Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan
Perencanaan Wilayah - 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Ibu Ketut Dewi Martha Erli H., ST., MT.selaku dosen pembimbing mata kuliah
Perencanaan Wilayah
2.
Ibu Velly Kukinul S., ST., MT. selaku dosen pembimbing mata kuliahPerencanaan
Wilayah
3.
Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS yang memberikan
motivasi demi kelancaran pembuatan makalah ini
Makalah dengan judul ”Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dalam
Mempertahankan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Indramayu” ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah dalam Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya untuk memahami
faktor penyebab timbulnya persoalan pembangunan wilayah, dampak, dan upaya
penangannya.
Dalam proses penyelesaianmakalahini tentunya banyak kekurangan, baik dari
pengambilan
referensi
data
maupun
penulisannya.
Oleh
karena
itu,
penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnya makalah ini.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan
dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah
Perencanaan Wilayah.
Surabaya, 19 Mei 2017
Tim Penulis
Perencanaan Wilayah - 2017
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
1.1
Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
1.3
Maksud dan Tujuan ......................................................................................................... 4
1.4
Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM ........................................................................................................... 5
2.1
Gambaran Umum Lokasi ................................................................................................ 5
2.2 Pihak yang Telah Berperan dalam Meningkatkan Produktifitas Pertanian Padi di
Kabupaten Indramayu. .............................................................................................................. 6
2.3 Gambaran Umum Persoalan ............................................................................................. 8
2.4
Identifikasi Persoalan ...................................................................................................... 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 10
3.1
Pengertian Perubahan Iklim ......................................................................................... 10
3.2
Penyebab Perubahan Iklim .......................................................................................... 10
3.3
Dampak Perubahan Iklim.............................................................................................. 11
3.4
Mitigasi Gas Rumah Kaca ............................................................................................ 13
3.5
Adaptasi Perubahan Iklim ............................................................................................. 14
BAB IV ANALISA ........................................................................................................................... 15
4.1
Identifikasi SWOT .......................................................................................................... 15
4.2
Analisis SWOT ............................................................................................................... 16
BAB V KONSEP PENANGANAN ............................................................................................... 18
5.1
Mitigasi ............................................................................................................................. 18
5.2
Adaptasi ........................................................................................................................... 19
BAB VI PENUTUP ......................................................................................................................... 22
6.1
Kesimpulan ..................................................................................................................... 22
6.2
Lesson Learned.............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 24
Perencanaan Wilayah - 2017
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
.Perubahan iklim menjadi isu yang sangat hangat menjadi perdebatan terkait
dampak yang ditimbulkannya, terutama di Indonesia. Indonesia sangat rentan
terhadap dampak perubahan iklim tersebut. Kenaikan muka air laut, gangguan
disektor pertanian dan ketahanan pangan jadi ancaman di depan mata. Di tambah
lagi dengan resiko kebakaran lahan yang semakin meningkat menjadi tantangan
berat untuk Indonesia (Soejachmoen, 2016).
Persepsi masyarakat yang meyakini bahwa masalah perubahan iklim masih
jauh dirasakan dampaknya di masa depan, sangat tidak tepat. Kenyataannya
dampak dari perubahan iklim sudah dapat dirasakan pada masa sekarang. Sudah
terlalu banyak dampak yang dirasakan. Hanya saja, dampak yang timbul selalu
terkait dengan berbagai penyebab lain, maka lebih sering permasalahan yang ada
dianggap sebagai permasalahan lain, bukan permasalahan karena perubahan iklim.
Perlu dilakukan upaya nyata untuk menangani dampak yang muncul dan
mengendalikan perubahan iklim supaya tidak semakin parah. Langkah yang dapat
dilakukan adalah dengan adaptasi dan mitigasi. Adaptasi berkaitan dengan
menangani dampak sementara mitigasi untuk mengendalikan perubahan iklimnya
(Soejachman, 2016)
Pada akhir tahun 2015, Negara-negara di dunia yang diwakili oleh
pemerintahnya
telah
menyepakati
bahwa
perubahan
iklim
menjadi
isu
permasalahan bersama yang harus diselesaikan secara terpadu dan terintegrasi
bukan hanya oleh kelompok Negara tertentu dan bukan hanya oleh pemerintahnya
saja, namun seluruh elemen di dalamnya. Sudah menjadi kewajiban bagi Indonesia
yang turut menyepakati hal tersebut untuk berperan aktif dalam adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim
1.2
Rumusan Masalah
Indonesia
yang
menjadi
salah
satu
pihak
yang
turut
menyepakati
kesepakatan tersebut berkewajiban untuk ikut serta melakukan aksi antisipasi dan
mitigasi di wilayahnya sendiri. Untuk itu rumusan masalah dari makalah ini adalah
bagaimana bentuk dan konsep penanganan perubahan iklim yang terjadi di
Indonesia?
Perencanaan Wilayah - 2017
3
1.3
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya perubahan iklim
2. Menyusun upaya dan rekomendasi penanganan perubahan iklim
3. Menyusun lesson learned terkait upaya penanganan
1.4
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penulisan makalah, maksud dan tujuan
penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bab II Gambaran Umum berisi identifikasi persoalan dan gambaran umum
persoalan pembangunan wilayah.
Bab III Tinjauan Pustaka berisi pengertian, penyebab, adaptasi, dan mitigasi
terhadap dampak perubahan iklim.
Bab IV Analisa berisi analisis persoalan perubahan iklim.
Bab V Konsep Penanganan berisi strategi adaptasi dan mitigasi persoalan
perubahan iklim.
Bab VI Penutup berisi kesimpulandan lesson learned yang didapatkan dari
pembahasan ini.
Perencanaan Wilayah - 2017
4
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran Umum Lokasi
Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang merupakan daerah
sentra pertanian. Sektor pertanian sendiri menyumbang sebanyak 43% dari total
produk domestic bruto (PDRB) Kabupaten Indramayu. Selain itu sebanyak 8,8%
penduduk Kabupaten Indramayu juga berprofesi pada bidang pertanian.
Kabupaten Indramayu dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat, hal ini
dikarenakan produksi padi pada Kabupaten Indramayu memang terbilang cukup
banyak, yakni sebesar 1.299.476, 75 ton pada tahun 2008 dengan luas lahan
sebesar 190.090 Ha. Berikut ini adalah data produktifitas produksi Padi per
Kecamatan di Kabupaten Indramayu pada tahun 2013.
Tabel. Luas panen, Produktifitas, dan Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Indramayu Tahun 2013
Luas Panen
(Ha)
Produktifitas
per Hektar
(Kw/Ha)
Jumlah
Produksi
(Ton)
010 Haurgeulis
8 986
75,56
67 898,56
011 Gantar
18 765
63,25
118 680,95
020 Kroya
14 799
62,02
91 790,14
030 Gabuswetan
11 900
72,34
86 084,59
040 Cikedung
12 469
74,74
93 187,43
041 Terisi
12 648
67,67
85 583,69
050 Lelea
10 000
76,06
76 057,62
060 Bangodua
7 033
71,58
50 345,30
061 Tukdana
8 593
78,24
67 234,13
070 Widasari
5 617
65,63
36 864,71
080 Kertasemaya
5 794
72,40
41 947,69
081 Sukagumiwang
5 723
74,04
42 374,57
090 Krangkeng
8 648
69,56
60 152,38
100 Karangampel
4 554
64,43
29 341,51
101 Kedokanbunder
4 224
76,16
32 171,91
110 Juntinyuat
7 864
73,90
58 112,43
120 Sliyeg
7 518
71,97
54 103,70
130 Jatibarang
5 998
76,32
45 778,12
140 Balongan
3 828
66,93
25 619,90
150 Indramayu
3 283
60,55
19 877,80
Kode
Kec.
Nama Kecamatan
Perencanaan Wilayah - 2017
5
Luas Panen
(Ha)
Produktifitas
per Hektar
(Kw/Ha)
Jumlah
Produksi
(Ton)
160 Sindang
3 528
66,71
23 535,07
161 Cantigi
2 481
71,50
17 738,22
162 Pasekan
1 576
73,34
11 558,33
170 Lohbener
5 108
69,43
35 462,60
171 Arahan
4 198
63,64
26 716,80
180 Losarang
10 460
70,32
73 558,91
190 Kandanghaur
12 356
63,39
78 322,80
200 Bongas
7 860
77,45
60 877,57
210 Anjatan
12 200
73,10
89 187,62
220 Sukra
6 890
75,09
51 735,20
221 Patrol
5 440
60,39
32 852,58
240 341
70,10
1 684 752,83
Kode
Kec.
Nama Kecamatan
Kabupaten Indramayu
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu
2.2 Pihak yang Telah Berperan dalam Meningkatkan Produktifitas Pertanian Padi di
Kabupaten Indramayu.
Dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas pertanian terutama komoditas
padi ada beberapa pihak yang telah terlibat, mulai dari Pemerintah Kabupaten,
Pemerintah Pusat, pihak Kementerian Pertanian dan BUMN serta banyak
perusahaan lainnya. Pada tahun 2015 tercatat pihak pemerintah Kabupaten
Indramayu telah menyiapkan dana mencapai 100 miliar rupiah per tahun untuk
meningkatkan produksi pertanian. Dana yang cukup besar ini juga merupakan hasil
sharing yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu dari pemerintah yang
telah berkomitmen menyediakan dana hingga 9 triliun rupiah selama 5 tahun untuk
mendongkrak peningkatan produktifitas pertanian secara keseluruhan.
Pada tahun 2014 Kementerian Pertanian membuat “Program dan Kegiatan
Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan tahun 2015 – 2019”. Program ini sendiri
dicetuskan dalam rangka untuk memenuhi tantangan kebutuhan pangan, pakan,
energi dan industri lain dengan sasaran untuk mengembangkan 7 komoditas pokok
yang salah satunya merupakan padi. Kabupaten Indramayu yang juga terkenal
sebagai lumbung padi Jawa Barat juga diikutsertakan dalam program ini sebagai
salah satu daerah yang memiliki potensi pertanian ke tujuh komoditas pokok tadi.
Adapun strategi yang dilakukan dijelaskan pada bagan berikut.
Perencanaan Wilayah - 2017
6
Bagan. Strategi Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Oleh Kementerian Pertanian
Sumber: Kementerian Pertanian-Ri Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pada tahun 2016 pihak Kementrian BUMN juga mengeluarkan tiga program
utama untuk mendukung peningkatan produktifitas pertanian di Kabupaten
Indramayu. Untuk mendukung keberhasilan program ini pihak Kementerian BUMN
juga turut menggandeng beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) lainnya.
Adapun ke tiga program tersebut adalah :
Program Digitalisasi Pertanian
Program ini bertujuan untuk memberikan data terkait dengan semua informasi
yang berkaitan dengan pertanian kepada pihak yang terlibat langsung dengan
sektor ini. Mulai data musim pratanam, tanam, panen dan pasca panen. Selain
itu informasi terkait pemberian pembiayaan, asuransi tani, penyediaan pupuk
bersubsidi, bibit dan pengolahan beras telah terintegrasi dalam program ini.
