Peluang dan Tantangan Industri Pelayaran
Peluang dan Tantangan Industri Pelayaran Indonesia dalam
Menghadapi ASEAN Economic Community
Oleh:
Rahma Amelia Widya Nurhakmi1
Kukuh Ugie Sembodo2
Universitas Jember
Abstrak
Proses integrasi ekonomi menjelang ASEAN Economic Community (AEC)
melibatkan liberalisasi perdagangan sektor jasa di bidang maritim.
Liberalisasi perdagangan yang menjadi landasan kerjasama, menghasilkan
kompetisi antar industri pelayaran negara-negara ASEAN. Peningkatan
jumlah konsumen pada jasa pelayaran domestik maupun intra-ASEAN,
merupakan stimulus untuk negara-negara ASEAN dalam meningkatkan daya
saing industri pelayarannya. Progres industri pelayaran negara-negara
ASEAN menunjukkan kesiapannya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang
meningkat tersebut. Indonesia sebagai negara maritim mempunyai peluang
untuk menjadi kompetitor yang kompeten dalam perdagangan intra-ASEAN.
Makalah ini akan membahas mengenai tantangan dan peluang Indonesia
untuk
meningkatkan
daya
saing
industri
pelayarannya.
Penulis
menggunakan konsep competitive liberalization dan konsep cost and benefit
dalam pembahasannya.
Kata Kunci: AEC, maritim, industri pelayaran, Indonesia.
Abstract
Economic integration process towards the ASEAN Economic Community
involving trade liberalization in the services sektor of the maritime field. Trade
liberalization which is the basis of cooperation , resulted a competition between
the shipping industry of ASEAN countries. An increase of consumers in the
1
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jember. Student ID:
120910101072
2
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jember. Student ID:
150910101007
domestic shipping services either or intra - ASEAN , became a stimulus for the
ASEAN countries in enhancing the competitiveness of their shipping industry.
Shipping industry’s progress of ASEAN countries showed readiness to fulfill the
increasing market demands. Indonesia as a maritime country has an oportunity
to be a competent competitor in intra - ASEAN trade . This paper will analyze
the challenges and opportunities of Indonesia to improve the competitiveness of
its shipping industry . The authors uses the concept of competitive liberalization
and the concept of cost and benefit to analyze.
Keywords: AEC, maritime,shipping industry, Indonesia.
A. Pendahuluan
Laut merupakan media yang sangat penting untuk kelancaran
perdagangan antar negara karena laut juga merupakan wilayah kedaulatan
suatu negara. Wilayah laut di Asia Tenggara mempunyai beberapa wilayah
yang sangat strategis untuk menjadi jalur perdagangan dunia, beberapa
diantaranya adalah Laut Natuna, Selat Malaka, dan Laut Cina Selatan. Selain
itu, wilayah laut di Asia Tenggara juga termasuk ke dalam jalur Sea Line of
Communications (SLOC), yang merupakan kunci jalur maritim yang
memfasilitasi lalu lintas pelayaran yang pada dan menyelenggarakan
transportasi sebagai kunci dari perdagangan maritim.(Khalid, 2012) ASEAN
Economic Community 2015 menggunakan liberalisasi perdagangan sebagai
landasan kerjasamanya. ASEAN Economic Community mempunyai
4
karakteristik, yaitu: (a) a single market and production base, (b) a highly
competitive economic region, (c) a region of equitable economic development,
and (d) a region fully integrated into the global economy.
Arus jasa yang bebas bergerak merupakan faktor utama dalam
pembangunan AEC (Luhulima, 2011). Kerjasama perdagangan baik intra
maupun ekstra ASEAN membutuhkan logistik yang mendukung kelancaran
arus perdagangan tersebut. ASEAN mempunyai cakupan wilayah laut, udara,
dan darat sebagai media untuk logistik komoditas perdagangan. ASEAN
Community telah melakukan harmonisasi regulasi mengenai logistik sebagai
faktor pendukung kelancaran perdagangan tersebut. Salah satu upaya ASEAN
dalam melakukan harmonisasi tersebut adalah melalui ASEAN Transport
Ministers Meeting yang dibentuk pada tahun 1996. Pembentukan forum ini
merupakan kesadaran ASEAN untuk melihat potensi arus jasa yang dibagi
dalam tiga cakupan, yaitu Air Transport, Land Transport, dan Maritime
Transport. Kondisi geografis ASEAN yang diapit diantara dua samudera dan
dua benua membuat wilayah maritim ASEAN mempunyai jalur transportasi
air yang sibuk. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. ASEAN Maritime Measurement Transport and Traffic
Measurement
transport
Domestic sea
passenger
traffic
Domestic sea
cargo
throughput
International
sea passenger
traffic
Units
or 2010
scale
Thousand
86,915
person
2011
2012
2013
2014
90,67
2
98,79
5
96,002
78,939
Thousand ton
676,556
724,3
12
756,6
72
718,655 698,769
Thousand
person
7,701
6,479
4,783
5,508
4,611
1,643,68
2
1,740, 1,820,
782
557
1,682,3
10
1,596,0
02
47,840
53,75
1
51,763
45,766
International
Thousand ton
sea
cargo
throughput
International
Thousand
sea container TEUs
throughput
56,59
1
Diolah dari :
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport/Water_
Transport_2014
Dari data yang disajikan, industri pelayaran mempunyai prospek yang
besar terhadap pasar dalam industri jasa dalam bidang perairan. Penumpang
transportasi air pada wilayah domestik ASEAN lebih besar daripada
penumpang internasional. Sementara pada volume penggunaan kargo
dengan rute internasional lebih besar daripada di wilayah domestik ASEAN.
Prospek pasar tersebut bisa dijangkau pada negara-negara ASEAN yang
mempunyai garis pantai sebagai pendukung infrastuktur perdagangan jasa
pada industri pelayaran.
Sebagai contoh konkrit dalam bidang maritime adalah dibentuknya
ASEAN Single Shipping Market pada tahun 2014. Pada implementasinya
hanya pada harmonisasi dang pengkajian ulang regulasi mengenai hambatan
yang terjadi pada industri pelayaran menuju integrasi masyarakat ekonomi
ASEAN 2015(MIMA, 2012). Dalam Roadmap Towards An Integrative and
Competitive Maritime Transport in ASEAN, harmonisasi yang dilakukan
bertujuan untuk membuat atmosfir pelayaran yang professional melalui
mekanisme dan fasilitas yang mendukung. Aturan-aturan yang harus
diratifikasi dan diterapkan bertujuan untuk meningkatkan daya saing
industri pelayaran negara-negara ASEAN. Kesenjangan pada kemampuan
perekonomian antar negara di ASEAN yang menimbulkan hasrat untuk
berkontestasi pada kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Oleh karena
itu, negara-negara anggota ASEAN memerlukan persiapan untuk melakukan
liberalisasi sektor jasa pada industri pelayaran domestik masing-masing.
Indonesia sebagai negara maritim, mempunyai peluang dan tantangan untuk
meningkatkan daya saing terhadap perkembangan industri pelayaran
negara-negara ASEAN yang lain.
B. Kerangka Pemikiran
1.
Konsep Competitive Liberalization, Jiro Okamoto
Konsep competition liberalization yang menganggap bahwa Free
Trade Agreement (FTA) akan menstimulasi liberalisasi salalu berisiko
menjadi competitive enclosure yang dapat membagi dunia ekonomi dalam
berbagai bagian. Konsep tersebut merupakan derivasi dari konsep Findlay
mengenai vested interests merupakan konsekuensi mutlak adanya FTA( C.
Findlay, 2002). Negara dengan daya saing yang tinggi akan selalu
berkompetisi dalam perdagangan bebas untuk mempertahankan posisinya
sebagai negara pengekspor utama.
Landasan yang digunakan oleh ASEAN dalam mewujudkan integrasi
ekonominya adalah melalui liberalisasi perdagangan. ASEAN Economic
Community merupakan salah satu bentuk nota kesepahaman yang
mengurangi
hambatan-hambatan
kerjasama
perdagangan
sehingga
kompetisi industri pelayaran antar negara ASEAN semakin ketat. Kompetisi
dalam rangka liberalisasi perdagangan tersebut melibatkan negara-negara
yang mempunyai industri dengan daya saing yang masih rendah.
Bagaimanapun, tidak ada jaminan bahwa jaringan yang rumit dari perjanjian
perdagangan bebas tentu mempromosikan transaksi ekonomi yang lancar
antar negara-negara yang terlibat, karena pada dasarnya perjanjian
perdagangan bebas itu diskriminatif (Jiro O,2004). Mengacu pada sajian data
pada tabel, prospek pasar dalam industri pelayaran terlihat potensial baik
dalam domestik ASEAN maupun luar ASEAN. Prospek tersebut juga akan
menjadi target yang strategis oleh negara-negara yang memiliki industri
pelayaran dengan daya saing yang tinggi. Industri pelayaran di ASEAN akan
menghadapi konstelasi persaingan yang ketat dalam integrasi ekonomi pada
ASEAN Economic Community 2015.
2.
Konsep Cost and Benefit, Thomas Oatley
Dalam kajian ekonomi politik internasional, negara dituntut membuat
kebijakan-kebijakan yang sinergis antara kebijakan luar negeri dan kebijakan
publik. Konstelasi ekonomi politik internasional akan memengaruhi
kebijakan ekonomi domestik. Konsep tersebut mengemukakan bahwa setiap
pemerintah harus membuat pilihan-pilihan mengenai bagaimana ekonomi
dalam negeri saling berhubungan dengan ekonomi global.(Oatley, 2004)
rasionalitas dalam pemilihan kebijakan yang tepat menggunakan metodologi
yang digunakan untuk membandingkan biaya dan manfaat dari kebijakan
pemerintah atau dari tindakan perspektif dari masyarakat secara
keseluruhan. Analisis menggunakan teknik ini memahami bahwa para
pembuat keputusan mungkin memilih untuk mengabaikan hasil, tapi sebuah
keuntungan memungkinkan pembuat keputusan untuk menimbang lebih
jelas tentang biaya peluang(Brilian Nurani, 2012).
Namun, terdapat pesimistis terhadap daya saing industri pelayaran
Indonesia pada ASEAN Economic Community. Tantangan tersebut merupakan
faktor-faktor yang menjadi pertimbangan untuk pemerintah membuat
kebijakan. Kebijakan tersebut akan memerlukan lebih banyak anggaran
sebagai biaya untuk meningkatkan daya saing.
C. Metode Penelitian
Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah memerlukan serangkaian
proses agar konten dari penulisan bersifat empiris. Menurut Yanuar Ikbar,
metodologi adalah sistem panduan untuk memecahkan persoalan, dengan
komponen spesifiknya adalah bentuk, tugas, metode teknik dan alat.
