Biaya dan Manfaat Ekonomi dari Pengaloka
Julia Maturana
Center for International Forestry Research (CIFOR) Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor Barat 16680, Indonesia E-mail: j.maturana@cgiar.org
© 2005 oleh Center for International Forestry Research Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Diterbitkan tahun 2005 Dicetak oleh Inti Prima Karya, Jakarta
Foto sampul oleh Julia Maturana Diterbitkan oleh
Cent er for Int ernat ional Forest ry Research
Alamat pos: P.O. Box 6596 JKPWB, Jakarta 10065, Indonesia Alamat kantor: Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor Barat 16680, Indonesia Tel. : +62 (251) 622622 Fax. : +62 (251) 622100 E-mail: cifor@cgiar.org Situs: http://www.cifor.cgiar.org
Daftar Isi
Singkatan iv Daftar Istilah v Ucapan Terimakasih vi Abstrak vii
Pendahuluan 1 Usulan pendekatan
1 Konsep Kerangka Kerj a 2
Telaah Secara Ekonomi
2 Alasan Penggunaan Telaah Secara Ekonomi
2 Jenis-jenis Dampak yang Termasuk dan Efeknya terhadap Kemakmuran
3 Studi Kasus 4
Menentukan Dampak Ekonomi pada Skenario Keseluruhan
4 Perkiraan Manfaat dan Biaya Ekonomi
6 Manfaat-manfaat Ekonomi
6 Biaya-biaya Ekonomi
7 Perkiraan Kasus per kasus
8 Inti Indo Rayon di Sumatera Utara
10 Arara Abadi di Riau
11 Riau Andalan Pulp and Paper di Riau
12 Wira Karya Sakti di Jambi
13 Musi Hutan Persada di Sumatera Selatan
14 Keseluruhan Manfaat dan Biaya Ekonomi bagi Negara
14 Pembahasan 16
Manfaat-manfaat Ekonomi
16 Biaya-biaya Ekonomi
17 Membandingkan Kelima Proyek Perkebunan
18 Data dan Asumsi-asumsi
19 Skenario-skenario
19 Kesimpulan 21
Referensi 23 Lampiran 25 Referensi 23 Lampiran 25
Singkatan
AA Arara Abadi – Perusahaan perkebunan yang terkait dengan IKPP dan APP
APP
Asia Pulp and Paper
APRIL Asia Pacifi c Resources International Holdings DR Dana Reboisasi EB Manfaat ekonomi EC Biaya ekonomi GOI Pemerintah Indonesia HTI
Hutan Tanaman Industri
IIR Inti Indo Rayon – Perusahaan perkebunan terkait dengan TPL Pulp Mill dan RAPP (hingga tahun 2002)
IKPP
Indah Kiat Pulp and Paper
MAI Rata-rata Nilai PertambahanTahunan MHP
Musi Hutan persada – Perusahaan perkebunan terkait dengan group TEL Mill dan Barito Pacifi c
MHW
Kayu keras campuran
MWP Rata-rata produksi kayu NGO Organisasi Non Pemerintah NTFP
Produk hutan non-kayu
PSDH
Pajak Pertambahan Sumber Daya Hutan
RAPP
Riau Andalan Pulp and Paper Group
SMG
Sinar Mas Group
SPK Sumbangan Pihak Ketiga TEL
Tanjung Enim Lestari Mill
TEV Total Nilai Ekonomi tonne
metrik ton (1000 kg)
TPL
Toba Pulp Lestari Pulp Mill
WKS Wira Karya Sakti – Perusahaan perkebunan terkait dengan Lontar Papyrus Mill dan Group APP
Daftar Istilah
Belukar Istilah bahasa Indonesia untuk lahan tandus yang sudah lama
atau hutan sekunder yang terdegradasi.
Nilai saat ini Nilai yang ada untuk dipertahankan sebagai nilai yang melekat untuk generasi selanjutnya.
Eksternalitas Manfaat atau biaya yang dihasilkan sebagai akibat aktivitas ekonomi yang tidak langsung berkembang kepada pihak- pihak yang terlibat dalam aktivitas; contohnya, eksternalitas lingkungan adalah manfaat-manfaat atau biaya-biaya yang termanifestasikan sendiri melalui perubahan-perubahan secara fi sik atau biologis tanpa menghiraukan hubungan para pihak terhadap lingkungan yang dipengaruhi.
Panen Pengambilan produk dari perkebunan-perkebunan. Rimba karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) yang ditanam untuk memperkuat lahan tandus.
Hutan tebangan Area hutan yang hasil kayu komersialnya telah diambil. Biaya marjinal
Perubahan total biaya yang terkait dengan hasil yang diproduksi unit tambahan; dihitung dengan membagi perubahan total biaya dengan perubahan pada hasil.
Kegunaan marjinal Kegunaan tambahan atau kepuasan yang dihasilkan dari pemakaian unit tambahan.
Rata-rata tambahan pertahun(MAI) Total peningkatan pertumbuhan tanaman per unit area (ha) hingga akhir periode rotasi dibagi dengan jumlah tahun dalam rotasi.
monopsoni Suatu struktur pasar (pasar kayu untuk bubur kertas) dimana hanya ada satu pembeli dengan kurva suplai yang memiliki rentang positif, yang dengan kata lain kekuatan monopsoni mampu menekan harga menjadi rendah dengan pembatasan pembelian.
Biaya penggunaan terbaik Biaya sumberdaya tertentu yang dihitung pada alternatif terbaik penggunaan. Sebenarnya menggambarkan jumlah uang terkecil yang dapat diterima sebagai pengganti sumberdaya atau perkiraan nilai dari sumberdaya.
Alokasi optimal Sumberdaya dapat secara optimal dialokasikan apabila sumberdaya tersebut dalam situasi optimal. Setiap perubahan pada alokasi memperkecil kemakmuran pada sedikitnya satu pihak yang terlibat dalam suatu keputusan. Sehingga alokasi sumberdaya yang optimal adalah pada saat semua pihak berada pada posisi mereka yang terbaik.
Nilai pilihan Nilai yang melekat kepada pemeliharaan lansekap alam dan sumberdaya yang ada, sehingga generasi mendatang memiliki pilihan sosial untuk menentukan jenis terbaik menurut kebutuhan mereka.
Harga bayangan Harga yang disesuaikan yang memperhitungkan distorsi harga pasar dan tujuan-tujuan pemerintah, atau juga dikenal sebagai harga akuntansi, yang mewakili biaya penggunaan terbaik dalam memproduksi atau mengkonsumsi sumberdaya.
Biaya-biaya sosial Biaya-biaya yang langsung bersentuhan dengan masyarakat Biaya-biaya sosial Biaya-biaya yang langsung bersentuhan dengan masyarakat
Ucapan Terimakasih
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi mereka yang disebutkan di bawah ini atas masukan yang sangat berharga serta dukungan selama kegiatan ini dan tentunya dalam penyelesaian laporan ini.
Kepada CIFOR: Christian Cossalter; Philippe Guizol; Rosita Go; Ani Nawir; David Kaimowitz; Glen Mulcahy; Luluk Suhada; Yemi Katerere; Gideon Suharyanto.
Kepada Pihak Departemen Kehutanan, Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik (BPS) dan kantor LSM setempat di tingkat Kabupaten dan Kecamatan di Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan.
Ucapan terimakasih juga untuk penterjemahan, format dan editing: Devi Kausar, Dicky Purwanto dan Kriswanto.