Dalam pelaksanaannya program ini sendiri juga melibatkan beberapa BUMN,
lain seperti PT Telkom Indonesia Tbk, PT BRI Tbk, PT Jasindo, PT Pupuk
Indonesia, PT SHS, PT Pertani, dan Perum Bulog.
Program Pengembangan “Rice Center”
Rice Center merupakan pusat pengelolaan dan pengolahan gabah menjadi
beras dan bahan turunannya dalam satu rangkaian peralatan modern yang
Perencanaan Wilayah - 2017
7
terintegrasi. Rice Center yang dibangun ini merupakan usaha inovasi
perseroan untuk bisa menciptakan ketahanan pangan bagi masyarakat.
Dengan adanya pengembangan Rice Center ini diharapkan masyarakat sekitar
yang berprofesi sebagai petani akan merasa terbantu. Melalui budidaya padi,
dengan memanfaatkan lahan milik petani di area sekitar Rice Center, petani
akan mendapatkan bimbingan teknis, memperoleh jaminan saprodi seperti
pupuk, benih dan pestisida. Ini untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas
panen, memperoleh alsitan untuk menekan biaya budidaya dan mengurangi
kehilangan hasil panen. Adapun pihak yang juga terlibat dalam program ini
adalah PT Pupuk Indonesia, PT Permodalan Nasional Madani, PT Pertani,
Perum Bulog.
Program Budidaya Beras Premium
Program ini diwujudkan dengan memberikan benih beras dengan kualitas
premium yang diharapkan akan meningkatkan mutu dari padi. Berbeda dengan
beras pada umumnya, jenis beras yang akan dibudidayakan di Kabupaten
Indramayu adalah jenis beras premium dengan nilai nutrisi yang lebih tinggi.
Dengan demikian produk beras premium memiliki prospek pasar yang lebih
baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Adapun beberapa pihak
yang turut terlibat adalah PT Pupuk Indonesia, PT Permodalan Nasional
Madani, PT SHS, PT Pertani, Perum Bulog, PT Kereta Api Indonesia.
2.3 Gambaran Umum Persoalan
Permasalahan yang diangkat pada makalah ini adalah dampak negatif yang
diakibatkan oleh perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Kabupaten Indramayu
Provinsi Jawa Barat. Seperti yang telah dibahas sebelumnya Kabupaten Indramayu
adalah salah satu daerah yang merupakan daerah sentra produksi pangan yang
berbasis padi, daerah ini memang memiliki kerentanan terhadap dampak perubahan
iklim yang sifatnya dapat berpa kebanjiran maupun kekeringan. Secara umum
terjadinya perubahan cuaca dan pemanasan global dapat menurunkan produksi
pertanian sebesar 5 – 20%.Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan penurunan
pangsa GDP sektor pertanian, fluktuasi harga produk pertanian, serta peningkatan
jumlah penduduk yang beresiko kelaparan dan ketidakamanan pangan.
Produksi padi sawah di Kabupaten Indramayu pada tahun 2008 adalah
1.299.476,75 Ton yang berarti mengalami penurunan sebesar 6,99 % dari produksi
pada tahun 2007 sebesar 1.315.434,36 Ton dan luas lahan panen juga mengalami
Perencanaan Wilayah - 2017
8
penurunan dari 195.757 Ha pada tahun 2007 menjadi 190.090 Ha pada tahun 2008.
Dari nilai produktivitas juga mengalami penurunan dari semula 67,20 Ku/Ha tahun
2007 menjadi 64,68 Ku/Ha pada tahun 2008. Produksi pada sawah mengalami
penurunan dikarenakan terjadi kekeringan pada musim tanam gadu seluas 28,425
Ha.
Berdasarkan data Dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu tahun 2009 total
luas lahan persawahan di Kabupaten Indramayu mencapai 118.663 Hektar. Lahan
persawahan ini terdiri atas sawah irigasi teknis seluas 65.692 hektar, sawah irigasi
setengah teknis 24.343 hektar, sawah irigasi sederhana 695 hektar, sawah irigasi
non PU 1.703 hektar, sawah tadah hujan 24.680 hektar, sawah pasang surut 159
hektar dan sawah yang tidak diusahakan seluas 1.444 hektar. Luas sawah diatas
adalah luasan wilayah yang terdampak oleh perubahan iklim yang terjadi. Pada studi
kasus yang diambil ini penelitian dilakukan menggunakan data pada tahun 2009 –
2011 untuk dapat melihat efek yang ditimbulkan perubahan iklim terhadap kawasan
pertanian di Kabupaten Indramayu.
2.4 Identifikasi Persoalan
Secara spesifik permasalahan pada sektor produksi pertanian yang disebabkan
oleh terjadinya perubahan iklim pada Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut :
Menurunnya presentase luas sawah dengan jenis sawah lahan irigasi setengah
teknis sebesar 13,2% dan 5,1% sepanjang tahun 2009 – 2011.
Munculnya kasus kebanjiran pada bulan Oktober – Maret yang mempengaruhi
perkembangan luas lahan sawah.
Naiknya air laut hingga membanjiri sawah. Benih padi yang tidak dapat
beradaptasi dengan kondisi ini akhirnya rusak dan menyebabkan gagal panen.
Terjadi kekeringan selama 4 - 6 bulan, yang menyebabkan berkurangnya
pasokan air untuk mengirigasi wilayah pertanian.
Banyak tanaman yang mati dikarenakan munculnya hama tikus yang merusak
batang padi dengan intensitas serangan yang relatif besar.
Naiknya biaya usaha tani untuk memenuhi kebutuhan usaha tani selama
musim kemarau sedangkan secara produktivitas dan kualitas produksi
mengalami penurunan.
Perencanaan Wilayah - 2017
9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Perubahan Iklim
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2011), Perubahan iklim adalah
Berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hukan
yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia.
Sedangkan pengertian perubahan iklim menurut Enviromental Protection
Agency (EPA) adalah perubahan iklim secara signifikan yang terjadi pada periode
waktu tertentu. Dengan kata lain, perubahan iklim juga bisa diartikan sebagai
perubahan suhu yang drastis, curah hujan, pola angin, dan lain sebagainya. Perlu
diketahui bahwa suhu bumi perubah satu derajat dalam tempo 100 tahun terakhir.
LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata
salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah
perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi
secara keseluruhan
Pengukuran perubahan iklim dalam penggunaan International Panel on Climate
Change (IPCC) mengacu pada perubahan keadaan iklim yang dapat diidentifikasi,
misalnya melalui menggunakan uji statistic, oleh perubahan mean
dan atau
variabilitas sifat-sifatnya, serta berlangsung selama jangka waktu panjang. Biasanya
dalam ukuran decade atau lebih. Ini mengacu pada setiap perubahan iklim dari waktu
ke waktu. Dalam Kerangka kerja PBB, perubahan iklim mengacu pada perubahan
yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung pada kegiatan manusia yang
mengubah komposisi atmosfer global.
3.2 Penyebab Perubahan Iklim
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan iklim, antara lain :
a.
Aktivitas manusia
Kegiatan manusia dibumi ini merupakan penyebab utama terjadinya perubahan
iklim, terlebih aktivitas manusia yang mengarah kepada pengrusakan
lingkungan seperti penebangan hutan, pembangun pemukiman didaerah
resapan air, membuang limbah pabrik sembarangan, dan lain sebagainya.
Aktivitas-aktivitas manusia yang tidak memperdulikan lingkungan membuat
bumi semakin tidak ramah kepada manusia dan menjadikan bumi semakin
tidak nyaman ditempati lagi.
b.
Pemanasan Global
Perencanaan Wilayah - 2017
10
Salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi dibumi ini adalah
pemanasan global. Pemanasan global merupakan meningkatnya suhu rata-rata
dipermukaan bumi baik itu darat maupun laut. Pengaruh pemanasan global
terhadap terjadinya perubahan iklim sangat signifikan, contohnya adalah dari
sebuah
penelitian
mengungkapkan
bahwa
pemanasan
global
dapat
meningkatkan intensitas terjadinya badai. Hal ini membuktikan bahwa anomali
iklim dialam ini seringkali terjadi.
c.
Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global
yang menjadikan bumi ini mengalami perubahan iklim. Peristiwa efek rumah
kaca utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti polusi dari pabrikpabrik, polusi dari kendaraan bermotor dan juga dari sektor pertanian. Peristiwa
ini bisa berdampak kepada mencairnya es-es atau salju-salju abadi didaerah
kutub yang bisa menyebabkan meningkatkan permukaan air laut disekitar
daerah tropis.
d.
El Nino dan La Nina
El Nino adalah proses terjadinya peningkatan temperatur atau suhu air laut
didaerah Peru dan Ekuador yang dapat berdampak mengganggu iklim secara
global. Peristiwa ini umumnya terjadi dalam waktu dua sampai tujuh tahun
sekali. Sedangkan La Nina adalah kebalikan dari El Nino, yaitu ketika suhu
atau temperatur air laut didaerah Peru dan Ekuador menjadi dingin. Peristiwa
La Nina bisa menyebabkan angin kencang, hujan lebat dan juga banjir
didaerah-daerah sekitar Indonesia.
e.
Menipisnya lapisan Ozon
Perlu diketahui bersama bahwa saat ini lapisan ozon di atmosfer bumi semakin
menipis, dan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim
secara global. Sinar matahari yang menyinari bumi langsung terpancar ke bumi
tanpa terfilter terlebih dahulu dilapisan ozon (karena semakin menipis), ini yang
membuat sinar matahari terasa sangat terik. Nah inilah salah satu penyebab
kenapa bumi semakin hari semakin panas dan kita merasa tidak nyaman lagi di
bumi ini.
3.3 Dampak Perubahan Iklim
Ada berbagai dampak yang menjangkit berbagai sektor kehidupan masyarakat,
diantaranya.
Perencanaan Wilayah - 2017
11
a.
Sektor Kesehatan
Perubahan iklim dapat mengubah kualitas air, udara, makanan; ekologi vektor;
ekosistem, pertanian, industri, dan perumahan. Semua aspek tersebut memiliki
peranan yang sangat besar dalam menentukan kualitas hidup manusia.
Perubahan iklim telah menciptakan suatu rangkainan kausalitas kompleks yang
berujung pada dampak kesehatan.
b.
Lingkungan
Perubahan
Iklim
terjadi
karena
perubahan
keseimbangan
lingkungan.
Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (uap air, CO2, NOx, CH4, dan O3)
di atmosfer akibat aktifitas pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia
menyebabkan terbentuknya semacam selimut tak tampak mata yang
mengurung gelombang panas sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan
bumi. Efeknya adalah permukaan bumi semakin memanas dan pada akhirnya
memicu perubahan iklim. Efek yang paling terlihat dari kondisi ini adalah
perubahan cuaca. Cuaca adalah kondisi atmosfer yang kompleks dan memiliki
perilaku berubah yang kontinyu, biasanya terikat oleh skala waktu, dari menit
hingga minggu.
c.
Dampak terhadap keanekaragaman hayati
Laju perubahan iklim yang cepat melalui pemanasan global merupakan
masalah yang cukup serius dihadapi oleh mahluk hidup. Dalam menghadapi
hal itu diperlukan adaptasi, antara lain melalui migrasi yang merupakan
mekanisme homeostatis mahluk hidup. Migrasi horisontal terhalang oleh
berbagai faktor antara lain terdapatnya daerah pemukiman, pertanian,
bentangan gunung yang tinggi, dan hamparan lautan.
d.
