Analisa Ketersediaan Fakta dan Analisa A

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Analisa Ketersediaan
Fakta dan Analisa Aspek Ekosistem (Studi Kasus: Dokumen Rencana Pengelolaan 25
Tahun Taman Nasional Pulau Komodo)” dengan lancar.
Isi laporan ini adalah mengenai review dokumen perencanaan kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil di Taman Nasional Komodo dengan pembahasan utama mengenai aspek
ekosistem. Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai literatur bacaan
mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.
Melalui tugas ini, kami berharap seorang planner mendapatkan informasi mengenai
ketersediaan fakta dan analisa suatu dokumen perencanaan kawasan pesisir dan
mengetahui altenatif terhadap berbagai masalah perairan di Kawasan Taman Nasional
Komodo dan sekitarnya yang merupakan potensi utama sumber daya bagi masyarakat
sekitar sekaligus juga potensi berbagai tekanan terhadap kelestarian kawasan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Surabaya, 1 April 2014

Penulis


ii
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1
a. Latar Belakang ................................................................................................................................. 1
b. Konsep Dasar Teoritis ..................................................................................................................... 2
II. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DOKUMEN........................................................................................ 4
a. Kelebihan......................................................................................................................................... 4
Kekurangan ......................................................................................................................................... 5
III. LESSON LEARNED ............................................................................................................................... 7
IV. Rekomendasi ..................................................................................................................................... 9
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 10


iii
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut dengan batas ke
arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat
pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang
dicirikan oleh vegetasinya yang khas, sedangkan batas wilayah pesisir ke arah laut
mencakup bagan atau batas terluar dari daerah paparan benua dimana ciri-ciri perairan ini
masih dipengruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai sepanjang 81.000

km. Selain menempati wilayah yang sangat luas, kawasan pesisir yang terdiri dari berbagai
ekosistem pendukung seperti ekosistem hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun
dan lahan basah tersebut memiliki keanekaragaman hayati dan berbagai sumberdaya alam
seperti ikan dan bahan bahan tambang yang bernilai tinggi (DKP, 2002). Kemudahan akses
terhadap kawasan pesisir cenderung meningkatkan laju pemanfaatan wilayah pesisir di
tahun-tahun mendatang, baik dalam hal pemanfaatan sumber daya ekonomi maupun
pemanfaatan ruang. Selain itu, hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah fakta yang
menunjukkan bahwa tidak kurang 60% penduduk Indonesia bermukim di kawasan pesisir
(DKP, 2002).
Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1.817
km2, terletak diantara Pulau Sumbawa di sebelah Barat dan Pulau Flores di sebelah Timur.
Kawasan Taman Nasional Komodo juga merupakan situs warisan dunia (world heritage
site). Kawasan ini terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Komodo (312 km2), Pulau Rinca
(205 km2), dan sejumlah pulau-pulau kecil. Secara umum vegetasi daratan Pulau Komodo
didominasi oleh padang savanna (sekitar 59%), hutan musim (38%), dan hutan berawan
pegunungan (sekitar 3%). Dalam laporan ini dibahas gambaran umum ekosistem pesisir
yang terdapat pada Taman Nasional Pulau Komodo serta analisis terhadap kelengkapan
fakta dan analisa ekosistem pesisir yang terdapat pada Rencana Pengelolaan 25 tahun
Taman Nasional Pulau Komodo.


1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

b. Konsep Dasar Teoritis
Wilayah Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat
meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat
laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut
meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat
seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di
darat seperti pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Definisi diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem perairan pesisir
merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di
darat maupun di laut serta saling berinteraksi. Selain mempunyai potensi besar, wilayah
pesisir juga merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan manusia. Pada
umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung yang
berdampak merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir (Dahuri et al., 1996).

Dari ekosistem pesisir ini, masing masing ekosistem mempunyai sifat- sifat dan
karakteristik yang berbeda beda. Berikut merupakan penjelasan dari ekosistem pesisir dan
faktor pendukungnya :

1. Pasang Surut
Daerah yang terkena pasang surut itu bermacam – macam antara lain gisik, rataan
pasang surut, lumpur pasang surut, rawa payau, delta, rawa mangrove, dan padang rumput
(sea grass beds). Rataan pasang surut adalah suatu daerah pesisir yang pembentukannya
beraneka ragam, tetapi umumnya halus, pada rataan pasang surut umumnya terdapat pola
sungai yang saling berhubungan dan sungai utamanya halus, dan masih labil. Artinya,
lumpur tersebut dapat cepat berubah apabila terkena arus pasang. Pada umumnya rataan
pasang surut telah bervegetasi tetapi belum terlalu rapat, sedangkan lumpur pasang surut
belum bervegetasi.

