Peluang dan Tantangan Industri Pelayaran

Peluang dan Tantangan Industri Pelayaran Indonesia dalam
Menghadapi ASEAN Economic Community
Oleh:
Rahma Amelia Widya Nurhakmi1
Kukuh Ugie Sembodo2
Universitas Jember

Abstrak
Proses integrasi ekonomi menjelang ASEAN Economic Community (AEC)
melibatkan liberalisasi perdagangan sektor jasa di bidang maritim.
Liberalisasi perdagangan yang menjadi landasan kerjasama, menghasilkan
kompetisi antar industri pelayaran negara-negara ASEAN. Peningkatan
jumlah konsumen pada jasa pelayaran domestik maupun intra-ASEAN,
merupakan stimulus untuk negara-negara ASEAN dalam meningkatkan daya
saing industri pelayarannya. Progres industri pelayaran negara-negara
ASEAN menunjukkan kesiapannya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang
meningkat tersebut. Indonesia sebagai negara maritim mempunyai peluang
untuk menjadi kompetitor yang kompeten dalam perdagangan intra-ASEAN.
Makalah ini akan membahas mengenai tantangan dan peluang Indonesia
untuk


meningkatkan

daya

saing

industri

pelayarannya.

Penulis

menggunakan konsep competitive liberalization dan konsep cost and benefit
dalam pembahasannya.
Kata Kunci: AEC, maritim, industri pelayaran, Indonesia.

Abstract
Economic integration process towards the ASEAN Economic Community
involving trade liberalization in the services sektor of the maritime field. Trade
liberalization which is the basis of cooperation , resulted a competition between

the shipping industry of ASEAN countries. An increase of consumers in the
1

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jember. Student ID:
120910101072
2
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jember. Student ID:
150910101007

domestic shipping services either or intra - ASEAN , became a stimulus for the
ASEAN countries in enhancing the competitiveness of their shipping industry.
Shipping industry’s progress of ASEAN countries showed readiness to fulfill the
increasing market demands. Indonesia as a maritime country has an oportunity
to be a competent competitor in intra - ASEAN trade . This paper will analyze
the challenges and opportunities of Indonesia to improve the competitiveness of
its shipping industry . The authors uses the concept of competitive liberalization
and the concept of cost and benefit to analyze.
Keywords: AEC, maritime,shipping industry, Indonesia.

A. Pendahuluan

Laut merupakan media yang sangat penting untuk kelancaran
perdagangan antar negara karena laut juga merupakan wilayah kedaulatan
suatu negara. Wilayah laut di Asia Tenggara mempunyai beberapa wilayah
yang sangat strategis untuk menjadi jalur perdagangan dunia, beberapa
diantaranya adalah Laut Natuna, Selat Malaka, dan Laut Cina Selatan. Selain
itu, wilayah laut di Asia Tenggara juga termasuk ke dalam jalur Sea Line of
Communications (SLOC), yang merupakan kunci jalur maritim yang
memfasilitasi lalu lintas pelayaran yang pada dan menyelenggarakan
transportasi sebagai kunci dari perdagangan maritim.(Khalid, 2012) ASEAN
Economic Community 2015 menggunakan liberalisasi perdagangan sebagai
landasan kerjasamanya. ASEAN Economic Community mempunyai

4

karakteristik, yaitu: (a) a single market and production base, (b) a highly
competitive economic region, (c) a region of equitable economic development,
and (d) a region fully integrated into the global economy.
Arus jasa yang bebas bergerak merupakan faktor utama dalam
pembangunan AEC (Luhulima, 2011). Kerjasama perdagangan baik intra
maupun ekstra ASEAN membutuhkan logistik yang mendukung kelancaran

arus perdagangan tersebut. ASEAN mempunyai cakupan wilayah laut, udara,
dan darat sebagai media untuk logistik komoditas perdagangan. ASEAN
Community telah melakukan harmonisasi regulasi mengenai logistik sebagai
faktor pendukung kelancaran perdagangan tersebut. Salah satu upaya ASEAN

dalam melakukan harmonisasi tersebut adalah melalui ASEAN Transport
Ministers Meeting yang dibentuk pada tahun 1996. Pembentukan forum ini
merupakan kesadaran ASEAN untuk melihat potensi arus jasa yang dibagi
dalam tiga cakupan, yaitu Air Transport, Land Transport, dan Maritime
Transport. Kondisi geografis ASEAN yang diapit diantara dua samudera dan
dua benua membuat wilayah maritim ASEAN mempunyai jalur transportasi
air yang sibuk. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. ASEAN Maritime Measurement Transport and Traffic
Measurement
transport
Domestic sea
passenger
traffic
Domestic sea
cargo

throughput
International
sea passenger
traffic

Units
or 2010
scale
Thousand
86,915
person

2011

2012

2013

2014


90,67
2

98,79
5

96,002

78,939

Thousand ton

676,556

724,3
12

756,6
72


718,655 698,769

Thousand
person

7,701

6,479

4,783

5,508

4,611

1,643,68
2

1,740, 1,820,
782

557

1,682,3
10

1,596,0
02

47,840

53,75
1

51,763

45,766

International
Thousand ton
sea

cargo
throughput
International
Thousand
sea container TEUs
throughput

56,59
1

Diolah dari :
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport/Water_
Transport_2014
Dari data yang disajikan, industri pelayaran mempunyai prospek yang
besar terhadap pasar dalam industri jasa dalam bidang perairan. Penumpang
transportasi air pada wilayah domestik ASEAN lebih besar daripada
penumpang internasional. Sementara pada volume penggunaan kargo
dengan rute internasional lebih besar daripada di wilayah domestik ASEAN.
Prospek pasar tersebut bisa dijangkau pada negara-negara ASEAN yang
mempunyai garis pantai sebagai pendukung infrastuktur perdagangan jasa

pada industri pelayaran.