Dampak terhadap lapisan es, permafrost dan sirkulasi hidrologi
Salju es dan permafrost (dataran beku bersuhu 0 derajat C) merupakan
sumberdaya air yang meliputi luas 41 juta km persegi. Lapisan salju pada
daerah tertentu yang menutupi tanah selama 9 bulan dalam setahun dapat
mengurangi panas yang diserap oleh tanah. Akibat perubahan iklim, lapisan
salju melebur dan tanah akan lebih banyak menyerap panas matahari.
e.
Ekosistem laut dan Pantai
Pemanasan global akibat perubahan iklim selain menaikkan permukaan air laut
akibat pemuaian volume air dan pencairan salju, juga menaikkan suhu air laut.
Hal itu akan berpengaruh terhadap interaksi laut dan atmosfer, yang
selanjutnya akan mempengaruhi perubahan iklim. Perbedaan temperatur
antara udara diatas daratan dan lautan menimbulkan angin sepanjang garis
Perencanaan Wilayah - 2017
12
pantai yang kuat. Sedangkan perbedaan temperatur air laut dan di dasar laut
akan menimbulkan arus keatas (upwilling). Bila hal ini terjadi dengan intensitas
yang tinggi diduga akan menambah frekuensi peristiwa siklon tropis yang
disertai perluasan wilayahnya.
Suhu permukaan air laut yang tinggi kemungkinan meningkatkan terjadinya El
Nino yang mengakibatkan cuaca buruk dan mengganggu sirkulasi laut.
Ekosistem pantai sangat tergantung pada laut. Bila permukaan air laut naik
akibat prubahan iklim, maka sedimen yang terjebak dalam hutan mangrove
akan terhanyut oleh arus pasang surut. Bila itu terjadi maka berbagai biota laut
yang hidup dalam ekosistem pantai tersebut akan terganggu populasinya.
Terumbu karang sangat peka terhadap perubahan temperatur dan tingkat
sedimentasi. Bila temperatur kurang dari 18 derajat Celcius terumbu karang
akan mati sehingga akan berpengaruh terhadap kehidupan biota laut. Juga
tingkat sedimentasi y ang tinggi akan memperkeruh air laut sehingga sinar
matahari tidak dapat menembus sampai pada dasar laut habitat terumbu
karang.
Bila
itu
terjadi
maka
fotosintesis
akan
terganggu
sehingga
pertumbuhan terumbu karang juga akan terganggu
3.4 Mitigasi Gas Rumah Kaca
Mitigasi Gas Rumah Kaca adalah proses mengupayakan tindakan preventif
untuk meminmalisir emisi gas rumah kaca. Mitigasi gas rumah kaca diperlukan untuk
menjaga keseimbangan alam dan mencegah atau mengurangi pemanasan global.
Salah satunya adalah dengan efisiensi energi yang merupakan upoya untuk
meningkatkan produktivitas dengan meminimalisir penggunaan energi terutama
energi tak terbaharukan. Tindakan Mitigasi ini dibagi menjadi dua, yaitu tindakan
pencegahan dan tindakan perbaikan.
a. Tindakan Pencegahan antara lain :
Meminimalisir penggunaan pestisida
Melakukan penanaman tanaman penutup tanah untuk mengembalikan
penyerapan karbon dan mempercepat waktu dekomposisi
Melakukan intentifikasi kebun kelapa sawit
Pentaatan peraturan perundangan yang berlaku
Melakukan instalasi pengolahan limbah minim emisi
Mencari alternatif energi untuk menggantikan bahan bakar fosil
Melakukan inventarisasi jejak karbon
Perencanaan Wilayah - 2017
13
b. Tindakan Perbaikan antara lain :
Menggunakan material yang ramah lingkungan
Melakukan upaya penghematan energi. (Earth Hour)
Meminimalisisr emisi gas methane pada kolam limbah
Menggunakan limbah cari dan padat untuk menggantikan pupuk anorganik
Rehabilitasi daerah sempatan sungai dan area dengan nilai konservasi
tinggi pada tanaman penyerap karbon
Melakukan penghijauan di area pabrik
3.5 Adaptasi Perubahan Iklim
Adaptasiadalah proses memperkuat dan membangun strategi antisipasi
dampak perubahan iklimserta melaksanakannya, sehingga mampu mengurangi
dampak negative dan mengambil manfaat positifnya atau dengan kata lain
menyesuaikan perubahan. Mitigasi dan Adaptasi merupakan strategi yang saling
melengkapi untuk mengurangi dan mengelola risiko perubahan iklim. Adapun tujuan
dari adaptasi ini adalah :
Mengurangi tingkat kerentanan (vulnerability) dan tingkat keterpaparan
(exposure) dampak perubahan iklim (climate risk)
Terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap dampak perubahan iklim (Climate Resilience)
Sementara manfaatnya adalah :
Menghindari dampak perubahan iklim yang lebih besar di masa depan
Mengurangi kerugian ekonomi yang akan ditimbulkan akibat perubahan iklim
Menyiapkan ketahanan masyarakat, wilayah dan juga ekosistem dari ancaman
perubahan iklim
Membantu perencanaan pembangunan yang tangguh iklim
Membantu mewujudkan tercapainya pembangunan yang berkelanjutan
.
Perencanaan Wilayah - 2017
14
BAB IV ANALISA
4.1 Identifikasi SWOT
Strength
1. Sektor pertanian penyedia
Weakness
1. Musim hujan bertambah
Opportunity
1. Adanya alokasi dana untuk
Threat
1. Kontribusi kelembagaan
lapangan pekerjaan cukup
panjang menyebabkan air
pengembangan sektor
non-pemerintah untuk
besar
laut naik dan membanjiri
pertanian dari pemerintah
mengatasi masalah masih
2. Sektor pertanian menjaga
ketahanan pangan
3. Sektor pertanian berbasis
padi
4. Total luas lahan sawah
meningkat setiap
tahunnya
5. Benih varietas Ciheurang
lokal paling adaktif
2. Adanya dukungan dari
sawah
kurang
pemerintah (Dinas Kimpraswil)
2. Tidak adanya informasi
berkurang saat musim
untuk memperkuat sarana dan
atau sosialisasi dari
kemarau
prasarana
pemerintah terkait
2. Pasokan air untuk irigasi
3. Kekeringan dan kebanjiran
3. Pengembangan teknologi yang
menyebabkan gagal panen
spesifik untuk digunakan untuk
4. Luas lahan sawah jenis
produksi padi dalam keadaan
irigasi setengah teknis dan
banjir atau kekeringan, seperti
tadah hujan menurun
pembuatan hujan buatan
terhadap perubahan iklim
Perencanaan Wilayah - 2017
15
perubahan iklim kepada
masyarakat
3. Kurang optimalnya
program pemerintah
4.2 Analisis SWOT
Tabel.Analisis SWOT pada Sektor Pertanian Kabupaten Indramayu
Strength (S):
Weakness (W):
1. Sektor pertanian penyedia lapangan
1. Musim hujan bertambah panjang
pekerjaan cukup besar
menyebabkan air laut naik dan
2. Sektor pertanian menjaga ketahanan
Faktor Internal
pangan
membanjiri sawah
2. Pasokan air untuk irigasi berkurang
3. Sektor pertanian berbasis padi
4. Total luas lahan sawah meningkat
saat musim kemarau
3. Kekeringan dan kebanjiran
setiap tahunnya
Faktor Eksternal
menyebabkan gagal panen
5. Benih varietas Ciheurang lokal paling
4. Luas lahan sawah jenis irigasi
adaktif terhadap perubahan iklim
setengah teknis dan tadah hujan
menurun
Opportunity (O):
1. Adanya alokasi dana untuk pengembangan sektor
pertanian dari pemerintah
2. Adanya dukungan dari pemerintah (Dinas
Pemberian pelatihan dan
Pengembangan teknologi untuk
pengembangan kualitas sumber daya
menciptakan rekayasa
manusia sektor pertanian (S1 S2 –
sumberdaya genetik agar
O1)
menghasilkan bibit unggul (W3 –
Pemantauan dan pemeliharaan
O3)
Kimpraswil) untuk memperkuat sarana dan
sarana dan prasarana pada lahan
prasarana
sawah untuk mengontrol kuantitas
prasarana oleh pemerintah atau
dan kualitas produksi padi (S4 – O2)
instansi terkait berupa jaringan
3. Pengembangan teknologi yang spesifik untuk
Perencanaan Wilayah - 2017
16
Bantuan pengembangan sarana
digunakan untuk produksi padi dalam keadaan
Pengembangan benih dan varietas
irigasi, embung-embung air, dan
banjir atau kekeringan, seperti pembuatan hujan
padi adaptif perubahan iklim dengan
bendungan (W1 W2 – O1 O2)
buatan
memanfaatkan dukungan bioteknologi
(S5 – O3)
dan teknologi pemantau iklim (W1
Pengembangan teknik pengelolaan
W2 W3 – O3)
sawah terpadu dan ramah lingkungan
1. Kontribusi kelembagaan non-pemerintah untuk
mengatasi masalah masih kurang
2. Tidak adanya informasi atau sosialisasi dari
masyarakat
3. Kurang optimalnya program pemerintah
Penguatan Gabungan Kelompok Tani
petani oleh pemerintah dan
iklim bersama-sama (S1 – T1 T2)
komunitas terkait/expert (W1 W2 -
Pengadaan program pemuliaan benih
T1 T2)
pemerintah (S2 S5 – T3)
Pemberian edukasi bagi para
untuk mengatasi dampak perubahan
padi kerjasama masyarakat dan
pemerintah terkait perubahan iklim kepada
Pemanfaatan lahan suboptimal
dan lahan terlantar (W4 – O1)
(S2 S3 S4 – O3)
Threats (T):
Pengembangkan sistem informasi
Pelibatan kelompok tani dalam
Pemberian bantuan bagi kelompok
tani (W3 – T3)
Diversifikasi hasil pertanian
merumuskan program
dengan pengawasan pemerintah
pengembangan lahan sawah (S3 S4
(W4 – T3)
– T3)
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Perencanaan Wilayah - 2017
17
BAB V KONSEP PENANGANAN
5.1 Mitigasi
Pemanfaatan lahan suboptimal dan lahan terlantar
Mencegah pembukaan lahan baru, baik melalui penebangan atau pembakaran.
Pembakaran hutan menyebabkan lepasnya zat nitrogen oksida, karbon dioksida,
dan hidrokarbon ke udara yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan
atmosfer yang berdampak pada terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sebaiknya dengan memanfaatkan
lahan-lahan yang terlantar dan belum dimanfaatkan dengan baik. Di Kabupaten
Indramayu, luas lahan sawah yang tidak diusahakan seluas 1.444 Ha yang
berpotensi
untuk
dikembangkan
secara
lebih
optimal
atau
dengan
memanfaatkan lahan gambut yang telah dibuka dengan izin.
