Revisi Makalah Sejarah Pemikiran dan Pen (2)

MAKALAH
SEJARAH PEMIKIRAN DAN PENDIDIKAN ISLAM 1
“Perbandingan Pendidikan Pada Masa Orde Lama dan Orde Reformasi”
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Muhammad Idris Tundru, S.Ag. M.Ag.
Disusun Oleh :
Mona F. Mamonto
(15.2.3.059)

Jurusan :
Pendidikan Agama Islam (PAI 2)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) MANADO 1439
H/2017 M

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya menyelesaikan makalah
ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul :
“PERBANDINGAN PENDIDIKAN PADA PEMERINTAHAN ORDE LAMA DAN

ORDE REFORMASI” Makalah ini berisikan tentang perbandingan sejarah bangsa
indonesia, Khususnya sejarah indonesia pada Masa Orde Lama dan Orde
Reformasi, diharapkan makalah ini dapat menambahkan pengetahuan kita semua,
sebagaimana kehidupan masyarakat dan systim pemerintahan pada masa itu.Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari Dosen dan Teman-teman yang bersifat membangun selalu
saya harapkan demi lebih baiknya makalah ini.Akhir kata, smoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua dan smoga Allah SWT senantiasa meridohi segala
usaha kita.

Manado, 14 Muharam 1439 H

Mona F. Mamonto

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. RumusanMasalah...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Seperti Apakah Pendidikan Pada Pemerintahan Masa Orde Lama........... 4
2. Seperti Apakah Pendidikan Pada Pemerintahan Masa Orde Reformasi... 11
3. Bagaimana Perbandingan Pendidikan Pada Pemerintahan Masa Orde
Lama dan Reformas................................................................................. 18
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan.............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 22

BAB I
PENDAHUALUAN
A. Latar Belakang
Selama hampir 57 tahun sebagai bangsa merdeka kita dihadapkan pada
panggung sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan dengan dekorasi, setting,
aktor, maupun cerita yang berbeda-beda. Setiap pentas sejarah cenderung
bersifat ekslusif dan Steriotipe. Karena kekhasannya tersebut maka kepada
setiap pentas sejarah yang terjadi dilekatkan suatu atribut demarkatif, seperti
Orde Lama, Orde Baru Dan Kini Orde Reformasi.

Orde Baru lahir karena adanya Orde Lama, dan Orde Baru sendiri haruslah
diyakini sebagai sebuah panorama bagi kemunculan Orde Reformasi.
Demikian juga setelah Orde Reformasi pastilah akan berkembang pentas
sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan lainnya dengan setting dan cerita yang
mungkin pula tidak sama.
Dari perspektif ini maka dapat dikatakan bahwa Orde Lama telah
memberikan landasan kebangsaan bagi perkembangan bangsa Indonesia.
Sementara itu Orde Baru telah banyak memberikan pertumbuhan wacana
normatif bagi pemantapan ideologi nasional, terutama melalui konvergensi
nilai-nilai sosial-budaya (Madjid,1998) Orde Reformasi sendiri walaupun
dapat dikatakan masih dalam proses pencarian bentuk, namun telah
menancapakan satu tekad yang berguna bagi penumbuhan nilai demokrasi dan
keadilan melalui upaya penegakan supremasi hukum dan HAM. Nilai-nilai
tersebut akan terus di Justifikasi dan diadaptasikan dengan dinamika yang
terjadi.
Orde lama merupakan salah satu hal yang tidak bisa kita lewatkan ketika
kita berbicara tentang sejarah negeri ini. Orde lama dengan Soekarno sebagai
tokoh sentralnya telah mewarnai sejarah kekuasaan negeri ini. Orde lama
bukanlah nama asli dari pemerintahan ini. Soekarno tidak pernah mengadakan
bahwa pemerintahan yang ia pimpin tersebut sebagai orde lama, tetapi

Soeharto lah yang telah memberikan nama Orde Lama kepada pemerintahan

yang dipimpin oleh Soekarno tersebut. Sebagai salah satu pihak yang pernah
berkuasa di negeri ini, Orde Lama telah banyak melakukan hal-hal yang
bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat Indonesia dan
berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah Orde Lama, terlepas
dari berhasil atau tidaknya dari kebijakan- kebijakan yang dilakukan oleh
Orde Lama itu. Oleh karena itu, di dalam makalah ini, penulis akan membahas
tentang pemerintah Orde Lama tersebut dengan melihat kepada sejarah dan
kebijakan- kebijakan yang dibuat oleh Orde Lama.
Dan dalam hal ini juga, pemerintah pada masa dua orde ini
menghubungkan pendidikan yang merupakan Pendidikan sudah sepatutnya
menentukan masa depan suatu negara. Bila visi pendidikan tidak jelas, yang
dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Visi pendidikan
harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki sasaran jelas,
dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa.
Dengan lahirnya orde baru dan tumpasnya pemberontakan PKI, maka
mulailah suatu era baru dalam usaha menempatkan pendidikan sebagai suatu
usaha untuk menegakkan cita-cita proklamasi 17 agustus 1945. Banyak
usaha-usaha yang memerlukan kerja keras dalam rangka untuk mewujudkan