Secara khusus ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pemerintah Belanda serta staf mitra program profesional atas dukungannya selama kegiatan riset yang saya lakukan di CIFOR.
vii
Abstrak
Pada akhir tahun 1980-an, uang dalam jumlah besar dan area-area hutan Indonesia dialokasikan untuk pembangunan perkebunan kayu untuk bubur kertas, yang sangat cepat pertumbuhannya. Biaya dan manfaat fi nansial dari tindakan ini – yang mewakili hanya sedikit dari biaya aktual, dapat dengan mudah dihitung, sementara biaya dan manfaat ekonomi sepenuhnya tetap tersembunyi. Pengetahuan tentang manfaat ekonomi bersih dapat menjadi masukan yang berguna bagi Pemerintah Indonesia dan kelompok minat lain untuk merevisi kebijakan dan peraturan yang ada sekarang dan menetapkan arah baru bagi proyek perkebunan di masa mendatang yang memberikan manfaat ekonomi bagi perekonomian nasional dalam jangka panjang.
Makalah ini melihat biaya dan manfaat ekonomi total dari lima perkebunan besar penghasil kayu untuk bubur kertas di Sumatera. Empat dari lima proyek perkebunan tersebut menghasilkan biaya ekonomi lebih tinggi daripada manfaat ekonominya. Perkiraan biaya ekonomi menunjukkan lebih dari 30 kali pembayaran fi nansial sebenarnya yang diterima oleh pemerintah dari setiap perusahaan.
Alokasi lebih dari 1,4 juta hektar lahan hutan untuk konversi menjadi tiga perkebunan menghasilkan kerugian bersih lebih dari 3 miliar dolar AS bagi negara. Analisis ini dengan jelas menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia seharusnya tidak lagi mengalokasikan lahan hutan untuk dikonversi menjadi perkebunan kayu untuk bubur kertas HTI.
Biaya dan Manfaat Ekonomi dari Pengalokasian Lahan Hutan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri di Indonesia
PENDAHULUAN
Industri-industri bubur kertas telah berkembang industri bubur kertas dan kertas serta pesat di Indonesia setelah investasi besar-besaran
menganalisa HTI di Indonesia (Davis 1989; pada sektor ini di akhir 80-an. Total produksi dari
MoF 1994; Potter and Lee 1998; Kartodihardjo dalam negeri telah meningkat dari 3 juta ton per
and Supriono 2000; Barr 2001; van Dijk 2003). tahun pada 1997 (Barr 2001) menjadi 5,6 juta
Namun belum ada studi yang mempelajari ton per tahun hingga 2002 (FAO 2003).
dampak perkebunan HTI untuk negara. Sebagian besar kawasan hutan yang dikelola
Dalam tulisan ini saya mencoba untuk oleh negara telah dialokasikan melalui izin hutan
menghitung manfaat-manfaat dan biaya-biaya tanaman industri (HTI), dan hampir 100 juta
dari lima proyek HTI di Sumatera-Indonesia dolar AS dana modal dalam negeri dialokasikan
dengan memasukkan perbedaan-perbedaan guna mempromosikan pengembangan berbagai
dari hutan dan lansekap yang diberikan dalam hutan tanaman industri di Indonesia (Barr 2001).
konsesi tersebut dan kapasitas produksi dari Jumlah keseluruhan yang dialokasikan bagi
industri bubur kertas mereka yang terkait. pengembangan beberapa perkebunan hingga
Secara khusus saya menetapkan efek dan tahun 2002 adalah 5,38 juta ha (DEPHUT 2003)
dampak ekonomi utama yang dihasilkan dengan dan sekitar 41%nya terkonsentrasi di kepulauan
adanya proyek-proyek tersebut, menganalisa Sumatera.
dan membandingkan kinerja ekonomi dari lima Sebagian besar lahan yang diberikan
hutan perkebunan yang termasuk ke dalam studi sebagai konsesi terdiri atas lahan tandus bekas
kasus dan menyoroti hal-hal utama yang dapat hutan tebangan, rimba karet, hutan-hutan
menentukan kinerja proyek-proyek tersebut. bakau, beberapa kepemilikan karet skala
Hasil-hasil studi ini juga dapat merupakan kecil, perkebunan sawit, padang rumput dan
masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah kebun-kebun agrikultur serta pemukiman desa.
Indonesia dan pihak-pihak terkait lainnya dalam Perusahaan-perusahaan perkebunan hutan
menelaah kinerja ekonomi dari proyek-proyek diharapkan untuk menghasilkan bahan baku
HTI yang digunakan untuk kepentingan negara, mentah untuk kebutuhan industri bubur kertas
dan mengubah aturan dan kebijakan yang dapat nasional, baik untuk kebutuhan ekspor maupun
mengarahkan proyek-proyek perkebunan agar kebutuhan dalam negeri. Ekspor bubur kertas
dapat memberikan manfaat ekonomi secara dan kertas menghasilkan 2 triliun dolar AS
besar (tidak hanya dari sisi keuangan) bagi sebagai cadangan ekspor dalam negeri dalam
negara.
tahun 1997 (FWI dan GFW 2002). Meskipun Pemerintah Indonesia dapat secara mudah menghitung penambahan
Usulan Pendekatan
pendanaan dan pembiayaan-pembiayaan yang Analisa secara kasar telah digunakan untuk telah dicapai dalam investasinya pada industri
menunjukkan dampak dari proyek-proyek HTI bubuk kertas dan perusahaan-perusahaan
dan barang dan jasa yang dipengaruhinya. Harga terkait, manfaat dan biaya ekonomi masih
pasar dan harga bayangan 1 digunakan untuk tetap menjadi hal yang belum jelas. Biaya
mengukur pengaruh tersebut apabila pasar ada, keuangan hanya merupakan porsi kecil dari
jika tidak nilai ditentukan dengan menggunakan total biaya aktual, sehingga mengarah kepada
perkiraan terhadap nilai barang dan jasa yang persepsi akan adanya manfaat bersih yang lebih
tidak tersedia di pasar, yang berkaitan dengan besar daripada yang sebenarnya. Biaya-biaya
area yang ditelaah.
sebenarnya adalah biaya-biaya yang langsung Pengaruh positif dan negatif terkait dengan dikeluarkan dalam rangka investasi dan biaya,
proyek-proyek HTI telah diidentifikasi dan yang dibebankan kepada masyarakat lokal,
diukur menurut pasarnya masing-masing terkait Indonesia dan dunia, dari area hutan yang luas
dengan barang yang dihasilkan dan biaya-biaya yang dialokasikan bagi proyek-proyek HTI.
yang diperlukan sebagai perbandingan untuk Walaupun beberapa studi telah mencoba
masing-masing kasus.
mendalami aspek-aspek ekonomi dan keuangan 1 Untuk defi nisi lihat daftar istilah.
Julia Maturana
Konsep Kerangka Kerj a
Telaah Secara Ekonomi
Ekonomi, optimalisasi dan kelangkaan adalah merupakan tiga konsep yang saling terkait. Kebutuhan manusia meningkat setiap saat dan cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut adalah dengan pemenuhan sumberdaya. Untuk beberapa sebab (contohnya perbedaan biofi sik, proses-proses kepunahan secara alamiah, tingginya tingkat konsumsi, akumulasi sosial), beberapa sumberdaya telah menjadi sulit ditemukan; kadang-kadang sulit ditemukan secara umum, sulit ditemukan di satu tempat tertentu atau sulit ditemukan oleh kelompok- kelompok tertentu. Ilmu ekonomi telah berkembang sebagai suatu respon terhadap kebutuhan untuk mengoptimalkan alokasi sumberdaya yang sulit ditemukan untuk memuaskan meningkatnya kebutuhan dasar dari masyarakat. Alokasi secara optimal diobservasi saat tidak adanya lagi alternatif untuk memulihkan situasi pada para pihak atau kelompok-kelompok yang sedang dianalisa dengan memberikan sejumlah sumberdaya
dalam waktu-waktu tertentu 2 . Ketika suatu proyek investasi atau suatu kebijakan yang mengarahkan suatu investasi disusun, pengambil keputusan mengarahkannya kepada suatu tujuan yang khusus, contohnya: suatu keluarga melakukan suatu investasi untuk tujuan kemakmuran saat ini dan mendatang, suatu perusahaan mengharapkan manfaat maksimal, dan pemerintah menginvestasikan uang masyarakat untuk mencapai tujuan sosial- ekonomi secara khusus yakni peningkatan kemakmuran masyarakat. Setiap kebijakan program atau keputusan ekonomi harus ditelaah dalam rangka melihat pengaruh-pengaruh yang ada.