2. Estuaria
Menurut kamus (Oxford), estuaria adalah muara pasang surut dari sungai yang
besar. Batasan yang umum digunakan saat sekarang, estuaria adalah suatu tubuh perairan
pantai yang semi tertutup, yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan
didalamnya air laut terencerkan oleh air tawar yang berasal dari drainase daratan. Estuaria
biasanya sebagai pusat tempat tinggal berbaga macami kehidupan. Fungsi dari estuaria

cukup banyak antara lain, menjadi daerah mencari ikan, tempat pembuangan limbah, jalur
transportasi, sumber keperluan air untuk berbagai industri dan tempat rekreasi.

2
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

3. Hutan Mangrove
Hutan mangrove dapat ditemukan pada daerah yang berlumpur seperti pada rataan
pusat, lumpur pasut dan estuaria, pada daerah litoral. Hutan mangrove ditemukan terutama
di daerah tropis dan subtropis. Hutan mangrove kaya akan tumbuhan yang hidup
bermacam-macam, terdiri dari pohon dan semak yang dapat mencapai ketinggian 30 m.
Spesies mangrove cukup banyak 20 – 40 jenis pada suatu area dan pada umumnya dapat
tumbuh pada air payau dan air tawar. Fungsi dari mangrove antara lain sebagai perangkap
sedimen dan mengurangi abrasi.
4. Padang Lamun (Sea Grass Beds)
Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau estuaria apabila sinar

matahari cukup banyak. Habitanya berada terutama pada laut dangkal. Pertumbuhannya
cepat kurang lebih 1.300 – 3.000 gr berat kering/m2/th. Padang lamun ini mempunyai habitat
dimana tempatnya bersuhu tropis atau subtropis. Ciri binatang yang hidup di padang lamun
antara lain :
a. Yang hidup di daun lamun
b. Yang makan akar canopy daun
c. Yang bergerak di bawah canopy daun
d. Yang berlindung di daerah padang lamun
5. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang
laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama
zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut.
Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih serta menjadi ekosistem yang
sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Terumbu karang ini
berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota dan letaknya yang berada di ujung/bibir
pantai juga bermanfaat sebagai pemecah gelombang alami.

3
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya


Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

II. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DOKUMEN
a. Kelebihan
Peta Pendukung yang Jelas
Pada Dokumen Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, disertai banyak
peta pendukung yang mendeskripsikan secara jelas bagi pembaca mengenai batas wilayah
Taman Nasional Komodo, penyebaran satwa liar yang hidup di kawasan tersebut (Komodo,
Kuda, Burung Gosong, Kerbau Liar, Babi Hutan, Ayam Hutan, Rusa Timor, Kera Ekor
Panjang), Peta Vegetasi Taman Nasional Komodo. Peta-peta tersebut digambarkan secara
jelas sehingga memudahkan pembaca untuk memahami kondisi fisik di Kawasan Taman
Nasional Komodo.
Penjelasan Detail Mengenai Cara Masyarakat Menangkap Hewan
Pada dokumen ini dijabarkan mengenai spesies apa saja yang bernilai ekonomis tinggi bagi
kehidupan masyarakat lokal serta cara yang digunakan masyarakat lokal untuk menangkap
spesies tersebut. Cara-cara yang digunakan ada yang aman dan ada yang merusak
lingkungan. Cara yang aman diantaranya menggunakan: bagan dan pancing sedangkan
yang merusak lingkungan diantaranya menggunakan: bom, racun, sianida dan pukat

harimau).
Penjelasan Terperinci Mengenai Aktivitas yang Diijinkan di Taman Nasional Komodo
Dokumen ini mempunyai sub bab yang menjelaskan secara rinci perihal aktivitas apa saja
yang merupakan ancaman utama pada sumberdaya kawasan. Aktivitas yang berpotensi
untuk merusak ekosistem di Kawasan Taman Nasional Komodo adalah; tekanan populasi
penduduk, penangkapan ikan yang merusak ekosistem, pemanenan berlebihan, adanya
spesies eksotik yang bisa menyebabkan penyakit dan kepunahan spesies lokal, polusi,
kegiatan wisata, aktivitas perburuan, pola cuaca dan pemanasan global. Penjelasan juga
dijabarkan dalam bentuk tabel yang memudahkan pembaca memahami secara cepat
aktivitas apa saja yang bisa merusak ekosistem di Kawasan Taman Nasional Komodo.
Pembagian Zonasi yang Jelas
Pada Dokumen Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo ini dijabarkan
secara jelas mengenai lokasi, batas, kawasan penyangga dan zonasi-zonasi yang ada di
Kawasan Taman Nasional Komodo. Peta yang digunakan untuk menggambarkan batas dan
zonasi mudah dipahami oleh pembaca. Di taan Nasional Komodo ini, terdapat 7 zonasi
utama, yaitu; Zona Inti, Zona Rimba dengan Wisata terbatas, Zona Pemanfaatan Wisata,
Zona Pemanfaatan Tradisional, Zona Pemanfaatan Pelagis, Zona Khusus Penelitian dan

