Analisis Faktor -Faktor yang Penpengaruhi Permintaan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang

(1)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MENPENGARUHI

PERMINTAAN KOMPOS DARI TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT OLEH PERUSAHAAN PERKEBUNAN SAWIT DI

KABUPATEN ACEH TAMIANG

TESIS

Oleh :

Julaina

107039006/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MENPENGARUHI

PERMINTAAN KOMPOS DARI TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT OLEH PERUSAHAAN PERKEBUNAN SAWIT DI

KABUPATEN ACEH TAMIANG

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar

Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Julaina

107039006/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul

:Analisis Faktor -Faktor yang Penpengaruhi

Permintaan Kompos dari Tandan Kosong

Kelapa Sawit oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang

Nama

: Julaina

NIM

: 107039006

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

(

Ir. Diana Chalil, MSi, Ph.D) (Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)

Ketua

Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,


(4)

Telah diuji dan dinyatakan

LULUS

di

depan tim penguji pada selasa,

20 Mei 2014

Panitia Penguji

Ketua

:

Ir. Diana chalil, MSi, Ph.D

Anggota : 1. Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec

2.

Dr. Ir. Tavi Supriana, MS


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MENPENGARUHI

PERMINTAAN KOMPOS DARI TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT OLEH PERUSAHAAN PERKEBUNAN SAWIT DI

KABUPATEN ACEH TAMIANG

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber – sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 20 Mei 2014 Yang membuat pernyataan,

Julaina


(6)

Dipersembahkan kepada :

Kepada orang yang dicinta yang maha kuasa dan seluruh

keluarga


(7)

ABSTRAK

JULAINA. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh Perusahan Perkebunan Sawit di

Kabupaten Aceh Tamiang (Di bawah bimbingan Ir. DIANA CHALIL, MSi, PhD sebagai ketua dan Dr. Ir. SATIA NEGARA LUBIS, M.Ec sebagai anggota).

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Produksi pupuk anorganik dan organik oleh industri pupuk yang ada di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk perusahaan kelapa sawit. Salah satu alternatif yang diambil perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah dengan memanfaatkan limbah padat dari hasil pengolahan buah sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. TKKS merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit yaitu sekitar 22 – 23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahan perkebunan kelapa sawit dan menganalisis pengaruh harga kompos TKKS, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, dan luas lahan aplikasi terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan sawit di Kabupataten Aceh Tamiang. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data bulanan dari tahun 2002-2012, dan data lainnya yang mendukung penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan model regresi berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara serempak faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kompos TKKS oleh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang adalah harga kompos TKKS, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS dan luas lahan aplikasi. Secara parsial perubahan harga kompos TKKS dan luas lahan aplikasi berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kompos TKKS. Sedangkan perubahan harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS dan harga TBS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kompos TKKS oleh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang. Permintaan pupuk kompos TKKS oleh seluruh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebesar 412.211.132 Kg/tahun. Permintaan kompos TKKS tiap tahunnya berfluktuasi dan cendrung semakin meningkat. Pada tahun 2002 rata- rata permintaan kompos TKKS adalah sebesar 3.146.410 Kg sedangkan pada tahun 2012 permintaan TKKS sudah mencapai 5.071.489 Kg. Dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan kompos TKKS sebesara 61,18% dalam kurun waktu sebelas tahun.

Kata kunci : Permintaan Kompos TKKS, Harga kompos TKKS, Harga pupuk anorganik, Jumlah produksi TBS, Luas lahan aplikasi,


(8)

ABSTRACT

JULAINA. Factor Analysis – The factors affecting the demands of compost made of empty bunch palm fruit in the palm plantation company in District Aceh Tamiang (under supervisor Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D as first advisor and Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec as second advisor)

This research was conducted in 2013. The production of organic and inorganic fertilizers in Indonesia does not fulfill the need of fertilizers in palm plantations. An alternative established by palm plantation company is by utilizing solid compost heap from palm fruit processing; the empty bunches of palm processing. TKKS (empty bunches of palm fruits) is one of solid waste produced a lot by palm company, about 22-23% of total amount of fresh bunches (TBS) which are processed. The goals of this research are to find out the compost demands TKKS compost in palm plantation company. Also, we want to analyze the effects of TKKS compost’s prize, organic fertilizer prize, the amount

production of TBS and the area of applied land to the demand of TKKS compost in palm plantation company in District Aceh Tamiang. The data which are used are secondary data; monthly data from 2002 until 2012 and the other data supporting this research. The method which is used is multivariable regression.

The results of analysis shows that the factor simultaneously affecting the demand of TKKS compost in palm plantation companies in Aceh Tamiang are the prize of TKKS compost, the prize of organic fertilizers, the amount production of TBS and the area of applied land. Partially, the prize of TKKS compost, the amount of TBS production and the area of applied land significantly affect the compost TKKS demand. Whereas, the prize of inorganic fertilizer does not significantly affect TKKS compost demand in palm plantation company in District Aceh Tamiang. The demand of TKKS compost fertilizer in all palm plantation company in Aceh Tamiang is 412.211.132 Kg/ha/year. There is a fluctuation in the demand of TKKS compost in every year and it tends to increase. In 2002, the average of TKKS compost demand is 3.146.410 kg, and in 2012 the demand is 5. 017. 489. In other words, there is an increase of 61,18 % in compost demanding within 11 years.

Keywords: The demand of TKKS compost, the prize of TKKS compost, the prize of inorganic fertilizer, the amount production of TBS, the area of applied land


(9)

RIWAYAT HIDUP

JULAINA, , lahir di Lancok ulim, Kecamatan Pandrah, Kabupaten Bireun pada tanggal 16 Prebruari 1974 dari Bapak Muhammad Jacoeb Ibrahim dan Ibu Nur Ibadah. Penulis merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1980 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri Pandrah Kandeh, Kabupaten

Bireun, Provinsi NAD, tamat tahun 1986.

2. Tahun 1986 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Pandrah Kandeh, Kabupaten Bireun, Provinsi NAD, tamat tahun 1989.

3. Tahun 1989 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri Jeunieb ,

Kabupaten Bireun, Provinsi NAD, tamat tahun 1992.

4. Tahun 1992 diterima di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 1997.

5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Diana Chalil, MSi, PhD selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh estate meneger Perkebunan Kelapa sawit ,PKS, Kaour produksi, diperusahaan perkebunan aceh tamiang, pegawai Dinas BPS ,Kehutanan dan Perkebunana Propinsi NAD dan Kabupaten Aceh Tamiang dan kantor devisi serta unit pengolahan Kompos dari TKKS, yang telah memberikan segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2014


(11)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJUAN PUSTAKA ... 6

2.1.Landasan Teori... 9

2.1.1. Teori Permintaan ... 9

2.1.2. Elastisitas Permintaan ... 11

2.2.Penelitian Terdahulu ... 12

2.3.Kerangka Pemikiran... 13

2.4.Hipotesis Penelitian ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 17

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 20

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4. Metode Analisis Data ... 23

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 27

3.5.1. Defenisi ... 27

3.5.2. Batasan Operasional... 29

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ………. 30

4.1. Luas dan Letak Geografis ... 30

4.2. Keadaan Penduduk ... 30

4.3. Pendapatan Domestik Regional Bruto ... 31

4.4. Penggunaan Lahan ... 33


(12)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……… 36

5.1. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit yang Digunakan Perusahaan ………..……….... 36

5.2. Permintaan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh Perusahaan Perkebuan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang…………... 39

5.3. Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 43

5.3.1.Uji Asumsi Klasik……….………. 43

5.3.1.1. Normalitas...…... ... 44

5.3.1.2. Multikolonieritas ... .... 45

5.3.1.3. Autokorelasi... ... 45

5.3.1.4. Heteroskedastisitas... .... 46

5.3.2.Hasil Uji Hipotesis... .. 47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan...53

6.2. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA... 55


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Jumlah Produsen Pupuk Organik Indonesia ... 2

2. Luas Lahan Pertanian di Indonesia ... 3

3. Sentra Perkebunan Sawit di Provinsi Aceh. ... 17

4. Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Kelapa Sawit di Provinsi Aceh ... 19

5. Jumlah Perusahaan Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang ... 20

6. Jumlah Populasi ... 22

7. Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin ... 31

8. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012 ... 32

9. Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya di Kecamatan Aceh Tamiang... 33

10.Sarana dan Prasarana Kabupaten Aceh Tamiang ... 34

11.Permintaan Kompos TKKS oleh Perusahaan Perkebunan Sawit Kabupaten Aceh Tamiang Per Tahun ... 39

