HUKUM ADAT KEBUDAYAAN SEBAGAI ASAS PANCA
HUKUM ADAT BANGSA INDONESIA SEBAGAI ASAS
PANCASILA
Di Susun Oleh :
1. Farid Hikmatullah
2. Sugiarto
3. Rahmat Maulana
4. Suroto
5. Muhammad Salim
Kelas : 3 C (Sore)
Dosen pembimbing : MT. Marbun, SH, MH
1
Jakarta 2013
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(i)
Bab I
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(ii)
a. Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
b. Perumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
c. Sistematika penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
5
d. Metodologi penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
Bab II
a. Pengertian hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
6
b. Azas-azas hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
c. Wujud hukum addat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7
d. Contoh wujud hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7
Bab III
a. Timbulnya hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8
b. Sejarah terbentuknya pancasila . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9
Bab IV
a. Dua unsur hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
10
b. Keperibadian hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
10
2
c. Korelasi pancasila dan kebudayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
11
Bab V
Penutup
a. Undang-undang dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12
b. Simpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13
c. saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13
Daftar pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
14
Bab I
3
Pendahuluan
A. Latar belakang
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat, yang menurut Selo Sumardjian adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan, yang menduduki sebuah Negara dan biasanya menunjukan beberapa
ciri khas yang membedakan dari bangsa lain.
Dalam hal ini yang di maksud adalah rakyat yaitu sekumpulan manusia dari dua jenis
klamin yang hidup bersama sehingga merupakan masyarakat, dari sini sudahlah sangat jelas
korelasi yang terbebetuk dari ketiga asfek tersebut dan bisa di identifikasi oleh bentuk hasilnya
dari kebudayaan yang timbul dalam kehidupan berbangsa dalam masyarakat tertentu di sebuah
Negara. Kebudayaan sifatnya bermacam-macam, akan tetapi oleh karena semuanya adalah buah
adab (keluhuran budi), maka semua kebudayaan selalu bersifat tertib, indah berfaedah, luhur,
memberi rasa damai, senang, bahagia, dan sebagainya. Sifat kebudayaan menjadi tanda dan
ukuran tentang rendah-tingginya keadaban dari masing-masing bangsa,
Dari sini bahwa kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat itu abstrak dan
wujudnya dapat terlihat dari hasil cipta karsa rasa yang berbentuk menjadi seni, karya, norma
adat istiadat dalam konteks ini hokum adat dan dikatakan bahwa hukum itu merupakan
pencerminan dan konkritisai dari nila-nilai social kebudayaan yang tumbuh di masyarakat
bangsa.
Adapun bebrapa hasil produk kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat di antaranya
adalah hukum adat
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah sebagai berikit :
4
1. Apa itu hukum adat
2. Sejak kapan hukum adat timbul atau ada
3. Bagaimana legitimasi hukum adat di indonesia
C. Sistematika penulisan
Seluruh pembahasan dalam makalah ini di bagi ke dalam 5(lima) bab. Bab pertama
adalah pendahuluan yang berisi latar belakang dan merupakan dasar pemikiran, perumusan
masalah sebagai pemmbatas bahasan agar menjadi lebih terarah dan fokus, kemudian sistematis
pembahasan sebagai penjelas beberapa materi bahasan dari makalah ini.Bab kedua merupakan
bahasan dari perumusan masalah bagian pertama dan bab ke tiga ,ke empat merupakan bahasan
selanjutnya dari beberapa bahasan yang telah di rumuskan.
D. metodelogi penulisan
Penyesuaian dengan judul yang akan di bahas dan materi bahan yang tersedia spesifikasi
yang kami lakukan tadak begitu mendetil ,karena dari segi metode yang kami pakai yaitu kajian
pustaka atau ( library research ).
Bab II
A. Pengertian hukum adat
5
Menurut Soepomo, Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena ia menjelmakan
perasaan hukum yang nyata dari rakyat. Dalam berbagai seminar, maka berkembang kemudian
hukum yang hidup dalam masyarakat (living law) yang lazim dipergunakan untuk, menunjukkan
berbagai macam hukum yang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya di dalam masyarakat,
yang menurut Satjipto Raharjo, akan tetap ada sebagai kelengkapan dari Hukum Nasional.