4
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

Pelatihan dan Zona Pemukiman Tradisional. Penjelasan mengenai zonasi ini juga dilengkapi
dengan jenis kegiatan yang diijinkan dan dilarang untuk dilakukan pada zona-zona tersebut.
Pengelompokan Mengenai Spesies yang Dilindundi dan Tidak Dilindungi
Pada Dokumen Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, yaitu pada sub
bab Pemanfaatan Zona Pelagis, diberi penjelasan mengenai daftar hewan apa saja yang
boleh dan tidak boleh ditangkap, diperjualbelikan dan dipelihara. Ini merupakan acuan bagi
masyarakat lokal dan wisatawan untuk mengetahui apa saja jenis hewan yang boleh dan
tidak boleh dieksploitasi.
Penjelasan Terperinci Mengenai Rencana Pengembangan Pariwisata di Taman
Nasional Komodo
Pada sub bab Rencana Pengemangan Pariwisata dijelaskan secara detail mengenai
rencana apa saja yang akan diimplementasikan di kawasan ini. Rencana pengembangan
pariwisata ini meliputi pembahasan mengenai; potensi wisata di dalam dan sekitar kawasan,
strategi pengembangan ekowisata, aksesibilitas menuju kawasan Taman Nasional Komodo,
isu lingkungan yang perlu diperhatikan, program pelampung jangkar serta fasilitas

pembangunan di kawasan Taman Nasional Komodo.

Kekurangan
Tidak Adanya Penjelasan yang Jelas Mengenai Ekositem yang Ada di Taman Nasional
Komodo
Kawasan pesisir memiliki ekosistem unik yang membedakannya dengan kawasan lainnya.
Ekosistem-ekosistem tersebut diantaranya adalah padang lamun, hutan mangrove, terumbu
karang dan estuaria. Namun, pada dokumen ini, tidak ada penjelasan secara jelas
mengenai gambaran ekosistem-ekosistem khas pesisir yang ada di Taman Nasional
Komodo.
Kurang Lengkapnya Atribut Peta
Peta pada Dokumen Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, pada
beberapa peta yang ditampilkan masih memiliki kekurangan, misalnya tidak adanya atribut
peta berupa skala peta, serta arah mata angin.
Penjelasan Tidak Disertai Gambar Penjelas
Pada dokumen ini,terdapat penjelasan mengenai jenis satwa apa saja yang ada di Taman
Nasional Komodo serta daftar hewan yang boleh dan tidak boleh dieksploitasi di kawasan
ini. Namun sayangnya, satwa-satwa ini hanya dijelaskan secara tertulis saja, tidak disertai
dengan media gambar. Seharusnya, penjabaran tersebut disertai dengan gambar satwa

5
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

yang ada sehingga memudahkan pembaca untuk mengetahui secara pasti satwa-satwa
yang terdapat di Taman Nasional Komodo.
Data Hasil Evaluasi dan Pemantauan Tidak Ditampilkan
Pada Dokumen Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, terdapat sub
bab yang menjelaskan mengenai pemantauan dan evaluasi biologis di Taman Nasional
Komodo. Pemantauan ini meliputi; survey satwa terestris, pemantauan vegetasi,
pemantauan lingkungan, pemantauan terumbu karang, pemantauan tempat pemijahan ikan
kerapu dan napoleon, pemantauan diversitas Cetacea, pemantauan oseanografi serta
padang lamun. Namun, pada dokumen ini hanya dijelaskan mengenai metode-metode apa
saja yang digunakan untuk melakukan sensus dan pemantauan mengenai ekosistemekosistem tersebut tanpa adanya pemberitahuan hasil dari sensus dan pemantauan
tersebut