12.Hasil Uji One – Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 44

13.Collinearity Statistics ... 45

14.Durbin-Watson . ... 45

15.Uji Park . ... 47

16.Analisis Regresi Pengaruh Harga Kompos TKKS, Harga Pupuk Anorganik, Jumlah Produksi TBS dan Luas Lahan Aplikasi Terhadap Permintaan Kompos TKKS oleh Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang ... 47


(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Kurva Permintaan... 2

2. Skema Kerangka Konsep Penelitian ... 3

3. Pupuk Kompos dari TKKS Hasil Pengolahan TBS. ... 17

4. Pupuk Kompos TKKS yang Sudah Dipress ... 19

5. Pupuk Kompos TKKS yang Sudah Dipress dan Telah Disiram Limbah Cair dan Penambahan Bakteri ... 20

6. Permintaan Kompos Per Tahun Per Bulan ... 22

7. Harga Kompos TKKS Per Tahun dan Harga TBS Per Tahun ... 31


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal 1. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 . ... 56 2. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 56 3. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2004 . ... 57 4. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 . ... 57 5. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 58 6. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 58 7. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 59 8. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 59 9. Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 60 10.Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 60 11.Permintaan Kompos TKKS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan

Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 61 12.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 61 13.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 62 14.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit


(16)

15.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 ... 63 16.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 63 17.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 64 18.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 64 19.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 65 20.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 65 21.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 66 22.Harga Kompos TKKS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 66 23.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 67 24.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 67 25.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2004 ... 68 26.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 ... 68 27.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 69 28.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 69 29.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 70 30.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit


(17)

31.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan PerkebunanSawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 71 32.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 71 33.Harga Pupuk Anorganik (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 72 34.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 72 35.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 73 36.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2004 ... 73 37.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 ... 74 38.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 74 39.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 75 40.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 75 41.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 76 42.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 76 43.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 77 44.Jumlah Produksi TBS (Kg) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 77 45.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 78 46.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten


(18)

47.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2004 ... 79 48.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

ceh Tamiang Tahun 2005 ... 79 49.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 80 50.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 80 51.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2008 ... 81 52.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 81 53.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 82 54.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 82 55.Harga TBS (Rp) oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 83 56.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 ... 83 57.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 ... 84 58.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2004 ... 84 59.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 ... 85 60.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 ... 85 61.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 86 62.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan


(19)

63.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009 ... 87 64.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 87 65.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011 ... 88 66.Luas Lahan Aplikas Kompos TKKS (Ha) oleh Perusahaan

Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 ... 88 67.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kompos TKKS

oleh Perusahan Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang ... 89 68.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 95 69.Hasil Uji Park ... 98


(20)

ABSTRAK

JULAINA. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh Perusahan Perkebunan Sawit di

Kabupaten Aceh Tamiang (Di bawah bimbingan Ir. DIANA CHALIL, MSi, PhD sebagai ketua dan Dr. Ir. SATIA NEGARA LUBIS, M.Ec sebagai anggota).

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Produksi pupuk anorganik dan organik oleh industri pupuk yang ada di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk perusahaan kelapa sawit. Salah satu alternatif yang diambil perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah dengan memanfaatkan limbah padat dari hasil pengolahan buah sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. TKKS merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit yaitu sekitar 22 – 23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahan perkebunan kelapa sawit dan menganalisis pengaruh harga kompos TKKS, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, dan luas lahan aplikasi terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan sawit di Kabupataten Aceh Tamiang. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data bulanan dari tahun 2002-2012, dan data lainnya yang mendukung penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan model regresi berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara serempak faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kompos TKKS oleh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang adalah harga kompos TKKS, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS dan luas lahan aplikasi. Secara parsial perubahan harga kompos TKKS dan luas lahan aplikasi berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kompos TKKS. Sedangkan perubahan harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS dan harga TBS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kompos TKKS oleh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang. Permintaan pupuk kompos TKKS oleh seluruh perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebesar 412.211.132 Kg/tahun. Permintaan kompos TKKS tiap tahunnya berfluktuasi dan cendrung semakin meningkat. Pada tahun 2002 rata- rata permintaan kompos TKKS adalah sebesar 3.146.410 Kg sedangkan pada tahun 2012 permintaan TKKS sudah mencapai 5.071.489 Kg. Dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan kompos TKKS sebesara 61,18% dalam kurun waktu sebelas tahun.

Kata kunci : Permintaan Kompos TKKS, Harga kompos TKKS, Harga pupuk anorganik, Jumlah produksi TBS, Luas lahan aplikasi,


(21)

ABSTRACT

JULAINA. Factor Analysis – The factors affecting the demands of compost made of empty bunch palm fruit in the palm plantation company in District Aceh Tamiang (under supervisor Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D as first advisor and Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec as second advisor)

This research was conducted in 2013. The production of organic and inorganic fertilizers in Indonesia does not fulfill the need of fertilizers in palm plantations. An alternative established by palm plantation company is by utilizing solid compost heap from palm fruit processing; the empty bunches of palm processing. TKKS (empty bunches of palm fruits) is one of solid waste produced a lot by palm company, about 22-23% of total amount of fresh bunches (TBS) which are processed. The goals of this research are to find out the compost demands TKKS compost in palm plantation company. Also, we want to analyze the effects of TKKS compost’s prize, organic fertilizer prize, the amount

production of TBS and the area of applied land to the demand of TKKS compost in palm plantation company in District Aceh Tamiang. The data which are used are secondary data; monthly data from 2002 until 2012 and the other data supporting this research. The method which is used is multivariable regression.

The results of analysis shows that the factor simultaneously affecting the demand of TKKS compost in palm plantation companies in Aceh Tamiang are the prize of TKKS compost, the prize of organic fertilizers, the amount production of TBS and the area of applied land. Partially, the prize of TKKS compost, the amount of TBS production and the area of applied land significantly affect the compost TKKS demand. Whereas, the prize of inorganic fertilizer does not significantly affect TKKS compost demand in palm plantation company in District Aceh Tamiang. The demand of TKKS compost fertilizer in all palm plantation company in Aceh Tamiang is 412.211.132 Kg/ha/year. There is a fluctuation in the demand of TKKS compost in every year and it tends to increase. In 2002, the average of TKKS compost demand is 3.146.410 kg, and in 2012 the demand is 5. 017. 489. In other words, there is an increase of 61,18 % in compost demanding within 11 years.

Keywords: The demand of TKKS compost, the prize of TKKS compost, the prize of inorganic fertilizer, the amount production of TBS, the area of applied land


(22)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia kini memiliki 8,9 juta hektar perkebunan kelapa sawit, dari luas tanaman tersebut rakyat memiliki 3,7 juta hektar, BUMN 616.575 hektar dan perkebunan swasta sebesar 4,5 juta hektar. Sedangkan kebutuhan pupuk untuk perkebunan kelapa sawit adalah rata – rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti Indonesia membutuhkan pupuk sebesar 6,7 juta ton/tahun untuk memenuhi kebutuhan perkebunan kelapa sawit (Departemen Pertanian RI, 2008).

Sedangkan data agro Indonesia menunjukkan kapasitas industri pupuk nasional mencapai 8,0 juta ton. Namun realisasi produksi hanya 5,9 juta ton. Tidak terpenuhinya kapasitas produksi tersebut karena industri pupuk kesulitan mendapatkan pasokan gas (Agroindonesia, 2009).

Pemakaian pupuk kimia seperti urea, KCL, TSP dan ZA secara terus menerus juga mengakibatkan menurunnya kandungan bahan organik dalam tanah. Data yang pernah dilaporkan bahwa tanah di pulau jawa umumnya mengandung bahan organik di bawah 2%. Sementara dari pusat penelitian tanah dan

agroklimatologi menunjukan 95% lahan pertanian di Indonesia mengandung bahan organik kurang dari 1%. Pada hal batas minimum kandungan bahan organik yang dianggap layak untuk lahan pertanian antara 4% - 5% (Musnamar, 2003).

Kebutuhan pupuk organik yang sangat besar untuk memperbaiki kerusakan lahan pertanian di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home


(23)

industry) sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak berkelanjutan (Harian Pikiran Rakyat, 2009).

Untuk mengetahui jumlah produsen pupuk organik yang beroperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Produsen Pupuk Organik Indonesia

Produsen organik Jumlah

Perusahaan

Total produksi (Ton/Tahun)

Industri pupuk organik 44 440.000

PT. Pupuk (BUMN) 5 370.000

Total 49 810.000

Sumber: Harian Pikiran Rakyat, 2009

Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah total produsen pupuk organik di Indonesia sebanyak 49 perusahaan. Industri pupuk organik yang dikelola pihak swasta atau home industry sebanyak 44 perusahaan dengan total produksi sebesar 440.000 ton/tahun dan industri pupuk yang dikelola BUMN sebanyak 5 perusahaan antara lain PT. Pupuk Sriwijaya, PT pupuk Kujang Cikampak, PT Pupuk Petrokimia Gersik, PT Pupuk Kalimantan Timur dan PT Pupuk Iskandar Muda dengan total produksi sebesar 370.000 ton/tahun.