Penyebutan Hukum Adat untuk hukum yang tidak tertulis tidak mengurangi peranannya dalam
memberikan penyaluran dari kebiasaan, kepentingan-kepentingan yang tidak terucapkan dalam
hukum tertulis[1]
B. Azas azas Hukum Adat
Hukum adat yang tumbuh dari cita-cita dan alam pikiran masyarakat Indonesia, yang
bersifat majemuk, namun ternyata dapat dilacak azas-azasnya, yaitu:
Azas Gotong royong;
Azas fungsi sosial hak miliknya;
Azas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum;
Azas perwakilan dan musyawaratan dalam sistem pemerintahan
Secara mudah kita bisa menyebut bahwa yang dijadikan perbincangan kita adalah
“Masyarakat Adat”. Konteksnya juga mudah disebut, yaitu dalam ruang keindonesiaan. Dengan
sedikit tafsir, maka bisa dimaknai adanya kaitan erat antara masyarakat adat dengan , hukum, dan
segala aspek yang serba indonesia sebagai sebuah negara yang berpemerintahan. Tetapi perlu
diketahui, bahwa seringkali kita juga menyebut istilah Masyarakat Hukum Adat, Komunitas
Adat, Masyarakat Tradisional, Indigineous People’s yang maksud dan artinya disamakan dengan
masyarakat adat. Bahkan dalam satu waktu yang sama kita menggunakan semua istilah-istilah
tersebut secara bergantian tanpa memaksudkan adanya perbedaan arti.
C. Wujud hukum adat
Di dalam masyarakat hokum adat Nampak dalam tiga wujud, yaitu sebagai:
6
a. Hukum yang tidak tertulis (“Jus non scriptum”) merupakan bagian terbesar.
b. Hukum yang tertulis (“jus sciptum”) hanya sebagian kecil saja, misalnya
peraturan-peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh raja-aja/sultan-sultan
dahulu seperti pranatan-pranatan di jawa, peswara-titiswara di bali dan Surakarta di
aceh
c. Uraian-uraian hokum secra tertulis , lazimnya uraian-uraian ini adalah
merupakan suatu hasil penelitian (research) yang dibukukan seperti antara lain buku
hasil penelitian Prof . supomo yang diberi judul “ hokum pradata adat jawa barat” dan
buku hasil penelitian Prof. djojodigoeno/Tirtawinata yang diberi judul “hukum
pradata adt jawa tengah”
D. Contoh prakti-praktik hukum adat
Hukum adat waris daerah tapanuli menentukan bahwa seorang janda bukanlah
merupakan ahli waris bagi suaminya, oleh karena janda di anggap sebagai orang luar (keliarga
suaminya). Garis hukum semacam itu merupakan pencerminan dari nilai-nilai kebudayaan dari
suatu masyarakat . kemudian hukum adat perkawinan di kalangan orang-orang kapauku di reran
barat melaang seorang laki-laki untuk mengawini seorang wanita dari clan yang sama , yang
statusnya termasuk satu generasi dengan laki-laki yang bersangkutan peraturan semacam itu juga
merupakan cerminan dari nilai-nilai kebudayaan yang menjadi hukum adat.
Bab III
A. Timbulnya hukum adat
Adat ialah tingkah laku yang oleh dan dalam sesuatu masyarakat (sudah,sedang akan)
diadatkan. Dan adat tiu ada yang tebal , ada yang tipis dan senantiasa menebal dan menipis .
aturan-aturan tingkah laku manusia dalam masyarakat sebagaimana dimaksud tadi adalah aturan7
aturan adat. Akan tetapi dari aturan-aturan tingkah laku itu ada pula yang merupakan aturan
hokum, manakah yang “adat” dan manakah yang “hukum”?
Para warga masyarakat dalam hidupnya bersama sehari-hari memang nyata
melaksanakan aturan-aturan tingkah laku itu, dari kenyataan ini sendiri belum nampak mana
yang “adat” dan an yang “hukum” tetapi juga bahwa di dalam masyarakat inni ada susunan
badan-badan atau orang-orang tertentu yang justru mempunyai tugas untuk menentukan,
melaksanakan mempertahankan memperlakukan aturan-aturan tingkah laku tetentu dengan cara
tertentu, disertai akibat-akibat tertentu pula. Badan-badan yang mempunnbyai tugas demikian itu
lazim disebut “yang berwajib” mereka itu tugasnya menetapkan dan mempunyai wewenang.
“menetapkan” di sini dipakai dalm arti luas, yaitu mengadakan sendiri maupun
mengakui, di dalam maupu di luar sengketa. Dan mengikat sehingga selanjutnya dapat menjadi
pedoman hokum bagi masyarakat.
