FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU (RISK FACTORS SCABIES AT GENERAL HOSPITAL ANUTAPURA PALU) | Arifuddin | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9274 30292 1 PB
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
September 2016
FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI RUMAH SAKIT
UMUM ANUTAPURA PALU
(RISK FACTORS SCABIES AT GENERAL HOSPITAL ANUTAPURA PALU)
Adhar Arifuddin*, Herman Kurniawan**, Fitriani***
*
**
Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
Bagian Promosi Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
kesehatan Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta KM 9, Palu, 94116, Indonesia. E-mail:
fitrianiapril1304@gmail.com
*** Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
ABSTRACT
Scabies is a contagious skin disease caused by sarcoptes scabiei and can cause skin
irritation. Globally, every year there are 300 million cases of scabies and in Indonesia
4.60% - 12.95% ranks three of the 12 most skin diseases. This study aimed to determine
the incidence of risk factors Scabies at General Hospital Anutapura Palu. The research
method uses analytic observational case control approach. Scabies is a case of patient
samples and control samples is not Scabies patients with a ratio of 1: 2. The number of
samples is 174 consisting of 58 sample cases and 116 control samples. Sampling with
accidental sampling. Data were analyzed by OR the significance limit (α = 5%). The
results showed gender (OR = 1.879 at 95%, CI 0.987 to 3.576), knowledge (OR = 1.358 at
95%, CI 0.661 to 2.791), personal hygiene (OR = 2.275 at 95%, CI 1.107 to 4.676) and
contact history (OR = 7.291 at 95%, CI 2.904 to 18.307) Scabies is a risk factor with OR>
1. Men are expected to be able to prevent the transmission of scabies , to the public in
order to increase knowledge about Scabies , improving personal hygiene and avoid
contact with the patient so as to prevent the occurrence Scabies Scabies.
Keywords: Scabies, Risk Factors
40
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
September 2016
ABSTRAK
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei
dan dapat menyebabkan iritasi kulit. Secara global setiap tahun terdapat 300 juta kasus
Scabies dan di Indonesia 4,60% - 12,95% menduduki urutan ke tiga dari 12 penyakit kulit
terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian Scabies di
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Metode penelitian menggunakan observasional
analitik dengan pendekatan case control. Sampel kasus adalah penderita Scabies dan
sampel kontrol adalah bukan penderita Scabies dengan perbandingan 1:2. Jumlah sampel
yaitu 174 yang terdiri dari 58 sampel kasus dan 116 sampel kontrol. Pengambilan sampel
dengan accidental sampling. Data dianalisis dengan uji OR pada batas kemaknaan (α=5%).
Hasil penelitian menunjukan jenis kelamin (OR = 1,879 pada 95%, CI 0,987-3,576),
pengetahuan (OR = 1,358 pada 95%, CI 0,661-2,791), personal hygiene (OR = 2,275 pada
95%, CI 1,107-4,676) dan riwayat kontak (OR = 7,291 pada 95%, CI 2,904-18,307)
merupakan faktor risiko kejadian Scabies dengan nilai OR>1. Diharapkan laki-laki untuk
dapat mencegah penularan Scabies, kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan
pengetahuan tentang Scabies, meningkatkan personal hygiene dan menghindari kontak
dengan penderita Scabies sehingga dapat mencegah kejadian Scabies.
Kata Kunci : Scabies, Faktor Risiko
Oleh karena itu, prevalensi Scabies tinggi
PENDAHULUAN
Scabies merupakan penyakit kulit
umumnya
ditemukan
di
lingkungan
menular yang disebabkan oleh sarcoptes
dengan kepadatan penghuni dan kontak
scabiei dan dapat menyebabkan iritasi
interpersonal tinggi seperti penjara, panti
kulit. Parasit ini menggali parit-parit di
asuhan, dan pondok pesantren. Namun,
dalam epidermis sehingga menimbulkan
Scabies sering diabaikan karena tidak
gata-gatal dan merusak kulit penderita.
mengancam
Penyakit
penanganannya
menyerang
Scabies
individu
pada
umumnya
yang
hidup
Scabies
jiwa
sehingga
rendah,
kronis
prioritas
sebenarnya
dan
berat
berkelompok seperti masyarakat yang
menimbulkan
tinggal ditempat padat penduduknya[1].
Scabies banyak menyerang masyarakat di
Tingginya kepadatan hunian dan
negara
komplikasi
dapat
berkembang.
berbahaya.