Bila dibandingkan dengan luas tanam yang ada di Indonesia maka produksi pupuk organik tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pupuk organik di Indonesia yang luas lahan pertaniannya dapat di lihat pada Tabel 2.


(24)

Tabel 2. Luas Lahan Pertanian di Indonesia

Produsen organik Jumlah

(Ha)

Tanaman Pangan 12.900.000

Perkebunan Ladang/Huma

11.800.000 5.300.000

Total 30.000.000

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, (2009)

Luas tanaman pangan di Indonesia sebesar 12,9 juta Ha dan luas perkebunan yang ada di Indonesia sebesar 11,8 juta Ha sedangkan luas ladang/huma sebesar 5,3 juta Ha. Jadi total luas lahan pertanian yang ada di Indonesia sebesar 30 juta Ha.

Dari kedua tabel tersebut dapat kita lihat bahwa dengan produksi pupuk organik sebesar 810.000 ton/ha tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pupuk organik di Indonesia yang luas lahan pertaniannya mencapai 30 juta Ha dimana kebutuhan pupuk organik rata – rata 2 ton per hektar per tahun.

Produksi pupuk anorganik dan organik oleh industri pupuk yang ada di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk perusahaan kelapa sawit. Sehingga salah satu alternatif yang diambil perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah dengan memanfaatkan limbah padat dari hasil pengolahan buah sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. TKKS merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yaitu sekitar 22 – 23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah.


(25)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik ingin meneliti berapa besar permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit dan bagaimana pengaruh harga kompos tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS serta luas lahan terhadap permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit.

1.2.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah

1. Berapa besar permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian ?

2. Bagaimana pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahan perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian

2. Untuk mengetahui pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, Harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan di daerah penelitian.


(26)

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi perusahaan perkebunan sawit /pekebun sawit dalam memilih pupuk yang akan digunakan.

2. Sebagai bahan informasi bagi produsen kompos dari tandan kosong kelapa sawit sehingga dapat merencanakan supply kompos tandan kosong kelapa sawit secara tepat.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa. Bentuknya dapat berupa padat atau cair yang digunakan untuk

mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Sudirja, 2007).

Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik. Pupuk tersebut adalah hasil dekomposisi parsial, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik. Manfaat dari kompos dapat ditinjau dari berbagai aspek, terdiri dari :

1. Aspek ekonomi, yaitu :

• Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah • Mengurangi volume/ukuran limbah

• Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya 2. Aspek lingkungan, yaitu :

• Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah • Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan 3. Aspek bagi tanah dan tanaman, yaitu :

• Meningkatkan kesuburan tanah

• Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah • Meningkatkan kapasitas serap air tanah • Meningkatkan aktivitas mikroba tanah


(28)

• Meningkatkan kualitas hasil panen

• Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman • Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman • Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah (Darnoko et al, 2006).

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar karena hampir sama dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Komponen terbesar dari TKKS adalah selulosa (40-60 %), disamping komponen lain yang jumlahnya lebih kecil seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30 %). Salah satu alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk organik dengan melakukan pengomposan (Fauzi et al, 2012).

Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberi manfaat lain dari sisi ekonomi. Keunggulan kompos TKKS meliputi kandungan kalium yang tinggi, tanpa penambahan strater dan bahan Kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang

menguntungkan antara lain:


(29)

2. Membantu kelarutan unsur – unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.

3. Bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama penyakit tanaman.

4. Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah

5. Dapat di aplikasikan dalam sembarang musim

Kompos tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan untuk subtitusi pupuk anorganik yang langka dan harganya mahal dipasaran. Tingginya harga dan kelangkaan pupuk anorganik membuat perusahaan perkebunan kelapa sawit mengurangi aplikasi pemupukan dan penggunaan pupuk kimia / anorganik dalam jangka panjang telah mengurangi kadar organik dalam tanah sehingga

menyebabkan tanah menjadi berkurang kesuburannya. Perlu dilakukan perbaikan lahan dengan menggunakan kompos janjang kelapa sawit sebagai substitusi pupuk anorganik (pupuk kimia) yang dapat meningkatkan bahan organik dalam tanah serta ramah lingkungan (Wardani, 2012).

Aplikasi 21/kg sampai dengan 60/ kg kompos janjang kelapa sawit dapat meningkatkan hasil sawit berturut-turut hingga 24% dan 45% terhadap perlakuan tanpa pupuk organik, sedangkan aplikasi pupuk kandang hanya dapat

meningkatkan hasil sebesar 7% terhadap perlakuan tiada pupuk organik (Darnoko, 2006).

Biaya pemupukan dengan substitusi kompos TKKS dihitung sejak investasi pabrik dan biaya operasional menghasilkan kompos serta biaya – biaya substitusi kompos yang meliputi biaya pembelian pupuk anorganik yang tidak


(30)

tergantikan, biaya handling cost serta biaya tenaga kerja pemupukan.

Pengumpulan data sekunder meliputi produksi pupuk organik dan anorganik, aspek bahan baku, biaya tetap dan biaya tidak tetap untuk memproduksi bahan baku, biaya tetap dan biaya tidak tetap untuk memproduksi pupuk organik, biaya mesin – mesin serta peralatan dan lain – lain. Bahwa skala produksi harus di hitung berdasarkan kebutuhan penggunaan substitusi pupuk anorganik, maka lebih dulu harus diketahui volume kebutuhannya (Setyorini, 2005).

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan

Permintaan konsumen didefinisikan sebagai kuantitas suatu barang tertentu dimana seorang konsumen ingin dan mampu membelinya pada berbagai tingkat harga, ceteris paribus. Hubungan permintaan tersebut hanya menunjukkan

hubungan secara teoritis antara harga dan kuantitas yang dibelinya per unit waktu, ceteris paribus. Harga dan kuantitas berbanding terbalik, oleh karena itu kurva permintaan berslope negatif. Hubungan terbalik ini kadang-kadang disebut hukum permintaan (Sukirno, 2003).

Hukum permintaan menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sifat hubungan seperti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut (Sukirno, 2003).


(31)

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dibuat grafik permintaan. Hubungan permintaan digambarkan pada Gambar 1. Kuantitas adalah fungsi harga, tetapi harga secara konvensional diletakkan pada sumbu vertikal dan kuantitas pada sumbu horisontal dari diagram fungsi permintaan (dan penawaran).

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Faktor - faktor tersebut antara lain : 1. Harga barang itu sendiri.

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut. 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata – rata masyarakat. 4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

5. Cita rasa masyarakat. 6. Jumlah penduduk.

7. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam

menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan D (demand= permintaan) Harga

(Rp)

Kuantitas/Waktu Gambar. 1. Kurva Permintaan


(32)

selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang (Sukirno, 2003).

Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi

permintaan, maka kita dapat mengetahui hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dan variabel-variabel bebas (independent variables). Penjelasan dapat ditulis dalam bentuk persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.

Dx = f(Px, Py, I) Dimana :

Dx = Jumlah barang X yang diminta Px = Harga barang X

Py = Harga barang Y I = Pendapatan

(Rahardja dan Manurung, 2004).

2.1.2 Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi (ceteris paribus). Setidaknya ada tiga faktor penting yang mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang, yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain, dan pendapatan. Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga (price elasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang dikaitkan


(33)

dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan bila dikaitan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity). (Rahardja dan Manurung, 2004).

2.2. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh peneliti yang pernah penulis baca diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Roni Eka Putra (2007), berjudul analisis faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan pupuk urea dan SP-36 di

Indonesia dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, menyimpulkan bahwa hasil analisis diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan pupuk Urea yaitu; harga pupuk Urea, harga pupuk SP-36, harga gabah, dan jumlah produksi padi dimana variabel-variabel ini mempunyai nilai P-value yang lebih kecil dari taraf nyata 10 persen. Variabel luas lahan mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan pupuk Urea. Dan pada model

permintaan SP-36 dipengaruhi oleh tingkat harga pupuk Urea, harga pupuk SP-36, harga gabah, dan jumlah produksi padi, sedangkan variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan yang digunakan.

Ishartanto (1996) dalam tesisnya yang berjudul analisis kelayakan pendirian industri kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk

mensubstitusi penggunaan pupuk anorganik pada PT. Pecconina Baru di Sumatera Selatan.Hasilnya: Pupuk organik mampu mensubsitusikan pupuk anorganik.

Eko Noviandi Ginting, dkk (2011) dalam jurnalnya yang berjudul


(34)

sawit di Ultisol. substitusi pupuk MoP dengan tandan kosong kelapa sawit bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah, kandungan hara daun, indeks luas daun dan produksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah. Aplikasi TKKS setara 25% dosis pupuk MoP standar kebun atau dapat

mensubstitusi pupuk MoP hingga 25% hingga peningkatan produksi mencapai 11,7%.

2.3. Kerangka Pemikiran

Permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit adalah jumlah kompos tandan kosong kelapa sawit yang diminta oleh perusahaan dan terjadi transaksi pada berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Kompos janjang kelapa sawit akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur, tanah miskin akan menjadi subur, tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos janjang kelapa sawit tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos.

Permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain harga pupuk anorganik, harga kompos tandan kosong kelapa sawit itu sendiri, produksi TBS, harga TBS dan luas lahan aplikasi

pemupukan. Permintaan kompos janjang kelapa sawit diharapkan semakin meningkat seiring dengan maraknya pertanian organik karena harga pupuk anorganik semakin mahal dan langka.

Semakin tinggi harga pupuk anorganik, diharapkan perusahaan

perkebunan sawit beralih menggunakan pupuk kompos TKKS sehingga dapat meningkatkan permintaan kompos TKKS tersebut. Dimana harga kompos tandan


(35)

kosong kelapa sawit yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan permintaan kompos TKKS, dan pada akhirnya dapat menekan biaya produksi perkebunan kelapa sawit dalam jangka panjang.

Produksi TBS yang tinggi akan menghasilkan limbah padat berupa TKKS yang semakin besar, sehingga diharapkan dapat memenuhi ketersediaan TKKS sebagai bahan baku untuk pembuatan kompos TKKS dalam rangka memenuhi permintaan kompos TKKS. Dan semakin luasnya lahan aplikasi, permintaan pupuk kompos TKKS akan semakin meningkat.

Dari pembahasan tersebut penulis ingin mengetahui seberapa besar jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit, dan pengaruh harga kompos tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, Harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos janjang kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan di daerah penelitian Kabupaten Aceh Tamiang. Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.


(36)

Keterangan : Menyatakan pengaruh Gambar 2. Skema kerangka konsep penelitian X2 : Harga pupuk

anorganik X1 : Harga kompos

tandan kosong kelapa sawit

X3 : Jumlah produksi

TBS

Jumlah permintaan kompos tandan kosong

kelapa sawit oleh perusahaan sawit

X5 : Luas lahan


(37)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori – teori yang ada maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit di daerah penelitian.


(38)

III. METODE PENELITIAN

Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra perkebunan. Kabupaten Aceh Tamiang dalam luas komuditi kelapa sawit mendapatkan urutan keempat terbesar dari 8 kabupaten sentra, sehingga banyak perkebunan yang membutuhkan kompos dari tandan kosong sawit dan ketersediaan bahan baku. Untuk lebih jelasnya daerah sentra perkebunan di Propinsi Aceh dapat lihat pada Tabel 3 dibawah ini: Tabel 3. Sentra perkebunan di Provinsi Aceh

No Kabupaten/Sentra Kecamatan Luas (Ha) Jenis Komoditi

1. Aceh Barat 287.947

1.1 Kws. Perk. Setia Bakti. Dsk 29.256

Setia Bakti 15.000 Sawit

10.660 sawit,lain-lain

3.596 Karet

1.2 Kws. Perk.Kuala, dsk 14.761

14.000 Karet

761 Karet

1.3 Kws. Perk.Salang, dsk 123.372

Salang 2.700 Sawit

4.175 Karet

Kuala Darul Makmur 44.960 Sawit

Beutong 18.328 Sawit

Seunangan 27.214 sawit,lain-lain

892 Karet

Darul Makmur 25.103 sawit,lain2

1.4 Kws. Perk. Johan Pahlawan,dsk 75.062

Kawai 50.357 Sawit

Johan Pahlawan 24.120 Sawit

585 Karet

1.5 Kws. Perk. Teumon,dsk 21.450

Woyla 9.600 Sawit

Teumon 11.850 Sawit

1.6 Kws. Perk. Sampoiniet,dsk 5.946

Jaya 1.500 Sawit

4.446 karet,lain2

1.7 Kws. Perk. Tempah Selatan, dsk Tempah Selatan 18.100 Sawit

2. Aceh Selatan 179.157

2.1 Kws. Perk. Tamiang Hulu,dsk 71.146

Julok 24.288 Sawit

Tamiang Hulu 14.352 sawit, karet

10.300 Karet

Trumon 14.700 Sawit

Kuala Batu 7.506 Sawit

2.2 Kws. Perk. Simpang Kanan, dsk Simpang Kanan 41.712 Sawit 2.3 Kws. Perk. Simpang Kiri,dsk 66.299

Simpang Kiri 62.124 Sawit

Subulus Salam 4.175 Karet


(39)

Tabel 3. Lanjutan

No Kabupaten/Sentra Kecamatan Luas (Ha) Jenis Komoditi

3. Aceh Timur 173.413

3.1 Kws. Perk. Aceh Timur, dsk 50.996

Idi Rayeuk 3.875 sawit,karet

Rantau Selamat 10.141 sawit,karet

407 Karet

Idi 3.000 sawit,karet

Peureulak 20.285 Sawit

619 Kelapa

Peureulak Selatan 3.600 Sawit

Juluk 4.900 Sawit

Geumpang 2.850 Sawit

1.319 Karet

3.2 Kws. Aceh Tamiang, dsk 108.574

Rantau 44.900 Sawit

Seruai 6.535 Sawit

Kejuruan Muda 27.579 sawit,karet

Tamiang Hulu 17.807 sawit,karet

Bendahara 1.988 Sawit

Bandar pusaka 6.959

Sawit

Karang Baru 2.806

3.3

Sawit

Kota Langsa ,dsk 13.843

Bireun Bayeum 2.065 sawit,karet

Langsa 5.922 sawit,karet

Langsa Barat 5.856 Sawit

4. Aceh Tenggara 19.000

4.1 Kws. Perk. Blangkejeureun,dsk 19.000

Lawe Alas 9.500 Sawit

Blangkejeureun 9.500 Sawit

5. Pidi 13.843

5,1 Kws. Perk. Bandar Baru,dsk 13.843

Bandar Baru 12.000 Sawit

Meureudu 1.583 Sawit

Tangse 260 lain-lain

6. Aceh Utara 62.006

6,1 Kws. Perk. Matang Kuli,dsk 18.086

Matang Kuli 14.473 sawit,kakao

Tanah Luas 1.300 Sawit

Lhok Sukon 2.313 sawit,karet,

6.2 Kws. Perk. Jeumpa, dsk 29.740

Jeumpa 25.600 Sawit

Peusangan 3.300 Sawit

840 Kelapa

6.3 Kws. Pewrk. Sawang, dsk Sawang 2.760 sawit,kakao 6.4 Kws. Perk.Samtalira Bayu, dsk 11.420

Kota Makmur 4.570 sawit,karet

Samtalira Bayu 6.850 Sawit

7. Aceh Tengah 1.600

7.1 Kws. Perk. Bandar, dsk Bandar/Tebang Gajah 1.600 Sawit

8 Aceh Besar 4.975

8.1 Kws. Perk. Seulimum, dsk Seulimum 4.975 Karet

TOTAL PROPINSI 747.041

Sumber : Peta Sentra Produksi Perkubunan Prov. Aceh 2009

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa ada empat sentra terbesar yaitu: Aceh Barat dengan luas komuditi sawit: 287.947 Ha, Aceh Selatan dengan luas komuditi: 179.157 Ha, Aceh Timur dengan luas komuditi: 173.413 Ha, Aceh


(40)

Tamiang dengan luas komuditi: 108.574 Ha. Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah satu sentra perkebunan yang luas komuditi sawitnya besar, kawasan ini juga dikenal sebagai perkebunan kelapa sawit pertama di Provinsi Aceh.

Ada 27 perusahaan swasta nasional dan asing yang melakukan operasinya di Kabupaten Aceh Tamiang ini seperti PTPN I Semantok, Socfindo, PT. Sember asih, PT.Parasawita, PT. Bahari lestari, PT. Betami dan lain – lain. Belum lagi luas perkebunan rakyat yang terdapat dikawasan Kabupaten Aceh Tamiang adalah nomor dua terluas dan perkebunan besar nomor tiga terbesar adalah Kabupaten Aceh Tamiang dari semua Kabupaten yang terdapat di Provinsi Aceh, Untuk lebih jelas perbandingan luas kebun rakyat dan perkebunan besar disetiap Kabupaten di Provinsi Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Kelapa Sawit di Provinsi Aceh

No Kabupaten Perkebunan rakyat (Ha) Perkebunan besar (Ha)

1 Aceh Jaya 5.311 1.720 2 Aceh Barat 3.892 11.292 3 Nagan Raya 13.112 36.523 4 Aceh Barat Daya 1.256 4.968 5 Aceh Selatan 2.410 3.842 6 Aceh singkil 19.046 24.522 7 Aceh Tenggara 1.253 - 8 Aceh Tamiang 15.876 30.138 9 Aceh Timur 4.493 44.153 10 Aceh utara 14.834 14.353 11 Bireun 3.136 382 12 Pidie 81 10 13 Aceh Besar 1.140 - Total 85.840 171.903 Sumber: Peta Lokasi Pekebunan Besar dan Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit di Provinsi Aceh 2012

Dari Tabel 4 dapat kita lihat luas perkebunan rakyat di Kabupaten Aceh Tamiang adalah 15.874 Ha, dan merupakan peringkat kedua tersebesar di Provinsi Aceh. Luas perkebunan besar di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 30.138 Ha,


(41)

dan merupakan peringkat ketiga di Provinsi Aceh. Adapun pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi Kabupaten Aceh Tamiang sebagai lokasi penelitian adalah akses peneliti terhadap perusahaan – perusahaan perkebunan di Kabupaten Aceh Tamiang lebih mudah, baik dari segi jarak tempuh dan akses untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perkebunan kelapa sawit yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah perusahaan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Tamiang

NO Nama Perusahaan Luas tanam (Ha) Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas ( Ton/ha)

1 PT. Pati Sari 545,10 276,86 5.976.870 21.588 2 PT. Nilam Wangi 978,05 621,52 9.024.940 14.521 3 PT. PD. Pati Pantai Kiara 920,15 788,16 2.530.279 3.210

4 PT. Seumadam 616,99 412,79 7.454.708

5

18.059

PT. Desa Jaya 876,20 696,80 5.555.308 7.973

6 PT. Alur Gantung 642,30 292,80 2.758.157 7

9.420 PT. Mustika Prima Lestari Indah 314,04 150,00 1.316.930

8

8.780 PT. Simpang Kiri 2.654,00 2.370,00 37.310.300 15.743 9 PT. Sisirau 1.977,30 1.135,60 21.220.000 18.686

10 PT. Bahruni 667,70 317,43 4.651.217 14.653

11 PT. PN I Pulo Tiga 4.794,00 3.557,00 31.991.170 8.994

12 PT. PPP 1.398,43 1.283,00 24.655.550

13

19.217

PT. Srikuala 812,63 807,62 11.342.620 14.045

14 PT. Bukit Safa 665,00 315,00 1.510.908 4.797

15 PT. Betami 841,24 279,81 1.909.040

16

6.823 PT. Para Sawita 4.203,64 3.658,51 31.608.690

17

8.640

PT. Wajar Corpora - - 2.370.020 -


(42)

Tabel 5. Lanjutan

NO Nama Perusahaan Luas tanam Luas panen Produksi Produktivitas

18 PT. Darma Agung 1.583,32 1.339,59 15.933.930 11.895 19 PT. Surya Mata Ie 861,44 559,82 7.349.100

20

13.128 PT. Sumber Asih 3.288,25 2.667,13 32.393.230

21

12.145

PT. Puga Co 393,41 391,40 5.372.260 13.726

22 PT. Tenggulun Raya 509,93 517,16 7.864.620 15.207

23 PT. Sinar Kaloy - - - -

24 PT. Socfindo 3.544,24 3.394,13 78.246.290 23.053 25 PT. Rongoh Mas Lestari 317,50 212,50 2.802.469 13.188

26 PT. PN I Seumantoh - - 15.070.410 -

27 PT. Darma Sawita Nusantara 2.501,00 310,00 2.779.242 8.965

JUMLAH 35.905,86 26.354,63 370.998.258 14.077

Sumber :Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebanyak 27 perusahaan dengan luas tanam sebesar 35.905,86 Ha. Tanaman menghasilkan sebesar 26.354,63 Ha dengan produksi sebesar 370.998.258 ton. Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa 3 perusahaan kelapa sawit tidak tersedia data luas tanamnya, maka total populasi yang digunakan menjadi 24 perusahaan.

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah stratified proportional sampling berdasarkan luas lahan yaitu strata I perusahaan kelapa sawit dengan luas tanam kecil (< 1000 Ha), strata II perusahaan kelapa sawit dengan luas tanam sedang (1000 - 2000 Ha), strata III perusahaan dengan luas tanam besar (>2000 Ha). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series yaitu data bulanan dari tahun 2002 – 2012 dari 8 perusahan dengan total observasi objek 132 bulan.


(43)

Pembagian strata dilakukan untuk mendapatkan representative dan heterogenitas populasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Populasi

Strata Luas tanam Jumlah populasi Jumlah sampel

I II III

<1000 Ha 1000 – 2000 Ha >2000 Ha

15 Perusahaan 3 Perusahaan 6 Perusahaan

5 Perusahaan 1 Perusahaan 2 Perusahaan

Jumlah total 24 Perusahaan 8 Perusahaan

Sumber :Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah populasi sampel adalah 24 perusahaan, dari 24 perusahan diambil 8 perusahaan berdasarkan izin yang diperoleh dari perusahan yaitu PT. Betami, PT. Seumadam, PT. Alur Gantung, PT. Mustika Prima Lestari Indah, dan PT. Surya Mata Ie untuk mewakili strata I, PT. PPP untuk mewakili strata II dan PT. Sumber Asih, PT. Para Sawita untuk mewakili strata III. (Amirin, 1990).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain harga kompos tandan kosong kelapa sawit yang dibeli perusahaan kelapa sawit, harga pupuk anorganik yang dibeli

perusahaan kelapa sawit, luas lahan aplikasi kompos dari tandan kosong kelapa sawit pada perusahaan kelapa sawit, jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit yang diaplikasikan, jumlah produksi tandan buah segar yang diperoleh perusahaan kelapa sawit, dan data harga TBS. Semua data tersebut diatas adalah data bulanan dari tahun 2002 sampai dengan 2012 serta data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data sekunder tersebut diperoleh dari


(44)

lembaga dan perusahaan kelapa sawit seperti pada perusahaan PT. Sumber Asih, PT. Para Sawita, PT.PPP, PT. Betami, PT. Seumadam, PT. Alur Gantung, PT. Mustika Prima Lestari Indah, dan PT. Surya Mata Ie, Dinas Pertanian, BPS serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk Masalah 1 digunakan analisis deskriptif dengan menggambarkan kurva permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit perusahaan perkebunan kelapa sawit dan besarnya permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit untuk masing – masing perusahaan berdasarkan tingkatan harga dalam beberapa periode waktu yaitu tahun 2002 – 2012 oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian. Analisis dilakukan berdasarkan informasi, dan data yang diperoleh dari masing – masing perusahaan di Kabupaten Aceh Tamiang.

Untuk masalah 2 pada hipotesis (1), dianalisis dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan model penduga regresi linear berganda, serta dengan alat bantu SPSS. Regresi linear berganda adalah bentuk hubungan atau pengaruh dari dua atau lebih variabel babas (X) dengan variabel terikat (Y). Persamaan model regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + μi

Keterangan :

Y = Jumlah permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit (Kg) X1 = Harga kompos tandan kosong kelapa sawit (Rp/Kg)

X2 = Harga pupuk anorganik (Rp/Kg)


(45)

X4 = Harga TBS (Rp/Kg)

X5 = Luas lahan aplikasi kompos dari tandan kosong kelapa sawit (Ha)

a = Koefisien intercept

b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien regresi (parameter yang dicari)

μi = Error term

(Nachrowi dan usman, 2005).

Untuk mengetahui apakah harga kompos tandan kosong kelapa sawit (X1),

harga pupuk anorganik (X2), jumlah produksi TBS (X3), harga TBS (X4) dan luas

lahan (X5) secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap jumlah

permintaan kompos (Y) maka digunakan uji F. Hipotesisi yang digunakan adalah :

H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel harga kompos tandan kosong kelapa sawit,

harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos (Y).

H1≠ 0 : Ada pengaruh variabel harga kompos tandan kosong kelapa sawit,

harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan pupuk kompos (Y).

Jika : F-hitung > Ftabel maka terima H1, tolak H0

F-hitung < Ftabel maka terima H0, tolak H1

Untuk mengetahui apakah harga kompos, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap jumlah permintaan kompos (Y) maka digunakan uji –t.