Ini tidak berarti bahwa ebelum penetapan aturan itu belum bersifat aturan hokum. Tetapi
baru saat penetapanlah aturan tingkah laku adat itu tegas berwujud hokum yang positif, disebut
“Existential moment” ( saat adanya/lahirnya ) hukum itu. Dengan kata yang bersahaja dapat
disimpulkan : oleh yang berwajib dengan ketetapanya , apa yang adat dihukumkan, yang
dikatakkan di atas tidak berarti pula dalam hal menghukumkan itu tingkah lakunya harus terlebih
dahulu menjadi adat, kemudian dihukumkan.
Dan istilah hokum adat baru dipergunakn secara resmi dalam peraturan perundangundangan tahun 1929.
Istilah hukum adat ini sendiri diketengahkan oleh prof. Dr. Christian Snouck Hurgronje
dalam bukunya yang sangat berharga dlam perkembangan hukum adat, yang berjudul “De
Atjehers” (orang-orang aceh) dua jilid yang diterbitkan tahun 1893-2894.
Kemudian isitilah hukum adat ini dipaki juga oleh prof. Mr Cornelis Van Vollenhoven
dlam buku-buku karanganya, dan akhirnya pada tahun 1929 pemerintah colonial belanda mulai
memakai istilah hukum adat (adatrecht) dengan resmi dalam peraturan perundang-un dangan
istilah hokum adat sendiri ternyata di ambil dari bahasa arab yaitu al addah atau addatun yang
8
artinya sesuatu yang sering dilakukan terus-menerus, namun ketika dikaitkan dengan hokum juga
senada dengan salah satu qowa’id alfiqh yang berbunyai al addatu muhhakamah selama tidak
mengundang kearah kemaksiatan (sesuatu yang negative
B. Sejarah terbentuknya pancasila sebagai ideologi bangsa
Sebagai suatu ideology bangsa dan Negara Indonesia maka pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana ideoloo-ideologi lain di dunia, namun pancasila diangkat dari nilai-nilai hokum
adat istiadat nilai-nilai kebudayaan serta nila-nilai religious yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia bahkan pada waktu sebelum terbentuknya Negara, dengan kata lain
unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup
kebudayaan masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal
bahan) pancasila.
Unsuer-unsur tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri Negara,
sehngga pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara dan ideology bangsa dan Negara
Indonesia. Dengan demikian pancasila sebagai ideology bangsa dan Negara Indonesia berakar
pada pandangan hidup budaya bangsa, dan bukanya mengngkat atau mengambil ideology dari
bangsa lain. Selain itu pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari
seseorang saja, ynag hanya memperjuangkan satu kelompok atau golongn tertentu, melainkan
pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga pancasila pada hakikatnya
untuk seeluruh lapisan serta unsur-insur bangsa secara komperhensif. Oleh karena cirri khas
pancasila itu maka pancasila tiu memiliki kesesuaian dengan adt kebudayaan bangsa Indonesia.
Bab IV
A. Dua unsur hukum adat
Hukum adat memiliki dua unsur yaitu:
1. Unsur kenyataan : bahwa adat tiu dalam keadaan yang senantiasa selalu
diindahkan oleh rakyat.
9
2. Unsur psikologis, bahwa tedapat adanya keyakinan pada rakyat, bahwa adat
mempunyai nilai hukum.
Unsur inilah yang menimbulkan adanya kewajian hukum (opinion yuris
necessitates)
B. Bagaimana Kepribadian hukum adat ?
Hukum seperti halnya hukum dimana pun di dunia mengikuti jiwa dari bangsa
masyarakat, karena hukum itu senantiasa tumbuh dari sesuatu kebutuhan hidup yang
nyata, cara hidup atau pandangan hidup bangsa/masyarakatnya, yang keseluruhanya
merupakan kebudayaan masyarakat tempat hukum adat itu belaku.
Hukum merupakan salah satu penjelmaan dari kepribadian jiwa dan struktur
bangsanya/masyarakatnya.
F.C Von Savigny pandasar dari “Historiesche Rechtsschule” melihat hokum
itu sebagai hasil perkembangan historis dari asyarakat tempat hukum itu berlaku, isi
hokum ditetukan oleh peerkembangan adat-istiadat rakyat di sepanjang sejarah,
Bangsa Indonesia berkepribadian pancasila, sehingga hukum adat pun
berkepribadian pancasila pula, demikian pula hukum yang dimaksud dalam undangundang pokok kekuasaan kehakiman berkepribadian sama dengan hukum adat.