6
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

III. LESSON LEARNED
Berdasarkan pengetahuan yang didapat dari substansi pembahasan dokumen yang
menjadi bahan studi maupun kelengkapan data yang akan menjadi dasar dalam
merencanakan pembangunan di suatu kawasan pesisir sesuai dengan kondisi ekosistem
wilayah studi. Kami menganalisa semua fakta dan data ekosistem kawasan pesisir pada
wilayah studi kami, yang dimana hasil tersebut dijadikan kajian studi sebagai acuan dalam
pembuatan dokumen perencanaan kawasan pesisir.
Bahwa hasil berupa pembahasan pada makalah studi yang membahas “Rencana
Pengelolaan 25 tahun Taman Nasional Pulau Komodo”ini, dimana dalam suatu dokumen
perencanaan kawasan pesisir diperlukan beberapa indikator yang harus ada. Indikator
tersebut antara lain seperti penyajian pembahasan yang detail dan sistematis, data otentik
ekosistem yang terdapat pada studi kasus menurut fakta yang ada, peta berisi informasi
mengenai lokasi studi yang memiliki keanekaragaman ekosistem, penjelasan kegiatan
konservasi yang dapat dilakukan, penjelasan mengenai jenis ekosistem yang umum, serta
penggambaran visual tentang keadaan ekosistem di wilayah studi.
Oleh karena itu dalam suatu dokumen perencanaan kawasan pesisir yang telah
mencakup seluruh indikator tersebut di dalamnya, maka dokumen terebut dapat dikatakan
merupakan dokumen perencanaan yang baik. Dapat dikatakan baik karena dokumen
perencanaan tersebut telah mampu memberikan pembahasan menyeluruh secara jelas
kepada pembaca dilengkapi dengan beberapa data pendukung yang dapat memudahkan
pemahaman pembaca, misalnya seperti data fakta dan analisa, peta kawasan ekosistem
biota laut, kegiatan pendukung, serta gambar ekosistem. Hal tersebut penting untuk
diperhatikan agar informasi yang dimaksudkan dapat diterima dengan baik dan menjadi
sumber ilmu yang bermanfaat bagi pembaca. Sehingga menjadi acuan dasar pengelolaan
perencanaan kawasan pesisir.
Dari beberapa penjelasan yang telah dibahas dapat diambil kesimpulan yaitu,
berbagai jenis biota laut di Kawasan Taman Nasional Pulau Komodo. Data dan analisa
sumberdaya di kawasan tersebut :


Pemantauan Terumbu Karang berupa jenis-jenis terumbu karang yang ada.
1.

Karang keras hidup,

2.

Karang keras mati,

3.

Karang lunak,

4.

lainnya (batu, pasir, bungakarang, tunicata, alga, gulma, anemona, kerang, dll.)

7
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I



Tempat pemijahan ikan kerapu dan napoleon yang sedang dipantau untuk memperoleh
informasi tentang kecenderungan populasi spesies ikan yang bernilai ekonomi tinggi,



dan untuk memperoleh umpan balik tentang pengaruh kegiatan pengelolaan.
Diversitas dan kelimpahan Cetacea
1.

Mengidentifikasi spesies Cetacea mana yang ada di perairan ini,

2.

Memantau pola musiman penyebaran dan kelimpahan Cetacea di Taman Nasional
Komodo,

3.

Mempelajari pengaruh dampak lingkungan terhadap Cetacea,

4.

Menentukan apakah perairan di Taman Nasional Komodo merupakan kawasan
perairan yang rawan bagi Cetacea seperti preferensi tempat makan, tempat
pembiakan dan pembesaran anak, dan koridor migrasi,

5.

Memberikan informasi khas setempat tentang Cetacea untuk program pendidikan
dan penyuluhan.



6.

Memulai program pengamatan Cetacea untuk tujuan wisata.

Paparan padang lamun mengenai keragaman spesies cukup tinggi dan terdapat
beberapa spesies yang secara ekonomi penting. Serangkaian transek bawah laut perlu
dibuat untuk monitoring paparan rumput laut.
Sehingga dari pendataan dan analisa tersebut dapat dilakukan perencanaan

kawasan pesisir. Dimana dapat dilaksanakan pengelolaan yang

tepat tanpa merusak

sumberdaya yang ada, agar tidak terjadi kerusakan keseimbangan ekosistem yang akan
menggangu kondisi lingkungan dan masyarakat di Taman Nasional Pulau Komodo.

8
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

IV. Rekomendasi
Berikut ini beberapa usulan rekomendasi terkait dokumen perencanaan pesisir
Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, sebagai berikut:
1.

Dalam Dokumen Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, penyajian
peta sudah cukup lengkap, namun perlu ada sedikit perbaikan pada peta-peta tersebut,
seperti misalnya penambahan atribut-atribut peta yang belum tersedia, semisal skala
peta, arah mata angin dan tahun pembuatan peta.