Telaah secara ekonomi adalah suatu alat yang digunakan oleh para ahli untuk memberikan arahan dalam proses–proses pengambilan keputusan secara nasional dan untuk menganalisa kebijakan ekonomi. Telaah ekonomi juga digunakan untuk mengevaluasi kontribusi dari kebijakan-kebijakan yang ada, keputusan-keputusan atau proyek yang
memberikan kemakmuran bagi masyarakat. Nilai dari setiap barang/produk, faktor atau sumberdaya yang akan digunakan atau dihasilkan oleh proyek dinilai berdasarkan kontribusinya terhadap kemakmuran negara.
Alasan Penggunaan Telaah Secara Ekonomi
Seberapa besar peningkatan kemakmuran dan ekonomi masyarakat sulit untuk diukur. Setiap aksi akan memberikan implikasi keuntungan- keuntungan dan pembiayaan. Kebijakan atau keputusan investasi yang ada dapat memberikan dampak dan efek yang berlawanan pada kelompok yang berbeda-beda. Suatu aksi dapat memberikan peningkatan kemakmuran bagi beberapa, namun mengurangi dari yang lain; atau dapat meningkatkan tingkat konsumsi dari penduduk (peningkatan kemakmuran) namun meningkatkan polusi untuk negara (pembiayaan kemakmuran). Apabila sebuah kebijakan tidak mempunyai efek negatif terhadap kelompok manapun, kebijakan itu tidak diragukan lagi merupakan kebijakan yang baik. Namun demikian, kasus semacam itu jarang terjadi atau jarang mendapat perhatian. Lebih sering kita melihat terdapatnya beberapa pengaruh positif dan pengaruh negatif. Selanjutnya, penting untuk mengetahui apakah kombinasi pengaruh dari keduanya akan mengarahkan masyarakat (secara keseluruhan) kepada situasi yang lebih baik atau lebih rusak.
Teori dalam ekonomi menyarankan kita untuk menambahkan semua keuntungan dari semua pihak yang berada pada situasi lebih baik, dan semua kerugian dari pihak yang akan berada pada situasi yang parah. Apabila yang dihasilkan adalah keuntungan bersih, maka kebijakan atau aksi harus dilakukan atau sebaliknya. Telaah secara ekonomi ini didasarkan pada “teori kemakmuran 3” dengan defi nisi-defi nisi kemakmuran, pemanfaatan dan perilaku sosial.
2 Untuk defi nisi lihat daftar istilah. 3 Untuk studi yang lebih luas mengenai teori kemakmuran lihat Just, dkk. (1982) dan Mishan (1988)
Biaya dan Manfaat Ekonomi dari Pengalokasian Lahan Hutan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri di Indonesia
Konsekuensinya, kita menganalisa manfaat pasaran). Dampak positif dari barang dan jasa ekonomi keseluruhan (EB) yang diakibatkan oleh
tersebut dapat disebut sebagai manfaat sosial produksi dari proyek (EB dari produksi) dan
dan dampak negatifnya dapat disebut sebagai biaya ekonomi dari input (EC) dan faktor-faktor
biaya-biaya sosial. Dampak-dampak positif pada yang digunakan (EB dan EC biasanya dianalisa
konsumsi adalah hasil dari suatu proyek yang secara terpisah berdasarkan masing-masing
menghasilkan barang atau jasa. Sementara pasar). Analisa difokuskan pada perubahan
dampak negatif adalah hasil dari proyek yang konsumsi dari barang dan jasa berbeda,
membutuhkan input atau faktor yang sulit. penggunaan sumberdaya, input-input dan faktor
Hasil dari proyek yang membutuhkan input produksi. Analisa ini memfokuskan pada efek
atau faktor yang sulit disebut sebagai suatu daripada konsumsi dan produksi keseluruhan,
biaya, karena mengkonsumsi beberapa elemen dan bukan pada efek terhadap konsumen yang
tertentu yang hanya dapat dilakukan apabila berbeda-beda. Analisa ini juga dikenal sebagai
pihak-pihak lain dalam masyarakat melepaskan analisa manfaat dan biaya dengan menggunakan
elemen tersebut, yang dalam istilah ekonomi efi siensi atau harga-harga bayangan.
disebut sebagai kerugian.
Penggunaan harga dengan perkiraan Dampak positif dan negatif lainnya adalah
berhubungan dengan penggunaan sumberdaya manfaat-manfaat dan biaya-biaya (nilai yang
dapat menjadikan kesalahan perkiraan 4 dari
(dampak tidak langsung dari konsumsi), seperti berlebih atau kurang) ketika kita bekerja
melepaskan atau mengkonsumsi sumberdaya pada ekonomi yang terdistorsi, yang memiliki
melalui produk pengganti, tabungan, dan karakter kesalahan-kesalahan pasar seperti
mengkompromikan faktor-faktor dan input yang
produktif. Sumberdaya-sumberdaya tersebut Namun masalah dapat dikoreksi dengan
subsidi, pajak, monopoli dan eksternalitas 5 .
dinilai berdasarkan biaya-biaya penggunaan menganalisa kesalahan-kesalahan pasar dan
terbaik 6 dari sumberdaya itu.
pengaruhnya terhadap harga dan jumlah yang Dampak-dampak negatif dan positif yang diperdagangkan untuk barang tertentu di pasar
akan diidentifi kasi, berhubungan dengan (Castro tertentu.
and Mokate 1998):
• Peningkatan/penurunan konsumsi barang/jasa yang dipasarkan dan tidak
Jenis-j enis Dampak yang
dipasarkan
Termasuk dan Efeknya terhadap
• Peningkatan/penurunan dalam ekspor
Kemakmuran
(pendapatan nilai tukar luar negeri meningkat atau berkurang)
Untuk menilai manfaat-manfaat dan biaya- biaya dari suatu investasi atau aksi, termasuk
• Peningkatan/penurunan impor (tabungan nilai tukar luar negeri atau
di dalamnya seluruh manfaat ekonomi. Teori
pengeluaran)
menganjurkan untuk menghitung perubahan dalam konsumsi (saat sekarang dan mendatang)
• Pelepasan/kompromi sumberdaya
produktif.
dari semua barang dan jasa (pasaran dan non
4 Ketika kompetensi yang sempurna diobservasi, harga menggambarkan biaya marjinal (untuk produsen) dan kegunaan/utilitas marjinal (untuk konsumen). Adanya kegagalan pasar menyebabkan biaya tidak mencerminkan
biaya marjinal maupun utilitas marjinal. Pada kasus seperti itu, biaya tidak menunjukkan refl eksi sebenarnya dari manfaat dan biaya ekonomi.
