Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR

PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)

OLEH

CITRA MARISA

090503223

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH

SUMATERA UTARA)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan terhadap penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara). Teknik penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Terdapat 64 responden yang terdiri dari karyawan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara) sebagai sampel dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang terdiri dari uji analisis faktor, uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap penerapan GCG. Secara parsial, hanya variabel kinerja karyawan yang memiliki pengaruh yang signifikan pada penerapan GCG dibandingkan dengan variabel lain.

Kata Kunci : Good Corporate Governance (GCG), Peranan Audit Internal, Etika Bisnis, Pedoman Perilaku, Budaya Organisasi, Kinerja Karyawan, dan


(3)

ABSTRACT

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH

SUMATERA UTARA)

The purpose of this research is to analyze the effect between the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit on the application of Good Corporate Governance (GCG) at PT. PLN (Persero) North Sumatera Area. Research technics in this research using random sampling. The type of data used are primary data. Data are gathered by questionnaires. There are 64 respondent consists of employee of PT. PLN (Persero) North Sumatera Area as the sample in this research. Data analysis methods used is a quantitative approach which consists of analysis factor test, quality data test, the classic assumptions test, multiple linear regression test, and test hypothesis. The result of this research indicate that the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit are simultaneously have effect on the application of GCG, Partially, only employee performance variable has significant effect on the application of GCG rather than the other variable.

Keywords : Good Corporate Governance (GCG), The Role of Internal Audit, Business Ethics, Code of Conduct, Organization Culture, Employee Performance and Compliance Audit.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga karya tulis yang berbentuk skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara”. Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penelitian ini, telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak selaku PLT. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Sambas Ade Kesuma, SE, M.Si, Ak.,selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,


(5)

dan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini dan Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak., selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Teristimewa kepada kedua orang tua,Ridwan dan Syahniar serta abang dan kakak-kakak Ferdiansyah, Listya Sari dan Lismayani, SS yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan serta bimbingan yang tak terbatas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Karyawan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara selaku objek penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner penelitian dan teman-teman di Fakultas Ekonomi angkatan 2009 serta seluruh staf pengajar, staf departemen akuntansi, dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 30 Januari 2013 Penulis

NIM : 090503223 Citra Marisa


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

1.3.1 Tujuan Penelitian ...6

1.3.2 Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis... 8

2.1.1.Penerapan GCG ... 8

2.1.1.1 Konsep Dasar GCG ... 8

2.1.1.2 Pengertian GCG ... 9

2.1.1.3 Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG ...12

2.1.2.Peranan Audit Internal ...15

2.1.3.Etika Bisnis ...17

2.1.4.Pedoman Perilaku ... 20

2.1.5.Budaya Organisasi ... 22

2.1.6.Kinerja Karyawan ... 25

2.1.7.Audit Kepatuhan ... 26

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

2.1 Kerangka Konseptual ... 31

2.2 Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ...34

3.2Tempat dan Waktu penelitian ...34

3.2.1 Tempat Penelitian ...34

3.2.2 Waktu Penelitian ...34

3.3Batasan Operasional ...35

3.4Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...36

3.5Populasi dan Sampel Penelitian...39

3.5.1 Populasi Penelitian ...39

3.5.1Sampel Penelitian ...39

3.6Jenis Data ...39

3.7Metode Pengumpulan Data ...40

3.8Uji Analisis Faktor ...41

3.8.1 Uji Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test ...42


(7)

3.9 Uji Kualitas Data ... 43

3.9.1 Pengujian Validitas Data ... 43

3.9.2 Pengujian Reliabilitas Data ... 43

3.10 Uji Asumsi Klasik ... 44

3.10.1 Uji Normalitas ... 44

3.10.2 Uji Heterokedastisitas ... 44

3.11 Uji Hipotesis ... 45

3.11.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 45

3.11.2 Uji Secara Parsial ( Uji-t) ... 46

3.11.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 46

3.12 Analisis Teknik Linier Berganda ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum PT.PLN (Persero)Wilayah Sumatera Utara48 4.1.1 Sejarah Singkat PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara ...48

4.1.2 Visi dan Misi PT.PLN (Persero) ...50

4.1.2.1 Visi ...50

4.1.2.2 Misi ...50

4.2 Deskriptif Data Kuesioner ...51

4.2.1 Data Penyebaran Kuesioner ...51

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..51

4.2.3 Karakterisitk Responden Berdasarkan Usia ...51

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...52

4.3 Analisis Hasil Penelitian ...52

4.3.1 Uji Analisis Faktor ...52

4.3.1.1Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test52 4.3.1.2Komunalitas ...54

4.3.2 Uji Kualitas Data ...56

4.3.2.1 Uji Validitas Data ...56

4.3.2.2 Uji Reliabilitas Data ...64

4.3.3 Uji Asumsi Klasik ...67

4.3.3.1 Uji Normalitas ...67

4.3.3.2 Uji Heteroskedastisitas ...70

4.3.4 Uji Hipotesis ...71

4.3.4.1 Uji Signifikan Simultan F (Uji-F) ...71

4.3.4.2 Uji Signifikan Parsial ( Uji – t ) ...71

4.3.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...72

4.3.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ...73

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ...76

4.4.1 Pengaruh Peranan Audit Internal terhadap Penerapan GCG ...77

4.4.2 Pengaruh Etika Bisnis terhadap Penerapan GCG ...78

4.4.3 Pengaruh Pedoman Perilaku terhadap Penerapan GCG ...78

4.4.4 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Penerapan GCG 79 4.4.5 Pengaruh Kinerja Karyawan terhadap Penerapan GCG .80 4.4.6 Pengaruh Audit Kepatuhan terhadap penerapan GCG ...80


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan ...82

5.2Keterbatasan Penelitian ...83

5.3Saran ...83

DAFTAR PUSTAKA ...85


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 29

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 35

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

Tabel 4.1 Penyebaran Kuesioner... 51

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Usia ... 51

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 4.5 Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test ... 52

Tabel 4.6 Anti-image Matrices ... 54

Tabel 4.7 Communalities ... 55

Tabel 4.8 Total Variance Explained ... 56

Tabel 4.9 Validitas Peranan Audit Internal (pengujian I) ... 57

Tabel 4.10 Validitas Peranan Audit Internal (pengujian II) ... 57

Tabel 4.11 Validitas Etika Bisnis (pengujian I) ... 58

Tabel 4.12 Validitas Etika Bisnis (pengujian II) ... 59

Tabel 4.13 Validitas Pedoman Perilaku ... 59

Tabel 4.14 Validitas Budaya Organisasi ... 60

Tabel 4.15 Validitas Kinerja Karyawan (pengujian I) ... 60

Tabel 4.16 Validitas Kinerja Karyawan (pengujian II) ... 61

Tabel 4.17 Validitas Audit Kepatuhan ... 61

Tabel 4.18 Validitas Penerapan GCG (Pengujian I) ... 62

Tabel 4.19 Validitas Penerapan GCG (Pengujian II) ... 63

Tabel 4.20 Reliabilitas Peranan Audit Internal ... 64

Tabel 4.21 Reliabilitas Etika Bisnis ... 64

Tabel 4.22 Reliabilitas Pedoman Perilaku ... 65

Tabel 4.23 Reliabilitas Budaya Organisasi ... 65

Tabel 4.24 Reliabilitas Kinerja Karyawan ... 66

Tabel 4.25 Reliabilitas Audit Kepatuhan ... 66

Tabel 4.26 Reliabilitas Penerapan GCG ... 67

Tabel 4.27 One sample Kolmogorov-Smirnov ... 69

Tabel 4.28 Hasil Uji-F ... 71

Tabel 4.29 Hasil Uji-t ... 72

Tabel 4.30 Analisis Hasil Koefisien Determinasi ... 73

Tabel 4.31 Variabel Entered/Removed ... 74


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 KerangkaKonseptual……….31

Gambar 4.1 Grafik Histogram...68

Gambar 4.2 Grafik Normal P-PPlot………..68


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran i Surat Persetujuan Riset dari PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Lampiran ii Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Lampiran iii Pertanyaan Kuesioner Penelitian