Sedangkan metode berada di dalam metodologi, atau dengan kata lain,
metode berkenaan dengan teknis saja dari keseluruhan yang dibahas dalam
metodologi (Yanuar Ikbar, 2014). Adapun metode yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif. Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek
dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki
(Convello Cevilla dkk, 1993). Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif
ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan yang
ada(Mardalis, 1999). Oleh karena itu, metode penelitian ini memerlukan
metode pengumpulan data dan metode analisa data. Pengumpulan data
dilakukan dengan pendekatan data sekunder. Upaya untuk mendeskripsikan
dan menginterpretasikan sesuatu adalah salah satu bentuk metode analisa
yang digunakan.
D. Pembahasan
1.
Progres industri pelayaran di negara-negara ASEAN
Dalam menghadapi ASEAN Economic Community, terdapat perbedaan
perkembangan pada setiap negara di ASEAN dalam bidang pelayaran. Daya
saing industri pelayaran tersebut dapat ditinjau dari perkembangan lalu
lintas pelayaran pada masing-masing negara ASEAN sebagai berikut.
Tabel 2. Lalu Lintas Pelayaran Kamboja
Indicator
Number of 2010
scale
2011
2012
2013
International sea Thousand
passenger traffic
person
48
16
41
International sea
cargo throughput
International sea
container
throughput
2,217
2,439
2,659
(belum
dilaporkan oleh
pemerintah
Kamboja)
3,012
223
238
255
286
Thousand
ton
Thousands
TEUs
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa volume pelayaran baik
pelayaran penumpang maupun peti kemas yang masih sangat minim. Dalam
hal pelayaran penumpang internasional pun dapat dilihat adanya fluktuasi
jumlah penumpang. Panjang garis pantai Kamboja adalah 443, dan saat ini
menduduki peringkat ke 100 dalam hal garis pantai (DB City, 2015).
Meskipun memiliki kondisi geografis yang kurang mendukung, pemerintah
Kamboja membangun dua pelabuhan di provinsi Kandal, Kamboja
(Kunmakara 2015). Kebijakan tersebut dilakukan untuk menambah volume
kontainer yang akan singgah di Kamboja. Menurut data Otonomi Pelabuhan
Kamboja, julmlah kapal kargo yang mendarat di Kamboja trus meningkat
mencapai rata-rata 10%. Peningkatan volume komoditas ekspor berupa hasil
pertanian, terutama beras, menjadikan jasa industri pelayaran di Kamboja
sebagai peran yang strategis (Renzenbrink 2013).
Tabel 3. Lalu Lintas Pelayaran Malaysia
Indicator
Number of 2010
scale
2011
2012
2013
2014
International sea
passenger traffic
International sea
cargo throughput
International sea
container
throughput
Thousand
person
Thousand
ton
Thousands
TEUs
4,348
3,050
2,137
2,547
2,641
168,9
99
6,464
187,9
97
6,720
187,2
37
6,956
189,8
68
7,108
200,8
96
7,205
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Pada penggunaan jasa container dan kargo rute internasional
mengalami peningkatan yang cukup stabil. Namun pada prospek pasar di
sektor kapal penumpang menunjukkan penurunan pada permintaan pasar.
Malaysia sebagai Negara dengan panjang garis pantai 4675km (DB City,
2015). Dalam lima tahun terakhir, Malaysia mengalami penurunan jumlah
penumpang. Sedangkan sektor petikemas Malaysia menunjukan peningkatan
yang stabil. Institusi kemaritiman Malaysia memperkirakan sekitar 95% dari
keseluruhan perdagangan internasional Malaysia akan dilakukan lewat laut..
Hal tersebut kemudian membuat pemerintah Malaysia memutuskan sektor
pelayaran sebagai salah satu dari tiga industri yang masuk pada masterplan
2005-2020 (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015). Di Malaysia terdapat
lebih dari 100 perusahaan pelayaran domestik. Salah satu dari ratusan
perusahaan tersebut adalah Malaysian International Shipping Corporation
(MISC) yang dimiliki dan dikelola
oleh pemerintah Malaysia. Namun
demikian, MISC masih bergantung pada jalur pelayaran asing.
Tabel 4. Lalu Lintas Pelayaran Myanmar
Indicator
Number
of scale
2010
2011
2012
2013
2014
International
sea
passenger
traffic
International
sea
cargo
throughput
International
sea
container
throughput
Thousand
person
1.14
6.97
6.31
6.73
18.47
Thousand
ton
19,798 21,541
Thousands 303
TEUs
347
24,584 24,921 27,276
408
478
617
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Arus jasa penumpang kelas internasional mengalami peningkatan
yang signisikan, terutama pada tahun 2014. Selain itu, peningkatan yang
stabil pada sektor penumpang dan kapal kargo internasional. Hal tersebut
tentu merupakan hasil upaya pemerintah Myanmar dalam menyiapkan
industri pelayarannya menghadapi komunitas ASEAN. Selama ini pengiriman
internasional Myanmar didominasi oleh armada kapal asing (Jose Tongzhon
dan Sang-Yoon Lee, 2015). Kapal domestik hanya memberikan sumbangsih
sebanyak 10-15% dari keseluruhan pelayaran internasional yang dikelola
oleh tiga perusahaan pelayaran. Pemilik kapal yang dominan adalah
perusahaan pelayaran semi pemerintah yang saat ini memiliki 22 kapal.
Tabel 5. Lalu Lintas Pelayaran Filipina
Indicator
Number
2010
2011
2012
2013
2014
37
58
54
42
43
96,599
103,6
118,3
124,0
133,2
57
25
98
92
2,970
3,146
3,181
3,290
of scale
International
sea Thousand
passenger traffic
International
person
sea Thousand
cargo throughput
International
container
ton
sea Thousands N/Col
TEUs
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Filipina merupakan salah satu Negara kepulauan di ASEAN yang
merupakan peluang bagi Filipina untuk dapat mengembangkan sektor
maritim dalam menghadapi ASEAN Community. Lima tahun terakhir, jasa
petikemas internasional Filipina terus mengalami peningkatan. Namun,
dalam pelayaran penumpang Filipina masih terkesan belum siap, melihat
data yang fluktuatif. Industri pelayaran nasional hanya dikonsentrasikan
pada lima perusahaan pelayaran Filipina (e.g., Eastern Shipping Lines Inc.
,Loadstar Shipping Co. Inc., Montenegro Shipping Lines Inc., PNOC
Shippingand Transport Corporation), secara umum perusahaan pelayaran
tersebut mengangkut batu bara. Meski demikian, pemarintah mendukung
perusahaan pelayaran Filipina agar dapar bergabung dalam jalur pelayaran
internasional melaluai program penyewaan kapal kosong, investasi secara
insentif, dan pembebasan pajak. Pemerintah Filipina menerapkan kebijakan
fiscal yang ketat terhadap perusahaan pelayaran asing (Jose Tongzhon dan
Sang-Yoon Lee, 2015). Selain itu, Filipina memiliki sumber daya manusia
yang sangat kompeten dan mempunyai sertifikasi internasional sehinga
Filipina menjadi pemasok tenaga ahli di bidang maritime terbesar di dunia.
Lebih dari 300,000 tenaga kerja Filipina bekerja di seluruh dunia, yang telah
menyumbangkan remitansi sebesar 2 juta dollar setiap tahunnya (Jose
Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015).
Tabel 6. Lalu Lintas Pelayaran Singapura
Indicator
Number
2010
2011
2012
2013
2014
503,3
531,1
538,02
560,8
581,26
42
76
1
88
8
29,93
31,649
32,57
33,896
of scale
International
sea Thousand
cargo throughput
International
container
ton
sea Thousands 28,43
TEUs
1
8
9
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Kondisi geografis Singapura yang sangat strategis merupakan faktor
utama sebagai pendukung daya saing industri pelayaran Singapura.
Singapura merupakan kompetitor utama dalam perdangan jasa pelayaran di
ASEAN, dengan volume arus kargo terbesar apabila dibandingkan dengan
volume arus kargo di negara-negara ASEAN yang lain. Pada sektor lain, jasa
kontainer Singapura menunjukkan adanya permintaan pasar yang terus
meningkat pada lima tahun terakhir. Sebagai sebuah Negara yang dengan
luas wilayah yang terkecil di ASEAN, Singapura telah menerapkan orientasi
terhadap industry perdagangan dan juga mempromosikan dirinya sebagai
Negara
yang
melayani
jasa
pelayaran
di
regional
Asia
dengan
mengedepankan lokasinya yang strategis (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee,
2015). Sumbangan perekonomian di bidang maritime rata-rata mencapai 7%
setiap tahunnya, hal ini yang menjadikan sektor maritime merupakan pilar
perekonomian yang penting. Salah satu kebijakan pemerintah yang berperan
pentinga adalah pemeberian insentif fiscal
sesuai dengan kebijakan
pelayaran internasional dan memeberi subsidi untuk memperkuat industri
pelayaran nasional.
Tabel 7. Lalu Lintas Pelayaran Thailand
Indicator
Number of 2010
2011
2012
2013
2014
486
552
612
705
scale
International
sea Thousand
passenger traffic
International
International
container
person
sea Thousand
cargo throughput
348
131,529 130,31
ton
sea Thousands
5,932
157,17 178,362 170,435
6
4
6,499
7,091
7,056
TEUs
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Terdapat perkembangan yang pesat dari data yang ditunjukkan oleh
industri pelayaran di Thailand. Baik dari segi penumpang, hingga jasa kargo
dan kontainer. Jasa pelayaran merupakan peran yang strategis dalam
perekonomian Thailand. Pada tahun 2014, terdapat 89% dari total volume
perdagangan internasional Thailand menggunakan jasa di bidang maritime
(Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015). Sumber daya manusia di bidang
maritim masih belum memenuhi tuntutan pemerintah yang mulai
konsentrasi ke bidang maritim. Oleh karena itu, pemerintah Thailand
membuat kebijakan untuk menetapkan pajak penghasilan juga pada tenaga
kerja asing mencapai 30% (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015). Untuk
sektor
bisnis,
pemerintah
Thailand
membuat
kebijakan
dengan
mengalokasikan anggaran subsidi untuk pembelian kapal baru kepada para
pengusaha kapal Thailand (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015).
7,422
Tabel 8. Lalu Lintas Pelayaran Vietnam
Indicator
Number
2010
2011
2012
of scale
International
sea Thousand
cargo throughput
International
154,154 154,876 (belum
ton
tercatat)
sea Thousands 5,363
container
5,823
6,519
TEUs
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Industri pelayaran Vietnam didominasi oleh Vietnam National
Shipping Lines (VINALINES), yang merupakan industri milik negara. Industri
tersebut tidak hanya melayani jasa pelayaran, juga termasuk manajemen dan
operasional
pelabuhan,
serta
keuangannya.
