IDENTIFIKASI DAN POPULASICACING TANAH DI EKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) YANG DIISI MEDIA LIMBAH KULIT BUAH KAKAO | Hasmah | Biocelebes 9310 30427 1 PB

Biocelebes, Desember 2017,
ISSN-p: 1978-6417
ISSN-e : 2580 – 5991

Vol. 12 No. 2

IDENTIFIKASI DAN POPULASICACING TANAH DI EKITAR LUBANG RESAPAN
BIOPORI (LRB) YANG DIISI MEDIA LIMBAH KULIT BUAH KAKAO
Hasmah1), Annawaty1), dan Fahri1)
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Tadulako,
Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Sulawesi Tengah 94117
Koresponden Author : Hasmahsanside30@yahoo.co.id

1)

ABSTRACT
The purpose of this study is to identify the earthworm and how population earthworm
in Biopore Absortion Holesfilled with cocoa pod waste. The study was conducted from April
to August 2015 in the Sibonu Village, Sigi District Central Sulawesi province. Samples are
preserved into alcohol series i.e 30%, 50%, and 70% before stored into alcohol 70 % for the

pickling and identification process. Sample identification was executed at Laboratory of
Biology, Faculty of Basic Sciences, Tadulako University, Palu using identification key by
Sims and Easton (1972) and Easton (1979). There are only one species found in the field
namely Planapheretima sp. and earthworm juvenile which is belongs to family
Megascolecidae. The result showed that there was one species is Planapheretima sp. and
other individual are still in the juvenile phase of the family Megascolecidae of subgenus
Planaheretima. The highest population density of earthworm is the biopore absortion holes 3
(cocoa pod waste), compared to the biopore absortion holes 1-2 (cocoa pod waste), K+
(without cocoa pod waste) and K- (without biopore absortion holes).
Keywords:Planapheretima, Earthworms, Population.

PENDAHULUAN

tanah

dengan

lubang

resapan biopori.


Biopori merupakan ruangan atau pori

Lubang

resapan

dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk

sampah

organik

hidup,

sumbernya dengan outputberupa kompos.

seperti

fauna


tanah

dan

akar

tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang

Teknologi

biopori

memungkinkan

dikelola

langsung

di


lubang

resapan

biopori

dasarnya

telah

dikenal

(terowongan kecil) dan bercabang-cabang

(LRB)

yang sangat efektif untuk menyalurkan air

masyarakat luas sebagai teknologi untuk


dan udara dalam tanah. Keberadaan biopori

meresapkan air lebih cepat. Disamping itu

di dalam tanah dapat ditingkatkan melalui

LRB

aplikasi lubang resapan biopori yaitu suatu

membantu pengelolaan sampah sehingga

teknologi tepat guna yang di temukan oleh

sampah bisa dikelola lebih dekat dari

Kamir Raziudin Brata, seorang peneliti dan

sumbernya. Pada teknologi LRB, sampah


dosen di Departemen Ilmu Tanah dan

dimasukkan

Sumber

IPB,kamir

diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm

memperkenalkan biopori sebagai teknologi

yang dibuat di pekarangan rumah atau

untuk mengurangi sampah organik dan

taman. Sampah yang dimasukkan kedalam

mengatasi banjir dan melestarikan fauna


lubang tersebut selanjutnya menjadi sumber

Daya

Lahan

pada

memiliki

peranan

kedalam

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

penting

lubang


dalam

dengan

Page | 23

Hasmah, dkk.

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

makanan bagi biota dalam tanah. Fauna

Penelitian

dilaksanakan

di

tanah dapat memproses sampah tersebut


perkebunan

dengan

dan

Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi

mencampurkannya dengan mikroba tanah

Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan

yang secara sinergi dapat mempercepat

April sampai Agustus 2015. Identifikasi

proses pengomposan secara alami (Brata

sampel di Laboratorium Biologi Dasar


dan Nelistya, 2008).

