Strategi Pemeliharaan Dan Promosi Pulau Banyak Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Aceh Singkil Chapter III V

BAB III
GAMBARAN UMUM ACEH SINGKIL DAN PULAU BANYAK

3.1

Sejarah Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil
Kabupaten

Aceh

Singkil

adalah

salah

satu kabupaten di Provinsi

Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Singkil merupakan pemekaran dari Kabupaten
Aceh Selatan dan sebagian wilayahnya berada di kawasan Taman Nasional Gunung
Leuser. Kabupaten ini juga terdiri dari dua wilayah, yakni daratan dan kepulauan.

Kepulauan yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Singkil adalah Kepulauan
Banyak. Ibu kota Kabupaten Aceh Singkil terletak di Singkil.
Singkil sendiri berada di jalur barat Sumatera yang menghubungkan Banda
Aceh, Medan dan Sibolga. Namun, jalurnya lebih bergunung-gunung dan perlu
dilakukan banyak perbaikan akses jalan agar keterpencilan wilayah dapat diatasi.
Diharapkan dalam waktu dekat Pelabuhan Singkil dapat dipergunakan sebagai
pelabuhan transit untuk jalur barat Sumatera.
Saat ini dipimpin Oleh Safriadi Manik.atau lebih akrab di panggil
Oyon.Penduduk

asli

kabupaten

Aceh

Singkil

adalah suku


Singkil, Aneuk

Jamee dan Haloban. Selain itu dijumpai juga suku-suku pendatang seperti
suku Aceh, Minang dan Pakpak.

37
Universitas Sumatera Utara

Singkil menurut cerita rakyat asal katanya berasal dari “sekel” yang artinya
“mau” ada pula yang mengatakan bahwa pada awalnya daerah ini bernama “Singkir”
(R) bukan Singkil (L) Dipameokan begitu karena letaknya yang amat jauh dari Banda
Aceh. Namun, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa arti Singkil
adalah pertama berasa tidak enak pada pendengaran (seperti ketika mendengar
seseorang mengikir besi, ngilu) kedua Singkil adalah tali ikat pinggang yang biasa
dipakai oleh perempuan yang sedang hamil.
Sejarah Kabupaten Aceh Singkil yang ada saat ini dimulai dari adanya sebuah
kota singkil yang merupakan daerah pusat keraajaan. Pengembangan daerah ini
selanjutnya diteruskan oleh pemerintah Hindia Belanda. Kota Singkil di fungsikan
sebagai mana layaknya sebuah kota yang kelahirannya dimulai pada masa penjajahan
Belanda sehingga Singkil difungsikan sebagai pusat kota dagang dan pusat pelabuhan

dagang dipantai Selatan Aceh, pada masa itu (diperkirakan pada abad ke 15 M).
Kapan kota Singkil pertama sekali di bangun bukanlah hal yang mudah untuk
memastikannya. Diperlukan berbagai pendekatan terutama melalui pendekatan
sejarah dan dilanjutkan dengan pendekatan empiris yaitu berdasarkan pengalaman
yang ditemui dari alam dan hasil penemuan – penemuan melalui sebuahpenelitian
yang komperehensif dan melibatkan berbagai pakar terutama dalam bidang arkeologi
dan palean tropologi yang mengkaji asal – usul manusia, warna kulit, bentuk fisik,
adat istiadat dan kepercayaan pada masa lampau.

38
Universitas Sumatera Utara

Seperti tersebut dalam sejarah bahwa Syeikh Abdurra’uf As-Singkily lahir
pada tahun 1615 M atau 1024 H. Apabila dikaitkan dengan kelahirannya maka secara
tidak langsung menunjukan bahwa kemungkinan Singkil telah dibangun pada tahun
tersebut atau abad sebelumnya.
Menurut legenda asal – usul Singkil itu dari tiga tempat yaitu dari kampong
Gelombang di alur lae soraya, Simpang Kiri. Simpang kiri adalah daerah yang
pertama kali terhempas oleh gelombang pasang naik dan sebagai muaranya adalah
kuala kepeng. Akibat erosi sungai, lama kelamaan menimbulkan tanah yang muncul

kepermukaan sehingga sungai menjadi dangkal dan beralih kedaerah lain. Akibat dari
erosi sungai tersebut munculah daerah Paya Bumbung, Rantau Gedang, Teluk
Ambun, Kuala Baru, dan kampong Singkil lama. Menurut cerita kampong Singkil
lama sudah tenggelam, kampong ini dahulu terletak di seberang kilangan yang
bernama Pasir Tengah. Pada hari jumat terjadi amukan Hindia (lautan Indonesia),
terjadi pergeseran dilaut yang begitu cepat, gelombang besar menghantam pantai
pelabuhan singkil sehingga hilang dari permukaan, warga yang selamat dari amukan
gelombang pindah ke daerah singkil yang ada sekarang, yang oleh belanda di
namakan new Singkil di sekitar pasir tengah apabila terjadi pasang surut akan tampak
batu – batu bekas peninggalan jaman dahulu.
Seorang pencatat bangsa portugis bernama Tome Pires, menulis buku laporan
mengenai Nusantara dari tempat tinggalnya di malaka antara tahun 1512 – 1515 M,
dia menulis mengenai pantai barat sumatra seperti pariaman minhak baras (Nias) dan