Pemberian pelatihan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia
sektor pertanian
Sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang cukup besar, namun terkadang
ditemukan permasalahan dimana produktivitas tenaga kerja pertanian masih
rendah yang dapat disebabkan oleh tingkat keterampilan dan permodalan yang
terbatas. Hal ini akan sangat berdampak terhadap produktivitas hasil pertanian.
Oleh karena itu, perlu adanya edukasi untuk sumber daya manusia sektor
pertanian
tentang
bagaimana
seharusnya
mengelola
sektor
pertanian,
mengingat peran sektor pertanian sangat besar yaitu menjaga ketahanan
pangan bangsa.
Pengembangan teknik pengelolaan sawah terpadu dan ramah lingkungan
Ecofarming atau sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah
cara bertani yang mengandalkan pada berimbangnya siklus-siklus yang
berlangsung dalam sebuah ekosistem. Dalam sistem ini penggunaan input
kimiawi sangat dibatasi atau tidak digunakan sama sekali, karena sebetulnya
banyak sekali komponen dari lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk bertani.
Dengan pengelolaan terpadu, dilakukan pendekatan dalam upaya pengelolaan
lahan, air, tanaman, organisme penggangu tanaman, dan iklim secara holistik
dan dapat diterapkan secara kontinu. Dalam hal ini memanfaatkan komponen
teknologi, yaitu komponen teknologi dasar dan teknologi penunjang. Contoh
Perencanaan Wilayah - 2017
18
teknologi dasar yaitu, peningkatakan populasi tanaman dengan sistem tanam
jajar legowo dan pemupukan berimbang dan tepat lokasi.
5.2 Adaptasi
Bantuan pengembangan sarana prasarana oleh pemerintah atau instansi
terkait berupa jaringan irigasi, embung-embung air, dan bendungan
Pemanasan global menyebabkan terjadinya banjir dan kekeringan pada lahan
sawah. Oleh karena itu, pengembangan sarana dan prasarana pertanian
diperlukan untuk memperkecil dan menanggulangi dampak negatif, seperti
pengembangan embung-embung air yang berperan untuk menampung air hujan
dan air permukaan sebelum musim kemarau terjadi, membuat sumur ladang,
melakukan pompanisasi dengan sumber air yang berasal dari saluran
pembuangan, dan memperbaiki jaringan irigasi. Sedangkan, upaya untuk
mencegah terendamnya lahan sawah akibat banjir adalah dengan membuat
bendungan yang mampu menahan meluapnya air ke lahan-lahan sawah.
Pengembangaan sistem informasi dan teknologi pemantau iklim
Dibutuhkan informasi yang cepat dan berkala terkait kondisi iklim di Kabupaten
Indramayu dan ancaman terjadinya bahaya atau bencana alam. Informasi
disebar melalui media komunikasi yang dapat diakses terutama oleh para petani
di penjuru Kabupaten Indramayu. Selain itu, dengan memberikan informasi
berupa kalender tanam yang memuat waktu musim tanam dan pola tanam dalam
periode 1 tahun dalam bentuk peta dan tabel pola tanam dengan empat skenario
pola tanam menurut kondisi iklim, yaitu pada tahun basah, kering, normal, dan
eksisting. Kalender tanam juga menginfokan mengenai potensi luas tanam pada
masing-masing iklim. Selain itu, penerbitan blue book guna memberi informasi
terkait
wilayah-wilayah
yang
rawan
kekeringan
dan
banjir
beserta
penanggulangannya.
Pemberian edukasi bagi para petani oleh pemerintah dan komunitas
terkait/expert
Pemberian edukasi bagi para petani melalui penyuluhan, sosialisasi, workshop,
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (SLPTT) dan
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang dilakukan secara
berkala. Pemberian edukasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
tentang penyebab perubahan iklim, dampak, apa yang seharusnya dilakukan
dan tidak dilakukan, serta upaya penanganan. Langkah ini dilakukan untuk
membentuk perilaku petani yang adaptif terhadap perubahan iklim, misal
Perencanaan Wilayah - 2017
19
melakukan pemetaan komoditas sesuai iklim. Pemberi edukasi adalah
pemerintah atau para ahli yang bergerak pada bidang pertanian.
Pemberian bantuan bagi kelompok tani
Memberikan
bantuan
berupa
bibit,
alat-alat,
modal,
asuransi,
sarjana
membangun desa, program usaha agribisnis pedesaan, unit pengolah pupuk
organik, dan lain-lain. Tentunya disertai dengan pengawasan agar bantuan dapat
digunakan dengan benar.
Diversifikasi hasil pertanian dengan pengawasan pemerintah
Inovasi dan penganekaragaman hasil produk pertanian. Hal ini dapat
memberikan nilai tambah dan penguatan backward-forward linkage. Diversifikasi
hasil pertanian sangat berguna terutama saat terjadi banjir dan kekeringan.
Dengan adanya diversifikasi, petani masih bisa bekerja bahkan ketiak banjir dan
kekeringan terjadi, sehingga tetap memperoleh penghasilan
Penguatan gabungan kelompok tani untuk mengatasi dampak perubahan
iklim bersama-sama
Sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang besar, sehingga banyak sumber
daya manusia yang dapat diberdayakan. Kelembagaan pertanian berpotensi
untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pelaku usaha tani.
Lembaga masyarakat tani adalah bagian dari kelembagaan pertanian yang
merupakan lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani.
Lembaga ini dapat dibentuk sebagai upaya kurangnya peran lembaga
pemerintah dan non-pemerintah, sehingga membentuk masyarakat tani yang
lebih mandiri dalam mengatasi dampak perubahan iklim secara bersama-sama.
Adapun lembaga yang perlu dilakukan kerjasama adalah Kementrian Pertanian,
Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Badan Meteorologi dan Geofisika
Kabupaten Indramayu, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu, Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pertanian, LSM, PT Jasindo, PT Pupuk
Indonesia, PT SHS, PT Pertani, Perum Bulog, PT Permodalan Nasional Madani,
Perum Bulog, dan akademisi.
Pengadaan program pemuliaan benih padi dengan bioteknologi
Pemuliaan benih padi adalah upaya untuk meniciptakan suatu benih padi yang
lebih bermutu dan unggul. Karena adanya perubahan iklim, benih padi biasa
tidak tahan terhadap dampak-dampak yang terjadi, misal perubahan cuaca yang
tidak menentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan benih adaptif
perubahan iklim. Upaya ini dapat dilakukan dengan bioteknologi dalam perakitan
varietas padi adaptif. Program ini dilakukan dengan kerjasama antara
Perencanaan Wilayah - 2017
20
masyarakat dan pemerintah agar adanya interaksi dan peluang keberhasilan
program lebih besar, karena tepat sasaran dengan kebutuhan masyarakat.
Bioteknologi dengan bioferlitizer dan billpeat. Biofertilizer adalah suatu zat yang
digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan menggunakan limbah biologis
yang bermanfaat dalam memperkaya tanah dengan kandungan mikroorganisme yang
menghasilkan nutrisi organik untuk tanah dan membantu memerangi penyakit.
Perencanaan Wilayah - 2017
21
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Perubahan iklim merupakan kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola
iklim dunia yang berdampak pada munculnya fenomena cuaca yang tidak menentu.
Faktor faktor seperti perubahan curah hujan dan suhu udara yang tidak menentu
secara tidak langsung berdampak pada kondisi sosial perekonomian yang salah
satunya adalah sektor pertanian. Penurunan produktivitas, pangsa GDP sektor
pertanian, terjadinya fluktuasi harga produk pertanian dan peningkatan jumlah
penduduk yang beresiko kelaparan adalah dampak dari perubahan iklim yang terjadi
pada sektor pertanian di Kabupaten Indramayu.
Secara umum untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim ini dapat
dilakukan melalui 2 jenis strategi, yaitu strategi Mitigasi dan strategi Adaptasi.
Mitigasi merupakan sebuah strategi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu
permasalahan, pada studi kasus ini mitigasi dilakukan untuk mencegah dampak
negatif perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Kabupaten Indramayu.
Sedangkan adaptasi adalah strategi yang dilakukan untuk meminimalisisr dampak
negatif perubahan iklim terhadap sektor pertanian setelah permasalahan terjadi.
Adapun strategi mitigasi yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Pemanfaatan lahan suboptimal dan lahan terlantar
Pemberian pelatihan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia sektor
pertanian
Pengembangan teknik pengelolaan sawah terpadu dan ramah lingkungan
Sedangkan strategi adaptasi yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Bantuan pengembangan sarana prasarana
oleh pemerintah atau instansi
terkait berupa jaringan irigasi, embung-embung air, dan bendungan
Pengembangaan sistem informasi dan teknologi pemantau iklim
Pemberian edukasi bagi para petani oleh pemerintah dan komunitas
terkait/expert
Pemberian bantuan bagi kelompok tani
Diversifikasi hasil pertanian dengan pengawasan pemerintah
Perencanaan Wilayah - 2017
22
Penguatan gabungan kelompok tani untuk mengatasi dampak perubahan iklim
bersama-sama
Pengadaan program pemuliaan benih padi dengan bioteknologi
Dengan adanya strategi – strategi yang dirumuskan oleh penulis diharapkan
untuk kedepannya permasalahan terkait dengan dampak perubahan iklim terhadap
sektor pertanian dapat ditanggulangi dengan baik dan efektif.
6.2 Lesson Learned
Sebagai seorang perencana perubahan iklim merupakan salah satu faktor yang
harus diperhatikan dalam melakukan suatu perencanaan wilayah.
Dampak dari perubahan iklim terhadap sektor pertanian berupa ketidak pastian
musim penghujan dan kemarau yang mengakibatkan turunnya produktivitas
pertanian.
Ada dua jenis strategi yang dapat digunakan untuk menanggulangi perubahan
iklim, yaitu strategi mitigasi dan adaptasi
Strategi
mitigasi
dilakukan
untuk
mencegah
terjadinya
permasalahan,
dilaksanakan sebelum permasalahan terjadi dengan metode pencerdasan
masyarakat serta memberlakukan batasan – batasan tertentu dalam kegiatan
pertanian.
Strategi adaptasi berupa langkah – langkah yang diterapkan untuk mengurangi
dampak terhadap perubahan iklim yang telah terjadi. Bantuan teknologi serta
penemuan inovasi – inovasi baru merupakan langkah yang diterapkan dalam
strategi ini.
Perencanaan Wilayah - 2017
23
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap Sektor Pertanian.Jakarta
Bening. 2016. Perspektif Adaptasi Perubahan Iklim dalam Penataan Ruang.
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. 2015. Pendekatan Adaptasi
Perubahan Iklim dalam Konvergensi API_PRB
Haryono dan Irsal Las. 2011. Strategi Mitigasi dan Adaptasi Pertanian Terhadap
Perubahan Iklim Global. Badan Litbang Pertanian.
Kementrian LH 2014. IPCC – AR 5
Kementrian LH. 2016. Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, dan Nationally Determined
Contribution. Jakarta
LP3ES. 2010. Perubahan iklim dan tantangan peradaban. Jakarta: prisma
Soejachmoen, Kuki. 2016. Ancaman Serius Perubahan Iklim di Indonesia. Jakarta :
Deutsche
USAID. 2011. Integrasi Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana.
www.secretariat-ranapi.org/landing/ran_api
Perencanaan Wilayah - 2017
24
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Ibu Ketut Dewi Martha Erli H., ST., MT.selaku dosen pembimbing mata kuliah
Perencanaan Wilayah
2.
