Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH PERANAN AUDIT INTERNAL TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III (Persero) MEDAN

OLEH :

NAMA : GITA GUMILANG

NIM : 050503150

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara 2009


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, dan benar adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 5 November 2009 Yang membuat pernyataan,

Gita Gumilang NIM : 050503150


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan semesta alam yang menggenggam jantung ini dan membiarkannya tetap berdetak, mengalirkan nyawa dalam darah sehingga satu demi satu ibadah ini dapat penulis laksanakan. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

Skripsi ini didedikasikan sepenuhnya kepada kedua orangtuaku Papa (H.Sugiono Asmar,SP,QIA) dan Mama (Hj. Suriana), tak cukup hanya sekedar ‘terima kasih’ untuk membasuh keringat dan tetesan air mata yang mengalir selama membesarkan ananda. Namun percayalah dalam setiap hembusan nafas ini adalah doa memohon surga jadi balasan termanis bagi jasa pahlawanku Papa dan Mama tersayang. Terima kasih Papa dan mama untuk semua kasih sayang, doa yang tak pernah putus, pengorbanan, serta dukungan yang sangat besar untuk ananda. Semoga ananda dapat jadi anak yang berbakti. Terima kasih untuk saudara kandung yang kubanggakan


(4)

Duha Susantri,SE, Nurul Huda,ST dan Ibnu Ikhsan atas semua doa dan semangat yang telah mewarnai hari-hari penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis masih dan akan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki diri lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak berupa dukungan moriil, materil, spiritual, maupun administrasi. Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, yaitu:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail,MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak dan Bapak Iskandar Muda, SE, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah banyak membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Seluruh Pegawai di Bagian SPI Kantor Pusat PTPN III (Persero) Medan terutama

kepada Bapak Kuller Siregar SE, ST, QIA terima kasih atas kerja sama dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Sebagai manusia yang penuh kekurangan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik isi maupun bahasanya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semua berakhir dalam harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 5 November 2009 Yang membuat pernyataan

Gita Gumilang NIM. 050503150


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peranan audit internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG). Penelitian ini dilakukan di PTPN III (Persero) Medan. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan penelitian assosiatif kausal, dengan jumlah sampel 34 responden dari seluruh pegawai SPI. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengirimkan kuesioner langsung kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu satu minggu.

Model analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana, dengan pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikan parsial (uji-t) dan koefisien determinasi (R2). Descriptive Statistics juga digunakan untuk membantu menganalisis data dengan mendeskripsikan data yang terkumpul.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan audit internal berpengaruh signifikan positif terhadap penerapan GCG. Hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan R square sebesar 0,148 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara peranan audit internal dengan penerapan GCG tidak mempunyai hubungan yang kuat sebesar 14,8%.


(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the impact of the role of internal audit toward the implementation of Good Corporate Governance (GCG). This research was done in PTPN III (Persero) Medan. The kind of the minithesis is a causal assosiative research, with 34 sample of respondent from the employee in Internal Audit Departement. Kinds of data in use are primary and secondary. The primary data are taken from direct questionnaire to respondent and pick them after one week.

Analysis model that being used was simple linier regression, with data quality was tested by using validity test and reliability test. Classic assumption tests that being used in research were normality test and heterocedastisity test. Hypothesis test that being used were parsial test (t-test) and coefficient determination (R2) in this research. Descriptive Statistics is also used to help analyzing data by describing the collected data.

The result of this research showed that the role of internal audit has a positive significant impact to the implementation of GCG. The result of Simple Linear Regression statistic analysis simultaneously is that R square = 0,148 that means correlation betwen the role of internal audit with the implementation of GCG does not have the strong effect grow up 14,8%.


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis... 7


(9)

b. Audit Internal yang Efektif ... 9

c. Tujuan Audit Internal... 10

d. Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal ... 12

e. Kedudukan dan Peran Audit Internal ... 14

f. Wewenang dan Tangung Jawab Audit Internal ... 21

g. Laporan Audit Internal ... 23

2. Good Corporate Governance (GCG) ... 25

a. Pengertian GCG... 25

b. Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG ... 28

B. Kaitan Audit Internal dengan GCG ... 32

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34

D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 34

1. Kerangka Konseptual ... 34

2. Hipotesis Penelitian... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 37

C. Teknik Penentuan Sampel ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38


(10)

G. Model Analisis Data ... 42

H. Uji Asumsi Klasik... 43

I. Pengujian Hipotesis ... 44

J. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 45

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 46

1. Gambaran Umum PTPN III (Persero) Medan ... 46

a. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan ... 46

b. Aktivitas Perusahaan ... 47

c. Struktur Organisasi Perusahaan ... 48

2. Departemen Audit Internal Perusahaan ... 50

a. Gambaran Umum SPI ... 50

b. Landasan Pembentukan SPI ... 50

c. Visi dan Misi SPI PTPN III (Persero) Medan ... 52

d. Fungsi dan Ruang Lingkup SPI ... 52

e. Kedudukan dan Peran SPI ... 56

f. Wewenang dan Tanggung Jawab SPI ... 57

g. Laporan Hasil Audit ... 58

B. Analisis Hasil Penelitian ... 61

1. Pengujian Validitas Variabel ... 61


(11)

3. Statistik Deskriptif ... 67

4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 68

a. Uji Normalitas ... 69

b. Uji Heterokedastisitas ... 71

5. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana ... 72

6. Hasil Pengujian Hipotesis ... 74

a. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 74

b. Koefisien determinasi (R2) ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 77

B. Keterbatasan Penelitian ... 78

C. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……… 34

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 45

Tabel 4.1 Validitas Peranan Audit Internal (Pengujian I) ... 62

Tabel 4.2 Validitas Peranan Audit Internal (Pengujian II) ... 63

Tabel 4.3 Validitas Penerapan GCG (Pengujian I) ... 63

Tabel 4.4 Validitas Penerapan GCG (Pengujian II) ... 65

Tabel 4.5 Reliability Statistic Peranan Audit Internal ... 66

Tabel 4.6 Reliability Statistic Penerapan GCG ... 67

Tabel 4.7 Statistic Descriptive ... 68

Tabel 4.8 One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 71

Tabel 4.9 Variables Entered/Removed ... 73

Tabel 4.10 Regresi Linier Sederhana ... 73

Tabel 4.11 Hasil Uji-T Hitung ... 75


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Departemen Audit Internal Berada di Bawah

Direktur Keuangan ... 17

Gambar 2.2 Departemen Audit Internal Berada di Bawah Direktur Utama ... 18

Gambar 2.3 Departemen Audit Internal Berada di Bawah Dewan Komisaris ... 19

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 36

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 69

Gambar 4.2 Grafik P-P Plots ... 70


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Struktur Organisasi PTPN III (Persero) Medan ... 81

Lampiran ii Struktur Organisasi SPI ... 82

Lampiran iii Kuesioner Peranan SPI ... 83

Lampiran iv Kuesioner Penerapan GCG ... 85

Lampiran v Tabulasi Hasil Kuesioner Peranan SPI ... 88

Lampiran vi Tabulasi Hasil Kuesioner Penerapan GCG ... 89

Lampiran vii Reliability Peranan Audit Internal ... 91

Lampiran viii Reliability Penerapan GCG ... 95

Lampiran ix Regression ... 103

Lampiran x Histogram ... 105

Lampiran xi Normal P-P Plots of Regression Standardized residual ... 106

Lampiran xii One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 107

Lampiran xiii Scatterplot... 108


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan secara umum didirikan tentunya memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh berasal dari pemanfaatan sumber daya yang ada di perusahaan secara maksimal sehingga laba yang diharapkan untuk diperoleh juga maksimal. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan selalu mengusahakan agar jumlah laba yang diperoleh terus meningkat dari tahun-ketahun merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan sebuah perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba tersebut juga menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan cara pandang yang demikian maka menuntut perusahaan untuk selalu melakukan inovasi-inovasi terbaru untuk menghadapi persaingan dunia usaha terkini.

Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan maupun manufaktur selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan harta bendanya. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang dengan baik diperlukan upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktivitas, efisiensi, serta efektifitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka kegiatan dan masalah yang dihadapi perusahaan akan semakin


(16)

kompleks sehingga semakin sulit untuk mengawasi seluruh kegiatan dan operasi perusahaan, dimana semakin besar kemungkinan untuk terjadinya penyimpangan-penyimpangan, pemborosan, serta kecurangan. Masalah-masalah internal yang muncul dalam organisasi sebagian merupakan tanda bahwa fungsi di dalam lembaga tidak dilaksanakan secara taat dan konsisten, dampaknya tata kelola perusahaan tidak dilaksanakan secara sehat. Mengatasi hal ini, salah satu fungsi yang harus diberdayakan secara konsisten adalah fungsi pengawasan yang dapat memicu terlaksananya pengendalian risiko manajemen, sistem pengendalian, dan penataan manajemen yang sehat untuk mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup usaha.

Dalam pelaksanaan pengendalian dapat dilakukan secara langsung oleh anggota perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu departemen audit internal. Pihak manajemen dapat membentuk suatu departemen audit intern yang diberi wewenang untuk melakukan pengawasan dan penilaian terhadap pengendalian intern perusahaan. Struktur pengendalian intern dimaksudkan untuk melindungi harta milik perusahaan, menilai kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang telah di gariskan. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian kontrol, kinerja, resiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat.


(17)

Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses governance. Peran audit internal akan semakin dapat diandalkan dalam mengembangkan dan menjaga efektivitas sistem pengendalian internal, pengelolaan resiko dan Good Corporate

Governance guna menopang terwujudnya suatu perusahaan yang sehat. Suatu

mekanisme dalam sistem pengendalian internal merupakan salah satu sarana utama untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis dan era globalisasi menuntut dikembangkannya suatu sistem dan paradigma baru dalam pengelolaan bisnis dan industri. Good Corporate Governance (GCG) atau yang lebih umum dikenal dengan tata kelola perusahaan yang baik muncul sebagai satu pilihan yang bukan saja menjadi formalitas, namun suatu sistem nilai dan best practices yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai perusahaan.

Secara teoritis, praktek GCG dapat meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor.

Corporate governance akhir-akhir ini menjadi perhatian publik, terutama karena


(18)

umum. Corporate Governance merupakan suatu sistem bagaimana suatu organisasi dikelola dan dikendalikan.

Bank, BUMN, dan perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham, sebagai tulang punggung perekonomian nasional diharapkan menjadi teladan dalam menerapkan corporate governance yang efektif. Penerapan corporate governance yang efektif pada Bank, BUMN, dan perusahaan publik memberikan gambaran kondisi perekonomian, serta menghindari terjadinya krisis dan kegagalan serupa di masa depan. Beberapa bentuk implementasi GCG antara lain adalah sistem pengendalian internal (internal control system), pengelolaan resiko, dan etika bisnis yang dituangkan dalam pedoman perilaku perusahaan.

Berdasarkan keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktek Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN, seluruh BUMN diwajibkan untuk menerapkan GCG secara konsisten dan menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya. BUMN sebagai salah satu ujung tombak roda perekonomian negara, memang dituntut mengambil langkah komprehensif terhadap aset-asetnya agar dapat menghasilkan profit berbentuk pemasukan kas sehingga memiliki nilai tambah (value added). PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan merupakan salah satu perusahaan BUMN yang wilayah kerjanya menyebar di Propinsi Sumatera Utara dan memiliki banyak pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang dikenal sebagai stakeholders


(19)

Medan menyadari pentingnya pengendalian internal (internal control) yang efektif guna membantu perusahaan dalam peningkatan kinerja, mencegah kecurangan dan penyajian laporan keuangan yang dapat diandalkan, serta mendorong keberhasilan penerapan GCG.

Pentingnya pengendalian internal dan adanya Satuan Pengawasan Internal (SPI) diatur dalam SK Menteri BUMN Nomor kep-117/M-MBU/2002. Pada Pasal 11 dinyatakan bahwa “direksi harus menetapkan suatu Sistem Pengendalian Internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset BUMN” dan UU BUMN Nomor 19 Tahun 2003 tanggal 19 Juni 2003 juga telah mewajibkan BUMN untuk membentuk unit pengendalian internal. Keberadaan fungsi SPI dalam PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan menjamin efektivitas pengendalian internal dan merupakan mitra strategis dalam penyempurnaan kegiatan pengelolaan perusahaan serta mendorong proses governance. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan dalam rangka pemenuhan kepentingan menerapkan prinsip-prinsip GCG. Satuan Pengawasan Intern sebagai departemen audit internal perusahaan memiliki peranan penting dalam mewujudkan penerapan praktek GCG.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Peranan Audit Internal terhadap Penerapan Good Corporate


(20)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah: apakah peranan audit internal berpengaruh terhadap penerapan GCG pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh peranan audit internal terhadap penerapan GCG pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan penulis tentang pengaruh peranan audit internal terhadap penerapan GCG.

2. Bagi PTPN III (Persero) Medan, sebagai bahan masukan berupa saran dalam peningkatan kualitas peranan audit internal sejalan dengan penerapan GCG. 3. Bagi pembaca dan pihak lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Audit Internal

a. Pengertian Audit Internal

Audit internal merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur dan mengevaluasi sistem pengendalian dengan tujuan membantu semua anggota manajemen dalam mengelola secara efektif pertanggungjawabannya dengan cara menyediakan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-komentar yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang ditelaah. Ikatan Auditor Internal (Institute of Internal Auditors – IIA) dikutip oleh Messier (2005: 514), mendefinisikan audit internal sebagai berikut :

Audit intern adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit intern ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata kelola.

Definisi ini mengandung pengertian bahwa audit intern merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan informasi, dengan tujuan akhir yaitu menambah nilai perusahaan. Pelaksanaan audit intern dilakukan secara independen dan obyektif yang berarti tidak terpengaruh oleh pihak


(22)

manapun dan tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan audit internal secara independen dan obyektif tersebut akan dapat diandalkan oleh para pengguna informasi.

Kegiatan penilaian ini bersifat independen bukanlah dalam arti absolut yang berarti bebas dari semua ketergantungan, tetapi mengandung pengertian bahwa internal auditor bebas dari pengaruh atau kekuasaan pihak yang diperiksanya sehingga diharapakan akan dapat memberikan penilaian yang objektif. Definisi tersebut juga tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga menyatakan lingkup yang luas dari audit internal modern yang lebih menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan resiko, tata kelola, dan pengendalian. Dan Mulyadi (2002:29) menyatakan bahwa:

Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Dari definisi tersebut dapat dilihat beberapa lingkup tugas auditor internal dalam perusahaan yang bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektifitas kegiatan usaha dan juga pengendalian internal yang telah dijalankan. Selanjutnya Agoes (2004: 221) memberikan pendapatnya mengenai audit internal sebagai berikut :

Internal Audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan, dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen


(23)

ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan dibidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dll. Ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi bertujuan untuk mengetahui apakah pembukuan dan laporan keuangan tersebut telah menunjukan gambaran aktivitas yang sebenarnya dan untuk mengetahui apakah setiap bagian atau unit benar-benar telah melaksanakan kebijakan rencana dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak.