5 Untuk defi nisi lihat daftar istilah. 6 Untuk defi nisi lihat daftar istilah.
Julia Maturana
STUDI KASUS
Permintaan dan penawaran terintegrasi
Menentukan Dampak Ekonomi
sebagai akibat dari suatu kenyataan bahwa
pada Skenario Keseluruhan
industri dan perusahaan pemegang konsesi HTI Antara tahun 1984 dan 1996, pemerintah
adalah dalam kelompok yang sama. Sehingga telah mengalokasikan 1,4 juta ha kawasan
konsekuensinya adalah volume kayu untuk hutan kepada lima perusahaan di Sumatera
bubur kertas yang dihasilkan bergantung pada (Gambar 1), untuk memanen (tebang habis)
jumlah yang diharapkan oleh industri bubur kawasan-kawasan tersebut guna memproduksi
kertas. Sehingga volume penawaran akan kayu untuk bubur kertas dan mengembangkan
seimbang dengan tingkat permintaan. Hal perkebunan kayu. Konsesi ini diberikan kepada
tersebut secara tidak langsung menyatakan kelompok yang saat ini sedang mengembangkan
bahwa harga tidak ditentukan oleh kekuatan dan membangun industri kertas dan bubur
pasar, tetapi oleh pemaksimuman keuntungan
dari kelompok yang mengelola rantai produksi Sejak tahun 1984 ke atas, industri bubur
kertas untuk mempertahankan produksinya 7 .
secara terintegrasi. Karena sistem kerja yang kertas dimaksud telah memulai operasinya
digunakan adalah monopsoni, kayu untuk dan meningkatkan kapasitas terpasang untuk
bubur kertas harganya jauh lebih rendah (tidak memanfaatkan sumber besar yang ada untuk
ada pasar lain), sehingga menghasilkan biaya produksi bubur kertas mereka.
transaksi (pada pasar kayu untuk bubur kertas) dibawah harga optimal.
Gambar 1 . Lokasi lima perusahaan perkebunan bubur kayu yang termasuk di dalam studi
Inti Indo Rayon
TPL
Arara Abadi
Riau Andalan Pulp & Paper IK
Wira Karya Sakti RAPP
SU LP
Musi Hutan Persada
AT
R TEL
KALIMANTAN
TPL : Toba Pulp Lestari IK : Indah Kiat RAPP : Riau Andalan P&P LP : Lontar Papyrus
JAVA
TEL : Tanjung Enim Lestari
7 Tiga pabrik kertas dan bubur kertas, satu pabrik bubur kertas dan rayon, satu pabrik bubur kertas.
Biaya dan Manfaat Ekonomi dari Pengalokasian Lahan Hutan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri di Indonesia
Lapangan kayu tebangan dari salah satu perusahaan perkebunan HTI di Sumatera (Foto oleh Julia Maturana) Efek keseluruhan, yang ditemui pada pasar
digambarkan dengan pergerakan kurva D kayu untuk bubur kertas, dapat ditampilkan
kepada D’. Harga kayu untuk bubur kertas dengan grafik (Gambar 2). Proyek-proyek
tetap tidak berubah karena peningkatan dalam menyebabkan peningkatan dalam suplai
penawaran tidak terlihat. Kelima penghasil kayu kayu untuk bubur kertas yang digambarkan
untuk bubur kertas menjual produknya kepada dengan pergerakan kurva suplai permulaan
industri mereka sendiri.
dari S ke S’. Permintaan juga meningkat Kurva penawaran sangat tidak elastis jika melalui pembentukan industri bubur kertas
dilihat dari harga, karena pasar yang sudah dan peningkatan kapasitas terpasang, yang
terintegrasi (contohnya penghasil dan pembeli
D Sebelum 1984
D’ 2003
S’
Gambar 2. Pasar kayu untuk bubur kertas (pulp) Kunci: D = Permintaan awal (untuk kasus ini sebelum 1984, sebelum konsesi); D’ = permintaan selanjutnya (untuk kasus ini pada tahun 2003); P = sumbu harga; p = harga transaksi (diasumsikan tetap sepanjang waktu); Q = sumbu
Julia Maturana
memiliki hubungan yang kuat). Porsi terakhir dampak (manfaat ekonomi) positif dan negatif dari kurva harus vertikal saat produksi maksimal
(biaya-biaya ekonomi) yang menjadi perlu yang dimungkinkan oleh ekosistem (termasuk
untuk dijelaskan dalam bentuk angka. perkebunan) telah terpenuhi. Kurva penawaran juga bisa digambarkan sebagai garis yang sangat tidak elastis jika dihubungkan dengan harga
Perkiraan Manfaat dan Biaya
dan hal tersebut utamanya ditentukan oleh
Ekonomi
kapasitas industri yang dimasukkan. Elastisitas Semua perusahaan perkebunan yang dianalisa harga dari penawaran untuk pasar kayu bagi
mendapatkan hak lebih dari 300.000 ha dari keperluan bubur kertas di Indonesia telah
hutan milik negara dalam periode waktu yang dihitung oleh FAO (1996) dengan seri data yang
sama (> 40 tahun). Tiga dari konsesi tersebut cukup besar adalah – 0.09 (skala 0 = sangat tidak
utamanya terdiri atas hutan-hutan bekas elastik; 1 = sangat elastik).
tebangan dari kayu keras campuran (MHW); satu
konsesi oleh pinus dan hutan bekas tebangan jumlah yang besar (1,4 juta ha) dari lahan
Biaya-biaya ekonomi berhubungan dengan
MHW dan satu lagi terutama oleh padang hutan yang digunakan. Efek-efeknya dapat
rumput (Imperata cylindrical) dan belukar. diperhatikan pada pasar lahan hutan (hipotesa).
Manfaat-manfaat dan biaya-biaya ekonomi Harga sumberdaya (yang berhubungan dengan
dihitung sejak periode 1984 hingga 2038. Tiga biaya-biaya konsesi) ditentukan oleh pemerintah
angka potongan (4%, 8% dan 12%) digunakan dengan memperhitungkan pertimbangan-
untuk menunjukkan nilai sejak tahun awal (1984) pertimbangan bukan pasar karena tidak adanya
sehingga memungkinkan untuk dibandingkan. pasar untuk lahan hutan milik negara. Alokasi
Semua biaya dan harga dibuat dalam dolar AS lisensi HTI (konsesi-konsesi) untuk proyek-
(2003). Tiga skenario dibuat untuk menguji proyek tersebut menyebabkan meningkatnya
sensitivitas dari analisa: skenario awal stabilitas; kebutuhan akan lahan hutan yang dimiliki
skenario optimis dengan peningkatan harga
kayu untuk bubur kertas dan area yang ditanam pada Gambar 3) dengan pergerakan dari kurva
oleh negara dari q 0 menjadi q 1 (ditunjukkan
dan skenario pesimis dengan penurunan harga permintaan dari D kepada D”. Permintaan
dan area yang ditanam. digambarkan sebagai kurva horizontal yang
mencakup fakta bahwa area lahan pemerintah
Manfaat-manfaat Ekonomi
yang ditawarkan tidak tergantung kepada permintaan namun kepada area yang tersedia.