Lampiran iv Tabulasi Hasil Kuesioner Lampiran v Hasil Output SPSS


(12)

ABSTRAK

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH

SUMATERA UTARA)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan terhadap penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara). Teknik penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Terdapat 64 responden yang terdiri dari karyawan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara) sebagai sampel dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang terdiri dari uji analisis faktor, uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap penerapan GCG. Secara parsial, hanya variabel kinerja karyawan yang memiliki pengaruh yang signifikan pada penerapan GCG dibandingkan dengan variabel lain.

Kata Kunci : Good Corporate Governance (GCG), Peranan Audit Internal, Etika Bisnis, Pedoman Perilaku, Budaya Organisasi, Kinerja Karyawan, dan


(13)

ABSTRACT

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH

SUMATERA UTARA)

The purpose of this research is to analyze the effect between the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit on the application of Good Corporate Governance (GCG) at PT. PLN (Persero) North Sumatera Area. Research technics in this research using random sampling. The type of data used are primary data. Data are gathered by questionnaires. There are 64 respondent consists of employee of PT. PLN (Persero) North Sumatera Area as the sample in this research. Data analysis methods used is a quantitative approach which consists of analysis factor test, quality data test, the classic assumptions test, multiple linear regression test, and test hypothesis. The result of this research indicate that the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit are simultaneously have effect on the application of GCG, Partially, only employee performance variable has significant effect on the application of GCG rather than the other variable.

Keywords : Good Corporate Governance (GCG), The Role of Internal Audit, Business Ethics, Code of Conduct, Organization Culture, Employee Performance and Compliance Audit.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam dunia bisnis, perusahaan – perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur yang telah berkembang dengan pesat akan selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dalam pengawasan aset. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang di dunia bisnis yang semakin kompetitif, maka perusahaan perlu melakukan upaya penyelamatan dan pengelolaan perusahaan, salah satunya dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG) di perusahaan.

Di Indonesia, sejak terjadinya krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, masalah mengenai GCG mulai mengemuka. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan melakukan reformasi dan perubahan tata kelola dalam pengelolaan perusahaan, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Reformasi BUMN di Indonesia ditandai dengan keluarnya Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan prinsip GCG, yang merupakan salah satu bentuk upaya Kementerian BUMN untuk memperkuat penerapan GCG di setiap BUMN agar dapat bersaing dalam dunia bisnis yang semakin berkembang.

Namun, dalam kenyataannya praktik penerapan GCG di BUMN banyak menghadapi kendala. Berdasarkan Forum Diskusi 22 yang dilaksanakan oleh Menteri Negara BUMN pada tahun 2002, terdapat beberapa kendala yang dihadapi BUMN antara lain faktor kepemilikan BUMN, sifat perusahaan, budaya organisasi, Sumber


(15)

Daya Manusia (SDM), dan juga sistem BUMN yang sangat berbeda dengan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Hal ini terlihat dari prinsip-prinsip GCG yang diterapkan perusahaan BUMS seperti PT.Astra International, Bank BCA, ataupun Bank Niaga yang berhasil menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya harus kuat di bidang kemampuan bisnis tetapi juga memiliki nilai-nilai perusahaan dan sikap profesional dalam mengelola perusahaan yang kuat.

Meskipun demikian, BUMN memiliki tekad kuat untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG. BUMN dalam menjalankan praktik GCG harus memperhatikan hal-hal yang dapat mendorong penerapan prinsip-prinsip GCG tersebut. Salah satu di antaranya adalah dengan meningkatkan peran audit internal dalam perusahaan. Meskipun profesi auditor mengalami penurunan kepercayaan masyarakat terkait kasus manipulasi yang terjadi pada perusahaan-perusahaan besar seperti Enron dan World.com, tetapi lain halnya dengan auditor internal. Profesi auditor internal semakin hari semakin dihargai. Karena fokus audit internal adalah memberi solusi bagi penyempurnaan pengendalian usaha dan harus mampu menjawab tantangan dengan meningkatkan kualitas kerja perusahaan sehingga keberadaan auditor internal dapat memberikan nilai tambah yang signifikan, efisien dan efektif pada perusahaan. Oleh karena itu, auditor internal harus melakukan perubahan pola pikir dengan meningkatkan peran yang lebih besar dalam menegakkan penerapan GCG di perusahaan.

Dalam upaya penerapan GCG di perusahaan, tidak terlepas dari aturan-aturan yang harus diterima dan dipatuhi oleh perusahaan, baik aturan hukum maupun aturan


(16)

moral atau etika. Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun 2002 menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah kepatuhan terhadap peraturan. Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan juga masyarakat. Etika bisnis dalam perusahaan merupakan implementasi penerapan prinsip-prinsip GCG. Praktek etika bisnis menuntut karyawan dan pimpinan perusahaan untuk melakukan semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan dan dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen.

Etika bisnis berkaitan erat dengan pedoman perilaku. Pengelolaan perusahaan selain harus mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku juga harus menjunjung tinggi norma dan nilai etika. Kesadaran akan perilaku yang baik akan meningkatkan dan memperkuat citra positif perusahaan sehingga dapat menjadikan perusahaan yang disegani dan bermartabat dalam dunia bisnis. Untuk mewujudkan hal tersebut, perusahaan harus dapat merumuskan pedoman perilaku (code of conduct) yang mengatur kebijakan nilai-nilai etis yang dinyatakan secara eksplisit sebagai suatu standar perilaku yang harus dipedomani oleh perusahaan.

Apabila prinsip dan pedoman perilaku telah dilaksanakan dan mengakar di perusahaan, maka pedoman perilaku tersebut akan menjadi budaya di dalam perusahaan dan diterapkan dalam setiap aktivitas.Budaya organisasi adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan (Armstrong ,2009). Berdasarkan teori strong culture, budaya organisasi yang kuat


(17)

akan meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan dalam jangka panjang dan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan sehingga dapat memberikan motivasi yang cukup besar terhadap karyawan untuk lebih memajukan perusahaan.

Kinerja karyawan merupakan salah satu kendala penerapan GCG. Kinerja karyawan berhubungan erat dengan kemajuan perusahaan. Kinerja karyawan tidak akan baik apabila tidak disertai dengan bimbingan atau pengawasan dari manajemen. Oleh karena itu, struktur organisasi yang baik dan pengelolaan perusahaan yang baik dibutuhkan dalam pembentukan tim kerja antara karyawan dan manajer. Penilaian kinerja karyawan dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi karyawan dalam memajukan perusahaan, seperti kualitas hasil dari karyawan tersebut dan kepatuhan karyawan dalam mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan.

