Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis) Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu Desa Pulau Tanjung
Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan. Alasan penentuan dan penetapan
daerah tersebut sebagai daerah penelitian karena Desa Pulau Tanjung merupakan
daerah yang memiliki

luas tanaman terluas dan produksi

paling tinggi di

Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan.
Tabel 5.Luas Tanaman Dan Produksi Komoditi Kelapa Sawit Perdesa Di
Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan Pada Tahun 2014
No
Desa
Luas Tanaman (ha)
Produksi (ton)
1.

Pulau Maria
568,5
1712,8
2.
Pulau Tanjung
756,0
2277,8
3.
Teluk Dalam
740,0
2229,6
4.
Perkebunan Teluk Dalam
18,5
46,7
5.
Air Teluk Kiri
161,5
486,6
6.

Mekar Tanjung
379,0
1141,9
Sumber: Dinas Perkebunan Dan Kehutanan Kab Asahan Tahun 2015
Desa Pulau Tanjung di pilih menjadi lokasi penelitian dengan pertimbangan
bahwa dari tabel 4.dapat dilihat bahwa dari enam Desa Di Kecamatan Teluk
Dalam, Desa Pulau Tanjung adalah Desa yang memiliki luas tanaman, produksi
tertinggi di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Berikut merupakan jumlah populasi petani kelapa sawit di Desa Pulau Tanjung
yang diperoleh melalui kantor Kepala Desa di daerah tersebut. Jumlah populasi
petani kelapa sawit di Desa Pulau Tanjung sebanyak 329 petani.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6.Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan Di Desa Pulau
Tanjung
No
Luas Lahan
Jumlah Petani

Persentase
(Ha)
Sampel
(%)
1
1-2
61
80
2
>2
16
20
Total
77
100
Berdasarkan tabel diatas luas lahan pada kisaran 1-2 Ha dengan persentase 80%,
dan diatas 2 Ha dengan persentase 20%. Selanjutnya, besar sampel yang akan
diteliti akan dihitung dengan menggunakan rumus slovin(Sevilla et. al, 1994 dan
Ginting S, 1994).


Dimana :

�=


� + �(�)�

n = Besarnya Sampel
N= Besanya Populasi
e = Margin error(10%)
n = Ukuran Sampel
N=Ukuran populasi
e = kesalahan pengambilan sampel di tolerir (10%)
n=

n=


1 + �(�)2


329
1 + 329(0,1)2
n = 77

Dengan menggunkan rumus diatas maka di peroleh n sebesar 77, sehingga besar
sampel di Desa Pulau Tanjung adalah 77 Sampel.

Universitas Sumatera Utara

3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Sedangkan data sekunder
diperoleh dari berbagai instansi yang berhubunganseperti Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatra Utara,Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, Dinas
Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Asahan,

Balai Penyuluhan Pertanian

Kecamatan Teluk Dalam, Kantor Kelapa Desa Desa Pulau Tanjung dan literatur

yang mendukung penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menjawab identifikasi masalah 1 digunakan metode deskriptif dengan
mendeskripsikan bagaimana ketersediaan input di daerah penelitian.
Untuk menjawab identifikasi masalah 2 dianalisis dengan mengukur faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi kelapa sawit dengan menggunakan fungsi produksi
Cobb-Douglas dengan model sebagai berikut.
β1

Y = βo X 1 X 2

β2

β3

X 3 X4

β4

βi


βn μ

... X i .. X n e

Dimana :Y = Produksi kelapa Sawit (Kg)
βo = Konstanta
β1... βn = Koefisien regresi terhadap X
μ = Error/Kesalahan Pengganggu
X 1 = Luas Lahan (Ha)
X 2 = Herbisida (L)
X 3 = Pupuk (Kg)

Universitas Sumatera Utara

X 4 = Tenaga Kerja (HKP)
X 5 = Umur Tanaman (Tahun).
Untuk memudahkan pendugaan, maka dalam proses analisisnya persamaan
diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritma naturalkan
persamaan tersebut

