FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU (RISK FACTORS SCABIES AT GENERAL HOSPITAL ANUTAPURA PALU) | Arifuddin | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9274 30292 1 PB

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3

September 2016

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI RUMAH SAKIT
UMUM ANUTAPURA PALU
(RISK FACTORS SCABIES AT GENERAL HOSPITAL ANUTAPURA PALU)
Adhar Arifuddin*, Herman Kurniawan**, Fitriani***
*
**

Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
Bagian Promosi Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
kesehatan Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta KM 9, Palu, 94116, Indonesia. E-mail:
fitrianiapril1304@gmail.com
*** Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan

ABSTRACT
Scabies is a contagious skin disease caused by sarcoptes scabiei and can cause skin
irritation. Globally, every year there are 300 million cases of scabies and in Indonesia
4.60% - 12.95% ranks three of the 12 most skin diseases. This study aimed to determine

the incidence of risk factors Scabies at General Hospital Anutapura Palu. The research
method uses analytic observational case control approach. Scabies is a case of patient
samples and control samples is not Scabies patients with a ratio of 1: 2. The number of
samples is 174 consisting of 58 sample cases and 116 control samples. Sampling with
accidental sampling. Data were analyzed by OR the significance limit (α = 5%). The
results showed gender (OR = 1.879 at 95%, CI 0.987 to 3.576), knowledge (OR = 1.358 at
95%, CI 0.661 to 2.791), personal hygiene (OR = 2.275 at 95%, CI 1.107 to 4.676) and
contact history (OR = 7.291 at 95%, CI 2.904 to 18.307) Scabies is a risk factor with OR>
1. Men are expected to be able to prevent the transmission of scabies , to the public in
order to increase knowledge about Scabies , improving personal hygiene and avoid
contact with the patient so as to prevent the occurrence Scabies Scabies.

Keywords: Scabies, Risk Factors

40

Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3


September 2016

ABSTRAK
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei
dan dapat menyebabkan iritasi kulit. Secara global setiap tahun terdapat 300 juta kasus
Scabies dan di Indonesia 4,60% - 12,95% menduduki urutan ke tiga dari 12 penyakit kulit
terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian Scabies di
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Metode penelitian menggunakan observasional
analitik dengan pendekatan case control. Sampel kasus adalah penderita Scabies dan
sampel kontrol adalah bukan penderita Scabies dengan perbandingan 1:2. Jumlah sampel
yaitu 174 yang terdiri dari 58 sampel kasus dan 116 sampel kontrol. Pengambilan sampel
dengan accidental sampling. Data dianalisis dengan uji OR pada batas kemaknaan (α=5%).
Hasil penelitian menunjukan jenis kelamin (OR = 1,879 pada 95%, CI 0,987-3,576),
pengetahuan (OR = 1,358 pada 95%, CI 0,661-2,791), personal hygiene (OR = 2,275 pada
95%, CI 1,107-4,676) dan riwayat kontak (OR = 7,291 pada 95%, CI 2,904-18,307)
merupakan faktor risiko kejadian Scabies dengan nilai OR>1. Diharapkan laki-laki untuk
dapat mencegah penularan Scabies, kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan
pengetahuan tentang Scabies, meningkatkan personal hygiene dan menghindari kontak
dengan penderita Scabies sehingga dapat mencegah kejadian Scabies.


Kata Kunci : Scabies, Faktor Risiko

Oleh karena itu, prevalensi Scabies tinggi

PENDAHULUAN
Scabies merupakan penyakit kulit

umumnya

ditemukan

di

lingkungan

menular yang disebabkan oleh sarcoptes

dengan kepadatan penghuni dan kontak

scabiei dan dapat menyebabkan iritasi


interpersonal tinggi seperti penjara, panti

kulit. Parasit ini menggali parit-parit di

asuhan, dan pondok pesantren. Namun,

dalam epidermis sehingga menimbulkan

Scabies sering diabaikan karena tidak

gata-gatal dan merusak kulit penderita.

mengancam

Penyakit

penanganannya

menyerang


Scabies

individu

pada

umumnya

yang

hidup

Scabies

jiwa

sehingga
rendah,


kronis

prioritas

sebenarnya

dan

berat

berkelompok seperti masyarakat yang

menimbulkan

tinggal ditempat padat penduduknya[1].

Scabies banyak menyerang masyarakat di

Tingginya kepadatan hunian dan


negara

komplikasi

dapat

berkembang.

berbahaya.

