PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 9 PALU PADA BAHASAN KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN | Katon | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8641 28352 1 PB

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 9 PALU PADA BAHASAN
KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN
Sri Katon
E-mail: srikaton46@gmail.com
Sukayasa
E-mail: sukayasa08@yahoo.co.id
Evie Awuy
E-mail: evieawuy1103@gmail.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model Problem Based
Instruction (PBI) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri
9 Palu pada bahasan keliling dan luas daerah lingkaran. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian Kemmis dan
Mc. Taggart yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri
9 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 29 siswa dan dipilih tiga siswa
sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model PBI dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu pada bahasan
keliling dan luas daerah lingkaran dengan mengikuti fase-fase yaitu: 1) orientasi siswa pada
masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan 5) menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Kata kunci:

Model Problem Based Instruction (PBI), hasil belajar, keliling dan luas daerah
lingkaran.

Abstract: The aimed of this research was to describe the application of the Problem Based
Instruction (PBI) model to improved mathematics learning outcomes in class VIII E SMP Negeri
9 Palu on the circumference and area of circle. This type of research was classroom action
research. This research design refers to Kemmis and Mc. Taggart research design that were
planning, acting and observing as well as reflecting. This research was conducted in two cycles.
Subject of research was class VIII E student of SMP Negeri 9 Palu on 2015/2016 academic year.
The number of research subject were 29 students and three students were selected as informans.
The results showed that with the application of PBI can improved student’s mathematics learning
outcomes in class VIII E SMP Negeri 9 Palu on the circumference and area of circle by following
these steps: 1) the orientation of students on the problem, 2) organized the students to learn, 3)
assisted in the investigation of individual and group, 4) developed and presented the work result
and 5) analyzed and evaluated the problem solving process.
Keywords: Problem Based Instruction (PBI) model, learning outcomes, circumference and

area of circle.

Matematika merupakan satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam
pendidikan. Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama
(Depdiknas, 2006). Matapelajaran matematika dipelajari disemua jenjang pendidikan dari
SD hingga SMA bahkan juga di perguruan tinggi dan mendapatkan porsi waktu jam
pelajaran yang lebih banyak dibandingkan matapelajaran lain. Matematika mengajarkan
cara berhitung dari yang paling sederhana hingga cara berhitung kompleks. Matematika
juga penuh dengan rumus-rumus yang harus dipahami oleh siswa.

Sri Katon, Sukayasa, dan Evie Awuy, Penerapan Model … 355
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada seorang guru
matematika kelas VIII di SMP Negeri 9 Palu diperoleh informasi bahwa banyak siswa
mengalami kesulitan ketika mempelajari geometri, satu di antaranya pada pokok bahasan
keliling dan luas daerah lingkaran. Banyak siswa kesulitan untuk mengerjakan soal mengenai
keliling dan luas daerah lingkaran yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru.
Sebagian siswa masih sulit untuk membedakan antara jari-jari dan diameter lingkaran serta
menggunakannya pada rumus keliling lingkaran maupun rumus luas daerah lingkaran.
Kesulitan yang serupa juga menjadi dasar beberapa penelitian terdahulu. Kustyowati

(2013) menyatakan bahwa pembelajaran menghitung keliling dan luas daerah lingkaran
adalah satu materi yang sulit dan hasil ulangan nilainya tidak tuntas secara klasikal.
Selanjutnya, Supriyanto (2014) menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
menemukan pola atau rumus matematika dalam menyelesaikan soal yang diberikan terutama
pada soal yang berkaitan dengan keliling dan luas daerah pada bangun datar satu di antaranya
yaitu dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas daerah lingkaran.
Demikian pula dengan Wicaksono (2013), dalam penelitiannya ia menyatakan bahwa masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan pada materi bangun datar khususnya pada materi
keliling dan luas daerah lingkaran. Sebagian besar siswa masih keliru dalam menyelesaikan
soal yang berkaitan dengan keliling dan luas daerah lingkaran karena siswa cenderung hanya
menghafal rumus yang ada tanpa memahami maksudnya. Akibatnya siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal apabila bentuk soal tersebut dimodifikasi dan
berbeda dengan contoh soal yang diberikan sebelumnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti
melaksanakan tes identifikasi masalah dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
keliling dan luas daerah lingkaran di kelas IX B SMP Negeri 9 Palu. Satu diantara soal
yang diberikan yaitu: hitunglah luas daerah lingkaran yang berpusat di titik O, jika
diketahui panjang diameternya 14 cm.
MR TI3 01
MR TI3 02


MR TI3 03
Gambar 1. Jawaban tes identifikasi masalah siswa MR

Hasil tes memberikan informasi bahwa siswa mengetahui rumus untuk menghitung luas
daerah lingkaran (MR TI3 01), tetapi siswa tidak memahami dengan baik penggunaan rumus
itu. Hal ini terlihat ketika siswa keliru dalam mensubtitusikan nilai jari-jari (r) (MR TI3 02),
seperti pada Gambar 2 sehingga jawaban siswa salah pada hasil akhirnya (MR TI3 03).
Berdasarkan jawaban siswa diperoleh informasi bahwa permasalahan rendahnya hasil
belajar siswa pada materi keliling dan luas daerah lingkaran disebabkan karena siswa
cenderung menghafal rumus tanpa memahaminya secara konseptual maupun prosedural.
Sehingga ketika mereka diberikan soal atau permasalahan yang berbeda, mereka akan
kebingungan. Sebagian siswa kurang mampu mengembangkan yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan diaplikasikan pada soal-soal yang membutuhkan
pemahaman konsep mendalam. Materi yang disampaikan dalam pembelajaran matematika
terkadang bersifat abstrak sehingga siswa perlu pemahaman yang lebih untuk dapat
menerapkan materi yang telah diperoleh sebelumnya agar dapat memecahkan permasalahan
yang ada terutama permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