Perusahaan perkebunan memiliki kedudukan yang penting dalam perekonomian dan pembangunan, maka fungsi audit internal menjadi semakin penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi audit intern bagi manajemen perusahaan adalah untuk menjamin pelaksanaan operasional yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Di dalam perusahaan, audit intern yang merupakan fungsi staf, tidak memiliki wewenang untuk langsung memberi perintah kepada pegawai, juga tidak dibenarkan untuk melakukan tugas-tugas operasional dalam perusahaan yang sifatnya di luar kegiatan pemeriksaan.

b. Audit Internal yang efektif


(24)

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan agar suatu perusahaan dapat memiliki departemen audit internal yang efektif dalam membantu manajemen dengan memberikan analisa, penilaian, dan saran mengenai kegiatan yang diperiksanya, Sawyers (2005:52).

1) Departemen audit internal harus mempunyai kedudukan independen dalam organisasi perusahaan, yaitu tidak terlibat dalam kegiatan operasional yang diperiksanya.

2) Departemen audit internal harus mempunyai uraian tugas tertulis yang jelas sehingga dapat mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Departemen audit internal harus pula memiliki internal audit manual yang berguna untuk:

a) mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas,

b) menentukan standar untuk mengukur dan meningkatkan performance, c) memberi keyakinan bahwa hasil akhir departemen audit internal telah

sesuai dengan requirement kepala audit internal.

3) Departemen audit internal harus memiliki dukungan yang kuat dari top

management. Dukungan yang kuat dari top management tersebut dapat

berupa:

a) penempatan departemen audit internal dalam posisi yang independen, b) penempatan staf audit dengan gaji yang rationable,

c) penyediaan waktu yang cukup dari top management untuk membaca, mendengarkan dan mempelajari laporan-laporan yang dibuat oleh departemen audit internal dan tanggapan yang cepat dan tegas terhadap saran-saran perbaikan yang diajukan.

4) Departemen audit internal harus memiliki sumber daya yang profesional, berkemampuan, dapat bersikap objektif dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi.

5) Departemen audit internal harus bersifat koperatif dengan akuntan publik. 6) Harus diadakannya rotasi dan kewajiban mengambil cuti bagi pegawai

departemen audit internal.

7) Pemberian sanksi yang tegas kepada pegawai yang melakukan kecurangan dan memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.

8) Menetapkan kebijakan yang tegas mengenai pemberian-pemberian dari luar. 9) Mengadakan program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan

kemampuan pegawai dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai auditor internal.


(25)

c. Tujuan Audit Internal

Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian internal perusahaan yang handal dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan. Satuan kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas membantu direksi dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha dengan:

1) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan,

2) Memberikan saran dalam upaya memperbaiki efektivitas proses pengendalian risiko,

3) Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perusahaan, pelaksanaan GCG dan perundang-undangan,

4) Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh audit eksternal.

Tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota organisasi untuk melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk mencapai tujuan ini, staf audit internal diharapkan dapat memenuhinya dengan analisis, penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi tentang kegiatan yang ditelaah. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal harus melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya penerapan dari sistem pengendalian internal dan pengendalian operasional lainnya, serta


(26)

mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal,

b) memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen,

c) memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan,

d) memastikan bahwa pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya,

e) menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen,

f) menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

d. Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal

Fungsi audit internal merupakan kegiatan yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut ini :


(27)

a. Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektifitas struktur pengendalian internal dan mendorong penggunaan struktur pengendalian internal yang efektif dengan biaya yang minimum.

b. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak dipatuhi.

c. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan. d. Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam

perusahaan.

e. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan-kegiatan perusahaan.

Audit internal yang modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang pemeriksaan keuangan tetapi sudah meluas kebidang lainnya seperti audit manajemen, audit lingkungan hidup, audit kepatuhan dan sudah mencakup konsultasi yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan kegiatan operasi suatu organisasi.

Fungsi audit internal menjadi semakin penting sejalan dengan semakin kompleksnya operasional perusahaan. Manajemen tidak mungkin dapat mengawasi seluruh kegiatan operasional perusahaan, karena itu manajemen sangat terbantu oleh fungsi audit intern untuk menjaga efisiensi dan efektivitas kegiatan.

Menurut Guy (2002:410) “ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang memadai serta efektivitas sistem pengendalian internal organisasi dan


(28)

kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan”. Berikut ini adalah ruang lingkup audit internal yang meliputi tugas-tugasnya :

a) Menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi serta melaporkan informasi semacam itu.

b) Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan serta menentukan apakah organisasi telah mematuhinya.

c) Menelaah perangkat perlindungan aktiva dan secara tepat memverifikasi keberadaan aktiva tersebut.

d) Menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan.

e) Menelaah informasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta apakah operasi atau program itu telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

Ruang lingkup penugasan Fungsi Audit Internal yang terdapat dalam Standard Profesi Audit Internal yang dikeluarkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:20) yaitu “ fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan


(29)

Maksud dari pernyataan tersebut ialah audit internal membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko dan sistem pengendalian intern. Berdasarkan hasil penilaian resiko tersebut, fungsi audit internal mengevaluasi kecukupan dan efektifitas sistem pengendalian internal, yang mencakup governance, kegiatan operasi, dan sistem informasi organisasi.

e. Kedudukan dan Peran Audit Internal

Hal yang harus diperhatikan dalam suatu perusahaan agar dapat memiliki departemen audit internal yang efektif adalah departemen audit internal tersebut harus memiliki kedudukan audit internal yang independen dalam organisasi perusahaan. Independensi audit internal antara lain tergantung pada:

1) Kedudukan departemen audit internal tersebut dalam organisasi perusahaan, maksudnya kepada siapa departemen tersebut bertanggung jawab,

2) Apakah departemen audit internal dilibatkan dalam kegiatan operasional. Jika ingin independen, departemen audit internal tidak boleh terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan. Misalnya tidak boleh ikut serta dalam kegiatan penjualan dan pemasaran, penyusunan sistem akuntansi, proses pencatatan transaksi, dan penyusunan laporan keuangan perusahaan.

Kedudukan departemen audit internal dalam perusahaan akan menentukan tingkat kebebasannya dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Kedudukan ataupun status


(30)

departemen audit internal dalam suatu perusahaan mempunyai pengaruh terhadap luasnya kegiatan serta tingkat independensinya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. Jadi, status organisasi dari departemen audit internal harus ditegaskan untuk dapat menyelesaikan tanggung jawab audit.

Departemen audit internal akan efektif seperti yang diinginkan manajemen, jika departemen audit internal tersebut bebas dari aktivitas-aktivitas yang diauditnya. Hal ini akan tercapai jika departemen audit internal mempunyai kedudukan yang memungkinkan baginya untuk mengembangkan sikap independensi terhadap bagian-bagian yang harus diperiksa. Untuk mencapai keadaan tersebut, maka departemen audit internal harus memperoleh dukungan dari pihak manajemen dan dewan komisaris.

Terdapat tiga alternatif kedudukan departemen audit internal dalam perusahaan, yaitu:

1) departemen audit internal berada di bawah Direktur Keuangan, 2) departemen audit internal berada di bawah Direktur Utama, 3) departemen audit internal merupakan staf dari Dewan Komisiaris.

Kedudukan seorang auditor internal juga tidak memiliki wewenang langsung terhadap tingkatan manajemen dalam organisasi perusahaan, kecuali pihak yang memang berada di bawahnya dalam departemen audit internal itu sendiri. Kedudukan departemen audit internal di dalam organisasi perusahaan dapat dilihat pada gambar-gambar berikut:


(31)

Gambar 2.1

Departemen Audit Internal berada di bawah Direktur Keuangan Sumber: Agoes, Sukrisno. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor

Akuntan Publik. (2004: 243) Dewan

Komisiaris

Dir. Utama

Dir. Keu

Departemen Audit Internal

Bagian Keuangan

Bagian Akuntansi


(32)

Gambar 2.2

Departemen Audit Internal berada di bawah Direktur Utama Sumber: Agoes, Sukrisno. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor

RUPS

Departemen Audit Internal Dewan

Komisiaris

Dir. Keuangan

Bagian Anggaran Bagian

Keuangan Bagian

Akuntansi


(33)

Gambar 2.3

Departemen Audit Internal berada di bawah Dewan Komisiaris Sumber: Agoes, Sukrisno. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor

Akuntan Publik. (2004:245) RUPS

Departemen Audit Internal Dewan

Komisiaris

Dir. Utama

Dir. Keuangan

Bagian Anggaran Bagian Keuangan


(34)

Departemen audit internal yang independen tidak diperbolehkan untuk terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan apalagi dalam kegiatan yang diperiksanya. Sulit bagi seorang auditor untuk memberikan penilaian yang objektif dan independen apabila ternyata departemen tersebut terlibat dalam kegiatan yang diperiksanya.

Sebagai penilai independen tentang kecukupan pengendalian perusahaan, departemen audit internal hanya menempatkan diri sebagai narasumber dalam pembuatan konsep pengendalian perusahaan. Pihak yang bertanggung jawab penuh dalam perancangan dan implementasi pengendalian adalah manajemen dan direksi. Dengan demikian, penilaian departemen audit internal terhadap pengendalian tetap independen dan objektif, tanpa terlibat langsung dalam perencanaan pengendalian.

Dalam perkembangannya, peran yang dijalankan auditor internal dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu sebagai watchdog, konsultan, dan katalis.

1) Watchdog

Watchdog adalah peran tertua dari auditor internal yang mencakup

pekerjaan menginspeksi, observasi, menghitung, cek dan ricek. Adapun tujuannya adalah memastikan ketaatan terhadap hukum, peraturan dan kebijakan organisasi. Proses audit yang dilakukan adalah audit kepatuhan. Fokus pemeriksaannya adalah adanya variasi atau penyimpangan dalam sistem pengendalian internal. Audit kepatuhan mengidentifikasi penyimpangan sehingga dapat dilakukan koreksi terhadap sistem


(35)

pengendalian internal. Oleh karena sifat pekerjaannya, peran watchdog biasanya akan menghasilkan rekomendasi yang mempunyai dampak jangka pendek.

2) Konsultan

Melalui peran ini, manajemen akan melihat bahwa selain sebagai watchdog, auditor internal dapat memberikan manfaat lain berupa saran dalam pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu tugas para manajer. Peran konsultan membawa auditor internal untuk selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun aspek bisnis, sehingga dapat membantu manajemen dalam memecahkan masalah. 3) Katalis

Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam aktivitas operasional perusahaan.

f. Wewenang dan Tanggung Jawab Departemen Audit Internal

Wewenang dan tanggung jawab departemen audit internal dalam perusahaan tergantung pada status dan kedudukannya dalam struktur organisasinya. Wewenang yang berhubungan dengan tanggung jawab tersebut harus memberikan akses penuh


(36)

kepada auditor internal tersebut untuk berurusan dengan kekayaan dan karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang dihadapi. Tanggung jawab auditor internal adalah:

1) Memberikan informasi dan nasihat kepada manajemen dan menjalankan tanggung jawab ini dengan cara yang konsisten dengan kode etik auditor internal,

2) Mengkoordinasikan kegiatan dengan orang lain agar berhasil mencapai sasaran audit dan sasaran perusahaan,

Pada umumnya, auditor internal lebih berfungsi sebagai staf. Oleh karena itu, auditor internal tidak dapat memerintahkan secara langsung untuk menjalankan tindakan perbaikan karena hal tersebut bukanlah wewenang. Auditor internal hanya berkewajiban menyampaikan hasil pemeriksaan dan penilaiannya kepada manajemen.

Untuk menjaga objektivitas, sebaiknya auditor internal tidak terlibat secara langsung dalam proses pencatatan dan penyajian data keuangan serta tidak terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu aktivitas operasional yang dapat mempengaruhi keobjektivitasannya jika dilakukan pemeriksaan. Auditor internal harus bebas membahas dan menilai kebijakan, rencana dan prosedur tetapi tidak berarti dapat mengambil alih tanggung jawab bagian lain yang ditugaskan.

Kedudukan departemen audit internal menggambarkan bagian-bagian mana saja yang dapat menjadi objek pemeriksaannya atau dengan kata lain menunjukkan


(37)

sampai dimana wewenang auditor internal. Setiap pejabat harus melaporkan aktivitasnya ke pejabat yang lebih tinggi. Dengan cara ini, tanggung jawab bertahap dapat dilaksanakan dan diikuti dengan baik dan benar.

g. Laporan Audit Internal

Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik. Laporan hasil audit internal merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban hasil kerja kepada manajemen, yaitu sebagai media informasi untuk menilai sejauh mana tugas-tugas yang dibebankan dapat dilaksanakan. Adapun isi atau materi laporan audit internal menurut Boynton (2003:494) adalah:

1) suatu laporan tertulis yang ditandatangani harus dikeluarkan setelah pemeriksaan selesai,

2) auditor internal harus membahas kesimpulan dan rekomendasi pada tingkatan manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan tertulis yang final,

3) laporan haruslah objektif, jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu,

4) laporan harus menyatakan tujuan, ruang lingkup dan hasil audit juga pendapat auditor,

5) laporan harus mencakup rekomendasi untuk perbaikan yang potensial dan mengakui kinerja serta tindakan korektif yang memuaskan,

6) pandangan auditee tentang kesimpulan dan rekomendasi audit dapat disertakan dalam laporan audit,

7) direktur audit internal atau designee harus me-review dan menyetujui laporan audit final sebelum diterbitkan serta harus memutuskan kepada siapa laporan itu akan dibagikan.

Laporan dari bagian audit internal merupakan suatu alat komunikasi yang didalamnya terdapat tujuan yang dimulai dari penugasan, luas pemeriksaan, batasan


(38)

yang dibuat dan juga saran atau rekomendasi kepada pemimpin perusahaan. Tujuan laporan audit internal adalah sebagai berikut:

1) laporan auditor merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan,

2) menyajikan temuan-temuan dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, 3) sebagai dasar untuk kemudian diambil tindakan oleh manajemen terhadap

penyimpangan yang terjadi.

Untuk mencapai hal tersebut, maka laporan yang disampaikan haruslah memiliki unsur-unsur objektif, clear (jelas), ringkas, konstruktif dan tepat waktu.

1) Objektif

Laporan yang disusun harus mengungkapkan fakta dengan teliti berdasarkan data yang dapat diuji kebenarannya. Menyampaikan dengan jelas tentang pokok pemeriksaan yang telah dilakukan sehingga dapat diyakini kebenarannya.

2) Clear (jelas)

Laporan disusun dengan menggunakan bahasa yang jelas, tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi penggunanya. Menerangkan dengan jelas dan lengkap agar dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang menggunakannya.

3) Ringkas


(39)

dari hal-hal yang tidak relevan, material seperti gagasan, temuan, kalimat dan sebagainya yang tidak menunjang tema pokok laporan, namun tetap menjaga kualitas informasi yang disampaikan melalui laporan tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan pemakainya.

4) Konstruktif

Laporan yang bersifat membangun adalah laporan yang sedapat mungkin memaparkan rekomendasi tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengupayakan peningkatan operasi.

5) Tepat waktu

Laporan audit hanya dapat bermanfaat dengan maksimal bila laporan tersebut disajikan pada saat dibutuhkan. Sehingga auditor harus mampu menyajikan laporan dengan tepat waktu.

Sebelum disampaikan pada pengguna laporan, peninjauan kembali atas laporan (review) perlu dilakukan. Review adalah tindakan bijak yang dapat dilakukan audit internal. Hal ini bertujuan untuk lebih memastikan kebenaran dan kelengkapannya. Laporan audit akan efektif bila terdapat pelaksanaan tindak lanjut agar proses audit yang berjalan benar-benar memberikan manfaat bagi perusahaan. Untuk itu, departemen audit internal bertugas untuk memantau pelaksanaan tindak lanjut, menganalisis kecukupan tindak lanjut disertai identifikasi hambatan pelaksanaannya dan memberikan laporan atas tindak lanjut tersebut.


(40)

2. Good Corporate Governance (GCG)

a. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Good corporate Governance (GCG) merupakan paradigma tentang pengelolaan

perusahaan yang menekankan pada kesejahteraan hubungan antara pemegang saham, Dewan Komisaris, Dewan Direksi, manajemen senior, auditor internal dan auditor eksternal agar pengelolaan perusahaan lebih profesional, transparan, dan efisien.

Corporate governance telah menjadi pokok perhatian yang sangat penting di

Indonesia karena perusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG secara utuh dan berkelanjutan diyakini akan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan perusahaan yang tidak atau belum menerapkan GCG, sehingga akan membantu perusahaan-perusahaan tersebut menjadi lebih kompetitif secara global. Forum for Corporate

Governace in Indonesia (FCGI) dalam tjager dkk (2003: 25) mendefinisikan

corporate governance sebagai berikut :

Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dan menurut Pratolo (2007:8), “GCG adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan stakeholder organisasi tersebut”.


(41)

Kemudian Wahyudi Prakarsa dari Universitas Indonesia dalam Tjager (2003:27) mendefenisikan corporate governance sebagai berikut :

Mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-kelompok kegiatan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan permainan dan sistem insentif sebagai framework yang diperlukan untuk menentukan tujuan-tujuan perusahaan serta pemantauan kinerja yang menghasilkan.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa corporate

governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat

peraturan yang mengatur hubungan antar berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antar pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate

governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah

terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. Pihak-pihak yang terkait dengan penerapan corporate governance meliputi organ-organ internal perusahaan dan pihak-pihak eksternal perusahan. Dapat disebut ini : pemegang saham, komisaris dengan komite-nya seperti komite/dewan audit, direksi, auditor internal, para stakeholder seperti pemerintah, konsumen, kreditor, pemasok, karyawan, masyarakat lingkungannya dan masyarakat luas yang menjadi konsumen pengguna jasa atau produknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat dua


(42)

aspek pokok dalam penerapan GCG yaitu keseimbangan internal dan keseimbangan eksternal.

Keseimbangan internal maksudnya GCG menata hubungan antar organ-organ dalam perusahaan seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris dan Direksi, yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ tersebut dengan perangkat-perangkatnya. Keseimbangan eksternal, berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam masyarakat kepada seluruh stakeholders, yang mencakup hal-hal yang terkait dengan pengaturan hubungan antar mereka.

Interaksi antara mereka dimanifestasikan dalam berbagai bentuk aturan permainan dan sistem insentif sebagai kerangka kerja yang diperlukan untuk tujuan perusahaan dan cara-cara pencapaiannya secara pemantauan kinerja yang dihasilkan. Berbagai aturan permainan dimaksud dapat berupa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan perusahaan dan etika korporasi/etika usaha/etika bisnis. Dengan memenuhi berbagai prinsip GCG dan etika berusaha, diharapkan semua pihak akan memperoleh keuntungan, manfaat dan kesejahteraan dari perusahaan.

b. Prinsip-prinsip dan Manfaat Good Corporate Governance

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance merupakan suatu kaidah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang


(43)

sehat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip GCG yang dimaksudkan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek Good

Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah :

1) Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

2) Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3) Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

4) Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5) Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Terdapat enam hal tujuan dari penerapan GCG pada BUMN.


(44)

agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

2) Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.

3) Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.

4) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5) Meningkatkan iklim investasi nasional.

6) Mensukseskan program privatisasi.

Adapun keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan Good Corporate

Governance pada perusahaan adalah:

1) Menurunkan resiko

Dengan menerapkan GCG akan dapat meminimalkan praktek-praktek KKN yang terjadi di perusahaan. Praktek-praktek yang tidak sehat tersebut jika dibiarkan akan menyebabkan resiko-resiko kerugian perusahaan bahkan kebangkrutan.

2) Meningkatkan nilai saham


(45)

investor/publik terhadap perusahaan dengan meningkatnya kepercayaan akan menjadikan nilai sahamnya banyak diminati di bursa, sehingga akan berdampak positif pada kenaikan nilai saham.

3) Menjamin kepatuhan

Setiap peraturan yang menyentuh atau terkait dengan struktur dan operasi perusahaan ditujukan untuk mengatur aktivitas dan hubungan yang saling menguntungkan antar pihak yang terkait. Keseimbangan dengan seluruh stakeholders mengarahkan perusahaan pada kepatuhan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan.

4) Memiliki daya tahan

Dengan menerapkan GCG perusahaan akan lebih memiliki daya tahan terhadap pengaruh buruk kondisi dunia usaha dan perilaku dunia usaha sekitarnya.

5) Memacu kinerja

Melalui mekanisme supervisi kinerja manajemen dan mempertegas pertanggungjawaban komisaris dan direksi kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya akan memacu jajaran komisaris dan direksi meningkatkan kinerja perusahaan.

6) Meningkatkan akuntabilitas publik

GCG mengharuskan perusahaan untuk memperhatikan seluruh stakeholders dan tentunya ini diwujudkan dalam bentuk pengungkapan informasi atas


(46)

lainnya, sehingga hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan akuntabilitas publik.

7) Membantu penerimaan negara

Dengan transparasi dan dipatuhinya peraturan perpajakan akan berdampak pada penerimaan negara yang meningkat. Khususnya bagi BUMN/BUMD dengan kinerja yang prima akan meningkatkan laba operasi dan nilai saham yang tinggi sehingga akan meningkatkan bagian laba pemerintah.

Jika setiap perusahaan semakin banyak menerapkan GCG maka semakin cepat pemulihan ekonomi yang akan dapat dirasakan seluruh masyarakat secara nasional. Seperti misalnya pergerakan dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat dengan baik, kesempatan kerja semakin besar, kemampuan bersaing lebih tinggi baik lokal maupun internasional.

B. Kaitan Audit Internal dengan Good Corporate Governance

Salah satu maksud implementasi GCG sesuai dengan pedoman GCG yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yaitu untuk memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun internasional serta dengan demikian mendukung kondisi investasi.


(47)

Dengan demikian eksistensi departemen audit internal itu sendiri merupakan salah satu wujud implementasi dari GCG. Selain itu audit internal berperan sangat strategis dalam membantu manajemen dalam upaya mewujudkan GCG ke dalam praktek-praktek bisnis manajemen. Definisi pemeriksaan internal menurut Sawyer dkk (2005:10) adalah :

Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah :

1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan ; 2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; 3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa

diterima telah diikuti ;

4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi ;

5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis

6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif – semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Sesuai dengan definisi diatas, pengawasan internal menurut pedoman GCG adalah suatu proses yang bertujuan untuk mencapai kepastian berkenaan dengan :

1. Kebenaran informasi keuangan

2. Efektifitas dan efisiensi proses pengelolaan perusahaan, dan 3. Kepatuhan dan peraturan perundang-undangan yang terkait.

Dalam kaitannya dengan implementasi GCG, audit internal mempunyai peranan yang sangat besar untuk mendorong terwujudnya pengelolaan bisnis perusahaan yang bersih dan transparan. Dari pemahaman tentang fungsi pengawasan intern, dapat diketahui bahwa salah satu tugas audit internal yaitu melakukan review terhadap


(48)

sistem yang ada untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya dengan peraturan-peraturan eksternal, kebijakan dan prosedur internal yang ditetapkan termasuk prinsip-prinsip yang tertuang dalam pedoman good corporate governance.


(49)

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Suryo Pratolo

(2007) GCG& Kinerja BUMN di Indonesia : Aspek Audit Manajemen & Pengendalian Internal sebagai Variabel Eksogen serta tinjauannya pada jenis perusahaan. Audit Manajemen (X1), Pengendalian Internal (X2), Penerapan prinsip-prinsip GCG (Y), Kinerja perusahaan ( Z )

Audit Manajemen & Pengendalian Intern saling mendukung dalam rangka mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG & kinerja perusahaan.

2 Evelyn Yusrina Sitompul ( 2008 )

Pengaruh

Peranan Biro Satuan

Pengawasan Internal (SPI) terhadap pelaksanaan GCG Pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa. Variabel Independen adalah Peranan Biro SPI (X), Variabel dependen adalah Pelaksanaan GCG (Y). Peranan Biro SPI berpengaruh terhadap pelaksanaan GCG


(50)

D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

GCG adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan stakeholders organisasi tersebut. Penerapan Corporate Governance pada perusahaan akan memberikan keuntungan sebagai berikut:

1. Menurunkan resiko 2. Meningkatkan nilai saham 3. Menjamin kepatuhan 4. Memiliki daya tahan 5. Memacu kinerja

6. Meningkatkan akuntabilitas publik 7. Membantu penerimaan negara

Visi SPI seperti yang tertuang dalam Internal Audit Charter PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah menjadi pilar peningkatan kinerja dan penerapan GCG. Oleh karena itu, melalui peranan SPI sebagai auditor internal dalam organisasi perusahaan, maka diharapkan pula GCG dapat dilaksanakan secara optimal.

Pengendalian internal dalam perusahaan umumnya dilakukan oleh seluruh aspek sumberdaya manusia tanpa terkecuali, namun audit internal yang menjadi pemantau atas pelaksanaan pengendalian internal yang ada. Menurut Pratolo (2007),


(51)

pelaksanaan GCG. Kondisi penerapan GCG yang belum optimal pada BUMN di Indonesia secara dominan dipengaruhi juga oleh kondisi pengendalian internal BUMN yang belum optimal. Hal ini juga mengindikasikan bahwa, buruknya pengendalian internal juga sebagai dampak buruknya peranan audit internal.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis merumuskan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.4

Kerangka Konseptual Penelitian

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban ataupun dugaan sementara terhadap suatu masalah yang dihadapi, yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut melalui analisa data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Hipotesis penelitian ini adalah peranan audit internal berpengaruh terhadap penerapan GCG pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Peranan Audit Internal (X)

Penerapan GCG (Y)


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah assosiatif kausal, dimana terjadi hubungan sebab akibat diantara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar,2003:30). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh peranan audit internal sebagai variabel independen terhadap penerapan GCG sebagai variabel dependen.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau narasumber. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil kuesioner yang telah diisi oleh seluruh pegawai bagian SPI.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa sejarah singkat berdirinya perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.

C. Teknik Penetuan Sampel

Menurut Sugiyono (2006:89) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan


(53)

penelitian ini adalah seluruh pegawai bagian SPI PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang berjumlah 34 responden. Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian. Menurut Erlina (2007:72), jika peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian, maka disebut sensus, jika sebagian saja disebut sampel. Dengan demikian metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus. Maka itu, data kuantitatif yang diperoleh melalui pendistribusian kuesioner terhadap seluruh pegawai yang ada pada bagian SPI PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Hasil kuesioner tersebutlah yang dijadikan sebagai acuan untuk diolah dengan menggunakan alat bantu soft ware statistic SPSS Versi 16. D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data primer yang berupa kuesioner, ada beberapa langkah yang dilakukan penulis, yaitu:

1. memberikan kuesioner kepada seluruh responden

2. responden meminta waktu satu minggu untuk mempelajari dan mengisi kuesioner tersebut,

3. kuesioner yang dikembalikan sebanyak 34 kuesioner.

Data sekunder yang berupa sejarah perusahaan dan struktur organisasi perusahaan yang didapatkan langsung dari perusahaan.

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel dependen.


(54)

Audit internal (SPI) adalah satu bagian dalam perusahaan yang berfungsi sebagai aparat pengawasan internal PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang bertugas melakukan pengendalian dan konsultasi secara objektif dan independen terhadap aktivitas/operasi perusahaan untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi perusahaan serta membantu organisasi dalam mengefektifkan manajemen resiko. Kuesioner yang digunakan pada penelitian untuk variabel X diadaptasi dari kuesioner yang dipublikasi oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Kuesioner ini dibentuk dan disesuaikan dengan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, mengingat bahwa segmen kedua perusahaan ini berbeda. Variabel ini diperoleh dari hasil kuesioner dan diukur dengan skala likert yaitu pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau tidak setuju, dimana poin 1 (sangat tidak setuju), poin 2 ( tidak setuju), poin 3 (netral), poin 4 (setuju), dan poin 5 (sangat setuju).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) yaitu penerapan GCG

Sederhananya GCG diartikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. GCG merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini setiap responden diminta untuk menunjukkan apakah mereka setuju dengan pernyataan yang terdapat dalam kuesioner mengenai elemen-elemen GCG.


(55)

a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

b. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Kuesioner untuk elemen-elemen GCG tersebut disusun oleh penulis sendiri sesuai dengan Buku Pedoman Umum GCG Indonesia 2006 yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance. Dalam kuesioner penerapan GCG, seluruh elemen GCG digabung untuk memudahkan analisis statistik. Hal ini dikarenakan penulis tidak menggunakan sub variabel dependen dan


(56)

kesalahpahaman, maka penulis akan mengelompokkan pernyataan-pernyataan yang ada dengan elemen-elemen GCG yang ada. Berikut ini adalah pengelompokkannya.

1) Pernyataan 1-6 mencakup elemen transparansi 2) Pernyataan 7-11 mencakup elemen kemandirian 3) Pernyataan 12-16 mencakup elemen akuntabilitas

4) Pernyataan 17-21 mencakup elemen pertanggungjawaban 5) Pernyataan 21-26 mencakup elemen kewajaran

Variabel dependen ini diperoleh dari hasil kuesioner dan diukur dengan skala likert yaitu pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau tidak setuju, dimana poin 1 (sangat tidak setuju), poin 2 (tidak setuju), poin 3 (netral), poin 4 (setuju), dan poin 5 (sangat setuju).

F. Pengujian Kualitas Data 1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya. Validitas berhubungan dengan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata dan benar. Berikut ini adalah kriteria pengujian validitas :


(57)

b. Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak

valid.

c. Rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas digunakan untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan dengan koefisien cronbach alpha. Menurut Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005:42) dinyatakan bahwa “suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach alpha lebih dari 0,6”.

G. Model Analisis Data

Model statistik yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Model ini mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier, yang melibatkan satu variabel bebas sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel terikat, Rochaety,dkk. (2007:131). Sesuai dengan hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, maka persamaan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut: Y = a + bX + e

Keterangan:

Y = Variabel dependen yakni penerapan GCG a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X = Variabel independen yakni peranan Audit Internal e = Error (tingkat kesalahan)


(58)

1. Statistik Deskriptif

Statistik ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang terkumpul namun bukan membuat kesimpulan yang bersifat generalisasi, Sugiyono (2004:142).

H. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Penelitian ini menggunakan analisis grafik dan analisis statistik untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dengan menggunakan uji grafik dilakukan dengan dua cara yaitu melalui grafik histogram dan normal PP Plot, sedangkan dengan uji statistik digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).

2. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian heterokedastisitas ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi


(59)

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai residual dan variabel dependen suatu penelitian. Jika terdapat pola tertentu maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas.

I. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana adalah apabila terdapat hubungan kausal (sebab akibat) antara satu variabel bebas (independen) dengan satu variabel terikat (dependen)”. Pada penelitian ini hanya digunakan uji signifikansi parsial (Uji-t).

1. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Menurut Ghozali (2005:56), “uji-t digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda”. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ketentuan:

Jika signifikansi thitung < 0,05, maka Ha diterima

Jika signifikansi thitung > 0,05, maka Ha ditolak

2. Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen dapat menjelaskan variasi dalam variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan satu. Hal ini berarti jika nilai R2 = 0 menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara variabel


(60)

semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel dependen, sebaliknya jika nilai R2 mendekati satu menunjukkan semakin besar pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel dependen.

J. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang beralamat di JL. Sei Batang Hari no. 2 Sei Sikambing Medan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan (2009)

Agustus September Oktober November Desember 1. Proposal

Penelitian Survei Awal Penyusunan Proposal Bimbingan Proposal dan Perbaikan Proposal Seminar Proposal 2. Penelitian

Pengiriman Kuesioner Pengembangan Kuesioner Pengumpulan dan Pengolahan Data Hasil Penelitian Penyusunan Hasil Penelitian

3. Ujian


(61)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum PTPN III (Persero) Medan a. Sejarah Singkat berdirinya Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Langkah awal perusahaan dimulai sejak diambil alih dari perusahaan asing (RCMA dan CMO) pada tahun 1958 menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Baru Cabang Sumatera Utara (PPN Baru). Setelah mengalami reorganisasi lagi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dan pada tahun 1974 ditetapkan pengalihan bentuk menjadi PT Perkebunan (Persero) atau sering disingkat dengan PTP. Kemudian pada tahun 1994 terjadi lagi perubahan yaitu penggabungan manajemen 3 BUMN Perkebunan yaitu PTP III, PTP IV, dan PTP V disatukan pengelolaannya dibawah Direksi PT Perkebunan III (Persero). Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, tentang peleburan perusahaan perseroan PT Perkebunan III, IV dan V menjadi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau sering disingkat dengan PTPN-III dengan akte pendirian nomor 36 tanggal 11 Maret 1996 yang dibuat oleh Notaris Harun Kamil SH berkedudukan di


(62)

Jakarta. PT Perkebunan Nusantara III berkantor pusat di Jl. Sei Batanghari no. 2 Medan dan memiliki unit usaha yang terletak di Propinsi Sumatera Utara yang dipimpin oleh Ir. H. Amri Siregar. PTPN III (Persero) memiliki 50 unit kerja yang terdiri dari 34 unit kerja kebun, 11 unit kerja PKS dan 5 unit kerja Rumah Sakit. Seluruh unit kerja terletak di 6 Daerah Kabupaten/Kota dalam satu Propinsi Sumatera Utara.

b. Aktivitas Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang bergerak dalam bidang perkebunan Kelapa Sawit dan Karet dengan lahan seluas 161.683,68 Ha yang tersebar di Propinsi Sumatera Utara. Dalam pengelolaan organisasi dibagi menjadi 16 bagian, 8 Distrik Manager, 34 Unit Kebun, 11 Unit PKS dan 5 Unit Rumah Sakit serta didukung oleh karyawan sendiri sebanyak 28.469 orang. PTPN III (Persero) mengelola dua jenis komoditi perkebunan berupa kelapa sawit dan karet yang dilengkapi dengan sarana pengolahan dan industri hilir kelapa sawit.

1) Kelapa Sawit

Produk kelapa sawit merupakan produk utama dan andalan PT Perkebunan Nusantara III yang mempunyai daya tarik pasar paling tinggi. Luas areal konsensi pada tahun 2006 seluruhnya mencapai 132.602,16 Ha. Disamping itu perusahaan ini mengelola kebun plasma atau perkebunan inti rakyat (PIR) yang luasnya mencapai 19.553,94 Ha. Total luas keseluruhan mencapai 152.156,10 Ha. Perusahaan ini


(63)

menjadi minyak sawit mentah atau CPO (crude Palm oil) dan inti sawit atau kernel palm. Pada produk ini perusahaan tetap mempertahankan pasar yang ada serta sekaligus menerapkan strategi pasar untuk memanfaatkan peluang yang ada serta memperoleh harga terbaik.

2) Karet

Perusahaan ini juga memiliki pabrik karet yang mengolah lateks kebun dan cup lump menjadi lateks pekat, karet remah (crumb rubber) dan karet asap lembaran atau RSS (Ribbed Smoke Sheet). Seluruh komoditi karet ini dipasarkan di dalam dan luar negeri. Untuk produk karet ini perusahaan tetap mempertahankan pasar yang ada dan terus melakukan peningkatan produktivitas dan mutu produk.

c. Struktur Organisasi Perusahaan

Semakin berkembang suatu perusahaan, maka semakin banyak pula kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Organisasi sebagai alat pengendali manajemen merupakan suatu struktur yang dibuat untuk menetapkan peran dan tugas setiap individu di dalam perusahaan demikian sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya dengan efisien dan ekonomis.

Tanggung jawab harus dibagi dengan sesuai bidang sehingga tidak ada orang yang mengendalikan seluruh tahapan transaksi. Manajer harus memiliki wewenang untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.


(64)

Tanggung jawab setiap individu harus jelas dirumuskan sehingga tidak ada yang tanggung jawabnya berlebihan atau berkurang. Atasan yang mendelegasikan tugas tanggung jawab dan wewenangnya kepada anak buahnya harus memiliki sistem tindak lanjut yang efektif untuk memastikan bahwa tugas-tugas dilaksanakan semestinya. Individu yang diserahi tugas tanggung jawab harus melaksanakannya dengan baik tanpa perlu diawasi secara ketat. Tetapi individu tersebut juga harus mengeceknya dengan atasannya jika ada hal-hal khusus atau tidak biasa. Setiap orang diminta untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada atasannya dengan cara bagaimana pekerjaan dibebankan kepadanya.

Organisasi harus fleksibel untuk memungkinkan perubahan-perubahan struktur pada saat rencana, kebijakan, maupun tujuan aktivitas atau operasional berubah. Struktur organisasi harus sesederhana mungkin. Bagan dan manual organisasi harus disiapkan sehingga dapat membantu bila ada perubahan-perubahan rencana dan pengendalian disamping juga menyajikan pemahaman yang lebih baik mengenai organisasi, mata rantai wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan.

Demikian pula halnya dengan PT Perkebunan Nusantara III (persero) Medan, sesuai surat Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia nomor: KEP-132/MBU/2006 tanggal 27 Desember 2006 Tentang pemberhentian dan pengangkatan anggota-anggota Direksi Perusahaan PT Perkebunan Nusantara III (persero) dan surat persetujuan perubahan struktur organisasi PT Perkebunan


(65)

12/III/2007 tanggal 23 Maret 2007 Tentang perubahan struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III (persero), maka bentuk struktur organisasi perusahaan PT Perkebunan Nusantara III (persero) dapat dilihat pada lampiran.

2. Departemen Audit Internal Perusahaan a. Gambaran Umum SPI

Departemen audit internal PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang selanjutnya akan dibahas dalam bab ini disebut dengan Satuan Pengawasan Intern (SPI). Setiap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk Satuan Pengawasan Internal (SPI) yang merupakan aparat pengawasan intern perusahaan yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Pembentukan organ pendukung Direksi ini untuk memastikan bahwa sistem pengendalian internal telah andal. Keberadaan SPI ini adalah untuk membantu Direksi BUMN dalam upaya mencapai kinerja perusahaan yang optimal.

Satuan Pengawasan Intern (SPI) adalah aparat pengawasan intern yang berperan tidak saja membantu manajemen dalam menjalankan fungsi pengawasan tetapi juga merupakan mitra strategis bagi manajemen dalam rangka penerapan sistem pengendalian intern (internal control system), manajemen resiko (risk management) dan penerapan Good Corporate Governance (GCG).

b. Landasan Pembentukan SPI


(66)

1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN bahwa:

a. Pada setiap BUMN membentuk Satuan Pengawasan Intern yang merupakan aparat pengawas internal perusahaan yang dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama.

b. Atas permintaan tertulis Komisaris/Dewan pengawas, Direksi memberikan keterangan hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Intern.

c. Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Intern.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 pasal 45, bahwa pada setiap BUMN dibentuk Satuan Pengawasan Intern yang merupakan aparatur pengawasan internal perusahaan. Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang perusahaan perseroan, bahwa:

a. Pada setiap perseroan dibentuk Satuan Pengawasan Intern.

b. Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh kepala yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama.


(67)

c. Satuan Pengawasan Intern bertugas membantu Direktur Utama dalam melaksanakan audit keuangan dan operasional serta menilai pengendalian, pengelolaan, pelaksanaannya dan memberikan saran-saran perbaikan.

d. Direktur Utama memberikan keterangan mengenai hasil audit atau hasil pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Intern kepada Komisaris, atas permintaan tertulis dari Komisaris.

e. Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas segala yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil audit yang dibuat oleh Bagian Satuan Pengawasan Intern.

4. Hal ini ditegaskan lagi melalui SK Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002, pasal 22 (ayat 1) yang menyebutkan bahwa “ Direksi harus menetapkan suatu sistem pengendalian internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset BUMN.“

c. Visi dan Misi SPI PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Visi Satuan Pengawasan Intern PT Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah: Terwujudnya profesionalisme Satuan Pengawasan Intern berdasarkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dalam mendukung peningkatan kinerja PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

Dengan misi :

1. Menjadi mitra strategis manajemen dalam memberikan nilai tambah pada proses bisnis perusahaan.


(68)

2. Membantu manajemen mendapatkan penilaian yang obyektif dan berkualitas terhadap pelaksanaan kegiatan perusahaan.

3. Mendorong manajemen meningkatkan penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG).

d. Fungsi dan Ruang Lingkup SPI

Dalam melaksanakan tugasnya Satuan Pengawasan Intern menjalankan fungsi sebagai berikut:

1. Memastikan bahwa sistem pengendalian internal perusahaan telah memadai dan berjalan sesuai dengan ketentuan.

2. Merupakan mitra dalam penyempurnaan kegiatan pengelolaan perusahaan, memberikan nilai tambah melalui rekomendasi atas hasil audit yang dilakukannya.

3. Merupakan konsultan peningkatan penerapan manajemen resiko dan prinsip-prinsip Good Coorporate Governance.

Tidak terdapat batasan ruang lingkup tugas Satuan Pengawasan Intern. Anggota-anggota Satuan Pengawasan Intern yang melaksanakan tugas audit internal berhak menerima informasi atau penjelasan apa saja yang mereka anggap perlu guna memenuhi tanggung jawabnya.

Tugas Satuan Pengawasan Intern antara lain:

1. Evaluasi sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen guna memastikan kecukupan sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap kebijakan,


(69)

rencana, prosedur, hukum dan peraturan perundang-undangan yang mempunyai dampak signifikan pada kegiatan operasi perusahaan

2. Evaluasi cara pengamanan aset dan melakukan verifikasi atas keberadaan aset;

3. Evaluasi operasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dan apakah operasi atau program dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan;

4. Evaluasi kehandalan dan integritas informasi keuangan dan informasi operasi dan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengklasifikasi serta melaporkan informasi tersebut.

5. Melakukan pengkajian dan pengelolaan manajemen risiko melalui identifikasi, analisis, penilaian, dan pengelolaan risiko usaha yang relevan. 6. Memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses

governance (tata kelola) mencakup evaluasi rancangan dan implementasi.

7. Memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil audit, termasuk hasil audit yang dilakukan oleh auditor eksternal.

Satuan Pengawasan Intern dapat memberikan masukan dalam penyusunan laporan keuangan, penyusunan sistem dan prosedur, pengembangan teknologi informasi dan kegiatan lainnya namun tidak merubah atau mengurangi tanggung jawab manajemen.


(70)

Ruang lingkup tugas SPI melaksanakan pengawasan secara optimal sehingga perusahaan mengarah pada “zero fraud”, mencakup;

1. Audit atas keuangan dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan. Audit ini mencakup audit transaksi, perkiraan, kegiatan fungsi dan pertanggung-jawaban keuangan untuk menentukan apakah :

a. Unit kerja telah melaksanakan kegiatan pengendalian yang berhasil.

b. Unit kerja telah melaksanakan pencatatan dengan tepat atas sumber daya, kewajiban dan operasi perusahaan.

c. Laporan manajemen memuat data yang teliti, lengkap, dapat dipercaya dan bermanfaat serta disajikan secara layak.

d. Unit kerja telah mentaati peraturan perundang-undangan, kebijakan dan arahan Direksi serta instruksi kerja.

2. Penilaian tentang daya guna dan kehematan dalam penggunaan sarana yang tersedia. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah unit kerja yang diaudit telah mengelola atau menggunakan sumber daya seperti uang, peralatan, barang, personalia dan sebagainya, yang tersedia secara berdaya guna dan hemat.

3. Penilaian tentang hasil guna atau manfaat yang direncanakan dari suatu kegiatan atau program. Penilaian ini meliputi apakah hasil atau manfaat yang dicapai


(71)

sampai saat audit dari program atau kegiatan yang ditetapkan telah dilaksanakan secara berhasil dan berdaya guna, dengan mempertimbangkan:

a. Kewajaran kriteria yang digunakan.

b. Ketepatan metode pelaksanaan yang digunakan. c. Ketelitian dan kehandalan pelaksanaan prosedur. d. Hasil yang dicapai.

e. Hambatan yang menyebabkan belum tercapainya suatu kegiatan atau program.

4. Pencegahan dan pendeteksian kecurangan.

SPI berkualifikasi untuk membantu manajemen dalam mengidentifikasi risiko kecurangan/penipuan, dan dapat membantu manajemen dalam merancang pengendalian yang tepat dalam rangka meminimalkan risiko.

e. Kedudukan dan Peran SPI.

Sesuai Surat Keputusan Direksi Nomor : 3.00/SKPTS/R/03/2005 tanggal 15 Desember 2005 tentang revisi Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero), bahwa kedudukan Satuan Pengawasan Intern berada dan bertanggung jawab langsung di bawah Direktur Utama. Sesuai dengan kedudukannya, Satuan Pengawasan Intern independen terhadap bagian dan unit lainya. Independensi Satuan Pengawasan Intern dijamin oleh:


(1)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 88.38 107.72 101.26 3.963 34

Std. Predicted Value -3.251 1.630 .000 1.000 34

Standard Error of Predicted

Value 1.656 5.702 2.144 .949 34

Adjusted Predicted Value 79.99 105.71 100.79 5.400 34

Residual -24.915 16.277 .000 9.497 34

Std. Residual -2.583 1.688 .000 .985 34

Stud. Residual -2.673 2.008 .022 1.049 34

Deleted Residual -26.673 24.014 .477 10.876 34

Stud. Deleted Residual -2.985 2.114 .021 1.092 34

Mahal. Distance .003 10.567 .971 2.401 34

Cook's Distance .000 1.084 .085 .233 34

Centered Leverage Value .000 .320 .029 .073 34


(2)

Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2010.


(3)

(4)

Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2010.

One Sample Kolmogorov Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 34

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 9.49686987

Most Extreme Differences Absolute .092

Positive .092

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z .534

Asymp. Sig. (2-tailed) .938


(5)

(6)

Gita Gumilang : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2010.

Tabel III

NILAI-NILAI r Product Moment

N Taraf Signif N Taraf Signif N Taraf Signif

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345

4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330

5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317

6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306

7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296

8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286

9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278

10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270

11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263

12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256

13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230

14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210

15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194

16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181

17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148

18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128

19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115

20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105

21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097

22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091

23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086

24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081

25 0.396 0.505 49 0.281 0.364