T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Ideologi Goenawan Mohamad dalam Rubrik Catatan Pinggir Majalah Tempo: Analisis Wacana Kritis “Catatan Pinggir” Majalah Tempo Edisi AgustusOktober 2016 T1 BAB IV

BAB IV
GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO
DAN GOENAWAN MOHAMAD

1.

Goenawan Mohamad
Goenawan Mohamad atau GM lahir di Batang, pada tanggal 29 Juli 1941.

Saat masih duduk di bangku SMA dalam usia 17 tahun GM menulis esai tentang
sajak penyair wanita Amerika, Emily Dickinson, sekaligus menerjemahkannya.
Saat duduk dibangku kuliah GM aktif menulis tentang sastra dan juga sajak.
Harian KAMI adalah surat kabar yang didirikan oleh para aktivis 1966

sebagai corong untuk menyuarakan pendapat mereka. Pada tahun 1970 GM dan
rekan-rekannya meninggalkan Harian KAMI dan bergabung bersama Fikri Jufri
mendirikan majalah Ekspres. Asy’ari (2009: 46) mengatakan bahwa:
“Majalah Ekspres dapat dikatakan sebagai wujud impian
Goenawan Mohamad. Awalnya dia menginginkan terbitnya
majalah berita model Time dan newsweek di Amerika, atau


l‟Express di Prancis, Der Speigel di Jerman atau Elsevier di
Belanda. Dari impian itulah lahir majalah berita gaya baru

dengan nama Ekpress”.
Setelah enam bulan bekerja di Ekspres, GM dipecat dari majalah ini
karena komentar-komentarnya yang kritis terhadap perpecahan dalam tubuh
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Setelah dipecat dari Ekspres, GM dan
kawan-kawan praktis menganggur. Ahsan, (2010:36 ) lebih jauh menerangkan
bahwa:
“Menariknya GM ditunjuk sebagai dewan pimpinan PWI pada
tahun 1973 hingga 1978. Padahal sebelumnya GM dan beberapa
jurnalis lain kritis menentang peraturan Menteri Penerangan
(Menpen) yang mewajibkan semua wartawan menjadi anggota

28

PWI, karena PWI adalah satu-satunya organisasi wartawan yang

“direstui” pemerintah”.
Aktif dalam keanggotaan PWI, tidak menghambat tujuan dan keinginan

seorang GM dalam menggagas sebuah media berita yang berkualitas dan berani.
Setelah mendapat peminjaman modal, GM dan kawan-kawan akhirnya
mampu mendirikan sebuah media berita yaitu „Tempo’. Dari sinilah rubrik
Catatan Pinggir lahir tepat pada tahun 1977 dengan konten berisi esai yang khusus
disediakan untuk GM sebagai wadah dalam menyalurkan gagasan-gagasannya
dalam menyikapi berbagai isu dan peristiwa yang terjadi.
Kini GM merupakan seorang penyair, kritikus sastra dan tokoh pers yang
kerap menyuarakan kebebasan berpikir, demokrasi, humaniora, sosial, budaya,
pergulatan politik hingga peristiwa-peristiwa yang tengah berlangsung semua
dikemas dalam bentuk esai di rubrik catatan pinggir majalah Tempo.
Pemikiran GM selalu menjadi bahan refleksi bagi pembaca terkait
kebebasan berpikir, demokrasi, humaniora, sosial, budaya, hingga pemikirannya
dalam menyingkap isu-isu politik yang tengah berlangsung setiap waktu ke dalam
sebuah tulisan yang dikenal dengan rubrik Catatan Pinggir . Hal ini menjadi
sebuah perhatian untuk ditelaah lebih dalam tentang ideologi seorang GM dalam
menyikapi isu-isu tersebut serta perannya dalam membentuk kesadaran politik
khalayak.

2.


Sejarah Majalah Tempo
Tempo merupakan majalah berita mingguan pertama di Indonesia yang

menggunakan gaya penulisan jurnalisme baru dengan berita investigasi yang
dilakukan secara mandiri oleh media ini sendiri. Nama sebelumnya yaitu majalah
ekspres yang berdiri pada tahun 1969, kemudian untuk kali pertama majalah
Tempo terbit dengan edisi pertamanya pada 6 Maret 1971.
Gaya Jurnalisme yang ditampilkan TEMPO merupakan perpaduan unik
antara jurnalistik dan sastra (Asy’ari, 2009:46). Karena keunikan dan ciri khas
majalah inilah, maka masyarakat indonesia pada umumnya mudah mengingat
Tempo dan namanya memiliki ketertarikan tersendiri di hati pembaca.