356 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Oleh karena itu, peneliti menerapkan suatu pembelajaran yang dapat menstimulus
siswa untuk berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran sehingga dapat memperoleh
hasil belajar yang optimal serta berusaha sendiri menyusun pengetahuannya agar
menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Ketika siswa berusaha untuk mencari
pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret yang
dapat digunakan pula untuk memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu
memberikan makna tersendiri bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (1977)
bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Satu alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan agar siswa lebih aktif dalam
pembelajaran dan dapat mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri adalah dengan
menerapkan model Problem Based Instruction (PBI) atau pengajaran berdasarkan masalah.
Ibrahim dan Nur (2000), berpendapat bahwa pengajaran berdasarkan masalah tidak
dirancang untuk membantu peneliti memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa. Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual,
belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata
atau simulasi serta menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Fase-fase model PBI

menurut Ibrahim (2005) meliputi: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan
siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4)
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan model (PBI) dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu pada
bahasan keliling dan luas daerah lingkaran?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain
penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas empat
komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Tahap pelaksanaan
tindakan dan observasi dilakukan pada satu waktu yang sama. Subjek penelitian adalah
seluruh siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu berjumlah 29 orang yang terdaftar pada
tahun ajaran 2015/2016. Selanjutnya dipilih tiga siswa informan yaitu siswa berinisial
MRG dengan kemampuan tinggi, siswa berinisial CV dengan kemampuan sedang dan
siswa berinisial VS dengan kemampuan rendah.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa aktivitas siswa dan peneliti
selama pembelajaran berlangsung yang diamati melalui lembar observasi, wawancara dan
catatan lapangan, sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes sebelum tindakan dan setelah
tindakan. Analisis data dilakukan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan

Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas peneliti selama pembelajaran
berlangsung dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran di kelas melalui lembar
observasi dengan menerapkan model PBI. Aktivitas peneliti dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dinyatakan berhasil apabila untuk setiap aspek yang diamati berkategori baik
atau sangat baik. Indikator keberhasilan pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan nilai π
(phi) dari hubungan perbandingan antara keliling lingkaran dan diameternya, menemukan

Sri Katon, Sukayasa, dan Evie Awuy, Penerapan Model … 357
rumus keliling lingkaran dari hubungan π (phi) dan diameter atau jari-jari lingkaran serta
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling lingkaran. Indikator keberhasilan
pada siklus II yaitu siswa dapat menemukan rumus luas daerah lingkaran dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan luas daerah lingkaran.
HASIL PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu hasil pra tindakan dan hasil
pelaksanaan tindakan. Kegiatan pra tindakan yaitu peneliti memberikan tes awal kepada siswa
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi prasyarat keliling
dan luas daerah lingkaran serta sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan informan dan
pembentukan kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan matematika. Tes awal
diikuti oleh 26 siswa dari 29 siswa di kelas VIII E. Berdasarkan hasil analisis tes awal ada 9

siswa tuntas, 17 siswa tidak tuntas dan 3 siswa lainnya tidak mengikuti tes awal.
HH TA02
HH TA01

(b)

(a)

HH TA03
(c)
FA TA05

FA TA04

FA TA06
(d)

(e)

Gambar 2. Kesalahan siswa dalam menjawab soal tes awal

Kesalahan yang dilakukan siswa diantaranya siswa tidak memahami dengan baik
perbedaan jari-jari dan diameter lingkaran, ini dapat dilihat dari jawaban siswa HH. Siswa HH
dapat menggambar lingkaran dengan ukuran diameter dan jari-jari yang benar seperti pada
Gambar 2 (a) dan Gambar 2 (b), tetapi siswa HH tidak dapat menjelaskan dengan baik alasan
kedua gambar memiliki ukuran yang berbeda (HH TA03). Kemudian, pada Gambar 2 (d) siswa
FA dapat menggambar lingkaran dengan unsur-unsurnya, tetapi terlihat bahwa siswa FA masih
kurang terampil dalam menggunakan jangka sehingga gambar lingkaran yang dibuat tidak
sempurna (FA TA04). Pada Gambar 2 (e), siswa FA salah menuliskan bagian dari juring
lingkaran (FA TA05) yang seharusnya yaitu AOB, BOC, BOD dan AOD. Selain itu, siswa FA
juga kurang tepat dalam menuliskan jari-jari lingkaran (FA TA06) karena siswa FA menuliskan
DB yang merupakan diameter lingkaran dan DA yang merupakan tali busur. Jari-jari lingkaran
yang benar pada Gambar 2 (d) yaitu OA, OB, OC, dan OD.
Berdasarkan hasil tes awal dan pertimbangan dari guru matematika, maka dipilih tiga
orang siswa sebagai informan yaitu MRG, CV dan VS. Hasil tes awal ini juga menjadi

358 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

bahan pertimbangan peneliti untuk membentuk kelompok belajar. Peneliti membentuk 6
kelompok belajar, setiap kelompok belajar beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa dengan

kemampuan yang beragam.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga
pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua, peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan
fase-fase model PBI sedangkan pertemuan ketiga peneliti melaksanakan tes akhir tindakan.
Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas tiga tahap yaitu: kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Kegiatan pendahuluan yaitu: 1) membuka pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk
belajar, 2) mengecek kehadiran siswa, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran, 4) memberikan
arahan kegiatan pembelajaran dan 5) memberikan motivasi serta apersepsi. Kegiatan inti
pembelajaran dilaksanakan dengan mengikuti fase-fase model PBI yaitu: 1) orientasi siswa
pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta 5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan penutup yaitu: 1)
membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang baru dipelajari dan 2)
menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama.
Aktivitas peneliti pada kegiatan pendahuluan yaitu membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama. Selanjutnya peneliti mempersiapkan siswa untuk
belajar dengan mengatur posisi duduk siswa dan meminta siswa untuk menyiapkan semua alat
tulis dan buku yang akan digunakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung serta meminta
siswa untuk menyimpan semua barang yang tidak berkaitan dengan pembelajaran yang
dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar siswa siap untuk menerima pembelajaran dan untuk