39
Universitas Sumatera Utara

baruus (Barus), dia juga menulis tentang kerajaan ching guele atau Quencel (Singkil).
Dia menyebut bahwa kerajaan singkil berbatasan dengan barus, disebelah utara
berbatasan dengan kerajaan mencopa atau daya (Aceh Barat). Aceh singkil pada

waktu itu belum beragama kerajaan singkil waktu itu banyak menghasilkan damar,
lada, emas. Singkil mempunyai perahu yang laju, dan ada sungai-sungai.
Kerajaan Singkil melakukan hubungan dagang dengan pasai, barus, dan
pariaman. Perkembangan kota Singkil selanjutnya bagaikan sebuah drama yang
meninggalkan sebuah tragedi yang memilukan. Saat kota Singkil berada pada
perkembangan ekonomi yang sanggat pesat, tiba-tiba pada tanggal 12 fepbruari 1861
kota singkil hancur karena dilanda gempa b-umi (tektonik). Dan gelombang yang
sanggat dahsyat. Daerah lainya dipantai barat Aceh yang dilanda gempa bumi yang
hebat adalah meukhik, susoh dan kuala bate. Gempa bumi telah mengakibatkan
hancurnya semua inprastruktur yang dibangun pemerintah belanda sebelum tahun
1822.
Masa klonel Singkil pernah dipimpin oleh raja yang bernama depha. Pada
mulanya raja ini menerima kehadiran belanda disingkil, bahkan ia memperlakukan
Belanda secara istimewa karena janji Belanda yang menyanggupi membantu singkil
untuk melepaskan diri dari kekuasaan kesultanan Aceh. Janji Belanda tersebut hanya
tipu muslihat saja pada tanggal 14 maret 1672 singkil dipaksa untuk menanda tanda
tangani perjanjian bilateral yang sangat merugikan yaitu bahwa kerajaan Singkil

40
Universitas Sumatera Utara


harus setia sepenuhnya kepada Belanda, semua hasil bumi harus dijual kepada
asosiasi dagang Belanda (VOC) dengan harga yang ditentukan Belanda.
Sekitar abad ke 17 asosiasi dengan Inggris East indian company memasuki
wilayah Singkil. Inggris lantas merampas hasil bumi yang sudah menjadi wewenang
Belanda. Memasuki abad ke18 Singkil tidak lagi loyal kepada Belanda. Hal ini
desebabkan karena kapal – kapal dagang inggris dan amerika mulai berdatangan.
Kedua negara itu menumbuhkan iklim perdagangan bebas, berbeda dengan belanda
yang memakai cara monopoli sehingga belanda mulai tersingkir dari singkil. Namun
singkil lebih memilih bangsa amerika untuk menjual hasil buminya karena amerika
mampu membeli dengan harga yang lebih mahal. Pada suatu waktu pedagang
amerika melakukan penipuan, hasil bumi yang telah diserahkan oleh orang singkil
tidak di bayar. Rakyat singkil marah dan menyita sebuah kapal amerika. Membalas
tindakan ini presiden amerika mengirim kapal perang Potomac pada tahun 1931 dan
menyerang singkil.
Masa pendudukan Jepang rakyat Singkil sangat menderita. Kerja paksa rakyat
singkil dalam membangun jalan runding / sidikalang telah menimbulkan korban jiwa
yang cukup banyak. Rakyat juga kekurangan makanan, pakaian dan menderita
penyakit malaria. Bahan makanan sangat langka karena bahan makanan banyak yang
di ambil oleh Jepang untuk kebutuhan serdadu nya dan selebihnya di buang ke laut,

rakyat hanya di beri makanan yang sangat terbatas. Pakaian tersebut terbuat dari kulit
kayu dan getah.Pakaian kulit kayu tidak saja dipakai untuk pakaian sehari – hari

41
Universitas Sumatera Utara

tetapi juga dipakai untuk naik pelaminan dan kain kapan. Rakyat yang berbgabung
dalam keibodan (hansip, sekarang) di paksa untuk jaga malam di tepi pantai agar
cepat di ketahui jika ada serangan musuh (sekutu). Selain itu juga bekerja menggali
parit – parit pertahanan. Apabila ada pejabat atau tokoh masyarakat yang mencoba
membela kepentingan rakyat maka di tempeleng dan di tangkap untuk disisksa
dengan alasan mata – mata sekutu. Setiap pegawai dan anak – anak sekolah bahkan
masyarakat bisa pada setiap pagi mengikuti upacara dan di haruskan membungkuk
(seikerei) kepada dewa matahari tersebut (tenno haika) raja syowa, sebagai
penghoramatan.
Kota Singkil amat menarik untuk di kaji baik dari segi sejarah, sosial,
ekonomi, budaya, dan politik. Berdasarkan sejarah kota singkil pernah mengalami
kejayaan terutama di bidang ekonomi pada sekitar awal abad ke 18. Ketika itu kota
singkil menjadi bandar (pelabuhan) di bagian pantai selatan aceh dan sekaligus
menjadi kota perdagangan. Pada saat itu segala perdagangan lada, damar, sutra emas,

dan hasil rempah – rempah yang akan di ekspor ke amerika sekrikat, harus melalui
pelabuhan singkil, sehingga kota singkil menjadi daya tarik penduduk daerah lain
sebagai tempat mencari pekerjaan. Kapal –kapal inggris dan amerika berdatangan ke
singkil. Kedua negara ini menumbuhkan iklim perdagangan bebas, berbeda dengan
belanda yang memakai cara monopoli, sehingga belanda tersingkir dari singkil. Pada
waktu itu pelabuhan utama singkil ada di tiga tempat di sebelah utara ditarik garis

42
Universitas Sumatera Utara

sampai ke barat ujung bawang, di sebelah timur pohon yang tinggi di sebelah barat ke
arah selatan adalah bekas jalan ke singkil (depan benteng singkil).
3.2 Keadaan Umum Kabupaten Aceh Singkil dan Pulau Banyak
3.2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
Kabupaten Aceh Singkil dengan ibukota Singkil adalah sebuah kabupaten
yang berada di ujung selatan Provinsi Aceh di Pulau Sumatera, Indonesia.Aceh
Singkil merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan dan sebagian wilayahnya
berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Kabupaten ini terbentuk tahun
1999 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 14 Tahun 1999 tanggal 27 April
1999. Letak geografis Kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2o 0’2”-2o 36’40”