2.

Pada dokumen ini sebaiknya penjelasan mengenai spesies-spesies yang ada disertai
dengan gambar/foto sehingga lebih memudahkan pembaca dalam mengetahui satwa
jenis apa saja yang terdapat di Taman Nasional Komodo. Serta, sebaiknya dokumen ini
dilengkapi dengan foto-foto kondisi eksisting yang ada di Taman Nasional Komodo.

3.

Pada dokumen ini, dibahas mengenai sensus dan pemantauan elemen-elemen di
ekosistem yang terdapat di Taman Nasional Komodo. Namun sayangnya, evaluasi dan
pemantauan tersebut hanya menjelaskan mengenai metode yang digunakan, tanpa ada
penjabaran mengenai hasil evaluasi dan pemantauan tersebut. Sebaiknya, penjelasan
ini disertai dengan hasil dari pelaksanaan metode tersebut berupa data primer sehingga
data itu nantinya bisa digunakan sebagai bahan analisa untuk rencana-rencana
kedepannya.

9
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

LAMPIRAN
Batas Taman Nasional Komodo, berdasarkan revisi Nopember 1998

1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

ZONASI
Zonasi di TNK didasarkan pada SK Dirjen PHPA No. 74/Kpts/Dj-VI/1990 dan sesuai
dengan UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya.
Pengelolaan kawasan di dalam Taman Nasional didasarkan pada zonasi. Sistem zonasi untuk
TNK mencakup dan meliputi kawasan darat dan laut. Suatu sistem zonasi tunggal telah
dirancang untuk seluruh Taman Nasinal dengan total 7 tipe zona. Zona-zona yang meliputi
kawasan darat dan laut memiliki peraturan khusus untuk kedua tipe lingkungan tersebut.
Tipe-tipe zona berikut ini perlu diterapkan di TNK:
• Zona Inti (Core Zone)
• Zona Rimba dengan Wisata Terbatas (Wilderness Zone with Limited Tourism)
• Zona Pemanfaatan Wisata (Tourism Use Zone)
• Zona Pemanfaatan Tradisional (Traditional Use Zone)
• Zona Pemanfaatan Pelagis (Pelagic Use Zone)
• Zona Khusus Penelitian dan Pelatihan (Special Research and Training Zone)
• Zona Pemukiman Tradisional (Traditional Settlement Zon

2
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

Ancaman Utama Pada Sumberdaya Kawasan
Taman Nasional dihadapkan pada berbagai masalah, baik di darat maupun perairan
termasuk:


Tekanan populasi penduduk dan peningkatan kebutuhan sumberdaya alam mengarah



padadegradasi sumberdaya darat dan perairan.



terbesar bagisumberdaya perairan.



merupakanmasalah utama.

Kegiatan penangkapan ikan yang merusak di kawasan ini merupakan ancaman

Penangkapan sumberdaya perairan yang berlebihan, terutama jenis-jenis demersal,

Pemasukan spesies non-asli, termasuk anjing, kucing, dan kambing, merupakan resiko
bagijenis-jenis endemik yang terancam punah melalui penularan penyakit, predasi,



atau kompetisi.
Polusi meningkat karena cara pembuangan limbah yang tidak tepat untuk MCK dan
sampah,tumpahan minyak/bahan bakar ke lingkungan perairan, dan sisa pupuk dan



pestisida.
Habitat daratan saat ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan antropogenik di
masa lalu.Kebakaran, baik yang sengaja dibuat oleh para pemburu, atau yang tidak





disengaja,merupakan ancaman besar pada habitat hutan.
Perburuan rusa, telur penyu, kalong, sarang burung walet, dll. masih banyak terjadi.
Pemanasan global bisa menjadi ancaman besar pada kawasan ini di masa mendatang.

Pemantauan Vegetasi
Plot-plot vegetasi permanen perlu diletakkan pada tipe habitat yang berlainan (hutan
mangrove, savana, hutan monsoon, hutan kuasi awan). Sedapat mungkin semua pohon yang
memiliki diameter setinggi dada di atas 10 cm perlu diidentifikasi dan diberi nomor
identifikasi khusus dengan label permanen. Label alumunium ditempelkan dengan paku
alumunium kecil. Perlu ditugaskan ekolog profesional untuk menyusun rancangan plot,
ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasinya, dengan mempertimbangkan tingkat keragaman suatu
kawasan dan kendala logistik serta keuangan. Untuk keperluan statistik, setidaknya perlu
disusun lima plot untuk setiap tipe habitat. Plot-plot tersebut perlu dimonitor sekali setahun
untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kematian, permudaan, dan pertumbuhan.
Distribusi dan ukuran keseluruhan tipe-tipe vegetasi utama perlu dipantau setiap tahun. Ini

3
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

dapat dilakukan dengan menggunakan Landsat atau foto udara, transek udara, atau dengan
berjalan sepanjang tepi habitat dengan sebuah GPS. Semua data yang terkumpul perlu
dimasukkan dalam suatu sistem GIS untuk perbandingan dari tahun ke tahun. Suksesi savana
menjadi hutan, terutama, perlu dipantau, karena spesies mangsa komodo tergantung pada
keberadaan savana.