menarik perhatian siswa agar sepenuhnya pada peneliti dan juga pada pembelajaran yang
dilaksanakan. Kemudian peneliti mengecek kehadiran siswa. Kegiatan pembelajaran pada
siklus I pertemuan pertama dihadiri oleh 27 siswa, pertemuan kedua dihadiri oleh 29 siswa dan
pertemuan ketiga dihadiri oleh 24 siswa. Pada siklus II pertemuan pertama dihadiri oleh 29
siswa, pertemuan kedua dihadiri oleh 26 siswa dan pertemuan ketiga dihadiri oleh 24 siswa.
Materi yang diajarkan pada siklus I yaitu mengenai keliling lingkaran. Tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai yaitu: 1) siswa dapat menentukan nilai π (phi) dari
hubungan perbandingan antara keliling lingkaran dengan diameternya, 2) siswa dapat
menemukan rumus keliling lingkaran dari hubungan π (phi) dan diameter atau jari-jari
lingkaran, dan 3) siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling
lingkaran. Materi yang diajarkan pada siklus II mengenai luas daerah lingkaran, dengan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu siswa dapat menemukan rumus luas daerah
lingkaran dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas daerah lingkaran.
Selanjutnya peneliti memberikan arahan mengenai kegiatan yang dilakukan dengan model
PBI agar siswa tidak bingung ketika memulai kegiatan inti pembelajaran.
Kemudian pada siklus I, peneliti memotivasi siswa dengan memberikan contoh
dikehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling lingkaran seperti untuk menghitung
panjang lintasan yang dilalui oleh sebuah roda jika roda berputar sebanyak 3 kali. Peneliti
menjelaskan bahwa untuk menghitung panjang lintasan yang dilalui, siswa harus
mengetahui terlebih dahulu keliling roda, karena keliling roda sama dengan panjang
lintasan yang dilalui dalam satu putaran. Selanjutnya pada siklus II, peneliti memotivasi
siswa dengan menjelaskan bahwa materi luas daerah lingkaran berkaitan dengan materi
lainnya seperti pada materi menghitung volume tabung atau kerucut. Pemberian motivasi
ini bertujuan menumbuhkan minat belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Aktivitas peneliti selanjutnya yaitu memberikan apersepsi untuk mengecek pengetahuan

Sri Katon, Sukayasa, dan Evie Awuy, Penerapan Model … 359
prasyarat siswa dengan melakukan tanya jawab. Materi prasyarat pada siklus I yaitu unsurunsur lingkaran dan pada siklus II yaitu luas persegi panjang dan konsep lingkaran.
Apersepsi ini dilakukan agar siswa tidak mengalami kesulitan yang sama seperti pada tes
awal, satu diantaranya yaitu kesulitan dalam membedakan jari-jari dan diameter lingkaran.
Selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan inti pembelajaran.
Aktivitas peneliti pada fase orientasi siswa pada masalah di siklus I yaitu menyampaikan
materi mengenai keliling lingkaran, kemudian peneliti menyajikan satu masalah yang ada di LKS
kepada siswa. Peneliti meminta siswa untuk memperhatikan dan memahami masalah yang
disajikan kemudian mengajukan hal-hal yang belum dipahami. Adapun masalah yang disajikan
yaitu: sebuah mobil mempunyai roda belakang yang lebih besar daripada roda depannya. Jika
mobil tersebut menempuh jarak tertentu, manakah dari kedua roda tersebut yang berputar lebih
banyak? Mengapa demikian? Sedangkan pada siklus II, peneliti mempresentasikan materi dan
menyajikan satu masalah yang berkaitan dengan luas daerah lingkaran. Kemudian peneliti
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
Masalah yang disajikan yaitu: dua buah kue yang berbentuk tabung memiliki alas berbentuk
lingkaran. Satu di antara kue tersebut memiliki ukuran jari-jari alas 7 cm dan kue yang lain
alasnya berdiameter 7 cm. Manakah di antara kedua kue yang memiliki luas daerah alas paling
besar? Mengapa demikian? Pada fase orientasi siswa pada masalah, siswa memperhatikan
penyampaian peneliti dan aktif mencari tahu mengenai penyelesaian masalah dengan
memberikan pertanyaan maupun tanggapan terhadap masalah yang disajikan.
Kegiatan peneliti pada fase mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu mengarahkan
siswa untuk bergabung dengan kelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya oleh
peneliti. Kegiatan ini dilakukan pada siklus I dan siklus II. Adapun kelompok belajar yang
terbentuk sebanyak 6 kelompok dengan anggota setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa
dengan kemampuan yang beragam. Selanjutnya, peneliti membagikan LKS kepada masingmasing kelompok. Pada siklus I masih ada siswa yang menolak untuk bergabung dengan
kelompok belajarnya karena siswa tersebut kesulitan untuk berkomunikasi dan berdiskusi
dengan satu anggota kelompoknya. Kemudian pada siklus II semua siswa langsung membentuk
kelompok sesuai dengan anggota kelompok yang telah ditentukan peneliti. Siswa yang pada
siklus I menolak untuk bergabung dengan kelompoknya, tidak lagi melakukan hal tersebut
karena peneliti telah menukar kelompok belajar beberapa siswa yang mengalami kendala
dengan kelompok belajar pada siklus I.
Aktivitas peneliti pada fase membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
yaitu meminta siswa untuk mengerjakan LKS dengan bantuan alat peraga lalu mendiskusikan
kembali hasil jawaban LKS di kelompoknya masing-masing. Selanjutnya peneliti berkeliling
memantau dan mengontrol jalannya diskusi serta mengamati dan memberikan bimbingan
terbatas kepada siswa berkaitan dengan langkah kerja untuk menyelesaikan LKS. Pada siklus
I maupun siklus II, siswa mampu untuk mengungkapkan ide-ide mereka dalam menjawab
beragam masalah yang ada pada LKS melalui diskusi kelompok.
Alat peraga yang digunakan pada siklus I berupa: tutup gelas, kaleng susu, uang koin,
kertas, benang, pensil, gunting, dan penggaris. Alat peraga ini digunakan untuk menentukan
nilai π (phi) dari hubungan perbandingan antara keliling lingkaran dengan diameternya
kemudian menemukan rumus keliling lingkaran dari hubungan π (phi) dan diameter atau
jari-jari lingkaran sesuai dengan langkah kerja yang dijelaskan pada LKS. Setelah
menentukan nilai π (phi) dan menemukan rumus keliling lingkaran kemudian siswa
menyelesaikan beragam soal atau masalah yang berkaitan dengan keliling lingkaran.
Peneliti masih terlalu banyak memberikan bantuan kepada siswa pada fase ini karena