Meskipun
VINALINES
merupakan industri yang dominan di Vietnam yang dikelola oleh pemerintah,
80% saham perusahaan ialah milik asing. Perusahaan tersebut memiliki 14
perusahaan kapal pelayaran, 17 pelabuhan, serta 46 perusahaan jasa layanan
maritim yang berafiliasi dengan investor asing (Jose Tongzhon dan SangYoon Lee, 2015).
Pada perkembangannya, masing-masing negara mempunyai modal
dan
upaya untuk meningkatkan daya saing untuk menghadapi ASEAN.
Integrasi ekonomi dalam ASEAN Economic Community membutuhkan peran
negara untuk melakukan regulasi-regulasi yang memudahkan perdagangan
jasa industri pelayaran, tidak terkecuali untuk mengurangi hambatan, tariff,
atau regulasi pelabuhan yang dapat merugikan. Adanya peningkatan dalam
lalu lintas pelayaran beberapa negara menunjukkan bahwa pemerintah
negara setempat sedang berusaha untuk menaikkan daya kompetisi industri
pelayarannya, baik perusahaan milik negara maupun swasta. Liberalisasi
perdagangan pada sektor jasa tersebut yang menimbulkan kekhawatiran
akan pasar yang akan dikuasai oleh satu kompetitor yang kompeten. Prospek
pasar yang besar membuat negara-negara ASEAN memacu daya saing
industri pelayarannya menjadi kompetitor yang kompeten.
2.
Cost and Benefit Indonesia Menghadapi Tantangan di Era ASEAN
Economic Community
Logistik merupakan salah satu faktor kunci dalam perdagangan
internasional. Industri pelayaran suatu negara juga merupakan aspek yang
penting dalam logistik. Pada era perdagangan bebas, pasar membutuhkan
proses logistic yang semakin cepat dan efisien. Berdasarkan Logistics
Perfomance Index (LPI), Indonesia memiliki nilai skor sebanyak 2,76 pada
tahun 2010, kemudian nilai skor 2,94 pada tahun 2012, dan meningkat lagi
menjadi 3,08 pada tahun 2014. Namun, pada pengangkutan kapal
internasional, Indonesia berada pada ranking 74 dengan nilai skor
2,87(Worldbank 2014).
Berdasarkan komparasi pada LPI, Singapura dan Malaysia mempunyai
daya saing yang tinggi karena menempati posisi ranking teratas sedunia
menurut Logistics Perfomance Index. Singapura menempati posisi ke-2,
Malaysia ke-10, Thailand ke-39, Vietnam ke-42, Filipina ke-35, Kamboja ke78, dan Laos ke-120. Indonesia menempati urutan ke-7 diantara 8 negaranegara ASEAN yang mempunyai industri pelayaran.
Data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat tantangan yang akan dihadapi Indonesia
dalam perdagangan jasa pelayaran di ASEAN. Namun, Indonesia masih
mempunyai peluang yang menjadi benefit yang didefinisikan oleh Oatley
sebagai salah satu target yang akan dicapai ketika pemerintah sudah
mengeluarkan biaya berupa kebijakan-kebijakan baru. Indonesia memiliki
modal jika ditinjau dari segi demografis dan geografis. Populasi penduduk
Indonesia yang mencapai kurang lebih 17 juta orang merupakan salah satu
prospek pasar bagi industri pelayaran dalam wilayah domestik.
Tabel 9. Lalu Lintas Pelayaran Indonesia
Indicator
Number
2010
2011
2012
2013
2014
5,097
5,658
6,746
6618
6907
1,723
1,797
1,933
1,757
1,909
International sea Thousand
567,20
580,87
597,66
609,08
653,27
cargo throughput ton
8
8
5
8
0
Domestic
308,99
320,26
355,02
387,54
408,60
0
8
3
6
6
525
602
710
785
of scale
Domestic
sea Thousand
passenger traffic
person
International sea Thousand
passenger traffic
person
cargo Thousand
sea throughput
ton
International sea Thousands 465
container
TEUs
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Jumlah penumpang domestic mengalami kenaikan yang stabil selama
5 tahun terakhir, hal ini menunjukkan adanya permintaan pasar yang
semakin besar pada jasa industry pelayaran. Sedangkan jumlah penumpang
kelas internasional mengalami sedikit fluktuasi. Hanya ada 12 perusahaan
pelayaran yang beroperasi pada tingkat Asia, angka yang sangat sedikit
mengingat Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar kedua di dunia
(Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015).
Dari segi geografis, Indonesia mempunyai modal untuk membangun
infrastruktur pendudukung jasa pelayaran baik rute domestik maupun rute
internasional. Hal tersebut dapat dilihat dari data lalu lintas kapal kargo
domestic dan internasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Industri pelayaran merupakan hal yang sangat penting bagi Indonesia
sebagai Negara kepulauan, namun selama ini hanya 9% dari keseluruhan
kargo yang dibawa oleh jalur pelayaran Indonesia. Berdasarkan The Global
Competitiveness Report tahun 2014/2015, peringkat infrastruktur dan
konekstivitas Indonesia menempati peringkat 56. Sedangkan Negara lain
seperti Singapura menempati peringkat ke-2, Malaysia ke-25, Thailand ke-48,
Brunei Darussalam ke-58, Myanmar ke- 116, dan Kamboja ke-107.
Diperlukan peran pemerintah untuk membuat beberapa kebijakan
sebagai biaya untuk mendukung peluang dan daya kompetisi yang dimiliki
oleh industri pelayaran Indonesia. Dari segi infrastruktur, menurut World
Economic Forum (WEF) 2014, kualitas pelabuhan Indonesia menempati
urutan ke-6 dari 9 negara ASEAN. Arus impor dan ekspor internasional
masih didominasi oleh Pelabuhan Tanjung Priok, yang menunjukkan bahwa
belum meratanya standar pelabuhan internasional di wilayah lain Indonesia
(SINDO 2015). Selain itu, waktu bongkar muat pelabuhan Indonesia rata-rata
lebih lama, yaitu delapan hari. Apabila dikomparasikan dengan Negara
ASEAN yang lain hanya membutuhkan waktu lima hari di Thailand,
sedangkan di Singapura membutuhkan waktu satu sampai dua hari.Adanya
tantangan pada ranah domestik seperti pajak, aturan teknis pelabuhan, serta
beberapa regulasi lain yang perlu dibenah oleh pemerintah Indonesia
(Neraca 2015).
Adanya azas cabotage yang diterapkan pada tahun 2005, menambah
unit kapal laut nasional sebanyak 6041 unit. Pada tahun 2015 bertambah
menjadi 14,000 lebih unit, meningkat sebanyak 134% (Perkasa 2015)). Dari
data di atas, pelayaran rute internasional membutuhkan kapal dengan TEUs
yang besar yang didukung dengan jumlah pelabuhan internasional yang lebih
banyak. Faktor lain menyebutkan bahwa meskipun terdapat penambahan
armada kapal setiap tahun, harus ada efisiensi biaya logistic transportasi laut
yang lebih mahal daripada negara-negara ASEAN lainnya (Hilman 2015).
Menurut Indonesia National Ship Owner Association (INSA), biaya logistik
tetap tinggi dikarenakan tarif pelabuhan yang masih tinggi (Wicaksono
2015). Selain itu, biaya logistik darat pasca di pelabuhan juga memerlukan
pengaturan atau anggaran untuk subsidi sehingga biaya produksi lebih dapat
ditekan (Yasinta 2015). Tantangan yang menjadi faktor lain adalah
peningkatan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Dari 332 pelabuhan dan 1052 tenaga struktural di Indonesia, hampir 50
persen bukan merupakan tenaga yang kompeten di bidang kelautan
(beritasatu.com 2015). Selain itu, masih minimnya pendidikan formal dalam
bidang maritim. Kompetensi tenaga kerja di bidang maritim signifikan
terhadap perkembangan industri pelayaran Indonesia. Selain itu, ekspor
tenaga kerja maritim dapat memberikan remitansi kepada pendapatan
ekonomi nasional seperti yang Filipina lakukan. Terdapat 20 persen dari 1,2
juta tenaga kerja maritim di dunia merupakan warga Filipina (ILO
Publications, 2014).
Untuk menghadapi konstelasi persaingan dalam perdagangan bebas
ASEAN,
Indonesia
harus
mempunyai
serangkaian
kebijakan
untuk
meningkatkan daya saing, terutama pada industri pelayaran.Visi Poros
Maritim Indonesia yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo telah
diimplementasikan ke dalam kebijakan Tol Laut. Oatley (2004) merumuskan
bahwa kebijakan yang diputuskan pemerintah merupakan hasil dari
pertimbangan-pertimbangan sebagai biaya untuk mencapai target yang
menutupi kelemahan atau bahkan lebih.Menurut Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, Tol Laut merupakan konektivitas laut
yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal
dari barat sampai ke timur Indonesia.
Dalam implementasinya, kebijakan Tol Laut mempunyai kebijakan
yang menjadi corak utama, yaitu revitalisasi dan pembangunan infrastruktur,
Pelayaran Rakyat (PELRA), Short Shipping Sea, serta pengembangan industri
pelayaran. Kebijakan Tol Laut tersebut membutuhkan biaya sebesar hampir
700 milliar Rupiah, dengan rincian seperti 6,048 kapal patroli untuk
pengamanan laut (Bambang Prihartono, 2015). Selain itu, pemerintah juga
memberikan insenstif fiskal yang berupa Penanaman Modal Negara(PMN)
kepada BUMN. Beberapa diantaranya yaitu untuk pengadaan kapal sebesar
1,5 milliar Rupiah, pada sektor pengembangan galangan kapal sebesar 1,3
milliar Rupiah, dan untuk pengembangan pelabuhan sebesar 2 triliun Rupiah.
Biaya untuk revitalisasi dan pembangunan pelabuhan dapat mendukung
ekspansi industri pelayaran Indonesia. Kompetisi industri pelayaran
Indonesia dapat didukung dengan kebijakan ASEAN Highway Network yang
melibatkan 14 pelabuhan Indonesia dari 42 pelabuhan di seluruh ASEAN
yang diprioritaskan untuk dikembangkan (Asean 2015).
