Kedudukan dan Peranan Ombudsman RI Dalam

Kedudukan dan Peranan Ombudsman RI
Dalam Penegakan Hukum Di Indonesia

Di susun oleh :
SISKA ANGRAENI
02011181621033

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017/2018

Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME, karena saya telah
menyelesaikan karya tulis atau artikel ini yang membahas mengenai
kedudukan dan peranan ombudsman RI dalam penegak hukum di
Indonesia dengan tepat waktu.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan artikel ini.Meski demikian, penulis
menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun
isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran

positif dari pembaca.
Palembang,

oktober 2017

BAB I
A. Pendahuluan
Kemerdekaan sering dikaitkan dengan kebebasan masyarakat
yang diharapkan adanya perubahan mental dan kultur birokrasi
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan efektif
merupakan dambaan setiap warga negara di manapun. Hal
tersebut telah menjadi tuntutan masyarakat yang selama ini
hak-hak sipil mereka kurang memperoleh perhatian dan
pengakuan secara layak, sekalipun hidup di dalam negara
hukum Republik Indonesia. dua aspek yang tidak terpisahkan
dari upaya menciptakan pemerintahan demokratis yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, keadilan,
kepastian hukum dan kedamaian (good governance).1
Penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik hanya

dapat tercapai dengan peningkatan mutu aparatur
penyelenggara negara dan pemerintahan, juga penegakan asasasas pemerintahan umum yang baik.2
komponen demokrasi lainnya memiliki fungsi terbatas sebagai
lembaga yang tidak secara langsung berpengaruh terhadap
struktur birokrasi dan kekuasaan. Pada saat yang sama,
lembaga pemerintahan yang bertugas untuk melakukan
pengawasan internal juga tidak bekerja secara maksimal,
bahkan bertindak tidak lebih sebagai alat justifikasi dan
pelindung pejabat publik yang malah melakukan
penyimpangan bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat,keadilan,kepastian hukum dan kedamaian.
Menurut konsideran keputusan tersebut, latar belakang
pemikiran perlunya dibentuk lembaga Ombudsman Indonesia
adalah untuk lebih meningkatkan pemberian perlindungan
terhadap hak-hak anggota masyarakat dari pelaku
penyelenggara negara yang tidak sesuai dengan kewajiban
1 Sunaryati Hartono, dkk, Panduan Investigasi Untuk Ombudsman Indonesia, (Jakarta: Komisi Ombudsman
Nasional, 2003),
2 Penjelasan atas UU RI No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia


hukumnya, dengan memberikan kesempatan kepada anggota
masyarakat yang dirugikan untuk mengadu kepada suatu
lembaga yang independen yang dikenal dengan nama
Ombudsman.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian dari ombudsman ?
2. Kedudukan Ombudsman Republik Indonesia ?
3. Dasar Hukum Ombudsman Republik Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini ditujukan agar penulis dan
pembaca lebih mengetahui tentang lembaga ombudsman mulai
dari pengertian, kedudukan, dan dasar hukum dari lembaga
tersebut.

BAB II

1. Pengertian ombudsman
Awal mula ombudsman sebenarnya berasal dari Swedia yang
mempunyai beberapa definisi. Kata ombudsman bisa diartikan
dengan representative, agent, delegate, lawyer, guardian or any

other person who is authorized by others to act on their behalf
and serve their interest, yangberarti “perwakilan, agen, delegasi,
pengacara, pelindung atau orang-orang yang diminta oleh orang
lainnya untuk melakukan mewakili kepentingan mereka dan
melayani keuntungan mereka. Ombudsman adalah lembaga
negara yang mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
penyelenggaran negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh badan usaha milik negara (BUMN), badan
usaha milik daerah (BUMD) dan badan hukum milik negara
(BHMN) serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
untuk menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD). Penegertian lebih lanjutnya adalah
perkantoran yang menyajikan suatu konstitusi atau tindakan
untuk mengawasi dan memimpin dengan suatu independensi,
pejabat resmi dengan level tinggi yang mana mempunyai
tanggung jawab kepada badan legislasi, yang mana menerima
keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pejabat pemerintah,

pegawai negeri dan karyawan atau perbuatan yang berlawanan
dengan ketentuan, ombudsman mempunyai kekuasaan untuk
melakukan penyelidikan, menganjurkan aksi kebenaran dan
laporan pokok persoalan.
2. Kedudukan ombudsman di Indonesia
Dikaitkan dengan hukum pemerintahan, pengawasan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin sikap tindak pemerintahan/aparat administrasi
berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku. Jika dikaitkan