Lintang Utara dan 97o 04’54”- 98o 11’47” Bujur Timur. Kabupaten ini terdiri dari
dua wilayah yaitu daratan dan kepulauan.Kepulauan yang menjadi bagian dari
Kabupaten Aceh Singkil adalah Kepulauan Banyak yang terdiri dari Pulau Banyak
dan Pulau Banyak Barat.
Kabupaten ini memiliki batas wilayah administrasi yang meliputi sebelah
Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam, sebelah Selatan berbatasan dengan
Samudera Indonesia, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, dan
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan. Aspek administrasi
Kabupaten Aceh Singkil mencakup wilayah daratan seluas 185.829,53 ha yang terdiri
dari 11 kecamatan, 15 mukim dan 120 gampong/desa, wilayah kewenangan laut

43
Universitas Sumatera Utara

sejauh 4 mil sejauh garis pangkal seluas 2.802,56 km2, wilayah udara di atas daratan
dan laut kewenangan, serta termasuk ruang di dalam bumi di bawah wilayah daratan
dan laut kewenangan, serta wilayah kepulauan dengan jumlah pulau lebih kurang 87
pulau terdiri dari pulau-pulau kecil dan besar.
Kesebelas kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pulau Banyak, Kecamatan
Pulau Banyak Barat, Kecamatan Singkil, Kecamatan Singkil Utara, Kecamatan Kuala

Baru, Kecamatan Simpang Kanan, Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan Danau
Paris, Kecamatan Suro, Kecamatan Singkohor dan Kecamatan Kota Baharu. Melihat
dari sisi topografi, wilayah Kabupaten Aceh Singkil berada di daerah pesisir dan
daerah sebelah utara merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0% – 8 %.
Sedangkan pada daerah yang menjauhi pesisir merupakan daerah yang berbukit-bukit
dengan kemiringan antara 8% – 30%. Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka
alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Kondisi ketinggian lahan menunjukkan bahwa Kabupaten Aceh Singkil
berada di antara ketinggian 0 m – 100 m dpl. Daerah pesisir di sebelah selatan dan
daerah di sebelah timur berada pada ketinggian antara 0 m – 5 m dpl. Sedangkan pada
daerah di sebelah utara memiliki kondisi yang relatif berbukit-bukit dengan
ketinggian antara 5 m – 100 m dpl. Secara geologi, bagian utara Kabupaten Aceh
Singkil merupakan daerah dengan fisiografi wilayah perbukitan yang didominasi oleh
sistem perbukitan berupa bukit lipatan. Di antara bukit-bukit terdapat sungai dan
anak-anak sungai yang bermuara ke Samudera Indonesia. Pada bagian selatan,

44
Universitas Sumatera Utara

fisiografi terdiri atas dataran aluvial sungai dan endapan pasir laut yang sebagian

besar merupakan ekosistem rawa yang unik.
Di samping itu, terdapat juga bahan induk tanah berupa bahan organik yang
sebagiannya telah terdekomposisi membentuk gambut.Pada bagian selatan juga
terdapat daerah kepulauan yang umumnya didominasi oleh bahan induk bukit kapur
dan endapan pasir. Sebagai daerah yang dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko
yang diperkirakan bergeser sekitar 11 mm/thn maka wilayah Kabupaten Aceh Singkil
termasuk dalam daerah dengan resiko bencana yang tinggi sebagai akibat dari proses
geologis, terutama pada bagian selatan yang merupakan daerah pesisir pantai.
Konsekuensinya, wilayah Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah rawan gempa
dan longsor.
Disamping itu, bagian utara wilayah kabupaten merupakan daerah yang rawan
erosi karena sebagian besar material pembentuk tanah terdiri dari bahan induk berupa
batuan liat, batu kapur, dan pasir kuarsa. Beberapa kawasan rawan gelombang pasang
(rob) dan abrasi pantai adalah Kecamatan Singkil meliputi Kampung Pulau Sarok,
Kecamatan Singkil Utara meliputi Kampung Gosong Telaga Selatan, Gosong Telaga
Utara, GosongTelaga Timur, Gosong Telaga Barat dan Ketapang Indah, Kecamatan
Kuala Baru meliputi Kampung Kuala Baru Laut, Kuala Baru Sungai dan Kayu
Menang, Kecamatan Pulau Banyak dan Kecamatan Pulau Banyak Barat.

45
Universitas Sumatera Utara

Secara hidrologis, Kabupaten Aceh Singkil memiliki potensi sumberdaya air
yang sangat besar bersumber dari air sungai, danau, rawa-rawa dan mata air. Potensi
sumberdaya air terbesar bersumber dari air sungai. Sungai Singkil (Lae Singkil)
adalah sungai utama yang bermuara ke Samudera Indonesia dan merupakan
pertemuan dari dua sungai yaitu Lae Cinendang dan Lae Soraya. Lae Cinendang
memiliki hulu di Pakpak Barat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Lae Soraya
berhulu di Lawe Alas Kabupaten Aceh Tenggara.
Kawasan rawa gambut dalam yang terdapat di bagian barat Kabupaten Aceh
Singkil berfungsi sebagai daerah transisi antara daratan dan lautan sehingga
berpotensi untuk mencegah rembesan air laut ke darat dan sekaligus sebagai sumber
cadangan air tanah. Disamping itu, sebagian besar daerah rawa-rawa gambut tersebut
adalah bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) sebagai Kawasan Suaka Alam
(KSA) atau Kawasan Pelestarian Alam (KPA) sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pemanfaatan air tanah yang bersumber dari mata air dilakukan dengan
pembuatan sumur bor dan pemanfaatan air tanah dangkal dilakukan dengan metode
penggalian sumur yang umumnya terdapat di daerah yang agak tinggi. Sedangkan di
daerah yang agak rendah seperti Kota Singkil, Kuala Baru dan Singkil Utara, air
sumur tidak layak diminum karena berbau, berwarna, dan berasa lagang. Sumberdaya
air yang sangat besar seperti diuraikan di atas sangat berpotensi digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri, irigasi, perikanan, peternakan dan