Sebagai contoh konkrit dalam bidang maritime adalah dibentuknya
ASEAN Single Shipping Market pada tahun 2014. Pada implementasinya
hanya pada harmonisasi dang pengkajian ulang regulasi mengenai hambatan
yang terjadi pada industri pelayaran menuju integrasi masyarakat ekonomi
ASEAN 2015(MIMA, 2012). Dalam Roadmap Towards An Integrative and
Competitive Maritime Transport in ASEAN, harmonisasi yang dilakukan
bertujuan untuk membuat atmosfir pelayaran yang professional melalui
mekanisme dan fasilitas yang mendukung. Aturan-aturan yang harus
diratifikasi dan diterapkan bertujuan untuk meningkatkan daya saing
industri pelayaran negara-negara ASEAN. Kesenjangan pada kemampuan
perekonomian antar negara di ASEAN yang menimbulkan hasrat untuk
berkontestasi pada kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Oleh karena
itu, negara-negara anggota ASEAN memerlukan persiapan untuk melakukan
liberalisasi sektor jasa pada industri pelayaran domestik masing-masing.
Indonesia sebagai negara maritim, mempunyai peluang dan tantangan untuk
meningkatkan daya saing terhadap perkembangan industri pelayaran
negara-negara ASEAN yang lain.


B. Kerangka Pemikiran
1.

Konsep Competitive Liberalization, Jiro Okamoto
Konsep competition liberalization yang menganggap bahwa Free

Trade Agreement (FTA) akan menstimulasi liberalisasi salalu berisiko
menjadi competitive enclosure yang dapat membagi dunia ekonomi dalam
berbagai bagian. Konsep tersebut merupakan derivasi dari konsep Findlay

mengenai vested interests merupakan konsekuensi mutlak adanya FTA( C.
Findlay, 2002). Negara dengan daya saing yang tinggi akan selalu
berkompetisi dalam perdagangan bebas untuk mempertahankan posisinya
sebagai negara pengekspor utama.
Landasan yang digunakan oleh ASEAN dalam mewujudkan integrasi
ekonominya adalah melalui liberalisasi perdagangan. ASEAN Economic
Community merupakan salah satu bentuk nota kesepahaman yang
mengurangi

hambatan-hambatan

kerjasama

perdagangan

sehingga

kompetisi industri pelayaran antar negara ASEAN semakin ketat. Kompetisi
dalam rangka liberalisasi perdagangan tersebut melibatkan negara-negara
yang mempunyai industri dengan daya saing yang masih rendah.
Bagaimanapun, tidak ada jaminan bahwa jaringan yang rumit dari perjanjian
perdagangan bebas tentu mempromosikan transaksi ekonomi yang lancar
antar negara-negara yang terlibat, karena pada dasarnya perjanjian
perdagangan bebas itu diskriminatif (Jiro O,2004). Mengacu pada sajian data
pada tabel, prospek pasar dalam industri pelayaran terlihat potensial baik
dalam domestik ASEAN maupun luar ASEAN. Prospek tersebut juga akan
menjadi target yang strategis oleh negara-negara yang memiliki industri
pelayaran dengan daya saing yang tinggi. Industri pelayaran di ASEAN akan
menghadapi konstelasi persaingan yang ketat dalam integrasi ekonomi pada
ASEAN Economic Community 2015.

2.

Konsep Cost and Benefit, Thomas Oatley
Dalam kajian ekonomi politik internasional, negara dituntut membuat

kebijakan-kebijakan yang sinergis antara kebijakan luar negeri dan kebijakan
publik. Konstelasi ekonomi politik internasional akan memengaruhi
kebijakan ekonomi domestik. Konsep tersebut mengemukakan bahwa setiap
pemerintah harus membuat pilihan-pilihan mengenai bagaimana ekonomi
dalam negeri saling berhubungan dengan ekonomi global.(Oatley, 2004)
rasionalitas dalam pemilihan kebijakan yang tepat menggunakan metodologi
yang digunakan untuk membandingkan biaya dan manfaat dari kebijakan
pemerintah atau dari tindakan perspektif dari masyarakat secara
keseluruhan. Analisis menggunakan teknik ini memahami bahwa para
pembuat keputusan mungkin memilih untuk mengabaikan hasil, tapi sebuah
keuntungan memungkinkan pembuat keputusan untuk menimbang lebih
jelas tentang biaya peluang(Brilian Nurani, 2012).

Namun, terdapat pesimistis terhadap daya saing industri pelayaran

Indonesia pada ASEAN Economic Community. Tantangan tersebut merupakan
faktor-faktor yang menjadi pertimbangan untuk pemerintah membuat

kebijakan. Kebijakan tersebut akan memerlukan lebih banyak anggaran
sebagai biaya untuk meningkatkan daya saing.