360 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

banyak siswa yang langsung bertanya pada peneliti ketika mengalami kesulitan tanpa
mendiskusikannya terlebih dahulu dengan teman kelompoknya.
Selanjutnya pada siklus II, setiap kelompok menyelesaikan LKS dengan melakukan
percobaan sederhana menggunakan alat peraga yang mereka bawa berupa: kertas, jangka,
lem, pensil, pensil warna, gunting dan penggaris. Alat peraga ini digunakan untuk
menemukan rumus luas daerah lingkaran sesuai dengan langkah kerja yang dijelaskan pada
LKS kemudian mengaplikasikan rumus yang ditemukan untuk menyelesaikan soal atau
masalah yang berkaitan dengan luas daerah lingkaran. Siswa dapat menyelesaikan LKS
dengan bantuan seperlunya dari peneliti ketika mengalami kesulitan.
Aktivitas peneliti pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu
memilih siswa secara acak untuk menjadi perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan
membacakan hasil saat melakukan percobaan sederhana kemudian menuliskan
penyelesaian soal-soal di papan tulis. Pada fase ini di siklus I maupun siklus II, siswa sudah
mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan penguasaan materi dan
proses pengerjaan yang cukup baik. Siswa dapat menjelaskan dengan baik proses untuk
menentukan nilai π (phi) dari hubungan perbandingan antara keliling lingkaran dengan
diameternya. Siswa juga dapat menjelaskan cara menemukan rumus keliling dan luas
daerah lingkaran serta menggunakannya untuk menyelesaikan soal atau masalah yang
berkaitan dengan keliling atau luas daerah lingkaran.
Aktivitas yang dilakukan peneliti pada fase menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
mengomentari hasil presentasi yang dibawakan oleh temannya. Pada setiap presentasi hasil
diskusi kelompok, siswa mampu untuk menganalisis proses pemecahan masalah mengenai
keliling lingkaran pada siklus I dan mengenai luas daerah lingkaran pada siklus II. Hal ini
terlihat saat siswa yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya mampu untuk
menjawab dengan baik pertanyaan dari teman mereka saat tanya jawab. Setelah melakukan
tanya jawab, peneliti membantu siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
Peneliti melaksanakan kegiatan penutup dengan membimbing siswa untuk
menyimpulkan mengenai materi yang dipelajari. Siswa dapat menyimpulkan dengan baik
mengenai materi keliling lingkaran pada siklus I dan materi luas daerah lingkaran pada
siklus II karena siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh saat
menyelesaikan beragam masalah yang disajikan dalam kelompok belajar. Setelah kegiatan
menyimpulkan selesai, peneliti menutup pembelajaran dengan berdoa bersama dan
mengucapkan salam.
Selanjutnya pertemuan ketiga pada setiap siklus, peneliti memberikan tes akhir
tindakan kepada siswa. Tes akhir tindakan pada siklus I terdiri dari 5 soal. Berikut satu di
antara soal yang diberikan: sebuah roda menggelinding sebanyak 417 kali. Jika diketahui
panjang diameter roda tersebut adalah 42 cm, hitunglah panjang lintasan yang dilalui roda.
Hasil tes akhir tindakan siklus I, dari 29 siswa di kelas VIII E, 5 siswa mendapat nilai
tuntas, 19 siswa tidak tuntas dan 5 siswa lainnya tidak mengikuti tes akhir tindakan. Jika
dilihat dari pekerjaan siswa, pada umumnya siswa mengalami kesulitan untuk
menyelesaikan soal-soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan. Hal ini dikarenakan
siswa hanya menghafal rumus tanpa memahami penggunaannya untuk menyelesaikan
beragam soal yang diberikan seperti jawaban siswa VS pada Gambar 4 berikut.

Sri Katon, Sukayasa, dan Evie Awuy, Penerapan Model … 361

VS S1 01

VS S1 02

VS S1 03

VS S1 04
VS S1 05

Gambar 3. Jawaban tes akhir tindakan siklus I siswa VS
Berdasarkan Gambar 3, siswa VS tidak menuliskan secara lengkap hal-hal yang
diketahui pada soal (VS S1 01). Siswa VS menuliskan rumus yang benar untuk menghitung
(VS S1 02), tetapi pada langkah berikutnya siswa VS
keliling roda yaitu
menuliskan
yang seharusnya
(VS S1 03). Kemudian, dilangkah ketiga siswa
VS mengalikan 42 dengan 417 tanpa menghitung keliling roda terlebih dahulu (VS S1 04)
yang menyebabkan jawaban akhir siswa VS salah (VS S1 05). Seharusnya, siswa VS
menghitung keliling roda terlebih dahulu kemudian mengalikannya dengan 417 untuk
mengetahui panjang lintasan yang dilalui oleh roda.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh informasi lebih lanjut
mengenai kesalahan siswa VS sebagaimana transkrip wawancara berikut.
VS S1 47 P : Diketahui sebuah roda menggelinding sebanyak 417 kali, diameter rodanya
. Kemudian ditanyakan panjang lintasan yang dilalui
42 cm dan
roda. Sekarang penyelesaiannya, menurut VS apa yang harus dilakukan
pertama?
VS S1 48 S : Menulis rumus yang mau digunakan kakak.
VS S1 49 P : Ya, karena langkah pertamanya adalah mencari keliling roda. Jadi rumus
yang mau digunakan yaitu rumus untuk menghitung keliling lingkaran atau
roda. Sekarang coba VS tuliskan.
VS S1 50 S :
kakak?
VS S1 51 P : Ya, karena yang diketahui diamater lingkarannya. Coba lanjutkan.
VS S1 52 S : (menulis) begini kakak? Hasilnya 132 cm.
VS S1 53 P : Ya, jadi kita sudah dapat keliling rodanya yaitu 132 cm. Kemudian untuk
mengetahui panjang lintasan yang dilalui roda kita harus mengalikan keliling
roda dengan berapa kali roda itu menggelinding. Coba VS tuliskan.
VS S1 54 S : Berarti 132 cm ini kakak dikali dengan 417. (menghitung) hasilnya 55.044 cm
kakak.
Pelaksanaan tes akhir tindakan siklus II, satu di antara soal yang diberikan yaitu:
sebuah taman akan ditanami bunga mawar. Setiap 1 m2 luas taman akan ditanami 4 bunga.
Taman tersebut berbentuk lingkaran dengan diameter 14 m, berapa banyak tanaman mawar
yang dibutuhkan untuk memenuhi taman itu?
Hasil tes akhir tindakan siklus II, dari 29 siswa kelas VIII E, 7 siswa memperoleh
nilai tuntas, 17 siswa tidak tuntas dan 5 siswa tidak mengikuti tes akhir tindakan. Seperti
pada tes akhir tindakan siklus I, pada tes akhir tindakan siklus II banyak siswa masih
mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal yang telah dimodifikasi atau berbeda

362 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

dengan contoh yang diberikan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari 24 siswa yang
mengikuti tes pada siklus II terdapat 17 siswa tidak menjawab soal. Satu diantara siswa
yang tidak menjawab soal yaitu siswa VS.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh informasi lebih lanjut
mengenai kesulitan yang dialami siswa VS sebagaimana transkrip wawancara berikut.
VS S2 05 P : Nilainya VS lebih baik daripada waktu tes pertama, tapi masih belum tuntas.
Menurutnya VS soal nomor berapa yang sulit?
VS S2 06 S : Soal yang nomor 4 kakak, saya tidak mengerti. Kemarin sudah mau
dikumpul juga, jadi tidak saya kerja,
VS S2 09 P : Sekarang kita bahas nomor 4. Coba VS tuliskan apa saja yang diketahui dari
soal.
VS S2 10 S : (menulis) yang diketahui diameter tamannya 14 m, nilai π yang digunakan
yaitu kakak.
VS S2 11 P : Masih kurang lengkap adik, di soal juga diketahui setiap 1 m2 luas taman
akan ditanami 4 batang bunga mawar. Ini juga penting karena nanti akan
digunakan di penyelesaiannya. Sekarang apa yang ditanyakan?
VS S2 12 S : Yang ditanya banyaknya bunga yang diperlukan untuk memenuhi taman.
VS S2 13 P : Ya betul sekali. Kemudian menurutnya VS untuk menyelesaikan soal ini apa
yang harus dilakukan pertama?
VS S2 14 S : Saya tidak tahu kakak.
VS S2 15 P : Coba VS perhatikan disoal, dikatakan bahwa setiap 1 m2 luas taman akan
ditanami 4 bunga mawar, berarti yang kita cari pertama adalah?
VS S2 16 S : luas tamannya kakak?
VS S2 17 P : Ya tepat, jadi yang harus dicari pertama adalah luas taman. Kalau mau cari
luas tamannya kita pakai rumus yang mana?
kakak,
VS S2 18 S : Karena yang ditahu diameternya berarti pake rumus
VS S2 19 P : Ya, sekarang coba VS hitung berapa luas tamannya.
VS S2 20 S : (menghitung) 154 m2 kakak,
VS S2 21 P : Coba VS jelaskan ke kakak bagaimana langkah-langkahnya.
jadi saya kasih masuk nilai d sama nilai
VS S2 22 S : Rumus yang dipake tadi
nya kakak, jadi

VS S2 23 P
VS S2 25 P

VS S2 26 S
VS S2 27 P
VS S2 28 S

. Kemudian sederhanakan 14 dengan

. Kemudian kalikan semuanya, hasilnya 616.
7 jadinya
Baru 616 saya bagi 4 jadi hasilnya 154 m2, betulkah?
: Ya betul, sekarang VS sudah dapat luas tamannya kemudian menurut VS apa
yang harus dihitung selanjutnya?
: Selanjutnya VS sudah bisa menghitung banyaknya bunga yang diperlukan
dengan cara mengalikan luas taman dengan banyak bunga yang ditanam
setiap 1 m2 nya, yaitu 4. Kalau ditulis menjadi banyak bunga = 154 m2 × 4,
coba VS hitung berapa hasilnya.
: Hasilnya 616 kakak
: Ya betul, jadi banyak bunga yang diperlukan untuk memenuhi taman adalah
616 batang. Sekarang VS sudah paham?
: Ya kakak, saya paham.

Sri Katon, Sukayasa, dan Evie Awuy, Penerapan Model … 363
Tes akhir tindakan siklus I dan siklus II ini merupakan komponen untuk mengecek
hasil belajar siswa. Pada setiap tes akhir tindakan, banyak siswa yang menuliskan rumus
yang digunakan dengan benar tetapi mereka tidak bisa menyelesaikan soal dengan tepat.
Hal ini dikarenakan mereka hanya menghafal rumus tanpa memahami penggunaannya
dalam menyelesaikan beragam soal yang diberikan. Banyak siswa yang tidak mampu
menyelesaikan soal-soal yang telah dimodifikasi atau berbeda dengan contoh yang
diberikan sebelumnya, seperti ketika siswa diminta untuk mencari nilai jari-jari apabila
diketahui keliling atau luas daerah lingkarannya. Kemudian, banyak siswa yang kurang
teliti saat menyelesaikan soal sehingga banyak melakukan kesalahan dalam operasi aljabar.
Masih banyak siswa yang tidak menuliskan secara lengkap hal-hal yang diketahui dalam
soal serta siswa menuliskan satuan yang tidak sesuai dengan permintaan soal sehingga skor
yang diperoleh siswa tidak maksimal.
Aspek-aspek aktivitas peneliti yang diamati selama proses pembelajaran dalam
lembar observasi pada siklus I dan siklus II meliputi: 1) menyiapkan siswa untuk belajar, 2)
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 3) memberikan arahan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan, 4) memberikan motivasi kepada siswa, 5) memberikan
apersepsi kepada siswa, 6) menginformasikan kepada siswa mengenai materi yang akan
dipelajari, 7) mengarahkan siswa untuk berorientasi pada masalah yang diajukan, 8)
mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang, 9)
membagi LKS pada masing-masing kelompok, 10) meminta siswa untuk mengerjakan LKS
sesuai dengan petunjuk yang diberikan, 11) meminta siswa mendiskusikan masalah yang
disajikan di LKS, 12) berkeliling untuk memantau aktivitas siswa dan memberikan
bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, 13) meminta salah satu kelompok
untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dan meminta kelompok lain untuk
menanggapi, 14) mengecek hasil pekerjaan siswa dan memberi penilaian terhadap hasil
kerja siswa, 15) memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya, 16) bersamasama dengan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 17)
membimbing siswa untuk membuat kesimpulan, 18) mengakhiri pembelajaran dengan doa
dan mengucapkan salam, 19) efektivitas pengelolaan waktu dan 20) penampilan peneliti
selama proses pembelajaran. Pada siklus I, untuk aspek 4 dan 19 memperoleh skor 3 atau
berkategori cukup, aspek 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 17 dan 18 memperoleh skor 4
atau berkategori baik serta aspek 9, 13, 15 dan 20 memperoleh skor 5 atau berkategori
sangat baik. Kemudian pada siklus II, untuk aspek 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 14, 15, 16, 17,
18 dan 19 memperoleh skor 4 atau berkategori baik serta aspek 3, 10, 12, 13 dan 20
memperoleh skor 5 atau berkategori sangat baik.
Aspek-aspek aktivitas siswa yang diamati dalam lembar observasi pada saat
pembelajaran pada siklus I dan siklus II meliputi: 1) kesiapan untuk belajar, 2) memperhatikan
dan merespon ketika peneliti memberikan motivasi, 3) mengungkapkan pengetahuan awal
secara lisan, 4) menyimak penjelasan dan permasalahan matematika yang diberikan oleh
peneliti, 5) mencari bagaimana pemecahan masalahnya, 6) berdiskusi dengan teman
kelompoknya mengenai masalah-masalah yang disajikan di dalam LKS sesuai dengan petunjuk
yang diberikan, 7) bertanya kepada peneliti jika ada hal yang kurang jelas dalam LKS, 8) maju
mempresentasikan hasil pekerjaan, 9) siswa menanggapi hasil pekerjaan yang dipresentasikan,
10) bertanya kepada peneliti tentang soal-soal yang telah dikerjakan selama pembelajaran, 11)
mampu memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung, 12) berdoa
bersama dan mengucapkan salam, 13) efektivitas pengelolaan waktu, 14) antusiasme siswa dan
15) interaksi siswa. Pada siklus I, untuk aspek 5 memperoleh skor 3 atau berkategori cukup,
aspek 1, 2, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14 dan 15 memperoleh skor 4 atau berkategori baik serta aspek 3,

364 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

4, 7 dan 12 memperoleh skor 5 atau berkategori sangat baik. Kemudian pada siklus II, untuk
aspek 1, 2, 4, 5, 6, 10, 11 dan 14 memperoleh skor 4 atau berkategori baik serta aspek 3, 7, 8, 9,
12, 13 dan 15 memperoleh skor 5 atau berkategori sangat baik.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada
siswa kelas VIII E yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi
prasyarat, yaitu unsur-unsur lingkaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2006)
menyatakan bahwa untuk mengungkap kemampuan awal siswa dapat dilakukan dengan
pemberian tes yang berkaitan dengan materi ajar. Hasil tes awal juga digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan informan dan pembentukan kelompok belajar yang
heterogen berdasarkan kemampuan matematika.
Peneliti mengikuti fase-fase model PBI yang dikemukakan oleh Ibrahim (2005) saat
melaksanakan tindakan yaitu: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa
untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, serta 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Fase-fase model PBI ini dilaksanakan pada kegiatan inti pembelajaran.
Peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama,
serta menyiapkan siswa untuk belajar dengan tujuan agar perhatian siswa sepenuhnya
hanya pada peneliti dan pada pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suryosubroto (2009) yang menyatakan bahwa membuka pembelajaran merupakan
usaha peneliti untuk menciptakan kondisi awal perhatian siswa terpusat pada yang
dipelajari sehingga akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar mengajar.
Aktivitas peneliti selanjutnya yaitu mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai agar siswa mengetahui arah pembelajaran yang
dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdussakir (2009) bahwa tujuan
pembelajaran perlu disampaikan kepada siswa sebelum membahas materi agar siswa dapat
mengetahui arah kegiatan pembelajaran. Selanjutnya peneliti memberikan arahan bahwa
kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengikuti fase-fase model PBI. Setelah
memberikan arahan kegiatan, peniliti memberikan motivasi dengan menyampaikan manfaat
mempelajari materi keliling dan luas daerah lingkaran kepada siswa. Pemberian motivasi
ini bertujuan menumbuhkan minat belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan pendapat Muda (2009) bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong,
pengarah dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
Kemudian peneliti melakukan apersepsi dengan mengingatkan atau mengecek kemampuan
prasyarat siswa pada materi unsur-unsur lingkaran. Apersepsi dilakukan untuk memberikan
penguatan terhadap pengetahuan prasyarat siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Paloloang
(2014) yang menyatakan bahwa apersepsi dilakukan untuk memperbaiki dan memberikan
penguatan terhadap pengetahuan prasyarat siswa.
Aktivitas yang dilakukan peneliti pada fase orientasi siswa pada masalah yaitu
mempresentasikan materi kemudian menyajikan satu masalah yang tertera di LKS. Peneliti
meminta siswa untuk memperhatikan dan memahami masalah yang diberikan. Kemudian
siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dan mengajukan hal-hal yang belum
dipahami mengenai masalah yang disajikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim dan Nur
(2000) yang menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk
membantu peneliti memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.