46
Universitas Sumatera Utara

lainnya. Jumlah cadangan air yang tersedia dari Lae Singkil diperkirakan sebesar 982
Juta m3 /tahun dengan debit rata-rata 55 m3 /detik, Lae Cinendang sebesar 580 Juta
m3 /tahun dan Lae Soraya sebesar 397 Juta m3 /tahun. Lae Singkil yang melewati
Kota Singkil juga berpotensi menyebabkan banjir tahunan pada daerah sekitar aliran
sungai. Ditambah lagi kondisi sebagian fisik lahan yang berbentuk rawa-rawa gambut
mengakibatkan mudahnya terjadi genangan air yang agak lama. Iklim di wilayah
Kabupaten Aceh Singkil termasuk dalam tipe iklim tropis.
Berdasarkan data tahun 2011, hari hujan rerata 36 hari/tahun dengan curah
hujan 2.12,5 mm/bulan. Secara Administratif, Kecamatan dengan wilayah terluas
adalah KecamatanPulau Banyak Barat, dengan luas wilayah terluas yaitu 27.867,27
Ha, dengan persentase 15 % dari luas wilayah kabupaten Aceh Singkil. Sedangkan
kecamatan dengan luas administrative terkecil adalah Pulau banyak barat, dengan
luas wilayah 1.500,81 Ha dengan persentase 0,81 %dari total luas kabupaten aceh
singkil.
Sedangkan secara luas wilayah yang terbangun, kecamatan dengan luas
wilayah terluas adalah kecamatan Danau paris, dengan luas wialayah terbaguna
adalah 24.179,06 Ha dengan persentase 20,17 % dari total wilayah terbangun
Kabupaten Aceh Singkil. Untuk wilayah terbangun terkecil adalah kecamatan Pulau
banyak dengan Luas daerah terbangun 1.038,67 Ha atau 0,87 % dari total wialayah
terbangun kabupaten Aceh Singkil.

47
Universitas Sumatera Utara

Batas Wilayah Kabupaten Aceh Selatan dengan Kabupaten lain adalah
sebagai berikut Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Tenggara, Sebelah Timur
dengan Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil, Sebelah Selatan dengan
Samudera Hindia; dan Sebelah Barat Kabupaten Aceh Barat Daya
Secara administratif Kabupaten Aceh Selatan dibagi menjadi 18 kecamatan
dengan jumlah desa 248

yang terdiri dari 43 Mukim. Untuk lebih jelasnya

pembagian kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut :
Tabel 3.1. Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah desa/kelurahan
Luas
No Kecamatan

Jumlah desa
Persentase Desa Kelurahan

(Ha)
1

Trumon

2

Trumon

dan kelurahan

44.065

10,23

12

43.285

10,05

10

32.509

7,55

8

7.883

1,83

5

18.645

4,33

10

-

12

10

Tengah
3

Trumon

8

Timur
4

Bakongan

5

Kota

-

5

10

Bahagia

48
Universitas Sumatera Utara

6

Bakongan

19.582

4,55

7

11.463

2,66

17

7

Timur
7

Kluet

17

Selatan
8

Kluet Timur

45.992

10,68

7

-

7

9

Kluet Utara

7.370

1,71

19

-

19

10

Pasie Raja

10.037

2,33

20

-

20

11

Kluet
78.951

18,33

13

13

Tengah
12

Tapaktuan

10.203

2,37

15

-

15

13

Samadua

10.666

2,48

28

-

28

14

Sawang

19.781

4,59

15

-

15

15

Meukek

46.533

10,80

22

-

22

16

Labuhanhaji

5.383

1,25

16

-

16

17

Labuhanhaji

9.448

2,19

11

11

Timur

49
Universitas Sumatera Utara

18

Labuhanhaji

8.904

2,07

13

13

Barat

Sumber: Kabupaten Aceh Selatan Dalam Angka Tahun 2011
Peta 3.1 : Peta Administrasi Kabupaten Aceh Selatan dan Cakupan
Wilayah Kajian

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Aceh Selatan

50
Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Demografi
Perkembangan penduduk Kabupaten Aceh Selatan dalam kurun waktu lima
tahun terakhir memperlihatkan angka yang fluktuatif. Awal Tahun 2003, misalnya,
tercatat penduduk di daerah ini tidak lebih dari 193.461 jiwa. Angka penduduk ini
terus meningkat secara signifikan menjadi 193.945 jiwa pada Tahun 2004 dan sedikit
menurun menjadi 188.909 Tahun 2005 dan meningkat menjadi 203.316 jiwa pada
Tahun 2006. Meski demikian, memasuki akhir Tahun 2007, jumlah penduduk
Kabupaten Aceh Selatan telah mencapai 204.449 jiwa, lebih tinggi dibanding empat
tahun sebelumnya.
Berdasarkan data penduduk lima tahun terakhir terdapat kecenderungan
peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Selatan, hal ini dapat dilihat selisih
antara jumlah penduduk tahun 2006 dan 2001 sebanyak 1.286 Jiwa atau mengalami
rata-rata pertumbuhan sebesar 0,85%. Kecamatan yang mengalami pertumbuhan
penduduk cukup besar yaitu Kecamatan Kalibawang dengan rata-rata pertumbuhan
3.3% dan terendah yaitu kecamatan Aceh Selatan yang mengalami kecenderungan
penurunan jumlah penduduk yaitu -0.3%.
Sepanjang Tahun 2003-2007, jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Selatan
mengalami kenaikan pertumbuhan rata-rata hampir 1,31 persen per tahun. Angka
pertumbuhan ini tergolong sedikit lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan rata-rata
penduduk Provinsi Aceh yang sebesar 0,47 persen setiap tahunnya (kondisi 20012005).