Ln Y = Ln βo + β1 Ln X 1 + β2 Ln X 2 + β3 Ln X 3 + ... + β i Ln X i
Untuk menganalisis pengaruh faktor produksi terhadap produksi kelapa sawit
dilakukan analisis dengan menggunakan regresi linear berganda.Dengan
2

menggunakan regresi, maka diperoleh besarnya nilai koefisien determinan (R ),
nilai F-hitung dan nilai t-hitung.
Untuk memperoleh hasil regresi yang baik, beberapa persyaratan untuk
memperoleh persamaan yang bersifat The Best Linear Unbiased Esstimated
(BLUE) sehingga perlu dilakukan uji asumsi klasik.Namun pada penelitian ini
hanya asumsi normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang diuji.
Sedangkan autokorelasi tidak diuji sebab asumsi sering terjadi pada penelitian
dengan data time series.
Uji kesesuaian (Test of goodness of fit)
2

Uji kesesuaian dilakukan berdasarkan nilai koefisien determinasi (R ), uji F (Ftest) dan uji t (T-test), yaitu :
2

1. Penilaian terhadap koefisien determinan (R )

Bertujuan untuk melihat kekuatan faktor produksi kelapa sawit dalam
2

mempengaruhi produksi kelapa sawit. R mengukur persentase total variasi dalam

Universitas Sumatera Utara

Y yang dijelaskan oleh variabel X dalam model regresi. Koefisien determinasi
2

R diperoleh dengan formula :
����

2

R ={
2

�����.����


}2

Misalnya nilai R sebesar 0,954 artinya persentase pengaruh variabel X terhadap
Y sebesar 95,4%. Sedangkan sisanya sebesar 4,6% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan ke dalam model.
2. Uji F (Uji Serempak)
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi
secara bersama-sama, yaitu untuk mengetahui apakah luas lahan (X1),
Hebisida(X2), Pupuk (X), Tenaga kerja (X4) dan Umur tanman (X5) secara
serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap produksi kelapa sawit (Y).
Dengan hipotesis :
H 0 : Faktor produksi secara serempak tidak berpengaruh signifikan atau nyata
terhadap produksi kelapa sawit.
H 1 : Faktor produksi secara serempak berpengaruh signifikan atau nyata terhadap
produksi kelapa sawit.
Rumus :

F-hit =

��/�


(�−�)/(�−�−�)

Dimana :
2

R = Koefisien determinan
n = Besar sampel
k = Jumlah parameter/Derajat pembilang bebas
n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Universitas Sumatera Utara

Kriteria Uji :
1.Berdasarkan perbandingan nilai F-hitung dan F-tabel
- Jika F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka H 0 ditolak atau H 1 diterima
- Jika F-hitung ≤ F-tabel α/2 (n-p), maka H 0 diterima atau H 1 ditolak
Jika F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka faktor yang mempengaruhi produksi
(X i ) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi (Y), sebaliknya
jika nilai F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka faktor yang mempengaruhi
produksi (X i ) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
(Y)
2.Berdasarkan nilai signifikansi (α = 0,05)
- Jika nilai signifikansi > α, maka H 0 diterima atau H 1 ditolak
- Jika nilai signifikansi≤ α, m aka H 0 ditolak atau H 1 diterima
Apabila nilai signifikansi
≤ α maka secara bersama

-sama faktor produksi

berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai dan sebaliknya bila nilai signifikansi
> α maka secara besama-sama faktor produksi tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi kelapa sawit.
3. Uji t (Partial Test)
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui siginifikansi statistik koefisien regresi
secara parsial. Dengan uji ini akan diketahui apakah luas lahan, Herbisida, pupuk,
tenaga kerja dan umur tanaman (Xi) berpengaruh nyata secara parsial terhadap
produksi kelapa sawit (Y).
Dengan hipotesis :

Universitas Sumatera Utara

H 0 : Tidak ada pengaruh nyata faktor produksi secara parsialterhadap produksi
kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara

H 1 : Ada pengaruh nyata faktor produksi secara parsial terhadap produksi kelapa
sawit.
Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t

t-hitung =

Dimana :

b1−Bi
Sbi

t-tabel = tα�2(n − p)

Bi

= Koefisien regresi ke-i

Sbi

= Standar deviasi koefisien regresi ke-i

Bi

= Parameter ke-i yang dihipotesiskan

N

= Banyaknya pasangan data

P

= Jumlah parameter regresi

Kriteria Uji :
1.Berdasarkan perbandingan nilai t-hitung dan t-tabel
- Jika -t-tabel ≤ t-hitung ≤ t-tabel, maka H 0 diterima atau H 1 ditolak
- Jika -t-hitung < t-tabel atau t-hitung > t-tabel, maka H 0 ditolak atau H 1 diterima
Apabila nilai signifikansi t-hitung lebih besar dari t-tabel maka penggunaan faktor
produksi (Xi) berpengaruh nyata secara parsial terhadap produksi (Y), sebaliknya
jika nila t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka penggunaan faktor produksi (Xi)
tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap produksi (Y).
2.Berdasarkan nilai signifikansi (α = 0,05)
- Jika nilai signifikansi > α, maka H 0 diterima atau H 1 ditolak
- Jika nilai signifikansi≤ α, maka H 0 ditolak atau H 1 diterima

Universitas Sumatera Utara

Apabila nilai signifikansi
≤ α maka secara parsial faktor produksi berpengaruh
nyata terhadap produksi kelapa sawit dan sebaliknya bila nilai signifikansi > α
maka secara parsial faktor produksi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
produksi kelapa sawit.
3.5 Defenisi Dan Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahman mengenai pengertian tentang
istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional
sebagai berikut:
3.5.1 Defenisi
1.

Petani kelapa sawit adalah petani yang melakukan kegiatan usaha tani kelapa
sawit.

2.

Produksi adalah hasil yang didapatkan petani dari kegiatan usaha tani kelapa
sawit, yang dikonversikan per ton per panen.

3.

Faktor produksi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
produksi untuk menghasilkan output.

4.

Luas lahan adalah jumlah keseluruhan luas tanah atau lahan yang dimiliki
petani dan diusahakan untuk usahatani kelapa sawit yang dikonversikan
dalam hektar.

5.

Bibit diartikan sebagai jumlah penggunaan bibit kelapa sawit per luasan lahan
(ha), yang dikonversikan batang per hektar.

6.

Pupuk adalah jumlah bahan atau zat makanan yang diberikan atau
ditambahkan pada tanaman per luas lahan (ha) dengan maksud untuk
meningkatkan produktivitas kelapa sawit (ton/tahun).

Universitas Sumatera Utara

7.

Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengendalikan gulma, hama dan penyakit dengan maksud agar tanaman
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (liter/tahun).

8.

Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan
usahatani kelapa sawit, baik tenaga kerja dalam keluarga maupun diluar
keluarga. Pengukuran tenaga kerja dinyatakan dalam hari kerja setara pria
(HKSP).

9.

Umur tanaman adalah usia tanaman kelapa sawit pada saat penelitian
dilakukan dan diukur dengan satuan tahun.

3.5.2 Batasan Operasional
1.

Penelitian dilakukan Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam,
Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.

2.

Sampel penelitian adalah petani kelapa sawit di Desa Pulau Tanjung,
Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.

3.