Menyadari
akan
potensi
pelayaran
domestik,
pemerintah
memberikan subsidi di 135 lalu lintas penyeberangan perintis sebesar 315
miliar Rupiah serta membangun kapal perintis dengan total investasi sebesar
208,1 miliar Rupiah. Pemberian insentif tersebut dicanangkan untuk
menstimulus perkembangan industri pelayaran Indonesia. Peluang tersebut
dapat diidentifikasi oleh 2,866 perusahaan pelayaran, 51 perusahaan
peralatan operasional maritim, 1,894 perusahaan jasa maritim, dan 250
perusahaan galangan kapal. Adanya insentif tersebut memacu indutsri
pelayaran meningkatkan target pendapatan. PT PELNI optimis menetapkan
target pendapatan sebesar 5,096 pada triliun Rupiah pada 2015, dengan
perolehan laba bersih sebesar 200 miliar Rupiah.
Untuk memaksimalkan sumber daya manusia bidang maritim,
pemerintah akan membangun 10 perguruan tinggi dan 100 sekolah maritim
(Radar Pena 2015). Sementara utnuk pengembangan kapabilitasnya,
terdapat pusat pengembangan dan pelatihan professionalisme di bidang
maritim, yaitu Indonesia Port Corporation (IPC) Corporate University (Ipccorporateuniversity.com 2015).
Adanya Tol Laut dicanangkan untuk pengaturan sistem distribusi
yang lebih efisien dan dapat menekan biaya logistik. Dalam implementasinya,
pemerintah
menganggarkan
500
miliar
Rupiah
untuk
operasional
transportasi multimoda. Sedangkan regulasinya masih bernaung pada
Peraturan Presiden No. 106 tahun 2015 tentang Angkutan Barang di Laut.
Titik tekan untuk memangkas biaya logistic maritim yang mahal yaitu pada
birokrasi, sehingga efisiensi juga tidak hanya pada sistem (Supply Chain
Indonesia, 2015).
E. Kesimpulan
Menjelang pada era liberalisasi perdagangan pada ASEAN Economic
Community, setiap negara berusaha membenahi kapabilitas industri
pelayarannya. Tidak semua negara-negara ASEAN mempunyai industri
pelayaran dengan daya saing yang tinggi seperti Singapura dan Malaysia.
Namun, beberapa negara menunjukkan progresivitas yang menonjol seperti
Thailand dan Filipina. Sedangkan beberapa negara ASEAN yang lain masih
mengalami stagnansi pada industri pelayarannya. Melihat kondisi tersebut,
integrasi ekonomi yang dilakukan oleh ASEAN harus lebih dari sekedar
harmonisasi standar professional yang akan diadopsi pada industri
pelayaran di ASEAN.
Untuk menghadapi beberapa tantangan, pemerintah Indonesia mulai
memperhatikan prospek pasar maritim di baik di wilayah perdagangan intraASEAN maupun perdagangan domestik. Salah satu kebijakan strategis adalah
Tol Laut. Implementasi dari kebijakan Tol Laut memang lebih besar
dialokasikan untuk perdagangan jasa pelayaran domestik, mulai dari
infrastruktur, pengaturan birokrasi, evaluasi konsep rute pelayaran, dan
pengadaan insentif untuk peralatan dan pengadaan kapal. Namun pada sisi
operasional, Indonesia membutuhkan alokasi kebijakan yang intens pada
tenaga kerja maupun tenaga ahli di bidang maritim. Sumber daya manusia
merupakan peran yang vital untuk pemasokan pendapatan nasional di
bidang maritim. Dengan membandingkan tantangan dan peluang, Indonesia
masih dapat bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Hal tersebut
dapat ditinjau dari peluang yang dimaksimalkan oleh pemerintah Indonesia
melalui beberapa kebijakan, salah satunya adalah Tol Laut. Kebijakan
tersebut memang membutuhkan alokasi anggaran dan pengawalan yang
besar. Jika ditinjau dari prospek pasar intra-ASEAN dan domestik yang
meningkat setiap tahunnya, hal tersebut akan menjadi keuntungan bagi
Indonesia apabila dapat mencapai target dari kebijakan-kebijakan yang telah
diupayakan.
REFERENSI
Jurnal
Findlay, Christopher. 2001.Old Issues in New Regionalism.St. Louis: Asia
Pacific Economic Papers.No. 311.(1-40).
Khalid, Nazery.2012.Sealine Under Strains. India: The IUP Journal of
International Relations.Vol VI No.2.(57-66).
Nurani, Brillian Budi.2012.Peluang dan Tantangan Indonesia Terhadap
ASEAN Multilateral Agreement On Air Services 2009 (ASEAN Open Sky
Policy).Universitas Jember: Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa
2012.(1-7).
Okamoto, Jiro.2004. Whither Free Trade Agreements? Proliferation, Evaluation
and Multilateralism.Heng Mui Keng: Contemporary Southeast Asia.
Vol. 26 No. 1.(186-189).
Tongzon, Jose L. dan Lee,Sang-Yoon.2015.The Challenges of Economic
Integration: The Case of Shipping in ASEAN Countries.Abingdon: The
Pacific Review.Vol. 28, No. 4.(483-504).
Buku
Cevilla, Convelo G, dkk.Pengantar Metode Penelitian.Jakarta : Universitas
Indonesia.
Ikbar, Yanuar .2014.Metodologi dan Teori Hubungan Internasional.Bandung:
PT. Rafika Aditama.
Luhulima,
CPF.2011.Dinamika
Masyarakat
Asia
Tenggara
Menuju
2015.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardalis.1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta : Bumi
Aksara.
Susilo, I Basis.2015.Kemaritiman Indonesia:Problem Dasar Strategi Maritim
Indonesia.Surabaya: Cakra Studi Global Strategis (CSGS), Departemen
Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga.
Internet
ASEAN-JAPAN Transport Partnership,. 2014. 'Water Transport'.Diakses pada
30
Oktober
2015
(http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport/
Water_Transport_2012).
Asean.org,. 2015. 'Annex A ASEAN Highway Network'.Diakses pada 30
Oktober 2015 (http://www.asean.org/communities/asean-economiccommunity/item/annex-a-asean-highway-network).
Asean.org,.
2015.
'Overview'.
Diakses
pada
29
Oktober
2015
(http://www.asean.org/communities/asean-economiccommunity/category/overview-17 ).
Beritasatu.com,. 2015. 'Minim Apresiasi, SDM Maritim Indonesia Pilih Kerja
Di
Luar
Negeri'.
Diakses
pada
30
Oktober
2015
(http://www.beritasatu.com/nasional/281337-minim-apresiasi-sdmmaritim-indonesia-pilih-kerja-di-luar-negeri.html ).
Dbcity.com,. 2015. 'Negara / Panjang Garis Pantai - Kota Dan Desa
Dunia'.Diakses pada 28 Oktober 2015 (http://id.db-city.com/Negara-Panjang-garis-pantai).
Hilman, Muhammad. 2015. 'MEA 2015: Sektor Pelayaran Harus Kejar
Kesiapan Liberalisasi'. industri.bisnis.com.Diakses pada 29 Oktober
2015
(http://industri.bisnis.com/read/20141007/98/263045/mea-
2015-sektor-pelayaran-harus-kejar-kesiapan-liberalisasi) .
IPC Corporate University,. 2015. 'About - IPC Corporate University'.Diakses
pada
30
Oktober
2015
corporateuniversity.com/?r=site/page&view=about).
(http://www.ipc-
Kunmakara, May. 2015. 'Two New Ports For Cambodia'. Phnom Penh
Post.Diakses
pada
28
Oktober
2015
(http://www.phnompenhpost.com/business/two-new-portscambodia).
Maritime Institute of Malaysia,. 2015. 'MIMA | Homepage'.Diakses pada 30
Oktober
2015
(http://www.mima.gov.my/v2/mobile.php?m=posts&c=shw_details&i
d=88&slug=latest-post).
Neraca,. 2015. 'Industri Pelayaran Nasional Sulit Bersaing Dengan Asing Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015'. Diakses pada 26 Oktober
2015
(http://www.neraca.co.id/article/38519/industri-pelayaran-
nasional-sulit-bersaing-dengan-asing-jelang-masyarakat-ekonomiasean-2015).
Perkasa,
Surya.
2015.
'Indonesia
Metrotvnews.com.Diakses
Dan
pada
Poros
24
Maritim
Oktober
Dunia'.
2015
(http://telusur.metrotvnews.com/read/2015/10/15/441239/indonesi
a-dan-poros-maritim-dunia).
Radar Pena,. 2015. 'KKP Tambah 100 Kampus Kemaritiman'.Diakses pada 31
Oktober
2015
(http://m.radarpena.com/welcome/read/2015/03/12/16658/6/2/KKP-Tambah-100-Kampus-Kemaritiman).
Renzenbrink, Anne. 2015. 'Positive Signs For Shipping Industry'. Phnom Penh
Post.Diakses
pada
31
Oktober
2015
(http://www.phnompenhpost.com/business/positive-signs-shippingindustry).
SINDO,
Koran.
2015.
'10
SINDOnews.com.Diakses
Pelabuhan
pada
Terkenal
26
Di
Oktober
Indonesia'.
2015
(http://nasional.sindonews.com/read/998303/163/10-pelabuhanterkenal-di-indonesia-1430963937).
Supply Chain Indonesia,. 2015. 'Sislognas, Tol Laut Dan Efisiensi Birokrasi Di
Pelabuhan'.Diakses
pada
30
Oktober
2015
(http://supplychainindonesia.com/new/sislognas-tol-laut-danefisiensi-birokrasi-di-pelabuhan/).
The World Bank,. 2015. 'Home | Logistics Performance Index'.Diakses pada
31 Oktober 2015 (http://lpi.worldbank.org/).
Wicaksono, Pebrianto. 2015. 'Biaya BBM Pelayaran Indonesia Lebih Mahal
Ketimbang Negara Lain'. liputan6.com.Diakses pada 30 Oktober 2015
(http://bisnis.liputan6.com/read/2173663/biaya-bbm-pelayaranindonesia-lebih-mahal-ketimbang-negara-lain).
Yasinta, Veronika. 2015. 'Ongkos Kapal Mahal, Pemerintah Harus Buat
Regulasi Sinergitas Multimoda'. industri.bisnis.com. Diakses pada 31
Oktober
2015
(http://industri.bisnis.com/read/20151008/98/480481/ongkoskapal-mahal-pemerintah-harus-buat-regulasi-sinergitas-multimoda).
Publikasi
Prihartono, Bambang. 2015. 'Pengembangan Tol Laut Dalam RPJMN 20152019 Dan Implementasi 2015'.
E-Book
Anonim. 2015. Connecting To Compete 2014: Trade Logistics In The Global
Economy. 1st ed. Washington, DC: The Worldbank.Diakses pada 31
Oktober
31,
2015
(http://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/.../L
PI2014.pdf).