51
Universitas Sumatera Utara

Penyebaran penduduk terlihat relatif merata di setiap Kecamatan. Sampai
pada Tahun 2011 pada saat revisi RPJMK dilakukan, penduduk terbanyak dijumpai
di Kecamatan Tapaktuan, yaitu mencapai 22.727 jiwa atau 11,17 persen dari total
penduduk Aceh Selatan. Disusul Kecamatan Kluet Utara, yaitu sebanyak 22,271 jiwa
(10,92 persen). Sedangkan penduduk yang paling sedikit ditemui di Kecamatan
Trumon sekitar 2,61 persen (4,156 jiwa), disamping Kecamatan Kluet Tengah 3,09
persen (6.189 jiwa). Untuk rumah tangga terlihat juga lebih dominan ditemui di
Kecamatan Kluet Utara, termasuk pula Kecamatan Tapaktuan dan Meukek. Untuk
lebih jelasnya jumlah penduduk Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2001-2006 dapat
dilihat pada tabel berikut:

52
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2 : Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2006-2010
Tahun
No Kecamatan

1

Trumon

2006

2007

2008

2009

2010

5337

5354

5938

6005

5395

0

0

-

-

-

9577

9949

9927

10241

10351

9875

9960

11925

12003

10899

0

0

-

-

9269

5057

5241

5255

5210

12322

12347

12570

12682

12419

8759

9693

9342

9437

8565

Trumon
2

Tengah*
Trumon

3

4

Timur
Bakongan
Kota

5

Bahagia*
Bakongan

6

Timur
Kluet

7

8

Selatan
Kluet Timur

53
Universitas Sumatera Utara

Tahun
No Kecamatan
2006

2007

2008

2009

2010

9

Kluet Utara

22727

23845

24100

24120

22098

10

Pasie Raja

14256

14753

14767

14844

15552

6153

6435

6565

6646

6120

Kluet
11

Tengah

12

Tapaktuan

22334

22364

22343

22639

22463

13

Samadua

14663

15626

15810

15880

14421

14

Sawang

13162

13421

13161

13125

13662

15

Meukek

17832

18579

19222

19124

18147

16

Labuhanhaji

12368

12592

12528

12643

11863

9688

9823

9980

10002

9366

16127

16172

16796

10918

15472

Jumlah 204449 205970

210215

211564 202003

Labuhanhaji
17

Timur
Labuhanhaji

18

Ket

Barat

: * Kecamatan Baru Pemekaran

54
Universitas Sumatera Utara

Sumber : Kabupaten Aceh Selatan Dalam Angka tahun 2011
3.2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
Kondisi keuangan daerah pada dasarnya merupakan anggaran pendapatandan
belanja daerah. Pendapatan daerah berupa pendapatan asli daerah, transfer (dana
perimbangan) dan lain-lain pendapatan yang sah. Belanja dapat di bedakan untuk
belanja tidak langsung dan biaya langsung. APBD Kabupaten Aceh Selatan lima
tahun ke belakang selalu menerapkan defisit anggaran, walaupun sebenarnya
pendapatan selalu naik tiap tahunnya.
Pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh Selatan dari tahun 2008 sampai tahun
2010 selalu mengalami pertumbuhan, walaupun pertumbuhannya dirasa masih sangat
lamban. Pertumbuhan pada tahun 2010 hanya tercatat 4,29 persen yang masih berada
dibawah angka provinsi dan nasional. Dengan dapat mengendalikan laju inflasi maka
dapat memberikan informasi adanya gerak laju pertumbuhan yang positif walaupun
secara perlahan.

55
Universitas Sumatera Utara

3.2.4 Tata Ruang Wilayah
Penataan ruang Daerah Kabupaten Aceh Selatan bertujuan mewujudkan
“Masyarakat Aceh Selatan yang Maju, Sejahtera, dan Islami Berbasis Pertanian,
Industri, Perdagangan dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional". Untuk mewujudkan tujuan dimaksud ditetapkan kebijakan
perencanaan ruang wilayah, Kebijakan yang dimaksud meliputi:
a.

Peningkatan pengelolaan kawasan lindung;

b.

pengembangan bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis
konservasi guna meningkatkan kesejahtraan masyarakat ;

c.

Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan
modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan;

d.

Penataan lahan pertanian lahan basah;

e.

Pengembangan wisata potensial yang ramah lingkungan dan ramah budaya;

f.

Penataan lahan hutan ;

g.

Penataan lahan perkebunan;

h.

Pengembangan pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan sesuai potensi
lestari ;

i.

Pengembangan sektor industri, peternakan, dan perdagangan yang
mendukung agrobisnis;

56
Universitas Sumatera Utara

j.

Pengembangan pusat kegiatan agrobisnis, pariwisata dan permukiman
sebagaimana;

k.

pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk
pemenuhan hak dasar dan dalam rangka perwujudan tujuan penataan ruang
yang berimbang, berbasis konservasi serta mitigasi kebencanaan;

l.

Pengembangan pemanfaatan sumberdaya alam dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan dan kebencanaan;

m. Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten Aceh Selatan, meliputi :
a. sistem pusat kegiatan
b. sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten

57
Universitas Sumatera Utara

Peta 2.3 : Peta Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Selatan

Sumber, RTRW Kabupaten Aceh Selatan 2010-2031

Sumber, RTRW Kabupaten Aceh Selatan 2010-2031
3.2.5 Sosial dan Budaya
Kondisi kinerja pembangunan bidang pendidikan selama lima tahun terakhir
mengalami perubahan fluktuatif, angka Partisipasi Sekolah untuk Pendidikan dasar
pada awal tahun 2003 sebesar 99,42 persen dan meningkat sebesar 99,63 persen pada
tahun 2007, sedangkan tingkat kelulusan pada tahun 2003 sebesar 90 persen dan
mencapai 100 persen pada akhir tahun 2007, Rasio guru dan murid pada tahun 2003