suatu sistem pendidikan yangb betul-betul sesuai dengan tekad orde baru
sebagai orde pembangunan. Namun pada masa inipun pendidikan belum
dikatakan berhasil sepenuhnya, maka pada masa berikutnya yaitu masa
reformasi diperlukan adanya pembenahan, baik dalam bidang kurikulum,
dimana kurikulum harus ditinjau paling sedikit lima tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti Apakah Pendidikan Pada Pemerintahan Masa Orde Lama ?
2. Seperti Apakah Pendidikan Pada Pemerintahan Masa Orde Reformasi?
3. Apa Sajakah Faktor-faktor Yang Melatar Belakangi Di Balik
Timbulnya Masa Orde Lama dan Orde Reformasi Serta Bagaimana

Perbandingan Pendidikan Pada Pemerintahan Masa Orde Lama dan
Reformasi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Seperti Apakah Pendidikan Pada Pemerintahan
Masa Orde Lama ?
2. Untuk Mengetahui Seperti Apakah Pendidikan Pada Pemerintahan
Masa Orde Reformasi?

3. Untuk Mengetahui Apa Sajakah Faktor-faktor Yang Melatar Belakangi
Di Balik Timbulnya Masa Orde Lama dan Orde Reformasi serta
Bagaimana Perbandingan Pendidikan Pada Pemerintahan Masa Orde
Lama dan Reformasi ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Orde Lama (1959-1966)
Dalam pembahasan ini kita kembali menggulang sejarah dimana
pendidikan pada masa orde lama ini dijadikan sebagai rujukan dasar pasca
kemerdekaan yang di prakrasai oleh sukarno.Secara umum pendidikan orde
lama sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan di bawah kendali
kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap pendidikan.
Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar bagaimana
pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan
bangsa Indonesia di masa mendatang. Pada prinsipnya konsep sosialisme
dalam pendidikan memberikan dasar bahwa pendidikan merupakan hak semua
kelompok masyarakat tanpa memandang kelas sosial. Pada masa ini Indonesia
mampu mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak generasi muda yang

disekolahkan di luar negeri dengan tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke
tanah air untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat. Tidak ada
halangan ekonomis yang merintangi seseorang untuk belajar di sekolah,
karena diskriminasi dianggap sebagai tindakan kolonialisme1. Pada saat inilah
merupakan suatu era di mana setiap orang merasa bahwa dirinya sejajar
dengan yang lain, serta setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan.
Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang berdiri
di atas demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara,
termasuk dalam bidang pendidikan. Sesungguhnya, inilah amanat UUD 1945
yang menyebutkan salah satu cita-cita pembangunan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak pemikir-pemikir yang lahir pada

1

Riant Nugroho, Pendidikan Nasional: Harapan, Visi dan Strategi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2008), h. 7-12

masa itu, sebab ruang kebebasan betul-betul dibuka dan tidak ada yang
mendikte peserta didik2. Tidak ada nuansa kepentingan politik sektoral

tertentu untuk menjadikan pendidikan sebagai alat negara maupun kaum
dominan pemerintah. Seokarno pernah berkata: “sungguh alangkah hebatnya
kalau tiap-tiap guru di perguruan taman siswa itu satu persatu adalah Rasul
Kebangunan! Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat
„menurunkan‟ kebangunan ke dalam jiwa sang anak,”
Dari perkataan Soekarno itu sangatlah jelas bahwa pemerintahan orde
lama menaruh perhatian serius yang sangat tinggi untuk memajukan
bangsanya melalui pendidikan.
Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan
pendidikan dengan sistem “among” berdasarkan asas-asas kemerdekaan,
kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanuasiaan yang dikenal
sebagai “Panca Dharma Taman Siswa” dan semboyan “ing ngarso sung
tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” pada 1950

diundangkan pertama kali peraturan pendidikan nasional yaitu UU No. 4/1950
yang kemudian disempurnakan (jo) menjadi UU No. 12/1954 tentang dasardasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961 diundangkan UU No.
22/1961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan dengan UU No.14/1965
tentang Majelis Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang PokokPokok Sitem Pendidikan Nasional Pancasila. Pada masa akhir pendidikan
Presiden Soekarno, 90 % bangsa Indonesia berpendidikan SD3.
Orde Lama memberikan ruang yang cukup bebas yang dimana dalam hal

ini di hubungkan dengan kegiatan politik pada masa itu. Sejak proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia masuk dalam suatu babak
2

3

Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia . Jogjakarta: Ar Ruz. 2009, h. 29

Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,
2004), h. 25

kehidupan baru sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat penuh. Namun,
perjalanan sejarah bangsa ini tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan, sebab banyak pengorbanan dan rintangan yang harus dihadapi dan
semua itu bahkan harus ditebus dengan harga yang sangat mahal. Di samping
itu, dalam sejarahnya bangsa Indonesia telah mengalami berbagai perubahan
asas, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Perubahan-perubahan sistem pemerintahan yang telah terjadi pada
masa awal-awal kemerdekaan bangsa ini, terkadang di satu sisi juga sering
mengancam dan membahayakan perjuangan bangsa Indonesia dalam

mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Istilah Orde Lama dalam sejarah bangsa Indonesia adalah masa-masa
bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno. Masa Orde
Lama berlangsung sejak tahun 1959-1966. Salah satu sistem pemerintahan
yang terkenal pada masa Orde Lama adalah “Demokrasi Terpimpin”. Ciri-ciri
yang membedakan dari sistem Demokrasi Terpimpin ini dengan sistem
sebelumnya adalah bergesernya sistem parlementer ke presidentil, artinya
seluruh kekuasaan dalam negara pada saat itu berada di tangan presiden4.

1. Kondisi Politik di Masa Orde Lama
Dalam masa Orde lama, ketegangan politik dalam negeri sudah mulai
terasa, terutama sejak Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5
Juli 1959. Dengan dikeluarkan Dekrit Presiden ini, maka sistem pemerintahan
Indonseia berganti dari sistem parlementer menjadi sistem Demokrasi
Terpimpin. Secara tidak langsung, isi dari Dekrit Presiden akan membawa
Presiden menjadi seorang diktator yang mana seluruh kekuasaan berada dalam
satu tangan, yaitu Soekarno5.
Tindakan Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli
1959, dipersoalkan keabsahannya dari sudut yuridis konstitusi, sebab menurut


4

Carlton Clymer Rode, dkk., Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, h. 484
Firdaus A.N., Dosa-dosa Politik (Orde Lama dan Orde Baru yang Tidak Boleh
Berulang Lagi di Era Reformasi), Jakarta: Al-Kautsar, 1999, h. 80
5

UUDS 1950, Presiden tidak punya wewenang “memberlakukan” atau “tidak
memberlakukan” sebuah UUD, seperti yang dilakukan melalui dekrit.
Untuk lebih jelasnya bagaimana isi dari Dekrit Presiden tanggal 5 Juli
1959 tersebut, dapat kita lihat di bawah ini, yaitu sebagai berikut:
Menetapkan pembubaran konstituante setelah itu, Menetapkan UUD 1945
diberlakukan kembali bagi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, terhitung mulai dari tanggal penetapan dekrit ini dab tidak berlaku
lagi UUDS kemudian Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat
ditambah dengan utusan- utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan,
dan

Pembentukan

Dewan

Pertimbangan

Agung

Sementara

dan

diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa lahirnya Dekrit
Presiden tersebut tidak terlepas dari pro dan kontra di kalangan anggota
konstituante ketika itu.Dan menurut pemakalah, wajar saja apabila ada
semacam kekhawatiran dan ketakutan yang muncul dari pihak-pihak yang
tidak setuju dengan isi Dekrit Presiden tersebut.6
Sebab dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden artinya Soekarno
mengeluarkan penetapan penetapan yang mengakibatkan kekuasaannya
semakin kuat. Sebelum kita membicarakan Partai Komunis Indonesia (PKI)
serta bagaimana pula sepak terjangnya selama masa Orde Lama, ada baiknya
kita juga melihat partai-partai politik lain yang pernah mengisi panggung
perpolitikan di Indonesia pada masa Orde Lama.
Pasca kemerdekaan, Indonesia menerapkan sistem multi partai yang
ditandai dengan hadirnya 25 partai politik. Menjelang Pemilu tahun 1955 yang
berdasarkan demokrasi liberal, jumlah partai politik meningkat hingga
berjumlah 29 partai politik. Namun, pada masa diberlakukannya Demokrasi
Terpimpin, sistem kepartaian Indonesia dilakukan penyederhanaan dengan
Penpres No. 7 tahun 1959 dan Penpres No. 13 tahun 1960 yang akhirnya

Arsyad Maf‟ul(Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makasar), Partai Politik
Pada Masa Orde Baru dan Orde Lama -pdf, h. 78
6

menyisakan 10 partai politik dengan empat partai besarnya yaitu PNI,
Masyumi, NU, dan PKI.
Kembali kita kepada bagaimana peran Partai Komunis Indonsia (PKI)
selama masa orde lama, terutama dalam masa-masa demokrasi terpimpin yang
ternyata