Faktor
yang
kontak fisik antar individu memudahkan
berperan tingginya prevalensi Scabies di
transmisi dan investasi tungau Scabies.
negara
41
berkembang
terkait
dengan
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
kemiskinan,
rendahnya
tingkat
laki)
dan
2,81
September 2016
per
1000
orang
kebersihan, akses air sulit dan kepadatan
(perempuan), dimana 1 dari 1000 orang
hunian[2].
datang ke pusat-pusat kesehatan dengan
Badan Kesehatan Dunia menganggap
keluhan gatal yang menetap[4].
penyakit Scabies sebagai pengganggu dan
Scabies merupakan penyakit kulit
perusak kesehatan. Scabies bukan hanya
endemis di wilayah beriklim tropis dan
sekedar penyakitnya orang miskin karena
subtropis,
penyakit Scabies masa kini telah merebak
selatan,
menjadi
yang
Australia selatan dan Asia. Prevalensi
menyerang semua tingkat sosial. Scabies
Scabies pada anak berusia 6 tahun di
merupakan satu dari enam penyakit kulit
daerah kumuh Bangladesh adalah 23-
terbesar yang lazim pada penduduk
29% dan Kamboja 43%. Studi di rumah
miskin, seperti dilaporkan dalam Buletin
kesejahteraan
Organisasi Kesehatan Dunia pada bulan
menunjukkan prevalensi Scabies 30%
Februari 2009, angka kejadian tertinggi
dan Timor Leste prevalensi Scabies
terdapat pada suku-suku asli di Australia,
17,3%[2]. Prevalensi Scabies di Brazil
Afrika, Amerika Selatan dan negara
(Amerika Selatan) mencapai 18%, Benin
berkembang lainnya di dunia[3].
(Afrika Barat) 28,33%, kota Enugu
penyakit
kosmopolit
Karibia,
Afrika,
Amerika
Australia
tengah,
Malaysia
tahun
2010
masalah
(Nigeria) 13,55% dan Pulau Pinang
kesehatan secara global, karena 300 juta
(Malaysia) 31%. Scabies lebih sering
kasus terjadi setiap tahunnya di dunia.
terlihat
Scabies
World
Health
merupakan
seperti
Organization
(WHO)
menyatakan Scabies merupakan salah
pada
anak
laki-laki
(50%)
dibandingkan anak perempuan (16%)[5].
Indonesia
mempunyai
prevalensi
satu dari enam penyakit parasit epidermal
Scabies cukup tinggi dan cenderung
kulit yang angka kejadiannya terbesar di
tinggi pada anak-anak sampai dewasa[6].
dunia.
hampir
Menurut data Departemen Kesehatan
mencapai 1 juta kasus per tahun. Rata-
Republik Indonesia prevalensi Scabies di
rata prevalensi
di
puskesmas seluruh Indonesia pada tahun
Inggris adalah 2,27 per 1000 orang (laki-
2008 adalah 5,6%-12,95% dan Scabies
42
Insiden
di
Amerika
kejadian
Scabies
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit
[7]
kulit tersering .
September 2016
desa Silondoa dengan 52 orang, desa
Kayulompa terdapat 29 orang, Puskesmas
Berdasarkan
data
Departemen
Batui/Bugis, Batui, Tolando, Balantang
Kesehatan kasus Scabies di Indonesia
dengan 88 orang penderita, Lawanga,
tahun 2012 sebesar 4,60-12,95% dan
Kasintuwu, Bonesompe, Tegal Rejo dan
Scabies menduduki urutan ke tiga dari 12
Madale terdapat 200 orang penderita[9].
penyakit kulit terbanyak. Masalah ini
Prevalensi penyakit Scabies di kota
dominan terjadi pada anak-anak, karena
Palu pada tahun 2012 yaitu 1066 kasus.
individu tersebut belum mampu secara
Kasus pada laki-laki yaitu 53% lebih
mandiri melakukan kebersihan diri dan
tinggi dibanding perempuan 47%. Tahun
kebersihan
Anak-anak
2013 kasus Scabies meningkat menjadi
senang bermain dengan teman-temannya
2293, lebih tinggi pada laki-laki yaitu
tanpa memperhatikan kebersihan diri,
51% dibanding perempuan 49%. Pada
sehingga
memungkinkan
tahun 2014 kasus Scabies yaitu 2527
penularan
penyakit
langsung
seperti
kurangnya
lingkungan.
terjadinya
melalui
berjabat
perhatian
kontak
kasus, pada laki-laki lebih tinggi yaitu
tangan,
53% dibanding perempuan yaitu 47%[10].
dalam
hal
membersihkan diri atau mandi, serta
[3]
bermain di area yang kurang bersih .