Fakultas MIPA dan Analisis Tanah di

memperkecil

ukuran

Cacing tanah merupakan kelompok
hewan tanah yang berperan penting dalam

kakao

Laboratorium

Ilmu

B. Alat dan Bahan


materi organik, meningkatkan kesuburan

Alat

dan

aerasi

Fakultas

yang

digunakan

dalam

(Bohlen,

penelitian ini yaitu bor LRB dengan

sebagai

diameter mata bor 10 cm dan panjang

dekomposer, di beberapa negara cacing

100 cm, sekop, meteran, pipa paralon

tanah telah banyak dimanfaatakan sebagai

diameter 10 cm, kawat ram ukuran

salah satu alternatif untuk penanggulangan

mesh 2 cm x 2 cm, cetakan kayu segi

sampah organik (Sharma et al., 2005).

empat berukuran 20 cm x 20 cm,

2002).Berdasarkan

tanah

Tanah

Sibonu

Pertanian Universitas Tadulako.

ekosistem tanah yaitu sebagai dekomposer
tanah,

Desa

peranannya

Limbah organik yang selama ini belum

karung, botol sampel, kamera dan alat

dimanfaatkan secara optimal yaitu limbah

tulis menulis serta alat-alat penunjang

organik kulit buah kakao yang banyak

laboratorium.

berserakan dilokasi perkebunan kakao dan

C. Metode Penelitian

dibiarkan

menumpuk

sehingga

dapat

1. Penetapan Lokasi Penelitian

mencemari lingkungan.Padahal limbah kulit

Penelitian

dilakukan

di

buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai

perkebunan

media pengisi LRB yang menjadi sumber

Sibonu

makanan

Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi

bagi

organisme

tanah

yang

kakao

rakyat

Desa

Dolo

Barat

Kecamatan

berada didalam tanah yang berperan dalam

Tengah.

ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan

menggunakan IV pohon kakao, dan

oleh tanaman.

dilakukan di sekitar pohon kakao

Oleh

karena

itu

perlu

dilakukan

Penggalian

dimana satu pohon kakao terdiri dari

penelitian ini untuk mengidentifikasi dan

satu LRB (Gambar 3).

mengetahui populasi cacing tanah di sekitar

2. Teknis Pembuatan LRB

lubang resapan biopori (LRB) yang diisi
media limbah kulit buah kakao.
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian

LRB

Menentukan 5 pohon kakao
yang

akan

dilakukan

penggalian

LRB, kemudian menggali 4 LRB
yang

berbentuk

silinder

dengan

menggunakan bor biopori dengan
Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

Page | 24

Hasmah, dkk.

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

kedalaman 100 cm dengan diameter

positif LRB yang dibiarkan kosong,

10 cm. Jarak antara pohon kakao ke

dan yang kelima

LRB adalah 100 cm. Kulit buah

kontrol

kakao

dicacah

tidak

diayak

menggunakan LRB. Jarak antara

dengan menggunakan kawat ram

LRB satu dengan LRB yang lain

mesh 2 cm x 2 cm agar limbah kulit

adalah 100 cm, kemudian jarak plot

buah

dihasilkan

dari tepi LRB adalah 25 cm. Mulut

seragam. Kulit buah kakao terlebih

LRB ditutup dengan tutup paralon

dahulu

massanya

untuk menghindari gangguan dari

dengan menggunakan paralon yang

luar. Pengambilan sampel cacing

tingginya 100 cm dengan diameter

tanah, dilakukan sebanyak 3 kali

10 cm. Dari ke IV LRB, LRB 1, ke II,

yaitu pada minggu ke 1, ke IV dan ke

ke III diisi menggunakan limbah kulit

VIII.

kakao

kemudian

negatif

yang

disamakan

buah kakao, LRB ke V untuk kontrol

Gambar 1. Peta lokasi Desa Sibonu
Kecamatan Dolo BaratKabupaten Sigi Sulawesi
Tengah (Google Earth,2015).

Gambar 2. Alat bor biopori

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

Page | 25

Hasmah, dkk.

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

Pengoleksian dan Pengawetan

prostomium, chaetae, female pores,

cacing tanah

male

dan

pores,

dorsal

pores,

Pengambilan cacing tanah didalam

spermatheca pores, dan prostate dan

plot yang berukuran 20 cm x 20 cm

karakter anatomi yang diamati yaitu

dengan

organ pada sistem pencernaan, sistem

kedalaman

dari

permukaan

tanah 25 cm. Jarak plot dari tepi lubang

sirkulasi,

resapan

reproduksi.

biopori

adalah

25

cm

(Marinissen, 1994). Mengoleksi seluruh

4.

sistem

saraf

dan

sistem

Analisis Sifat Kimia Tanah

cacing tanah yang ditemukan didalam

Sampel tanah yang akan dianalisis

plot. Sampel cacing tanah kemudian

diambil dengan cara menggali tanah

dimasukkan

disamping

kedalam

alkohol

30%

LRB

sedalam

20

cm,

sekitar 5 menit selanjutnya memasukkan

kemudian dimasukkan ke dalam plastik.

kedalam alkohol 50% 30 menit berfungsi

Sampel tanah kemudian dibawa ke

untuk

Laboratorium

membius

cacing

tanah.