sangat

banyak

memberikan

pengaruhnya

dalam

sejarah

perkembangan bangsa ini. Dalam suasana dikembalikannya negara ke UUD
1945 itu, Presiden Soekarno bahkan mempertegas lagi pendirian dan
konsepsinya. Penegasan itu terlihat pada saat Soekarno menyampaikan pidato
kenegaraan yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada tanggal
17 Agustus 195947. Oleh Presiden, pidato itu kemudian diserahkan kepada
Panitia Kerja Dewan Pertimbangan Agung (DPA) untuk dirumuskan menjadi
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam panitia kerja perumusan
tersebut, yang menjadi pemimpinnya adalah seorang ketua CC dari Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang paling terkenal yaitu D.N Aidit.Kesempatan
itu dimanfaatkan oleh Aidit untuk memasukkan program- program Partai
Komunis Indonesia (PKI) ke dalam GBHN yang terkenal dengan nama
Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol).
Dalam buku-buku sejarah politik Indonesia, Partai Komunis Indonesia
pada era orde lama pernah menjadi salah satu partai yang pengaruhnya cukup
besar dengan basis massanya mayoritas adalah berasal dari kaum buruh dan
petani. Bahkan dalam pemilu 1955, Partai Komunis Indonesia (PKI)
memperoleh kemenangan yang cukup berarti, yakni berhasil mengumpulkan
enam juta suara pemilih. Keberhasilan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam
mengembangkan pengaruh ideologinya pada saat itu tentu tidak terlepas dari
peranan para pemimpin-pemimpin partainya yang selalu memegang teguh
persatuan dan kesatuan dalam mewujudkan cita-cita partai

2. Kondisi Ekonomi Pada Masa Orde Lama

7

Nugroho Notosusanto, Tercapainya Konsensus Nasional 1966-1969, Jakarta: PN
BALAI PUSTAKA, 1985, h. 3

Kondisi perekonomian Indonesia pada Masa Orde Lama sangat
buruk.Kondisi ekonomi yang buruk ini merupakan dampak dari kondisi
pemerintahan yang masih belum stabil. setelah dikeluarkannya dekrit presiden
5 juli 1959, maka sistem pemerintahan Indonesia berubah dari sistem
demokrasi Liberal kepada sistem Demokrasi Terpimpin. Kehadiran dekrit
presiden juga membawa pengaruh kepada sistem perekonomian masyarakat
pada waktu itu, setelah keluarnya dekrit presiden sistem ekonomi di Indonesia
lebih menjurus kepada sistem etatisme atau dapat juga dikatakan sistem
ekonomi komando yang merupakan salah satu sistem perekonomian dimana
segala kegiatan perekonomian diatur oleh negara, ialah :
Pemerintah Orde Lama tidaklah tinggal diam menghadapi kondisi
ekonomi masyarakat Indonesia yang belum stabil. pemerintah telah
mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi krisis ekonomi tersebut,
namun sayangnya kebijakan- kebijakan tersebut belum mampu memperbaiki
kondisi perekonomian masyarakat Indonesia. Berikut ini adalah beberapa
kebijakan ekonomi yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi
krisis ekonomi tersebut.Pemerintahan Orde Lama untuk memperbaiki kondisi
perekonomian Indonesia telah melakukan Devaluasi. Devaluasi ialah suatu
kebijakan untuk memotong nilai mata uang dengan sengaja. Bahkan
pemerintah orde lama melakukan devaluasi ini sebanyak dua kali. Devaluasi
pertama dilakukan pada 25 agustus 1959. Pada waktu itu uang kertas pecahan
Rp.500 menjadi Rp.50, uang kertas pecahan Rp.1000 menjadi Rp.100, .
adapun devaluasi untuk kedua kalinya dilakukan pada tanggal 13 desember
1965. Pada masa ini uang pecahan Rp.1000 menjadi Rp.1. kemudian
Pembentukan deklarasi Ekonomi ( Dekon)8. Pemerintah Orde Lama
membentuk Deklarasi Ekonomi ini bertujuan untuk mengendalikan sistem
perekonomian dengan cara sistem komando, tetapi hal ini justru menimbulkan
stagnasi bagi perekonomian Indonesia.

8

John Roosa, Dalih Pembunuhan Massal (Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto),
Jakarta: Hasta Mitra, 2008, h. 201

Kegagalan berbagai kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Orde Lama
tersebut semakin diperburuk dengan gagalnya pemerintah dalam mengatur
pengeluaran uang untuk negara. Pada masa itu keuangan negara banyak
dikeluarkan untuk proyek-proyek mercusuar dan konfrontasi dengan
Malaysia.
3. Akhir dari Pemerintahan Orde Lama
Setelah memerintah selama kurang lebih selama delapan tahun, pemerintahan
Orde Lama harus berakhir dengan keguncangan politik yang terjadi pada tahun 1965.
Keruntuhan Orde Lama sangat berkaitan dengan percobaan kudeta yang dilakukan
oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Percobaan kudeta yang diduga didalangi oleh
Partai Komunis Indonesia (PKI) tersebut ternyata membawa perubahan besar dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesia di masa-masa selanjutnya.