Ibu Velly Kukinul S., ST., MT. selaku dosen pembimbing mata kuliahPerencanaan
Wilayah
3.
Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS yang memberikan
motivasi demi kelancaran pembuatan makalah ini
Makalah dengan judul ”Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dalam
Mempertahankan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Indramayu” ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah dalam Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya untuk memahami
faktor penyebab timbulnya persoalan pembangunan wilayah, dampak, dan upaya
penangannya.
Dalam proses penyelesaianmakalahini tentunya banyak kekurangan, baik dari
pengambilan
referensi
data
maupun
penulisannya.
Oleh
karena
itu,
penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnya makalah ini.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan
dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah
Perencanaan Wilayah.
Surabaya, 19 Mei 2017
Tim Penulis
Perencanaan Wilayah - 2017
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
1.1
Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
1.3
Maksud dan Tujuan ......................................................................................................... 4
1.4
Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM ........................................................................................................... 5
2.1
Gambaran Umum Lokasi ................................................................................................ 5
2.2 Pihak yang Telah Berperan dalam Meningkatkan Produktifitas Pertanian Padi di
Kabupaten Indramayu. .............................................................................................................. 6
2.3 Gambaran Umum Persoalan ............................................................................................. 8
2.4
Identifikasi Persoalan ...................................................................................................... 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 10
3.1
Pengertian Perubahan Iklim ......................................................................................... 10
3.2
Penyebab Perubahan Iklim .......................................................................................... 10
3.3
Dampak Perubahan Iklim.............................................................................................. 11
3.4
Mitigasi Gas Rumah Kaca ............................................................................................ 13
3.5
Adaptasi Perubahan Iklim ............................................................................................. 14
BAB IV ANALISA ........................................................................................................................... 15
4.1
Identifikasi SWOT .......................................................................................................... 15
4.2
Analisis SWOT ............................................................................................................... 16
BAB V KONSEP PENANGANAN ............................................................................................... 18
5.1
Mitigasi ............................................................................................................................. 18
5.2
Adaptasi ........................................................................................................................... 19
BAB VI PENUTUP ......................................................................................................................... 22
6.1
Kesimpulan ..................................................................................................................... 22
6.2
Lesson Learned.............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 24
Perencanaan Wilayah - 2017
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
.Perubahan iklim menjadi isu yang sangat hangat menjadi perdebatan terkait
dampak yang ditimbulkannya, terutama di Indonesia. Indonesia sangat rentan
terhadap dampak perubahan iklim tersebut. Kenaikan muka air laut, gangguan
disektor pertanian dan ketahanan pangan jadi ancaman di depan mata. Di tambah
lagi dengan resiko kebakaran lahan yang semakin meningkat menjadi tantangan
berat untuk Indonesia (Soejachmoen, 2016).
Persepsi masyarakat yang meyakini bahwa masalah perubahan iklim masih
jauh dirasakan dampaknya di masa depan, sangat tidak tepat. Kenyataannya
dampak dari perubahan iklim sudah dapat dirasakan pada masa sekarang. Sudah
terlalu banyak dampak yang dirasakan. Hanya saja, dampak yang timbul selalu
terkait dengan berbagai penyebab lain, maka lebih sering permasalahan yang ada
dianggap sebagai permasalahan lain, bukan permasalahan karena perubahan iklim.
Perlu dilakukan upaya nyata untuk menangani dampak yang muncul dan
mengendalikan perubahan iklim supaya tidak semakin parah. Langkah yang dapat
dilakukan adalah dengan adaptasi dan mitigasi. Adaptasi berkaitan dengan
menangani dampak sementara mitigasi untuk mengendalikan perubahan iklimnya
(Soejachman, 2016)
Pada akhir tahun 2015, Negara-negara di dunia yang diwakili oleh
pemerintahnya
telah
menyepakati
bahwa
perubahan
iklim
menjadi
isu
permasalahan bersama yang harus diselesaikan secara terpadu dan terintegrasi
bukan hanya oleh kelompok Negara tertentu dan bukan hanya oleh pemerintahnya
saja, namun seluruh elemen di dalamnya. Sudah menjadi kewajiban bagi Indonesia
yang turut menyepakati hal tersebut untuk berperan aktif dalam adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim
1.2
Rumusan Masalah
Indonesia
yang
menjadi
salah
satu
pihak
yang
turut
menyepakati
kesepakatan tersebut berkewajiban untuk ikut serta melakukan aksi antisipasi dan
mitigasi di wilayahnya sendiri. Untuk itu rumusan masalah dari makalah ini adalah
bagaimana bentuk dan konsep penanganan perubahan iklim yang terjadi di
Indonesia?
Perencanaan Wilayah - 2017
3
1.3
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya perubahan iklim
2. Menyusun upaya dan rekomendasi penanganan perubahan iklim
3. Menyusun lesson learned terkait upaya penanganan
1.4
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penulisan makalah, maksud dan tujuan
penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bab II Gambaran Umum berisi identifikasi persoalan dan gambaran umum
persoalan pembangunan wilayah.
Bab III Tinjauan Pustaka berisi pengertian, penyebab, adaptasi, dan mitigasi
terhadap dampak perubahan iklim.
Bab IV Analisa berisi analisis persoalan perubahan iklim.
Bab V Konsep Penanganan berisi strategi adaptasi dan mitigasi persoalan
perubahan iklim.
Bab VI Penutup berisi kesimpulandan lesson learned yang didapatkan dari
pembahasan ini.
Perencanaan Wilayah - 2017
4
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran Umum Lokasi
Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang merupakan daerah
sentra pertanian. Sektor pertanian sendiri menyumbang sebanyak 43% dari total
produk domestic bruto (PDRB) Kabupaten Indramayu. Selain itu sebanyak 8,8%
penduduk Kabupaten Indramayu juga berprofesi pada bidang pertanian.
Kabupaten Indramayu dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat, hal ini
dikarenakan produksi padi pada Kabupaten Indramayu memang terbilang cukup
banyak, yakni sebesar 1.299.476, 75 ton pada tahun 2008 dengan luas lahan
sebesar 190.090 Ha. Berikut ini adalah data produktifitas produksi Padi per
Kecamatan di Kabupaten Indramayu pada tahun 2013.
Tabel. Luas panen, Produktifitas, dan Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Indramayu Tahun 2013
Luas Panen
(Ha)
Produktifitas
per Hektar
(Kw/Ha)
Jumlah
Produksi
(Ton)
010 Haurgeulis
8 986
75,56
67 898,56
011 Gantar
18 765
63,25
118 680,95
020 Kroya
14 799
62,02
91 790,14
030 Gabuswetan
11 900
72,34
86 084,59
040 Cikedung
12 469
74,74
93 187,43
041 Terisi
12 648
67,67
85 583,69
050 Lelea
10 000
76,06
76 057,62
060 Bangodua
7 033
71,58
50 345,30
061 Tukdana
8 593
78,24
67 234,13
070 Widasari
5 617
65,63
36 864,71
080 Kertasemaya
5 794
72,40
41 947,69
081 Sukagumiwang
5 723
74,04
42 374,57
090 Krangkeng
8 648
69,56
60 152,38
100 Karangampel
4 554
64,43
29 341,51
101 Kedokanbunder
4 224
76,16
32 171,91
110 Juntinyuat
7 864
73,90
58 112,43
120 Sliyeg
7 518
71,97
54 103,70
130 Jatibarang
5 998
76,32
45 778,12
140 Balongan
3 828
66,93
25 619,90
150 Indramayu
3 283
60,55
19 877,80
Kode
Kec.
Nama Kecamatan
Perencanaan Wilayah - 2017
5
Luas Panen
(Ha)
Produktifitas
per Hektar
(Kw/Ha)
Jumlah
Produksi
(Ton)
160 Sindang
3 528
66,71
23 535,07
161 Cantigi
2 481
71,50
17 738,22
162 Pasekan
1 576
73,34
11 558,33
170 Lohbener
5 108
69,43
35 462,60
171 Arahan
4 198
63,64
26 716,80
180 Losarang
10 460
70,32
73 558,91
190 Kandanghaur
12 356
63,39
78 322,80
200 Bongas
7 860
77,45
60 877,57
210 Anjatan
12 200
73,10
89 187,62
220 Sukra
6 890
75,09
51 735,20
221 Patrol
5 440
60,39
32 852,58
240 341
70,10
1 684 752,83
Kode
Kec.
Nama Kecamatan
Kabupaten Indramayu
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu
2.2 Pihak yang Telah Berperan dalam Meningkatkan Produktifitas Pertanian Padi di
Kabupaten Indramayu.
Dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas pertanian terutama komoditas
padi ada beberapa pihak yang telah terlibat, mulai dari Pemerintah Kabupaten,
Pemerintah Pusat, pihak Kementerian Pertanian dan BUMN serta banyak
perusahaan lainnya. Pada tahun 2015 tercatat pihak pemerintah Kabupaten
Indramayu telah menyiapkan dana mencapai 100 miliar rupiah per tahun untuk
meningkatkan produksi pertanian. Dana yang cukup besar ini juga merupakan hasil
sharing yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu dari pemerintah yang
telah berkomitmen menyediakan dana hingga 9 triliun rupiah selama 5 tahun untuk
mendongkrak peningkatan produktifitas pertanian secara keseluruhan.
Pada tahun 2014 Kementerian Pertanian membuat “Program dan Kegiatan
Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan tahun 2015 – 2019”. Program ini sendiri
dicetuskan dalam rangka untuk memenuhi tantangan kebutuhan pangan, pakan,
energi dan industri lain dengan sasaran untuk mengembangkan 7 komoditas pokok
yang salah satunya merupakan padi. Kabupaten Indramayu yang juga terkenal
sebagai lumbung padi Jawa Barat juga diikutsertakan dalam program ini sebagai
salah satu daerah yang memiliki potensi pertanian ke tujuh komoditas pokok tadi.
Adapun strategi yang dilakukan dijelaskan pada bagan berikut.
Perencanaan Wilayah - 2017
6
Bagan. Strategi Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Oleh Kementerian Pertanian
Sumber: Kementerian Pertanian-Ri Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pada tahun 2016 pihak Kementrian BUMN juga mengeluarkan tiga program
utama untuk mendukung peningkatan produktifitas pertanian di Kabupaten
Indramayu. Untuk mendukung keberhasilan program ini pihak Kementerian BUMN
juga turut menggandeng beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) lainnya.
Adapun ke tiga program tersebut adalah :
Program Digitalisasi Pertanian
Program ini bertujuan untuk memberikan data terkait dengan semua informasi
yang berkaitan dengan pertanian kepada pihak yang terlibat langsung dengan
sektor ini. Mulai data musim pratanam, tanam, panen dan pasca panen. Selain
itu informasi terkait pemberian pembiayaan, asuransi tani, penyediaan pupuk
bersubsidi, bibit dan pengolahan beras telah terintegrasi dalam program ini.
Dalam pelaksanaannya program ini sendiri juga melibatkan beberapa BUMN,
lain seperti PT Telkom Indonesia Tbk, PT BRI Tbk, PT Jasindo, PT Pupuk
Indonesia, PT SHS, PT Pertani, dan Perum Bulog.