58
Universitas Sumatera Utara

sebesar 17 dan turun menjadi 16 pada tahun 2007, sedangkan Angka Guru yang
Memenuhi Kualitas pada tahun 2003 sebesar 15 dan meningkat menjadi 29 orang di
tahun 2007.
Meskipun

telah

terjadi

berbagai

peningkatan

yang

cukup

berarti,

pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memberi pelayanan merata,
berkualitas dan terjangkau. Sebagian penduduk tidak dapat menjangkau biaya
pendidikan yang dirasakan masih mahal dan pendidikan juga dinilai belum
sepenuhnya mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga pendidikan
belum dinilai sebagai bentuk investasi. Berikut gambaran perkembangan pelayanan
bidang pendidikan sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 3.3 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten/Kota

Jumlah Sarana Pendidikan
Nama
Kecamat

Umum

Agama

an
SLT

SM

SD

P

SMA

K

MI

MTs

MA

Trumon

9

2

1

-

1

1

-

Trumon

6

1

0

-

-

-

-

59
Universitas Sumatera Utara

Tengah
Trumon
8

2

1

-

-

-

-

5

1

1

-

-

1

1

9

1

1

-

-

-

-

7

1

1

-

-

-

-

10

1

1

1

5

3

1

9

3

1

1

3

2

-

19

6

3

-

3

1

1

13

3

1

1

4

2

1

7

2

1

-

-

-

-

Timur
Bakongan
Kota
Bahagia
Bakongan
Timur
Kluet
Selatan
Kluet
Timur
Kluet
Utara
Pasie
Raja

Kluet

60
Universitas Sumatera Utara

Tengah
Tapaktua
18

3

3

1

5

2

2

Samadua

11

3

1

1

6

1

-

Sawang

13

3

2

-

3

1

1

Meukek

20

4

2

1

3

3

2

12

3

3

1

1

1

-

8

3

1

1

1

1

1

14

3

1

-

1

3

2

n

Labuhanh
aji
Labuhanh
aji Timur
Labuhanh
aji Barat
Sumber: Kabupaten Aceh Selatan dalam angka, 2011

61
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.4. Jumlah Rumah per Kecamatan
Jumlah
No

Kecamatan
Rumah

1

Trumon

1.037

Trumon
2

1.464
Tengah
Trumon

3

1.853
Timur

4

Bakongan

1.370

5

Kota Bahagia

1.826

Bakongan
6

1.118
Timur

7

Kluet Selatan

3.171

8

Kluet Timur

2.352

9

Kluet Utara

5.412

10

Pasie Raja

3.334

11

Kluet Tengah

1.581

62
Universitas Sumatera Utara

Jumlah
No

Kecamatan
Rumah

12

Tapaktuan

5.049

13

Samadua

3.438

14

Sawang

3.038

15

Meukek

4.235

16

Labuhanhaji

2.621

Labuhanhaji
17

2.141
Timur
Labuhanhaji

18

3.268
Barat

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat Kab Aceh Selatan, 2008
Dalam Bidang Kesehatan, berdasarkan UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 tentang
hak untuk hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
yang baik dan sehat dan hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, maka
kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia. Dalam hal ini
pelayanan kesehatan merupakan hak dasar yang harus dipenuhi oleh negara bagi
seluruh masyarakat.Masalah kesehatan pada masyarakat sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Indikator pelayanan kesehatan lingkungan diantaranya rumah

63
Universitas Sumatera Utara

sehat dan kepemilikan sanitasi dasar yang meliputi akses air bersih, jamban, tempat
sampah dan pengelolaan air limbah. Status kesehatan dan gizi masyarakat diukur dari
umur harapan hidup (UHH), angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB),
dan prevalensi kekurangan gizi pada balita terus menunjukkan perbaikan selama
kurun waktu 2005 – 2009.
3.2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Aceh
Selatan pada tahun 2011 ini telah menyesuaikan Peraturan Pemerintah dimaksud
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Selatan Nomor 14 Tahun 2008, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Aceh Selatan.Dan Perda No 15
Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
Aceh Selatan.

64
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PULAU BANYAK SEBAGAI SALAH SATU DAYATARIK WISATA DI
ACEH SINGKIL
4.1 Gambaran Umum Pulau Banyak
Gugusan pulau di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh ini bagaikan perawan karena
keindahan alamnya yang masih alami, berupa pantai berpasir putih bersih, laut jernih,
dan langit biru.Pulau Banyak merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh
Singkil. Letaknya di perairan Samudra Hindia atau sekitar 20 mil laut (37,04
kilometer) dari daratan Sumatera. Pulau ini terdiri dari 99 pulau besar dan kecil.
Penghuninya sekitar 6.000 jiwa dengan pekerjaan mayoritas nelayan.
Sejumlah pulau di sana juga memiliki ombak laut yang menjadi idaman
peselancar. Contohnya, di Pulau Bangkaru. Di sana ombak laut bertinggi rata-rata 5-6
meter. Ombak seperti itu datang setiap satu menit sekali. Terutama saat musim angin
barat antara bulan April-Agustus, banyak wisatawan mancanegara singgah untuk
menikmati ombak tersebut. Di Bangkaru pula terdapat tempat konservasi penyu hijau.
Namun, wisatawan domestik atau pun mancanegara belum banyak yang
mengenal Pulau Banyak. Merujuk ”Aceh dalam Angka 2013”, jumlah kunjungan
tamu ke Kabupaten Aceh Singkil, termasuk Pulau Banyak, adalah domestik 172.600
orang dan mancanegara 1.886 orang pada 2012. Angka itu jauh jika dibandingkan
dengan jumlah kunjungan tamu ke Pulau Sabang yang relatif telah dikenal, yaitu