C. Pancasila berakar dari kebudayaan
Kita telah mengetahui bahwa kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang
berdasarkan pancasila. Itu berarti Pancasila berkaitan erat dengan kebudayaan
Indonesia dan kemudian hokum adat adalah salah satu realisasnya, Kebudayaan juga
dapat diartikan sebagai nilai atau simbol. Kita gambarkan sebagai sebagai suatu
perusahaan. Dalam sebuah perusahaan yang sibuk, kegiatan yang nampaknya bersifat
praktis dan sehari-hari saja, misalnya, ada aspek kebudayaannya, ada nilai dan
10
simbolnya. Nilai terletak pada kerja kerasnya, sedangkan simbol modernitas ialah
sistem organisasi, makin modern sistem semakin abstrak yang impersonal[6], berbeda
dengan manajemen perorangan atau keluarga. Begitu juga Indonesia sebagai bangsa
dan negara. Kebudayaan itulah yang memberi ciri khas keindonesiaan. Hasil
perkembangan kebudayaan dengan legitimasi[7] hokum adat yang tercermin dalam
Pancasila.
Demokrasi Kebudayaan dalam Pancasila dapat dimengerti dari sila "Persatuan
Indonesia" yang berarti sebuah (1) pluralisme, dan (2) teosentrisme dari semangat sila
yang pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa". Demokrasi Kebudayaan itu harus mampu
memberikan masa depan yang lebih baik. Karena Pancasila mencerminkan
kebudayaan kita, bangsa Indonesia.
Bab V
A. Jaminan Undang-undang dasar
Bab IX
Kekuasaan dan kehakiman
Pasal 24
11
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakan hokum keadilan.***)
(2) Kekuasaan ehakiman diakui oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yag
berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usah, dan oleh
sebuah mahkamah konstitusi.***)
bab XII
undnag-undang Pendidikan dan kebudayaan
Pasal 32
(1) Negara menjamin kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradababan dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.***)
(3) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.***)
B. Penutup
Kesimpulan
Kita telah melihat dan membaca bahwa Pancasila memang berakar dari
budaya bangsa Indonesia. Karena dari segi Pancasila terkandung kebudayaan yang
menekankan persatuan serta sebaliknya. Tidak lupa dari segi pengertian, Pancasila
merupakan lima buah asas atau prinsip yang harus dijunjung tinggi kita sebagai
bangsa Indonesia. Sedangkan kebudayaan merupakan sarana hasil karya, rasa, dan
12
cipta masyarakat. Sehingga Pancasila tercipta berdasarkan kebudayaan yang dijiwai
oleh legitimasi hukum adat.
Kaitan di antara keduanya begitu erat sehingga timbal balik antara Pancasila
dan Kebudayaan dapat terjadi dengan signifikan karena keduanya saling
berhubungan. Pancasila berakar dari kebudayaan dikarenakan di dalam pancasila
terkandung nilai kebudayaan. Meskipun hukum adat hanya dipandang sebagai hukum
non formal tetapi dapat kita lihat eksistensinya dalam bentuk pancasila. Bagaimana
bisa demikian? Karena unsur persatuan dapat kita lihat di dalam pancasila, sedangkan
kita sebagai negara yang memiliki beragam macam kebudayaan, memang
sepantasnya memiliki asas persatuan yang terkandung di dalam Pancasila. Sehingga
kita sebagai insan berbudaya, harus juga berdasarkan kepada Pancasila yang adalah
ideologi bangsa kita.
C. Saran
Demikian sdikit bahasan kami dalam makalah yang kami beri judul hokum
adat sebagai produk dari kbudayaan . tentulah masih sangat banyak kekurangan
disana-sini maka kami pun berharap bimbingan anda semua sebagai fasilitator yang
adalah dosen kami, untuk makalah yang lebih baik lagi, saran dari kami kepada
dosen-dosen untuk lbih mensinergikan kegiatan studi kita semua di universitas ini
demi mencapai kualitas yang terbaik, kami ucapkan terima kasih atas perhatianya dan
mohon dimaklumi atas segala kekurangan dan kesalahanya.
Daftar pustaka
Ni’matul huda, “ilmu negara”, universitas Indonesia fakultas hokum, Yogyakarta 2008.
Kaelan, 2008 “pendidikan pancasila”, paradigm Yogyakarta.
Soerjono wignjodipoero, 1995 “pengantar dan asas-asas hukum adat”, PT took gunung agung
Jakarta.