Menghadapi ASEAN Economic Community
Oleh:
Rahma Amelia Widya Nurhakmi1
Kukuh Ugie Sembodo2
Universitas Jember
Abstrak
Proses integrasi ekonomi menjelang ASEAN Economic Community (AEC)
melibatkan liberalisasi perdagangan sektor jasa di bidang maritim.
Liberalisasi perdagangan yang menjadi landasan kerjasama, menghasilkan
kompetisi antar industri pelayaran negara-negara ASEAN. Peningkatan
jumlah konsumen pada jasa pelayaran domestik maupun intra-ASEAN,
merupakan stimulus untuk negara-negara ASEAN dalam meningkatkan daya
saing industri pelayarannya. Progres industri pelayaran negara-negara
ASEAN menunjukkan kesiapannya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang
meningkat tersebut. Indonesia sebagai negara maritim mempunyai peluang
untuk menjadi kompetitor yang kompeten dalam perdagangan intra-ASEAN.
Makalah ini akan membahas mengenai tantangan dan peluang Indonesia
untuk
meningkatkan
daya
saing
industri
pelayarannya.
Penulis
menggunakan konsep competitive liberalization dan konsep cost and benefit
dalam pembahasannya.
Kata Kunci: AEC, maritim, industri pelayaran, Indonesia.
Abstract
Economic integration process towards the ASEAN Economic Community
involving trade liberalization in the services sektor of the maritime field. Trade
liberalization which is the basis of cooperation , resulted a competition between
the shipping industry of ASEAN countries. An increase of consumers in the
1
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jember. Student ID:
120910101072
2
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jember. Student ID:
150910101007
domestic shipping services either or intra - ASEAN , became a stimulus for the
ASEAN countries in enhancing the competitiveness of their shipping industry.
Shipping industry’s progress of ASEAN countries showed readiness to fulfill the
increasing market demands. Indonesia as a maritime country has an oportunity
to be a competent competitor in intra - ASEAN trade . This paper will analyze
the challenges and opportunities of Indonesia to improve the competitiveness of
its shipping industry . The authors uses the concept of competitive liberalization
and the concept of cost and benefit to analyze.
Keywords: AEC, maritime,shipping industry, Indonesia.
A. Pendahuluan
Laut merupakan media yang sangat penting untuk kelancaran
perdagangan antar negara karena laut juga merupakan wilayah kedaulatan
suatu negara. Wilayah laut di Asia Tenggara mempunyai beberapa wilayah
yang sangat strategis untuk menjadi jalur perdagangan dunia, beberapa
diantaranya adalah Laut Natuna, Selat Malaka, dan Laut Cina Selatan. Selain
itu, wilayah laut di Asia Tenggara juga termasuk ke dalam jalur Sea Line of
Communications (SLOC), yang merupakan kunci jalur maritim yang
memfasilitasi lalu lintas pelayaran yang pada dan menyelenggarakan
transportasi sebagai kunci dari perdagangan maritim.(Khalid, 2012) ASEAN
Economic Community 2015 menggunakan liberalisasi perdagangan sebagai
landasan kerjasamanya. ASEAN Economic Community mempunyai
4
karakteristik, yaitu: (a) a single market and production base, (b) a highly
competitive economic region, (c) a region of equitable economic development,
and (d) a region fully integrated into the global economy.
Arus jasa yang bebas bergerak merupakan faktor utama dalam
pembangunan AEC (Luhulima, 2011). Kerjasama perdagangan baik intra
maupun ekstra ASEAN membutuhkan logistik yang mendukung kelancaran
arus perdagangan tersebut. ASEAN mempunyai cakupan wilayah laut, udara,
dan darat sebagai media untuk logistik komoditas perdagangan. ASEAN
Community telah melakukan harmonisasi regulasi mengenai logistik sebagai
faktor pendukung kelancaran perdagangan tersebut. Salah satu upaya ASEAN
dalam melakukan harmonisasi tersebut adalah melalui ASEAN Transport
Ministers Meeting yang dibentuk pada tahun 1996. Pembentukan forum ini
merupakan kesadaran ASEAN untuk melihat potensi arus jasa yang dibagi
dalam tiga cakupan, yaitu Air Transport, Land Transport, dan Maritime
Transport. Kondisi geografis ASEAN yang diapit diantara dua samudera dan
dua benua membuat wilayah maritim ASEAN mempunyai jalur transportasi
air yang sibuk. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. ASEAN Maritime Measurement Transport and Traffic
Measurement
transport
Domestic sea
passenger
traffic
Domestic sea
cargo
throughput
International
sea passenger
traffic
Units
or 2010
scale
Thousand
86,915
person
2011
2012
2013
2014
90,67
2
98,79
5
96,002
78,939
Thousand ton
676,556
724,3
12
756,6
72
718,655 698,769
Thousand
person
7,701
6,479
4,783
5,508
4,611
1,643,68
2
1,740, 1,820,
782
557
1,682,3
10
1,596,0
02
47,840
53,75
1
51,763
45,766
International
Thousand ton
sea
cargo
throughput
International
Thousand
sea container TEUs
throughput
56,59
1
Diolah dari :
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport/Water_
Transport_2014
Dari data yang disajikan, industri pelayaran mempunyai prospek yang
besar terhadap pasar dalam industri jasa dalam bidang perairan. Penumpang
transportasi air pada wilayah domestik ASEAN lebih besar daripada
penumpang internasional. Sementara pada volume penggunaan kargo
dengan rute internasional lebih besar daripada di wilayah domestik ASEAN.
Prospek pasar tersebut bisa dijangkau pada negara-negara ASEAN yang
mempunyai garis pantai sebagai pendukung infrastuktur perdagangan jasa
pada industri pelayaran.
Sebagai contoh konkrit dalam bidang maritime adalah dibentuknya
ASEAN Single Shipping Market pada tahun 2014. Pada implementasinya
hanya pada harmonisasi dang pengkajian ulang regulasi mengenai hambatan
yang terjadi pada industri pelayaran menuju integrasi masyarakat ekonomi
ASEAN 2015(MIMA, 2012). Dalam Roadmap Towards An Integrative and
Competitive Maritime Transport in ASEAN, harmonisasi yang dilakukan
bertujuan untuk membuat atmosfir pelayaran yang professional melalui
mekanisme dan fasilitas yang mendukung. Aturan-aturan yang harus
diratifikasi dan diterapkan bertujuan untuk meningkatkan daya saing
industri pelayaran negara-negara ASEAN. Kesenjangan pada kemampuan
perekonomian antar negara di ASEAN yang menimbulkan hasrat untuk
berkontestasi pada kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Oleh karena
itu, negara-negara anggota ASEAN memerlukan persiapan untuk melakukan
liberalisasi sektor jasa pada industri pelayaran domestik masing-masing.
Indonesia sebagai negara maritim, mempunyai peluang dan tantangan untuk
meningkatkan daya saing terhadap perkembangan industri pelayaran
negara-negara ASEAN yang lain.
B. Kerangka Pemikiran
1.
Konsep Competitive Liberalization, Jiro Okamoto
Konsep competition liberalization yang menganggap bahwa Free
Trade Agreement (FTA) akan menstimulasi liberalisasi salalu berisiko
menjadi competitive enclosure yang dapat membagi dunia ekonomi dalam
berbagai bagian. Konsep tersebut merupakan derivasi dari konsep Findlay
mengenai vested interests merupakan konsekuensi mutlak adanya FTA( C.
Findlay, 2002). Negara dengan daya saing yang tinggi akan selalu
berkompetisi dalam perdagangan bebas untuk mempertahankan posisinya
sebagai negara pengekspor utama.
Landasan yang digunakan oleh ASEAN dalam mewujudkan integrasi
ekonominya adalah melalui liberalisasi perdagangan. ASEAN Economic
Community merupakan salah satu bentuk nota kesepahaman yang
mengurangi
hambatan-hambatan
kerjasama
perdagangan
sehingga
kompetisi industri pelayaran antar negara ASEAN semakin ketat. Kompetisi
dalam rangka liberalisasi perdagangan tersebut melibatkan negara-negara
yang mempunyai industri dengan daya saing yang masih rendah.
Bagaimanapun, tidak ada jaminan bahwa jaringan yang rumit dari perjanjian
perdagangan bebas tentu mempromosikan transaksi ekonomi yang lancar
antar negara-negara yang terlibat, karena pada dasarnya perjanjian
perdagangan bebas itu diskriminatif (Jiro O,2004). Mengacu pada sajian data
pada tabel, prospek pasar dalam industri pelayaran terlihat potensial baik
dalam domestik ASEAN maupun luar ASEAN. Prospek tersebut juga akan
menjadi target yang strategis oleh negara-negara yang memiliki industri
pelayaran dengan daya saing yang tinggi. Industri pelayaran di ASEAN akan
menghadapi konstelasi persaingan yang ketat dalam integrasi ekonomi pada
ASEAN Economic Community 2015.
2.
Konsep Cost and Benefit, Thomas Oatley
Dalam kajian ekonomi politik internasional, negara dituntut membuat
kebijakan-kebijakan yang sinergis antara kebijakan luar negeri dan kebijakan
publik. Konstelasi ekonomi politik internasional akan memengaruhi
kebijakan ekonomi domestik. Konsep tersebut mengemukakan bahwa setiap
pemerintah harus membuat pilihan-pilihan mengenai bagaimana ekonomi
dalam negeri saling berhubungan dengan ekonomi global.(Oatley, 2004)
rasionalitas dalam pemilihan kebijakan yang tepat menggunakan metodologi
yang digunakan untuk membandingkan biaya dan manfaat dari kebijakan
pemerintah atau dari tindakan perspektif dari masyarakat secara
keseluruhan. Analisis menggunakan teknik ini memahami bahwa para
pembuat keputusan mungkin memilih untuk mengabaikan hasil, tapi sebuah
keuntungan memungkinkan pembuat keputusan untuk menimbang lebih
jelas tentang biaya peluang(Brilian Nurani, 2012).
Namun, terdapat pesimistis terhadap daya saing industri pelayaran
Indonesia pada ASEAN Economic Community. Tantangan tersebut merupakan
faktor-faktor yang menjadi pertimbangan untuk pemerintah membuat
kebijakan. Kebijakan tersebut akan memerlukan lebih banyak anggaran
sebagai biaya untuk meningkatkan daya saing.
C. Metode Penelitian
Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah memerlukan serangkaian
proses agar konten dari penulisan bersifat empiris. Menurut Yanuar Ikbar,
metodologi adalah sistem panduan untuk memecahkan persoalan, dengan
komponen spesifiknya adalah bentuk, tugas, metode teknik dan alat.