dengan hukum tata negara, pengawasan berarti suatu
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin terlaksananya
penyelenggaraan negara oleh lembaga-lembaga kenegaraan
sesuai dengan hukum yang berlaku.3
Pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan negara
di Indonesia sebelum terbentuknya Ombudsman, telah
dilakukan oleh lembaga pengawas baik yang bersifat
struktural maupun fungsional. Selain itu juga terdapat
organisasi non pemerintah ataupun Lembaga Swadaya
Masyarakat yang ikut serta turut beraktifitas melakukan

pengawasan atas pelaksanaan penyelenggaraan negara.
Berbagai lembaga negara, aparatur pengawas struktural,
pengawas fungsional serta organisasi non Pemerintah
tersebut memiliki beberapa catatan.
Apabila memperhatikan fungsi Ombudsman sebagaiman
tertuang di dalam UU RI No. 37 Tahun 2008 pasal 6 Tentang
Ombudsman Republik Indonesia, maka Ombudsman
sesungguhnya merupakan salah satu unsur pengawasan
dalam sistem pengawasan di Indonesia. Yakni bentuk
pengawasan lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak
memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan
instansi pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan
kekuasaan lainnya.4
Ombudsman bersifat independen karena Ombudsman bukan
bagian dari instansi/lembaga kenegaraan atau pemerintahan
manapun yang diawasinya. Sementara fungsi pengawasan
yang efektif selalu mempersyaratkan independensi. Tanpa
independensi antara pihak yang diawasi dengan yang diawasi
kemungkinan besar yang terjadi justru kolusi.

Selain itu, apabila dilihat dari sifat pengawasannya,
Ombudsman merupakan lembaga pengawasan yang bersifat
preventif. Yakni pengawasan yang ditujukan untuk mencegah
terjadinya terjadinya perbuatan atau sikap tindak pemerintah
yang melanggar hukum. Dalam hal ini, Antonius Sujata
(Ketua Ombudsman) berpendapat bahwa peran Ombudsman
3 Galang Asmara, Ombudsman Nasional dalam Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia, 125
4 Pasal 2 UU RI No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia

dalam upaya pemberantasan KKN berada pada gerbang awal
masuk terjadi KKN yaitu mengawasi tindakan
maladministrasi oleh aparat/pejabat negara.
3. Dasar hukum ombudsman RI
 Kepres No. 44 Tahun 2000 Tentang Komisi
Ombudsman Nasional
Kepres No.44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman
Nasional merupakan dasar hukum bagi operasionalisasi
Ombudsman di Indonesia. Pada Kepres ini banyak
pengaturan yang masih bersifat umum. Pada Kepres ini
kewenangan Ombudsman masih sangat terbatas sehingga

ruang geraknya pun sangat sempit. Apalagi Komisi ini, hanya
berada di Ibukota Jakarta padahal kewenangannya mencakup
seluruh wilayah di Indonesia.
Dari kepres No.44 Tahun 2000 ini komisi ombudsman
menyiapkansebuah konsep Rancangan Undang-Undang
Ombudsman Nasional.Pasal 2 menyatakan “Ombudsman
Nasional adalah lembaga pengawasan masyarakat yang
berasaskan pancasila dan bersifat mandiri, serta berwenang
melakukan klarifikasi, monitoring dan pemeriksaan atas
laporan masyarakat mengenai penyelenggaraan negara
khususnyapelaksanaan oleh aparatur pemerintah termasuk
lembaga peradilan terutama dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.5

 Pasal I UU RI No. 37 Tahun 2008
UU RI No. 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia merupakan dasar hukum yang paling kuat
daripada sebelumnya. Dalam pasal I disebutkan:
“Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara
yang mempunyai wewenang mengawasi penyelenggaraan

pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh
5 Pasal 2 Kepres No. 44 Tahun 2000 Tentang Komisi Ombudsman Nasional

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan
publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
Anggaran Pendapatan Dan Belanja daerah”