C. Metode Penelitian
Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah memerlukan serangkaian
proses agar konten dari penulisan bersifat empiris. Menurut Yanuar Ikbar,
metodologi adalah sistem panduan untuk memecahkan persoalan, dengan
komponen spesifiknya adalah bentuk, tugas, metode teknik dan alat.
Sedangkan metode berada di dalam metodologi, atau dengan kata lain,
metode berkenaan dengan teknis saja dari keseluruhan yang dibahas dalam
metodologi (Yanuar Ikbar, 2014). Adapun metode yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif. Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek
dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki
(Convello Cevilla dkk, 1993). Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif
ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan yang
ada(Mardalis, 1999). Oleh karena itu, metode penelitian ini memerlukan
metode pengumpulan data dan metode analisa data. Pengumpulan data
dilakukan dengan pendekatan data sekunder. Upaya untuk mendeskripsikan
dan menginterpretasikan sesuatu adalah salah satu bentuk metode analisa
yang digunakan.

D. Pembahasan
1.

Progres industri pelayaran di negara-negara ASEAN
Dalam menghadapi ASEAN Economic Community, terdapat perbedaan

perkembangan pada setiap negara di ASEAN dalam bidang pelayaran. Daya
saing industri pelayaran tersebut dapat ditinjau dari perkembangan lalu
lintas pelayaran pada masing-masing negara ASEAN sebagai berikut.

Tabel 2. Lalu Lintas Pelayaran Kamboja
Indicator

Number of 2010
scale

2011

2012

2013

International sea Thousand
passenger traffic
person

48

16

41

International sea
cargo throughput
International sea
container
throughput

2,217

2,439

2,659

(belum
dilaporkan oleh
pemerintah
Kamboja)
3,012

223

238

255

286

Thousand
ton
Thousands
TEUs

Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa volume pelayaran baik
pelayaran penumpang maupun peti kemas yang masih sangat minim. Dalam
hal pelayaran penumpang internasional pun dapat dilihat adanya fluktuasi
jumlah penumpang. Panjang garis pantai Kamboja adalah 443, dan saat ini
menduduki peringkat ke 100 dalam hal garis pantai (DB City, 2015).
Meskipun memiliki kondisi geografis yang kurang mendukung, pemerintah
Kamboja membangun dua pelabuhan di provinsi Kandal, Kamboja
(Kunmakara 2015). Kebijakan tersebut dilakukan untuk menambah volume
kontainer yang akan singgah di Kamboja. Menurut data Otonomi Pelabuhan
Kamboja, julmlah kapal kargo yang mendarat di Kamboja trus meningkat
mencapai rata-rata 10%. Peningkatan volume komoditas ekspor berupa hasil
pertanian, terutama beras, menjadikan jasa industri pelayaran di Kamboja
sebagai peran yang strategis (Renzenbrink 2013).
Tabel 3. Lalu Lintas Pelayaran Malaysia
Indicator

Number of 2010
scale

2011

2012

2013

2014

International sea
passenger traffic
International sea
cargo throughput
International sea
container
throughput

Thousand
person
Thousand
ton
Thousands
TEUs

4,348

3,050

2,137

2,547

2,641

168,9
99
6,464

187,9
97
6,720

187,2
37
6,956

189,8
68
7,108

200,8
96
7,205

Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Pada penggunaan jasa container dan kargo rute internasional
mengalami peningkatan yang cukup stabil. Namun pada prospek pasar di
sektor kapal penumpang menunjukkan penurunan pada permintaan pasar.
Malaysia sebagai Negara dengan panjang garis pantai 4675km (DB City,
2015). Dalam lima tahun terakhir, Malaysia mengalami penurunan jumlah
penumpang. Sedangkan sektor petikemas Malaysia menunjukan peningkatan
yang stabil. Institusi kemaritiman Malaysia memperkirakan sekitar 95% dari
keseluruhan perdagangan internasional Malaysia akan dilakukan lewat laut..
Hal tersebut kemudian membuat pemerintah Malaysia memutuskan sektor
pelayaran sebagai salah satu dari tiga industri yang masuk pada masterplan
2005-2020 (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015). Di Malaysia terdapat
lebih dari 100 perusahaan pelayaran domestik. Salah satu dari ratusan
perusahaan tersebut adalah Malaysian International Shipping Corporation
(MISC) yang dimiliki dan dikelola

oleh pemerintah Malaysia. Namun

demikian, MISC masih bergantung pada jalur pelayaran asing.
Tabel 4. Lalu Lintas Pelayaran Myanmar
Indicator

Number
of scale

2010

2011

2012

2013

2014

International
sea
passenger
traffic
International
sea
cargo
throughput
International
sea
container
throughput

Thousand
person

1.14

6.97

6.31

6.73

18.47

Thousand
ton

19,798 21,541

Thousands 303
TEUs

347

24,584 24,921 27,276

408

478

617

Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Arus jasa penumpang kelas internasional mengalami peningkatan
yang signisikan, terutama pada tahun 2014. Selain itu, peningkatan yang
stabil pada sektor penumpang dan kapal kargo internasional. Hal tersebut
tentu merupakan hasil upaya pemerintah Myanmar dalam menyiapkan

industri pelayarannya menghadapi komunitas ASEAN. Selama ini pengiriman
internasional Myanmar didominasi oleh armada kapal asing (Jose Tongzhon
dan Sang-Yoon Lee, 2015). Kapal domestik hanya memberikan sumbangsih
sebanyak 10-15% dari keseluruhan pelayaran internasional yang dikelola
oleh tiga perusahaan pelayaran. Pemilik kapal yang dominan adalah
perusahaan pelayaran semi pemerintah yang saat ini memiliki 22 kapal.
Tabel 5. Lalu Lintas Pelayaran Filipina
Indicator