Faktor

yang

kontak fisik antar individu memudahkan

berperan tingginya prevalensi Scabies di

transmisi dan investasi tungau Scabies.


negara

41

berkembang

terkait

dengan

Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3

kemiskinan,

rendahnya

tingkat


laki)

dan

2,81

September 2016

per

1000

orang

kebersihan, akses air sulit dan kepadatan

(perempuan), dimana 1 dari 1000 orang

hunian[2].


datang ke pusat-pusat kesehatan dengan

Badan Kesehatan Dunia menganggap

keluhan gatal yang menetap[4].

penyakit Scabies sebagai pengganggu dan

Scabies merupakan penyakit kulit

perusak kesehatan. Scabies bukan hanya

endemis di wilayah beriklim tropis dan

sekedar penyakitnya orang miskin karena

subtropis,

penyakit Scabies masa kini telah merebak


selatan,

menjadi

yang

Australia selatan dan Asia. Prevalensi

menyerang semua tingkat sosial. Scabies

Scabies pada anak berusia 6 tahun di

merupakan satu dari enam penyakit kulit

daerah kumuh Bangladesh adalah 23-

terbesar yang lazim pada penduduk

29% dan Kamboja 43%. Studi di rumah

miskin, seperti dilaporkan dalam Buletin

kesejahteraan

Organisasi Kesehatan Dunia pada bulan

menunjukkan prevalensi Scabies 30%

Februari 2009, angka kejadian tertinggi

dan Timor Leste prevalensi Scabies

terdapat pada suku-suku asli di Australia,

17,3%[2]. Prevalensi Scabies di Brazil

Afrika, Amerika Selatan dan negara

(Amerika Selatan) mencapai 18%, Benin

berkembang lainnya di dunia[3].

(Afrika Barat) 28,33%, kota Enugu

penyakit

kosmopolit

Karibia,

Afrika,

Amerika

Australia

tengah,

Malaysia

tahun

2010

masalah

(Nigeria) 13,55% dan Pulau Pinang

kesehatan secara global, karena 300 juta

(Malaysia) 31%. Scabies lebih sering

kasus terjadi setiap tahunnya di dunia.

terlihat

Scabies

World

Health

merupakan

seperti

Organization

(WHO)

menyatakan Scabies merupakan salah

pada

anak

laki-laki

(50%)

dibandingkan anak perempuan (16%)[5].
Indonesia

mempunyai

prevalensi

satu dari enam penyakit parasit epidermal

Scabies cukup tinggi dan cenderung

kulit yang angka kejadiannya terbesar di

tinggi pada anak-anak sampai dewasa[6].

dunia.

hampir

Menurut data Departemen Kesehatan

mencapai 1 juta kasus per tahun. Rata-

Republik Indonesia prevalensi Scabies di

rata prevalensi

di

puskesmas seluruh Indonesia pada tahun

Inggris adalah 2,27 per 1000 orang (laki-

2008 adalah 5,6%-12,95% dan Scabies

42

Insiden

di

Amerika

kejadian

Scabies

Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3

menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit
[7]

kulit tersering .

September 2016

desa Silondoa dengan 52 orang, desa
Kayulompa terdapat 29 orang, Puskesmas

Berdasarkan

data

Departemen

Batui/Bugis, Batui, Tolando, Balantang

Kesehatan kasus Scabies di Indonesia

dengan 88 orang penderita, Lawanga,

tahun 2012 sebesar 4,60-12,95% dan

Kasintuwu, Bonesompe, Tegal Rejo dan

Scabies menduduki urutan ke tiga dari 12

Madale terdapat 200 orang penderita[9].

penyakit kulit terbanyak. Masalah ini

Prevalensi penyakit Scabies di kota

dominan terjadi pada anak-anak, karena

Palu pada tahun 2012 yaitu 1066 kasus.

individu tersebut belum mampu secara

Kasus pada laki-laki yaitu 53% lebih

mandiri melakukan kebersihan diri dan

tinggi dibanding perempuan 47%. Tahun

kebersihan

Anak-anak

2013 kasus Scabies meningkat menjadi

senang bermain dengan teman-temannya

2293, lebih tinggi pada laki-laki yaitu

tanpa memperhatikan kebersihan diri,

51% dibanding perempuan 49%. Pada

sehingga

memungkinkan

tahun 2014 kasus Scabies yaitu 2527

penularan

penyakit

langsung

seperti

kurangnya

lingkungan.

terjadinya

melalui
berjabat

perhatian

kontak

kasus, pada laki-laki lebih tinggi yaitu

tangan,

53% dibanding perempuan yaitu 47%[10].

dalam

hal

membersihkan diri atau mandi, serta
[3]

bermain di area yang kurang bersih .

