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan

kewenangan dan status oleh rekan-rekan atau publik baik yang spesifik dibedakan domain. Ahli, lebih umum, adalah orang yang luas pengetahuan atau
kemampuan berdasarkan penelitian, pengalaman, atau pekerjaan dan dalam
bidang studi tertentu.
e) Referent power (kekuasaan rujukan)
Pengaruh yang didasarkan pada pemilikan sumber daya atau ciri pribadi yang di
inginkan oleh sseorang. Referent Power (kekuasaan rujukan) adalah kekuasaan
yang timbul karena karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian
yang menarik.
2. Pengertian Kewenangan
Otorita adalah hak yang dimiliki pimpinan atau pejabat tertentu untuk
mengambil keputusan, melakukan tindakan atau meninggalkan suatu tindakan
(Hikmat, 2009: 265). Sedangkan menurut Newman dalam Fattah (2006: 75)
wewenang merupakan hak kelembagaan menggunakan kekuasaan dan wewenang
dibedakan menjadi:
a) Wewenang hukum, yaitu wewenang yang dimiliki seseorang untuk menegakkan

hukum, mewakili dan bertindak atas nama organisasi,
b) Wewenang teknis, yaitu seseorang dianggap pakar pada suatu hal,
c) Wewenang berkuasa, yaitu sumber utama yang berhak melakukan tindakan,
d) Wewenang operasional, yaitu seseorang diperbolehkan melakukan tindakan
tertentu.
Menurut Max Weber, ada tiga tipe dasar kewenangan/otoritas resmi yaitu:
a) Otoritas legal, rasional
Otoritas ini menyangkut keyakinan akan legalitas pola aturan baku dan hak
mereka yang tinggi untuk kewenangan sesuai aturan pemerintah. Otoritas
dipegang oleh perintah impersonal secara hukum dan meluas ke orang dengan
berdasarkan kantor mereka pegang. Kekuatan pejabat pemerintah ditentukan oleh
kantor-kantor yang mereka ditunjuk atau dipilih karena kualifikasi masingmasing. Selama individu memegang kantor-kantor mereka memiliki sejumlah
kekuasaan tapi begitu mereka meninggalkan kantor rasional-hukum otoritas
mereka hilang.
b) Otoritas tradisional
Legitimasi dan kekuatan untuk kontrol diturunkan dari masa lalu dan kekuatan ini
dapat dilaksanakan dengan cara yang cukup diktator. Hal ini bisa agama suci atau
Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan

spiritual yang


pelan-pelan berubah budaya atau suku keluarga atau struktur

marga jenis.
c) Otoritas kharismatik
Otoritas karismatik ada ketika kontrol orang lain didasarkan pada karakteristik
pribadi seseorang seperti keahlian etis heroik atau agama yang luar biasa.
Pemimpin karismatik dipatuhi karena orang merasa ikatan emosional yang kuat
kepada mereka (diunduh dari http://minyakoles.wordpress.com/2012/07/21/maxweber-tipologi-bentuk-otoritas-tradisional-rasional-legal-dan-karismatik/).

B. KONSEP KEKUASAAN DAN KEWENANGAN DALAM ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
1. DEFINISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Menurut Djam’an Satori (Uhar Suharsaputra, 2010:12) menyatakan bahwa
”administrasi pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses kerja sama
dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.
Sedangkan menurut Dadang Suhardan ( 2010 : 30 ) menyatakan bahwa “Administrasi
pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari usaha kerja sama dengan
melibatkan segenap sumber daya yang ada untuk mengembangkan potensi peserta

didik dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien”. Berdasarkan
pengertian tersebut terdapat beberapa prinsip yang nampaknya menjadi benang merah
tentang pengertian administrasi/manajemen yakni :
1. Manajemen merupakan suatu kegiatan
2. Manajemen menggunakan atau memanfaatkan pihak-pihak lain
3. Kegiatan manajemen diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Lingkup administrasi pendidikan mengagambarkan sudut pandang terhadap
administrasi pendidikan. Secara umum sudut pandang tersebut dapat dikelompokan
menjadi tiga yaitu:
1. Sudut pandang proses
Sudut pandang proses merupakan cara pandang atau pendekatan terhadap
administrasi pendidikan dengan melihat pada bagian proses manajemen dijalankan
dan hal ini terkait dengan fungsi-fungsi manajemen/administrasi secara umum
2. Sudut pandang esensi
Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan

Sudut pandang esens berkaitan dengan bidang-bidang yang menjadi perhatian
dalam manajemen seperti kepemimpinan, kinerja pegawai, penjaminan kualitas,
iklim, dan budaya organisasi.
3. Sudut pandang substansi kerja

Sudut pandang substansi kerja berkaitan dengan bidang-bidang yang berhubungan
langsung dengan dunia pendidikan seperti organisasi sekolah, faslitas pendidikan,
kinerja guru, dan proses pembelajaran.

2. KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan seseorang berperan sebagai penggerak dalam proses kerja
sama antarmanusia dalam organisasi termasuk sekolah. Kepemimpinan dapat
menjadikan suatu organisasi dapat bergerak secara terarah dalam dalam upaya
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan seorang pemimpin dibuktikan
pertama dari bagaimana dia mampumeyakinkan orang-orang yang dipimpinya untuk
memahami

visi

dan

misi

organisasiuntuk


kemudian

mau

bersama-sama

mengupayakan tujuan organisasi tersebut.
Menurut Robbins, (2003: 40) dalam Uhar Suharsaputra menyatakan bahwa
“kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah
tercapainya tujuan”.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak
sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk
mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para
pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi
juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga
terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan
bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik.
Kepemimpinan dalam aplikasi kekuasaan bersifat multidimensional sesuai
dengan penggunaannya. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola dan
mengendalikan warga sekolah harus berlandasarkan tujuan, visi, misi yang akan

dicapai sekolah. Konsep kepemimpinan dan kekuasaaan yang dikaitkan dengan
kepemimpinan kepala sekolah haruslah membawa dampak positif, dimana pemimpin
harus mampu membangun, memajukan sekolah menjadi sekolah yang bermutu.
Seorang pemimpin haruslah menggunakan kekuasaannya sesuai dengan hak yang
melekat dalam kepemimpinannya. Untuk menciptakan kepemimpinan yang efektif
Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan

kepala sekolah harus memiliki gaya kepemimpinan. Tetapi, bagaimana penerapan
gaya tersebut haruslah dilihat dari beberapa faktor dan bersifat situasional.
Kepemimpinan dan aplikasinya dalam kekuasaan kepala sekolah bisa kita
terapkan atau pelajari dari konsep kepemimpinannya KI Hajar Dewantara. Dimana
seorang pemimpin harus mampu berperan pada tempat dimana ia berada, pada saat di
depan, di tengah, maupun di belakang, atau dikenal dengan istilah Ing Ngarso Sung
Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.

Saat Pemimpin di Depan, Seorang pemimpin adalah panutan. Sebagai panutan,
orang lain yang ada disekitarnya akan manut(bahasa jawa, yang artinya mengikuti,
meniru). Disini bisa dilhat betapa besarnya tanggungjawab moral seorang pemimpin,
karena tindak-tanduknya, tingkah lakunya, cara berfikirnya, bahkan kebiasaannya
akan cenderung diikuti orang lain. Untuk itulah maka saat berada di depan, pemimpin

harus memberikan teladan, memberikan contoh. Ini disebutkan oleh Ki Hajar dengan
terminologi “ing ngarso sung tulodho”, saat di depan seorang pemimpin harus
memberi teladan.
Saat Pemimpin di Tengah, Seorang pemimpin yang berada di tengah-tengah
orang-orang yang dipimpinnya, harus mampu menggerakkan, memotivasi, dan
mengatur sumberdaya yang ada (empowering). Pada dasarnya setiap orang memiliki
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri (intrinsic motivation), sehingga ada
ataupun tidak adanya stimuli tetap saja akan termotivasi. Hanya saja, kadar motivasi
dari diri sendiri sering tidak stabil kehadirannya. Untuk itulah maka motivasi dari luar
dirinya (extrinsic motivation) tetap sangat diperlukan. Disinilah seorang pemimpin
dapat mengambil peran. Kehadirannya membuat orang tergerak untuk bertindak.
Itulah pemimpin sejati.
Saat Pemimpin di Belakang, Pemimpin sejati diperlukan kehadirannya
dibarisan belakang. Dari belakang seorang pemimpin dapat memberikan dorongan
untuk terus maju. Pemimpin yang berada di barisan belakang harus pandai-pandai
mengikuti barisan di depannya, agar konsisten gerakan dan arahnya , agar terjadi apa
yang disebut goal cogruency, suatu keadaan di mana tujuan individu yang berada
dalam suatu organisasi konsisten dengan tujuan organisasi. Tanpa goal congruency
arah gerakan organisasi menjadi berat karena banyaknya arah yang tidak sama dan
mungkin justru saling berlawanan. Seorang pemimpin sejati harus bisa ngemong
(bahasa jawa yang berarti melayani, mengasuh, take care of). Bagaimana seorang
penggembala itik berjalan diposisi paling belakang setelah barisan itik-itik yang
Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan

digembalanya sering digunakan sebagai ilustrasi untuk menggambarkan bagaimana
seorang pemimpin dapat mengarahkan orang dari belakang. Setiap orang memiliki
bakat sendiri-sendiri. Setiap orang juga memiliki kemampuan untuk bisa bergerak
maju mendapatkan apa yang mereka mau, dan juga apa yang diinginkan oleh
organisasi. Pemimpin sejati memberikan dorongan dari belakang, tetap mengarahkan
agar sesuai tujuan, dan mampu memastikan bahwa orang-orang di dalam organisasi
bekerja sesuai dengan arah dan strategi yang telah ditetapkan. Jadi, seorang pemimpin
sejati akan tut wuri handayani

3. PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN
Pidarta dalam Sudarmiani (2009: 56) menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki
peran dan tanggung jawab sebagai:
a) Manajer sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengadakan prediksi masa depan
sekolah, melakukan inovasi untuk kemajuan sekolah, menciptakan kebijakan untuk
mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut, menyusun perencanaan yang
baik, menemukan sumber dan fasilitas pendidikan, dan melakukan kontrol terhadap
pelaksanaan pendidikan.
b) Pemimpin sekolah. Kepala sekolah harus mampu menggerakkan orang lain agar
secara sadar dan sukarela melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan
apa yang diharapkan pimpinan dalam mencapai tujuan.
c) Administrator sekolah. Kepala sekolah harus mampu melakukan pengelolaan
pengajaran, pengelolaan kepegawaian, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan sarana
dan prasarana, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan hubungan sekolah dan
masyarakat.
d) Supervisor sekolah. Kepala sekolah harus mampu memberikan layanan kepada
guru-guru baik secara individual ataupun berkelompok untuk memperbaiki
pengajaran.
Pidarta dalam Malawi (2010: 71) mengemukakan tiga macam keterampilan
yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya
yaitu:
a) Keterampilan

konseptual

adalah

keterampilan

untuk

memahami

dan

mengoperasikan organisasi.
b) Keterampilan manusiawi adalah keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan
memimpin.
Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan

c) Keterampilan teknik adalah keterampilan dalam menggunakan pengetahuan
metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu
Selain itu kepala sekolah juga mengimplementasikan semboyan Ki Hajar
Dewantoro yaitu ing ngarsa sung tuladha yang artinya didepan memberi contoh yang
baik, ing madya mangun karsa yang artinya ditengah memberi semangat dan tut wuri
handayani yang artinya dibelakang menciptakan prakarsa atau ide-ide kreatif.

Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan

DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bandung.
Malawi, Ibadullah (dkk). 2010. Profesi Kependidikan. Madiun: IKIP PGRI Madiun.
Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
http://minyakoles.wordpress.com/2012/07/21/max-weber-tipologi-bentuk-otoritastradisional-rasional-legal-dan-karismatik/ diunduh tanggal 13 Oktober 2012 pukul 16.30
WIB.

http://dhesiasri.blogspot.com/2012/11/makalah-kepemimpinan-dalam-manajemen.html

[di

unduh pada tanggal 12 Nopember 2014]

Naja.

2013.

Kekuasaan

Dalam

Kepemimpinan.

[Online].

Tersedia

:

http://najaciesagitariuskadiri.wordpress.com/2013/04/17/kekuasaan-dalam-kepemimpinan/
(diakses pada 9 November 2014)
Suwandi. 2012. Kepemimpinan dan Kekuasaan : How To Manage The Power Effectively.
[Online]. Tersedia : http://suwandisuwee.blogspot.com/2012/07/pemimpin-dan-kekuasaanhow-to-manage.html (diakses pada 13 November 2014)

Kelompok Desi Lestari, Intan Fadilah, Malisa Feby, Dea Pasundan