Number

2010

2011

2012

2013

2014

37

58

54

42

43

96,599

103,6

118,3

124,0

133,2

57

25

98

92

2,970

3,146

3,181

3,290

of scale
International

sea Thousand

passenger traffic
International

person
sea Thousand

cargo throughput
International
container

ton

sea Thousands N/Col
TEUs

throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Filipina merupakan salah satu Negara kepulauan di ASEAN yang
merupakan peluang bagi Filipina untuk dapat mengembangkan sektor
maritim dalam menghadapi ASEAN Community. Lima tahun terakhir, jasa
petikemas internasional Filipina terus mengalami peningkatan. Namun,
dalam pelayaran penumpang Filipina masih terkesan belum siap, melihat
data yang fluktuatif. Industri pelayaran nasional hanya dikonsentrasikan
pada lima perusahaan pelayaran Filipina (e.g., Eastern Shipping Lines Inc.
,Loadstar Shipping Co. Inc., Montenegro Shipping Lines Inc., PNOC
Shippingand Transport Corporation), secara umum perusahaan pelayaran
tersebut mengangkut batu bara. Meski demikian, pemarintah mendukung
perusahaan pelayaran Filipina agar dapar bergabung dalam jalur pelayaran
internasional melaluai program penyewaan kapal kosong, investasi secara
insentif, dan pembebasan pajak. Pemerintah Filipina menerapkan kebijakan

fiscal yang ketat terhadap perusahaan pelayaran asing (Jose Tongzhon dan
Sang-Yoon Lee, 2015). Selain itu, Filipina memiliki sumber daya manusia
yang sangat kompeten dan mempunyai sertifikasi internasional sehinga
Filipina menjadi pemasok tenaga ahli di bidang maritime terbesar di dunia.
Lebih dari 300,000 tenaga kerja Filipina bekerja di seluruh dunia, yang telah
menyumbangkan remitansi sebesar 2 juta dollar setiap tahunnya (Jose
Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015).
Tabel 6. Lalu Lintas Pelayaran Singapura
Indicator

Number

2010

2011

2012

2013

2014

503,3

531,1

538,02

560,8

581,26

42

76

1

88

8

29,93

31,649

32,57

33,896

of scale
International

sea Thousand

cargo throughput
International
container

ton

sea Thousands 28,43
TEUs

1

8

9

throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Kondisi geografis Singapura yang sangat strategis merupakan faktor
utama sebagai pendukung daya saing industri pelayaran Singapura.
Singapura merupakan kompetitor utama dalam perdangan jasa pelayaran di
ASEAN, dengan volume arus kargo terbesar apabila dibandingkan dengan
volume arus kargo di negara-negara ASEAN yang lain. Pada sektor lain, jasa
kontainer Singapura menunjukkan adanya permintaan pasar yang terus
meningkat pada lima tahun terakhir. Sebagai sebuah Negara yang dengan
luas wilayah yang terkecil di ASEAN, Singapura telah menerapkan orientasi
terhadap industry perdagangan dan juga mempromosikan dirinya sebagai
Negara

yang

melayani

jasa

pelayaran

di

regional

Asia

dengan

mengedepankan lokasinya yang strategis (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee,
2015). Sumbangan perekonomian di bidang maritime rata-rata mencapai 7%
setiap tahunnya, hal ini yang menjadikan sektor maritime merupakan pilar
perekonomian yang penting. Salah satu kebijakan pemerintah yang berperan

pentinga adalah pemeberian insentif fiscal

sesuai dengan kebijakan

pelayaran internasional dan memeberi subsidi untuk memperkuat industri
pelayaran nasional.
Tabel 7. Lalu Lintas Pelayaran Thailand
Indicator

Number of 2010

2011

2012

2013

2014

486

552

612

705

scale
International

sea Thousand

passenger traffic
International

International
container

person

sea Thousand

cargo throughput

348

131,529 130,31

ton

sea Thousands

5,932

157,17 178,362 170,435

6

4

6,499

7,091

7,056

TEUs

throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Terdapat perkembangan yang pesat dari data yang ditunjukkan oleh
industri pelayaran di Thailand. Baik dari segi penumpang, hingga jasa kargo
dan kontainer. Jasa pelayaran merupakan peran yang strategis dalam
perekonomian Thailand. Pada tahun 2014, terdapat 89% dari total volume
perdagangan internasional Thailand menggunakan jasa di bidang maritime
(Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015). Sumber daya manusia di bidang
maritim masih belum memenuhi tuntutan pemerintah yang mulai
konsentrasi ke bidang maritim. Oleh karena itu, pemerintah Thailand
membuat kebijakan untuk menetapkan pajak penghasilan juga pada tenaga
kerja asing mencapai 30% (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015). Untuk
sektor

bisnis,

pemerintah

Thailand

membuat

kebijakan

dengan

mengalokasikan anggaran subsidi untuk pembelian kapal baru kepada para
pengusaha kapal Thailand (Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015).

7,422

Tabel 8. Lalu Lintas Pelayaran Vietnam
Indicator

Number

2010

2011

2012

of scale
International

sea Thousand

cargo throughput
International

154,154 154,876 (belum

ton

tercatat)

sea Thousands 5,363

container

5,823

6,519

TEUs

throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Industri pelayaran Vietnam didominasi oleh Vietnam National
Shipping Lines (VINALINES), yang merupakan industri milik negara. Industri
tersebut tidak hanya melayani jasa pelayaran, juga termasuk manajemen dan
operasional

pelabuhan,

serta

keuangannya.

Meskipun

VINALINES

merupakan industri yang dominan di Vietnam yang dikelola oleh pemerintah,
80% saham perusahaan ialah milik asing. Perusahaan tersebut memiliki 14
perusahaan kapal pelayaran, 17 pelabuhan, serta 46 perusahaan jasa layanan
maritim yang berafiliasi dengan investor asing (Jose Tongzhon dan SangYoon Lee, 2015).
Pada perkembangannya, masing-masing negara mempunyai modal
dan

upaya untuk meningkatkan daya saing untuk menghadapi ASEAN.

Integrasi ekonomi dalam ASEAN Economic Community membutuhkan peran
negara untuk melakukan regulasi-regulasi yang memudahkan perdagangan
jasa industri pelayaran, tidak terkecuali untuk mengurangi hambatan, tariff,
atau regulasi pelabuhan yang dapat merugikan. Adanya peningkatan dalam
lalu lintas pelayaran beberapa negara menunjukkan bahwa pemerintah
negara setempat sedang berusaha untuk menaikkan daya kompetisi industri
pelayarannya, baik perusahaan milik negara maupun swasta. Liberalisasi
perdagangan pada sektor jasa tersebut yang menimbulkan kekhawatiran
akan pasar yang akan dikuasai oleh satu kompetitor yang kompeten. Prospek

pasar yang besar membuat negara-negara ASEAN memacu daya saing
industri pelayarannya menjadi kompetitor yang kompeten.

2.

Cost and Benefit Indonesia Menghadapi Tantangan di Era ASEAN
Economic Community
Logistik merupakan salah satu faktor kunci dalam perdagangan

internasional. Industri pelayaran suatu negara juga merupakan aspek yang
penting dalam logistik. Pada era perdagangan bebas, pasar membutuhkan
proses logistic yang semakin cepat dan efisien. Berdasarkan Logistics
Perfomance Index (LPI), Indonesia memiliki nilai skor sebanyak 2,76 pada
tahun 2010, kemudian nilai skor 2,94 pada tahun 2012, dan meningkat lagi
menjadi 3,08 pada tahun 2014. Namun, pada pengangkutan kapal
internasional, Indonesia berada pada ranking 74 dengan nilai skor
2,87(Worldbank 2014).
Berdasarkan komparasi pada LPI, Singapura dan Malaysia mempunyai
daya saing yang tinggi karena menempati posisi ranking teratas sedunia
menurut Logistics Perfomance Index. Singapura menempati posisi ke-2,
Malaysia ke-10, Thailand ke-39, Vietnam ke-42, Filipina ke-35, Kamboja ke78, dan Laos ke-120. Indonesia menempati urutan ke-7 diantara 8 negaranegara ASEAN yang mempunyai industri pelayaran.

Data tersebut

menunjukkan bahwa terdapat tantangan yang akan dihadapi Indonesia
dalam perdagangan jasa pelayaran di ASEAN. Namun, Indonesia masih
mempunyai peluang yang menjadi benefit yang didefinisikan oleh Oatley
sebagai salah satu target yang akan dicapai ketika pemerintah sudah
mengeluarkan biaya berupa kebijakan-kebijakan baru. Indonesia memiliki
modal jika ditinjau dari segi demografis dan geografis. Populasi penduduk
Indonesia yang mencapai kurang lebih 17 juta orang merupakan salah satu
prospek pasar bagi industri pelayaran dalam wilayah domestik.

Tabel 9. Lalu Lintas Pelayaran Indonesia
Indicator

Number

2010

2011

2012

2013

2014

5,097

5,658

6,746

6618

6907

1,723

1,797

1,933

1,757

1,909

International sea Thousand

567,20

580,87

597,66

609,08

653,27

cargo throughput ton

8

8

5

8

0

Domestic

308,99

320,26

355,02

387,54

408,60

0

8

3

6

6

525

602

710

785

of scale
Domestic

sea Thousand

passenger traffic

person

International sea Thousand
passenger traffic

person

cargo Thousand

sea throughput

ton

International sea Thousands 465
container

TEUs

throughput
Diolah dari:
http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport
Jumlah penumpang domestic mengalami kenaikan yang stabil selama
5 tahun terakhir, hal ini menunjukkan adanya permintaan pasar yang
semakin besar pada jasa industry pelayaran. Sedangkan jumlah penumpang
kelas internasional mengalami sedikit fluktuasi. Hanya ada 12 perusahaan
pelayaran yang beroperasi pada tingkat Asia, angka yang sangat sedikit
mengingat Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar kedua di dunia
(Jose Tongzhon dan Sang-Yoon Lee, 2015).
Dari segi geografis, Indonesia mempunyai modal untuk membangun
infrastruktur pendudukung jasa pelayaran baik rute domestik maupun rute
internasional. Hal tersebut dapat dilihat dari data lalu lintas kapal kargo
domestic dan internasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Industri pelayaran merupakan hal yang sangat penting bagi Indonesia
sebagai Negara kepulauan, namun selama ini hanya 9% dari keseluruhan
kargo yang dibawa oleh jalur pelayaran Indonesia. Berdasarkan The Global
Competitiveness Report tahun 2014/2015, peringkat infrastruktur dan