Berdasarkan

survei

pendahuluan

yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Anutapura

Palu,

menunjukan

bahwa

Kasus Scabies di Sulawesi Tengah

Scabies merupakan salah satu penyakit

tahun 2012 berdasarkan data profil dinas

yang masuk 10 besar di bagian Poliklinik

kesehatan yaitu 655 kasus dengan Case

Kulit

Fatality Rate (CFR) 0,2% dan pernah

menduduki urutan pertama dari tahun

terjadi 1 kasus kematian Scabies[8]. Pada

2012 sampai dengan tahun 2014. Jumlah

tahun 2013 kasus Scabies di Sulawesi

kasus Scabies pada tahun 2012 yaitu 236

Tengah yaitu 3779 kasus dan berdasarkan

kasus (32,8%), tahun 2013 yaitu 327

tabel lampiran profil dinas kesehatan

kasus (47,2%) dan tahun 2014 yaitu 290

Propinsi Sulawesi Tengah telah terjadi

(41,1%)[11].

dan

Kelamin.

Scabies

selalu

Kejadian Luar Biasa (KLB) Scabies di
43

Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3

Scabies berhubungan dengan jenis

kelamin, yaitu prevalensinya lebih tinggi

sebanyak 20,6% dan tidak menderita
Scabies sebanyak 20,6%.

pada laki-laki dan laki-laki lebih berisiko
terinvestasi

dibandingkan

Scabies

September 2016

Riwayat kontak merupakan salah
satu

variabel

yang

mempengaruhi

perempuan. Prevalensi Scabies pada laki-

kejadian Scabies, dimana pada kelompok

laki (57,4%) lebih tinggi dibandingkan

kasus, 96,2% diantaranya pernah kontak

perempuan

(42,9%)[2].

Pengetahuan

dengan penderita Scabies dan 3,8% orang

merupakan salah satu faktor penyebab

tidak pernah kontak dengan penderita

Scabies,

terutama

yang

Scabies, tetapi menderita Scabies. Kontak

memiliki

pengetahuan

Hasil

dengan penderita Scabies berisiko tertular

(2014),

Scabies 48 kali dibandingkan mereka

penelitian

seseorang
kurang.

Setyowati

menunjukkan bahwa responden yang

yang

tidak
[14]

ada

kontak

dengan

memiliki pengetahuan kurang tentang

penderita

penyakit Scabies yaitu sebanyak 74,5%,

penyakit Scabies yang masih tinggi maka

sedangkan yang memiliki pengetahuan

penulis

baik sebanyak 19,7%.

penelitian

Personal hygiene merupakan faktor

. Berdasarkan data kejadian

tertarik
di

untuk

Rumah

melakukan

Sakit

Umum

Anutapura Palu.

yang berperan dalam penularan Scabies.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan

METODE PENELITIAN

oleh Ria (2014) menunjukkan bahwa

Jenis

penelitian

yang digunakan

terdapat 58,7% orang memiliki personal

dalam penelitian ini adalah penelitian

hygiene kurang dan 41,3% orang dengan

epidemiologi

personal hygiene cukup. Terdapat 37

dengan pendekatan case control study

orang dengan hygiene perorangan kurang

(Kasus

yang menderita Scabies sebanyak 49,2%

dilaksanakan di bagian Poliklinik Kulit

dan tidak menderita Scabies sebanyak

dan

9,5%, dari 26 orang dengan hygiene

Anutapura Palu pada bulan Mei sampai

perorangan cukup menderita Scabies

dengan Juni tahun 2015. Populasi dalam

observasional

kontrol).

Kelamin

Rumah

analitik

Penelitian

Sakit

ini

Umum

penelitian ini adalah seluruh pasien rawat
44

Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3

jalan

yang

berkunjung

di

September 2016

bagian

responden (37,9%) dibanding kelompok

Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah

kontrol yaitu 62 responden (53,4%).

Sakit Umum Anutapura Palu. Besar

Hasil uji statistik didapat nilai OR yaitu

sampel minimal pada penelitian ini

1,879 pada CI 95% (0,987-3,576), artinya

adalah sebanyak 58 reponden untuk

risiko jenis kelamin laki-laki untuk

kelompok kasus dan 116 responden untuk

menderita Scabies adalah 1,879 kali lebih

kelompok kontrol dengan perbandingan 1

besar

: 2 dan total keseluruhan 174 responden.

namun tidak signifikan.

dibanding

dengan

perempuan,

Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara sampling Aksidental (accidental

Risiko Pengetahuan Terhadap Scabies

sampling) yaitu siapa saja yang secara

Berdasarkan hasil analisis bivariat

kebetulan bertemu dengan peneliti, dapat

pada tabel 1 diperoleh responden yang

digunakan

bila

mempunyai pengetahuan kurang lebih

dipandang orang yang kebetulan ditemui

banyak pada kelompok kasus yaitu 44

cocok sebagai sumber data. Setiap sampel

responden

dipilih

sebagai

kelompok kontrol yaitu 81 responden

matching, dengan umur yang ditentukan,

(69,8%). Responden yang mempunyai

sampai

pengetahuan cukup lebih sedikit pada

sebagai

berdasarkan

besar

sampel,

umur

sampel

dibutuhkan

terpenuhi.