29

Berikut Asy’ari (2009:47) menyebutkan alasan pemilihan nama majalah
Tempo:
“Pemilihan nama majalah Tempo adalah dengan alasan: Pertama,
nama

itu singkat, sederhana


dan mudah diucapkan oleh

kebanyakan orang Indonesia. Kedua, nama itu terdengar netral,
tidak mengejutkan atau merangsang. Ketiga, nama itu bukan
simbol suatu golongan. Adapun arti kata TEMPO adalah waktu,
merupakan suatu pengertian yang dengan segala variasinya lazim
digunakan oleh banyak penerbitan jurnalistik di seluruh dunia
Berdasarkan alasan pemilihan nama dan artinya tersebut, kini
Majalah Tempo menjadi majalah yang memiliki karakteristik dan

pengaruh yang kuat dikalangan pembaca khususnya di Indonesia”.
Awalnya Tempo merupakan majalah yang dikelola oleh orang-orang
mantan pengelola majalah ekspress dan majalah djaja. Karena terjadi konflik
internal di dalam ekspress, yaitu konflik dengan pemodal utama, menjadikan
pemimpin majalah terpecah (hal ini yang menyebabkan GM dan kawan-kawan
keluar dan membentuk Tempo). GM dan kawan-kawan mantan pengelola
Ekspress diperkenalkan dengan Ciputra, direktur utama Pembangunan Jaya.
Karena usaha Ciputra, kemudian dibentuk


Yayasan Jaya Raya yang akan

memberikan pinjaman modal bagi TEMPO (Asy’ari, 2009:47).
Tempo saat ini telah menjadi media pemberitaan yang dikenal dengan
gaya penulisan jurnalisme sastra yang ikut berkontribusi dalam perkembangan
bahasa indonesia khususnya bahasa jurnalistik. Karakter lain yang dapat
ditemukan dari media ini adalah bentuk pemberitaan investigasi terkait isu-isu
besar yang kemudian diangkat dimuka publik. Misalnya saja rekening gendut,
pencurian ikan di laut indonesia dan beberapa investigasi lainnya yang dilakukan
oleh majalah Tempo.

30

Asy’ari (2009: 48) lebih jauh menjelaskan bahwa:
“Edisi-edisi pertama terjual di atas 10.000 eksemplar. Pada tahun
1974 mengalami penurunan hingga 18.000 setelah tahun-tahun
sebelumnya terjual 20.000 eksemplar. Namun pada April 1983
oplag TEMPO mencapai 100.000 eksemplar sampai pada saat
peristiwa pembreidelan tahun 1994 oplag Tempo terjual hingga
400.000 eksemplar.

Dengan konten pemberitaannya yang lugas dan berani hal ini telah
melekat sebagai ciri khas media ini, serta memiliki pengaruh besar
dalam mengarahkan opini publik. Terbukti dengan banyaknya
jumlah

penjualan

tiap

edisi

juga

berbagai

perbincangan

masyarakat pembaca Tempo di media sosial seperti blog-blog dan
lain sebagainya.
Perjalanan Tempo hingga saat ini memiliki cerita tersendiri.

Pembreidelan yang terjadi pada 12 Juni 1994, menjadikan Tempo
menjadi media yang paling banyak dicari oleh pembaca, terbukti
pada saat itu eksemplar Tempo membludak hingga 400.000

eksemplar”.
Pada tahun 1994, Tempo dibreidel oleh pemerintah secara paksa. Pada
waktu bersamaan pemerintah juga mengeluarkan kebijakan pembatalan Surat Izin
Usaha Pers (SIUP) untuk surat kabar Editor dan detik.
“Pada tahun 2001, PT. Arsa Raya Perdanago Public menjual
sahamnya ke publik hingga terbentuklah PT. Tempo Inti Media Tbk
sebagai penerbit majalah Tempo yang baru. Pada tahun yang
sama, lahirlah Koran Tempo yang berkompetisi di media harian.
Tempo kini semakin melebarkan sayapnya dengan membentuk
produk-produk baru seperti majalah Tempo edisi bahasa Inggris,
Travelounge (2009) dan Tempo Interaktif, yang kemudian menjadi
tempo.co serta Tempo News Room (TNR). Tempo juga mencoba
menembus bisnis televisi dengan mendirikan Tempo TV, kerja