Ilmu

Tanah

Fakultas

Memindahkan sampel cacing kedalam

Pertanian Universitas Tadulako untuk

alkohol 70% untuk pengawetan dan

dianalisis.

proses

Memindahkan

dianalisis yaitu pH(Metode pH tanah)

sampel cacing kedalam alkohol 70%

N(Metode Kjeldhal), P(Metode Bray dan

yang baru apabila warna alkohol sudah

Kurz 1), K (Metode Biru indofenol atau

mulai keruh atau kekuningan.

secara destilasi), C (Metode Walkley

3.

identifikasi.

Identifikasi Cacing Tanah

dan

Sampel cacing tanah diidentifikasi di
Laboratorium Biologi dasar Fakultas

Sifat

Black),

kadar

yang

air(Metode

.
D. Analisa data

menggunakan buku identifikasi Sim dan

Analisa

Universitas

dan

tanah

Gravimetric)

Tadulako

MIPA

kimia

data

untuk

melihat

Easton (1972) dan Easton (1979).

populasi cacing tanah menggunakan

Pengamatan

rumus kerapatan relatif populasi (Kr)

sampai pada kategori

spesies,

karakter

tanah

yaitu

morfologi
panjang

cacing

(Elton, 1933) :

tubuh,

pertumbuhan, jumlah segmen, clitellum,
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

1. Jenis dan jumlah cacing tanah
pada setiap LRB

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

Page | 26

Hasmah, dkk.

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

penelitian

Cacing tanah yang ditemukan

yang dilakukan di perkebunan kakao

dalam penelitian ini termasuk famili

dengan menggunakan limbah kulit

Megascolecidae

buah kakao yang didapatkan di LRB

Planapheretima.

2 dan LRB 5 yaitu sub genus dari

karakteristik

Berdasarkan

hasil

dari

Planapheretima

famili

dari

sub

genus

Berdasarkan

morfologi
sp

Planapheretima

dari

(Gambar

4),

Megascolecidae dan cacing tanah

cacing ini memiliki panjang 16 cm,

yang masih dalam tahap juvenil

diameter 0,6 cm, dan jumlah segmen

(Tabel 4.1).

213. Karakter eksternal meliputi male

Berdasarkan hasil perhitungan

pore satu pasang pada segmen 18,

jumlah cacing tanah yang ditemukan

Clitellum annular pada segmen 14-

pada setiap pengambilan sampel

16, female pore pada segmen 14,

yaitu minggu pertama, keempat dan

prostomium tipe open epilobous,

kedelapan

jumlah seta per segmen banyak

diperoleh

kerapatan

(lebih dari 8 seta) tipe perichaetine

populasi cacing tanah (Tabel 4.2).
Sifat

kimia

tanah merupakan

salah satu indikator penyusun tanah
yangmempengaruhi
pembentukan

dan

proses-proses
perkembangan

(Gambar 5).
Karakter internal meliputi prostate
tipe racemose di segmen 16-18,
Gizzard

di

segmen

8,

testis

tanah.Berdasarkan hasil analisis sifat

sepasang di segmen 10 dan septa

kimia tanah yang diambil disekitar

(sekat-sekat)

LRB (Tabel 4.3).

(Gambar 6) (Easton, 1979).

di

segmen

6-16

2. Karakter morfologi dan anatomi
cacing tanah

--

Posterior

Gambar 4. Morfologi Planapheretima sp.

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

Page | 27

Hasmah, dkk.

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

1
a

2

C

b

3

Gambar 5. Karakter eksternal cacing tanah :Clitellum (a1), female pore (a2), male pore
(a3), seta (b), dan prostomium (c).

Testis

Gizzard

b

a

Septa
Prostat

c

d

Gambar 6. Karakter internal (letak segmen) cacing tanah : Gizzard (a), Testis (b), Prostat
(c), dan Septa (d).

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

Prostat

Page | 28

Hasmah, dkk.

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

LRB 1 (KC)

Minggu ke 1
Jenis
Jumlah
Juvenil 2

Minggu ke 4
Jenis
Jumlah
Juvenil 2

LRB 2 (KC)

Juvenil

2

Juvenil

1

LRB 3 (KC)
K+

Juvenil
0

2
0

Juvenil
0

2
0

K-

Juvenil

1

Juvenil

1

Perlakuan

Minggu ke 8
Jenis
Juvenil
Planapheretima
sp.
Juvenil
Juvenil
Planapheretima
sp.