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Letak Geografi dan Luas Wilayah
Desa pulau tanjung merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Teluk
Dalam Kabupaten Asahan.Desa Pulau Tanjung memiliki luas wilayah sebesar
1.860 Ha dimana terdiri dari 7 (tujuh) dusun. Secara geografis

Desa Pulau

Tanjung terletak pada 2044`58-205757 Lintang Utara (LU) dan 100028`31100044`43 Bujur Timur (BT), Desa Pulau Tanjung memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut:


Sebelah Utara



Sebelah Selatan : Desa Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam



Sebelah Timur

: Desa Pulau Maria Kecamatan Air Batu



Sebelah Barat

: Desa Teluk Kiri Kecamatan Teluk Dalam

: Desa Mekar Tanjung Kecamatan Teluk Dalam

4.1.2 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Pulau Tanjung sebanyak 2.687 jiwa yang terdiri dari
1.352 jiwa laki-laki dan 1.335 jiwa perempuan, di hitung berdasarkan jumlah
kepala keluarga (KK) Desa Pulau Tanjung dihuni ± 657 kepala keluarga.
4.1.3 Keadaan Berdasarkan Agama
Sebagian besar penduduk di Desa Pulau Tanjung, kecamatan Teluk Dakam
kabupaten Asahan mayoritas menganut Agama Islam yaitu sebanyak 2.701 orang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.14 Kondisi Sosial Ekonomi
Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Pulau tanjung adalah petani dan
buruh tani, namun juga terdapat jenis pekerjaan lain seperti: petani pangan, petani
perkebunan, karyawan perkebunan, nelayan, pengrajin, karyawan industri,
pengusaha industri, pedagang, PNS/ TNI/ POLRI, peternak. Berikut merupakan
tabel distribusi penduduk berdasarkan mata pecaharian
Tabel 7. Distribusi Penduduk Desa Pulau Tanjung Berdasarkan Mata
Pencaharian
No

Jenis Pekerjaaan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Petani Pangan
Petani Perkebunana
Karyawan Perkebunan
Nelayan
Pengrajin
Karyawan Industri
Jasa-Jasa
Pedagang
PNS/ TNI/ POLRI
Peternak

Jumlah
(Orang)
30
576
27
10
3
6
14
58
14
59

4.1.5 Sarana Dan Prasarana
Sarana tranportasi di Desa Pulau Tanjung kurang di dukung oleh keadaan jalan
yang kurang baik terlebih pada musim hujan, ini kadang mempersulit akses
tranportasi.
Untuk jaringan

listrik di Desa Pulau Tanjung terlah tersedia PLN sehingga

hampir seluruh rumah tangga di Desa Pulau Tanjung menggunakan listrik untuk
kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Untuk air bersih penduduk Desa
mendapatkannya dari air sumur yang dibor.

Universitas Sumatera Utara

4.1.6 Karakteristik Petani Sampel
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan
dalam

melaksanakan

kegiatan

usahataninya.Semakin

tua

umur

petani

kecenderungan kemampuan berkerja semakin menurun.Hal ini berpengaruh.pada
produktivitasnya dalam mengolah usahataninya. Kegiatan usahatani banyak
mengandalkan fisik.Keadaan umur petani rata-rata 51 tahun dengan interval
antara 25-70 tahun. Klasifikasi petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel
berikut:
Tabel 8. Umur Petani Responden Di Desa Pulau Tanjung Tahun 2016
No

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah (Orang)

Presentase (%)

1
2

25-50
> 50

35
42

45
55

Jumlah

77

100

Berdsarkan tabel persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran
umur 25-50 tahun dengan persentase sebesar 45 %, dan umur di atas 50 tahun
dengan persentase sebesar 55 %.
4.1.7 Pendidikan Petani Sampel
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola
usahatani.Respon petani dalam menerima teknologi untuk mengoptimalkan
usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Berikut ini tabel tingkat
pendidikan petani di daerah penelitian:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Pulau Tanjung Tahun
2016
No
1
2
3
4

Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar (SD)
Pendidikan Menengah Pertama (SMP)
Pendidikan Menengah Atas (SMA)
Sarjana
Jumlah

Jumlah
(Orang)
30
23
22
2
77

Presentase
(%)
38,9
29,8
28,5
2,5
100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata petani memiliki tingkat pendidikan
Sekolah Dasar (SD) 39,9 %, Menengah Pertama 29,8 %, Menengah Atas 28,5 %
sedangkan sisanya pendidikan sarjana.
4.1.8 Pengalaman Bertani
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani
adalah pegalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan
semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman petani
mengolah perkebunan kelapa sawit dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani Di
Desa Pulau Tanjung
No
1
2
3