Program Pengembangan “Rice Center”
Rice Center merupakan pusat pengelolaan dan pengolahan gabah menjadi
beras dan bahan turunannya dalam satu rangkaian peralatan modern yang
Perencanaan Wilayah - 2017
7
terintegrasi. Rice Center yang dibangun ini merupakan usaha inovasi
perseroan untuk bisa menciptakan ketahanan pangan bagi masyarakat.
Dengan adanya pengembangan Rice Center ini diharapkan masyarakat sekitar
yang berprofesi sebagai petani akan merasa terbantu. Melalui budidaya padi,
dengan memanfaatkan lahan milik petani di area sekitar Rice Center, petani
akan mendapatkan bimbingan teknis, memperoleh jaminan saprodi seperti
pupuk, benih dan pestisida. Ini untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas
panen, memperoleh alsitan untuk menekan biaya budidaya dan mengurangi
kehilangan hasil panen. Adapun pihak yang juga terlibat dalam program ini
adalah PT Pupuk Indonesia, PT Permodalan Nasional Madani, PT Pertani,
Perum Bulog.
Program Budidaya Beras Premium
Program ini diwujudkan dengan memberikan benih beras dengan kualitas
premium yang diharapkan akan meningkatkan mutu dari padi. Berbeda dengan
beras pada umumnya, jenis beras yang akan dibudidayakan di Kabupaten
Indramayu adalah jenis beras premium dengan nilai nutrisi yang lebih tinggi.
Dengan demikian produk beras premium memiliki prospek pasar yang lebih
baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Adapun beberapa pihak
yang turut terlibat adalah PT Pupuk Indonesia, PT Permodalan Nasional
Madani, PT SHS, PT Pertani, Perum Bulog, PT Kereta Api Indonesia.
2.3 Gambaran Umum Persoalan
Permasalahan yang diangkat pada makalah ini adalah dampak negatif yang
diakibatkan oleh perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Kabupaten Indramayu
Provinsi Jawa Barat. Seperti yang telah dibahas sebelumnya Kabupaten Indramayu
adalah salah satu daerah yang merupakan daerah sentra produksi pangan yang
berbasis padi, daerah ini memang memiliki kerentanan terhadap dampak perubahan
iklim yang sifatnya dapat berpa kebanjiran maupun kekeringan. Secara umum
terjadinya perubahan cuaca dan pemanasan global dapat menurunkan produksi
pertanian sebesar 5 – 20%.Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan penurunan
pangsa GDP sektor pertanian, fluktuasi harga produk pertanian, serta peningkatan
jumlah penduduk yang beresiko kelaparan dan ketidakamanan pangan.
Produksi padi sawah di Kabupaten Indramayu pada tahun 2008 adalah
1.299.476,75 Ton yang berarti mengalami penurunan sebesar 6,99 % dari produksi
pada tahun 2007 sebesar 1.315.434,36 Ton dan luas lahan panen juga mengalami
Perencanaan Wilayah - 2017
8
penurunan dari 195.757 Ha pada tahun 2007 menjadi 190.090 Ha pada tahun 2008.
Dari nilai produktivitas juga mengalami penurunan dari semula 67,20 Ku/Ha tahun
2007 menjadi 64,68 Ku/Ha pada tahun 2008. Produksi pada sawah mengalami
penurunan dikarenakan terjadi kekeringan pada musim tanam gadu seluas 28,425
Ha.
Berdasarkan data Dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu tahun 2009 total
luas lahan persawahan di Kabupaten Indramayu mencapai 118.663 Hektar. Lahan
persawahan ini terdiri atas sawah irigasi teknis seluas 65.692 hektar, sawah irigasi
setengah teknis 24.343 hektar, sawah irigasi sederhana 695 hektar, sawah irigasi
non PU 1.703 hektar, sawah tadah hujan 24.680 hektar, sawah pasang surut 159
hektar dan sawah yang tidak diusahakan seluas 1.444 hektar. Luas sawah diatas
adalah luasan wilayah yang terdampak oleh perubahan iklim yang terjadi. Pada studi
kasus yang diambil ini penelitian dilakukan menggunakan data pada tahun 2009 –
2011 untuk dapat melihat efek yang ditimbulkan perubahan iklim terhadap kawasan
pertanian di Kabupaten Indramayu.
2.4 Identifikasi Persoalan
Secara spesifik permasalahan pada sektor produksi pertanian yang disebabkan
oleh terjadinya perubahan iklim pada Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut :
Menurunnya presentase luas sawah dengan jenis sawah lahan irigasi setengah
teknis sebesar 13,2% dan 5,1% sepanjang tahun 2009 – 2011.
Munculnya kasus kebanjiran pada bulan Oktober – Maret yang mempengaruhi
perkembangan luas lahan sawah.
Naiknya air laut hingga membanjiri sawah. Benih padi yang tidak dapat
beradaptasi dengan kondisi ini akhirnya rusak dan menyebabkan gagal panen.
Terjadi kekeringan selama 4 - 6 bulan, yang menyebabkan berkurangnya
pasokan air untuk mengirigasi wilayah pertanian.
Banyak tanaman yang mati dikarenakan munculnya hama tikus yang merusak
batang padi dengan intensitas serangan yang relatif besar.
Naiknya biaya usaha tani untuk memenuhi kebutuhan usaha tani selama
musim kemarau sedangkan secara produktivitas dan kualitas produksi
mengalami penurunan.
Perencanaan Wilayah - 2017
9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Perubahan Iklim
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2011), Perubahan iklim adalah
Berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hukan
yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia.
Sedangkan pengertian perubahan iklim menurut Enviromental Protection
Agency (EPA) adalah perubahan iklim secara signifikan yang terjadi pada periode
waktu tertentu. Dengan kata lain, perubahan iklim juga bisa diartikan sebagai
perubahan suhu yang drastis, curah hujan, pola angin, dan lain sebagainya. Perlu
diketahui bahwa suhu bumi perubah satu derajat dalam tempo 100 tahun terakhir.
LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata
salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah
perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi
secara keseluruhan
Pengukuran perubahan iklim dalam penggunaan International Panel on Climate
Change (IPCC) mengacu pada perubahan keadaan iklim yang dapat diidentifikasi,
misalnya melalui menggunakan uji statistic, oleh perubahan mean
dan atau
variabilitas sifat-sifatnya, serta berlangsung selama jangka waktu panjang. Biasanya
dalam ukuran decade atau lebih. Ini mengacu pada setiap perubahan iklim dari waktu
ke waktu. Dalam Kerangka kerja PBB, perubahan iklim mengacu pada perubahan
yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung pada kegiatan manusia yang
mengubah komposisi atmosfer global.
3.2 Penyebab Perubahan Iklim
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan iklim, antara lain :
a.
Aktivitas manusia
Kegiatan manusia dibumi ini merupakan penyebab utama terjadinya perubahan
iklim, terlebih aktivitas manusia yang mengarah kepada pengrusakan
lingkungan seperti penebangan hutan, pembangun pemukiman didaerah
resapan air, membuang limbah pabrik sembarangan, dan lain sebagainya.
Aktivitas-aktivitas manusia yang tidak memperdulikan lingkungan membuat
bumi semakin tidak ramah kepada manusia dan menjadikan bumi semakin
tidak nyaman ditempati lagi.
b.
Pemanasan Global
Perencanaan Wilayah - 2017
10
Salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi dibumi ini adalah
pemanasan global. Pemanasan global merupakan meningkatnya suhu rata-rata
dipermukaan bumi baik itu darat maupun laut. Pengaruh pemanasan global
terhadap terjadinya perubahan iklim sangat signifikan, contohnya adalah dari
sebuah
penelitian
mengungkapkan
bahwa
pemanasan
global
dapat
meningkatkan intensitas terjadinya badai. Hal ini membuktikan bahwa anomali
iklim dialam ini seringkali terjadi.
c.
Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global
yang menjadikan bumi ini mengalami perubahan iklim. Peristiwa efek rumah
kaca utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti polusi dari pabrikpabrik, polusi dari kendaraan bermotor dan juga dari sektor pertanian. Peristiwa
ini bisa berdampak kepada mencairnya es-es atau salju-salju abadi didaerah
kutub yang bisa menyebabkan meningkatkan permukaan air laut disekitar
daerah tropis.
d.
El Nino dan La Nina
El Nino adalah proses terjadinya peningkatan temperatur atau suhu air laut
didaerah Peru dan Ekuador yang dapat berdampak mengganggu iklim secara
global. Peristiwa ini umumnya terjadi dalam waktu dua sampai tujuh tahun
sekali. Sedangkan La Nina adalah kebalikan dari El Nino, yaitu ketika suhu
atau temperatur air laut didaerah Peru dan Ekuador menjadi dingin. Peristiwa
La Nina bisa menyebabkan angin kencang, hujan lebat dan juga banjir
didaerah-daerah sekitar Indonesia.
e.
Menipisnya lapisan Ozon
Perlu diketahui bersama bahwa saat ini lapisan ozon di atmosfer bumi semakin
menipis, dan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim
secara global. Sinar matahari yang menyinari bumi langsung terpancar ke bumi
tanpa terfilter terlebih dahulu dilapisan ozon (karena semakin menipis), ini yang
membuat sinar matahari terasa sangat terik. Nah inilah salah satu penyebab
kenapa bumi semakin hari semakin panas dan kita merasa tidak nyaman lagi di
bumi ini.
3.3 Dampak Perubahan Iklim
Ada berbagai dampak yang menjangkit berbagai sektor kehidupan masyarakat,
diantaranya.
Perencanaan Wilayah - 2017
11
a.
Sektor Kesehatan
Perubahan iklim dapat mengubah kualitas air, udara, makanan; ekologi vektor;
ekosistem, pertanian, industri, dan perumahan. Semua aspek tersebut memiliki
peranan yang sangat besar dalam menentukan kualitas hidup manusia.
Perubahan iklim telah menciptakan suatu rangkainan kausalitas kompleks yang
berujung pada dampak kesehatan.
b.
Lingkungan
Perubahan
Iklim
terjadi
karena
perubahan
keseimbangan
lingkungan.
Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (uap air, CO2, NOx, CH4, dan O3)
di atmosfer akibat aktifitas pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia
menyebabkan terbentuknya semacam selimut tak tampak mata yang
mengurung gelombang panas sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan
bumi. Efeknya adalah permukaan bumi semakin memanas dan pada akhirnya
memicu perubahan iklim. Efek yang paling terlihat dari kondisi ini adalah
perubahan cuaca. Cuaca adalah kondisi atmosfer yang kompleks dan memiliki
perilaku berubah yang kontinyu, biasanya terikat oleh skala waktu, dari menit
hingga minggu.
c.
Dampak terhadap keanekaragaman hayati
Laju perubahan iklim yang cepat melalui pemanasan global merupakan
masalah yang cukup serius dihadapi oleh mahluk hidup. Dalam menghadapi
hal itu diperlukan adaptasi, antara lain melalui migrasi yang merupakan
mekanisme homeostatis mahluk hidup. Migrasi horisontal terhalang oleh
berbagai faktor antara lain terdapatnya daerah pemukiman, pertanian,
bentangan gunung yang tinggi, dan hamparan lautan.
d.
