Implementasi Prinsip-Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) di Lingkungan Internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III Sumatera Utara

BAB II
KERANGKA TEORI
Secara

umum

teori

adalah

konsep

abstrak

yang nantinya

akan

mengindikasikan adanya hubungan dari konsep-konsep yang ada untuk
memahami suatu fenomena yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu teori
adalah suatu kerangka kerja konseptual utnuk mengatur pengetahuan dan

menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan tindakan selanjutnya. Dalam
Sofian Effendi (2012:35) Kerlinger mendefiniskan teori adalah serangkaian
konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi hubungan antara konsep dan
proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu.
Menurut Arikunto (1996:92) Kerangka teori adalah bagian dari penelitian,
tempat dimana peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan
tentang variabel pokok, sub variabel, atau pokok masalah yang ada dalam
penelitian. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau
batasan–batasan tentang teori–teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian
yang akan dilakukan.
Sebagai landasar berpikir dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah
yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu memberikan
referensi dalam penelitian. Adapaun kerangka teori dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

7

Universitas Sumatera Utara


8

A.

Kebijakan Publik
Secara etimologi, kebijakan publik terdiri atas dua kata, yaitu kebijakan dan

publik. Dari kedua kata yang saling berkaitan tersebut, H. Hugh Heglo dalam Said
Zainal (2002:21) menyebutkan kebijakan sebagai suatu tindakan yang bermaksud
untuk mencapai tujuan, rencana, program atau cara, keputusan, dan dampak yang
kemudian diuraikan oleh Jones dalam kaitannya dengan beberapa isi dari
kebijakan. Pertama, tujuan yakni tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai.
Kedua, rencana atau proposals yang merupakan alat untuk mencapainya. Ketiga
adalah program, yakni cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan
pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Keempat, keputusan yakni
tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat dan
menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program. Dan kelima,
adalah dampak yakni pengaruh yang timbul dari suatu program dalam
masyarakat.
Sedangkan W. Wilson dalam buku Parsons (2008:15) memandang hal lain

dari makna modern gagasan “kebijakan” (policy), yaitu seperangkat aksi atau
rencana yang mengandung tujuan politik yang berbeda dengan makna
“administration”. Kata policy mengandung makna kebijakan sebagai rationale,
sebuah manifestasi dari penilaian yang penuh pertimbangan. Sementara itu,
gagasan tentang publik berasal dari Bahasa Inggris yaitu public yang berarti
(masyarakat) umum dan juga rakyat. Menurut Parsons (2008:3), publik itu sendiri
berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh
pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama.

Universitas Sumatera Utara

9

Jika digabungkan, rumusan kebijakan publik seperti yang dikemukakan R.S.
Parker dalam Solichin Abdul (2008:20) adalah suatu tujuan tertentu, atau
serangkaian asas tertentu, atau tindakan tertentu dari tindakan-tindakan
pemerintah sebagai subyek telaah perbandingan dan telaah yang kritis, yang
meliputi antara lain berbagai tindakan dan prinsip-prinsip yang berbeda dan
menganalisis secara cermat kemungkinan hubungan sebab dan akibat dalam
konteks suatu disiplin berfikir tertentu semisal ekonomis, sains, atau politik.

Dari beberapa pandangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
publik adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai
tujuan nasional yang nantinya akan berguna bagi masyarakat banyak. Dalam
penyusunan suatu kebijakan tidak dikenal kata gagal, karena akan ada evaluasi
yang terus menerus akan dilakukan untuk memperbaharui kebijakan tersebut.
Menurut Holwet dan M. Ramesh (dalam Subarsono, 2006:13) berpendapat
bahwa proses kebijakan publik terdiri atas lima tahapan yaitu:
1. Penyusunan atau penetapan agenda kebijakan, yakni proses agar suatu
masalah bisa mendapat perhatian dari pemerintah.
2. Formulasi kebijakan, yakni proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan
oleh pemerintah.
3. Pembuatan kebijakan, yakni proses ketika pemerintah memilih untuk
melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.
4. Implementasi kebijakan, yakni proses untuk melaksanakan kebijakan
agar mencapai hasil.

Universitas Sumatera Utara

10


5. Evaluasi kebijakan, yakni proses untuk memonitor dan menilai kinerja
atau hasil suatu kebijakan.
B.

Implementasi Kebijakan Publik
Pemerintah merumuskan kebijakan publik karena ada sesuatu hal yang

urgent dan berpengaruh dengan kepentingan publik. Dalam perumusan suatu
kebijakan (program) selalu diiringi dengan suatu implementasi. Hessel Nogi
dalam S. Tangkilisan (2003:2) berpendapat bahwa jika sebuah kebijakan diambil
secara tepat, maka kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi, jika proses
implementasi tidak tepat. Bahkan sebuah kebijakan yang brilian sekalipun jika
diimplementasikan buruk bisa gagal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
para perancangnya. Dalam Solichin (1990:4), Thomas R. Dye mengatakan public
policy is whatever governments do, why they do it, and what different it makes.
Dari definisi tersebut, Dye tampak berfokus pada pendeskripsian dan penjelasan
tentang sebab dan akibat terhadap tindakan yang dilakukan pemerintah. Kebijakan
publik yang sudah dibuat dengan tepat harus dapat diimplementasikan dengan
baik bila ingin mencapai sasaran yang ditargetkan.
Dalam Solahuddin (2010:97), James Anderson menyatakan bahwa

implementasi kebijakan/program merupakan bagian dari administrative process
(proses administrasi). Proses administrasi ini digunakan untuk menunjukkan
desain atau pelaksanaan sistem administrasi yang terjadi setiap saat, dengan
konsekuensi terhadap pelaksanaan, isi dan dampak suatu kebijakan. Secara lebih
luas, Solahuddin mendefinisikan implementasi sebagai proses administrasi hukum
(statuta) yang didalamnya tercakup keterlibatan berbagai macam aktor, organisasi,

Universitas Sumatera Utara

11

prosedur, dan teknik yang dilakukan agar kebijakan yang telah ditetapkan
mempunyai akibat, yaitu tercapainya tujuan kebijakan.
Setidaknya menurut Tangkilisan (2003:19) ada dua hal mengapa
implementasi kebjakan publik pemerintah memiliki relevansi. Pertama, yaitu
secara praktis akan memberikan masukan bagi pelaksanaan operasional program
sehingga dapat dideteksi apakah program telah berjalan sesuai dengan yang telah
dirancang serta mendeteksi kemungkinan tujuan kebijakan negatif yang
ditimbulkan. Kedua untuk memberikan alternatif model pelaksanaan program
yang lebih efektif.

Dari beberapa pemahaman tersebut maka terlihat dengan jelas bahwa
implementasi merupakan suatu rangkaian aktifitas dalam rangka pelaksanaan
suatu kebijakan yang telah dibuat oleh pemangku kebijakan dan ditujukan kepada
masyarakat sehingga kebijakan tersebut membawa hasil sebagaimana yang
diharapkan. Berbicara mengenai implementasi berarti melihat sejauh mana sebuah
kebijakan yang telah direncanakan dapat dijalankan. Dapat dirumuskan juga
bahwa fungsi dari implementasi sendiri adalah untuk membentuk suatu hubungan
yang memungkinkan tujuan atau sasaran kebijakan publik diwujudkan sebagai
outcome atau hasil akhir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.
1.

Model Implementasi Kebijakan
a.

Model George C. Edward III (1980)
Dalam buku Subarsono (2005:90), model implementasi Edward III
memiliki empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau

Universitas Sumatera Utara


12

kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor komunikasi,
sumber daya, struktur birokasi, dan disposisi.
1. Komunikasi
Persyaratan pertama ketika menjalankan suatu kebijakan yang
efektif adalah mereka sebagai pelaku pelaksana kebijakan harus
mengetahui apa yang mereka lakukan. Terutama dalam
mengambil suatu keputusan kebijakan, harus disosialisasikan
kepada personil-personil yang tepat sebelum keputusan tersebut
diikuti. Secara umum Edward membahas tiga indikator penting
dalam proses komunikasi kebijakan, yakni 1). Transmisisi, yaitu
penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula; 2). Kejelasan, yakni komunikasi
yang diterima oleh pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak
membingungkan; 3). Konsistensi, yakni perintah yang diberikan
dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas
untuk ditetapkan atau dijalankan.
2. Sumber Daya
Sumber daya adalah faktor yang paling penting dalam

implementasi kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut dapat
berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor,
dan sumber daya finansial. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan
hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

Universitas Sumatera Utara

13

3. Disposisi
Pengertian disposisi menurut Edward III dikatakan sebagai
“kemauan, keinginan dan kecenderungan para perlaku kebijakan
untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh sungguh
sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan”.
Edward III dalam Widodo (2010:104-105) mengatakan bahwa:
“Jika implementasi kebijakan ingin berhasil secara efektif dan efisien, para
pelaksana (implementors) tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan
dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan tersebut, tetapi
mereka juga harus mempunyai kamauan untuk melaksanakan kebijakan
tersebut”

4. Struktur Birokrasi
Struktur

organisasi

kebijakan

memiliki

yang

bertugas

pengaruh

mengimplementasikan

yang

signifikan


terhadap

implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang
paling penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas
dan prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi.
Rincian tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi
implementor dalam bertindak. Struktur birokasi ini menurut
Edward III dalam Widodo (2010:106) mencangkup aspek-aspek
seperti struktur birokrasi, pembagian kewenangan, hubungan
antara unit-unit organnisasi dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

14

Gambar. 2.1
Model Implementasi Kebijakan Publik George C. Edward III
Communication

Resource
Implementation
Disposition
Bureaucratic
Structure
b. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)
Model kebijakan yang dikemukan oleh Van Meter dan Van Horn
dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu: a) Standar kebijakan dan sasaran
yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara
menyeluruh; b) Sumber daya kebijakan berupa dana pendukung
implementasi; c) Komunikasi internal organisasi dan kegiatan
pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang
hendak dicapai; d) Karakteristik pelaksana, artinya karakteristik
organisasi merupakan faktor krusial yang menentukan berhasil
tidaknya suatu program; e) Kondisi sosial ekonomi dan politik yang
dapat mempengaruhi hasil kebijakan; f) Sikap pelaksana dalam
memahami kebijakan yang akan ditetapkan.

Gambar 2.2

Universitas Sumatera Utara

15

Model Implementasi Kebijakan Publik Van Meter dan Van Horn

P
R
E
S
T
A
S
I

Komunikasi antar
organisasi dan kegiatan
pelaksanaan
Ukuran dan Tujuan
Kebijakan

Ciri badan pelaksana

Sumber-sumber
Kebijakan

Lingkungan: Ekonomi,
Sosial, Politik

Sikap para
pelaksana

K
E
R
J
A

Dari gambar tersebut, variabel-variabel kebijaksanaan bersangkutan
dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia.
Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana meliputi baik organisasi formal
maupun informal. Sedangkan komunikasi antar organisasi terkait berserta
kegiatan-kegiatan pelaksanaannya mencakup antar hubungan dalam lingkungan
sistem politik dengan kelompok-kelompok sasaran. Van Meter dan Van Horn
(dalam Samodra, 1994:19) menegaskan bahwa pada dasarnya kinerja dari
implementasi kebijakan adalah penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan
sasaran kebijakan tersebut.

C.

Konsep Corporate Governance

Universitas Sumatera Utara

16

Untuk memahami konsep prinsip-prinsip good corporate govevrnance kita
perlu membahas terlebih dahulu konsep corporate governance. Konsep CG
sendiri telah lama ada semenjak tahun 1840-an pada saat sistem koperasi di
Inggris, Eropa dan Amerika Serikat mulai berkmembang. Istilah Corporate
Govevrnance ini diperkenalkan oleh Cadburry Committee pada tahun 1992 dalam
laporan yang dikenal sebagai Cadburry Report. Menurut Cadburry Report dalam
Tjarger (2003:24) corporate governance adalah : “A set of rules that define the
relationship between shareholder, managers, creditors, the government,
employees and others internal and external stakeholders in respect to their rights
and resposibilities”.
Definisi CG juga dikemukakan oleh Center for European Policy Studies
(CEPS). Menurut CEPS corporate governance merupakan seluruh sistem yang
dibentuk mulai dari hak (rights), proses serta pengendalian, baik yang ada di
dalam maupun di luar manajemen perusahaan. Hak adalah berbagai kekuatan
yang dimiliki stakeholder, bukan terbatas pada stakeholder saja, secara individual
untuk mempengaruhi manajemen. Proses maksudnya adalah mekanisme dari hakhak tersebut. Pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan
stakeholder menerima informasi yang diperlukan seputar kegiatan aneka
perusahaan.
Sementara itu definisi Corporate Governance sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus
2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN adalah: “Suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan

Universitas Sumatera Utara

17

usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika”
(DepKeu, 2006:10)
Definisi lain dari CG juga diungkapkan oleh Tricker (1994) dalam
Chambers (2005), yaitu CG terkait dengan bagaimana cara pengelolaan
perusahaan, yang berbeda dari cara mengelola bisnis yang ada dalam perusahaan
tersebut. CG menunjukkan permasalahan yang dihadapi oleh board of directors,
seperti halnya interaksi dengan manajemen puncak dan hubungannya dengan
pemegang saham dan pihak-pihak lain yang terkait dengan perusahaan.
Sedangkan Monks dan Minow (2003) mendefinisikan CG sebagai sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value
added) untuk semua stakeholder.
Dari beberapa konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa corporate
governance adalah sebuah sistem yang dibentuk untuk mengelola perusahaan
mulai dari hak, proses, serta pengendalian demi tercapainya profesionalisme
perusahaan

agar

memperhatikan

dapat

mempertahankan

kepentingan

stakeholdes

eksistensinya,
lainnya

terlebih

berdasarkan

untuk

peraturan

perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat.

D.

Konsep Good Corporate Governance

Universitas Sumatera Utara

18

1.

Definisi Good Corporate Governance

Agar terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan
peraturan perundang-undangan yang ada maka diperlukan suatu sistem yang
mengikat agar keteraturan dapat terlaksana. Berdasarkan pembahasan Corporate
Governance diatas, terdapat konsep turunan dari definisi tersebut yakni konsep
GCG. GCG menjadi salah satu sistem yang dapat mengatur jalannya suatu
organisasi. Menurut Tumbul dalam Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan (Vol. 10,
No. 2, hlm. 130), GCG dapat didekati dengan berbagai disiplin ilmu antara lain
ilmu makroekonomi, teori organisasi, teori informasi, akuntansi, keuangan,
manajemen, psikologi, sosiologi dan politik. Dalam penerapannya GCG perlu
didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya
sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai
pengguna produk dengan jasa dunia usaha (KNKG, 2006).
Istilah GCG pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry Committee, sebuah
lembaga bentukan Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun
1992, yang kemudian menggunakan istilah sebagai Cadburry Report. Cadburry
Committee of United Kingdom mendefinisikan GCG adalah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah dan karyawan serta pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

19

Syakhroza (2003:14) mendefenisikan GCG sebagai suatu mekanisme tata
kelola organisasi secara baik dalam melakukan pengelolaan sumberdaya
organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsipprinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independen, dan adil dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Tata kelola organisasi secara baik apakah
dilihat dalam konteks mekanisme internal organisasi ataupun mekanisme
eksternal organisasi. Mekanisme internal lebih fokus kepada bagaimana pimpinan
suatu organisasi mengatur jalannya organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip diatas
sedangkan mekanisme eksternal lebih menekankan kepada bagaimana interaksi
organisasi dengan pihak eksternal berjalan secara harmoni tanpa mengabaikan
pencapaian tujuan organisasi.
Sementara The Organization for Economic and Development (OECD)
mendefinisikan GCG sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen
perusahaan, pengurus (board), pemegang saham dan pihak lain yang mempunyai
kepentingan dengan perusahaan. GCG mensyaratkan adanya struktur perangkat
untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. GCG juga dapat memberikan
rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan
kepentingan perusahaan, dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan
yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya yang
lebih efisien.
Mengacu pada beberapa pendapat mengenai defenisi GCG diatas, dapat
disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan sistem atau
seperangkat peraturan yang mengendalikan dan mengkoordinasikan berbagai

Universitas Sumatera Utara

20

partisipan dalam menjalankan bisnis perusahaan sehingga jalannya bisnis
perusahaan tersebut dapat memfasilitasi perusahaan untuk: a) Menunjukkan
akuntabilitas dan tanggung jawab; b) Menjamin adanya keseimbangan di antara
berbagai kepentingan dari pemangku Kepentingan (memberikan perlakuan yang
adil bagi seluruh pemangku kepentingan), termasuk menghargai hak dari
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat
pada waktunya; c) Melakukan pengungkapan dan transparan dalam setiap
informasi (seperti informasi tentang kinerja perusahaan, kepemilikan, maupun
pemangku kepentingan), termasuk juga transparan dalam membuat suatu
keputusan.
2.

Tujuan dan Manfaat Prinsip Good Corporate Governance

Berdasarkan berbagai definisi dan prinsip-prinsip GCG yang disampaikan
diatas dapat diketahui ada lima hal yang menjadi tujuan utama Good Corporate
Governance (Tjager, 2003) yaitu:
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham;
2. Melindungi

hak

dan

kepentingan

para

anggota

stakeholders

nonpemegang saham;
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham;
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board
of Directors dan manajemen perusahaan, dan
5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen
senior perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

21

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Negeri BUMN Nomor : Per09/MBU/2012 Bab II Pasal 4 yang menjadi dasar kewajiban BUMN untuk
menerapkan GCG secara konsisten dan berkelanjutan, dijabarkan tujuan
penerapan prinsip-prinsip GCG pada BUMN sebagai berikut:
1. Untuk mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya
saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga
mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk
mencapai maksud dan tujuan BUMN;
2. Untuk mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan
efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
Organ Persero/Organ Perum;
3. Untuk mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat
keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi
dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta kesadaran
akan adanya tanggungjawab sosial BUMN terhadap Pemangku
Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di ser BUMN;
4. Untuk meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;
5. Untuk meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembagan investasi
nasional.
Banyak manfaat yang ditimbulkan dari penerapan prinsip GCG dalam suatu
perushaan yang tidak hanya berdampak pada unit usahanya saja tetapi juga bagi
stakeholder. Seperti yang dikemukakan oleh Sutojo dan Aldrige (2008), GCG
dapat membantu BOD untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis

Universitas Sumatera Utara

22

perusahaan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pemiliknya. Selain itu, Prof. Dr.
Azhar Maksum, M.Ec. Ak, guru besar Ilmu Akuntansi Manajemen Universitas
Sumatera Utara, dalam penelitian Hermanto (2011) mengungkapkan berbagai
keuntungan yang didapat dari penerapan prinsip GCG, seperti:
1. Dengan GCG proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara
lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat
meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat.
2. GCG akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat
diminimalkan tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi
dalam pengelolaan perusahaan.
3. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan
tempat mereka berinventasi.
4. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana
disebut pada poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikan nilai saham
mereka dan juga nilai dividen yang akan mereka terima. Bagi negara juga
akan menaikan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang
berarti akan terjadi peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak.
5. Karena dalam praktik GCG karyawan ditempatkan sebagai salah satu
stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka
motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan
meningkat.

Universitas Sumatera Utara

23

3. Konsep Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Pelaksanaan GCG dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang
berlaku secara internasional. GCG menjadi suatu pola hubungan, sistem dan
proses yang digunakan oleh organ perusahaan (direksi, dewan Komisari, RUPS)
guna

memberikan

nilai

tambah

kepada

pemegang

saham

secara

berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus
memastikan bahwa asas GCG telah diterapkan dengan baik. Menurut Tjager
(2003:40-52) terdapat empat prinsip utama GCG berdasarkan pendapat OECD
(Organization for Economic Corporation and Development) yaitu:
1. Kesetaraan (Fairness), yaitu jiwa untuk memonitor dan menjamin
perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan;
2. Keterbukaan

informasi

(Transparency),

yaitu

komitmen

untuk

memastikan ketersediaan dan keterbukaan informasi kepada berbagai
pihak berkepentingan dengan perusahaan mengenai keadaan dan
pengelolaan keuangan secara akurat, jelas dan tepat waktu;
3. Dapat dipertanggungjawabkan (Accountability), yaitu kejelasan fungsi,
struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan terhadap
pelaksanaan secara efektif;
4. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian (kepatuhan)
didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat
serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku disini
termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial,

Universitas Sumatera Utara

24

perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan kerja, standar
penggajian, dan persaingan yang sehat
Sedangkan secara khusus, Peraturan Menteri Negeri BUMN Nomor : Per09/MBU/2012 Bab II Pasal 3 mengamanatkan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) yang diterapkan pada
BUMN meliputi:
1. Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan;
2. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif;
3. Pertanggungjawaban

(Responsibility),

yaitu

kesesuaian di

dalam

pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
4. Kemandirian (Independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
5. Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi
hak-hak Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara

25

E.

Penelitian Terdahulu
Dalam sub bagian ini, peneliti akan memaparkan tinjauan terhadap

penelitian terdahulu serta menuangkan beberapa konsep yang

memiliki

keterkaitan dengan peneliti. Adapaun yang menjadi tinjauan pustaka pertama
peneliti lakukan pada skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip
GCG Di Lingkungan Internal Perum Bulog Jakarta” oleh Diana Fajarwati.
Hasil penelitian Diana yang menganalisis penerapan prinsip-prinsip GCG di
Perum Bulog pada tahun 2011 menunjukkan bahwa penerapan GCG yang baik
akan terlaksana dengan baik jika adanya lembaga terkait yang bertugas untuk
menjalankan fungsi koordinasi dalam pengambilan kebijakan pokok. Oleh karena
itu Badan Ketahanan Pangan yang di Departemen Pertanian dapat diperkuat
menjadi Badan Ketahanan Pangan Nasional yang langsung berada dibawah
presiden. Selain itu, perlu untuk dibuat pelatihan dan pendidikan bagi karyawan
untuk menciptakan tenaga yang profeisonal.
Menurut hasil penelitian Diana Fajarwati, dari kelima prinsip GCG yang
diterapkan, seperti akuntabilitas, transparansi, kesetaraan, dan tanggungjawab
sudah diterapkan dalam Perum BULOG. Seperti informasi terbaru yang selalu di
up-date untuk dapat meningkatkan kepercayaan stakeholders kepada Perum
Bulog sehingga Perum Bulog meraih penghargaan sebagai Usser Interface terbaik
III untuk Website BUMN Non-Listed jasa tahun 2010.
Rujukan kedua peneliti lakukan atas tesis yang berjudul “Evaluasi
Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT. Aneka
Tambang. Tbk” yang dibuat oleh Haris Sarwoko. Pada tesis yang dibuat, Haris

Universitas Sumatera Utara

26

ingin mengevaluasi dan menggambarkan penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance pada PT. Antam.Tbk. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa penerapan prinsip-prinsip GCG pada PT. Antam. Tbk belum berjalan
secara keseluruhan, terutama dalam penerapan prinsip fairness. Hal tersebut
diketahui dari belum adanya pedoman corporate governance tertulis, padahal
perlindungan hak-hak pemegang saham telah tertuang dalam Anggaran Dasar. Di
samping itu, belum adanya code of conduct dan juga mekanisme market of
corporate control yang juga belum berjalan. Kendala lain yang dihadapi adalah
masih kuatnya dominasi pemegang saham mayoritas dalam pengambilan
keputusan strategis perusahaan dan dewan komisaris kurang efektif yang
disebabkan oleh kurang variasinya knowledge yang dimiliki.
Tabel 2.1
Matriks Perbandingan Tinjauan Pustaka
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian

Diana Fajarwati
(2011)
Analisis Penerapan
Prinsip-Prinsip
GCG Di
Lingkungan
Internal Perum
Bulog Jakarta

Haris Sarwoko
(2003)
Evaluasi Penerapan
Prinsip-prinsip Good
Corporate
Governance pada
PT. Aneka
Tambang. Tbk

Tujuan
Penelitian

Untuk mengetahui
bagaimana
penerapan prinsipprinsip good
corporate
governance di
lingkungan internal
perum Bulog

Untuk mengetahui
seberapa jauh
perusahaan sudah
menerapkan prinsipprinsip good
corporate
governance serta
kendala yang
dihadapi dalam
penerapan prinsip
GCG

Desyana Nataly Trys
(2015)
Analisis Penerapan
Prinsip-Prinsip Good
Corporate
Governance di
Lingkungan Internal
PT. PGN (Persero)
Tbk
Untuk
menggambarkan
bagaimana penerapan
prinsip-prinsip good
corporate governance
serta kendala-kendala
yang dihadapi

Universitas Sumatera Utara

27

Jenis
Penelitian
Teknik
Pengumpu
lan Data

Hasil
Penelitian

Deskriptif dengan
pendekatan
kualitatif
Data primer :
wawancara
mendalam.
Data sekuder :
studi kepustakaan
Penerapan GCG
yang baik akan
terlaksana dengan
baik jika adanya
lembaga terkait
yang bertugas
untuk menjalankan
fungsi koordinasi
dalam pengambilan
keputusan. Oleh
karena itu, Badan
Ketahanan Pangan
yang ada di
Departemen
Pertanian dapat
diperkuat menjadi
Badan Ketahanan
Pangan Nasional
yang berada
langsung dibawah
presiden.
Selain itu, perlu
untuk dibuat
pelatihan dan
pendidikan bagi
karyawan untuk
menciptakan
tenaga yang
profeisonal.

Deskriptif analistis
dengan pendekatan
kualitatif
Data primer :
kuisioner dan
wawancara
Data sekunder :
Studi kepustakaan
Penerapan prinsip
GCG pada PT.
Aneka Tambang.
Tbk belum berjalan
secara keseluruhan.
Untuk prinsip
akuntabilitas dari sisi
penerapan hukum
sudah berjalan
dengan baik,
dibuktikan dengan
adanya auditor
Independen Komite
Audit, dan satuan
pengawasan intern.
Namun masih
kuatnya dominasi
pemegang saham
dalam mengambil
keputusan
dikarenakan dewan
komisaris kurang
efektif sebab
kurangnya variasi
knowledge yang
dimiliki.

Deskriptif dengan
pendekatan kualitatif
Data primer :
wawanacara
mendalam
Data sekunder :
Studi kepustakaan

Sumber: hasil olahan peneliti
F.

Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat

Universitas Sumatera Utara

28

perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan
menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti (Singarimbun,
1995:37). Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masingmasing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep
dari penelitian ini adalah:
1. Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang telah ditetapkan
untuk

dilaksanakan

atau

tidak

dilaksanakan

dalam

memenuhi

kepentingan orang banyak. Kebijakan publik berfungsi untuk mengatur,
mengarahkan, dan mengembangkan interaksi dalam pemerintahan.
Kebijakan publik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peraturan
Menteri Negara BUMN Nomor : Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada
Badan Usaha Milik Negara.
2. Implementasi adalah bagian terpenting dalam tahapan kebijakan tanpa
mendiskreditkan tahapan yang lain. Implementasi kebijakan adalah
proses pelaksanaan atau eksekusi dari sebuah kebijakan yang telah
ditetapkan dengan tujuan akan menghasilkan dampak dari eksekusi
kebijakan tersebut.
3. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) adalah
suatu proses dan struktur yang bersifat universal, yang digunakan oleh
organ perusahaan untuk mengatur pengelolaan perusahaan demi
keberhasilan mewujudkan visi dan misi serta kelangsungan usaha
perusahaan yang terdiri dari lima prinsip yaitu transparansi, akuntabilitas,

Universitas Sumatera Utara

29

pertanggung jawaban, kesetaraan, dan kemandirian. Dengan manfaat
dari penerapan GCG adalah Perusahaan yang menerapkan GCG akan
memiliki kekuatan bersama yang di dapat dari pemegang saham,
pemangku kepentingan, dan karyawan juga masyarakat untuk mendapat
keuntungan dapat dinikmati secara bersama.
G.

Operasionalisasi Konsep
Dengan menggunakan kriteria berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik (GCG) berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor : Per-09/MBU/2012, maka dalam hal-hal yang akan diukur untuk
mengetahui penerapan prinsip-prinsip GCG yang ada di PGN Distribusi Wilayah
III adalah sebagai berikut:
1. Transparansi (transparency) dilihat dari:
a. Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
b. Keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan.
2. Akuntabilitas (accountability) dilihat dari:
a. Kejelasan fungsi
b. Kejelasan Pelaksanaan
c Pertangunggjawaban organ
3. Pertanggungjaaban (responsibility) dilihat dari:
a. Kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara

30

b. Kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadao prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
4. Kemandirian (independency) dilihat dari:
a. Benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihaak manapun.
5. Kesetaraan (fairness) dilihat dari:
a. Kesetaraan dan keadilan dalam memenuhi hak pemangku kepentingan
(srakeholders).

Universitas Sumatera Utara