65
Universitas Sumatera Utara

domestik 212.165 orang dan mancanegara 4.662 orang pada 2012.Padahal, potensi
wisata di Pulau Banyak sangat luar biasa. Bahkan, bisa lebih baik dari Pulau Sabang
maupun Pulau Bali jika digarap dengan optimal.
Di sisi lain, akses transportasi ke kawasan Aceh Singkil, termasuk ke Pulau
Banyak, masih minim. Tak banyak moda transportasi umum dari Banda Aceh ke
Aceh Singkil. Cara utama untuk menuju ke Aceh Singkil adalah dengan
menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa. Adapun waktu tempuh jalur darat
dari Banda Aceh ke Aceh Singkil 12-14 jam lewat darat.
Dari Aceh Singkil ke Pulau Banyak pun hanya tersedia akses kapal feri yang
tak berlayar setiap hari. Kapal feri dari Aceh Singkil ke Pulau Banyak hanya ada tiga
kali seminggu, yakni pada hari Selasa, Jumat, dan Minggu.
Demikian pula dari Pulau Banyak ke Aceh Singkil hanya ada tiga kali
seminggu, yakni hari Rabu, Sabtu, dan Minggu. Adapun waktu tempuh jalur laut dari
Aceh Singkil ke Pulau Banyak 3-3,5 jam.

4.2 Potensi Pulau Banyak Sebagai Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisatawan dapat menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi orang
untuk melihat, mendengar ataupun merasakan suatu kesan yang ditimbulkan oleh

66
Universitas Sumatera Utara

daya tarik tersebut.Daya tarik dapat juga berupa keindahan alam, keunikan dan
sumber daya alam.
Pulau Banyak memiliki potensi wisata yang kaya. Hampir semua gugusan
Pulau Banyak memiliki pantai berpasir putih bersih, seperti di Pulau Palambak.
Hamparan pantai berpasir putih di Palambak terbentang lebih dari 5 kilometer. Sangat
cocok untuk bermain pasir dan berjemur menikmati pancaran sinar matahari.
Di beberapa pulau pun terdapat titik untuk menyelam dan melihat pemandangan
bawah laut, berupa terumbu karang dan ikan laut berwarna-warni. Salah satu titik
menyelam terdapat di perairan Pulau Tailana. Bahkan, karena air lautnya jernih,
pemandangan bawah laut itu bisa dinikmati dari permukaan laut tanpa harus
menyelam.
Pada bulan tertentu, banyak penyu

hijau

yang

bertelur

di sana.

Selain itu, di sejumlah gugusan Pulau Banyak terdapat tempat untuk melihat matahari
terbit dan terbenam. Matahari yang bangun dan tertidur di sana berbentuk lingkaran
penuh dengan warna kuning kemerah-merahan. Hal ini ditunjang kondisi langit yang
masih bersih tanpa kontaminasi polusi udara.

4.3 Peran Pemerintah dalam Pembangunan Obyek Wisata Pulau Banyak
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Aceh, Aceh
Singkil merupakan kabupaten baru yang dimekarkan dari Kabupaten Aceh Selatan

67
Universitas Sumatera Utara

pada 1999. Daerah ini baru mulai melakukan pembangunan dalam sepuluh tahun
terakhir. Infrastruktur jalan, misalnya jalan aspal dari Aceh Selatan ke Aceh Singkil,
baru ada pada 2003.
Aceh Singkil butuh banyak perhatian dari sejumlah instansi terkait. Apalagi
pada sektor pariwisata. Pembangunan sektor wisata tidak hanya tanggung jawab dinas
pariwisata. Pembangunan sektor wisata butuh kerja sama multisektor, seperti
pekerjaan umum, perhubungan, dan ekonomi kreatif. Oleh sebab itu, Disbudpar Aceh
berupaya berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar sejumlah instansi bisa
dikoordinasikan untuk mengembangkan pariwisata di Aceh Singkil, terutama Pulau
Banyak. Di sisi lain, mengembangkan pulau terpencil seperti Pulau Banyak butuh
biaya besar dan waktu yang lama. Sulit rasanya apabila hanya pemerintah daerah
yang berupaya tanpa dukungan dari pusat.

4.4 Sarana Dan Prasarana Pendukung Wisatawan
Pemerintah Aceh seharusnya proaktif dalam menyediakan alat transportasi
laut ke Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, karena daerah itu terdapat objek
wisata yang sangat indah. Anggota DPR Aceh, Hendriyono saat dihubungi dari
Blangpidie, Rabu menyatakan, Pulau Banyak juga terkenal sebagai daerah yang
memiliki nilai sejarah dalam perkembangan Islam di Aceh, karena di kawasan
tersebut telah melahirkan dua ulama Aceh berkaliber internasional.

68
Universitas Sumatera Utara

Dua ulama besar yang lahir di Kabupeten Aceh Singkil tersebut adalah Syekh
Abdulrrauf As Singkily atau lebih dikenal dengan sebutan Tengku Syiah Kuala dan
Syekh Hamzah Al Fansuri ulama besar berkaliber internasional yang hidup semasa
kerajaan Aceh Darussalam.
Singkil itu daerah bersejarah. Jadi, Pemerintah Aceh harus proaktif melakukan
pembenahan terhadap insfrastruktur termasuk sarana dan prasarana lainnya, supaya
kawasan tersebut cepat terbebas dari ketertinggalan," kata politisi PKPI asal wilayah
pantai Selatan Aceh itu. Dikatakan lagi, selain harus proaktif terhadap pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan, pemerintah Aceh juga harus tanggap terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di kawasan Singkil yang selama ini warga
di sana hanya bekerja mengumpulkan kerang untuk mencukupi kebutuhan.
Pemerintah Aceh harus berupaya sekuat tenaga untuk mengeluarkan Singkil
dari keterpurukan, jangan hanya cukup dengan pembangunan jembatan Kuala Baru
semata, akan tetapi pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program harus
ditingkatkan agar masyarakat yang berada di wilayah pesisir itu menjadi mandiri.
Bukan saja program pemberdayaan yang harus diterapkan, akan tetapi, lanjutnya,
Pemerintah Aceh juga harus mengelola tempat-tempat wisata yang terdapat di
kawasan Kepulauan Banyak dengan menyediakan sarana transportasi khusus wisata
laut, sehingga para wisatawan lokal, nasional dan internasional yang hendak
melancong ke daerah itu menjadi lebih mudah.