Sri Katon, Sukayasa, dan Evie Awuy, Penerapan Model … 365
Pada fase mengorganisasikan siswa untuk belajar, peneliti mengarahkan siswa untuk
membentuk kelompok belajar yang heterogen kemudian membagikan LKS ke masingmasing kelompok untuk dikerjakan. Masih ada siswa yang menolak untuk bergabung dengan
kelompok belajarnya pada siklus I karena siswa tersebut kesulitan untuk berkomunikasi dan
berdiskusi dengan satu anggota kelompoknya, tetapi di siklus II semua siswa langsung
membentuk kelompok sesuai dengan anggota kelompok yang telah ditentukan peneliti. Siswa
yang pada siklus I menolak untuk bergabung dengan kelompoknya, tidak lagi melakukan hal
tersebut karena peneliti menukar kelompok beberapa siswa yang mengalami kendala dengan
kelompok belajarnya pada siklus I. Hal ini sesuai dengan pendapat Kustyowati (2013) bahwa
beberapa variabel yang menentukan terhadap hasil kerja kelompok adalah: 1) kecerdasan
setiap anggota kelompok dalam memahami masalah, merencanakan dan melaksanakan secara
efisien, serta 2) sifat-sifat kepribadian setiap anggota kelompok terutama dalam hubungan
dengan orang lain.
Aktivitas yang dilakukan peneliti pada fase membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok yaitu berkeliling memantau dan mengontrol jalannya diskusi kelompok,
serta memberikan bimbingan secukupnya pada siswa yang mengalami kesulitan untuk
menyelesaikan LKS. Hal ini sesuai dengan pendapat Wulan (2013) bahwa peran peneliti
dalam pengajaran berdasarkan masalah adalah berkeliling kelas untuk memfasilitasi diskusi,
mengajukan pertanyaan dan membantu siswa untuk menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
Pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya, peneliti memilih secara acak
siswa menjadi perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di
depan kelas. Pemilihan siswa secara acak bertujuan agar siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Hal ini sesuai pendapat Sanjaya (2008) bahwa dalam implementasi PBI ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, PBI tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBI siswa
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
Aktivitas peneliti pada fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hasil
presentasi yang dibawakan oleh temannya. Kemudian, peneliti melakukan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilalui melalui tanya jawab. Hal ini sesuai dengan
pendapat Trianto (2010) bahwa tugas peneliti pada tahap akhir pengajaran berdasarkan
masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka
sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
Pada kegiatan penutup, peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang
telah dipelajari dan menutup pembelajaran dengan berdoa bersama dan mengucapkan
salam. Hal ini sejalan dengan pendapat Dwijananti (2010) bahwa orang yang berpikir kritis
akan mengevaluasi yang kemudian menyimpulkan suatu hal berdasarkan fakta untuk
membuat suatu kesimpulan, satu ciri orang yang berpikir kritis akan selalu mencari dan
memaparkan hubungan antar masalah yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman
lain yang relevan.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan, dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas pada
tes akhir tindakan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, siswa
yang tuntas sebanyak 5 siswa dari 24 siswa yang mengikuti tes. Sedangkan pada siklus II,
siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa dari 24 siswa yang mengikuti tes. Berdasarkan hasil
observasi, aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran pada siklus I dengan 4 aspek
berkategori sangat baik, 14 aspek berkategori baik dan 2 aspek berkategori cukup
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 5 aspek berkategori sangat baik dan 15
aspek berkategori baik. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I dengan

366 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

4 aspek berkategori sangat baik, 10 aspek berkategori baik, dan 1 aspek berkategori cukup
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 7 aspek berkategori sangat baik dan 8 aspek
berkategori baik.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa
aktivitas peneliti dan aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dan
indikator keberhasilan tindakan telah tercapai, sehingga dapat disimpulkan penerapan
model PBI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 9
Palu pada bahasan keliling dan luas daerah lingkaran dengan mengikuti fase-fase yaitu: 1)
orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, serta 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningtyas dan Kusrini (2013),
yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan
model PBI pada materi barisan dan deret di kelas XII SMA Muhammadiyah 1 Jombang
adalah tuntas pada penilaian kognitif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
model PBI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 9 Palu
pada bahasan keliling dan luas daerah lingkaran dengan mengikuti fase-fase yaitu: 1) orientasi
siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta 5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Aktivitas peneliti pada fase orientasi siswa pada masalah yaitu menyampaikan materi
kemudian menyajikan masalah yang berkaitan dengan materi keliling lingkaran pada siklus
I dan materi luas daerah lingkaran pada siklus II dan mengajak siswa untuk memahami
masalah yang disajikan serta mencari penyelesaiannya. Pada fase mengorganisasikan siswa
untuk belajar, peneliti mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang heterogen
kemudian menyelesaikan LKS yang diberikan. Aktivitas peneliti pada fase membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok yaitu memberikan bantuan secukupnya kepada
siswa yang mengalami kesulitan saat melakukan percobaan sederhana dan ketika siswa
mengaplikasikan hasil temuannya untuk menyelesaikan masalah yang ada di LKS.
Kemudian pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya, peneliti menunjuk siswa
secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dan siswa sudah mampu
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan penguasaan materi dan proses
pengerjaan yang cukup baik. Pada fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengomentari
hasil presentasi yang dibawakan oleh temannya, hasilnya siswa mampu untuk menganalisis
proses pemecahan masalah mengenai keliling lingkaran di siklus I dan mengenai luas
daerah lingkaran di siklus II pada presentasi hasil diskusi kelompok.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti menyarankan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model PBI hendaknya dapat dijadikan suatu alternatif
pembelajaran dikelas dengan memperhatikan kondisi siswa, sehingga siswa tidak merasa
bosan, jenuh dan monoton. Bagi calon peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan model

Sri Katon, Sukayasa, dan Evie Awuy, Penerapan Model … 367
PBI perlu memperhatikan pengaturan waktu dan metode yang digunakan serta perlu mencari
alternatif kegiatan yang lebih menarik bagi siswa agar pengalaman siswa lebih berkesan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbdusakir dan Achadiyah, N. L. (2009). Pembelajaran Keliling dan Luas Lingkaran
dengan Strategi REACT pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Mojokerto.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan
Pendidikan
Matematika
FMIPA
UNY
[Online].
Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/7040/1/P24-Abdussakir-Nur%20Laili%20Achadiyah.pd f [22
Agustus 2016]
Bruner, J. S. (1977). The Process of Education Revised Edition. New York: Harvard University
Press
[Online].
Tersedia:
https://books.google.co.id/books?id=S6FK
W90QY40C&pg=PR21&lpg=PR21&dq=The+Process+of+Education,+
Revised+
Edition+Oleh+Jerome+S.+BRUNER&source=bl&ots=lbj1ji21pZ&sig=WI7OltnzWxza
A7RWGn2up0ro84&hl=id&sa=X&redir_ esc=y [09 Nopember 2016]
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta: Depdiknas.
Dwijananti, P dan Yulianti, D. (2010). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan.
Jurnal
Pendidikan
Fisika
Indonesia.
Vol.
6
[Online].
Tersedia:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/viewFile/1122/ 1039 [ 13 Nopember
2015]
Ibrahim, M. (2005). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Latar Belakang, konsep dasar,
dan contoh implementasinya). Surabaya: Unesa University Press
Ibrahim, M. dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa
University Press
Kemmis, S., McTaggart, R dan Nixon, R. (2013). The Action Research Planner: Doing
Cristical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online].
Tersedia: http://books.google.co.id/book?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover
&dg=kemmis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#=onepage&q=kemmis%20
and%20mctaggart&f=false. [ 26 Agustus 2016]
Kustyowati, E. (2013). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Menghitung
Keliling dan Luas Lingkaran dengan Metode Diskusi dan Kerja Kelompok di Kelas
VIII B SMP Negeri 30 Surabaya. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Vol. 5
[Online]. Tersedia: http://dispendik.surabaya.go.id/surabayabelajar/jurnal/199/5.6.
pdf [13 Nopember 2015]
Miles, M. B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI-Press.
Muda, A. W. (2009). Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Balai Diklat
Keagamaan Padang [Online]. Tersedia: http://bdkpadang.kemenag.go.id/ index.php?
option=com_content&view=article&id=452:strategi-menumbuhkan-motivasi-belajarpeserta-didik&catid=41:top-headlines [09 Nopember 2016]
Paloloang, M. F.B. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Panjang Garis Singgung

368 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Persekutuan Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik
Pendidikan Tadulako. Vol. 2 No. 1 [Online]. Tersedia: http:// jurnal.untad.ac.id/jurnal/
index.php/JEPMT/article/view/3232. [22 Juli 2016]
Prasetyo, H. (2011). Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung di Kelas IX H SMP Negeri 2 Majenang. Skripsi Sarjana Universitas Negeri
Yogyakarta
[Online].
Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/1841/1/PENERAPAN_
MODEL_PROBLEM_BASED_INSTRUCTION_(PBI)_UNTUK_MENINGKATKAN
_KEMAMPUAN_PEMECAHAN_MASALAH_MA.pdf [24 Oktober 2016]
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran . Jakarta: Kencana.
Supriyanto, B. (2014). Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VI B Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran di
SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal Pancaran. Vol.
3 No. 2 [Online] Tersedia: http://jurnal.unej.ac.id/ index.php/pancaran/article/viewFile/
753/571 [13 Nopember 2015]
Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif : Konsep Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Uno, H. B. (200 6). Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Wahyuningtyas, M

Dokumen yang terkait

Penggunaan LKS berbasis problem based instruction untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep jamur: penelitian deskriptif-kuantitatif di SMAN 4 Tangerang

1 28 0

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Nege

0 5 16

PENDAHULUAN Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Warureja - Tegal).

0 5 6

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Nege

0 5 13

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN DI KELAS VIII A SMP NEGERI 1 SINDUE TOMBUSABORA | Firmansyah | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 9092 29712 1 PB

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 13 PALU | Musaddad | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8621 28270 1 PB

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELILING DAN LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG DI KELAS VII SMP NEGERI 12 PALU | Mika | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 7221 24032 1 PB

0 1 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALU PADA MATERI PRISMA | Bungel | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 3230 10012 1 PB

0 0 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 18 PALU | Lestari | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8452 27775 1 PB

0 0 12

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada Pokok Bahasan Perbandingan di Kelas VIII C SMP R. Rahmat Balongbendo Sidoarjo

0 0 10