Situasi negara di ujung pemerintahan orde lama diwarnai oleh berbagai
kemelut di tingkat elit pemerintahan sendiri. Situasi kacau serta persaingan di
antara elit politik dan militer akhirnya memuncak pada peristiwa pembunuhan
enam orang Jendral pada tanggal 1 Oktober 1965. Seperti yang sudah ditulis
di awal, bahwa pasca percobaan kudeta 1965 oleh PKI, terjadi berbagai aksi
unjuk rasa di berbagai kota di Indonesia terutama di Jakarta. Dan akhir dari
bentuk aksi-aksi protes itu tepat pada tanggal 12 Januari 1966 para
demonstrans yang tergabung dari berbagai kesatuan aksi menuntut agar
Presiden Soekarno memenuhi tuntutan-tuntutan rakyat yang terkenal dengan
TRITURA (Tiga Tuntuan Rakyat)9. Adapun tiga tuntutan rakyat itu adalah
sebagai berikut: Bubarkan PKI, kemudian Perombakan Kabinet dan Turunkan
Harga Kebutuhan Pokok.
Untuk memulihkan keadaan negara, akhirnya Soekarno memberikan
kewenangan dan mandat kepada Mayjen. Soeharto untuk memulihkan
stabilitas dan keamanan negara melalui Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar). Di bawah komando Mayjen Soeharto, pemulihkan keamanan
dan kestabilan negara dilakukan dengan aksi-aksi militer. Selain menangkap
dan memenjarakan orang- orang yang dianggap sebagai anggota PKI, upaya
9

Surakhmad, Winarno, Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. (Jakarta: Kompas
(2009), h. 45

lain yang dilakukan oleh Soeharto adalah membubarkan PKI dan melarang
penyebaran paham-paham yang berbau komunis10.Tindakan-tindakan yang
ditempuh Soeharto dalam melaksanakan tugasnya tersebut ternyata sangat
berpengaruh terhadap kemajuan kariernya, karena terbukti beberapa tahun
kemudian ia berhasil terpilih sebagai Presiden Indonesia untuk menggantikan
Soekarno melalui Pemilu pada tahun 1968.
Dengan jatuhnya rezim Soekarno, maka secara otomatis berakhir pula
masa- masa pemerintahan Orde Lama (1959-1966) dan berganti dengan masa
pemerintahan Orde Baru (1968-1998) dengan Soeharto menjabat sebagai
Presiden Indonesia yang kedua.

B. Lahirnya Masa Orde Reformasi
1. Latar Belakang Reformasi
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik
secara konstitusional. Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang
politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis
berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan11.
Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda
berbagai segi kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial
merupakan faktor-faktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi12.
Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang
menentukan. Artinya, reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh
ditawar-tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia
mendukung sepenuhnya gerakan tersebut.
Reformasi merupakan suatu perubahan kehidupan lama dengan tatanan
perikehidupan baru yang secara hukum menuju ke arah perbaikan. Gerakan
10

John Roosa, Ayu Ratih, Hilmar Farid, Tahun yang Tak Pernah Berakhir (Memahami
Pengalaman Korban 65), Jakarta: ELSAM, 2004, h. 17
11

http://id.wikipedia.org/wiki/ (diakses pada tanggal 11 Desember 2017)
Surya negara, Ahmad Mansyur, Menemukan Sejarah , Cet IV (Bandung; Mizan. 1998),

12

h. 90

reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan
untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan terutama perbaikan dalam
bidang politik, sosial, ekonomi, hukum, dan pendidikan.
Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya gerakan
reformasi adalah kesulitan warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pokok. Harga-harga sembilan bahan pokok (sembako), seperti beras, terigu,
minyak goreng, minyak tanah, gula, susu, telur, ikan kering, dan garam
mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat harus antri untuk
membeli sembako itu.
Sementara, situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak
menentu dan tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan
ekonomi semakin jauh dari kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat
Indonesia semakin kritis dan tidak percaya terhadap pemerintahan Orde Baru.
Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya
pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal. Pergantian
kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan politik,
ekonomi, hukum, sosial, dan budaya13.Semua itu merupakan jalan menuju
terwujudnya kehidupan yang aman, tenteram, dan damai. Rakyat tidak
mempermasalahkan siapa yang akan pemimpin nasional, yang penting
kehidupan yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan dapat
segera terwujud (cukup pangan, sandang, dan papan). Namun demikian,
rakyat Indonesia mengharapkan agar orang yang terpilih menjadi pemimpin
nasional adalah orang yang peduli terhadap kesulitan masyarakat kecil dan
krisis sosial.

2. Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Orde Reformasi
Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan
kebijakan-kebijakan

pendidikan

baru

yang

bersifat

reformatif

dan

revolusioner. Bentuk kurikulum menjadi berbasis kompetensi. Begitu pula
13

h. 91

Surya negara, Ahmad Mansyur, Menemukan Sejarah , Cet IV (Bandung; Mizan. 1998),

bentuk pelaksanaan pendidikan berubah dari sentralistik (orde lama) menjadi
desentralistik. Pada masa ini pemerintah menjalankan amanat UUD 1945
dengan memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan belanja negara.“Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional14.
Dengan didasarkan oleh UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah, yang diperkuat dengan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah, maka pendidikan digiring pada pengembangan
lokalitas, di mana keberagaman sangat diperhatikan. Masyarakat dapat
berperan aktif dalam pelaksanaan satuan pendidikan.
Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah sistem pendidikan
Indonesia melalui UU No 22 tahun 1999, dengan ini pendidikan menjadi
sektor pembangunan yang didesentralisasikan. Pemerintah memperkenalkan
model “Manajemen Berbasis Sekolah”. Sementara untuk mengimbangi
kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibuat sistem
“Kurikulum Berbasis Kompetensi”.
Pendidikan di masa reformasi juga belum sepenuhnya dikatakan berhasil.
Karena, pemerintah belum memberikan kebebasan sepenuhnya untuk
mendesain pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan lokal,
misalnya penentuan kelulusan siswa masih diatur dan ditentukan oleh
pemerintah15. Walaupun telah ada aturan yang mengatur posisi siswa sebagai
subjek yang setara dengan guru, namun dalam pengaplikasiannya, guru masih
menjadi pihak yang dominan dan mendominasi siswanya, sehingga dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan proses pendidikan Indonesia masih jauh dari
dikatakan untuk memperjuangkan hak-hak siswa.
14

Rianti Nugroho, Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi,dan Strategi , (Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), h.15-16
15

289

H. A. R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional. ( Jakarta: PT. Rineka cipta, 2002), h.

Ada beberapa kesalahan dalam pengelolaan pendidikan pada masa ini,
telah melahirkan hasilnya yang pahit yakni:
Angkatan kerja yang tidak bisa berkompetisi dalam lapangan kerja pasar
global, kemudian Birokrasi yang lamban, korup dan tidak kreatif, kemudian
Masyarakat luas yang mudah bertindak anarkis setelah itu Sumberdaya alam
(terutama hutan) yang rusak parah dan Hutang Luar Negeri yang tak
tertanggungkan serta Merajalelanya tokoh-tokoh pemimpin yang rendah
moralnya.

3. Faktor Lahirnya Era Reformasi
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan
masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, tujuan lahirnya
gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan perikehidupan
bermasyarakat berbangsa, dan bernegara.
Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok merupa-kan
faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi. Banyak faktor yang
mem-pengaruhinya,

terutama

ketidakadilan

dalam

kehidupan

politik,

ekonomi, dan hukum. Pemerintahan orde baru yang dipimpin Presiden
Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam
melaksanakan cita-cita orde baru16. Pada awal kelahirannya tahun 1966, orde
baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 194517.
Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak
melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuanketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat
kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk
mempertahankan kekuasaan. Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan
16

Edward, Aspinall. Titik Tolak Reformasi Hari-hari Berakhirnya Presiden Soeharto
(Yogyakarta: LKIS. 2000), h. 333
17
Ahmad Mansyur Suryanegara, API Sejarah 2 (Bandung: PT. Salamadani Pustaka
Semesta, 2002), h. 250

krisis multidimensional yang menjadi penyebab umum lahirnya gerakan
reformasi, seperti berikut ini:18
Krisis Politik, Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan
puncak dari berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai
kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan
alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang
sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden
Suharto

dan

kroni-kroninya.

Artinya,

demokrasi

yang

dilaksanakan

pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan
demokrasi rekayasa. Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang
berarti dari, oleh, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari,
oleh, dan untuk penguasa. kemudian Krisis Hukum, dimana Rekayasarekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang
politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi. Artinya,
kekuasaan peradilan harus dilaksanakan

untuk melayani kepentingan para

penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan.
Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa. Kenyataan
itu bertentangan dengan ketentuan pasal 24 UUD 1945 yang menyatakan
bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari
kekuasaan pemerintah(eksekutif).
Krisis Ekonomi, Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara sejak Juli 1996 mempengaruhi perkembangan perekonomian
Indonesia. Ternyata, ekonomi Indonesia tidak mampu menghadapi krisis
global yang melanda dunia. Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Pada tanggal
1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp
2,603.00 per dollar Amerika Serikat. Pada bulan Desember 1997, nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun menjadi Rp 5,000.00 per dollar.
Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah dan
18

M. C. Riclefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta. 2001), h. 471

mencapai titik terendah, yaitu Rp 14,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, setelah itu
Krisis Sosial Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab
terjadinya krisis sosial. Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis
menyebabkan terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis dan
agama. Semua itu berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa
daerah. Ketimpangan perekonomian Indonesia memberikan sumbangan
terbesar terhadap krisis sosial. Pengangguran, persediaan sembako yang
terbatas, tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya beli masyarakat
merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial. dan kemudian
Krisis Kepercayaan, Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia
telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden
Suharto.
Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang
demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan
pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak
telah melahirkan krisis kepercayaan.