Soerjono soekanto, 1980 “pokok-pokok soaiologi hokum” cv rajawali Jakarta.
13
14
PANCASILA
Di Susun Oleh :
1. Farid Hikmatullah
2. Sugiarto
3. Rahmat Maulana
4. Suroto
5. Muhammad Salim
Kelas : 3 C (Sore)
Dosen pembimbing : MT. Marbun, SH, MH
1
Jakarta 2013
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(i)
Bab I
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(ii)
a. Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
b. Perumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
c. Sistematika penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
5
d. Metodologi penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
Bab II
a. Pengertian hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
6
b. Azas-azas hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
c. Wujud hukum addat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7
d. Contoh wujud hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7
Bab III
a. Timbulnya hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8
b. Sejarah terbentuknya pancasila . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9
Bab IV
a. Dua unsur hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
10
b. Keperibadian hukum adat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
10
2
c. Korelasi pancasila dan kebudayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
11
Bab V
Penutup
a. Undang-undang dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12
b. Simpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13
c. saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13
Daftar pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
14
Bab I
3
Pendahuluan
A. Latar belakang
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat, yang menurut Selo Sumardjian adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan, yang menduduki sebuah Negara dan biasanya menunjukan beberapa
ciri khas yang membedakan dari bangsa lain.
Dalam hal ini yang di maksud adalah rakyat yaitu sekumpulan manusia dari dua jenis
klamin yang hidup bersama sehingga merupakan masyarakat, dari sini sudahlah sangat jelas
korelasi yang terbebetuk dari ketiga asfek tersebut dan bisa di identifikasi oleh bentuk hasilnya
dari kebudayaan yang timbul dalam kehidupan berbangsa dalam masyarakat tertentu di sebuah
Negara. Kebudayaan sifatnya bermacam-macam, akan tetapi oleh karena semuanya adalah buah
adab (keluhuran budi), maka semua kebudayaan selalu bersifat tertib, indah berfaedah, luhur,
memberi rasa damai, senang, bahagia, dan sebagainya. Sifat kebudayaan menjadi tanda dan
ukuran tentang rendah-tingginya keadaban dari masing-masing bangsa,
Dari sini bahwa kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat itu abstrak dan
wujudnya dapat terlihat dari hasil cipta karsa rasa yang berbentuk menjadi seni, karya, norma
adat istiadat dalam konteks ini hokum adat dan dikatakan bahwa hukum itu merupakan
pencerminan dan konkritisai dari nila-nilai social kebudayaan yang tumbuh di masyarakat
bangsa.
Adapun bebrapa hasil produk kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat di antaranya
adalah hukum adat
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah sebagai berikit :
4
1. Apa itu hukum adat
2. Sejak kapan hukum adat timbul atau ada
3. Bagaimana legitimasi hukum adat di indonesia
C. Sistematika penulisan
Seluruh pembahasan dalam makalah ini di bagi ke dalam 5(lima) bab. Bab pertama
adalah pendahuluan yang berisi latar belakang dan merupakan dasar pemikiran, perumusan
masalah sebagai pemmbatas bahasan agar menjadi lebih terarah dan fokus, kemudian sistematis
pembahasan sebagai penjelas beberapa materi bahasan dari makalah ini.Bab kedua merupakan
bahasan dari perumusan masalah bagian pertama dan bab ke tiga ,ke empat merupakan bahasan
selanjutnya dari beberapa bahasan yang telah di rumuskan.
D. metodelogi penulisan
Penyesuaian dengan judul yang akan di bahas dan materi bahan yang tersedia spesifikasi
yang kami lakukan tadak begitu mendetil ,karena dari segi metode yang kami pakai yaitu kajian
pustaka atau ( library research ).
Bab II
A. Pengertian hukum adat
5
Menurut Soepomo, Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena ia menjelmakan
perasaan hukum yang nyata dari rakyat. Dalam berbagai seminar, maka berkembang kemudian
hukum yang hidup dalam masyarakat (living law) yang lazim dipergunakan untuk, menunjukkan
berbagai macam hukum yang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya di dalam masyarakat,
yang menurut Satjipto Raharjo, akan tetap ada sebagai kelengkapan dari Hukum Nasional.