Peningkatan penawaran kayu untuk bubur Akhir dari bagian vertikal menggambarkan batas
kertas diobservasi setelah alokasi dari untuk suplai area hutan negara.
hutan negara cocok dengan permintaan dari
industri (sebenarnya permintaan menentukan dalam konsesi akan menghasilkan sejumlah
Keseluruhan dampak area alokasi HTI di
penawaran). Manfaat-manfaat yang terkait
D D setelah konsensi HTI
Gambar 3. Lahan hutan milik negara (pasar hipotesis) Kunci: D = permintaan awal (untuk kasus ini sebelum 1984, sebelum konsesi-konsesi); D’ = permintaan selanjutnya (untuk kasus ini pada tahun 2003); P = sumbu harga (lahan hutan); p = harga transaksi; Q = sumbu jumlah (lahan
hutan) ; q 0 = jumlah (kawasan hutan) permintaan (sebelum-1984); q 1 = jumlah (lahan hutan) permintaan (tahun 2003); S = kurva penawaran (lahan hutan).
Biaya dan Manfaat Ekonomi dari Pengalokasian Lahan Hutan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri di Indonesia
D Sebelum 1984
D 2003
Gambar 4. Pasar kayu untuk bubur kertas (pulp) Kunci: lihat gambar 2; p m = harga pasar; p p = harga sebenarnya.
Notes: q 1 =q 0 + 27 juta m 3 /tahun.
Daerah abu-abu gelap mewakili pemasukan keuangan untuk perusahaan perkebunan, yang ditentukan dari harga aktual dan jumlah yang diperdagangkan. Daerah abu-abu terang mewakili manfaat-manfaat yang tidak aktual dan ditentukan oleh harga yang tidak terdistorsi (40 dolar AS) yang mewakili nilai pasar dari kayu bubuk kertas. Sehingga nilai tersebut merupakan nilai yang sebenarnya bagi masyarakat. Manfaat ekonomi yang dihasilkan dari peningkatan
konsumsi tahunan (permintaan) hampir 27 juta m 3 kayu bubur kertas dihitung dengan menjumlahkan kedua area.
dapat dilihat pada daerah yang diwarnai pada kebutuhan industri bubur kertas dan kertasnya Gambar 4 atau dengan perkiraan:
adalah antara 34 dolar AS dan 36 dolar AS per m 3 (APP 2000). Dengan menggunakan informasi ini
sebagai bahan referensi, harga yang digunakan
dalam analisa adalah 40 dolar AS per m EB 3 = 1 0 t
bagi
t =1
kelima perusahaan perkebunan.
Jumlah (q –q ) yang berkaitan dengan Harga yang digunakan terkait dengan
1 0 total volume kayu untuk bubur kertas cenderung t transaksi (pasar) harga (pm) yang diobservasi
berubah setiap tahun pada lima perusahaan. dari kayu untuk bubur kertas setiap tahunnya
Volume-volume tersebut dihitung dari kapasitas (t). Dan seperti yang telah disampaikan
produksi industri bubur kertas terkait.
sebelumnya, pasar kayu untuk perusahaan perkebunan tidak berada dalam situasi kompetensi yang sempurna. Sebaliknya,
Biaya-biaya Ekonomi
penyedia menghadapi monopsoni dalam Biaya-biaya terkait dihitung berdasarkan permintaan yang mengurangi harga sebenarnya
sumberdaya yang dibutuhkan untuk
(pp) hingga di bawah level harga kompetensi 8
mempertahankan peningkatan penawaran kayu: (pp < pm). Menggunakan harga yang sebenarnya 1,4 juta ha MHW, hutan pinus, hutan terdegradasi akan menjadikan manfaat proyek yang kecil. dan padang rumput yang dialokasikan kepada Kenyataannya, pembayaran harga transaksi proyek, yang diberi nilai masing-masing pasar kepada perusahaan perkebunan Arari Abadi
dengan perkiraan:
oleh industri bubur kertas dan kertas Indah Kiat dalam tahun 1998 dan 1999 adalah sekitar
8 dolar AS/m T 3 , dibandingkan dengan 42 dolar
AS/m 3 yang harus dibayarkan untuk bahan kayu
EC T =
t =1
dari luar (Ometraco 2000), dan biaya-biaya kayu pada tahun 2002 yang disebut oleh APP untuk
8 Monopsoni menentukan harga input berdasarkan kerangka maksimalisasi keuntungan, sehingga menekan harga ke bawah.
Julia Maturana
Gambar 5. Lahan hutan yang dimiliki oleh negara (pasar hipotesis) Kunci: lihat Gambar 3; p c = harga saat ini; p s = harga sosial; S P = kurva penawaran (swasta); S S = kurva penawaran (sosial); MSC = Biaya sosial terendah; TEV = Keseluruhan nilai ekonomi.
Catatan: q 1 = (q 0 + 1,4 juta ha)
Warna abu-abu gelap mewakili pengeluaran keuangan dari perusahaan perkebunan (biaya-biaya saat ini), ditentukan oleh p c and area konsesi. Warna abu-abu terang mewakili biaya-biaya tidak aktual yang ditetapkan sebagai perbedaan antara TEV dan p c . Biaya-biaya ekonomi yang dihasilkan dari kompromi lebih dari 1,4 juta ha hutan milik negara, diperoleh dengan menyatukan dua area.
Indonesia dibuat oleh Simangunsong (2003) yang penggunaan hutan tersebut (izin penebangan/
Harga yang sebenarnya dibayar untuk
menggunakan perkiraan dari berbagai penulis pemanenan, pembayaran konsesi, biaya dan
adalah 1283 dolar AS/ha per tahun. pajak, dst.) menggambarkan biaya fi nansial pada
Kuantitas (q 1 –q 0 ) t adalah keseluruhan masa sekarang bagi perusahaan-perusahaan
area hutan negara yang diberikan dalam bentuk
konsesi kepada perusahaan perkebunan. sekarang) dalam Gambar 5, menentukan biaya- biaya sekarang (warna abu-abu gelap) untuk penggunaan sumberdaya. Biaya-biaya tersebut
perkebunan dan disebut sebagai p c (harga
Perkiraan Kasus per kasus
berkisar antara 15.000 dolar AS hingga 99 juta Dalam rangka menghitung keseluruhan biaya- dolar AS per tahun per perusahaan, dihitung
biaya ekonomi dan manfaat dari proyek ini, dari pembayaran per volume yang diperkirakan
kuantitas produksi kayu per individu dan area yang oleh Pemerintah Indonesia (PSDH, SPK, and DR).
dimanfaatkan oleh masing-masing perusahaan
ditetapkan. Untuk melakukan hal tersebut, hutan milik negara, maka tidak ada harga pasar
Karena tidak adanya pasar untuk hutan-
beberapa asumsi di bawah ini telah dibuat. yang dapat dipelajari. Jika tersedia suatu pasar,
Area yang akan dihitung biaya-biaya maka harga akan merefl eksikan nilai dari daerah
ekonominya, EC (q 1 –q 0 ), ditetapkan sebagai tertentu. Namun demikian, harga pasar ini juga
suatu fungsi dari volume kayu yang ditebang: dapat salah dalam menilai manfaat-manfaat positif sosial terkait dengan eksternalitas dari
Biaya ekonomi t = Area tebang t × TEV t hutan-hutan tersebut; seperti perlindungan biodiversitas dan kehidupan liar, rekreasi,
TEV didapatkan dari Simangungsong (2003) polinasi, kontrol biologis, fungsi habitat, dan
yang telah menetapkan TEV untuk hutan yang informasi sejarah. Beberapa nilai dikenali
telah ditebang di Indonesia. Termasuk di melalui perkiraan total nilai ekonomi (TEV =
dalamnya: nilai penggunaan langsung (kayu, p5). TEV untuk hutan-hutan bekas tebangan di
kayu bakar, produk hutan non-kayu dan 9 Untuk defi nisi lihat daftar istilah.