Sedangkan metode berada di dalam metodologi, atau dengan kata lain,
metode berkenaan dengan teknis saja dari keseluruhan yang dibahas dalam
metodologi (Yanuar Ikbar, 2014). Adapun metode yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif. Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek
dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki
(Convello Cevilla dkk, 1993). Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif
ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan yang
ada(Mardalis, 1999). Oleh karena itu, metode penelitian ini memerlukan
metode pengumpulan data dan metode analisa data. Pengumpulan data
dilakukan dengan pendekatan data sekunder. Upaya untuk mendeskripsikan
dan menginterpretasikan sesuatu adalah salah satu bentuk metode analisa
yang digunakan.
D. Pembahasan
1.
Progres industri pelayaran di negara-negara ASEAN
Dalam menghadapi ASEAN Economic Community, terdapat perbedaan
perkembangan pada setiap negara di ASEAN dalam bidang pelayaran. Daya
saing industri pelayaran tersebut dapat ditinjau dari perkembangan lalu
lintas pelayaran pada masing-masing negara ASEAN sebagai berikut.
Tabel 2. Lalu Lintas Pelayaran Kamboja
Indicator
Number of 2010
scale
2011
2012
2013
International sea Thousand
passenger traffic
person
48
16
41
International sea
cargo throughput
International sea
container
throughput
2,217
2,439
2,659
(belum
dilaporkan oleh
pemerintah
Kamboja)
3,012
223
238
255
286
Thousand
ton
Thousands
TEUs
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa volume pelayaran baik
pelayaran penumpang maupun peti kemas yang masih sangat minim. Dalam
hal pelayaran penumpang internasional pun dapat dilihat adanya fluktuasi
jumlah penumpang. Panjang garis pantai Kamboja adalah 443, dan saat ini
menduduki peringkat ke 100 dalam hal garis pantai (DB City, 2015).
Meskipun memiliki kondisi geografis yang kurang mendukung, pemerintah
Kamboja membangun dua pelabuhan di provinsi Kandal, Kamboja
(Kunmakara 2015). Kebijakan tersebut dilakukan untuk menambah volume
kontainer yang akan singgah di Kamboja. Menurut data Otonomi Pelabuhan
Kamboja, julmlah kapal kargo yang mendarat di Kamboja trus meningkat
mencapai rata-rata 10%. Peningkatan volume komoditas ekspor berupa hasil
pertanian, terutama beras, menjadikan jasa industri pelayaran di Kamboja
sebagai peran yang strategis (Renzenbrink 2013).
Tabel 3. Lalu Lintas Pelayaran Malaysia
Indicator
Number of 2010
scale
2011
2012
2013
2014
International sea
passenger traffic
International sea
cargo throughput
International sea
container
throughput
Thousand
person
Thousand
ton
Thousands
TEUs
4,348
3,050
2,137
2,547
2,641
168,9
99
6,464
187,9
97
6,720
187,2
37
6,956
189,8
68
7,108
200,8
96
7,205
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Pada penggunaan jasa container dan kargo rute internasional
mengalami peningkatan yang cukup stabil. Namun pada prospek pasar di
sektor kapal penumpang menunjukkan penurunan pada permintaan pasar.
Malaysia sebagai Negara dengan panjang garis pantai 4675km (DB City,
2015). Dalam lima tahun terakhir, Malaysia mengalami penurunan jumlah
penumpang. Sedangkan sektor petikemas Malaysia menunjukan peningkatan
yang stabil. Institusi kemaritiman Malaysia memperkirakan sekitar 95% dari
keseluruhan perdagangan internasional Malaysia akan dilakukan lewat laut..
Hal tersebut kemudian membuat pemerintah Malaysia memutuskan sektor
pelayaran sebagai salah satu dari tiga industri yang masuk pada masterplan
2005-2020 (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015). Di Malaysia terdapat
lebih dari 100 perusahaan pelayaran domestik. Salah satu dari ratusan
perusahaan tersebut adalah Malaysian International Shipping Corporation
(MISC) yang dimiliki dan dikelola
oleh pemerintah Malaysia. Namun
demikian, MISC masih bergantung pada jalur pelayaran asing.
Tabel 4. Lalu Lintas Pelayaran Myanmar
Indicator
Number
of scale
2010
2011
2012
2013
2014
International
sea
passenger
traffic
International
sea
cargo
throughput
International
sea
container
throughput
Thousand
person
1.14
6.97
6.31
6.73
18.47
Thousand
ton
19,798 21,541
Thousands 303
TEUs
347
24,584 24,921 27,276
408
478
617
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Arus jasa penumpang kelas internasional mengalami peningkatan
yang signisikan, terutama pada tahun 2014. Selain itu, peningkatan yang
stabil pada sektor penumpang dan kapal kargo internasional. Hal tersebut
tentu merupakan hasil upaya pemerintah Myanmar dalam menyiapkan
industri pelayarannya menghadapi komunitas ASEAN. Selama ini pengiriman
internasional Myanmar didominasi oleh armada kapal asing (Jose Tongzhon
dan Sang-Yoon Lee, 2015). Kapal domestik hanya memberikan sumbangsih
sebanyak 10-15% dari keseluruhan pelayaran internasional yang dikelola
oleh tiga perusahaan pelayaran. Pemilik kapal yang dominan adalah
perusahaan pelayaran semi pemerintah yang saat ini memiliki 22 kapal.
Tabel 5. Lalu Lintas Pelayaran Filipina
Indicator
Number
2010
2011
2012
2013
2014
37
58
54
42
43
96,599
103,6
118,3
124,0
133,2
57
25
98
92
2,970
3,146
3,181
3,290
of scale
International
sea Thousand
passenger traffic
International
person
sea Thousand
cargo throughput
International
container
ton
sea Thousands N/Col
TEUs
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Filipina merupakan salah satu Negara kepulauan di ASEAN yang
merupakan peluang bagi Filipina untuk dapat mengembangkan sektor
maritim dalam menghadapi ASEAN Community. Lima tahun terakhir, jasa
petikemas internasional Filipina terus mengalami peningkatan. Namun,
dalam pelayaran penumpang Filipina masih terkesan belum siap, melihat
data yang fluktuatif. Industri pelayaran nasional hanya dikonsentrasikan
pada lima perusahaan pelayaran Filipina (e.g., Eastern Shipping Lines Inc.
,Loadstar Shipping Co. Inc., Montenegro Shipping Lines Inc., PNOC
Shippingand Transport Corporation), secara umum perusahaan pelayaran
tersebut mengangkut batu bara. Meski demikian, pemarintah mendukung
perusahaan pelayaran Filipina agar dapar bergabung dalam jalur pelayaran
internasional melaluai program penyewaan kapal kosong, investasi secara
insentif, dan pembebasan pajak. Pemerintah Filipina menerapkan kebijakan
fiscal yang ketat terhadap perusahaan pelayaran asing (Jose Tongzhon dan
Sang-Yoon Lee, 2015). Selain itu, Filipina memiliki sumber daya manusia
yang sangat kompeten dan mempunyai sertifikasi internasional sehinga
Filipina menjadi pemasok tenaga ahli di bidang maritime terbesar di dunia.
Lebih dari 300,000 tenaga kerja Filipina bekerja di seluruh dunia, yang telah
menyumbangkan remitansi sebesar 2 juta dollar setiap tahunnya (Jose
Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015).
Tabel 6. Lalu Lintas Pelayaran Singapura
Indicator
Number
2010
2011
2012
2013
2014
503,3
531,1
538,02
560,8
581,26
42
76
1
88
8
29,93
31,649
32,57
33,896
of scale
International
sea Thousand
cargo throughput
International
container
ton
sea Thousands 28,43
TEUs
1
8
9
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Kondisi geografis Singapura yang sangat strategis merupakan faktor
utama sebagai pendukung daya saing industri pelayaran Singapura.
Singapura merupakan kompetitor utama dalam perdangan jasa pelayaran di
ASEAN, dengan volume arus kargo terbesar apabila dibandingkan dengan
volume arus kargo di negara-negara ASEAN yang lain. Pada sektor lain, jasa
kontainer Singapura menunjukkan adanya permintaan pasar yang terus
meningkat pada lima tahun terakhir. Sebagai sebuah Negara yang dengan
luas wilayah yang terkecil di ASEAN, Singapura telah menerapkan orientasi
terhadap industry perdagangan dan juga mempromosikan dirinya sebagai
Negara
yang
melayani
jasa
pelayaran
di
regional
Asia
dengan
mengedepankan lokasinya yang strategis (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee,
2015). Sumbangan perekonomian di bidang maritime rata-rata mencapai 7%
setiap tahunnya, hal ini yang menjadikan sektor maritime merupakan pilar
perekonomian yang penting. Salah satu kebijakan pemerintah yang berperan
pentinga adalah pemeberian insentif fiscal
sesuai dengan kebijakan
pelayaran internasional dan memeberi subsidi untuk memperkuat industri
pelayaran nasional.
Tabel 7. Lalu Lintas Pelayaran Thailand
Indicator
Number of 2010
2011
2012
2013
2014
486
552
612
705
scale
International
sea Thousand
passenger traffic
International
International
container
person
sea Thousand
cargo throughput
348
131,529 130,31
ton
sea Thousands
5,932
157,17 178,362 170,435
6
4
6,499
7,091
7,056
TEUs
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Terdapat perkembangan yang pesat dari data yang ditunjukkan oleh
industri pelayaran di Thailand. Baik dari segi penumpang, hingga jasa kargo
dan kontainer. Jasa pelayaran merupakan peran yang strategis dalam
perekonomian Thailand. Pada tahun 2014, terdapat 89% dari total volume
perdagangan internasional Thailand menggunakan jasa di bidang maritime
(Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015). Sumber daya manusia di bidang
maritim masih belum memenuhi tuntutan pemerintah yang mulai
konsentrasi ke bidang maritim. Oleh karena itu, pemerintah Thailand
membuat kebijakan untuk menetapkan pajak penghasilan juga pada tenaga
kerja asing mencapai 30% (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015). Untuk
sektor
bisnis,
pemerintah
Thailand
membuat
kebijakan
dengan
mengalokasikan anggaran subsidi untuk pembelian kapal baru kepada para
pengusaha kapal Thailand (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015).
7,422
Tabel 8. Lalu Lintas Pelayaran Vietnam
Indicator
Number
2010
2011
2012
of scale
International
sea Thousand
cargo throughput
International
154,154 154,876 (belum
ton
tercatat)
sea Thousands 5,363
container
5,823
6,519
TEUs
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Industri pelayaran Vietnam didominasi oleh Vietnam National
Shipping Lines (VINALINES), yang merupakan industri milik negara. Industri
tersebut tidak hanya melayani jasa pelayaran, juga termasuk manajemen dan
operasional
pelabuhan,
serta
keuangannya.