4. Kronologi Peristiwa Reformasi
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai
berikut: Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie
sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003.
Presiden Suharto membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII.
Kondisi kehidupan bangsa dan negara tidak kunjung membaik. Perekonomian
nasional semakin memburuk dan masalah-masalah sosial semakin menumpuk.
Keadaan itu menimbulkan keprihatinan dan kekhawatiran rakyat Indonesia,
setelah itu pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai
bergerak menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut
penurunan harga barang-barang kebutuhan (sembako), penghapusan KKN,
dan mundurnya Suharto dari kursi kepresidenan. Semakin bertambahnya para
mahasiswa yang melakukan demonstrasi menyebabkan aparat keamanan

kewalahan dan terjadilah bentrok antara para mahasiswa dan aparat keamanan.
dan Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas
Trisakti Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang
menyebabkan empat orang mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto,
Hafidhin A. Royan, dan Hendriawan Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan
mahasiswa lainnya mengalami luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut
mengobarkan semangat para mahasiswa dan kalangan kampus untuk
menggelar demonstrasi secara besar-besaran19. dan pada tanggal 13-14 Mei
1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan penjarahan
sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu,
puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati
terbakar20.Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR. Pada
saat yang bersamaan, tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alunalun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, guna
mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku
Alam VII, kemudian Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan
MPR/DPR mengeluarkan pernyataan berisi „anjuran agar Presiden Suharto
mengundurkan diri‟. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto
mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai
pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai
oleh Presiden Suharto. Namun, usaha itu mengalami kegagalan karena
sebagian tokoh-tokoh yang diundang menolak untuk duduk dalam Dewan
Reformasi itu. Sementara, mahasiswa di gedung DPR/MPR tetap menuntut
Suharto turun dari kursi kepresidenan, dan Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul
10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto meletakkan jabatannya sebagai
Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota Mahkamah Agung.
Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya

19

Tragedi trisakti: http://semanggi-peduli.com (diakses pada tanggal 11 Oktober 2017)
Kerusuhan Mei 1998 : http://semanggi-peduli.com (diakses pada tanggal 11 Oktober

20

2017)

kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI. Pada waktu itu juga
B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA21.
Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan para mahasiswa, terutama
setelah pemerintah menaikkan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal
4 Mei 1998, dan agenda reformasi yang menjadi tuntunan pada mahasiswa
mencakup beberapa tuntutan, diantaranya: Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
kemudian, Laksanakan amandemen UUD 1945, dan Pelaksanaan otonomi
daerah yang seluas-luasnya setelah itu Tegakkan supremasi hukum dan
Menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.

C. Perbandingan Pendidikan pada Masa Orde Lama dan Reformasi
1. Dalam Era Orde Lama
Pendidkan dalam konteks ini berusaha membangun masyarakat sipil yang
kuat, yang berdiri di atas demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara
sesama warga negara, termasuk dalam bidang pendidikan. Disini juga
pemerintah menaruh perhatian yang cukup serius untuk memajukan
pendidikan seperti di dalam pemerintahan menteri pendidikan Ki Hadjar
Dewantara dikembangkan pendidikan dengan sistem “among” berdasarkan
asas-asas

kemerdekaan,

kodrat

alam,

kebudayaan,

kebangsaan,

dan

kemanuasiaan yang dikenal sebagai “Panca Dharma Taman Siswa” dan
semboyan “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani” pada 1950 diundangkan pertama kali peraturan pendidikan

nasional yaitu UU No. 4/1950 yang kemudian disempurnakan (jo) menjadi
UU No. 12/1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Jadi, dalam era ini pendidikan belum tertata dengan baik dan bahkan masih
ada kendala-kendala maupun kekurangan yang ada dalam orde ini.

2. Dalam Era Reformasi

21

http://crayonpedia.org/mw/lahirnya_reformasi (diakses pada tanggal 10 oktober 2017)

Dalam era ini, pendidikan mulai di rumuskan dengan kebijakan-kebijakan
yang cukup formatif dan dimana Bentuk kurikulum menjadi berbasis
kompetensi. Begitu pula bentuk pelaksanaan pendidikan berubah dari
sentralistik (orde lama) menjadi desentralistik. Pada masa ini pemerintah
menjalankan

amanat

UUD

1945

dengan

memprioritaskan

anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja
negara. Jadi dalam era reformasi ini pendidikan menggalami peningkatan yang
cukup baik atau sudah pada taraf baik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa orde lama Soekarno, Presiden RI yang pertama, membawa
semangat nation and character building dalam pendidikan di Indonesia. Di
seluruh pelosok tanah air didirikan sekolah dan anak-anak dicari untuk
disekolahkan tanpa bayar.
Sedangkan