Biaya dan Manfaat Ekonomi dari Pengalokasian Lahan Hutan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri di Indonesia
konsumsi air); penggunaan secara tidak langsung Dimana area yang dimaksud adalah (konservasi tanah dan air, pengurangan karbon,
jumlah ha yang diberikan dalam konsesi, perlindungan terhadap banjir dan transportasi
maksud dari feasibility atau kemungkinan air), dan nilai-nilai yang belum digunakan (nilai-
untuk dilaksanakan adalah perubahan jumlah
nilai pilihan dan nilai-nilai eksistensi 9 )
area yang dapat ditebang dan itu tergantung dari ukuran area yang dipelihara sebagai Manfaat -manfaat Ekonomi t = Volume produksi t kawasan konservasi, dan hunian masyarakat,
× Harga t dan kebun. Nilai tengah produksi kayu (MWP) menggambarkan produktivitas kayu di area dan
Harga adalah harga pasar yang tetap untuk ditujukan untuk volume kayu yang bisa ditebang kayu bahan baku bubur kertas diperhitungkan
dari setiap ha hutan alam (rata-rata). Nilai pada 40 dolar AS/m3. Harga tersebut berubah
tersebut diperoleh dari informasi perusahaan pada skenario optimis dan skenario pesimis.
perkebunan dan diperiksa ulang dengan data Volume produksi termasuk total volume
yang ada dari setiap area jika memungkinkan. kayu yang ditebang dari kawasan alam, hasil panen dari perkebunan, dan atau didapatkan
Kebutuhan industri t = kapasitas produksi t × dari sumber-sumber lain:
Kuota t × operasional t
Volume produksi t = volume tebangan t + volume Kapasitas produksi didapatkan dari data panen t + Sumber-sumber lain t
aktual hingga 2003, dan kemudian ditentukan ulang berdasarkan harapan kenaikan dengan
Perusahaan perkebunan menyamakan informasi yang disiapkan oleh perusahaan atau kebutuhan industrinya dengan kayu-kayu
dipertahankan pada level saat ini. Kuota adalah alam sebelum tanaman perkebunannya
termasuk satu atau lebih perusahaan perkebunan dapat dipanen, dan hal tersebut diasumsikan
yang mensuplai material bagi industri bubur bahwa mereka lebih memilih menebang kayu
kertas. Nilai operasional menunjukkan apakah walaupun perkebunannya telah siap. Asumsi
industri tersebut ber operasi dengan kapasitas ini dipertimbangkan bahwa biaya-biaya dari
penuh setiap tahunnya.
menebang hutan alam adalah setengah dari Volume panen akan bergantung pada area biaya panen yang dihasilkan dari perkebunan
yang ditanam dan kebutuhan industri yang (van Dijk 2003), sehingga:
harus dipenuhi.
Volume t ebangan t = kebutuhan industri t Volume yang dipanen t = volume yang dapat
Apabila hutan alam yang tersedia t-1 ≥
dipanen t
kebutuhan industri t Jika kebutuhan industri t – volume tebangan t – Sumber lain t > volume yang dapat dipanen t
Volume tebangan t = hutan alam yang tersedia t-1
atau
Apabila hutan alam yang tersedia t-1 < kebutuhan Volume yang dapat dipanen t = kebutuhan industri t
industrit t – volume tebangan t – sumber lain t Jika kebutuhan industri t – volume tebangan t
Dimana: – sumber lain t ≤ volume yang dapat dipanen t Hutan alam yang tersediat t =
Dimana:
Area t x Feasibility t x MWP t Volume yang dapat dipanen t = volume yang Tingkat Konversi t
dapat dipanen t-1 – volume yang dipanen t-1 + apabila volume tebangan t =0
Planted Area t-7 x MI t-7 x Survival Factor t-7
or Keberadaan hutan alam t =
Tingkat konversi t-7
Area t x Feasibility t x MWP t
Area yang ditanam (planted area), Tingkat konversi t
Volume tebangan
didapatkan langsung dari perusahaan dan if apabila volume tebangan t ≠0 menggambarkan area yang ditanam setiap tahun sejak awal operasi hingga 2003. Nilai sesudah
10 Untuk defi nisi lihat daftar istilah.
Julia Maturana
Perkebunan Eucalyptus sp. Inti Indo Rayon di Sumatera Utara (Foto oleh Julia Maturana)
2003 memperlihatkan adanya nilai maksimum Inti Indo Rayon di Sumatera Utara rata-rata yang diperoleh dari periode yang
Jumlah area keseluruhan 284.060 ha telah sebelumnya disebut dan dibatasi oleh pada
dikonsesi pada tahun 1984, 1992, dan 1994 total area seluruhnya yang memungkinkan bagi
kepada perusahaan perkebunan Inti Indo Rayon setiap perusahaan untuk menanam. Nilai tengah
melalui izin HTI yang memperbolehkan tebang dari penambahan (MI) adalah turunan dari
10 nilai tengah pertambahan tahunan (MAI) habis dan penyiapan industri perkebunan dari
kayu.
masing-masing perusahaan untuk setiap jenis Area konsesinya tersebar di antara 5 yang ditanam dan unit lansekap (lahan kering
kabupaten dengan 50%nya terkonsentrasi di atau lahan humus) – nilai itu dapat berubah
Kabupaten Tapanuli Utara. Area yang dimiliki menurut waktu berdasarkan informasi yang
terdiri atas pinus (30%), MHW (68%) dan disediakan oleh masing-masing perusahaan.
hampir 6000 ha merupakan padang rumput Faktor kelangsungan hidup (survival factor) juga
diperoleh dari masing-masing perusahaan untuk Perusahaan perkebunan telah memulai setiap jenis tanaman dan setiap unit lansekap.
operasinya pada tahun 1988 untuk mensuplai Tingkat konversi adalah faktor yang telah
3 dihitung untuk mengkonversi 1 m perusahaan industri bubur kertas terkait kayu menjadi Indorayon (sekarang Toba Pulp Lestari).
1 ton bubur kertas, dimana nilai tersebut dapat Permintaan industri tersebut adalah 800.000 berubah tergantung material kasar (yang ditanam
m 3 bubur kertas per tahun hingga 1993. Saat atau ditebang) dan setiap jenis yang ditanam.
ekspansi, permintaan meningkat hampir 1 Istilah ‘t-7’ adalah periode rotasi dari jenis-jenis
juta m 3 .
yang ditanam didalam analisa, dimana hampir Sekitar 70% area yang telah dialokasikan semua adalah tujuh tahun kecuali satu kasus
adalah kebun, pemukiman dan zona konservasi. dimana periode rotasi bervariasi.
Sehingga hanya menyisakan 86.000 ha yang memungkinkan untuk penebangan dan konversi.
Biaya dan Manfaat Ekonomi dari Pengalokasian Lahan Hutan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri di Indonesia
Rata-rata area yang ditanam hingga tahun Perkiraan rasio manfaat dan biaya dari proyek 2003 adalah mendekati 5000 ha per tahun
ini adalah 0,37, 0,43 dan 0,52 pada tiga angka dengan total keseluruhan yang ditanam adalah
potongan berbeda (masing-masing 4%, 8% and 53.000 ha.
Industri menghadapi permasalahan sosial pada tahun 1998 ketika terjadi krisis ekonomi
Arara Abadi di Riau
dan politik, sehingga ditutup mulai tahun 1999 hingga awal 2003 dan selanjutnya memulai lagi
Perusahaan perkebunan Arara Abadi (AA) di operasinya.
provinsi Riau telah mengkonsesi area seluas Manfaat ekonomi (EB) dari proyek konsesi
299.975 ha pada tahun 1996. Meskipun demikian TPL bagi masyarakat Indonesia selama 48 tahun
Divisi Kehutanan industri kertas dan bubur (1988-2035) telah dihitung pertahunnya (lihat
kertas terkait, Indah Kiat, telah melaksanakan lampiran I.1). Dan kemudian dikembalikan pada
penanaman pertama pada area ini tahun 1984 tahun 0 (1984) dengan nilai (dalam dolar AS):
dengan mengantongi izin dari pemerintah Indonesia.
Area konsesinya tersebar di tujuh = US$511,588,592 kabupaten, dimana 72% areanya dialokasikan
di Kabupaten Siak dan Pelalawan. Area tersebut = US$241,626,464 ditutupi dengan jenis MHW dengan sebesar
60%nya adalah hutan bakau dengan produksi = US$138,027,774 kayu rata-rata > 150 m 3 /ha (Komunikasi
personal).
Biaya-biaya ekonomi (EC) pada tiga angka Perusahaan ini mensuplai permintaan potongan adalah:
industri bubur kertas terkait yang meningkat dari hampir 540.000 m 3 kayu bubur kertas per
= US$1,398,888,431 tahun untuk 1984 hingga mendekati 9 juta m 3
per tahun di tahun 2003.
= US$557,121,027 Dari total keseluruhan area yang dialokasikan, sebanyak 28% terdiri atas tanaman = US$263,921,323 kebun, pemukiman dan zona konservasi. Masih
Truk IIR yang membawa kayu gelondongan di Sumatera Utara. (Foto oleh Julia Maturana)
Julia Maturana
menyisakan area dengan luas total 216.000 Perkiraan rasio manfaat dan biaya untuk
ha yang bisa dipakai untuk area tebangan dan proyek ini masing-masing adalah 0,61, 0,68 konversi.
dan 0,75.
Hingga tahun 2003, rata-rata maksimum area yang telah ditanam adalah 18.000 ha per tahun dengan total area yang harus ditanami
Riau Andalan Pulp and Paper, Riau berjumlah 228.000 ha (termasuk area sulaman)
Dalam 55 tahun (1984-2038) manfaat ekonomi Industri Riau Andalan Pulp and Paper di Riau dari proyek konsesi AA bagi masyarakat yang
adalah perusahaan perkebunan yang memiliki dimulai sejak tahun 0 (1984) nilainya dalam
konsesi seluas 330.000 ha. dolar AS adalah (lihat juga Lampiran 2):
Alokasinya tersebar di antara 5 kabupaten, dan 70% diantaranya telah terkonsentrasi di Kabupaten Pelalawan dan Kuantan Singingi.
= US$1,935,837,869
Areanya merupakan hutan bekas tebangan MHW dengan 70% diantaranya berada di area
= US$793,918,705
rawa-rawa.
Perusahaan ini mulai melakukan penanaman
= US$398,513,520
tahun 1993, dan memulai suplai kayu untuk bubur kertas untuk industri terkait pada tahun
Biaya-biaya ekonomi pada tiga angka potongan 1995. Permintaan tahunan industri tersebut adalah:
adalah 3 juta m 3 kayu untuk bubur kertas dan dalam tahun 1995 meningkat hingga menjadi 9
= US$3,169,867,526
juta m 3 pada tahun 2003. Area seluas kurang lebih 250.000 ha dapat
= US$1,169,452,455
dikonversi untuk mendapatkan bahan mentah untuk keperluan industri. Sedangkan hampir
= US$533,947,366
79.000 ha (24% dari area konsesi) terdiri atas berbagai macam tumbuhan, pemukiman dan kawasan hunian.
Hutan bekas tebangan MHW yang telah dialokasikan untuk pengembangan HTI, masih memiliki produk melimpah. Di sini beberapa penduduk tengah mengolah kayu bulat untuk dijual di industri kayu di Riau. (Foto oleh Nicholas Hosgood).
Biaya dan Manfaat Ekonomi dari Pengalokasian Lahan Hutan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri di Indonesia
Kayu-kayu keras campuran yang diambil dari hutan rawa-rawa di Jambi (Foto oleh Julia Maturana)
Luas rata-rata maksimum area yang dapat
Wira Karya Sakti di Jambi
ditanami hingga 2002 mendekati 14.000 ha Perusahaan perkebunan Wira Karya Sakti di per tahun, dengan total luas area yang harus
Jambi memulai operasi penebangan tahun 1989 ditanam adalah 110.000 ha.
dengan melalui izin khusus untuk konversi lahan kecil sampai tahun 1996 setelah izin konsesinya
Manfaat ekonomi proyek konsesi RAPP
dikantongi.
untuk masyarakat Indonesia selama 44 tahun Alokasi akhir lahan adalah 203.449 ha yang (1995- 2038) yang dihitung berdasarkan nilai
tersebar di 4 kabupaten, dengan 60% dari area awal tahun 1984 (Lampiran I.3) adalah:
keseluruhannya terkonsentrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Area kelola terdiri atas
= US$ 1,336,119,511 hutan bekas tebangan MHW dengan 70%nya adalah hutan-hutan rawa.
= US$ 556,385,589 Permintaan awal industri kertas dan bubur kertas Lontar Papyrus adalah sekitar 2 juta m 3 = US$ 269,709,028
kayu untuk bubur kertas per tahun pada tahun 1994, dan meningkat menjadi lebih dari 3 juta
Biaya-biaya ekonomi pada tiga angka potongan 3 m dalam tahun 2003. adalah:
Jumlah area yang tersedia untuk dikonversi seluruhnya hampir 161.000 ha. Sementara
= US$ 3,547,376,172
43.000 ha (21% dari area konsesi) terdiri atas pemukiman, kebun dan area konservasi.
= US$ 1,222,022,515
Rata-rata maksimum area yang ditanami sejak 1992 hingga 2003 adalah kurang lebih
= US$ 495,253,977
13.000 ha per tahun, dengan keseluruhan area yang ditanami kira-kira 96.000 ha.
Manfaat-manfaat ekonomi proyek konsesi Perkiraan rasio manfaat dan biaya untuk proyek
WKS untuk periode konsesi selama 45 tahun ini masing-masing adalah 0,38, 0,46 dan 0,54.
(1994-2038) telah dihitung berdasarkan nilai tahun 1984 (dalam dolar AS) adalah (lihat Lampiran I.4:
Julia Maturana
ditanami 193.500 ha sejak 1991 hingga 1998
= US$1,106,100,135
(termasuk area yang disulam). Manfaat-manfaat ekonomi dari proyek
= US$426,455,511
konsesi MHP bagi masyarakat (dolar AS) selama
41 tahun (1998-2038) dan dihitung sejak 1984,
nilainya adalah (Annex I.5): Biaya-biaya ekonomi pada tiga angka potongan
= US$196,769,551
= US$1,789,920,969 adalah: = US$594,828,448
Biaya-biaya ekonomi pada tiga angka potongan
= US$319,480,269
adalah
Rasio manfaat dan biaya untuk proyek ini masing-masing adalah 0,49, 0,55 and 0,62.
= US$770,295,134 Musi Hutan Persada di Sumatera Selatan
= US$271,596,775 Perusahaan Musi Hutan Persada di Sumatera
= US$112,471,049 Selatan memulai perkebunannya sejak 1991
dan mendapatkan hak konsesi dengan luas total Rasio manfaat dan biaya yang diperkirakan area 296.400 ha dalam tahun 1996.
untuk proyek ini adalah masing masing 2,32,
Area mereka tersebar di lebih dari 5
2,19 dan 2,06.
kabupaten, dengan lebih dari 50% terkonsentrasi di Kabupaten Muara Enim. Kawasan tersebut 50%nya merupakan semak belukar dan 50%
Keseluruhan Manfaat dan Biaya
lainnya adalah padang rumput.
Ekonomi bagi Negara
Dalam tahun 1999, perusahaan perkebunan mulai mensuplai industri bubur kertas Tanjung
Dampak-dampak keseluruhan dari alokasi Enim Lestari yang pertahunnya membutuhkan
lebih dari 1,4 juta ha lahan negara untuk
lima perusahaan perkebunan untuk keperluan industri tersebut telah meningkat mencapai 4,5
2 juta m 3 kayu untuk bubur kertas. Kebutuhan
produksi bubur kertas adalah negatif (Tabel
juta m 3 per tahun pada tahun 2003.
1 dan Gambar 6). Biaya-biaya ekonomi lebih
tinggi dibandingkan manfaat-manfaat ekonomi pemukiman dan area konservasi. Dari 68% yang
Hampir 32% konsesinya terdiri atas kebun,
yang terkait.
tersisa, dengan memperhitungkan area padang Manfaat-manfaat ekonomi dari proyek rumput, sejumlah 100.000 ha memungkinkan
ini, terkait dengan produksi hampir 554 juta untuk ditebang dan dikonversi dengan tingkat 3 m kayu, dinilai pada harga 1984 dengan tiga
angka potongan yang berbeda (12%, 8% dan 4% (angka produksi ini telah dihitung dengan
produktivitas yang rendah, yaitu 20,3 m 3 /ha
per-tahun) menghasilkan 1,2 triliun dolar AS menggunakan rata-rata tambahan volume untuk
hingga 6,7 triliun dolar AS. Biaya-biaya ekonomi hutan Indonesia yang dikutip oleh Simangunsong
dengan konversi hampir 815.000 ha hutan bekas (2003) dan dalam periode 10 tahun).
tebangan, pinus dan yang sudah terdegradasi
secara besar adalah berkisar antara 1,7 triliun 24.000 ha per tahun, dengan total area yang
Rata-rata area yang ditanami adalah
dolar AS hingga 11,1 triliun dolar AS.
Tabel 1. Biaya dan manfaat ekonomi (dalam juta dolar AS) untuk setiap perusahaan perkebunan
dan secara keseluruhan (skenario stabil).
Disk. TPL AA RAPP WKS MHP Keseluruhan
EB EC EB/EC 12% 138 264 399 534 270 495 197 319 232 112 1.235,036 861
EB EC EB EC EB EC EB EC EB EC
Biaya dan Manfaat Ekonomi dari Pengalokasian Lahan Hutan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri di Indonesia
Gambar 6. (A) Pasar kayu untuk bubur kertas, and (B) Pasar hutan yang dimiliki oleh negara (hipotesa) Kunci: lihat Gambar 2,3,4,5.
Catatan: Kayu bubur kertas q
1 =q + 554 juta m 3 .
Hutan alam yang baru saja ditebang dan ditanami dengan akasia (Acacia sp.) di Sumatera (Foto oleh Julia Maturana)
Julia Maturana
PEMBAHASAN
Manfaat-manfaat ekonomi
ke-0 dari keseluruhan manfaat ekonomi proyek Manfaat-manfaat ekonomi dihitung dengan
tersebut. Angka-angka tersebut meliputi menggunakan volume kayu untuk bubur kertas
sejumlah angka-angka yang digunakan dalam (m 3 ) yang dihasilkan per tahun dari setiap
studi sebelumnya (Shyamsudar dan Kramer periode konsesi. Volume tersebut dihitung
1996; Kremen dkk. 2000; Ferraro 2002; dengan menambahkan jumlah kayu tebangan
Beukering dkk. 2003; Simangungsong 2003) (dari sumber yang ada) dan yang dipanen
yang melihat penilaian sumberdaya hutan dan (dari perkebunan) yang ada setiap tahunnya.
lahan di Indonesia serta negara-negara lain yang Termasuk juga yang diperhitungkan (untuk
memiliki pendapatan rendah 11 . Peningkatan- daerah-daerah tertentu) adalah volume saat
peningkatan angka potongan (dari 4% menjadi ini dari hutan bekas tebangan, persentase
8% dan 12%) mengurangi nilai dasar tahunan area hutan, persentase area yang saat ini
dari manfaat ekonomi yang dihitung. digunakan, nilai tengah pertumbuhan tahunan
Penurunan MAI dari perkebunan kayu (MAI), angka kematian pohon, faktor konversi
dan faktor daya tahan pohon (persentase dari dan kebutuhan-kebutuhan industri.
pohon yang bertahan hingga masa panen)
tidak dihitung pada rotasi-rotasi selanjutnya. untuk bubur kertas ini adalah harga pasar dari
Harga yang digunakan dalam menilai kayu
Sebaliknya MAI yang digunakan (informasi produk tersebut saat terjual di pasar terbuka.
perusahaan) meningkat seiring dengan waktu Harga tersebut didapatkan melalui informasi
untuk mencapai hasil MAI maksimum yang dari pembeli-pembeli kayu untuk bubur kertas
diharapkan, yang tetap konstan hingga akhir di Sumatera (bukan dari perusahaan perkebunan
periode yang dipertimbangkan. Dengan melihat terkait). Daripada membuat asumsi-asumsi
kenyataan bahwa sangat diragukan keuntungan bagaimana perilaku harga kayu untuk bubur
tidak akan menurun selama periode rotasi kertas di masa mendatang, harga pasti sejumlah
selanjutnya (SAM 2004), manfaat ekonomi yang
dihitung di sini akan berada pada nilai tertinggi manfaat-manfaat ekonomi setiap tahunnya dari
40 dolar AS per m 3 digunakan untuk menentukan
atau kelebihan nilai.
setiap perusahaan. Bergantung kepada harga Manfaat-manfaat tambahan dari sebenarnya setiap tahun; apakah lebih rendah
proyek-proyek tersebut yang terkait dengan atau lebih tinggi dari harga yang digunakan
perlindungan kawasan konservasi diantara disini, harga tersebut akan meningkatkan
kawasan konsesi, tidak dihitung di sini. atau mengurangi jumlah keseluruhan manfaat
Tidak satupun dari lima perusahaan tersebut ekonomi dari proyek-proyek ini kepada negara.
yang diketahui melaksanakan perlindungan Mempertahankan harga tetap akan memberikan
kawasan konservasi dari penebangan liar atau nilai yang melebihi atau di bawah perkiraan
tujuan-tujuan lainnya. Malahan beberapa dari manfaat ekonomi sebenarnya, tetapi hal
perusahaan perkebunan tersebut telah dituduh ini tidak memiliki relevansi dengan sasaran
oleh LSM dan pengamat lainnya sebagai yang untuk membandingkan antar perusahaan
mendorong pembalakan liar di area tersebut perkebunan.
untuk keuntungan sendiri.
Kemungkinan manfaat dari penanaman sebenarnya, dan bukan dengan harga yang
Dengan menggunakan harga pasar yang
pohon juga tidak dihitung. Sebagian besar area sebenarnya dibayarkan oleh industri bubur
perusahaan untuk pengembangan perkebunan kertas yang terkait dengan perusahaan,
merupakan konversi dari hutan alam yang diperoleh nilai ekonomi dari produk ini untuk
akhirnya menyebabkan manfaat ekonomi masyarakat Indonesia. Sehingga harga pasar yang
berada di bawah biaya-biaya ekonomi dari sebenarnya merupakan harga yang tepat untuk
penebangan hutan. Di lain pihak, konversi digunakan bagi penilaian sumberdaya tersebut.