Pemantauan Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan secara langsung mempengarahi tingkat pertumbuhan
vegetasi dan kegiatan satwa, dan sangat berperan dalam menentukan pola distribusi dan
diversitas. Iklim perlu dipantau setiap hari. Suhu minimum dan maksimum dan tingkat
kelembaban perlu dicatat dari stasiun cuaca yang ditempatkan di habitat yang berlainan
(hutan mangrove, savana, hutan monsoon, hutan kuasi awan) di Komodo dan Rinca. Total
curah hujan perlu diukur dari alat pengukur hujan yang ditempatkan di tempat terbuka. Mutu
air (laut dan tawar) perlu diukur secara berkala. Perangkat uji kimia sederhana perlu
disediakan untuk memantau garis besar kecenderungan. Mutu lingkungan keseluruhan dapat
dinilai dari ada/tidak adanya (sampling satu-nol) indikator sederhana sepanjang transek. Ini
mencakup indikator kelembaban (lumut, epifit, tanaman menggantung atau rambat) dan
indikator gangguan (pohon tumbang, bekas tebangan, sampah atau jejak antropogenik lain),
maupun penutupan kanopi dan tanah, ukuran pohon, kerapatan pohon, dll. Mutu diukur
secara relatif terhadap lokasi lain dari habitat sama yang memiliki mutu tinggi. Perbandingan
juga bisa dilakukan antar tahun untuk satu transek. Perlu ditugaskan ekolog profesional untuk
menyusun tatacara pemantauan lingkungan.

Pemantauan Terumbu Karang
Suatu program pemantauan terumbu karang yang dilakukan saat ini memberikan
informasi tentang pola spasial dan temporal status terumbu karang dan rehabilitasi terumbu
karang di dalam dan di luar kawasan, dengan memfokuskan pada perubahan persentase
terumbu karang yang rusak. Survei terumbu karang yang dilakukan setiap dua
tahun,memungkinkan pemetaan kerusakan akibat cara penangkapan ikan yang merusak dan
sebab-sebab lain. Informasi ini memberikan umpan balik tentang pengaruh tindakan
pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang. Semua lokasi sampling memiliki terumbu
karang dengan kedalaman antara 4 sampai 12 meter. Semua lokasi disurvei dengan cara
snorkeling (sedalam 4 m) dan dengan menyelam (sedalam 8 m dan 12 m). Lima pengamatan

4
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

dilakukan pada setiap kedalaman dan setiap pengamatan berlangsung empat menit. Setelah
setiap kali berenang empat menit, pengamat mencatat persentase taksiran (ukuran minimum
5%) dari empat kategori habitat (total100%)




Karang keras hidup,



Karang lunak,



Karang keras mati,

Lainnya (batu, pasir, bunga karang, tunicata, alga, gulma, anemona, kerang, dll.)