69
Universitas Sumatera Utara

Kita minta Pemerintah Aceh dapat menyediakan kapal khusus wisata laut di
kawasan Kepulauan Banyak, supaya para pengunjung menjadi lebih mudah untuk
melihat keindahan alam di sana. Karena, dengan banyaknya para pengunjung datang,
tentu pendapatan masyarakat bertambah dan PAD menjadi meningkat. Jika
transportasi wisata sudah tersedia, sarana dan prasarana pendukung sudah memadai,
tentu saja para pengunjung semakin ramai, apalagi ditambah dengan pembangunan
jembatan Kuala Baru dan jalan tembus antara Trumon, Aceh Selatan menuju Singkil
terselesaikan, secara otomatis akses wisatawan menjadi lebih mudah.
Apalagi, lanjutnya, keindahan Pulau Banyak tidak diragukan lagi, bahkan para
pengujung yang datang mengaku terpesona melihat keindahan pantai yang bersih, air
laut bening dan jernih ditambah lagi dengan terumbu karang yang indah dan bila
dikelola dengan baik daerah itu menjadi lebih maju daripada kabupaten lain wilayah
barat selatan Aceh. Coba bayangkan, jika Pemerintah Aceh ini benar-benar fokus
terhadap pembangunan ke daerah itu, tentu saja dalam waktu dekat Kabupaten Aceh
Singkil menjadi lebih maju sebagaimana kabupaten lain di Provinsi Aceh ini.

4.5 Upaya Untuk Mempromosikan Obyek Wisata Pulau Banyak
Upaya untuk mempromosikan objek wisata Pulau Banyak di Aceh Singkil dapat
dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:

70
Universitas Sumatera Utara

1) Strategi promosi dengan penerapan teknologi dengan media elektronik
terutama internet dengan membuka situs pariwisata dengan dilengkapi
data yang terbaru.
2) Media promosi elektronik selanjutnya bisa kita menggunakan iklan di
televisi karena menurut saya dengan menyiarkan iklan di TV itu
merupakan ide yg relatif.
3) Implementasi sapta pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah
tamah, dan kenangan), kualitas pelayanan kepariwisataan yang baik
merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan jumlah wisatawan.
4) Jaminan keamanan dan kenyamanan berwisatawan selama para wisatawan
berkunjung ke daerah tersebut.
5) Dengan menambah event-event wisata dan diversifikasi produk wisata,
festival budaya lokal (upacara adat), pertunjukan kesenian (seni tari,
theater dan seni musik) dan aspek pelestarian lingkungan (konservasi
penyu).

71
Universitas Sumatera Utara

4.6 Strategi Pemeliharaan Obyek Wisata Pulau Banyak di Aceh Singkil
Strategi pemeliharaan obyek wisata Pulau Banyak bisa kita lakukan dengan
cara sebagai berikut :
1) Masyarakat setempat juga bisa menghimbau para wisatawan agar tidak
membuang sampah selama melakukan perjalanan di sana untuk tetap
melestarikan obyek wisata Pulau Banyak.
2) Menurut saya kita bisa meminta bantuan kepada pemerintah setempat agar
di berikan sumbangan untuk meletakkan tong sampah disetiap sudut
pedesaan agar tidak ada warga atau pun wisatawan yang membuang
sampah sembarangan.

72
Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan sebelumnya mengenai Strategi Pemeliharaan Dan
Promosi Pulau Banyak Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Aceh Singkil
maka dapat disimpulkan bahwa Aceh Singkil adalah salah satu Kabupaten di
Indonesia yang memiliki banyak potensi wisata, baik dibidang alam, sejarah maupun
budaya. Sektor pariwisata menjadi sangat penting ketika potensi kepariwisataan yang
ada menjadi sektor yang dapat diandalkan untuk memberikan devisa (pemasukan)
yang besar bagi Negara, daerah dan masyarakat setempat.
Kabupaten Aceh Singkil merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh
Selatan dan sebagian wilayahnya berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
Kabupaten ini juga terdiri dari dua wilayah, yakni daratan dan kepulauan. Kepulauan
yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Singkil adalah Kepulauan Banyak. Ibu
kota Kabupaten Aceh Singkil terletak di Singkil. Dalam meningkatkan potensi yang
dimiliki suatu objek wisata memerlukan kualitas pelayanan, baik dari pihak pengelola
maupun dari masyarakat lokal tersebut. Pelestarian objek wisata juga sangat
dibutuhkan untuk menarik perhatian wisatawan yang akan berkunjung ke destinasi
wisata tersebut.

73
Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran
Sesuai dengan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut
a.

Pengelola sekaligus Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten
Aceh Singkil hendaknya terus meningkatkan promosi Pulau
Banyak baik di luar Kabupaten Aceh Singkil agar objek
wisata ini semakin dikenal, daya tarik wisata semakin
diperkuat dengan sarana permainan air atau penampilan
kesenian di objek wisata. Dapat membangkit minat dan
motivasi wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Banyak.

b.

Menciptakan pencitraan baru yaitu Pulau Banyak sebagai
daerah wisata kuliner masakan laut yang murah dan higenis
dan perataan lingkungan sekitar pantai yang berpeluang
meningkatkan pendapatan masyarakat dan wilayah.

c.

Agar

memperbaiki

Kabupaten

dan

infrastruktur

objek

wisata

yang
Pulau

rusak

menuju

Banyak

seperti

memperbaiki jalan yang berlubang, dan menerapkan Sapta
Pesona pada objek wisata dalam melayani pengunjung tanpa
memandang wisatawannya, menyediakan sarana pendukung
yang permanen dan mengatur bangunan yang ada dan yang
akan dibangun

74
Universitas Sumatera Utara