Penyebutan Hukum Adat untuk hukum yang tidak tertulis tidak mengurangi peranannya dalam
memberikan penyaluran dari kebiasaan, kepentingan-kepentingan yang tidak terucapkan dalam
hukum tertulis[1]
B. Azas azas Hukum Adat
Hukum adat yang tumbuh dari cita-cita dan alam pikiran masyarakat Indonesia, yang
bersifat majemuk, namun ternyata dapat dilacak azas-azasnya, yaitu:
Azas Gotong royong;
Azas fungsi sosial hak miliknya;
Azas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum;
Azas perwakilan dan musyawaratan dalam sistem pemerintahan
Secara mudah kita bisa menyebut bahwa yang dijadikan perbincangan kita adalah
“Masyarakat Adat”. Konteksnya juga mudah disebut, yaitu dalam ruang keindonesiaan. Dengan
sedikit tafsir, maka bisa dimaknai adanya kaitan erat antara masyarakat adat dengan , hukum, dan
segala aspek yang serba indonesia sebagai sebuah negara yang berpemerintahan. Tetapi perlu
diketahui, bahwa seringkali kita juga menyebut istilah Masyarakat Hukum Adat, Komunitas
Adat, Masyarakat Tradisional, Indigineous People’s yang maksud dan artinya disamakan dengan
masyarakat adat. Bahkan dalam satu waktu yang sama kita menggunakan semua istilah-istilah
tersebut secara bergantian tanpa memaksudkan adanya perbedaan arti.
C. Wujud hukum adat
Di dalam masyarakat hokum adat Nampak dalam tiga wujud, yaitu sebagai:
6
a. Hukum yang tidak tertulis (“Jus non scriptum”) merupakan bagian terbesar.
b. Hukum yang tertulis (“jus sciptum”) hanya sebagian kecil saja, misalnya
peraturan-peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh raja-aja/sultan-sultan
dahulu seperti pranatan-pranatan di jawa, peswara-titiswara di bali dan Surakarta di
aceh
c. Uraian-uraian hokum secra tertulis , lazimnya uraian-uraian ini adalah
merupakan suatu hasil penelitian (research) yang dibukukan seperti antara lain buku
hasil penelitian Prof . supomo yang diberi judul “ hokum pradata adat jawa barat” dan
buku hasil penelitian Prof. djojodigoeno/Tirtawinata yang diberi judul “hukum
pradata adt jawa tengah”
D. Contoh prakti-praktik hukum adat
Hukum adat waris daerah tapanuli menentukan bahwa seorang janda bukanlah
merupakan ahli waris bagi suaminya, oleh karena janda di anggap sebagai orang luar (keliarga
suaminya). Garis hukum semacam itu merupakan pencerminan dari nilai-nilai kebudayaan dari
suatu masyarakat . kemudian hukum adat perkawinan di kalangan orang-orang kapauku di reran
barat melaang seorang laki-laki untuk mengawini seorang wanita dari clan yang sama , yang
statusnya termasuk satu generasi dengan laki-laki yang bersangkutan peraturan semacam itu juga
merupakan cerminan dari nilai-nilai kebudayaan yang menjadi hukum adat.
Bab III
A. Timbulnya hukum adat
Adat ialah tingkah laku yang oleh dan dalam sesuatu masyarakat (sudah,sedang akan)
diadatkan. Dan adat tiu ada yang tebal , ada yang tipis dan senantiasa menebal dan menipis .
aturan-aturan tingkah laku manusia dalam masyarakat sebagaimana dimaksud tadi adalah aturan7
aturan adat. Akan tetapi dari aturan-aturan tingkah laku itu ada pula yang merupakan aturan
hokum, manakah yang “adat” dan manakah yang “hukum”?
Para warga masyarakat dalam hidupnya bersama sehari-hari memang nyata
melaksanakan aturan-aturan tingkah laku itu, dari kenyataan ini sendiri belum nampak mana
yang “adat” dan an yang “hukum” tetapi juga bahwa di dalam masyarakat inni ada susunan
badan-badan atau orang-orang tertentu yang justru mempunyai tugas untuk menentukan,
melaksanakan mempertahankan memperlakukan aturan-aturan tingkah laku tetentu dengan cara
tertentu, disertai akibat-akibat tertentu pula. Badan-badan yang mempunnbyai tugas demikian itu
lazim disebut “yang berwajib” mereka itu tugasnya menetapkan dan mempunyai wewenang.
“menetapkan” di sini dipakai dalm arti luas, yaitu mengadakan sendiri maupun
mengakui, di dalam maupu di luar sengketa. Dan mengikat sehingga selanjutnya dapat menjadi
pedoman hokum bagi masyarakat.