Untuk mengukur kepatuhan karyawan terhadap peraturan yang berlaku, maka perusahaan perlu melakukan audit kepatuhan. Audit kepatuhan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Audit kepatuhan dapat mengungkapkan tentang adanya kepatuhan entitas terhadap peraturan sekaligus menuangkan permasalahan yang mungkin disebabkan oleh peraturan itu sendiri. Dengan adanya audit kepatuhan, perusahaan dapat menetukan apakah elemen di perusahaan telah mengikuti peraturan di perusahaan sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan yang timbul akibat peraturan di perusahaan tersebut.

Dalam rangka meningkatkan kinerja BUMN, melindungi stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai etika


(18)

yang berlaku secara umum pada BUMN, maka setiap perusahaan BUMN wajib menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam melakasanakan kegiatan usahanya. Penerapan GCG yang efektif pada Bank, BUMN, dan perusahaan publik memberikan gambaran kondisi perekonomian, serta menghindari terjadinya krisis dan kegagalan yang mungkin terjadi di masa depan.

BUMN sebagai salah satu ujung tombak perekonomian Negara, memang dituntut untuk mengambil langkah komprehensif terhadap aset-asetnya agar dapat menghasilkan profit. PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kelistrikan yang melayani masyarakat di seluruh Nusantara, bertekad untuk memberikan pelayanan jasa ketenagalistrikan yang terbaik dan memenuhi standar ketenagalistrikan yang dapat diterima dunia internasional dan untuk mewujudkan hal itu dengan bertumpu pada kapasitas seluruh warganya. PT.PLN (Persero) menyadari bahwa penerapan GCG saat ini tidak hanya sebagai pemenuhan kewajiban saja, namun telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Melihat hal itu, maka sangat disadari bahwa seluruh warga Indonesia sangat membutuhkan jasa ketenagalistrikan dan keberadaannya berperan penting dalam pembangunan dan peningkatan kehidupan perekonomian di Indonesia.

Pentingnya penerapan GCG membuat banyak peneliti melakukan penelitian dan diskusi mengenai hal ini. Penelitian yang dilakukan oleh Pratolo (2007) menemukan bahwa adanya pengaruh audit manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja perusahaan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Widuri dan Paramita (2009)


(19)

menunjukkan adanya hubungan dan peranan budaya organisasi pada penerapan GCG di perusahaan.Penelitian yang dilakuka Sari (2009) menemukan pengaruh yang signifikan antara peranan audit internal terhadap penerapan GCG. Sedangkan menurut Sari (2011) menemukan pengaruh yang signifikan etika bisnis, pedoman perilaku dan kebijakan GCG terhadap implementasi GCG.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul “ Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus Pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor penerapan GCG yang diproksikan peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap penerapan GCG pada PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor penerapan GCG yang diwakili peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.


(20)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap penerapan GCG pada PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi PT. PLN

(Persero) Wilayah Sumatera Utara dalam menerapkan GCG.

3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang berhubungan dengan penelitian ini.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Penerapan GCG

2.1.1.1 Konsep Dasar GCG

Dua teori utama yang mendasari GCG adalah stewardship theory dan agency theory (Shaw,2003). Stewardship theory memiliki filosofi tentang kehidupan manusia, yaitu manusia pada hakikatnya mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya dan memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Jadi dapat dikatakan Stewardship theory memandang manajemen sebagai sesuatu yang dapat dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun

stakeholder. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agent” bagi para pemegang saham, yang akan bertindak dengan penuh kesadaran dan keyakinan bagi kepentingannya sendiri dan kepentingan stakeholders. Dengan adanya dua teori ini, maka muncul istilah Good Corporate Governance (GCG), dimana GCG sebagai struktur , sistem dan proses yang digunakan oleh perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan yang berkesinambungan dalam jangka panjang (Kaihatu,2006).


(22)

2.1.1.2 Pengertian GCG

Istilah GCG itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry Committee, sebuah lembaga bentukan Bank of England dan London Stock Exchange

pada tahun 1992, yang kemudian menggunakan istilah sebagai Cadburry Report.

Menurut Cadburry Committee of United Kingdom mendefinisikan GCG adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham , pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah dan karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

The Organization for Economic and Development (OECD) mendefinisikan GCG sebagaisekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board,

pemegang saham dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. GCG mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. GCG juga dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan, dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien.

Definisi lain juga dikemukakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang mendefisinisikan corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama


(23)

meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.

Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG menyatakan bahwaGCG adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika.

Pengertian lain dikemukakan oleh Gregory dan Simss (dalam Bangun,2006) yang menyatakan bahwa GCG adalah kombinasi hukum, peraturan, dan praktik pribadi yang memungkinkan perusahaan untuk menarik modal masuk, memiliki kinerja yang efisien, menghasilkan keuntungan, serta memenuhi harapan masyarakat umum dan kewajiban hukum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan GCG merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengelola perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi stakeholders yang dipengaruhi oleh top management

dalam menyampaikan pengarahan dan pengawasan terhadap pihak manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. GCG juga menekankan pada pola perilaku perusahaan sebagai suatu institusional yang diukur melalui struktur pembiayaan, efisiensi kinerja, tingkat pertumbuhan, dan perlakuan terhadap stakeholders. Jadi dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan proses yang dipengaruhi oleh direksi dalam menyampaikan


(24)

pengarahan, dan pengawasan terhadap manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan.

Penerapan GCG yang baik merupakan aset bagi perusahaan, karena dengan pengelolaan perusahaan yang baik dapat meningkatkan nilai tambah bagi

stakeholders, mempermudah akses ke pasar modal serta meningkatkan citra positif dari publik.Dikarenakan perannya yang penting, maka penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan , yaitu Negara dan perangkatnya sebagai regulator,dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dalam dunia usaha (Kamal,2008).

Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemegang kepentingan harus ikut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang di awal tahun 2005 telah diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) telah menerbitkan Pedoman GCG pada tahun 2001, sebagai pedoman penerapan GCG untuk perusahaan di Indonesia. Selain itu BP BUMN pada tahun 1999, juga menetapkan arah penerapan GCG pada BUMN di Indonesia. Terdapat tiga arah penerapan GCG di Indonesia (BP BUMN, 1999) yaitu menetapkan kebijakan nasional, menyempurnakan kerangka nasional dan membangun inisiatif sektor swasta.

Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya-upaya khusus dan bekerja sama dengan komunitas bisnis dalam mensosialisasikan dan menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam perusahaan. Dua sektor penting di perekonomian Indonesia yang telah menjadi perhatian pemerintah yaitu BUMN dan Pasar modal. Aspek baru dalam


(25)

penerapan GCG di BUMN adalah kewajiban untuk memiliki statement of corporate intent (SCI). Pada dasarnya, SCI adalah komitmen perusahaan terhadap pemegang saham dalam suatu bentuk kontrak yang menekankan pada strategi dan upaya pihak manajemen dan didukung dewan komisaris dalam mengelola perusahaan. Terkait dengan SCI, dewan direksi diwajibkan untuk menandatangani appointment agreements (AA) yang merupakan komitmen direksi untuk memenuhi fungsi-fungsi dan kewajiban yang dimilikinya. Indikator kinerja direksi terihat dalam bentuk

reward and punishment dengan meratifikasi undang-undang BUMN (Kaihatu, 2006).

2.1.1.3Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG

Pelaksanaan GCG dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip GCG merupakan kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip GCG yang terdapat dalam Pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktek GCG pada BUMN.

1. Transparansi ( transparency)

Yaitu keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan. Contohnya mengemukakan informasi target pencapaian laba yang akan dicapai perusahaan pada tahun mendatang.


(26)

2. Akuntabilitas (accountability)

Yaitu kejelasan fungsi dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Contohnya seluruh organ perusahaan, baik pimpinan maupun karyawan tidak boleh bekerja asal jadi, tetapi harus selalu berusaha menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan hasil yang memuaskan.

3. Pertanggungjawaban (responsibility)

Yaitu kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Contohnya dewan komisaris, manajemen maupun karayawan dalam menjalankan kegiatan operasional di perusahaan harus selalu mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan.

4. Independensi (independency)

Yaitu pengelolaan perusahaan yang professional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Contohnya dalam pengembangan perusahaan, dengan melakukan eksploitasi, harus sesuai dengan UU dan tidak merugikan pihak lain.

5. Kewajaran (fairness)

Yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contohnya memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pelanggan.


(27)

Pada dasarnya penerapan prinsip GCG di perusahaan adalah untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independensi dari dewan direksi dalam menjalankan kegiatan perusahaan , sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.

Tujuan GCG menurut FCGI (2002)ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (shareholders). Selain tujuan tersebut terdapat tujuan lain yaitu :

1. Pemenuhan tujuan strategis perusahaan berupa peningkatan nialai perusahaan dan value perusahaan.

2. Pemenuhan tanggung jawab kepada stakeholders khususnya komunitas setempat.

3. Dipatuhinya kerangka yuridis yang ada.

Menurut Rahmawati (dalam Putri,2006), penerapan GCG diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan terhadap stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya kembali di Indonesia.


(28)

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

2.1.1 Peranan Audit Internal

Audit internal menurut Agoes (2004 : 221) merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan, dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah yang dimaksudan adalah peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain. Sedangkan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Pengertian audit internal menurut IIA (Institute of Internal Auditors)

merupakan aktivitas pemberian kekayaan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian dan pengelolaan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dilihat beberapa ruang lingkup audit internal di dalam perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha dan pengendalian internal yang telah dijalankan perusahaan.


(29)

Dalam upaya menerapkan GCG, perusahaan membutuhkan peranan audit internal yang bertugas meneliti dan mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Auditor internal merupakan salah satu profesi yang menunjang dan mendukung terwujudnya GCG yang saat ini telah menjadi komponen utama dalam meningkatkan perusahaan secara efektif dan efisien.

Tujuan audit internal menurut Hartono (dalam Maylia,2008) adalah :

1. Meneliti dan menilai apakah pelaksananan dari pengendalian intern di bidang akuntansi dan operasi cukup dan memenuhi syarat.

2. Menilai apakah kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditentukan benar-benar telah ditaati.

3. Menilai apakah aktiva perusahaan aman dari kehilangan atau kerusakan dan penyelewengan.

4. Menilai kecermatan data akuntansi dan data lain dalam perusahaan,

5. Menilai mutu dari pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan kepada masing-masing manajemen.

Selain memiliki beberapa tujuan, audit internal juga memiliki beberapa fungsi bagi perusahaan. Menurut Mulyadi (2002:211), terdapat 2 fungsi audit internal yaitu :

1. Menyelidiki dan menilai pengendalian internal dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi.

2. Merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam perusahaan, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan


(30)

lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka.

Peningkatan pengendalian internal di dalam suatu perusahaan menuntut tersedianya audit internal yang baik di perusahaan, agar terciptanya proses pengawasan yang baik pula di dalam perusahaan. Dengan audit internal yang baik, dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.

2.1.3 Etika Bisnis

Menurut Johnson (dalam Ernawan, 2007) mengemukakan bahwa etika merupakan suatu cabang ilmu filsafat, tujuannya adalah untuk mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai yang tentunya dapat diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu.

Definisi lain dikemukakan oleh Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen (1992) yang menyatakan bahwa etika bisnis adalah norma-norma atau nilai-nilai yang menjadi pedoman perilaku dan tindak tanduk kaum usahawan serta pengelola organisasi-organisasi. Sedangkan menurut Bertens (dalam Udiyaningsih, 2006) mendefinisikan etika bisnis sebagai suatu ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang yang harus dilakukan manusia dan yang tidak boleh dilakukannya yang berlaku dalam praktik bisnis.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan suatu studi yang mempelajari baik dan buruknya dalam interaksi bisnis dengan pihak


(31)

stakeholders dengan mempergunakan ilmu manajemen dan ilmu hukum untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Studi ini berkonsentrasi pada norma-norma moral dan nilai-nilai yang dianut oleh individu, kelompok maupun perusahaan.

Latar belakang pembuatan etika bisnis adalah sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Etika bisnis merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip di perusahaan. Etika bisnis memiliki peran yang sangat penting, yang jika dapat diterapkan secara konsisten dapat membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi. Karena inti dari bisnis adalah saling percaya maka kejujuran adalah faktor utama. Kejujuran merupakan salah satu prinsip yang ada pada etika bisnis. Dengan demikian etika bisnis menjadi faktor yang menentukan dalam keberhasilan bisnis dan merupakan bentuk penjabaran dari praktik prinsip GCG di perusahaan (Effendi,2005). Apabila perusahaan memiliki etika sendiri berarti perusahaan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya.

Menurut Abiyasa (2011), terdapat beberapa manfaat Etika Bisnis bagi perusahaan yaitu :

1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara intern semua karyawan terikat dengan


(32)

standard etis yang sama, sehingga akan mengambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul.

2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) di bidang etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup).

3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.

4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self regulation).

5. Bagi perusahaan yang telah go public dapat memperoleh manfaat berupa meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.

6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan.

7. Membangun corporate image / citra positif, serta dalam jangka panjang dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company)

Melalui penerapan etika dalam berbisnis dan kesadaran para pelaku bisnis beretika dalam bisnis, maka suatu perusahaan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan reputasi sebagai perusahaan yang bertanggung jawab, yang akan memaksimalkan nilai pemegang saham. Apabila perusahaan tidak menjalankan etika bisnis di perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu. Karena inti dari bisnis adalah kepercayaan, maka setiap manajemen perusahaan harus memiliki etika bisnis dalam bidang usaha. Dengan demikian, penerapan etika bisnis


(33)

mencerminkan penerapan prinsip-prinsip GCG, yang memenuhi keinginan

stakeholders.

2.1.4 Pedoman Perilaku

Pedoman perilaku berisi prinsip-prinsip etis yang berlaku dan harus dipatuhi oleh setiap organ perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang baik dan sehat, tidak terlepas dari aturan dan kebijakan yang harus dipatuhi perusahaan. Untuk dapat berkembang dan menjaga kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan harus menjaga kredibilitas dan kepercayaan publik, stakeholders, pelanggan, dan pemakai jasa, yang merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kelangsungan hidup perusahaan. Hilangnya kredibilitas dan kepercayaan stakeholders dapat menyebabkan perusahaan kehilangan peluang bisnis, yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan usaha perusahaan.

Kredibilitas perusahaan dan kepercayaan sangat erat kaitannya dengan perilaku perusahaan dalam berinteraksi dengan para stakeholders. Pengelolaan perusahaan yang baik dan sehat, selain harus mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku juga harus menjunjung tinggi norma dan nilai etika. Perilaku yang baik dari perusahaan dan kesadaran menjalankan etika yang baik akan meningkatkan citra positif bagi perusahaan (Effendi,2005).

Sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002, bahwa BUMN diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya. Untuk dapat mewujudkan dan menerapakan praktek


(34)

GCG secara konkret, perusahaan harus merumuskan dan menerapkan nilai-nilai etika yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG dan budaya perusahaan perusahaan ke dalam panduan etika melalui dokumen pedoman perilaku (code of conduct ) dari perusahaan. Dokumen ini bertujuan untuk menjaga agar tetap ada konsistensi dalam penyelenggaraan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Manajemen perusahaan harus bertekad untuk menumbuh kembangkan kebiasaan dan tata pergaulan profesional yang baik dan sekaligus mencerminkan jadi diri perusahaan. Usaha ini juga merupakan perwujudan dari kesungguhan hati perusahaan untuk bekerja dan berusaha selaras dengan falsafah, visi, misi, dan tata nilai perusahaan.

Dalam rangka menjaga agar tetap ada konsistensi dalam penerapan GCG di perusahaan, maka perusahaan perlu merumuskan dokumen pedoman perilaku. Berdasarkan dokumen pedoman perilaku yang diterbitkan PT.PLN (Persero) tahun 2010, terdapat 4 hal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pedoman perilaku, yaitu :

1. Saling percaya (mutual trust)

2. Integritas (integrity)

3. Peduli (care)

4. Pembelajar (continuos learning)

Dengan komitmen dan konsisten dalam menerapkan pedoman perilaku oleh setiap organ perusahaan akan menciptakan suasana yang kondusif dalam pencapaian visi dan misi perusahaan. Penerapan pedoman perilaku ini dimaksudkan untuk :


(35)

1. Mengidentifikasi nilai-nilai dan standar etika yang selaras dengan visi dan misi perusahaan.

2. Menjabarkan nilai-nilai perusahaan (corporate values), sebagai landasan etika yang harus diikuti oleh organ perusahaan dala, melaksanakan tugas. 3. Menjadi acuan perilaku bagi setiap organ perusahaan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dan berinteraksi dengan

stakeholders.

4. Menjelaskan secara rinci standar etika agar setiap organ perusahaan dapat menilai bentuk kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan pertimbangan jika menemui keragu-raguan dalam bertindak.

Adapun fungsi pedoman perilaku bagi perusahaan menurut dokumen pedoman perilaku PT.PLN (Persero) adalah sebagai berikut:

1. Sebagai panduan bagi organ perusahaan dalam melaksanakan tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab.

2. Sebagai panduan bagi organ perusahaan dalam melakukan interaksi dengan pihak lain untuk kepentingan perusahaan.

2.1.5 Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah landasan filosofis dalam sebuah organisasi perusahaan disemaikan ke setiap sel organisasi dan menjadi nilai-nilai kehidupan bersama yang dapat muncul dalam bentuk perilaku formal maupun informal (Mulyono,2006).


(36)

Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapa tujuan bisnis dipengaruhi oleh budaya organisasi yang diterapkan di perusahaan. Pada dasarnya budaya organisasi merupakan kepribadian organisasi. Menurut McNamara (2000), budaya organisasi terdiri dari asumsi, nilai dan norma dan tanda-tanda yang kelihatan dari anggota-anggota organisasi dan perilaku-perilaku mereka. Selanjutnya McNamara (2000) menjelaskan menjelaskan bahwa budaya organisasi dapat dilihat sebagai sistem, mengandung input, proses dan output. Proses berdasarkan asumsi, nilai-nilai, norma-norma, waktu, fasilitas, ruang dan orang.

Perusahaan harus mampu membangun budaya organisasi dengan prinsip-prinsip GCG di perusahaan karena dengan adanya budaya organisasi dan penerapan GCG akan memberikan kejelasan fungsi, kedudukan, hak dan kewajiban kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Perusahaan yang mampu membangun budaya organisasi dengan prinsip-prinsip GCG menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjalankan bisnis dan organisasi secara seimbang dengan pola pikir dan perilaku untuk memajukan perusahaan sesuai dengan prosedur yang berlaku (Djajendra,2010).

Pacanowsky dan O’Donnel (1982) berpendapat bahwa budaya merupakan sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan, budaya adalah sesuatu yang merupakan organisasi itu sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa inti dari kehidupan organisasi ditemukan dalam budaya organisasi tersebut, yaitu budaya yang tidak mempermasalahkan perbedaan suku, ras ataupun individu melainkan budaya yang menunjukkan bagaimana cara hidup dan bersikap di dalam organisasi.


(37)

Robbins (1996) menyatakan suatu budaya organisasi akan berdampak pada kinerja diawali dari input-input organisasi yang meliputi: inovasi dan pengembangan resiko, perhatian ke rincian, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan dan kemantapan yang kemudian dipersepsikan sebagai budaya organisasi yang akan menjadi sebuah kekuatan yang tinggi atau rendah yang berdampak pada tingkat kinerja dan kepuasan karyawan.

Fungsi budaya perusahaan adalah sebagai sistem nilai yang akan mengikat serta mewarnai sikap dan tingkah laku para pekerja, dari mulai tukang sapu sampai dengan direktur utama. Menurut Robbins (1996), terdapat beberapa fungsi budaya organisasi yaitu:

1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.

2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. 3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas

daripada kepentingan dari individual seseorang.

4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan cara yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan. 5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu

dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Oleh karena itu, budaya organisasi dapat dijadikan sebagai pondasi bagi penerapan GCG di perusahaan. Karena budaya perusahaan yang buruk tidak akan


(38)

bisa menjadi pondasi penerapan GCG di perusahaan. Budaya perusahaan yang baik adalah yang tidak mengabaikan nilai-nilai lokalitas di antara para karyawan.

2.1.6 Kinerja Karyawan

Kinerja didefinisikan sebagai the extent of actual work performed by individualatau sampai sejauh mana kerja aktual yang diperlihatkan oleh seorang individu (Shore,1990). Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (1996), menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi.

Kinerja karyawan mengacu pada prestasi seseorang yang diukur berdasarkan standard dan kriteria yang ditetapkan perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai kinerja SDM yang tinggi dimaksudkan guna meningkatkan perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran kinerja karyawan hendaknya menginteraksikan dimensi pengukuran yang beragam karean bersifat multidimensional. Hal ini dikemukakan oleh Gibson (dalam Kartiningsih, 2007) yang menyatakan bahwa respon efektif seseorang terhadap pekerjaan merupakan kepuasan karyawan dalam melakukan pekerjaan. Gibson juga memperkenalkan suatu dimensi khusus yang menunjukkan karakteristik pekerjaan yang biasanya digunakan untuk menilai keberhasilan kerja karyawan. Kinerja karyawan dapat diukur dari berbagai macam dimensi pekerjaan antara lain meliputi jenis pekerjaan, supervise, gaji yang diberikan, promosi yang


(39)

diperoleh serta kondisi kerja yang meliputi rekan kerja maupun suasana kerja (Kartiningsih,2007).

Kinerja karyawan suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Davis (dalam Sedarmayanti, 2001) merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan,yaitu :

1. Performance = Ability + Motivation

2. Ability = Knowledge + Skill

3. Motivation = Attitude + Situation

Dengan penerapan prinsip GCG yang baik di perusahaan,maka akan tercipta keterbukaan informasi tentang kinerja karyawan yang meliputi penggunaan keuangan, penerimaan pegawai yang bersifat terbuka, adanya sistem reward dan adanya promosi jabatan yang sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang belum berpihak kepada karyawan.

2.1.7 Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan (compliance audit) merupakan unsur audit yang sangat penting terutama pada sektor publik, karena organisasi pemerintah beroperasi dalam kerangka hukum dan peraturan yang berlaku. Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu (Agoes,2004). Hasil audit nya pada umumya dilaporkan pada pihak yang berwenang membuat kebijakan.


(40)

Audit kepatuhan ini banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan pemerintah. Seperti audit kepatuhan yang dilakukan PT.PLN (Persero) terhadap proses pembangunan tenaga listrik. Pemerintah akan menunjuk auditor eksternal untuk mengaudit apakah proses pembangunan berjalan sesuai dengan standar dan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Jadi, tugas auditor kepatuhan adalah meneliti apakah sudah sesuai dengan standar, baik dari segi anggaran, pelaksanaan pembangunan, penempatan, tim kerja, dan lain sebagainya.

Tujuan audit kepatuhan yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002) adalah untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peraturan, dan Undang-Undang tertentu karena kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber yang berbeda sesuai dengan pembuat kebijakan.

Dengan melakukan audit kepatuhan, perusahaan dapat mengungkapkan tentang adanya kepatuhan entitas terhadap regulasi sekaligus menuangkan permasalahan yang mungkin disebabkan oleh regulasi itu sendiri.Dalam audit kepatuhan yang dinilai atau diukur adalah ketaatan semua aktivitas dan semua komponen perusahaan, direktur, manajer hingga karyawan sesuai dengan kebijakan, aturan, ketentuan dan prosedur yang berlaku di perusahaan serta peraturan yang berlaku.

Hal ini menunjukkan bahwa audit kepatuhan berperan tidak hanya sebagai penilai perusahaan dan mencari kesalahan perusahaan tetapi juga sebagai pencegah terjadinya kesalahan tersebut. Perusahaan yang melaksanakan audit kepatuhan merupakan perusahaan yang telah mengendalikan dan mengelola perusahaan sesuai


(41)

dengan prinsip-prinsip GCG. Karena dengan patuh terhadap prosedur dan kebijakan perusahaan merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip GCG di perusahaan (Utama,2004).

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai penerapan GCG pada perusahaan banyak telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Pratolo (2007). Hasil penelitian menunjukkan audit manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan Widuri dan Paramita (2009) menunjukkan bahwa adanya hubungan peranan budaya perusahaan penerapan GCG. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marniati (2010) menunjukkan bahwa adanya pengaruh penerapan prinsip GCG pada kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan Sari (2011) menunjukkan bahwa etika bisnis, pedoman perilaku dan kebijakan GCG berpengaruh terhadap implementasi GCG, sedangkan pemegang saham tidak berpengaruh terhadap implementasi GCG. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2011) yang menyebutkan bahwa struktur kepemilikan, budaya organisasi, komite audit dan audit internal baik secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap GCG. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Herbert (2012) menunjukkan bahwa peranan audit internal berpengaruh signifikan berpengaruh terhadap penerapan GCG. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari (2010), hasilnya menunjukkan bahwa pedoman perilaku tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG.


(42)

Tabel 2.1

Rangkuman Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti dan Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Suryo Pratolo

(2009)

GCG dan Kinerja BUMN di Indonesia : Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Internal sebagai Varibel Eksogen serta Tinjauannya pada Jenis Perusahaan. Variabel independen :Audit manajemen dan Pengendalian Internal, Variabel dependen: Penerapan Prinsip-prinsip GCG, Variabel eksogen : kinerja perusahaan. Audit manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja perusahaan.

2. Rindang Widuri dan Asterta Paramita (2009) Analisis Hubungan Peranan Budaya Perusahaan terhadap Penerapan GCG pada PT. Aneka Tambang

Variabel Independen : Peranan Budaya Organisasi , Variabel

Dependen : Penerapan GCG Peranan budaya organisasi memiliki hubungan dan pengaruh terhadap penerapan GCG di perusahaan.

3. Marniati (2010)

Analisis Penerapan Prinsip GCG terhadap Kinerja Karyawan di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh

Variabel Independen : Penerapan Prinsip GCG, Variabel Dependen : Kinerja Karyawan.

Penerapan prinsip GCG di perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

4. Erika R.

Prawitasari (2010)

Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap GCG pada PTPN IV Medan.

Variabel

Independen: Peranan Biro SPI dan Pedoman Perilaku, Variabel Dependen : Pelaksanaan GCG SPI berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG dan pedoman perilaku tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG.

5. Karina Sari

(2011)

Pengaruh etika Bisnis, Pedoman Perilaku, Pemegang Saham dan Kebijakan GCG terhadap Implementasi GCG pada Bank Sumut.

Variabel

Independen: Bisnis, Pedoman Perilaku, Pemegang Saham dan Kebijakan GCG, Variabel Dependen :

Etika bisnis, pedoman perilaku, dan kebijakan GCG berpengaruh positif terhadap


(43)

Implementasi GCG. GCG, sedangkan pemegang saham tidak berpengaruh terhadap implementasi GCG.

6. Hanifah (2011) Pengaruh Struktur Kepemilikan, Budaya Organisasi, Komite Audit, dan Audit Internal terhadap GCG dan Implikasinya Terhadap Kinerja BUMN. Variabel independen : Struktur Kepemilikan, Budaya Organisasi, Komite Audit, dan Audit Internal, variabel dependen : GCG dan Kinerja BUMN.

Struktur Kepemilikan, Budaya Organisasi, Komite Audit, dan Audit Internal berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap GCG dan kinerja BUMN.

7. Herbert T.

Sibarani (2012)

Pengaruh Peranan Audit

Internal terhadap Penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Variabel Independen : Peranan audit Internal, Variabel Dependen : Penerapan GCG. Peranan audit internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan GCG.


(44)

2.3 Kerangka Konseptual

Yang menjadi variabel bebas (variable independent) pada penelitian ini adalah peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan. Variabel terikat (variable dependent) dalam penelitian ini adalah penerapan GCG. Kerangka konseptual yang dirancang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1

H2

H3

H4

H5

H6

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Peranan Audit Internal (X1)

Etika Bisnis (X2)

Pedoman Perilaku (X3)

Budaya Organisasi (X4)

Kinerja Karyawan (X5)

Audit Kepatuhan (X6)

Penerapan GCG


(45)

Kerangka konseptual penelitian dipaparkan pada gambar 2.2 di atas. Penelitian ini terdiri dari 6 jenis variabel independen (peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan, dan audit kepatuhan). Gambaran bahwa perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip GCG akan lebih meningkatkan peranan audit internal ,melaksanakan etika bisnis, menjalankan pedoman perilaku yang diterbitkan perusahaan, memiliki budaya organisasi, kinerja karyawan yang meningkat dan audit kepatuhan yang dipatuhi oleh karyawan daripada perusahaan yang tidak menerapkan prinsip-prinsip GCG. Dikarenakan perusahaan akan memperhatikan dan menjalankan hal-hal yang akan mendorong penerapan prinsip-prinsip GCG di perusahaan.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

H1 : Peranan audit internal memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerapan GCG.

H2 : Etika bisnis memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerapan GCG.

H3 : Pedoman perilaku memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerapan GCG.

H4 : Budaya organisasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerapan GCG.


(46)

H5 : Kinerja karyawan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerapan GCG.

H6 : Audit kepatuhan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerapan GCG.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu(Sugiyono, 2004).

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2003:30), penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara , Jalan Komodor Laut Yos Sudarso No.282, Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada minggu ketiga bulan Oktober 2012 dan direncanakan akan minggu kedua pada Februari 2013.