Untuk setiap penyelaman atau snorkeling, informasi berikut ini dicatat pada lembar
data standar (UW): tanggal, nomor tempat, lokasi (GPS), kedalaman dan nama pengamat.
Jadwal pengumpulan data saat ini adalah 12 tempat per minggu, dua (atau lebih) minggu
pengamatan terumbu karang per bulan, dan setidaknya 24 tempat tercakup setiap bulan. Total
survei mermerlukan 8 sampai 9 bulan. Untuk 185 tempat, dilakukan kira-kira 2775
pengamatan atas status terumbu karang selama jangka waktu 2 tahun. Koefisien kematian
karang keras dihitung untuk setiap tempat. Persentase rata-rata dari semua kategori habitat
dan koefisien mortalitas rata-rata dihitung untuk daerah yang lebih luas, yang diasumsikan
mempunyai kondisi lingkungan berbeda dan tingkat dampak akibat kegiatan perikanan yang
berbeda. Rata-rata seluruh kawasan dihitung dengan menggunakan masukan rata-rata dari
seluruh penyelaman yang masing-masing meliputi lima pengamatan. Untuk Analisis statistik
rata-rata tersebut ditransformasi arc-sinus (%), kemudian digunakan Analisis varian untuk
menghitung tingkat signifikansi statistik perbedaan antar waktu. Berdasarkan data sementara,
pemulihan terumbu karang lebih cepat di luar Taman Nasional dibanding di dalam Taman
Nasional. Secara keseluruhan perusakan terumbu karang di dalam dan sekeliling TNK
ternyata telah berhenti sejak tahun 1996 dan pemulihan secara perlahan (2% per tahun untuk
penutupan karang keras) telah dimulai. Kemungkinan besar ini merupakan hasil dari
penurunan tajam kegiatan penangkapan ikan memakai dinamit di kawasan ini sejak tahun
1996. Pemulihan karang paling cepat tercatat di dekat tempat dilakukannya kegiatan
pengamanan, yakni di kota Labuan Bajo, di luar batas Taman Nasional. Pemulihan umumnya
lebih lambat di dalam Taman Nasional, terutama di banyak tempat terpencil yang sulit
diawasi. Respon pengelolaan potensial atas hasil pemantauan tersebut antara lain adalah:


Revisi peraturan dan zonasi TNK, bila diperlukan, yang mencerminkan dampak
kegiatanpemanfaatan terhadap terumbu karang dan menghilangkan atau mengurangi

5
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

kerusakan(misalnya, alokasi tempat tertentu untuk wisata selam, pemancingan ikan,


perlindunganpenuh, atau tujuhan lainnya),
Penyesuaian program penegakan peratuan yaitu alokasi upaya ditinjau dari segi ruang
dan/atauwaktu (penyesuaian pengawasan rutin) untuk melindungi daerah beresiko,



dan

dentifikasi lokasi dan pelaksanaan kegiatan di tempat-tempat yang memerlukan
pengelolaanaktif untuk rehabilitasi terumbu karang.

Diversitas dan Kelimpahan Cetacea
Program survei Cetacea harus menjadi komponen integral strategi pengelolaan
sumberdaya perairan di TNK. Belum ada studi rinci di perairan ini mengenai diversitas,
kelimpahan dan penyebaran Cetacea (paus dan lumba-lumba). Kajian awal atas Cetacea yang
terlihat di perairan Indonesia menghasilkan daftar 29 spesies. Data Cetacea terutama penting
sebagai pertimbangan aspek oseanografi regional yang kompleks. Indonesia secara unik
merupakan lokasi satu-satunya di kawasan ekuator dunia di mana terjadi pertukaran flora
fauna perairan antar samudra. Pergerakan Cetacea antara Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia terjadi melalui terusan antara Kepulauan Sunda Kecil yang membentang sepanjang
900 km antara selat sunda dan selat sahul. Nilai penting ekologis dari terusan tersebut masih
kurang dipahami, akan tetapi sangat mungkin memiliki nilai penting sebagai koridor migrasi.
Cetacea yang bermigrasi dan menjadikan terusan tersebut bagian dari pergerakan lokal atau
jarak jauh sangat rentan terhadap berbagai dampak lingkungan seperti kerusakan habitat,
gangguan suara bawah permukaan, jaring perangkap, polusi laut dan penangkapan berlebih
atas sumberdaya perairan. Sebagian besar, bahkan mungkin seluruh, dari dampak tersebut
terjadi di perairan TNK. Dampak-dampak tersebut akan mempengaruhi populasi yang tinggal
maupun spesies yang lewat yang memakai terusan tersebut sebagai jalur migrasi. Survei
Cetacea dilakukan di dalam dan sekitar TNK pada akhir tahun 90-an, dan penting untuk
melanjutkan pemantauan visual dan akustik secara berkala di dalam Taman Nasional dan
perairan sekitarnya untuk:






Mengidentifikasi spesies Cetacea mana yang ada di perairan ini,
Memantau pola musiman penyebaran dan kelimpahan Cetacea di TNK,
Mempelajari pengaruh dampak lingkungan terhadap Cetacea,

6
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I



Menentukan apakah perairan TNK merupakan kawasan perairan yang rawan bagi
Cetaceaseperti preferensi tempat makan, tempat pembiakan dan pembesaran anak,



dan koridormigrasi,



penyuluhan, dan

Memberikan informasi khas-setempat tentang Cetacea untuk program pendidikan dan

Memulai program pengamatan Cetacea untuk tujuhan wisata.