Jumlah
2
1
3
1
1

Tabel 4.1 Jumlah dan jenis cacing tanah pada setiap perlakuan
Keterangan LRB 1-3 KC : Kulit kakao; K+ : Kontrol positif (tanpa kulit buah kakao);
K- : Kontrol negatif (tanpa LRB).
Tabel 4.2 Kerapatan populasi cacing tanah pada masing-masing perlakuan
No.

Perlakuan

1.

LRB 1 (KC)

Kerapatan cacing tanah Minggu ke(Individu/m3)
1
4
8
200
200
200

2.
LRB 2 (KC)
200
100
100
3.
LRB 3 (KC)
200
200
300
4.
K+
0
0
100
5.
K100
100
100
Keterangan LRB 1-3 KC : Kulit kakao; K+ : Kontrol positif (tanpa kulit buah kakao);
K- : Kontrol negatif (tanpa LRB).
Tabel 4.3 Analisis tanah pada setiap LRB
Perlakuan pH

N-Total
(%)

Kadar Air
Lapangan
(%)

0,02
17,49
17,34
0,64
28,96
Sangat
Rendah
Sedang
Rendah
rendah
0,05
LRB 2
6,83
19,23
17,52
0,85
Sangat
22,38
(KC)
Netral
Rendah
Sedang
Rendah
rendah
0,02
LRB 3
6,83
16,72
15,12
0,50
23,10
Sangat
(KC)
Netral
Rendah
Rendah
Rendah
rendah
0,04
18,75
17,24
0,83
6,90
20,32
Sangat
K+
Rendah
Sedang
Rendah
Netral
rendah
0,05
6,66
19,28
18,64
0,86
Sangat
K23,26
Netral
Rendah
Sedang
Rendah
rendah
Keterangan LRB 1-3 KC : Kulit kakao; K+ : Kontrol positif (tanpa kulit buah kakao);
LRB 1
(KC)

6,41
Agak
masam

CK-Total
P-Total
Organik
(mg/100g) (mg/100g)
(%)

K- : Kontrol negatif (tanpa LRB).

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

Page | 29

Hasmah, dkk.

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

B. Pembahasan
Cacing

telah
yang

ditemukan

dalam

terganggu

organik

termasuk famili Megascolecidae dari sub

Kehidupan

genus

tergantung

itu,

adanya

penggalian LRB dan tidak ada bahan

penelitian ini yaitu Planapheretima sp.
Planapheretima.Selain

dengan

didalam

LRB

fauna
pada

tersebut.

tanah

sangat

habitatnya,

karena

ditemukan juga cacing tanah yang masih

keberadaan dan kepadatan populasi

dalam tahap juvenil. Pada tahap ini

suatu jenis fauna tanah di suatu daerah

belum terlihat posisi clitellum sehingga

sangat ditentukan oleh faktor lingkungan,

sangat sulit untuk diidentifikasi. Genus

yaitu lingkungan biotik dan lingkungan

Planapheretima terdistribusi di Sulawesi

abiotik (Hilwan dkk, 2013).

sesuai dengan laporan Easton (1979).

Selanjutnya perbandingan LRB 1-3

Tipe habitat Planapheretima sp. yang

yang lebih tinggi kerapatan populasi

didapatkan di desa Sibonu merupakan

cacing tanah terdapat di LRB 3 hal ini

tipe epigeik. Menurut Bouche (1977),

disebabkan pada LRB 3 bahan organik

cacing tanah tipe epigeik merupakan

yang

cacing tanah yang memakan serasah

terdekomposisi lebih cepat daripada LRB

dan bahan organik dan hidup pada

1-2.

permukaan tanah.

penting

terdapat
Peranan

di

LRB

cacing

dalam

tersebut

tanah

proses

sangat

dekomposisi

Perbandingan kerapatan populasi

bahan organik tanah. Bersama sama

cacing tanah dalam tiap LRB berbeda-

mikroba tanah lainnya terutama bakteri,

beda. Pada LRB 1-3 lebih tinggi dari

cacing tanah ikut berperan dalam siklus

pada K+ (kontrol positif) dan K- (kontrol

biogeokimia. Cacing tanah memakan

negatif),

karena

serasah daun dan materi tumbuhan yang

adanya pengaruh dari limbah kulit buah

mati lainnya, dengan demikian materi

kakao sebagai salah satu nutrisi bagi

tersebut terurai dan hancur (Schwert,

keberlangsungan hidup cacing tanah.