Dampak terhadap lapisan es, permafrost dan sirkulasi hidrologi
Salju es dan permafrost (dataran beku bersuhu 0 derajat C) merupakan
sumberdaya air yang meliputi luas 41 juta km persegi. Lapisan salju pada
daerah tertentu yang menutupi tanah selama 9 bulan dalam setahun dapat
mengurangi panas yang diserap oleh tanah. Akibat perubahan iklim, lapisan
salju melebur dan tanah akan lebih banyak menyerap panas matahari.
e.
Ekosistem laut dan Pantai
Pemanasan global akibat perubahan iklim selain menaikkan permukaan air laut
akibat pemuaian volume air dan pencairan salju, juga menaikkan suhu air laut.
Hal itu akan berpengaruh terhadap interaksi laut dan atmosfer, yang
selanjutnya akan mempengaruhi perubahan iklim. Perbedaan temperatur
antara udara diatas daratan dan lautan menimbulkan angin sepanjang garis
Perencanaan Wilayah - 2017
12
pantai yang kuat. Sedangkan perbedaan temperatur air laut dan di dasar laut
akan menimbulkan arus keatas (upwilling). Bila hal ini terjadi dengan intensitas
yang tinggi diduga akan menambah frekuensi peristiwa siklon tropis yang
disertai perluasan wilayahnya.
Suhu permukaan air laut yang tinggi kemungkinan meningkatkan terjadinya El
Nino yang mengakibatkan cuaca buruk dan mengganggu sirkulasi laut.
Ekosistem pantai sangat tergantung pada laut. Bila permukaan air laut naik
akibat prubahan iklim, maka sedimen yang terjebak dalam hutan mangrove
akan terhanyut oleh arus pasang surut. Bila itu terjadi maka berbagai biota laut
yang hidup dalam ekosistem pantai tersebut akan terganggu populasinya.
Terumbu karang sangat peka terhadap perubahan temperatur dan tingkat
sedimentasi. Bila temperatur kurang dari 18 derajat Celcius terumbu karang
akan mati sehingga akan berpengaruh terhadap kehidupan biota laut. Juga
tingkat sedimentasi y ang tinggi akan memperkeruh air laut sehingga sinar
matahari tidak dapat menembus sampai pada dasar laut habitat terumbu
karang.
Bila
itu
terjadi
maka
fotosintesis
akan
terganggu
sehingga
pertumbuhan terumbu karang juga akan terganggu
3.4 Mitigasi Gas Rumah Kaca
Mitigasi Gas Rumah Kaca adalah proses mengupayakan tindakan preventif
untuk meminmalisir emisi gas rumah kaca. Mitigasi gas rumah kaca diperlukan untuk
menjaga keseimbangan alam dan mencegah atau mengurangi pemanasan global.
Salah satunya adalah dengan efisiensi energi yang merupakan upoya untuk
meningkatkan produktivitas dengan meminimalisir penggunaan energi terutama
energi tak terbaharukan. Tindakan Mitigasi ini dibagi menjadi dua, yaitu tindakan
pencegahan dan tindakan perbaikan.
a. Tindakan Pencegahan antara lain :
Meminimalisir penggunaan pestisida
Melakukan penanaman tanaman penutup tanah untuk mengembalikan
penyerapan karbon dan mempercepat waktu dekomposisi
Melakukan intentifikasi kebun kelapa sawit
Pentaatan peraturan perundangan yang berlaku
Melakukan instalasi pengolahan limbah minim emisi
Mencari alternatif energi untuk menggantikan bahan bakar fosil
Melakukan inventarisasi jejak karbon
Perencanaan Wilayah - 2017
13
b. Tindakan Perbaikan antara lain :
Menggunakan material yang ramah lingkungan
Melakukan upaya penghematan energi. (Earth Hour)
Meminimalisisr emisi gas methane pada kolam limbah
Menggunakan limbah cari dan padat untuk menggantikan pupuk anorganik
Rehabilitasi daerah sempatan sungai dan area dengan nilai konservasi
tinggi pada tanaman penyerap karbon
Melakukan penghijauan di area pabrik
3.5 Adaptasi Perubahan Iklim
Adaptasiadalah proses memperkuat dan membangun strategi antisipasi
dampak perubahan iklimserta melaksanakannya, sehingga mampu mengurangi
dampak negative dan mengambil manfaat positifnya atau dengan kata lain
menyesuaikan perubahan. Mitigasi dan Adaptasi merupakan strategi yang saling
melengkapi untuk mengurangi dan mengelola risiko perubahan iklim. Adapun tujuan
dari adaptasi ini adalah :
Mengurangi tingkat kerentanan (vulnerability) dan tingkat keterpaparan
(exposure) dampak perubahan iklim (climate risk)
Terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap dampak perubahan iklim (Climate Resilience)
Sementara manfaatnya adalah :
Menghindari dampak perubahan iklim yang lebih besar di masa depan
Mengurangi kerugian ekonomi yang akan ditimbulkan akibat perubahan iklim
Menyiapkan ketahanan masyarakat, wilayah dan juga ekosistem dari ancaman
perubahan iklim
Membantu perencanaan pembangunan yang tangguh iklim
Membantu mewujudkan tercapainya pembangunan yang berkelanjutan
.
Perencanaan Wilayah - 2017
14
BAB IV ANALISA
4.1 Identifikasi SWOT
Strength
1. Sektor pertanian penyedia
Weakness
1. Musim hujan bertambah
Opportunity
1. Adanya alokasi dana untuk
Threat
1. Kontribusi kelembagaan
lapangan pekerjaan cukup
panjang menyebabkan air
pengembangan sektor
non-pemerintah untuk
besar
laut naik dan membanjiri
pertanian dari pemerintah
mengatasi masalah masih
2. Sektor pertanian menjaga
ketahanan pangan
3. Sektor pertanian berbasis
padi
4. Total luas lahan sawah
meningkat setiap
tahunnya
5. Benih varietas Ciheurang
lokal paling adaktif
2. Adanya dukungan dari
sawah
kurang
pemerintah (Dinas Kimpraswil)
2. Tidak adanya informasi
berkurang saat musim
untuk memperkuat sarana dan
atau sosialisasi dari
kemarau
prasarana
pemerintah terkait
2. Pasokan air untuk irigasi
3. Kekeringan dan kebanjiran
3. Pengembangan teknologi yang
menyebabkan gagal panen
spesifik untuk digunakan untuk
4. Luas lahan sawah jenis
produksi padi dalam keadaan
irigasi setengah teknis dan
banjir atau kekeringan, seperti
tadah hujan menurun
pembuatan hujan buatan
terhadap perubahan iklim
Perencanaan Wilayah - 2017
15
perubahan iklim kepada
masyarakat
3. Kurang optimalnya
program pemerintah
4.2 Analisis SWOT
Tabel.Analisis SWOT pada Sektor Pertanian Kabupaten Indramayu
Strength (S):
Weakness (W):
1. Sektor pertanian penyedia lapangan
1. Musim hujan bertambah panjang
pekerjaan cukup besar
menyebabkan air laut naik dan
2. Sektor pertanian menjaga ketahanan
Faktor Internal
pangan
membanjiri sawah
2. Pasokan air untuk irigasi berkurang
3. Sektor pertanian berbasis padi
4. Total luas lahan sawah meningkat
saat musim kemarau
3. Kekeringan dan kebanjiran
setiap tahunnya
Faktor Eksternal
menyebabkan gagal panen
5. Benih varietas Ciheurang lokal paling
4. Luas lahan sawah jenis irigasi
adaktif terhadap perubahan iklim
setengah teknis dan tadah hujan
menurun
Opportunity (O):
1. Adanya alokasi dana untuk pengembangan sektor
pertanian dari pemerintah
2. Adanya dukungan dari pemerintah (Dinas
Pemberian pelatihan dan
Pengembangan teknologi untuk
pengembangan kualitas sumber daya
menciptakan rekayasa
manusia sektor pertanian (S1 S2 –
sumberdaya genetik agar
O1)
menghasilkan bibit unggul (W3 –
Pemantauan dan pemeliharaan
O3)
Kimpraswil) untuk memperkuat sarana dan
sarana dan prasarana pada lahan
prasarana
sawah untuk mengontrol kuantitas
prasarana oleh pemerintah atau
dan kualitas produksi padi (S4 – O2)
instansi terkait berupa jaringan
3. Pengembangan teknologi yang spesifik untuk
Perencanaan Wilayah - 2017
16
Bantuan pengembangan sarana
digunakan untuk produksi padi dalam keadaan
Pengembangan benih dan varietas
irigasi, embung-embung air, dan
banjir atau kekeringan, seperti pembuatan hujan
padi adaptif perubahan iklim dengan
bendungan (W1 W2 – O1 O2)
buatan
memanfaatkan dukungan bioteknologi
(S5 – O3)
dan teknologi pemantau iklim (W1
Pengembangan teknik pengelolaan
W2 W3 – O3)
sawah terpadu dan ramah lingkungan
1. Kontribusi kelembagaan non-pemerintah untuk
mengatasi masalah masih kurang
2. Tidak adanya informasi atau sosialisasi dari
masyarakat
3. Kurang optimalnya program pemerintah
Penguatan Gabungan Kelompok Tani
petani oleh pemerintah dan
iklim bersama-sama (S1 – T1 T2)
komunitas terkait/expert (W1 W2 -
Pengadaan program pemuliaan benih
T1 T2)
pemerintah (S2 S5 – T3)
Pemberian edukasi bagi para
untuk mengatasi dampak perubahan
padi kerjasama masyarakat dan
pemerintah terkait perubahan iklim kepada
Pemanfaatan lahan suboptimal
dan lahan terlantar (W4 – O1)
(S2 S3 S4 – O3)
Threats (T):
Pengembangkan sistem informasi
Pelibatan kelompok tani dalam
Pemberian bantuan bagi kelompok
tani (W3 – T3)
Diversifikasi hasil pertanian
merumuskan program
dengan pengawasan pemerintah
pengembangan lahan sawah (S3 S4
(W4 – T3)
– T3)
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Perencanaan Wilayah - 2017
17
BAB V KONSEP PENANGANAN
5.1 Mitigasi
Pemanfaatan lahan suboptimal dan lahan terlantar
Mencegah pembukaan lahan baru, baik melalui penebangan atau pembakaran.
Pembakaran hutan menyebabkan lepasnya zat nitrogen oksida, karbon dioksida,
dan hidrokarbon ke udara yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan
atmosfer yang berdampak pada terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sebaiknya dengan memanfaatkan
lahan-lahan yang terlantar dan belum dimanfaatkan dengan baik. Di Kabupaten
Indramayu, luas lahan sawah yang tidak diusahakan seluas 1.444 Ha yang
berpotensi
untuk
dikembangkan
secara
lebih
optimal
atau
dengan
memanfaatkan lahan gambut yang telah dibuka dengan izin.