Hipotesisi yang digunakan adalah :


(46)

H1≠ 0 : Ada pengaruh variabel Xi terhadap jumlah permintaan kompos (Y)

Jika : t hitung > ttabel atau -t hitung < - ttabel maka terima H1, tolak H0

t hitung < ttabel atau -t hitung > - ttabel maka terima H0, tolak H1

Uji Asumsi Klasik :

Model regresi linier berganda (multiple regression) dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi klasik. Ada empat uji asumsi yang harus dilakukan terhadap suatu model regresi tersebut yaitu :

1. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara yang digunakan adalah analisis grafik (normal P-P plot). Cara untuk melihat normalitas residual adalah melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Untuk melihat normalitas residual juga dapat digunakan Uji one sample Kolmogorov- Smirno yaitu membandingkan fungsi distribusi kumulatif dari pengamatan dengan fungsi distribusi kumulatif teoritis. Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 : Disribusi ui (residual) tidak berbeda nyata dengan distribusi normal atau


(47)

H1 : Distribusi ui (residual) berbeda nyata dengan distribusi normal atau residual

tidak berdistribusi normal

Jika data berdistribusi normal maka hipotesis yang diterima adalah H0. Dengan

demikian nilai signifikansi harus lebih besar dari α0,05.

2. Multikolinieritas

Multikolinearitas pada dasarnya adalah adanya hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variable independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari:

- Nilai koefisien korelasi antara variabel bebas ≥ 0,8

- Apabila secara serempak variabel berpengaruh nyata tetapi secara parsial lebih banyak variabel yang tidak nyata.

3. Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan variabel gangguan pada waktu tertentu berkorelasi dengan variabel yang pada periode lain, dengan kata lain variable gangguan tidak random. Penyebab adanya autokorelasi adalah kesalahan

menetukan model, memasukkan variabel yang penting dan penggunaan lagi pada model. Akibat adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum, sehingga tidak efisien (Gujarati, 2003).

Cara yang digunakan untuk mendeteksi gejala autokorelasi dalam

penelitian ini yaitu uji Durbin -Watson (DW test). Uji Durbin-Watson dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson dari hasil perhitungan dengan nilai Durbin-Watson tabel. Nilai Durbin-Watson tabel diperoleh dengan melihat pada K variabel dalam persamaan dan jumlah pengamatan.


(48)

Kriteria pengujian; Bila d < dL → tolak H0

Berarti ada autokorelasi yang positif atau kecenderungannya ρ = 1 Bila dL ≤ d ≤ dU → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa Bila dU ≤ d ≤ 4 - dU → terima H0

Artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

Bila 4 - dU ≤ d ≤ 4 – dL → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa Bila d > 4 - dL → tolak H0

Berarti ada autokorelasi yang negatif atau kecenderungannya ρ = -1 4. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila variansnya tidak konstan, sehingga seakan-akan ada beberapa kelompok data yang mempunyai besaran eror yang berbeda-beda sehingga bila diplotkan dengan nilai Ŷi akan membentuk suatu pola.

Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan metode grafik yaitu memplotkan ui2 dan

Ŷi. Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot menunjukkan pola yang sistematis (Gujarati, 2003).

3.5. Definisi dan Batas Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman mengenai pengertian tentang istilah–istilah yang terdapat dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batas operasional sebagai berikut :

3.5.1. Definisi

1. Tandan kosong kelapa sawit merupakan salah satu jenis limbah padat yang dihasilkan dalam industri minyak sawit, terdiri dari 3 jenis:


(49)

a. Hasil pengolahan TBS langsung diaplikasikan ke lapangan.

b. Tandan kosong Kelapa sawit dipres langsung diaplikasikan dilapangan. c. Kompos dari tandan kosang sawit adalah TKKS yang sudah dipres dan

diolah menjadi kompos dengan perlakuan penyiram air limbah yang telah dikembangkan bakteri dengan batas waktu tertentu.

2. Permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit adalah Permintaan efektif, yaitu permintaan terhadap kompos dari TKKS yang disertai daya beli dan melakukan transaksi oleh perusahaan kelapa sawit.

3. Jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit adalah banyaknya kompos yang dibeli perusahaan pada tiap jadwal aplikasi pemupukan.

4. Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut.

5. Barang komplementer adalah suatu barang yang dikonsumsi bersama – sama dengan barang lain.

6. Daya substitusi kompos dari tandan kosong kelapa sawit adalah besar kemampuan kompos dari tandan kosong kelapa sawit menggantikan pupuk anorganik.

7. Luas lahan adalah lahan yang digunakan perusahaan perkebunan yang ditanami kelapa sawit dan lahan tersebut diaplikasikan kompos tandan kosong dari kelapa sawit.

8. Pupuk anorganik adalah pupuk yang digunakan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit ada 4 jenis yaitu: Urea, Phosphat, KCl, Kieserit.


(50)

9. Produksi TBS adalah hasil produksi buah segar dari kebun kelapa sawit pada suatu perusahaan yang limbah padatnya dijadikan bahan baku untuk pembuatan kompos TKKS.

10.Harga TBS adalah harga rata – rata dari pembelian TBS yang pada dasarnya berimplikasi terhadap harga bahan baku pembuatan kompos TKKS di Kabupaten Aceh Tamiang.

3.5.2. Batas Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang. 2. Penelitian dilakukan pada tahun 2013.

3. Penelitian dilakukan di PT. Betami, PT. Seumadam, PT. Alur Gantung, PT. Mustika Prima Lestari Indah, PT. Surya Mata Ie, PT. PPP, PT. Sumber Asih, PT. Para Sawita yang berada di Kabupaten Aceh Tamiang.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit yang ingin diteliti adalah harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan.


(51)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1.. Luas dan Letak Geogarafis

Kabupaten Aceh Tamiang sebelum pemekaran bagian dari Kabupaten Aceh Timur, secara geografis terbentang pada posisi 03 derajat 53 - 04 derajat 32 LU sampai 97 derajat – 98 derajat BT dengan batas adminitrasi sebagai berikut: - Sebelah utara dengan Selat Malaka dan Kota Langsa

- Sebelah selatan dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - Sebelah timur dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

- Sebelah barat dengan kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lulues. Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari 12 kecamatan, 27 mukim 1 kelurahan, 213 desa dan 701 dusun yang secara keseluruhan mempunyai luas 1956,72 km2 atau 195.672 hektar. Produksi komuditas perkebunan kabupaten aceh tamiang karena di daerah ini terdapat perusahaan besar yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit yaitu 27 perusahaan.

Sedang perkebunan sawit seluas 146.851,00 Ha yang tersebar di 12 kecamatan. Perkebunan karet 13.385 Ha, kelapa 262 Ha, pinang 543 Ha, lada 15,5 Ha, sagu 14,2 Ha, aren 71 Ha, nilam 36 Ha kunyit 34 Ha jahe 30 Ha dan daerah Kabupaten Aceh Tamiang juga disebut sebagai salah satu sentral perkebunan sawit dan karet.

4.2.. Keadaan Penduduk

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 7.


(52)

Tabel 7. Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang menurut Kecamatan, Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Rasio Jenis Kelamin

1 Tamiang Hulu 9.202 8.785 17.987 105

2 Bandar Pusaka 6.157 5.865 12.022 105

3 Kejuruan Muda 16.484 16.440 32.924 100

4 Tenggulun 8.810 8.103 16.913 109

5 Rantau 17.048 17.003 34.051 100

6 Kota Kuala Simpang 9.526 9.163 18.689 104

7 Seruway 12.261 12.230 24.491 100

8 Bendahara 9.621 9.608 19.229 100

9 Banda Mulia 5.644 5.389 11.033 105

10 Karang Baru 8.907 18.644 37.551 101

11 Sekerak 3.131 3.118 6.249 100

12 Manyak Payed 15.190 14.796 29.986 103

Aceh Tamiang 121.981 129.144 261.125 102

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012

Penduduk Kabupaten Aceh Tamaing berjumlah 261.125 jiwa terdiri dari 121.981 jiwa laki – laki dan 129.144 jiwa yang tersebar disetiap kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang. Tabel 6 menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Karang Baru yakni 37.551 jiwa dan yang terendah adalah Kecamatan Sekerak yaitu sebesar 6.249 jiwa. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata - rata rasio jenis kelamin di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 102 yang berarti jumlah penduduk laki – laki 1,02% lebih banyak

dibandingkan jumlah penduduk perempuan, sehingga dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki – laki di Kabupaten Aceh Tamiang lebih besar dari pada jumlah penduduk perempuan.