Oceanografi
Pola arus yang ada di dalam dan sekitar perairan TNK perlu didokumentasi. Jika tidak
terdapat cukup informasi dari literatur, maka pengumpulan data primer perlu dimulai. Data
ini diperlukan untuk memprediksi pola penyebaran larva atau organisme terumbu karang ke
kawasan sekitar, dan selanjutnya untuk mengukur pengaruh pengelolaan TNK terhadap
proses pemasokan bibit bagi tempat-tempat penangkapan ikan sekitarnya.

Paparan Padang lamun
Survei awal tentang distribusi spesies telah dilakukan pada ekosistem padang lamun
di TNK. Keragaman spesies cukup tinggi dan terdapat beberapa spesies yang secara ekonomi
penting. Serangkaian transek bawah laut perlu dibuat untuk monitoring paparan rumput laut.
Transek perlu ditandai dengan penanda permanen (tonggak) atau jika ada penanda alam.
Jumlah transek yang sama perlu ditempatkan secara acak pada :






Hamparan rumput laut yang ada
Kawasansekitar yang tanpa rumput laut
Kawasan yang jauh dan tanpa rumput laut.
Jumlah transekyang tepat, jumlah, panjang dan bentuknya perlu ditetapkan,

berdasarkan tingkat keragaman dikawasan itu, serta pertimbangan logistik dan keuangan.
Penutupan, kelimpahan spesies dan kergaman perlu diukur, menggunakan point sampling
atau fixed area sampling. Plot-plot ini perlu dimonitor setiap tiga bulan untuk mendapatkan
data tentang kematian, permudaan, tingkat pertumbuhan, dan perubahan ukuran populasi.

7
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Tugas I : Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir I

Spesies Yang Bernilai Ekonomi Penting dan Metode Penangkapan Ikan
Hasil laut yang paling bernilai ekonomis adalah cumi-cumi, kerapu, lobster, terasi,
teripang, dan nener. Bagan merupakan jenis peralatan yang paling umum dimana
kebanyakan nelayan mengandalkan pendapatannya. Penangkapan ikan dengan bagan
terutama mempunyai sasaran spesies pelagis yang mengelompok, terutama cumi-cumi.
Dengan menurunnya tangkapan cumi-cumi, maka jenis ikan layang dan lemuru, seperti teri
dan sardin menjadi semakin penting bagi penangkapan ikan dengan bagan.
Saat ini lebih dari 800 bagan beroperasi di kawasan ini (Mesa: 100, Labuan Bajo:
>150, Papagaran: 150, Seraya: 10, Rinca: 5, Komodo: 200, Bajau Pulau: 100, dan lainnya
dari Ende, serta Sulawesi Selatan). Penangkapan ikan dasar laut memakai peralatan yang
lebih beragam (misalnya kompresor hookah, pancing dasar, bubu, pukat). Saat ini jenis
peralatan ini tidak banyak jumlahnya, tetapi secara ekonomi berperan penting. Peralatan
tersebut digunakan untuk penangkapan spesies bernilai ekonomi tinggi seperti lobster dan
ikan karang hidup (dengan kompresor hookah, sianida, pancing dasar, dan bubu), dan juga
memungkinkan penangkapan dalam jumlah besar dalam waktu singkat (dengan dinamit dan
pukat).

Produktivitas Laut
Eksploitasi ekosistem alam di perairan Taman Nasional Komodo telah meningkat
dan lebih intensif selama beberapa dekade terakhir. Perekonomian berkembang dan
standar hidup di kawasan ini meningkat sejak tahun 1980. Hal ini terlihat dari semakin
banyaknya orang yang naik haji, dan semakin banyaknya pemilik perahu, bangunan dan
televisi di kawasan ini. Penggunaan praktek penangkapan ikan yang merusak, seperti bom
dan racun, telah berkembang dengan meningkatnya kebutuhan uang tunai, dan berdampak
negatif terhadap kualitas sumberdaya kawasan sebagai pemasok sumber perikanan daerah
sekitarnya.
Pemanenan berlebih dan penangkapan ikan di tempat pemijahan sangat menekan
kemampuan sumberdaya biota laut tersebut untuk memulihkan diri. Ukuran hasil tangkapan
beberapa jenis telah sangat menurun. Kegiatan penangkapan ikan perlu dibatasi untuk
mempertahankan produktivitas ekosistem. Kabupaten Manggarai, di Propinsi Nusa
Tenggara Timur, dan Kabupaten Bima, di Propinsi Nusa Tenggara Barat, telah menyusun
Rencana Tata Ruang untuk wilayah masing-masing. Rencana tersebut perlu dikembangkan
lebih jauh dengan memberi perhatian khusus pada perairan.

8
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya