Kebijakan Moneter terhsdap output (9)

Kebijakan Moneter (Makro Ekonomi)

BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang
berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Tingginya tingkat krisis yang dialami negri kita
ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi
penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar
negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan
untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam
mengatasinya.
Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah
mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam mengelola
perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah. Tujuan pembangunan
bukan lagi semata-mata pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi lebih kepada pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional

yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.[1]

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter
dengan menggunakan peubah jumlah uang yang beredar (money supply) dan tingkat bunga
(interst rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat (agregate demand) dan
mengurangi ketidakstabilan di dalam perekonomian. [2]
Kebijakan moneter dapat dibedakan menjadi dua golongan: kebijakan moneter

kuantitatif dan kualitatif. Kebijakan moneter kuantitatif adalah langkah-langkah bank sentral
yang tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga
dalam perekonomian. Kebijakan moneter kualitatif adalah langkah-langkah bank sentral yang
bertujuan untuk menguasai bentuk-bentuk pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bankbank perdagangan.
B. KEBIJAKAN MONETER KUANTITATIF
Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif dapat dibedakan dalam tiga jenis tindakan,
yaitu:
Ø Melakukan jual beli surat-surat berharga di dalam pasar uang dan pasar modal. Langkah ini
dinamakan operasi pasar terbuka.
Ø Membuat perubahan ke atas suku diskonto dan suku bunga yang harus dibayar oleh bank-bank
perdagangan.
Ø Membuat cadangan keatas cadangan minimum yang harus disimpan oleh bank-bank
perdagangan.[3]
Operasi Pasar Terbuka
Bank sentral dapat membuat perubahan-perubahan ke atas jumlah penawaran uang
dengan melakukan jual beli surat-surat berharga. Bentuk tindakan yang akan diambil
tergantung kepada masalah ekonomi yang dihadapi. Pada waktu perekonomian menghadapi
masalah resesi, penawaran uang perlu ditambah. Bank sentral menambah penawaran uang
dengan melakukan pembelian surat-surat berharga. Penawaran uang akan bertambah karena
apabila bank sentral melakukan pembayaran ke atas pembeliannya itu, maka cadangan yang

ada pada bank perdagangan telah menjadi besar. Dengan adanya kelebihan cadangan tersebut
maka dapat memberikan pinjaman yang lebih banyak. Pinjaman ini akan diinvesatsikan dan
kegiatan ekonomi Negara akan menjadi bertambah tinggi. Di dalam masa infasi, kegiatan
ekonomi yang berlebih-lebihan harus dikurangkan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan
adalah dengan mengurang penawaran uang. Tujuan ini dapat dicapai oleh bank sentral
dengan membeli surat-surat berharga. Dengan penjualan itu tabungan giral masyarakat dan
cadangan yang dipegang oleh bank-bank perdagangan akan berkurang.[4]
Supaya operasi pasar terbuka dapat dilaksanakan dengan sukses dan memberikan efek
yang diharapkan, dua keadaan haruslah wujud dalam perekonomian. Keadaan-keadaan
tersebut adalah:
Ø Bank-bank perdagangan tidak memiliki kelebihan cadangan.
Ø Dalam ekonomi telah tersedia cukup banyak surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan.

Mengubah Suku Bunga dan Suku Diskonto
Di dalam membantu bank-bank perdagangan, ada dua bentuk bantuan yang dapat
diberikan oleh bank sentral: (i) dengan memberikan pinjaman atau (ii) dengan membeli suratsurat berharga tertentu yang dimiliki oleh bank perdagangan yang memerlukan bantuan.
Dalam melakukan pembelian surat-surat berharga, bank sentral hanya menerima surat-surat
berharga yang mudah tunai, seperti Sertifikat Bank Indonesia. Apabila bank-bank
perdagangan menjual surat-surat berharga seperti itu kepada bank sentral, maka langkah itu
dinamakan mendiskontokan surat-surat berharga. Di dalam member pinjaman, bank sentral

akan menetapkan suku bunga yang harus dibayar oleh bank-bank perdangangan atas
pinjaman yang diterimanya. Juga bank sentral akan menetapkan suku diskonto dari Sertifikat
Bank Indonesia atau surat-surat berharga yang lainnya yang mudah tunai yang dijual kepada
bank sentral. Tingkat yang ditentukan oleh bank sentral tersebut dinamakan suku diskonto
atau suku bank (Bank Rate).
Peranan bank sentral sebagai suatu sumber pinjaman atau tempat untuk
mendiskontokan surat-surat berharga tersebut dapat digunakan oleh bank sentral sebgai suatu
alat untuk mengendalikan jumlah penawaran uang dan tingkat kegiatan ekonomi. Dalam
keadaan dimana kegiatan ekonomi berada dibawah tingkat yang mewyjudkan kesempatan
kerja yang tinggi, bank sentral dapat mempertinggi kegiatan ekonomi dengan menurunkan
suku diskonto. Dengan penurunan suku diskonto, biaya yang harus dibayar oleh bank-bank
perdagangan untuk meminjam dari bank sentral menjadi lebih murah. Ini akan menggalakkan
mereka untuk memberikan lebih banyak pinjaman. Sebaliknya, apabila bank sentral ingin
mengurangi kegiatan ekonomi yang sudah mencapai tingkat yang terlalu tinggi, suku
diskonto perlu dinaikkan. Kenaikan suku diskonto ini akan mendorong bank-bank
perdagangan menaikkan suku bunga ke atas pinjaman-pinjaman yang diberikan.
Mengubah Tingkat Cadangan Minimum
Apabila kelebihan cadangan terdapat dalam kebanyakan bank perdagangan, keduadua tindakan di atas tidak dapat digunakan untuk membuat perubahan-perubahan dalam
penawaran uang. Dengan adanya kelebihan cadangan, operasi pasar terbuka dan mengubah
suku diskonto tidak mewujudkan efek yang diaharapkan. Apabila kelebihan cadangan banyak

terdapat di bank-bank perdagangan, di dalam mempengaruhi uang, langkah bank sentral yang
paling efektif adalah dengan mengubah tingkat cadangan minimum. Kelebihan cadangan
yang terdapat di bank-bank perdagangan akan dapat dihapuskan dengan menaikkan tingkat
cadangan minimum tersebut. Sebagai contoh, misalkan cadangang minimum yang
diwajibkan adalah 20%, tetapi bank-bank perdagangan pada umumnya mempunyai cadangan
sebanyak 25 %. Dalam keadaan seperti ini operasi pasar terbuka dam kebijakan mengubah
tingkat bunga tidak akan member efek ke atas penawaran uang. Untuk mempengaruhi
penawaran uang, perlulah terlebih dahulu suku cadangna dinaikkan menjadi 25 %.[5]

C. KEBIJAKAN MONETER KUALITATIF
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif biasanya dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
Ø Pengawalan pinjaman secara terpilih. Kebijakan ini dilakukan dengan menentukan jenis-jenis
pinjaman mana yang harus dikurangi atau digalakkan.
Ø Pembujukan moral. Dalam melaksanakan kebijakan ini bank sentral mengadakan pertemuan
langsung dengan bank-bank perdagangan untuk meminta mereka melakukan langkah-langkah
tertentu.
Pengawasan Pinjaman Secara Terpilih
Tujuan utama dari melaksanakan pengawasan pinjaman secara terpilih adalah untuk
memastikan bahwa bank-bank perdangangan memberikan pinjaman-pinjaman dan melkukan
investasi yang sesuai dengan yang diinginkan oleh pemerintah. Pengawasan pinjaman secara

terpilih bukanlah bertujuan untuk mengendalikan jumlah uang yang diwujudkan oleh bankbank perdagangan melauli kegiatan mereka meminjamkan dan menginvestasi uang di pasaran
uang dan pasaran modal. Dalam kebijakan ini yang di awasi adalah bentuk peminjaman dan
investasi keuangan yang dilakukan oleh bank-bank perdagangan.
Untuk menggalakkan perkembangan sektor industri bank sentral dapat membuat
pengarahan kepada bank-bank perdagangan untuk meminjam sebagian uangnya kepada
usaha-usaha investasi di bidang industri. Di samping itu bank sentral dapat pula megarahkan
agar lebih banyak pinjaman dilakukan oleh bank-bank perdagangan untuk menggalakkan
perkembangan sektor pertanian, terutama kegiatan yang diusahakan oleh petani dan
pengusaha kecil. Salah satu langkah dalam menjalankan kebijakan ini adalah: bank sentral
dapat mengarah bank-bank perdangangan untuk membrikan peinjaman ke sektor ini dengan
syarat-syarat yang ringan, misalnya suku bunga adalah rendah. Beberapa contoh lain
langkah-langkah bank sentral untuk mengendalikan pinjaman bank-bank perdagangan adalah:
Ø Mengarahkan supaya bank-bank perdagangan memberikan pinjaman kepada pembeli-pembeli
rumah biaya murah dengan tingkat bunga yang rendah.
Ø Menggalakkan pemberian pinjaman kepada pedagang-pedagang kecil.
Ø Memberikan syarat yang lebih ringan untuk pinjaman kepada pedagang keci dan industri
rumah tangga.
Kebijakan pinjaman secara terpilih dapat pula dilakukan ke atas:
Ø Pinjaman bank kepada konsumen[6]
Ø Pinjaman untuk membeli saham-saham dipasar modal.

Pembujukan Moral
Kebijakan ini dijalankan oleh bank sentral bukan dengan menetapakan dalam bentuk tertulis
hal-hal yang harus dilakukan oleh bank-bank perdagangan, tetapi dengan mengadakan pertemuan
langsung dengan bank-bank tersebut. Dalam pertemuan ini bank sentral menjelaskan langkah-langkah
yang sedang dijalankan pemerintah agar usaha-usaha yang sedang dilakukan pemerintah akan
mencapai tujuan dan efek yang diharapkan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh bank-bank perdagangan ada kalanya sangat berbeda
diantara satu periode dengan satu periode yang lain. Langkah-langkah ini ada kalanya bersifat
pengharapan agar bank-bank perdagangan menjalankan suatu kebijkan pengawalan kredit secara

terpilih. Tetapi ada kalanya langkah-langkah yang dilakukan lebih mempengaruhi perubahan dalam
jumlah penawaran uang dan bukan ke atas jenis-jenis pinjaman dan investasi keuangan yang
dilakukan oleh bank-bank perdagangan. Ini berarti dalam menggunakan pembujukan moral di dalam
menjalankan kebijakan moneternya, bank sentral mungkin menjalankan kebijakan bersifat
kuantitatif, tetapi meungkin pula menjalankan kebijakan yang bersifat kualitatif.
Dengan melalui pembujukan moral bank sentral dapat meminta bank-bank perdagangan untuk
mengurangi atau menambah pinjaman kepada sektor-sektor tertentu, atau membuat perubahanperubahan ke atas suku bunga yang mereka tetapkan ke atas pinjaman yang mereka berikan. Samapi
di mana keinginan bank sentral akan dipenuhi oleh bank-bank perdagangan sangat tergantung kepada
masing-masing bank tersebut. Oleh karena itu kesuksesan dari kebijakan yang dijalankan secara
pembujukan moral tergantung kepada sampai di mana bank-bank perdagangan menjalankan kebijakan

yang diusulkan oleh bank sentral.[7]
D. EFEK KEBIJAKAN MONETER DALAM GRAFIK
Untuk melengkapi uraian mengenai kebijakan moneter , ada baiknya apabila ditunjukkan
bagaimana kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif akan mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi.
Pada mulanya dimisalkan perekonomian menghadapi masalah kemunduran ekonomi dan
pengangguran meningkat. Untuk mengatasi masalah ini bank sentral berusaha menambah penawaran
uang dan menurunkan suku bunga. Telah diterangkan bahwa apabila penawaran uang bertambah,
tingkat bunga akan turun, investasi meningkat, dan sebagai akibatnya pengeluaran agregat juga akan
meningkat. Perubahan ini akan memindahkan kurva AE ke atas dan kurva AD ke kanan. Efek dari
perubahan ini kegiatan ekonomi, pendapatan nasional dan tingkat harga akan meningkat.
Grafik (a) menunjukkan efek kebijakan moneter dalam analisis pengeluaran agregat – penawaran
agregat (Y=AE). Pengeluaran agregat pada ketika ekonomi mengalami kemunduran adalah AE 0 dan

dengan demikian keseimbangan yang asal dicapai di E0 dan pendapatan nasional adalah Y0 .
kebijakan moneter akan menambah pengeluaran agregat dan perubahan ini akan ditunjukkan
oleh perubahan AE0 menjadi AE1 dan pendapatan nasional meningkat menjadi Y1 .
Pertambahan pendapatan nasional ini akan menambah kesempatan kerja dan mengurangi
pengangguran.
Efek kebijakan moneter dapat pula diterangkan dengan menggunakan analisis ADAS, seperti yang ditunjukkan dalam grafik (b). Keseimbangan asal yaitu pada ketika
perekonomian sedang mengalami kemunduran, di capai di E0 , yaitu titik persilangan di antara

AD0 dan AS. Keseimbangan ini adalah sama dengan keseimbangan asal dalam analisi Y=AE.
Maka harga pada keseimbangan asal ini adalah P0. Oleh karena kebijakan moneter
memindahkan pengeluaran agregat dari AE0 menjadi AE1 dan menyebabkan pendapatan
nasional bertambah sebanyak Y0 Y1, maka kurva AD0 akan bergeser menjadi AD1 yang melalui
ttitik E1 di mana E0 E1 = Y0 Y1. Kurva AD1 memotong kurva AS di E2 dan ini merupakan
keseimbangan AD-AS yang baru efek dari melaksanakan kebijakan moneter. Keseimbangan
yang baru ini menunjukkan pendapatan nasional riil hanya meningkat dari Y 0 menjadi Y2 dan
tingkat harga meningkat dari P0 menjadi P1. Mengapakah dalam analisis AD-AS pada
keseimbangan yang baru pendapatan nasional riil lebih rendah dari Y1? Hal ini bersumber
dari efek berikut: pertambahan pengeluaran agregat dari AE 0 menjadi AE1 akan meningkatkan

harga-harga dan ini mengurangi pendapatan nasional riil dan pengeluaran agregat riil, yaitu
hanya mencapai Y2.
Grafik:
(a) Analisis Y = AE
Y= AE
AE1

Pengeluaran
Agregat


E1
A

E0
E0

45’
0

Y0

Y1
Pen

dapatan Nasional

(b)
AS


Analisis

ADA
E2

P
P

E0

E1
AD1

Tingkat harga

AD0

0

Y0

Y2

Y1
Pendapatan nasional riil

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan bank sentral untuk mempengaruhi
perkembangan moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar) untuk mencapai
tujuan ekonomi tertentu. Sebagai bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka tujuan
kebijakan moneter adalah untuk membantu mencapai sasaran-sasaran makroekonomi antara
lain: pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga dan keseimbangan
neraca pembayaran. Keempat sasaran tersebut merupakan tujuan/sasaran akhir kebijakan
moneter (final target).

Idealnya, semua sasaran akhir kebijakan moneter harus dapat dicapai secara bersamaan
dan berkelanjutan. Namun, pengalaman di banyak egati termasuk di Indonesia menunjukkan
bahwa hal yang dimaksud sulit dicapai, bahkan ada kecenderungan bersifat kontradiktif.
Misalnya kebijakan moneter yang kontraktif untuk menekan laju inflasi dapat berpengaruh
egative terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Muana Nanga, Makroekonomi: teori, masalah, dan kebijakan, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005.
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta: RajaGrafindo
Persada,
2006.
Sri Adiningsih, Perkembangan Moneter Perbankan Indonesia, PT. Gramedia,
Jakarta, 2000.