Pengalaman Bertani
(Tahun)
3-10
11-20
>20

Jumlah
(Orang)
25
39
13

Presentase
(%)
32,4
50,7
16,9

Jumlah

77

100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai
pengalaman bertani paling lama adalah berada pada kisaran 11-20 tahun, dengan
persentase 50,7% Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani sangat
bervariasi.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ketersedian Input Produksi
Input Produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam
melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan output. Adapun input
produksi yang dimaksud adalah LuasLahan, Pupuk, Herbisida Dan Tenaga Kerja.
Secara keseluruhan input produksi cukup tersedia di daerah penelitian, dengan
demikian cukup memudahkan petani dalam menjalankan usahatani kelapa sawit.
Lahan
Ketersedian lahan di daerah penelitian cukup tersedia, dengan demikian pada
petani dapat dengan mudah menjalankan usahataninya tanpa harus menyewa
lahan dari orang lain.Sebagian besar petani di daerah penelitian mendapatkan
lahan pertanian warisan dari orang tua mereka, sehingga petani hanya
melanjutkan usahatani kelapa sawit.Adapun luas lahan rata-rata yang digunakan
untuk usahatani kelapa sawit oleh petani sampel adalah sebesar 1,84 Ha.
Pupuk
Pupuk dapat diperoleh petani dengan mudah di toko pertanian yang ada di daerah
penelitian, Penyaluran pupuk subsidi dari pemerintah di salurkan di toko
pertanian, Dengan demikian banyak dari petani hanya membeli pupuk subsidi
dikarena harga yang relatif murah dan terjangkau oleh petani, ada dua jenis
pupuk yang di subsidi oleh pemerintah di daerah penelitian yaitu pupuk Urea dan
Phoska, harga pupuk yang ditawarkan sekitar Rp 90.000/ Karung dengan bobot
50 Kg dan pupuk Phoska Rp 115000/ Karung.

Universitas Sumatera Utara

Namun sebagian

petani yang berpendapatan tinggi tidak hanya mengandalkan

pupuk subsidi melainkan para petani juga membeli pupuk jenis lain seperti NPK,
KCL, ZA yang harga pupuk terebut tergolong mahal namun mempunyai kwalitas
pupuk yang baik untuk meningkatkan produksi kelapa sawit.
Herbisida
Tanaman kelapa sawit