Meskipun
VINALINES
merupakan industri yang dominan di Vietnam yang dikelola oleh pemerintah,
80% saham perusahaan ialah milik asing. Perusahaan tersebut memiliki 14
perusahaan kapal pelayaran, 17 pelabuhan, serta 46 perusahaan jasa layanan
maritim yang berafiliasi dengan investor asing (Jose Tongzhon dan SangYoon Lee, 2015).
Pada perkembangannya, masing-masing negara mempunyai modal
dan
upaya untuk meningkatkan daya saing untuk menghadapi ASEAN.
Integrasi ekonomi dalam ASEAN Economic Community membutuhkan peran
negara untuk melakukan regulasi-regulasi yang memudahkan perdagangan
jasa industri pelayaran, tidak terkecuali untuk mengurangi hambatan, tariff,
atau regulasi pelabuhan yang dapat merugikan. Adanya peningkatan dalam
lalu lintas pelayaran beberapa negara menunjukkan bahwa pemerintah
negara setempat sedang berusaha untuk menaikkan daya kompetisi industri
pelayarannya, baik perusahaan milik negara maupun swasta. Liberalisasi
perdagangan pada sektor jasa tersebut yang menimbulkan kekhawatiran
akan pasar yang akan dikuasai oleh satu kompetitor yang kompeten. Prospek
pasar yang besar membuat negara-negara ASEAN memacu daya saing
industri pelayarannya menjadi kompetitor yang kompeten.
2.
Cost and Benefit Indonesia Menghadapi Tantangan di Era ASEAN
Economic Community
Logistik merupakan salah satu faktor kunci dalam perdagangan
internasional. Industri pelayaran suatu negara juga merupakan aspek yang
penting dalam logistik. Pada era perdagangan bebas, pasar membutuhkan
proses logistic yang semakin cepat dan efisien. Berdasarkan Logistics
Perfomance Index (LPI), Indonesia memiliki nilai skor sebanyak 2,76 pada
tahun 2010, kemudian nilai skor 2,94 pada tahun 2012, dan meningkat lagi
menjadi 3,08 pada tahun 2014. Namun, pada pengangkutan kapal
internasional, Indonesia berada pada ranking 74 dengan nilai skor
2,87(Worldbank 2014).
Berdasarkan komparasi pada LPI, Singapura dan Malaysia mempunyai
daya saing yang tinggi karena menempati posisi ranking teratas sedunia
menurut Logistics Perfomance Index. Singapura menempati posisi ke-2,
Malaysia ke-10, Thailand ke-39, Vietnam ke-42, Filipina ke-35, Kamboja ke78, dan Laos ke-120. Indonesia menempati urutan ke-7 diantara 8 negaranegara ASEAN yang mempunyai industri pelayaran.
Data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat tantangan yang akan dihadapi Indonesia
dalam perdagangan jasa pelayaran di ASEAN. Namun, Indonesia masih
mempunyai peluang yang menjadi benefit yang didefinisikan oleh Oatley
sebagai salah satu target yang akan dicapai ketika pemerintah sudah
mengeluarkan biaya berupa kebijakan-kebijakan baru. Indonesia memiliki
modal jika ditinjau dari segi demografis dan geografis. Populasi penduduk
Indonesia yang mencapai kurang lebih 17 juta orang merupakan salah satu
prospek pasar bagi industri pelayaran dalam wilayah domestik.
Tabel 9. Lalu Lintas Pelayaran Indonesia
Indicator
Number
2010
2011
2012
2013
2014
5,097
5,658
6,746
6618
6907
1,723
1,797
1,933
1,757
1,909
International sea Thousand
567,20
580,87
597,66
609,08
653,27
cargo throughput ton
8
8
5
8
0
Domestic
308,99
320,26
355,02
387,54
408,60
0
8
3
6
6
525
602
710
785
of scale
Domestic
sea Thousand
passenger traffic
person
International sea Thousand
passenger traffic
person
cargo Thousand
sea throughput
ton
International sea Thousands 465
container
TEUs
throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Jumlah penumpang domestic mengalami kenaikan yang stabil selama
5 tahun terakhir, hal ini menunjukkan adanya permintaan pasar yang
semakin besar pada jasa industry pelayaran. Sedangkan jumlah penumpang
kelas internasional mengalami sedikit fluktuasi. Hanya ada 12 perusahaan
pelayaran yang beroperasi pada tingkat Asia, angka yang sangat sedikit
mengingat Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar kedua di dunia
(Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015).
Dari segi geografis, Indonesia mempunyai modal untuk membangun
infrastruktur pendudukung jasa pelayaran baik rute domestik maupun rute
internasional. Hal tersebut dapat dilihat dari data lalu lintas kapal kargo
domestic dan internasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Industri pelayaran merupakan hal yang sangat penting bagi Indonesia
sebagai Negara kepulauan, namun selama ini hanya 9% dari keseluruhan
kargo yang dibawa oleh jalur pelayaran Indonesia. Berdasarkan The Global
Competitiveness Report tahun 2014/2015, peringkat infrastruktur dan
konekstivitas Indonesia menempati peringkat 56. Sedangkan Negara lain
seperti Singapura menempati peringkat ke-2, Malaysia ke-25, Thailand ke-48,
Brunei Darussalam ke-58, Myanmar ke- 116, dan Kamboja ke-107.
Diperlukan peran pemerintah untuk membuat beberapa kebijakan
sebagai biaya untuk mendukung peluang dan daya kompetisi yang dimiliki
oleh industri pelayaran Indonesia. Dari segi infrastruktur, menurut World
Economic Forum (WEF) 2014, kualitas pelabuhan Indonesia menempati
urutan ke-6 dari 9 negara ASEAN. Arus impor dan ekspor internasional
masih didominasi oleh Pelabuhan Tanjung Priok, yang menunjukkan bahwa
belum meratanya standar pelabuhan internasional di wilayah lain Indonesia
(SINDO 2015). Selain itu, waktu bongkar muat pelabuhan Indonesia rata-rata
lebih lama, yaitu delapan hari. Apabila dikomparasikan dengan Negara
ASEAN yang lain hanya membutuhkan waktu lima hari di Thailand,
sedangkan di Singapura membutuhkan waktu satu sampai dua hari.Adanya
tantangan pada ranah domestik seperti pajak, aturan teknis pelabuhan, serta
beberapa regulasi lain yang perlu dibenah oleh pemerintah Indonesia
(Neraca 2015).
Adanya azas cabotage yang diterapkan pada tahun 2005, menambah
unit kapal laut nasional sebanyak 6041 unit. Pada tahun 2015 bertambah
menjadi 14,000 lebih unit, meningkat sebanyak 134% (Perkasa 2015)). Dari
data di atas, pelayaran rute internasional membutuhkan kapal dengan TEUs
yang besar yang didukung dengan jumlah pelabuhan internasional yang lebih
banyak. Faktor lain menyebutkan bahwa meskipun terdapat penambahan
armada kapal setiap tahun, harus ada efisiensi biaya logistic transportasi laut
yang lebih mahal daripada negara-negara ASEAN lainnya (Hilman 2015).
Menurut Indonesia National Ship Owner Association (INSA), biaya logistik
tetap tinggi dikarenakan tarif pelabuhan yang masih tinggi (Wicaksono
2015). Selain itu, biaya logistik darat pasca di pelabuhan juga memerlukan
pengaturan atau anggaran untuk subsidi sehingga biaya produksi lebih dapat
ditekan (Yasinta 2015). Tantangan yang menjadi faktor lain adalah
peningkatan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Dari 332 pelabuhan dan 1052 tenaga struktural di Indonesia, hampir 50
persen bukan merupakan tenaga yang kompeten di bidang kelautan
(beritasatu.com 2015). Selain itu, masih minimnya pendidikan formal dalam
bidang maritim. Kompetensi tenaga kerja di bidang maritim signifikan
terhadap perkembangan industri pelayaran Indonesia. Selain itu, ekspor
tenaga kerja maritim dapat memberikan remitansi kepada pendapatan
ekonomi nasional seperti yang Filipina lakukan. Terdapat 20 persen dari 1,2
juta tenaga kerja maritim di dunia merupakan warga Filipina (ILO
Publications, 2014).
Untuk menghadapi konstelasi persaingan dalam perdagangan bebas
ASEAN,
Indonesia
harus
mempunyai
serangkaian
kebijakan
untuk
meningkatkan daya saing, terutama pada industri pelayaran.Visi Poros
Maritim Indonesia yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo telah
diimplementasikan ke dalam kebijakan Tol Laut. Oatley (2004) merumuskan
bahwa kebijakan yang diputuskan pemerintah merupakan hasil dari
pertimbangan-pertimbangan sebagai biaya untuk mencapai target yang
menutupi kelemahan atau bahkan lebih.Menurut Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, Tol Laut merupakan konektivitas laut
yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal
dari barat sampai ke timur Indonesia.
Dalam implementasinya, kebijakan Tol Laut mempunyai kebijakan
yang menjadi corak utama, yaitu revitalisasi dan pembangunan infrastruktur,
Pelayaran Rakyat (PELRA), Short Shipping Sea, serta pengembangan industri
pelayaran. Kebijakan Tol Laut tersebut membutuhkan biaya sebesar hampir
700 milliar Rupiah, dengan rincian seperti 6,048 kapal patroli untuk
pengamanan laut (Bambang Prihartono, 2015). Selain itu, pemerintah juga
memberikan insenstif fiskal yang berupa Penanaman Modal Negara(PMN)
kepada BUMN. Beberapa diantaranya yaitu untuk pengadaan kapal sebesar
1,5 milliar Rupiah, pada sektor pengembangan galangan kapal sebesar 1,3
milliar Rupiah, dan untuk pengembangan pelabuhan sebesar 2 triliun Rupiah.
Biaya untuk revitalisasi dan pembangunan pelabuhan dapat mendukung
ekspansi industri pelayaran Indonesia. Kompetisi industri pelayaran
Indonesia dapat didukung dengan kebijakan ASEAN Highway Network yang
melibatkan 14 pelabuhan Indonesia dari 42 pelabuhan di seluruh ASEAN
yang diprioritaskan untuk dikembangkan (Asean 2015).