Ini tidak berarti bahwa ebelum penetapan aturan itu belum bersifat aturan hokum. Tetapi
baru saat penetapanlah aturan tingkah laku adat itu tegas berwujud hokum yang positif, disebut
“Existential moment” ( saat adanya/lahirnya ) hukum itu. Dengan kata yang bersahaja dapat
disimpulkan : oleh yang berwajib dengan ketetapanya , apa yang adat dihukumkan, yang
dikatakkan di atas tidak berarti pula dalam hal menghukumkan itu tingkah lakunya harus terlebih
dahulu menjadi adat, kemudian dihukumkan.
Dan istilah hokum adat baru dipergunakn secara resmi dalam peraturan perundangundangan tahun 1929.
Istilah hukum adat ini sendiri diketengahkan oleh prof. Dr. Christian Snouck Hurgronje
dalam bukunya yang sangat berharga dlam perkembangan hukum adat, yang berjudul “De
Atjehers” (orang-orang aceh) dua jilid yang diterbitkan tahun 1893-2894.
Kemudian isitilah hukum adat ini dipaki juga oleh prof. Mr Cornelis Van Vollenhoven
dlam buku-buku karanganya, dan akhirnya pada tahun 1929 pemerintah colonial belanda mulai
memakai istilah hukum adat (adatrecht) dengan resmi dalam peraturan perundang-un dangan
istilah hokum adat sendiri ternyata di ambil dari bahasa arab yaitu al addah atau addatun yang
8
artinya sesuatu yang sering dilakukan terus-menerus, namun ketika dikaitkan dengan hokum juga
senada dengan salah satu qowa’id alfiqh yang berbunyai al addatu muhhakamah selama tidak
mengundang kearah kemaksiatan (sesuatu yang negative
B. Sejarah terbentuknya pancasila sebagai ideologi bangsa
Sebagai suatu ideology bangsa dan Negara Indonesia maka pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana ideoloo-ideologi lain di dunia, namun pancasila diangkat dari nilai-nilai hokum
adat istiadat nilai-nilai kebudayaan serta nila-nilai religious yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia bahkan pada waktu sebelum terbentuknya Negara, dengan kata lain
unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup
kebudayaan masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal
bahan) pancasila.
Unsuer-unsur tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri Negara,
sehngga pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara dan ideology bangsa dan Negara
Indonesia. Dengan demikian pancasila sebagai ideology bangsa dan Negara Indonesia berakar
pada pandangan hidup budaya bangsa, dan bukanya mengngkat atau mengambil ideology dari
bangsa lain. Selain itu pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari
seseorang saja, ynag hanya memperjuangkan satu kelompok atau golongn tertentu, melainkan
pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga pancasila pada hakikatnya
untuk seeluruh lapisan serta unsur-insur bangsa secara komperhensif. Oleh karena cirri khas
pancasila itu maka pancasila tiu memiliki kesesuaian dengan adt kebudayaan bangsa Indonesia.
Bab IV
A. Dua unsur hukum adat
Hukum adat memiliki dua unsur yaitu:
1. Unsur kenyataan : bahwa adat tiu dalam keadaan yang senantiasa selalu
diindahkan oleh rakyat.
9
2. Unsur psikologis, bahwa tedapat adanya keyakinan pada rakyat, bahwa adat
mempunyai nilai hukum.
Unsur inilah yang menimbulkan adanya kewajian hukum (opinion yuris
necessitates)
B. Bagaimana Kepribadian hukum adat ?
Hukum seperti halnya hukum dimana pun di dunia mengikuti jiwa dari bangsa
masyarakat, karena hukum itu senantiasa tumbuh dari sesuatu kebutuhan hidup yang
nyata, cara hidup atau pandangan hidup bangsa/masyarakatnya, yang keseluruhanya
merupakan kebudayaan masyarakat tempat hukum adat itu belaku.
Hukum merupakan salah satu penjelmaan dari kepribadian jiwa dan struktur
bangsanya/masyarakatnya.
F.C Von Savigny pandasar dari “Historiesche Rechtsschule” melihat hokum
itu sebagai hasil perkembangan historis dari asyarakat tempat hukum itu berlaku, isi
hokum ditetukan oleh peerkembangan adat-istiadat rakyat di sepanjang sejarah,
Bangsa Indonesia berkepribadian pancasila, sehingga hukum adat pun
berkepribadian pancasila pula, demikian pula hukum yang dimaksud dalam undangundang pokok kekuasaan kehakiman berkepribadian sama dengan hukum adat.
C. Pancasila berakar dari kebudayaan
Kita telah mengetahui bahwa kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang
berdasarkan pancasila. Itu berarti Pancasila berkaitan erat dengan kebudayaan
Indonesia dan kemudian hokum adat adalah salah satu realisasnya, Kebudayaan juga
dapat diartikan sebagai nilai atau simbol. Kita gambarkan sebagai sebagai suatu
perusahaan. Dalam sebuah perusahaan yang sibuk, kegiatan yang nampaknya bersifat
praktis dan sehari-hari saja, misalnya, ada aspek kebudayaannya, ada nilai dan
10
simbolnya. Nilai terletak pada kerja kerasnya, sedangkan simbol modernitas ialah
sistem organisasi, makin modern sistem semakin abstrak yang impersonal[6], berbeda
dengan manajemen perorangan atau keluarga. Begitu juga Indonesia sebagai bangsa
dan negara. Kebudayaan itulah yang memberi ciri khas keindonesiaan. Hasil
perkembangan kebudayaan dengan legitimasi[7] hokum adat yang tercermin dalam
Pancasila.
Demokrasi Kebudayaan dalam Pancasila dapat dimengerti dari sila "Persatuan
Indonesia" yang berarti sebuah (1) pluralisme, dan (2) teosentrisme dari semangat sila
yang pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa". Demokrasi Kebudayaan itu harus mampu
memberikan masa depan yang lebih baik. Karena Pancasila mencerminkan
kebudayaan kita, bangsa Indonesia.
Bab V
A. Jaminan Undang-undang dasar
Bab IX
Kekuasaan dan kehakiman
Pasal 24
11
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakan hokum keadilan.***)
(2) Kekuasaan ehakiman diakui oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan yag
berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usah, dan oleh
sebuah mahkamah konstitusi.***)
bab XII
undnag-undang Pendidikan dan kebudayaan
Pasal 32
(1) Negara menjamin kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradababan dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.***)
(3) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.***)
B. Penutup
Kesimpulan
Kita telah melihat dan membaca bahwa Pancasila memang berakar dari
budaya bangsa Indonesia. Karena dari segi Pancasila terkandung kebudayaan yang
menekankan persatuan serta sebaliknya. Tidak lupa dari segi pengertian, Pancasila
merupakan lima buah asas atau prinsip yang harus dijunjung tinggi kita sebagai
bangsa Indonesia. Sedangkan kebudayaan merupakan sarana hasil karya, rasa, dan
12
cipta masyarakat. Sehingga Pancasila tercipta berdasarkan kebudayaan yang dijiwai
oleh legitimasi hukum adat.
Kaitan di antara keduanya begitu erat sehingga timbal balik antara Pancasila
dan Kebudayaan dapat terjadi dengan signifikan karena keduanya saling
berhubungan. Pancasila berakar dari kebudayaan dikarenakan di dalam pancasila
terkandung nilai kebudayaan. Meskipun hukum adat hanya dipandang sebagai hukum
non formal tetapi dapat kita lihat eksistensinya dalam bentuk pancasila. Bagaimana
bisa demikian? Karena unsur persatuan dapat kita lihat di dalam pancasila, sedangkan
kita sebagai negara yang memiliki beragam macam kebudayaan, memang
sepantasnya memiliki asas persatuan yang terkandung di dalam Pancasila. Sehingga
kita sebagai insan berbudaya, harus juga berdasarkan kepada Pancasila yang adalah
ideologi bangsa kita.
C. Saran
Demikian sdikit bahasan kami dalam makalah yang kami beri judul hokum
adat sebagai produk dari kbudayaan . tentulah masih sangat banyak kekurangan
disana-sini maka kami pun berharap bimbingan anda semua sebagai fasilitator yang
adalah dosen kami, untuk makalah yang lebih baik lagi, saran dari kami kepada
dosen-dosen untuk lbih mensinergikan kegiatan studi kita semua di universitas ini
demi mencapai kualitas yang terbaik, kami ucapkan terima kasih atas perhatianya dan
mohon dimaklumi atas segala kekurangan dan kesalahanya.
Daftar pustaka
Ni’matul huda, “ilmu negara”, universitas Indonesia fakultas hokum, Yogyakarta 2008.
Kaelan, 2008 “pendidikan pancasila”, paradigm Yogyakarta.
Soerjono wignjodipoero, 1995 “pengantar dan asas-asas hukum adat”, PT took gunung agung
Jakarta.
Soerjono soekanto, 1980 “pokok-pokok soaiologi hokum” cv rajawali Jakarta.
13
14