konekstivitas Indonesia menempati peringkat 56. Sedangkan Negara lain
seperti Singapura menempati peringkat ke-2, Malaysia ke-25, Thailand ke-48,
Brunei Darussalam ke-58, Myanmar ke- 116, dan Kamboja ke-107.
Diperlukan peran pemerintah untuk membuat beberapa kebijakan
sebagai biaya untuk mendukung peluang dan daya kompetisi yang dimiliki
oleh industri pelayaran Indonesia. Dari segi infrastruktur, menurut World
Economic Forum (WEF) 2014, kualitas pelabuhan Indonesia menempati
urutan ke-6 dari 9 negara ASEAN. Arus impor dan ekspor internasional
masih didominasi oleh Pelabuhan Tanjung Priok, yang menunjukkan bahwa
belum meratanya standar pelabuhan internasional di wilayah lain Indonesia
(SINDO 2015). Selain itu, waktu bongkar muat pelabuhan Indonesia rata-rata
lebih lama, yaitu delapan hari. Apabila dikomparasikan dengan Negara
ASEAN yang lain hanya membutuhkan waktu lima hari di Thailand,
sedangkan di Singapura membutuhkan waktu satu sampai dua hari.Adanya
tantangan pada ranah domestik seperti pajak, aturan teknis pelabuhan, serta
beberapa regulasi lain yang perlu dibenah oleh pemerintah Indonesia
(Neraca 2015).
Adanya azas cabotage yang diterapkan pada tahun 2005, menambah
unit kapal laut nasional sebanyak 6041 unit. Pada tahun 2015 bertambah
menjadi 14,000 lebih unit, meningkat sebanyak 134% (Perkasa 2015)). Dari
data di atas, pelayaran rute internasional membutuhkan kapal dengan TEUs
yang besar yang didukung dengan jumlah pelabuhan internasional yang lebih
banyak. Faktor lain menyebutkan bahwa meskipun terdapat penambahan
armada kapal setiap tahun, harus ada efisiensi biaya logistic transportasi laut
yang lebih mahal daripada negara-negara ASEAN lainnya (Hilman 2015).
Menurut Indonesia National Ship Owner Association (INSA), biaya logistik
tetap tinggi dikarenakan tarif pelabuhan yang masih tinggi (Wicaksono
2015). Selain itu, biaya logistik darat pasca di pelabuhan juga memerlukan
pengaturan atau anggaran untuk subsidi sehingga biaya produksi lebih dapat
ditekan (Yasinta 2015). Tantangan yang menjadi faktor lain adalah
peningkatan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Dari 332 pelabuhan dan 1052 tenaga struktural di Indonesia, hampir 50

persen bukan merupakan tenaga yang kompeten di bidang kelautan
(beritasatu.com 2015). Selain itu, masih minimnya pendidikan formal dalam
bidang maritim. Kompetensi tenaga kerja di bidang maritim signifikan
terhadap perkembangan industri pelayaran Indonesia. Selain itu, ekspor
tenaga kerja maritim dapat memberikan remitansi kepada pendapatan
ekonomi nasional seperti yang Filipina lakukan. Terdapat 20 persen dari 1,2
juta tenaga kerja maritim di dunia merupakan warga Filipina (ILO
Publications, 2014).
Untuk menghadapi konstelasi persaingan dalam perdagangan bebas
ASEAN,

Indonesia

harus

mempunyai

serangkaian

kebijakan

untuk

meningkatkan daya saing, terutama pada industri pelayaran.Visi Poros
Maritim Indonesia yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo telah
diimplementasikan ke dalam kebijakan Tol Laut. Oatley (2004) merumuskan
bahwa kebijakan yang diputuskan pemerintah merupakan hasil dari
pertimbangan-pertimbangan sebagai biaya untuk mencapai target yang
menutupi kelemahan atau bahkan lebih.Menurut Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, Tol Laut merupakan konektivitas laut
yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal
dari barat sampai ke timur Indonesia.
Dalam implementasinya, kebijakan Tol Laut mempunyai kebijakan
yang menjadi corak utama, yaitu revitalisasi dan pembangunan infrastruktur,
Pelayaran Rakyat (PELRA), Short Shipping Sea, serta pengembangan industri
pelayaran. Kebijakan Tol Laut tersebut membutuhkan biaya sebesar hampir
700 milliar Rupiah, dengan rincian seperti 6,048 kapal patroli untuk
pengamanan laut (Bambang Prihartono, 2015). Selain itu, pemerintah juga
memberikan insenstif fiskal yang berupa Penanaman Modal Negara(PMN)
kepada BUMN. Beberapa diantaranya yaitu untuk pengadaan kapal sebesar
1,5 milliar Rupiah, pada sektor pengembangan galangan kapal sebesar 1,3
milliar Rupiah, dan untuk pengembangan pelabuhan sebesar 2 triliun Rupiah.
Biaya untuk revitalisasi dan pembangunan pelabuhan dapat mendukung
ekspansi industri pelayaran Indonesia. Kompetisi industri pelayaran
Indonesia dapat didukung dengan kebijakan ASEAN Highway Network yang

melibatkan 14 pelabuhan Indonesia dari 42 pelabuhan di seluruh ASEAN
yang diprioritaskan untuk dikembangkan (Asean 2015).
Menyadari