harus di jaga dari gulma yang tumbuh di sekitaran

tanaman kelapa sawit karena dapat mempengaruhi naik turunya produksi dan
dapat mempermudah dalam proses pemanenan kelapa sawit, sehingga dalam
mencegah gulma yang tumbuh di sekitaran tamanan kelapa sawit maka harus
dilakukan pencegahan dengan cara menyemprotkan obat-obatan. Pada daerah
penelitan petani sampel menggunakan Herbisida. Adapun merek dagang yang
digunakan di daerah penelitian adalah Rambo, Glisat , Roundup, Gromoxone,
Noxone, Smart.
Tenaga Kerja
Tanaga kerja cukup tersedia di daerah penelitian.Tenaga kerja yang digunakan
berasal dari dalam seperti ayah, ibu, anak dan luar keluarga.Tenaga kerja luar
keluarga biasanya diambil dari penduduk setempat.Untuk pemanenan hasil
produksi kelapa sawit di daerah penelitian petani menggunkan tenaga kerja luar
keluarga. Upah tenaga kerja untuk pemanenan kelapa sawit di hitung dari
produksi kelapa sawit denga satuan kilogram, per Kg untuk upah pemanenan
sebesar Rp 150.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Pengaruh Luas Lahan, Herbisida, Pupuk, Tenaga Kerja dan Umur
Tanaman Terhadap Produksi Kelapa Sawit Di Desa Pulau Tanjung.
Setelah dilakukan analisis data menggunakan SPSS 23 dengan variable
independent (X) yang meliputi variabel Luas lahan, Herbisida, Pupuk dan Tenaga
Kerja dan Umur tanaman serta produksi kelapa sawit sebagai variable dependent
(Y).
Tabel 11. Hasil Estimasi Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Produksi
Kelapa Sawit
Koefisien
Standard
No
Variabel
t- Hitung
Sig
Keterangan
Regresi
Error
1 Luas Lahan
0,252
0,068
3,699
0.000
Nyata
2 Herbisida
0,087
0,061
1,437
0,155
Tidak Nyata
3 Pupuk
0,117
0,038
3,085
0,003
Nyata
4 Tenaga Kerja
0,406
0,067
6,035
0.000
Nyata
5 Umur Tanaman
-0,083
0,115
-,535
0,594
Tidak Nyata
Konstanta : 6,879
: 0,919
R2
R
: 0,959
F Hitung :161,864
Sumber Data Hasil Output SPSS Produksi
Berdasarkan Tabel diatas maka fungsi produksi kelapa sawit sebagai berikut:
Y= 6,879X 1 0,252.X 2 0,087.X 3 0,117.X 4 0,406.X 5 -0,83
LnY=Ln 6,879 + 0,252 LnX 1 + 0,087 LnX 2 +0,117 LnX 3 + 0,406 LnX 4 –
0,83LnX 5
Keterangan:
-

Konstanta regresi bernilai 6,879 hal ini menunjukkan apabila semua variabel
bebas yang mempengaruhi produksi kelapa sawit sama dengan nol maka
produksi adalah 6,879 Kg.

Universitas Sumatera Utara

-

Koefisien regresi variable luas lahan (X1) adalah 0,252, sehingga apabila luas
lahan naik 100% maka produksi naik 25,2%. Tanda positif menunjukkan
hubungan yang searah antara produksi dengan luas lahan. Semakin luas lahan
maka produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi. begitu juga sebaliknya
apabila luas lahan nya berkurang maka akan mengurangi produksi.

-

Koefisien regresi variable Herbisida (X2) adalah 0,087 sehingga apabila
penggunaan herbisida naik 100% maka produksi naik 8,7 %. Tanda positif
menunjukan hubungan yang searah antara produksi dengan penggunaan
herbisida. Semakin banyak penggunaan herbisida maka produksi yang
dihasilkan akan semakin tinggi. begitu juga sebaliknya apabila penggunaan
herbisida berkurang maka akan mengurangi produksi.

-

Koefisien regresi variabel

pupuk (X3) adalah 0,117 sehingga apabila

penggunaan pupuk naik 100% maka produksi kelapa sawit naik 11,7 %.
Tanda positif menunjukkan hubungan yang searah antara produksi dengan
penggunaan pupuk maka produksi yang di hasilkan akan semakin tinggi.
Begitu juga sebaliknya apabila penggunaan pupuk berkurang maka akan
mengurangi produksi.
-

Koefisien regresi variabel tenaga kerja (X4) adalah 0,406 sehingga apabila
curahan tenaga naik 100 % maka produksi kelapa sawit naik 40,6 %. Tanda
positif menunjukkan hubungan yang searah antara produksi dengan curahan
tenaga kerja maka produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi, Begitu juga
sebaliknya apabila curahan tenaga kerja berkurang maka akan mengurangi
produksi.

Universitas Sumatera Utara

-

Koefesien regresi variabel

umur tanaman (X5) adalah -0,083, sehingga

apabila umur tanaman naik 100 % maka produksi kelapa sawit akan turun
8,3%. Tanda negatif menunjukkan hubunga yang terbalik.
Dari model persamaan regresi diatas, diketahui ada 5 variabel yang produksi yang
menentukan tinggi rendahnya produksi kelapa sawit di daerah penelitian yaitu:
Luas Lahan (X1), Herbisida( X2), Pupuk (X3), Tenaga kerja (X4), Umur
Tanaman (X5).
Sebelum melakukan Uji asumsi kesuaian model maka sebelumnya dilakukan Uji
Asumsi Klasik yang bertujuan untuk mengetahui data yang terdistribusi dengan
normal dan terbebas dari multikolinearitas dan heteroskedastisitas.
Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi
variabel dependent dan independennya memiliki distribusi normal atau tidak.Jika
data meyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Uji Normalitas

Universitas Sumatera Utara

Gambar diatas mengindikasikan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
yang telah dikemukan sebelumnya, Dengan demikian data tersebut dikatakan
berdistribusi normal, sehingga memenuhi asumsi normalitas.
Multikolinearitas
Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi yang kuat antara variabel independent.
Menurut Ragner Frish dalam Supranto (2005) untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :
1. nilai toleransi lebih kecil dari 0,1
2. nilai VIF lebih besar dari 10
3. R² = 1

Universitas Sumatera Utara

Untuk menguji multikolinearitas dilakukan dengan metode sederhana yaitu
dengan melihat Tabel Coefficient. Jika nilai toleransi atau VIF (Variance Inflation
factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10. Berikut adalah tabel Coefficient
Tabel 12. Uji multikolinearitas Antara Variabel Produksi
Collienearity Statistics
Tolance
VIF

Model

(Constant)
Luas lahan
,224
Herbisida
,231
Pupuk
,229
Tenaga kerja
,214
Umur Tanaman
,981
Sumber : Data Hasil Output SPSS

4,458
4,323
4,301
4,620
1,020

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai toleransi pada tiap model tidak lebih
besar dari 0,1 dan nilai VIF pada tiap model tidak ada yag lebih besar dari 10.
Dapat di simpulkan bahwa pada data yang diolah tidak terjadi multikolinearitas
dimana tidak terdapat hubungan yang linier antara variabel.
Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance
residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan lain. Jika variance
residulan

satu

pengamatan

kepengamatan

lain

tetap,

maka

disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda di sebut heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaaan
variance residual suatau periode pengamatan dengan periode pengamatan yang
lain.Untuk

menguji

heteroskedastisitas

dilakukan

metode

garfik

Universitas Sumatera Utara

heterokedastisitas dimana heterokedastisitas akan terjadi bila menunjukkan pola
yang sistematis (membentuk pola tertentu).

Gambar 3. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Dari scatterplot diatas menunjukkan bahwa pola yang terjadi di plot tidak
sistematis (membentuk pola tertentu) melainkan menyebar.Dengan demikian data
tersebut tidak heterokedastisitas.
Uji kesesuain ( Test Goodness of Fit)
1. Analisis Kesesuaian Determinasi (R-Square)
Dari tabel regresi diatas, nilai R- Squer (R2) 0,919. Koefisien (indeks) determinasi
tersebut menunjukkan informasi bahwa 91,9 % produksi kelapa sawit dapat

Universitas Sumatera Utara

dijelaskan oleh variabel luas lahan, Herbisida, pupuk dan tenaga kerja, umur
tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Dengan kata lain sebesar 91,9 % ke lima variabel diatas mempengaruhi produksi
kelapa sawit. Sedangkan sisaya 8,0 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dimasukan kedalam model.
2. Uji Serempak (Uji F)
Secara serempak pengaruh variabel produksi kelapa sawit di daerah penelitian
dapat dijelaskan oleh variabel bebas luas lahan, Herbisida, pupuk, tenaga kerja,
Umur tanaman adalah nyata pada taraf 91%. Hal ini dapat ditunjukan dari Uji F.
Dimana mendapatkan hasil F hitung = 161, 864 dan F tabel = Sehingga F hitung
> F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima , yaitu
Variabel Luas Lahan (X1) Herbisida (X2), Pupuk (X3) dan Tenaga kerja (X4),
Umur Tanaman (X5) secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y).
3. Uji Parsial (Uji t)
Uji t (parsial test), Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik
koefisien regresi parsial.Pengaruh antara produktivitas kelapa sawit dengan
variabel bebas dapat di lihat secara parsial yaitu dengan menggunkan Uji t (Uji
parsial).
-