 Pasal 35 ayat UU RI No. 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik
Dalam UU RI No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
yang disahkan pada tanggal 18 Juli 2009, menyatakan bahwa
Ombudsman merupakan salah satu lembaga pengawas ekternal
selain pengawasan masyarakat dan pengawasan DPR/DPRD
yang berhak untuk melakukan pengawasan pelayanan publik.
Hal ini termuat dalam pasal 35 ayat 3 UU RI No. 25 Tahun
2009 6 “pengawasan eksternal penyelenggaraanpelayanan

publik dilakukan melalui”:
a. pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau
pengaduan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
b. pengawasan oleh ombudsman sesuai dengan peraturan
perundangundangan;
c. pengawasan oleh dewan perwakilan rakyat, dewan
perwakilan rakyat daerah propinsi, dewan perwakilan rakyat
daerah kabupaten/kota.
 Falsafah Ombudsman Republik Indonesia
Dalam menjalankan tugasnya Ombudsman Republik Indonesia selalu
mendasarkan dirinya pada prinsip-prinsip yang dianutnya sehingga
menjati jati diri yang melekat bagi setiap anggotanya.
Falsafah tersebut yaitu:7
o Saling menghargai
6 Pasal 35 ayat 3 UU RI No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
7 www.ombudsman.or.id

o Melayani setiap pribadi dengan prinsip-prinsip kesopanan
dan saling sebagai manusia sederajat.

o Keteladanan
o Menjadi teladan dan pelopor dalam prinsip keterbukaan,
kesederajatan, tidak memihak, serta pelopor dalam
pembaharuan dan selalu konsisten dalam keputusan.
o Kesetaraan
o Mempelopori adanya kesetaraan dan selalu membuka
akses bagi setiap orang tanpa memandang status ekonomi,
keluarga, bahasa, agama, kesukuan dan ras, termasuk juga
tidak memandang dari segi kondisi fisik, jenis kelamin,
umur ataupun status perkawinan.
o Pemberdayaan Masyarakat
o Mendorong dan membantu masyarakat yang menggunakan
sarana publik dalam mencari pemecahan bagi setiap
masalahnya.
o Pembelajaran yang Berkesinambungan
o Menjadi pelopor dan pendorong dalam hal pembelajaran
yang berkesinambungan bagi setiap staf, pemerintah dan
masyarakat.
o Kerjasama
o Selalu menggunakan prinsip-prinsip kerjasama, empati
dan niat baik dalam setiap tugas.

BAB III

Kesimpulan
Ombudsman merupakan suatu lembaga permasyarakatan yang
tersebar luas diberbagai daerah dan akan menampung saran atau
keluhan dari masyarakat atau dengan kata lain Ombudsman bertugas
menerima Laporan atas dugaan maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, melakukan pemeriksaan
subtansi atas Laporan, menindaklanjuti yang tercakup dalam ruang
lingkup kewenangan Om-budsman, dan melakukan tugas lain yang
di berikan oleh undang-undang. Pengaturan Ombudsman dalam
Undang-Undang tidak hanya mengandung konsekuensi
posisi politik kelembagaan, namun juga perluasan kewenangan dan
cakupan kerja ombudsman yang akan sampai di daerah-daerah.
Dalam undang-undang ini dimungkinkan mendirikan kantor
perwakilan Ombudsman di daerah Propinsi, Kabupaten/Kota. Dalam
hal penanganan laporan juga terdapat perubahan yang fundamental
karena Ombudsman diberi kewenangan besar dan memiliki subpoena
power (kekuatan memaksa), rekomendasi yang bersifat mengikat,
investigasi, serta sanksi pidana bagi yang mengahalang-halangi
Ombudsman dalam menangani laporan.
Wewenang Ombudsman adalah meminta keterangan secara lisan
dan/atau tertulis dari Pelapora, Terlapor, atau pihak lain yang terkait
mengenai Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman; dan
tugas lain sesuai perundang- undangan. Ombudsman juga
berwenang menyampaikan saran kepada Presiden, Kepala
Daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara lainnya guna
perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur
pelayanan publik; dan menyampaikan saran kepada dewan
Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap undang-undang dan
peraturan perundang-undangan lainnya diadakan perubahan dalam
rangka mencegah maladministrasi
Rekomendasi dari Ombudsman Republik Indonesia tidak
mempunyai kekuatan hukum (non legally binding), tetapi bersifat
morally binding. Rekomendasi yang bersifat morally binding

pada dasarnya mecoba menempatkan manusia pada martabat mulia
sehingga untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
seorang pejabat publik tidak harus diancam dengan sanksi hukum,
melainkan melalui kesadaran moral yang tumbuh dari lubuk hati
Sanksi merupakan inti dari penegakan hukum administrasi.
Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum administrasi.

Daftar pustaka

 www.landasanteori.com › Hukum Tata Negara
 repository.uin-suska.ac.id/8713/4/BAB%20III.pdf
 https://id.wikipedia.org/wiki/Ombudsman_Republik_Indonesia
 http://juniverganaplaw.blogspot.co.id/2014/01/kedudukan-danfungsi-ombudsman-sebagai.html
 www.ombudsman.or.id