4.3.Pendapatan Domestik Regional Bruto

Perekonomian suatu daerah terbentuk dari berbagai macam kegiatan ekonomi yang terjadi di daerah tersebut. Kegiatan ekonomi yang terdapat di suatu daerah diklasifikasikan menjadi sembilan sektor ekonomi. Dengan


(53)

pengelompokan kegiatan ekonomi dalam sembilan sektor akan dapat digambarkan sektor yang mempengaruhi pembentukan PDRB suatu daerah. Struktur ekonomi pada suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam menghasilkan barang dan jasa. Struktur ekonomi dapat digambarkan dari distribusi PDRB atas dasar harga berlaku yang dirinci menurut lapangan usaha. Untuk melihat kontribusi sembilan sektor ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Tamiang menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012

No Sektor Rupiah

(Juta)

Persentase (%)

1 Pertanian 1.056.719,82 42.22

2 Pertambangan 267.581,15 10.69

3 Industri Pengolahan 212.994,88 8.51

4 Listrik, gas dan Air Bersih 21.502,59 0.86

5 Bangunan 201.758,60 8.06

6 Perdagangan, Hotel, Restoran 369.129,96 14.75

7 Angkutan/Komunikasi 121.553,27 4.86

8 Bank/Keu/Perum 50.419,45 2.01

9 Jasa 201.126,90 8.04

Total 2.502.786,62 100

Sumber: BPS Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa sektor pertanian memiliki kotribusi terbesar terhadap penyumbang PDRB Kabupaten Aceh Tamiang yaitu sebesar 42.22% dan diikuti sektor perdagangan, hotel, restoran sebesar 14.75%. Ini berarti bahwa Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah pertanian yang ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan kuliner, hal ini dapat dilihat dari struktur ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang yang masih didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran. Komoditi perkebunan dan tanaman pangan yang banyak dihasilkan di Kabupaten Aceh Tamiang adalah kelapa sawit, karet dan padi.


(54)

4.5. Penggunaan Lahan

Luas lahan Kabupaten Aceh Tamiang menurut jenis penggunaannya disajikan pada Tabel 9 yaitu sebagai berikut:

Tabel 9. Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaanya di Kecamatan Aceh Tamiang

No Jenis penggunaan lahan Luas lahan (Ha) Persentase (%) 1

2 3

Lahan pertanian sawah Lahan pertanian bukan sawah Lahan non pertanian

18.455 109.146,25

68.101,25

9.43 55.77 34.79

Jumlah 195.702.5 100

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang 2012

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling banyak adalah lahan pertanian bukan sawah yaitu sebesar 109.146,25 Ha dengan persentaase sebesar 55,77%. Lahan pertanian bukan sawah digunakan untuk menanam tanaman perkebunan sperti sawit, karet dan kako. Ini berarti bahwa pada umumnya lahan yang diusahakan paling banyak adalah lahan lahan pertanian bukan sawah untuk menanam tanaman keras terutama perkebunan.

4.4. Sarana dan Prasarana

Adanya sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana yang tersedia maka akan mempercepat laju pembangunan suatu daerah. Sarana dan prasarana yang tersedia di Kabupaten Aceh Tamiang sudah baik, hal ini dilihat dari jenis – jenis sarana dan prasarana yang tersedia sudah cukup memadai.


(55)

Tabel 10. Sarana dan Prasarana Kabupaten Aceh Tamiang

No Sarana dan prasarana Jumlah ( unit )

1

2

3

Pendidikan

a. Taman Pendidikan Alquran b. Taman Kanak - Kanak c. SD/Madrasah Ibtia’iyah

d. SMP/MTS

e. SMU/ SMK/Madrasyah Aliyah

Kesehatan

a. Rumah Sakit b. Puskesmas c. Poliklink d. Polindes e. Praktek Bidan f. Toko obat/Apotek g. Posyandu Rumah Ibadah a. Mesjid b. Mushola/langgar c. Gereja d. Vihara 224 164 180 73 717 2 14 14 188 31 51 291 272 301 0 1 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang 2012

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 1.538 unit yang terdiri dari Taman Pendidikan Alquran 224 unit, Taman Kanak – Kanak 164 unit, SD/Madrasah Ibtia’iyah 180 unit, SMP MTS 73 unit, dan SMU/ SMK/Madrasyah Aliyah 717 unit.Sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Aceh Tamiang beragam, mulai dari negeri maupun swasta yang tersebar di Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang untuk mempermudah masyarakat memperoleh pendidikan formal.

Sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 591 unit. Terdiri dari rumah sakit 2 unit, puskesmas 14 unit, poliklinik 14 unit, polindes 188 unit, praktek bidan 31 unit, apotek/toko obat 51 unit dan posyandu 291unit. Sarana dan prasarana ini dimiliki pemerintah dan ada pula


(56)

yang dikelola pihak swasta, semua sarana prasarana kesehatan yang tersedia ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.

Sarana dan prasarana rumah ibadah yang tersedia di Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 574 unit yang terdiri dari mesjid 272 unit, mushola/ langgar 301 unit, dan vhiara 1 unit. Dari keterangan tersebut dapat kita ketahui bahwa mushola/langgar dan mesjid memiliki jumlah terbanyak yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang. Ini berarti rata – rata penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang beragama islam.


(57)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit yang Digunakan Perusahaan Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar karena hampir sama dengan jumlah produksi minyak sawit mentah.

Gambar 3. Pupuk kompos dari TKKS hasil pengolahan TBS

Bahan baku utama pupuk organik sangat mempengaruhi kualitas pupuk organik yang dihasilkan dan kandungan hara juga bervariasi, pupuk organik mengandung senyawa anorganik dan organik hasil dekomposisi, bahan organik bahan utama penjamin kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh

Perusahaan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang memakai kompos dari TKKS untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman sawit yang di


(58)

budidayakan. Berdasarkan informasi pada saat penelitian diperoleh informasi dari perusahaan bahwa dari hasil analisa yang di lakukan perusahaan terhadap rerata kandungan nutrisi yang terdapat di dalam tandan kosong kelapa sawit terutama unsur Nitrogen, Fosfor, Kalium, dan Magnesium memberikan peluang dan potensi sebagai bahan pengganti sumber nutrisi bagi tanaman kelapa sawit.

Gambar 4. Pupuk kompos TKKS yang sudah dipress

Berdasarkan potensi kandungan nutrisi yang ada maka aplikasi tandan kosong kelapa sawit dapat dilakukan untuk menekan pemakaian pupuk kimia atau pupuk pabrikan seperti pupuk Urea, TSP atau RP, MOP atau KCl, dan Kieserit. Selain sebagai pengganti sumber nutrisi, aplikasi tandan kosong kelapa sawit juga dapat dikategorikan sebagai salah satu tindakan dalam implementasi pengelolaan lingkungan melalui program Produksi Bersih (Cleaner Production). TKKS yang digunakan perusahaan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang biasanya berasal dari limbah pabrik milik perusahaan sendiri dan dari limbah pabrik perusahaan lain. Kemudian diolah dan disiram air limbah, aplikasi bakteri,


(59)

sehingga didapat hasil kandungan unsur makro yang sangat pasti bisa mengantikan kandungan anorganik yaitu:22 Kg Kompos dari TKKS sebanding dengan 1 Kg Urea, 0,60 Kg Phosphat, 0,46 Kg, KCl 1,51 Kg Kiserit. Pemakaian normal pupuk anorganik dengan dengan kondisi tanaman tidak terjadi defesiensi unsur hara untuk 1 Ha selama setahun tanaman kelapa sawit yaitu: 250 Kg urea, 125 Kg Phosphat, 250 Kg KCl, 125 Kg kieserit.

Konversi biaya harga masing-masing pupuk anorganik jika harga untuk pupuk urea sebesar Rp. 3.900/Kg, Rp.2.000/Kg untuk harga phosphat, Rp. 6.800/Kg untuk harga KCl, dan Rp. 2.300/Kg untuk harga Keiserit. Maka untuk 22 kg kompos dari TKKS sebanding dengan harga pupuk anorganik yaitu sebesar Rp. 3.800,00 untuk harga urea, Rp.1.210,00 untuk harga Phospat, Rp. 3.116,67 untuk harga KCl, dan Rp. 3.483,62 untuk harga kieserit. Dengan total harga 22 Kg kompos dari TKKS dibandingkan dengan pupuk anorganik maka mempunyai harga sebesar Rp 11.671,28 /22Kg kompos dari TKKS.