Variabel luas lahan (X1) berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa
sawit (Y). Nilai t-

hitung

= 3,699 > t -tabel = 1,66 dan nilai signifikansi 0,000

< α = 0,05. Dengan demikian pengaruh luas lahan terhadap produksi
kelapa sawit nyata.
-

Variabel herbisida (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa
sawit (Y). Nilai t -hitung = 1,437 < t -tabel = 1,66 dan nilai signifikansi 0,155 >

Universitas Sumatera Utara

-

α = 0,05. Dengan demikian pengaruh pestisida terhadap produksi kelapa
sawit tidak nyata.

-

Variabel pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit
(Y). Nilai t -hitung =3,085 > t -tabel = 1,66 dan nilai signifikansi 0,003 < α =
0,05. Dengan demikian pengaruh pupuk terhadap produksi kelapa sawit
nyata.

-

Variabel tenaga kerja (X4) berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa
sawit (Y). Nilai

t-hitung

= 6,035 > t-tabel = 1,66 dan nilai signifikansi 0,000 < α

= 0,05. Dengan demikian pengaruh tenaga kerja terhadap produksi kelapa
sawit nyata.
-

Variabel Umur tanaman (X5) tidak berpengaruh terhadap produksi kelapa
sawit (Y). Nilai

t-hitung

= -,535 > t-tabel = 1,66 dan nilai signifikansi 0,594 < α

= 0,05. Dengan demikian pengaruh umur tanaman terhadap produksi
kelapa sawit tidak nyata.
Dari estimasi model diatas diketahui bahawa secara serempak variabel bebas (
luas lahan, herbisida, pupuk, tenaga kerja dan umur tanaman ) berpengaruh nyata
terhadap produksi kelapa sawit di daerah penelitian. Sementara secara parsial
variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit adalah luas
lahan, pupuk, tenaga kerja.
Maka dapat di simpulkan bahwahipotesis2 yang menyatakan faktor- faktor yang
berpengaruh nayata terhadap produksi kelapa sawit adalah luas lahan, pupuk,
tenaga kerja diterima kebenarannya.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Ketersedian input produksi (luas lahan, Herbisida, pupuk, tenaga kerja) telah
tersedia di daerah penelitian.
2. Luas lahan (X1), Pupuk (X3), Tenaga Kerja (X4) berpengaruh nyata terhadap
produksi kelapa sawit di Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam,
Kabupaten Asahan. Sedangkan Herbisida dan Umur tanaman

tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit di Desa Pulau tanjung
Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan.
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada petani kelapa sawit di Desa Pulau tanjung, Kecamatan
Teluk Dalam, Kabupaten Asahan agar meningkatkan penggunaan tenaga
kerja dan

mengoptimalkan penggunaan luas lahan untuk meningkatkan

produksi kelapa sawit.
2. Diharapkan kepada pemerintah untuk memberikan bantuan kepada petani
kelapa sawit dalam penyediaan input produksi seperti bibit, pupuk, pestisida
dan alat-alat pertanian (alsintan) untuk meningkatkan produksi kelapa sawit
3. Kepada peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian mengenai faktor faktor
lain yang mempengaruhi produksi kelapa sawit di Desa Pulau Tanjung,
kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor -Faktor yang Penpengaruhi Permintaan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang

0 51 119

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Basah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 35 110

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi SiKap Nelayan Buruh Terhadap Juragan (Toke) (Studi Kasus: Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Asahan)

0 46 100

Pengembangan Potensi Air Terjun Ponot Di Kabupaten Asahan (Studi deskriptif daya tarik wisata air terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan)

21 119 124

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis) Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan)

0 0 12

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis) Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan)

0 0 1

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis) Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan)

0 0 7

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis) Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan)

0 0 7

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis) Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis) Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan)

0 0 34