Pemberian pelatihan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia
sektor pertanian
Sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang cukup besar, namun terkadang
ditemukan permasalahan dimana produktivitas tenaga kerja pertanian masih
rendah yang dapat disebabkan oleh tingkat keterampilan dan permodalan yang
terbatas. Hal ini akan sangat berdampak terhadap produktivitas hasil pertanian.
Oleh karena itu, perlu adanya edukasi untuk sumber daya manusia sektor
pertanian
tentang
bagaimana
seharusnya
mengelola
sektor
pertanian,
mengingat peran sektor pertanian sangat besar yaitu menjaga ketahanan
pangan bangsa.
Pengembangan teknik pengelolaan sawah terpadu dan ramah lingkungan
Ecofarming atau sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah
cara bertani yang mengandalkan pada berimbangnya siklus-siklus yang
berlangsung dalam sebuah ekosistem. Dalam sistem ini penggunaan input
kimiawi sangat dibatasi atau tidak digunakan sama sekali, karena sebetulnya
banyak sekali komponen dari lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk bertani.
Dengan pengelolaan terpadu, dilakukan pendekatan dalam upaya pengelolaan
lahan, air, tanaman, organisme penggangu tanaman, dan iklim secara holistik
dan dapat diterapkan secara kontinu. Dalam hal ini memanfaatkan komponen
teknologi, yaitu komponen teknologi dasar dan teknologi penunjang. Contoh
Perencanaan Wilayah - 2017
18
teknologi dasar yaitu, peningkatakan populasi tanaman dengan sistem tanam
jajar legowo dan pemupukan berimbang dan tepat lokasi.
5.2 Adaptasi
Bantuan pengembangan sarana prasarana oleh pemerintah atau instansi
terkait berupa jaringan irigasi, embung-embung air, dan bendungan
Pemanasan global menyebabkan terjadinya banjir dan kekeringan pada lahan
sawah. Oleh karena itu, pengembangan sarana dan prasarana pertanian
diperlukan untuk memperkecil dan menanggulangi dampak negatif, seperti
pengembangan embung-embung air yang berperan untuk menampung air hujan
dan air permukaan sebelum musim kemarau terjadi, membuat sumur ladang,
melakukan pompanisasi dengan sumber air yang berasal dari saluran
pembuangan, dan memperbaiki jaringan irigasi. Sedangkan, upaya untuk
mencegah terendamnya lahan sawah akibat banjir adalah dengan membuat
bendungan yang mampu menahan meluapnya air ke lahan-lahan sawah.
Pengembangaan sistem informasi dan teknologi pemantau iklim
Dibutuhkan informasi yang cepat dan berkala terkait kondisi iklim di Kabupaten
Indramayu dan ancaman terjadinya bahaya atau bencana alam. Informasi
disebar melalui media komunikasi yang dapat diakses terutama oleh para petani
di penjuru Kabupaten Indramayu. Selain itu, dengan memberikan informasi
berupa kalender tanam yang memuat waktu musim tanam dan pola tanam dalam
periode 1 tahun dalam bentuk peta dan tabel pola tanam dengan empat skenario
pola tanam menurut kondisi iklim, yaitu pada tahun basah, kering, normal, dan
eksisting. Kalender tanam juga menginfokan mengenai potensi luas tanam pada
masing-masing iklim. Selain itu, penerbitan blue book guna memberi informasi
terkait
wilayah-wilayah
yang
rawan
kekeringan
dan
banjir
beserta
penanggulangannya.
Pemberian edukasi bagi para petani oleh pemerintah dan komunitas
terkait/expert
Pemberian edukasi bagi para petani melalui penyuluhan, sosialisasi, workshop,
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (SLPTT) dan
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang dilakukan secara
berkala. Pemberian edukasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan
tentang penyebab perubahan iklim, dampak, apa yang seharusnya dilakukan
dan tidak dilakukan, serta upaya penanganan. Langkah ini dilakukan untuk
membentuk perilaku petani yang adaptif terhadap perubahan iklim, misal
Perencanaan Wilayah - 2017
19
melakukan pemetaan komoditas sesuai iklim. Pemberi edukasi adalah
pemerintah atau para ahli yang bergerak pada bidang pertanian.
Pemberian bantuan bagi kelompok tani
Memberikan
bantuan
berupa
bibit,
alat-alat,
modal,
asuransi,
sarjana
membangun desa, program usaha agribisnis pedesaan, unit pengolah pupuk
organik, dan lain-lain. Tentunya disertai dengan pengawasan agar bantuan dapat
digunakan dengan benar.
Diversifikasi hasil pertanian dengan pengawasan pemerintah
Inovasi dan penganekaragaman hasil produk pertanian. Hal ini dapat
memberikan nilai tambah dan penguatan backward-forward linkage. Diversifikasi
hasil pertanian sangat berguna terutama saat terjadi banjir dan kekeringan.
Dengan adanya diversifikasi, petani masih bisa bekerja bahkan ketiak banjir dan
kekeringan terjadi, sehingga tetap memperoleh penghasilan
Penguatan gabungan kelompok tani untuk mengatasi dampak perubahan
iklim bersama-sama
Sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang besar, sehingga banyak sumber
daya manusia yang dapat diberdayakan. Kelembagaan pertanian berpotensi
untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pelaku usaha tani.
Lembaga masyarakat tani adalah bagian dari kelembagaan pertanian yang
merupakan lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani.
Lembaga ini dapat dibentuk sebagai upaya kurangnya peran lembaga
pemerintah dan non-pemerintah, sehingga membentuk masyarakat tani yang
lebih mandiri dalam mengatasi dampak perubahan iklim secara bersama-sama.
Adapun lembaga yang perlu dilakukan kerjasama adalah Kementrian Pertanian,
Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Badan Meteorologi dan Geofisika
Kabupaten Indramayu, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu, Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pertanian, LSM, PT Jasindo, PT Pupuk
Indonesia, PT SHS, PT Pertani, Perum Bulog, PT Permodalan Nasional Madani,
Perum Bulog, dan akademisi.
Pengadaan program pemuliaan benih padi dengan bioteknologi
Pemuliaan benih padi adalah upaya untuk meniciptakan suatu benih padi yang
lebih bermutu dan unggul. Karena adanya perubahan iklim, benih padi biasa
tidak tahan terhadap dampak-dampak yang terjadi, misal perubahan cuaca yang
tidak menentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan benih adaptif
perubahan iklim. Upaya ini dapat dilakukan dengan bioteknologi dalam perakitan
varietas padi adaptif. Program ini dilakukan dengan kerjasama antara
Perencanaan Wilayah - 2017
20
masyarakat dan pemerintah agar adanya interaksi dan peluang keberhasilan
program lebih besar, karena tepat sasaran dengan kebutuhan masyarakat.
Bioteknologi dengan bioferlitizer dan billpeat. Biofertilizer adalah suatu zat yang
digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan menggunakan limbah biologis
yang bermanfaat dalam memperkaya tanah dengan kandungan mikroorganisme yang
menghasilkan nutrisi organik untuk tanah dan membantu memerangi penyakit.
Perencanaan Wilayah - 2017
21
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Perubahan iklim merupakan kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola
iklim dunia yang berdampak pada munculnya fenomena cuaca yang tidak menentu.
Faktor faktor seperti perubahan curah hujan dan suhu udara yang tidak menentu
secara tidak langsung berdampak pada kondisi sosial perekonomian yang salah
satunya adalah sektor pertanian. Penurunan produktivitas, pangsa GDP sektor
pertanian, terjadinya fluktuasi harga produk pertanian dan peningkatan jumlah
penduduk yang beresiko kelaparan adalah dampak dari perubahan iklim yang terjadi
pada sektor pertanian di Kabupaten Indramayu.
Secara umum untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim ini dapat
dilakukan melalui 2 jenis strategi, yaitu strategi Mitigasi dan strategi Adaptasi.
Mitigasi merupakan sebuah strategi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu
permasalahan, pada studi kasus ini mitigasi dilakukan untuk mencegah dampak
negatif perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Kabupaten Indramayu.
Sedangkan adaptasi adalah strategi yang dilakukan untuk meminimalisisr dampak
negatif perubahan iklim terhadap sektor pertanian setelah permasalahan terjadi.
Adapun strategi mitigasi yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Pemanfaatan lahan suboptimal dan lahan terlantar
Pemberian pelatihan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia sektor
pertanian
Pengembangan teknik pengelolaan sawah terpadu dan ramah lingkungan
Sedangkan strategi adaptasi yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Bantuan pengembangan sarana prasarana
oleh pemerintah atau instansi
terkait berupa jaringan irigasi, embung-embung air, dan bendungan
Pengembangaan sistem informasi dan teknologi pemantau iklim
Pemberian edukasi bagi para petani oleh pemerintah dan komunitas
terkait/expert
Pemberian bantuan bagi kelompok tani
Diversifikasi hasil pertanian dengan pengawasan pemerintah
Perencanaan Wilayah - 2017
22
Penguatan gabungan kelompok tani untuk mengatasi dampak perubahan iklim
bersama-sama
Pengadaan program pemuliaan benih padi dengan bioteknologi
Dengan adanya strategi – strategi yang dirumuskan oleh penulis diharapkan
untuk kedepannya permasalahan terkait dengan dampak perubahan iklim terhadap
sektor pertanian dapat ditanggulangi dengan baik dan efektif.
6.2 Lesson Learned
Sebagai seorang perencana perubahan iklim merupakan salah satu faktor yang
harus diperhatikan dalam melakukan suatu perencanaan wilayah.
Dampak dari perubahan iklim terhadap sektor pertanian berupa ketidak pastian
musim penghujan dan kemarau yang mengakibatkan turunnya produktivitas
pertanian.
Ada dua jenis strategi yang dapat digunakan untuk menanggulangi perubahan
iklim, yaitu strategi mitigasi dan adaptasi
Strategi
mitigasi
dilakukan
untuk
mencegah
terjadinya
permasalahan,
dilaksanakan sebelum permasalahan terjadi dengan metode pencerdasan
masyarakat serta memberlakukan batasan – batasan tertentu dalam kegiatan
pertanian.
Strategi adaptasi berupa langkah – langkah yang diterapkan untuk mengurangi
dampak terhadap perubahan iklim yang telah terjadi. Bantuan teknologi serta
penemuan inovasi – inovasi baru merupakan langkah yang diterapkan dalam
strategi ini.
Perencanaan Wilayah - 2017
23
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap Sektor Pertanian.Jakarta
Bening. 2016. Perspektif Adaptasi Perubahan Iklim dalam Penataan Ruang.
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. 2015. Pendekatan Adaptasi
Perubahan Iklim dalam Konvergensi API_PRB
Haryono dan Irsal Las. 2011. Strategi Mitigasi dan Adaptasi Pertanian Terhadap
Perubahan Iklim Global. Badan Litbang Pertanian.
Kementrian LH 2014. IPCC – AR 5
Kementrian LH. 2016. Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, dan Nationally Determined
Contribution. Jakarta
LP3ES. 2010. Perubahan iklim dan tantangan peradaban. Jakarta: prisma
Soejachmoen, Kuki. 2016. Ancaman Serius Perubahan Iklim di Indonesia. Jakarta :
Deutsche
USAID. 2011. Integrasi Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana.
www.secretariat-ranapi.org/landing/ran_api
Perencanaan Wilayah - 2017
24