Gambar 5.Pupuk kompos TKKS yang sudah dipress dan telah disiram limbah cair dan penambahan bakteri


(60)

5.2.Permintaan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit oleh Perusahaan Perkebunan Sawit di Kabupaten Aceh Tamiang

Dari hasil penelitian, permintaan kompos TKKS tiap tahunnya semakin meningkat. Pada tahun 2002 rata- rata permintaan kompos TKKS adalah sebesar 3.146.410 Kg sedangkan pada tahun 2012 permintaan TKKS sudah mencapai 5.071489 Kg. Semakin meningkatnya permintaan disebabkan oleh lahan pertanian di Kabupaten Aceh Tamiang sudah semakin tandus akibat penggunaan pupuk kimia/anorganik yang berkepanjangan. Ketersediaan TKKS di setiap perusahaan perkebunan sawit membuat perusahaan lebih mengutamakan sisa limbah

pabriknya untuk digunakan sebagai pupuk utama dalam perkebunan sawitnya. Untuk mengetahui permintaan kompos TKKS disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Permintaan kompos TKKS oleh perusahaan perkebunan sawit Kabupaten Aceh Tamiang

No Uraian Rataan Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Permintaan kompos TKKS 2002 – 2012 Permintaan kompos TKKS per tahun (40.651.691 Kg : 11 tahun)

Permintaan kompos TKKS per bulan (3.695.608 Kg/Tahun : 12 bulan)

Luas lahan aplikasi kompos TKKS 2002 – 2012 Luas lahan aplikasi kompos TKKS per tahun (3.541 Ha :11 tahun)

Luas lahan aplikasi kompos TKKS per bulan (321,91 Ha/Tahun : 12 Bulan)

Rata – rata permintaan 1 Ha kompos TKKS (3.695.608,27 Kg/ Tahun : 321,91 Ha/ Tahun) Total areal yang ditanam kelapa sawit 24 perusahaan Total permintaan kompos TKKS ke 24

Perusahaan dengan aplikasi seluruh areal yang ditanamnya selama 1tahun (35.906 Ha x 11.480,29 Kg/Ha )

40.651.691 3.695.608,27 307.967,00 3.541 321,91 26,83 11.480,29 35.906 412.211.132 Kg Kg/Tahun Kg/Bulan Ha Ha/Tahun Ha/Bulan Kg/Ha Ha Kg/Ha/Tahun


(1)

Lampiran 67. Lanjutan

Sumber : Perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2002-2012 No Tahun Bulan

Permintaan kompos TKKS (Kg) Haga kompos TKKS (Rp/Kg) Harga pupuk anorganik (Rp/Kg) Jumlah produksi TBS (Kg) Harga TBS (Rp/Kg) Luas lahan aplikasi (Ha) Transformasi Data

Y’ X1’ X’2 X’3 X’4 X’5 97 2010 Januari 373.917 290 2.765 590.422 1.613 34 56.407 -89 -1.452 -220.394 619 5

98 Februari 424.495 275 2.789 632.550 1.640 40 50.578 -15 24 42.128 27 6

99 Maret 426.954 262 2.789 811.866 1.622 40 2.459 -13 0 179.317 -18 0

100 April 425.014 298 2.595 954.294 1.436 41 -1.940 36 -194 142.428 -186 1

101 Mei 464.370 308 2.609 1.137.927 1.451 45 39.356 10 14 183.633 14 5

102 Juni 486.829 315 2.683 1.275.862 1.502 47 22.459 7 74 137.935 52 2

103 Juli 495.372 310 3.792 1.553.074 1.405 46 8.543 -5 1.109 277.212 -97 -1

104 Agustus 438.721 394 3.939 1.460.555 1.289 39 -56.652 84 148 -92.519 -116 -8

105 September 386.810 391 3.982 1.353.002 1.336 34 -51.911 -3 43 -107.553 47 -4

106 Oktober 418.772 371 3.926 1.353.298 1.323 38 31.962 -20 -56 296 -13 3

107 November 402.983 371 4.074 995.103 1.147 36 -15.789 0 148 -358.195 -176 -2

108 Desember 348.395 392 3.733 808.591 1.256 31 -54.588 21 -341 -186.512 108 -4

109 2011 Januari 441.654 303 2.854 364.899 1.638 41 93.259 -89 -879 -443.692 383 10

110 Februari 418.150 287 2.914 556.046 1.705 39 -23.505 -16 60 191.147 66 -3

111 Maret 407.754 274 2.936 1.014.934 1.633 34 -10.395 -13 22 458.888 -71 -4

112 April 443.959 312 2.934 1.106.908 1.526 37 36.205 38 -1 91.974 -108 3

113 Mei 410.641 322 3.017 1.435.378 1.579 36 -33.318 10 82 328.470 53 -1

114 Juni 479.486 329 3.101 1.251.887 1.574 45 68.845 7 85 -183.491 -5 9

115 Juli 437.554 324 2.677 1.576.434 1.494 39 -41.931 -5 -425 324.547 -80 -6

116 Agustus 448.203 412 2.908 1.711.634 1.619 40 10.649 87 231 135.200 126 1

117 September 444.429 408 2.903 1.817.941 1.636 40 -3.774 -3 -5 106.306 17 0

118 Oktober 395.520 387 2.908 1.574.393 1.361 34 -48.909 -21 5 -243.548 -275 -6

119 November 397.127 387 2.887 1.363.580 1.374 33 1.606 0 -22 -210.813 13 -1


(2)

Lampiran 67. Lanjutan

No Tahun Bulan

Permintaan kompos TKKS (Kg) Haga kompos TKKS (Rp/Kg) Harga pupuk anorganik (Rp/Kg) Jumlah produksi TBS (Kg) Harga TBS (Rp/Kg) Luas lahan aplikasi (Ha) Transformasi Data

Y’ X1’ X’2 X’3 X’4 X’5

121 2012 Januari 422.493 308 3.085 633.816 1.335 36 68702 -101 -37 -413.410 4 5

122 Februari 425.175 292 3.102 872.047 1.483 38 2683 -16 17 238.231 148 2

123 Maret 419.896 278 3.102 960.477 1.696 39 -5279 -13 0 88.429 213 1

124 April 412.969 317 3.091 1.216.585 1.690 37 -6926 39 -11 256.108 -5 -1

125 Mei 470.029 327 3.085 1.309.530 1.531 44 57060 10 -6 92.945 -160 6

126 Juni 573.213 334 3.404 1.423.367 1.407 50 103184 7 319 113.837 -124 6

127 Juli 435.964 330 3.277 1.775.571 1.507 39 -137249 -5 -127 352.204 100 -11

128 Agustus 411.203 418 3.257 1.789.869 1.536 38 -24761 89 -20 14.298 29 -2

129 September 383.533 415 3.594 1.883.576 1.511 35 -27670 -3 337 93.708 -25 -3

130 Oktober 359.451 394 3.490 1.716.080 1.195 36 -24082 -22 -105 -167.496 -316 1

131 November 378.507 394 3.513 1.418.441 1.111 34 19056 0 24 -297.639 -84 -2

132 Desember 379.056 416 3.177 1.607.273 969 35 549 22 -336 188.833 -142 1

Jumlah Rata - rata

40.651.691 307.967 30.510 231 323.214 2.449 127.308.592 964.459 124.146 941 3.541 27 Sumber : Perusahan perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2002-2012


(3)

Lampiran 68. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Permintaan Kompos TKKS 1155.26 41770.275 131 Harga Kompos TKKS 2.62 28.356 131 Harga Pupuk Anorganik 14.31 284.263 131 Jumlah Produksi TBS 7450.63 187157.043 131

Harga TBS 4.51 116.381 131

Luas Lahan Aplikasi .17 3.599 131

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Luas Lahan Aplikasi,

Harga Pupuk Anorganik, Jumlah Produksi TBS, Harga Kompos TKKS, Harga TBSa

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .931a .867 .861 15563.390 .867 162.284 5 125 .000 2.219 a. Predictors: (Constant), Luas Lahan Aplikasi, Harga Pupuk Anorganik, Jumlah Produksi TBS, Harga

Kompos TKKS, harga TBS


(4)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.965E11 5 3.931E10 162.284 .000a

Residual 3.028E10 125 2.422E8

Total 2.268E11 130

a. Predictors: (Constant), luas lahan, harga anorganik, produksi TBS, harga TKKS, harga TBS b. Dependent Variable: permintaan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 264.787 1374.301 -.193 .848

harga TKKS -133.324 51.869 -.091 -2.570 .011 .861 1.161 harga anorganik .796 5.130 .005 .155 .877 .876 1.142 produksi TBS .009 .007 .041 1.247 .215 .967 1.034 harga TBS -22.447 13.372 -.063 -1.679 .096 .769 1.300 luas lahan 10659.340 401.240 .919 26.566 .000 .893 1.119 a. Dependent Variable: permintaan


(5)

(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 131

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.52611599E4 Most Extreme Differences Absolute .082

Positive .082

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .935

Asymp. Sig. (2-tailed) .346

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Lampiran 69. Uji Park

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 17.398 .213 81.771 .000

Harga kompos TKKS .013 .008 .152 1.597 .113 Harga anorganik .000 .001 .033 .346 .730 Jumlah Produksi TBS -5.850E-7 .000 -.046 -.509 .611 Harga TBS .001 .002 .062 .613 .541 Luas Lahan .021 .062 .032 .339 .735 a. Dependent Variable: Lenei2