Menyadari
akan
potensi
pelayaran
domestik,
pemerintah
memberikan subsidi di 135 lalu lintas penyeberangan perintis sebesar 315
miliar Rupiah serta membangun kapal perintis dengan total investasi sebesar
208,1 miliar Rupiah. Pemberian insentif tersebut dicanangkan untuk
menstimulus perkembangan industri pelayaran Indonesia. Peluang tersebut
dapat diidentifikasi oleh 2,866 perusahaan pelayaran, 51 perusahaan
peralatan operasional maritim, 1,894 perusahaan jasa maritim, dan 250
perusahaan galangan kapal. Adanya insentif tersebut memacu indutsri
pelayaran meningkatkan target pendapatan. PT PELNI optimis menetapkan
target pendapatan sebesar 5,096 pada triliun Rupiah pada 2015, dengan
perolehan laba bersih sebesar 200 miliar Rupiah.
Untuk memaksimalkan sumber daya manusia bidang maritim,
pemerintah akan membangun 10 perguruan tinggi dan 100 sekolah maritim
(Radar Pena 2015). Sementara utnuk pengembangan kapabilitasnya,
terdapat pusat pengembangan dan pelatihan professionalisme di bidang
maritim, yaitu Indonesia Port Corporation (IPC) Corporate University (Ipccorporateuniversity.com 2015).
Adanya Tol Laut dicanangkan untuk pengaturan sistem distribusi
yang lebih efisien dan dapat menekan biaya logistik. Dalam implementasinya,
pemerintah
menganggarkan
500
miliar
Rupiah
untuk
operasional
transportasi multimoda. Sedangkan regulasinya masih bernaung pada
Peraturan Presiden No. 106 tahun 2015 tentang Angkutan Barang di Laut.
Titik tekan untuk memangkas biaya logistic maritim yang mahal yaitu pada
birokrasi, sehingga efisiensi juga tidak hanya pada sistem (Supply Chain
Indonesia, 2015).
E. Kesimpulan
Menjelang pada era liberalisasi perdagangan pada ASEAN Economic
Community, setiap negara berusaha membenahi kapabilitas industri
pelayarannya. Tidak semua negara-negara ASEAN mempunyai industri
pelayaran dengan daya saing yang tinggi seperti Singapura dan Malaysia.
Namun, beberapa negara menunjukkan progresivitas yang menonjol seperti
Thailand dan Filipina. Sedangkan beberapa negara ASEAN yang lain masih
mengalami stagnansi pada industri pelayarannya. Melihat kondisi tersebut,
integrasi ekonomi yang dilakukan oleh ASEAN harus lebih dari sekedar
harmonisasi standar professional yang akan diadopsi pada industri
pelayaran di ASEAN.
Untuk menghadapi beberapa tantangan, pemerintah Indonesia mulai
memperhatikan prospek pasar maritim di baik di wilayah perdagangan intraASEAN maupun perdagangan domestik. Salah satu kebijakan strategis adalah
Tol Laut. Implementasi dari kebijakan Tol Laut memang lebih besar
dialokasikan untuk perdagangan jasa pelayaran domestik, mulai dari
infrastruktur, pengaturan birokrasi, evaluasi konsep rute pelayaran, dan
pengadaan insentif untuk peralatan dan pengadaan kapal. Namun pada sisi
operasional, Indonesia membutuhkan alokasi kebijakan yang intens pada
tenaga kerja maupun tenaga ahli di bidang maritim. Sumber daya manusia
merupakan peran yang vital untuk pemasokan pendapatan nasional di
bidang maritim. Dengan membandingkan tantangan dan peluang, Indonesia
masih dapat bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Hal tersebut
dapat ditinjau dari peluang yang dimaksimalkan oleh pemerintah Indonesia
melalui beberapa kebijakan, salah satunya adalah Tol Laut. Kebijakan
tersebut memang membutuhkan alokasi anggaran dan pengawalan yang
besar. Jika ditinjau dari prospek pasar intra-ASEAN dan domestik yang
meningkat setiap tahunnya, hal tersebut akan menjadi keuntungan bagi
Indonesia apabila dapat mencapai target dari kebijakan-kebijakan yang telah
diupayakan.
REFERENSI
Jurnal
Findlay, Christopher. 2001.Old Issues in New Regionalism.St. Louis: Asia
Pacific Economic Papers.No. 311.(1-40).
Khalid, Nazery.2012.Sealine Under Strains. India: The IUP Journal of
International Relations.Vol VI No.2.(57-66).
Nurani, Brillian Budi.2012.Peluang dan Tantangan Indonesia Terhadap
ASEAN Multilateral Agreement On Air Services 2009 (ASEAN Open Sky
Policy).Universitas Jember: Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa
2012.(1-7).
Okamoto, Jiro.2004. Whither Free Trade Agreements? Proliferation, Evaluation
and Multilateralism.Heng Mui Keng: Contemporary Southeast Asia.
Vol. 26 No. 1.(186-189).
Tongzon, Jose L. dan Lee,Sang-Yoon.2015.The Challenges of Economic
Integration: The Case of Shipping in ASEAN Countries.Abingdon: The
Pacific Review.Vol. 28, No. 4.(483-504).
Buku
Cevilla, Convelo G, dkk.Pengantar Metode Penelitian.Jakarta : Universitas
Indonesia.
Ikbar, Yanuar .2014.Metodologi dan Teori Hubungan Internasional.Bandung:
PT. Rafika Aditama.
Luhulima,
CPF.2011.Dinamika
Masyarakat
Asia
Tenggara
Menuju
2015.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardalis.1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta : Bumi
Aksara.
Susilo, I Basis.2015.Kemaritiman Indonesia:Problem Dasar Strategi Maritim
Indonesia.Surabaya: Cakra Studi Global Strategis (CSGS), Departemen
Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga.
Internet
ASEAN-JAPAN Transport Partnership,. 2014. 'Water Transport'.Diakses pada
30
Oktober
2015
(http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport/
Water_Transport_2012).
Asean.org,. 2015. 'Annex A ASEAN Highway Network'.Diakses pada 30
Oktober 2015 (http://www.asean.org/communities/asean-economiccommunity/item/annex-a-asean-highway-network).
Asean.org,.
2015.
'Overview'.
Diakses
pada
29
Oktober
2015
(http://www.asean.org/communities/asean-economiccommunity/category/overview-17 ).
Beritasatu.com,. 2015. 'Minim Apresiasi, SDM Maritim Indonesia Pilih Kerja
Di
Luar
Negeri'.
Diakses
pada
30
Oktober
2015
(http://www.beritasatu.com/nasional/281337-minim-apresiasi-sdmmaritim-indonesia-pilih-kerja-di-luar-negeri.html ).
Dbcity.com,. 2015. 'Negara / Panjang Garis Pantai - Kota Dan Desa
Dunia'.Diakses pada 28 Oktober 2015 (http://id.db-city.com/Negara-Panjang-garis-pantai).
Hilman, Muhammad. 2015. 'MEA 2015: Sektor Pelayaran Harus Kejar
Kesiapan Liberalisasi'. industri.bisnis.com.Diakses pada 29 Oktober
2015
(http://industri.bisnis.com/read/20141007/98/263045/mea-
2015-sektor-pelayaran-harus-kejar-kesiapan-liberalisasi) .
IPC Corporate University,. 2015. 'About - IPC Corporate University'.Diakses
pada
30
Oktober
2015
corporateuniversity.com/?r=site/page&view=about).
(http://www.ipc-
Kunmakara, May. 2015. 'Two New Ports For Cambodia'. Phnom Penh
Post.Diakses
pada
28
Oktober
2015
(http://www.phnompenhpost.com/business/two-new-portscambodia).
Maritime Institute of Malaysia,. 2015. 'MIMA | Homepage'.Diakses pada 30
Oktober
2015
(http://www.mima.gov.my/v2/mobile.php?m=posts&c=shw_details&i
d=88&slug=latest-post).
Neraca,. 2015. 'Industri Pelayaran Nasional Sulit Bersaing Dengan Asing Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015'. Diakses pada 26 Oktober
2015
(http://www.neraca.co.id/article/38519/industri-pelayaran-
nasional-sulit-bersaing-dengan-asing-jelang-masyarakat-ekonomiasean-2015).
Perkasa,
Surya.
2015.
'Indonesia
Metrotvnews.com.Diakses
Dan
pada
Poros
24
Maritim
Oktober
Dunia'.
2015
(http://telusur.metrotvnews.com/read/2015/10/15/441239/indonesi
a-dan-poros-maritim-dunia).
Radar Pena,. 2015. 'KKP Tambah 100 Kampus Kemaritiman'.Diakses pada 31
Oktober
2015
(http://m.radarpena.com/welcome/read/2015/03/12/16658/6/2/KKP-Tambah-100-Kampus-Kemaritiman).
Renzenbrink, Anne. 2015. 'Positive Signs For Shipping Industry'. Phnom Penh
Post.Diakses
pada
31
Oktober
2015
(http://www.phnompenhpost.com/business/positive-signs-shippingindustry).
SINDO,
Koran.
2015.
'10
SINDOnews.com.Diakses
Pelabuhan
pada
Terkenal
26
Di
Oktober
Indonesia'.
2015
(http://nasional.sindonews.com/read/998303/163/10-pelabuhanterkenal-di-indonesia-1430963937).
Supply Chain Indonesia,. 2015. 'Sislognas, Tol Laut Dan Efisiensi Birokrasi Di
Pelabuhan'.Diakses
pada
30
Oktober
2015
(http://supplychainindonesia.com/new/sislognas-tol-laut-danefisiensi-birokrasi-di-pelabuhan/).
The World Bank,. 2015. 'Home | Logistics Performance Index'.Diakses pada
31 Oktober 2015 (http://lpi.worldbank.org/).
Wicaksono, Pebrianto. 2015. 'Biaya BBM Pelayaran Indonesia Lebih Mahal
Ketimbang Negara Lain'. liputan6.com.Diakses pada 30 Oktober 2015
(http://bisnis.liputan6.com/read/2173663/biaya-bbm-pelayaranindonesia-lebih-mahal-ketimbang-negara-lain).
Yasinta, Veronika. 2015. 'Ongkos Kapal Mahal, Pemerintah Harus Buat
Regulasi Sinergitas Multimoda'. industri.bisnis.com. Diakses pada 31
Oktober
2015
(http://industri.bisnis.com/read/20151008/98/480481/ongkoskapal-mahal-pemerintah-harus-buat-regulasi-sinergitas-multimoda).
Publikasi
Prihartono, Bambang. 2015. 'Pengembangan Tol Laut Dalam RPJMN 20152019 Dan Implementasi 2015'.
E-Book
Anonim. 2015. Connecting To Compete 2014: Trade Logistics In The Global
Economy. 1st ed. Washington, DC: The Worldbank.Diakses pada 31
Oktober
31,
2015
(http://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/.../L
PI2014.pdf).