akan

potensi

pelayaran

domestik,

pemerintah

memberikan subsidi di 135 lalu lintas penyeberangan perintis sebesar 315
miliar Rupiah serta membangun kapal perintis dengan total investasi sebesar
208,1 miliar Rupiah. Pemberian insentif tersebut dicanangkan untuk
menstimulus perkembangan industri pelayaran Indonesia. Peluang tersebut
dapat diidentifikasi oleh 2,866 perusahaan pelayaran, 51 perusahaan
peralatan operasional maritim, 1,894 perusahaan jasa maritim, dan 250
perusahaan galangan kapal. Adanya insentif tersebut memacu indutsri
pelayaran meningkatkan target pendapatan. PT PELNI optimis menetapkan
target pendapatan sebesar 5,096 pada triliun Rupiah pada 2015, dengan
perolehan laba bersih sebesar 200 miliar Rupiah.
Untuk memaksimalkan sumber daya manusia bidang maritim,
pemerintah akan membangun 10 perguruan tinggi dan 100 sekolah maritim
(Radar Pena 2015). Sementara utnuk pengembangan kapabilitasnya,
terdapat pusat pengembangan dan pelatihan professionalisme di bidang
maritim, yaitu Indonesia Port Corporation (IPC) Corporate University (Ipccorporateuniversity.com 2015).
Adanya Tol Laut dicanangkan untuk pengaturan sistem distribusi
yang lebih efisien dan dapat menekan biaya logistik. Dalam implementasinya,
pemerintah

menganggarkan

500

miliar

Rupiah

untuk

operasional

transportasi multimoda. Sedangkan regulasinya masih bernaung pada
Peraturan Presiden No. 106 tahun 2015 tentang Angkutan Barang di Laut.
Titik tekan untuk memangkas biaya logistic maritim yang mahal yaitu pada
birokrasi, sehingga efisiensi juga tidak hanya pada sistem (Supply Chain
Indonesia, 2015).

E. Kesimpulan
Menjelang pada era liberalisasi perdagangan pada ASEAN Economic
Community, setiap negara berusaha membenahi kapabilitas industri
pelayarannya. Tidak semua negara-negara ASEAN mempunyai industri
pelayaran dengan daya saing yang tinggi seperti Singapura dan Malaysia.
Namun, beberapa negara menunjukkan progresivitas yang menonjol seperti
Thailand dan Filipina. Sedangkan beberapa negara ASEAN yang lain masih
mengalami stagnansi pada industri pelayarannya. Melihat kondisi tersebut,
integrasi ekonomi yang dilakukan oleh ASEAN harus lebih dari sekedar
harmonisasi standar professional yang akan diadopsi pada industri
pelayaran di ASEAN.
Untuk menghadapi beberapa tantangan, pemerintah Indonesia mulai
memperhatikan prospek pasar maritim di baik di wilayah perdagangan intraASEAN maupun perdagangan domestik. Salah satu kebijakan strategis adalah
Tol Laut. Implementasi dari kebijakan Tol Laut memang lebih besar
dialokasikan untuk perdagangan jasa pelayaran domestik, mulai dari
infrastruktur, pengaturan birokrasi, evaluasi konsep rute pelayaran, dan
pengadaan insentif untuk peralatan dan pengadaan kapal. Namun pada sisi
operasional, Indonesia membutuhkan alokasi kebijakan yang intens pada
tenaga kerja maupun tenaga ahli di bidang maritim. Sumber daya manusia
merupakan peran yang vital untuk pemasokan pendapatan nasional di
bidang maritim. Dengan membandingkan tantangan dan peluang, Indonesia
masih dapat bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Hal tersebut
dapat ditinjau dari peluang yang dimaksimalkan oleh pemerintah Indonesia
melalui beberapa kebijakan, salah satunya adalah Tol Laut. Kebijakan
tersebut memang membutuhkan alokasi anggaran dan pengawalan yang
besar. Jika ditinjau dari prospek pasar intra-ASEAN dan domestik yang
meningkat setiap tahunnya, hal tersebut akan menjadi keuntungan bagi
Indonesia apabila dapat mencapai target dari kebijakan-kebijakan yang telah
diupayakan.

REFERENSI
Jurnal
Findlay, Christopher. 2001.Old Issues in New Regionalism.St. Louis: Asia
Pacific Economic Papers.No. 311.(1-40).
Khalid, Nazery.2012.Sealine Under Strains. India: The IUP Journal of
International Relations.Vol VI No.2.(57-66).
Nurani, Brillian Budi.2012.Peluang dan Tantangan Indonesia Terhadap
ASEAN Multilateral Agreement On Air Services 2009 (ASEAN Open Sky
Policy).Universitas Jember: Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa
2012.(1-7).
Okamoto, Jiro.2004. Whither Free Trade Agreements? Proliferation, Evaluation
and Multilateralism.Heng Mui Keng: Contemporary Southeast Asia.
Vol. 26 No. 1.(186-189).
Tongzon, Jose L. dan Lee,Sang-Yoon.2015.The Challenges of Economic
Integration: The Case of Shipping in ASEAN Countries.Abingdon: The
Pacific Review.Vol. 28, No. 4.(483-504).
Buku
Cevilla, Convelo G, dkk.Pengantar Metode Penelitian.Jakarta : Universitas
Indonesia.
Ikbar, Yanuar .2014.Metodologi dan Teori Hubungan Internasional.Bandung:
PT. Rafika Aditama.
Luhulima,

CPF.2011.Dinamika

Masyarakat

Asia

Tenggara

Menuju

2015.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardalis.1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta : Bumi
Aksara.