(48)

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Tahapan Penelitian Okt

2012

Nov 2012

Des 2012

Jan 2013

Feb 2013 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pra observasi penelitian

Penetapan judul

Pengumpulan Data

Penyelesaian Proposal

Pengelolaan dan Analisis data

Penyelesaian skripsi

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini memiliki batasan , yaitu :

1. Penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel bebas, yaitu : peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan, dan audit kepatuhan untuk mengukur penerapan GCG pada PT. PLN ( Persero) Wilayah Sumatera Utara. Dikarenakan variabel bebas yang digunakan merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penerapan GCG dan diharapkan dapat mengukur penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

2. Objek penelitian ini hanya dilakukan di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Dikarenakan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara merupakan


(49)

BUMN yang bergerak melayani masyarakat dalam bidang kelistrikan dan memiliki kinerja yang cukup baik, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti penerapan GCG pada PT.PLN (Persero)Wilayah Sumatera Utara.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Pengukuran Variabel

Variabel Independen

Peranan Audit Internal ( X1 )

Peranan audit internal adalah unit pengawasan

internal yang mempunyai peran tidak

hanya membantu manajemen dalam menjalankan fungsi pengawasannya tetapi juga sebagai konsultan bagi manajemen dalam rangka peningkatan penerapan manajemen risiko, pengendalian internal dan penerapan GCG.

Peranan Audit Internal diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Herbert T. Sibarani

(2012) dengan melakukan

perubahan seperlunya.

Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

Etika Bisnis ( X2 )

Etika bisnis adalah keseluruhan dari aturan-aturan etika, baik yang tertulis maupun yang tidak

Etika bisnis diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Karina Sari (2011) dengan


(50)

tertulis yang mengatur hak-hak dan kewajiban

produsen dan konsumen serta etika

yang harus dipraktekkan dalam

bisnis.

seperlunya.Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan

skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

Pedoman Perilaku ( X3 )

Pedoman perilaku merupakan penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis dalam melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ perusahaan dan semua karyawan perusahaan.Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan

donasi, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, dan pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.

Pedoman perilaku diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Erika R. Purwitasari (2010) dengan melakukan perubahan seperlunya. Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

Budaya Organisasi ( X4 )

Budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi

untuk bertindak danmemecahkan

masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungandan

mempersatukan anggota-anggota

Budaya organisasi diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari kuesioner pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi di unit pelaksana teknis dinas sosial Propinsi Jawa timur.

Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap


(51)

organisasi. pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

Kinerja Karyawan ( X5 )

Kinerja Karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja Karyawan diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari kuesioner Ayu Andira (2012)

Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

Audit Kepatuhan ( X6 )

Audit kepatuhan adalah suatu tinjauan atas catatan keuangan organisasi untuk menentukan apakah organisasi tersebut telah melaksanakan prosedur-prosedur, kebjakan-kebijakan, atau peraturan yang telah dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi.

Audit kepatuhan diukur dengan menggunakan 4 item pernyataan yang Nadia Maya Sari Dewi (2012)

Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

Variabel Dependen

Penerapan GCG

GCG adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan

Penerapan GCG diukur dengan menggunakan 20 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Herbert T. Sibarani (2012).


(52)

keberhasilan usaha dan akuntabilitas

perusahaan guna mewujudkan nilai

pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan

stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai etika.

likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam penelitian ini adalah PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara.

3.5.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan yang terlibat dalam mendukung penerapan GCG di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Alasan dipilihnya sampel ini karena karyawan-karyawan tersebut berpatisipasi aktif dalam penerapan GCG. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak.


(53)

3.6 Jenis Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Jenis data di dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih di lokasi penelitian. Data primer penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner pada karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku, jurnal-jurnal penelitian, majalah, dan situs internet. Data sekunder penelitian ini berupa:

1. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. 2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

3. Jurnal-jurnal penelitian mengenai penerapan GCG, peranan audit internal, etika bisnis , pedoman perilaku dan sebagainya yang mendukung penelitian ini.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaaan kepada karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yang menjadi responden penelitian, yang digunakan sebagai alat memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian dan penjabaran dari hipotesis. Sebanyak 80 kuesioner yang didistribusikan kepada karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah


(54)

Sumatera Utara, tetapi hanya 64 kuesioner yang kembali dan dapat dilakukan pengolahan data. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random sampling).

Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner dikirim kepada semua responden dengan cara membagikannya secara langsung kepada setiap responden.

2. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden.

3. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, maka selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dari semua kuesioner yang sudah terkumpul.

Dalam penelitian ini digunakan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

3.8 Uji Analisis Faktor

Analisis faktor adalah analisis yang bertujuan mencari faktor-faktor utama yang paling mempengaruhi variabel dependen dari serangkaian uji yang dilakukan atas serangkaian variabel independen sebagai faktornya.

Sharma (1996) menyatakan bahwa tujuan analisis faktor adalah menggunakan matriks korelasi hitungan untuk : 1. Mengidentifikasi jumlah terkecil dari faktor umum (yaitu model faktor yang paling parsimoni) yang mempunyai penjelasan


(55)

terbaik atau menghubungkan korelasi di antara variabel indikator. 2. Mengidentifikasi, melalui faktor rotasi, solusi faktor yang paling masuk akal. 3. Estimasi bentuk dan struktur loading, komunality dan varian unik dari indikator. 4. Intrepretasi dari faktor umum. 5. Jika perlu, dilakukan estimasi faktor skor.

3.8.1 Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test

KMO merupakan suatu nilai yang merupakan ukuran untuk kelayakan data. Uji KMO bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah terambil telah cukup untuk difaktorkan. Uji Bartlett bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel dalam kasus multivariat.

Menurut J. Supranto (2005), jika besar KMO lebih dari 0,5 maka penggunaan analisis faktor sudah cocok untuk data tersebut. Nilai KMO yang kecil mengindikasikan bahwa penggunaan analisis faktor harus dipertimbangkan kembali, karena korelasi antar peubah asal tidak dapat diterangkan oleh peubah lain. Menurut Kaiser dan Rice (1974) menetapkan kriteria pengukuran bahwa nilai KMO sebesar 0,9 adalah sangat bagus; 0,8 adalah bagus; 0,7 adalah cukup; 0,6 adalah kurang; 0,5 adalah jelek dan di bawah 0,5 tidak dapat diterima (Sharma,1996).

3.8.2 Komunalitas

Komunalitas merupakan proporsi keragaman peubah asal ke-I yang dapat dijelaskan oleh faktor umum dan sisanya yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor umum dijelaskan oleh faktor khusus yang melalui ragam khusus (specific variance). Menurut J.Supranto (2005), komunalitas adalah jumlah varian yang disumbangkan


(56)

oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian dari varian yang dijelaskan oleh faktor biasa atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel.

Maksud dari penjelasan variabel oleh faktor adalah seberapa besar faktor yang nantinya terbentuk mampu menjelaskan variabel.

3.9 Uji Kualitas Data

3.9.1 Pengujian Validitas Data

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrument, dimana sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukurnya (Ancok 1998 : 120). Sedangkan menurut Hakim (1999) dalam Widyastuti (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain ketidakpatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistic, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika r hitungpositif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan dinyatakan valid.

b. Jika r hitungpositif dan r hitung < r tabel maka butir pertanyaan dinyatakan tidak

valid.

3.9.2Pengujian Reliabilitas Data

Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pemgukuran tetap apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala


(57)

yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Dalam melihat reliabilitas masing-masing instrument yang digunakan, maka penelitian menggunakan koefisien

cronbanch alpha, yaitu suatu instrument dikatakan reliable jika memilki nilai

cronbanch alpha lebih besar dari 0,5 atau bila r positif , r hitung > r tabel maka butir

pertanyaan valid (Ghozali 2005).