(75,9%)

dibanding

pada

kelompok kasus yaitu 14 responden
(24,1%) dibanding kelompok kontrol

HASIL PENELITIAN

yaitu 35 responden (30,2%). Hasil uji

Risiko Jenis Kelamin TerhadapScabies

statistik didapat nilai OR yaitu 1,358

Berdasarkan hasil analisis bivariat

pada CI 95% (0,661-2,791), artinya risiko

pada tabel 1 diperoleh responden laki-laki

responden dengan pengetahuan kurang

lebih banyak pada kelompok kasus yaitu

untuk menderita Scabies adalah 1,358

36 responden (62,1%) dibanding pada

kali lebih besar dibanding

kelompok kontrol yaitu 54 responden

dengan pengetahuannya cukup, namun

(46,6%). Responden perempuan pada

tidak signifikan.

responden

kelompok kasus lebih sedikit yaitu 22
45

Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3

September 2016

Risiko Personal Hygiene Terhadap

lebih sedikit pada kelompok kasus yaitu 6

Scabies

responden (10,3%) dibanding kelompok

Berdasarkan hasil analisis bivariat

kontrol yaitu 53 responden (45,7%).

pada tabel 1, diperoleh responden yang

Hasil uji statistik didapat nilai OR yaitu

mempunyai personal hygiene kurang,

7,291 pada CI 95% (2,904-18,307),

lebih banyak pada kelompok kasus yaitu

artinya risiko responden dengan riwayat

45

dibanding

kontak untuk menderita Scabies adalah

kelompok kontrol yaitu 70 responden

7,291 kali lebih besar dibanding dengan

(60,3%). Responden yang mempunyai

responden yang tidak mempunyai riwayat

personal hygiene cukup lebih sedikit

kontak dan signifikan.

responden

(77,6%)

pada kelompok kasus yaitu 13 responden
(22,4%) dibanding kelompok kontrol
yaitu 46 responden (39,7%). Hasil uji
statistik didapat nilai OR yaitu 2,275
pada CI 95% (1,107-4676), artinya risiko
responden

dengan

personal

hygiene

kurang untuk menderita Scabies adalah
2,275

kali

responden

lebih

besar

dengan

dibanding

personal

Riwayat

Kontak

Risiko Jenis Kelamin Terhadap
Scabies

hygiene

cukup dan signifikan.
Risiko

PEMBAHASAN

Jenis kelamin merupakan salah satu
determinan yang mempengaruhi kejadian

Terhadap

Scabies

Berdasarkan hasil analisis bivariat
pada tabel 1, diperoleh responden yang
mempunyai riwayat kontak lebih banyak
pada kelompok kasus yaitu 52 responden
(89,7%) dibanding kelompok kontrol
yaitu 63 responden (54,3%). Responden

Scabies. Hasil uji statistik diperoleh nilai
Odds Ratio (OR) yaitu 1,879 lebih besar

dari 1, hal ini menunjukan bahwa jenis
kelamin merupakan faktor risiko kejadian
Scabies atau laki-laki berisiko 1,879 kali

lebih

besar

menderita

Scabies

dibandingkan perempuan. Nilai lower
limit dari uji statistik yaitu 0,987 dan

yang tidak mempunyai riwayat kontak
46

Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3

September 2016

upper limit yaitu 3,576, karena nilai

kejadian Scabies dengan nilai chi-square

lower limit

Dokumen yang terkait

FAKTOR RISIKO KEJADIAN APENDISITIS DI BAGIAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU | Arifuddin | Preventif 8344 27384 1 PB

0 4 8

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KEJANG DEMAM DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU | Arifuddin | Healthy Tadulako 8333 27343 1 PB

0 1 13

RUP RSU ANUTAPURA PALU

0 0 2

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN TAIPA KOTA PALU | Fauziah | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9290 30354 1 PB

0 6 9

FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ULKUS KAKI DEABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSU ANUTAPURA PALU | Istiqomah | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 7928 26035 1 PB

1 4 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT UNDATA PALU TAHUN 2014 | Bangkele | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 8029 26387 1 PB

0 1 11

this PDF file ANALISIS IMPLEMENTASI PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUTAPURA KOTA PALU (Studi Pada Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu) | Sutrini | Katalogis 1 PB

0 0 13

FAKTOR RISIKO PLASENTA RINGAN PADA IBU BERSALIN DI RSU ANUTAPURA PALU

0 0 7

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM JEMBER (SCABIES RISK FACTORS IN PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM JEMBER)

0 0 5

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU

0 0 7