1990).

hal

ini

disebabkan

Buckman & Brady (1982), menyatakan

Menurut Rukmana (1999), tanah

dengan menambahkan bahan organik

pertanian

kedalam

besar

bermasalah karena pHnya asam. Tanah

pengaruhnya terhadap perkembangan

dengan pH asam kurang mendukung

populasi cacing tanah. Kemudian pada

percepatanproses

K- lebih tinggi kerapatan populasi cacing

pembusukan(fermentasi)

tanah dari pada K+ hal ini disebabkan

organik.Ketersediaan bahan organik dan

habitat aslinya tidak terganggu dengan

unsur hara (pakan) yang rendah akibat

adanya

K+

pH tanah asam menyebabkan cacing

rendah

tanah relatif terbatas. LRB 1-3, K+ dan

disebabkan habitat awal fauna tanah

K- memiliki pH agak asam sampai netral

tanah

sangat

penggalian

kerapatan

yang

LRB.

Pada

didapatkan

di

Indonesia

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

umumnya

bahan-bahan

Page | 30

Hasmah, dkk.

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

dengan kisaran pH (6,41-6,90). Menurut

(Anas, 1990). Meskipun demikian masih

Handayanto (2009), pH menentukan

ditemukan

besarnya populasi cacing tanah. Cacing

penelitian.

cacing

tanah

di

lokasi

tanah dapat berkembang dengan baik

Selain dari kondisi sifat kimia tanah

pada pH netral sampai agak basa. pH

dilokasi penelitian kerapatan populasi

yang ideal untuk pertumbuhan cacing

cacing tanah yang di dapatkan sangat

tanah adalah 6-7,2. Pada penelitian ini

rendah, faktor lain yang mempengaruhi

cacing tanah ditemukan pada pH agak

kerapatan populasi cacing tanah yaitu

asam sampai netral (6,41-6,90).

tekstur

Kandungan Nitrogen (N-Total) pada

tanah

di

tergolong liat

lokasi

penelitian

berpasir dengan adanya

LRB 1-3, K+ dan K- tergolong dalam

bebatuan kecil. Hal tersebut karena

kriteria sangat rendah. Kandungan fosfor

lahan kebun kakao dekat dengan aliran

(P-Total) pada LRB 1-3, K+ dan K-

sungai.

tergolong

rendah.

menyatakan bahwa tanah yang memiliki

Kandungan kalium (K-total) pada LRB 1-

kandungan pasir umumnya tidak disukai

2, K+ dan K- memiliki kriteria sedang

oleh

sedangkan pada LRB 3 tergolong dalam

butiran-butiran

kriteria rendah. Kandungan C organik

tidak mampu

pada LRB 1-3, K+ dan K- tergolong

dalam

dalam kriteria sangat rendah (0,50-0,86).

kebutuhan cacing tanah.

dalam

kriteria

Menurut Hardjowigeno (2007), C-organik

Edwards

cacing

dan

tanah

jumlah

Keberadaan

Lofty

(1977),

karena

memiliki

yang

kasar

sehingga

untuk

menyimpan air

yang

cukup

untuk

tanah

dapat

cacing

dikatakan rendah jika berkisar antara

meningkatkan kesuburan tanah, karena

1,00-2,00.

melalui

Menurut Hanafiah (2005), bahwa

aktifitasnya

di

tanah

dapat

memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.

tanah yang mengandung C organik yang

Secara

rendah menyebabkan jumlah cacing

memperbaiki tekstur tanah, aerase dan

tanah

Pada

drainase,

dapat

cacing

yang

dasarnya

dijumpai
cacing

sedikit.
tanah

fisik,

cacing

sedangkan
tanah

tanah

dapat

secara

melalui

kimia

mekanisme

berkembangbiak pada tanah yang subur

pencernaannya

dengan kandungan unsur hara yang

kotoran

tinggi.

meningkatkan ketersediaan unsur hara

Kadar air tertinggi pada LRB 1

bagi

yang

(kascing)

tanaman

di

mengeluarkan
tanah,

(Edwards

dapat

dan

Lofty,

yaitu 28,96 % dan terendah pada K+

1977). Keberadaan cacing tanah pada

yaitu 20,32 %. Kadar air yang optimal

suatu habitat dapat dijadikan sebagai

untuk cacing tanah yaitu 10-17 % jika

bioindikator kualitas tanah atau tingkat

kadar

kesuburan tanah (Paoletti et al., 2008).

air

menguntungkan

terlalu

tinggi

tidak

bagi

cacing

tanah

Cacing

tanah

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

berperan

sebagai
Page | 31

Hasmah, dkk.

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

bioamelioran (jasad hayati penyubur dan
penyehat

tanah)

kemampuannya

terutama
dalam

melalui

memperbaiki

sifat-sifat tanah, seperti ketersediaan
hara,

dekomposisi

sehingga

mampu

bahan

organik

meningkatkan

produktivitas tanah (Hanafiah,2005).
Kesimpulan
1. Jenis cacing tanah yang di dapatkan di
sekitar LRB yang diisi media limbah
kulit buah kakao yaitu 1 spesies yaitu
Planapheretima sp dan cacing tanah
yang masih dalam tahap juvenil.
2. Kerapatan populasi cacing tanah yang
paling tinggi terdapat pada LRB 3
(limbah

kulit

buah

kakao),

dibandingkan pada LRB 1-2 (limbah
kulit buah kakao), K+ (tanpa kulit buah
kakao) dan K- (tanpa LRB).
DAFTAR PUSTAKA
Anas, I., 1990. Cacing Tanah dan
Nematoda, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi
PusatAntar
Univesitas
Bioteknologi
InstitutPertanian Bogor.
Bohlen P.J., 2002, Earthworm. Encyclopedia
of soil science. USA : Archboid
Biological Station.
Bouche,
M.
B.,
1977,
Strategies
lombriciennes In Soil Organisms as
Components of Ecosystems, (eds. U.
Lohm and T. Persoson), Biol Bull,
25,122-132.
Brata, K.R., dan Nelistya, A., 2008, Lubang
Resapan Biopori, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Easton, E. G., 1979, A Revision of the
‘acaecate’
earthworms
of
the
pheretima group (Megascolecidae :

Oligochaeta)
:
Archipheretima,
Metapheretima,
Planapheretima,
Pleinogaster
and
Polypheretima.
Bulletin of the British Museum Natural
History (zoology) 35(1): 1-128.
Edward, C. H., dan Lofty, J.R., 1977,
Biology of Earthworm. Chapman and
Hall, London, pp 77-221.
Hanafiah, K.A., 2005, Biologi Tanah, Ekologi
dan Makrobiologi Tanah, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. hlm. 70,
78-79, 91-94, 119-120, 142-143.
Handayanto, E., dan Hairiah. K., 2009.
Biologi Tanah: Landasan Pengelolaan
Tanah. Yogyakarta: Pustaka Adiputra.
Hardjowigeno, Sarwono dan Widiatmaka,
2007, Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Tataguna Lahan. Yogyakarta : GAMA
Press.
Hilwan, I., Handayani, E, P., 2013,
Keanekaragaman Mesofauna dan
Makrofauna Tanah Pada Areal Bekas
Tambang
Timah
Di
Kepulauan
Belitung Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, (skripsi). Fakultas Kehutanan,
Bogor. V (04) : 35-41.
Paoletti, M. G., Sommaggio, D., Favretto,
M.,
Petruzellwith.
G.,
1998,
Earthworms as useful bioindicators of
agroecosystem
sustainability
in
orchards and vineyards with different
inputs. Aplied Soil Ecology 10: 137150.
Rukmana, H.R., 1999, Budi Daya Cacing
Tanah, Penerbit Kanisius (Anggota
IKAPI), Yogyakarta. hlm. 18, 28-29.
Schwert, D. P., 1990, Oligochaeta:
Lumbricidae, p.341-356. In D.L. Dindal
(ed.), Soil Biology Guide. A Wiley
Interscience Publication, John Wiley
and Sons. New York.
Sim, RW., dan Easton, EG., 1972, A
numerical revision of the earthworm
genus
pheretima
auct.
(Megascolecidae: Oligochaeta) with
the recognition of new genera & an
appendix on the earthworm collected
by the royal society North Borneo
expedition, Biological j Linn Soc, Vol.
4:169-268.

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

Page | 32

Hasmah, dkk.

Sharma S., Kaviraj P., Santosh S., dan
Padma V., 2005, Potentality of
earthworm for waste management and

Biocelebes, Vol. 12 No. 2

in other uses-a review. The journal of
American
Science
1
(1).

Jurnal Biocelebes, Vol. 11 No.2, Desember, 2017, ISSN-p: 1978-6417 ISSN-e : 2580 – 5991

Page | 33