Susilo, I Basis.2015.Kemaritiman Indonesia:Problem Dasar Strategi Maritim
Indonesia.Surabaya: Cakra Studi Global Strategis (CSGS), Departemen
Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga.
Internet
ASEAN-JAPAN Transport Partnership,. 2014. 'Water Transport'.Diakses pada
30

Oktober

2015

(http://www.ajtpweb.org/statistics/compareasean/Water_Transport/
Water_Transport_2012).
Asean.org,. 2015. 'Annex A ASEAN Highway Network'.Diakses pada 30
Oktober 2015 (http://www.asean.org/communities/asean-economiccommunity/item/annex-a-asean-highway-network).
Asean.org,.

2015.

'Overview'.

Diakses

pada

29

Oktober

2015

(http://www.asean.org/communities/asean-economiccommunity/category/overview-17 ).
Beritasatu.com,. 2015. 'Minim Apresiasi, SDM Maritim Indonesia Pilih Kerja
Di

Luar

Negeri'.

Diakses

pada

30

Oktober

2015

(http://www.beritasatu.com/nasional/281337-minim-apresiasi-sdmmaritim-indonesia-pilih-kerja-di-luar-negeri.html ).
Dbcity.com,. 2015. 'Negara / Panjang Garis Pantai - Kota Dan Desa
Dunia'.Diakses pada 28 Oktober 2015 (http://id.db-city.com/Negara-Panjang-garis-pantai).
Hilman, Muhammad. 2015. 'MEA 2015: Sektor Pelayaran Harus Kejar
Kesiapan Liberalisasi'. industri.bisnis.com.Diakses pada 29 Oktober
2015

(http://industri.bisnis.com/read/20141007/98/263045/mea-

2015-sektor-pelayaran-harus-kejar-kesiapan-liberalisasi) .
IPC Corporate University,. 2015. 'About - IPC Corporate University'.Diakses
pada

30

Oktober

2015

corporateuniversity.com/?r=site/page&view=about).

(http://www.ipc-

Kunmakara, May. 2015. 'Two New Ports For Cambodia'. Phnom Penh
Post.Diakses

pada

28

Oktober

2015

(http://www.phnompenhpost.com/business/two-new-portscambodia).
Maritime Institute of Malaysia,. 2015. 'MIMA | Homepage'.Diakses pada 30
Oktober

2015

(http://www.mima.gov.my/v2/mobile.php?m=posts&c=shw_details&i
d=88&slug=latest-post).
Neraca,. 2015. 'Industri Pelayaran Nasional Sulit Bersaing Dengan Asing Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015'. Diakses pada 26 Oktober
2015

(http://www.neraca.co.id/article/38519/industri-pelayaran-

nasional-sulit-bersaing-dengan-asing-jelang-masyarakat-ekonomiasean-2015).
Perkasa,

Surya.

2015.

'Indonesia

Metrotvnews.com.Diakses

Dan

pada

Poros
24

Maritim
Oktober

Dunia'.
2015

(http://telusur.metrotvnews.com/read/2015/10/15/441239/indonesi
a-dan-poros-maritim-dunia).
Radar Pena,. 2015. 'KKP Tambah 100 Kampus Kemaritiman'.Diakses pada 31
Oktober

2015

(http://m.radarpena.com/welcome/read/2015/03/12/16658/6/2/KKP-Tambah-100-Kampus-Kemaritiman).
Renzenbrink, Anne. 2015. 'Positive Signs For Shipping Industry'. Phnom Penh
Post.Diakses

pada

31

Oktober

2015

(http://www.phnompenhpost.com/business/positive-signs-shippingindustry).
SINDO,

Koran.

2015.

'10

SINDOnews.com.Diakses

Pelabuhan
pada

Terkenal
26

Di

Oktober

Indonesia'.
2015

(http://nasional.sindonews.com/read/998303/163/10-pelabuhanterkenal-di-indonesia-1430963937).

Supply Chain Indonesia,. 2015. 'Sislognas, Tol Laut Dan Efisiensi Birokrasi Di
Pelabuhan'.Diakses

pada

30

Oktober

2015

(http://supplychainindonesia.com/new/sislognas-tol-laut-danefisiensi-birokrasi-di-pelabuhan/).
The World Bank,. 2015. 'Home | Logistics Performance Index'.Diakses pada
31 Oktober 2015 (http://lpi.worldbank.org/).
Wicaksono, Pebrianto. 2015. 'Biaya BBM Pelayaran Indonesia Lebih Mahal
Ketimbang Negara Lain'. liputan6.com.Diakses pada 30 Oktober 2015
(http://bisnis.liputan6.com/read/2173663/biaya-bbm-pelayaranindonesia-lebih-mahal-ketimbang-negara-lain).
Yasinta, Veronika. 2015. 'Ongkos Kapal Mahal, Pemerintah Harus Buat
Regulasi Sinergitas Multimoda'. industri.bisnis.com. Diakses pada 31
Oktober

2015

(http://industri.bisnis.com/read/20151008/98/480481/ongkoskapal-mahal-pemerintah-harus-buat-regulasi-sinergitas-multimoda).
Publikasi
Prihartono, Bambang. 2015. 'Pengembangan Tol Laut Dalam RPJMN 20152019 Dan Implementasi 2015'.
E-Book
Anonim. 2015. Connecting To Compete 2014: Trade Logistics In The Global
Economy. 1st ed. Washington, DC: The Worldbank.Diakses pada 31
Oktober

31,

2015

(http://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/.../L
PI2014.pdf).