3.10 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

3.10.1 Uji Normalitas

Menurut Erlina (2008), tujuan dari uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data dengan distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.

Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogrov-Smirov tantang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari :

a. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.


(58)

3.10.2 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Erlina (2008), tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Erlina,2008). Untuk melihat ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titk yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali,2005:105).

3.11 Uji Hipotesis

3.11.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap


(59)

variabel dependen. Uji-t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika F hitung< F tabelpada α = 5 %

Ho ditolak jika F hitung > F tabel pada α = 5 % 3.11.2 Uji Secara Parsial (Uji-t)

Uji-T digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas >0,05pada α = 5 % Ho ditolak jika Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05pada α = 5 %

3.11.3 Koefisien Determinan (R2)

Pengujian koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independent yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen (Ghozali 2005:83). Selanjutnya, Ghozali (2005:83) menerangkan bahwa koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0

≤ R2 ≤ 1). Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0,5 dan

mendekati 1. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 adalah 0 sampai dengan 1. Apabila R2 semakin mendekati 1, maka variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil R2, maka kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi


(60)

variabel dependen semakin terbatas. Hal ini berarti bila R2=0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antaravariabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3.12 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda ditujukan untuk mengetahui hubungan linier antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini analisis regresi linier dilakukan dengan metode enter.

Analisis regresi linear berganda dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e

Dimana :

Y = Penerapan GCG a = Konstanta

X1 = Peranan Audit Internal b1= Koefisien peranan audit internal

X2 = Etika Bisnis b2= Koefisien etika bisnis

X3 = Pedoman Perilaku b3= Koefisien pedoman perilaku

X4 = Budaya Organisasi b4= Koefisien budaya organisasi

X5 = Kinerja Karyawan b5= Koefisien kinerja karyawan


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

4.1.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Listrik sudah mulai ada di wilayah Indonesia sejak tahun 1983, tepatnya di daerah Batavia (Jakarta sekarang). Sejarah keberadaan listrik di wilayah Sumatera Utara berawal dari dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923, yaitu ketika perusahaan swasta Belanda bernama NV NIGEM/OGEM membangun pusat listrik di tanah pertapakan yang saat ini telah menjadi kantor cabang Medan di Jalan Listrik No. 12, Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWM), Brastagi dan Tarutung (1929), Tanjung Balai (1931) milik Gemeente-Kotapraja, Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Setelah Proklamasi RI 17 agustus 1945, Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik di seluruh tanah air melakukan aksi dan berhasil untuk mengambil alih perusahaan listrik swasta bekas milik Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada pemerintah RI dalam hal ini Departemen Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu, maka dengan penetapan Pemerintah no. 1 s.d 45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik.


(62)

Setelah perusahaan listrik berhasil diambil alih oleh pemerintah, maka sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara (Sumatera Timur dan Tapanuli). Pada tanggal 1 Januari 1961, dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU-PLN) dengan SK Menteri PUT No.16/1/20 tanggal 20 Mei 1961 yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang mengakibatkan organisasi kelistrikan pun berubah. Perusahaan listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau diubah namanya menjadi PLN Eksploitasi. Kemudian, tahun 1964 BPU-PLN dibubarkan oleh pemerintah dengan Peraturan Menteri PUT No.9/PRT/64. Kemudian dengan keluarnya Peraturan Menteri No.1/PRT/65 ditetapkanlah pembagian kerja PLN secara nasional menjadi 15 kesatuan daerah ekspolitasi, dimana PLN Sumatera Utara ditetapkan menjadi PLN Eksploitasi I.

Dari Eksploitasi I sampai Wilayah II

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No. KPTS 009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966. PLN Ekspolitasi I dibagi menjadi 4 cabang dan satu sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, P.Siantar (berkedudukam di Tebing Tinggi). PP No. 18 Tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh wilayah RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah menjadi PLN Eksploitasi II


(63)

Sumatera Utara.Kemudian menyusul Peraturan Menteri PUTL No.013/PRT/75 yang mengubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara. Wilayah kerja PLN Wilayah II Sumatera Utara meliputi keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Utara, dimana sebagian besar berada di daratan provinsi Sumatera Utara dan sebagian kecil berada di Pulau Nias (Profil Unit PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, 2011).

4.1.2 Visi dan Misi PT. PLN (Persero)

4.1.2.1Visi

Adapun visi PT. PLN (Persero) adalah untuk diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insane.

4.1.2.2Misi

Adapun misi PT. PLN (Persero) yaitu sebagai berikut :

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.


(1)

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Pertanyaan1 59.8906 26.797 .412 .747

Pertanyaan2 59.9219 26.391 .430 .745

Pertanyaan3 60.3125 27.456 .290 .757

Pertanyaan4 59.9063 27.420 .307 .756

Pertanyaan6 59.9844 26.714 .376 .750

Pertanyaan7 60.1719 25.668 .577 .734

Pertanyaan8 60.2656 26.579 .340 .753

Pertanyaan9 59.8594 26.567 .399 .748

Pertanyaan11 60.1250 25.794 .462 .742

Pertanyaan12 59.8438 27.436 .333 .754

Pertanyaan14 60.0156 27.127 .316 .755

Pertanyaan15 60.1094 26.956 .313 .755

Pertanyaan16 59.9531 27.061 .316 .755

Pertanyaan17 60.3438 26.832 .294 .758

Pertanyaan19 60.2188 26.586 .316 .756


(2)

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.804 3

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.690 3

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.675 5

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.753 5

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.728 4

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.684 4

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items


(3)

(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 64

Normal Parametersa,

,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 4,56177047

Most Extreme Differences

Absolute ,048

Positive ,042

Negative -,048

Kolmogorov-Smirnov Z ,382

Asymp. Sig. (2-tailed) ,999

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 581,595 6 96,933 4,214 ,001a

Residual 1311,014 57 23,000

Total 1892,609 63

a. Predictors: (Constant), audit kepatuhan, peranan audit internal, budaya organisasi, etika bisnis, pedoman perilaku, kinerja karyawan

b. Dependent Variable: Penerapan Good Corporate Governance

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 34,517 6,771 5,098 ,000

peranan audit internal ,807 ,420 ,235 1,922 ,060

etika bisnis ,469 ,562 ,131 ,835 ,407

pedoman perilaku -,175 ,381 -,073 -,458 ,648 budaya organisasi -,159 ,410 -,059 -,388 ,700 kinerja karyawan ,912 ,418 ,379 2,180 ,033

audit kepatuhan ,402 ,433 ,144 ,926 ,358

Model Summaryb

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 ,554a ,307 ,234 4,79586 ,307 4,214 6 57 ,001 1,526 a. Predictors: (Constant), audit kepatuhan, peranan audit internal, budaya organisasi, etika bisnis, pedoman perilaku, kinerja karyawan


(6)

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 audit kepatuhan,

peranan audit internal, budaya organisasi, etika bisnis, pedoman perilaku, kinerja karyawana

. Enter

a. All requested variables entered.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 34,517 6,771 5,098 ,000

peranan audit internal ,807 ,420 ,235 1,922 ,060

etika bisnis ,469 ,562 ,131 ,835 ,407

pedoman perilaku -,175 ,381 -,073 -,458 ,648 budaya organisasi -,159 ,410 -,059 -,388 ,700 kinerja karyawan ,912 ,418 ,379 2,180 ,033