sama dengan kantor berita radio KBR68H”.1


31

Gaya lugas majalah Tempo yang berani dan dinilai netral ini, membuat
pemerintah era Soeharto harus mengambil sebuah kebijakan untuk menghentikan
langkah Tempo dalam perannya sebagai pengontrol opini publik saat itu.
Menurut pemimpin redaksi Tempo yang dipimpin oleh Goenawan
Mohamad saat itu, bahwa yang menjadi persoalan yaitu ketika pers dianggap
mempunyai daya pengaruh yang sangat besar. Fonemena ini mungkin membuat
pemerintah seperti disaingi (Prambadi, 1994:4).
Saat ini majalah Tempo memiliki pimpinan baru yaitu Arif Zulkifli
ditunjuk menggantikan Wahyu Muryadi sebagai pemimpin redaksi majalah berita
mingguan Tempo.

Sebelumnya,

Arif

menjabat

Redaktur


Eksekutif

Majalah Tempo.
Perjalanan panjang Tempo sejak berdirinya hingga saat ini telah menjadi
sebuah cerita tersendiri dan juga menggambarkan wajah pers di Indonesia.
Meskipun begitu majalah Tempo masih menjadi primadona di tengah-tengah
masyarakat dalam hal karakteristik dan konten isi pemberitaannya yang khas.

------------------------------------------1) https://id.wikipedia.org/wiki/Tempo_(majalah)

32

3. Visi dan Misi Majalah Tempo

VISI
Menjadi acuan dalam usaha meningkatkan kebebasan publik untuk
berpikir dan berpendapat serta membangun peradaban yang menghargai
kecerdasan dan perbedaan.
MISI

a. Menghasilkan produk multimedia yang independen dan bebas dari segala
tekanan dengan menampung dan menyalurkan secara adil suara yang
berbeda-beda.
b. Menghasilkan produk multimedia bermutu tinggi dan berpegang pada
kode etik.
c. Menjadi

tempat

kerja

yang

sehat

dan

menyejahterakan

serta


mencerminkan keragaman Indonesia.
d. Memiliki proses kerja yang menghargai dan memberi nilai tambah kepada
semua pemangku kepentingan.
e. Menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah artistik, intelektual,
dan dunia bisnis melalui pengingkatan ide-ide baru, bahasa, dan tampilan
visual yang baik.
f. Menjadi pemimpin pasar dalam bisnis multimedia dan pendukungnya.

4. Rubrik Catatan Pinggir
Rubrik Catatan Pinggir (CAPING) merupakan sebuah kolom karya tulis
dari seorang sastrawan Indonesia dan juga pendiri Tempo yaitu Goenawan
Mohamad (GM). Terbit sejak 1977 hingga saat ini, Catatan Pinggir memuat
beragam tema seperti kebebasan berpikir, demokrasi, humaniora, sosial, budaya,
politik hingga peristiwa-peristiwa yang tengah berlangsung. Ahsan, (2010 :40 )
mengungkapkan bahwa:
“Catatan Pinggir rata-rata terdiri dari 13-15 paragraf, yang
berarti berisi 900-1000 kata. Ini terlihat dalam Catatan Pinggir

33

periode 1977-1983. kemudian dengan makin tebalnya Tempo,
jumlah paragraf tetap sama namun bertambah menjadi 1100-1200
kata. Pendekatan kuantitatif seperti ini penting karena Catatan
Pinggir menganut model yang sama. Dua belas alinea pertama
umumnya berisi paparan tema yang dibahas, baru pada alinea 1314 GM mengungkapkan apa sebenarnya maksud yang hendak
disampaikan lewat kalimat penutup, yang biasanya dimulai dengan
kata-kata “tapi”, “siapa tahu”, “barangkali” atau “mungkin”.
Dan kebanyakan di ujung kalimat penutup ini pun dibubuhi tanda

tanya”.
Rubrik Catatan Pinggir di majalah Tempo memang digagas oleh GM
sebagai ruang opini dan juga refleksi bagi pembaca. Awalnya rubrik ini bernama
“Fokus Kita” kontennya hanya sebagai perkenalan dan biografi para penulis
artikel dalam majalah Tempo.
Seiring perkembangannya, redaksi mengganti nama menjadi “Catatan
Pinggir” dengan konten sebuah opini yang bercerita bak dongeng namun memiliki
arti dan maksud dari penulis. Gaya penulisan dalam Catatan Pinggir berupa
CERPEN khas sastra dan telah terbit sejak lima Maret 1977 hingga saat ini dan
Goenawan Mohamad adalah sebagai penulis tetapnya.

34

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15