pemerintah

masa

reformasi

telah

banyak

melakukan

perubahan-perubahan menuju pembenahan yang lebih baik. Pada dasarnya
setiap masa memiliki ciri khas dalam pengembangan pendidikan, masa orde
lama dan orde baru melakukan pendidikan yang sentralistik sedangkan masa
reformasi sampai sekarang telah menerapkan pendidikan desentralistik.
Dan tentunya dalam hal ini Orde merefleksikan tatanan perpolitikan dan
ketatanegaraan yang sama sekali berbeda dari Orde sebelumnya dan tidak ada
ikatan historis sama sekali.Orde BarulahirkarenaadanyaOrde Lama, dan Orde
Baru sendiri haruslah di yakini sebagai sebuah panorama bagi kemunculan
Orde Reformasi. Demikian juga setelah Orde Reformasi pastilahakan
berkembang pentas sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan lainnya dengan
setting dan cerita yang mungkin pula tidak sama. Dari perspektif ini maka
dapat dikatakan bahwa Orde Lama telah memberikan landasan kebangsaan
bagi perkembangan bangsa Indonesia. Sementara itu Orde Baru telah banyak
memberikan

pertumbuhan

wacana

normative

bagi

pemantapan

ideologinasional, terutama melalui konvergensi nilai-nilai sosial-budaya
(Madjid,1998).
Orde Reformasi sendiri walaupun dapat dikatakan masih dalam proses
pencarian bentuk, namun telah menancapakan satu tekad yang berguna bagi
penumbuhan nilai demokrasi dan keadilan melalui upaya penegakan
supremasi hukum dan HAM. Nilai-nilai tersebut akan terus di Justifikasi dan
diadaptasikan dengan dinamika yang terjadi. Orde lama merupakan salah satu
hal yang tidak bisa kita lewatkan ketika kita berbicara tentang sejarah negeri

ini. Orde lama dengan Soekarno sebagai tokoh sentralnya telah mewarnai
sejarah kekuasaan negeri ini.
Orde lama bukanlah nama asli dari pemerintahan ini. Soekarno tidak
pernah mengadakan bahwa pemerintahan yang ia pimpin tersebut sebagai orde
lama, tetapi Soehartolah yang telah memberikan nama Orde Lama kepada
pemerintahan yang dipimpin oleh Soekarno tersebut. Sebagai salah satu pihak
yang pernah berkuasa di negeri ini. Orde Lama telah banyak melakukan halhal yang bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat
Indonesia dan berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah Orde
Lama, terlepas dari berhasil atau tidaknya dari kebijakan- kebijakan yang
dilakukan oleh Orde Lama itu. Oleh karena itu, di dalam makalah ini, penulis
akan membahas tentang pemerintah Orde Lama tersebut dengan melihat
kepada sejarah dan kebijakan- kebijakan yang dibua oleh Orde Lama.

DAFTAR PUSTAKA
Rode, Clymer, Carlton., dkk. 2013, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: Rajawali
Pers.
A.N, Firdaus. 1999, Dosa-dosa Politik (Orde Lama dan Orde Baru yang Tidak
Boleh Berulang Lagi di Era Reformasi), Jakarta: Al-Kautsar

Maf‟ul, Arsyad., (Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makasar),
Partai Politik Pada Masa Orde Baru dan Orde Lama-pdf.

NugrohoNotosusanto, Nugroho. 1985, Tercapainya Konsensus Nasional 19661969, Jakarta: PN BALAI PUSTAKA.

Roosa, John. 2008, Dalih Pembunuhan Massal (Gerakan 30 September dan
Kudeta Soeharto), Jakarta: Hasta Mitra.

Roosa, John., Ratih Ayu., Farid, Hilmar. 2004, Tahun-tahun yang Tak Pernah
Berakhir (Memahami Pengalaman Korban 65), Jakarta: ELSAM.

http://id.wikipedia.org/wiki/ (diakses pada tanggal 11 Desember 2017).
SuryaNegara, Ahmad Mansyur. 1998, Menemukan Sejarah, Cet IV, Bandung;
Mizan.
Edward, Aspinall. 2000, Titik Tolak Reformasi Hari-hari Berakhirnya Presiden
Soeharto Yogyakarta: LKIS.

Ahmad Mansyur Suryanegara. 2002, API Sejarah 2, Bandung: PT. Salamadani
Pustaka Semesta.

M. C. Riclefs. 2001, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta.
Tragedi trisakti: http://semanggi-peduli.com (diakses pada tanggal 11 Oktober
2017).
Kerusuhan Mei 1998 :http://semanggi-peduli.com (diakses pada tanggal 11
Oktober 2017).
http://crayonpedia.org/mw/lahirnya_reformasi (diakses padatanggal 10 oktober
2017).
Yamin, Moh. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia . Jogjakarta: Ar Ruz.
Rianti Nugroho, Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi,dan Strategi, (Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2008).