Berdasarkan
survei
pendahuluan
yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Anutapura
Palu,
menunjukan
bahwa
Kasus Scabies di Sulawesi Tengah
Scabies merupakan salah satu penyakit
tahun 2012 berdasarkan data profil dinas
yang masuk 10 besar di bagian Poliklinik
kesehatan yaitu 655 kasus dengan Case
Kulit
Fatality Rate (CFR) 0,2% dan pernah
menduduki urutan pertama dari tahun
terjadi 1 kasus kematian Scabies[8]. Pada
2012 sampai dengan tahun 2014. Jumlah
tahun 2013 kasus Scabies di Sulawesi
kasus Scabies pada tahun 2012 yaitu 236
Tengah yaitu 3779 kasus dan berdasarkan
kasus (32,8%), tahun 2013 yaitu 327
tabel lampiran profil dinas kesehatan
kasus (47,2%) dan tahun 2014 yaitu 290
Propinsi Sulawesi Tengah telah terjadi
(41,1%)[11].
dan
Kelamin.
Scabies
selalu
Kejadian Luar Biasa (KLB) Scabies di
43
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
Scabies berhubungan dengan jenis
kelamin, yaitu prevalensinya lebih tinggi
sebanyak 20,6% dan tidak menderita
Scabies sebanyak 20,6%.
pada laki-laki dan laki-laki lebih berisiko
terinvestasi
dibandingkan
Scabies
September 2016
Riwayat kontak merupakan salah
satu
variabel
yang
mempengaruhi
perempuan. Prevalensi Scabies pada laki-
kejadian Scabies, dimana pada kelompok
laki (57,4%) lebih tinggi dibandingkan
kasus, 96,2% diantaranya pernah kontak
perempuan
(42,9%)[2].
Pengetahuan
dengan penderita Scabies dan 3,8% orang
merupakan salah satu faktor penyebab
tidak pernah kontak dengan penderita
Scabies,
terutama
yang
Scabies, tetapi menderita Scabies. Kontak
memiliki
pengetahuan
Hasil
dengan penderita Scabies berisiko tertular
(2014),
Scabies 48 kali dibandingkan mereka
penelitian
seseorang
kurang.
Setyowati
menunjukkan bahwa responden yang
yang
tidak
[14]
ada
kontak
dengan
memiliki pengetahuan kurang tentang
penderita
penyakit Scabies yaitu sebanyak 74,5%,
penyakit Scabies yang masih tinggi maka
sedangkan yang memiliki pengetahuan
penulis
baik sebanyak 19,7%.
penelitian
Personal hygiene merupakan faktor
. Berdasarkan data kejadian
tertarik
di
untuk
Rumah
melakukan
Sakit
Umum
Anutapura Palu.
yang berperan dalam penularan Scabies.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
METODE PENELITIAN
oleh Ria (2014) menunjukkan bahwa
Jenis
penelitian
yang digunakan
terdapat 58,7% orang memiliki personal
dalam penelitian ini adalah penelitian
hygiene kurang dan 41,3% orang dengan
epidemiologi
personal hygiene cukup. Terdapat 37
dengan pendekatan case control study
orang dengan hygiene perorangan kurang
(Kasus
yang menderita Scabies sebanyak 49,2%
dilaksanakan di bagian Poliklinik Kulit
dan tidak menderita Scabies sebanyak
dan
9,5%, dari 26 orang dengan hygiene
Anutapura Palu pada bulan Mei sampai
perorangan cukup menderita Scabies
dengan Juni tahun 2015. Populasi dalam
observasional
kontrol).
Kelamin
Rumah
analitik
Penelitian
Sakit
ini
Umum
penelitian ini adalah seluruh pasien rawat
44
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
jalan
yang
berkunjung
di
September 2016
bagian
responden (37,9%) dibanding kelompok
Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah
kontrol yaitu 62 responden (53,4%).
Sakit Umum Anutapura Palu. Besar
Hasil uji statistik didapat nilai OR yaitu
sampel minimal pada penelitian ini
1,879 pada CI 95% (0,987-3,576), artinya
adalah sebanyak 58 reponden untuk
risiko jenis kelamin laki-laki untuk
kelompok kasus dan 116 responden untuk
menderita Scabies adalah 1,879 kali lebih
kelompok kontrol dengan perbandingan 1
besar
: 2 dan total keseluruhan 174 responden.
namun tidak signifikan.
dibanding
dengan
perempuan,
Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara sampling Aksidental (accidental
Risiko Pengetahuan Terhadap Scabies
sampling) yaitu siapa saja yang secara
Berdasarkan hasil analisis bivariat
kebetulan bertemu dengan peneliti, dapat
pada tabel 1 diperoleh responden yang
digunakan
bila
mempunyai pengetahuan kurang lebih
dipandang orang yang kebetulan ditemui
banyak pada kelompok kasus yaitu 44
cocok sebagai sumber data. Setiap sampel
responden
dipilih
sebagai
kelompok kontrol yaitu 81 responden
matching, dengan umur yang ditentukan,
(69,8%). Responden yang mempunyai
sampai
pengetahuan cukup lebih sedikit pada
sebagai
berdasarkan
besar
sampel,
umur
sampel
dibutuhkan
terpenuhi.
(75,9%)
dibanding
pada
kelompok kasus yaitu 14 responden
(24,1%) dibanding kelompok kontrol
HASIL PENELITIAN
yaitu 35 responden (30,2%). Hasil uji
Risiko Jenis Kelamin TerhadapScabies
statistik didapat nilai OR yaitu 1,358
Berdasarkan hasil analisis bivariat
pada CI 95% (0,661-2,791), artinya risiko
pada tabel 1 diperoleh responden laki-laki
responden dengan pengetahuan kurang
lebih banyak pada kelompok kasus yaitu
untuk menderita Scabies adalah 1,358
36 responden (62,1%) dibanding pada
kali lebih besar dibanding
kelompok kontrol yaitu 54 responden
dengan pengetahuannya cukup, namun
(46,6%). Responden perempuan pada
tidak signifikan.
responden
kelompok kasus lebih sedikit yaitu 22
45
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
September 2016
Risiko Personal Hygiene Terhadap
lebih sedikit pada kelompok kasus yaitu 6
Scabies
responden (10,3%) dibanding kelompok
Berdasarkan hasil analisis bivariat
kontrol yaitu 53 responden (45,7%).
pada tabel 1, diperoleh responden yang
Hasil uji statistik didapat nilai OR yaitu
mempunyai personal hygiene kurang,
7,291 pada CI 95% (2,904-18,307),
lebih banyak pada kelompok kasus yaitu
artinya risiko responden dengan riwayat
45
dibanding
kontak untuk menderita Scabies adalah
kelompok kontrol yaitu 70 responden
7,291 kali lebih besar dibanding dengan
(60,3%). Responden yang mempunyai
responden yang tidak mempunyai riwayat
personal hygiene cukup lebih sedikit
kontak dan signifikan.
responden
(77,6%)
pada kelompok kasus yaitu 13 responden
(22,4%) dibanding kelompok kontrol
yaitu 46 responden (39,7%). Hasil uji
statistik didapat nilai OR yaitu 2,275
pada CI 95% (1,107-4676), artinya risiko
responden
dengan
personal
hygiene
kurang untuk menderita Scabies adalah
2,275
kali
responden
lebih
besar
dengan
dibanding
personal
Riwayat
Kontak
Risiko Jenis Kelamin Terhadap
Scabies
hygiene
cukup dan signifikan.
Risiko
PEMBAHASAN
Jenis kelamin merupakan salah satu
determinan yang mempengaruhi kejadian
Terhadap
Scabies
Berdasarkan hasil analisis bivariat
pada tabel 1, diperoleh responden yang
mempunyai riwayat kontak lebih banyak
pada kelompok kasus yaitu 52 responden
(89,7%) dibanding kelompok kontrol
yaitu 63 responden (54,3%). Responden
Scabies. Hasil uji statistik diperoleh nilai
Odds Ratio (OR) yaitu 1,879 lebih besar
dari 1, hal ini menunjukan bahwa jenis
kelamin merupakan faktor risiko kejadian
Scabies atau laki-laki berisiko 1,879 kali
lebih
besar
menderita
Scabies
dibandingkan perempuan. Nilai lower
limit dari uji statistik yaitu 0,987 dan
yang tidak mempunyai riwayat kontak
46
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
September 2016
upper limit yaitu 3,576, karena nilai
kejadian Scabies dengan nilai chi-square
lower limit
September 2016
FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI RUMAH SAKIT
UMUM ANUTAPURA PALU
(RISK FACTORS SCABIES AT GENERAL HOSPITAL ANUTAPURA PALU)
Adhar Arifuddin*, Herman Kurniawan**, Fitriani***
*
**
Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
Bagian Promosi Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
kesehatan Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta KM 9, Palu, 94116, Indonesia. E-mail:
fitrianiapril1304@gmail.com
*** Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
ABSTRACT
Scabies is a contagious skin disease caused by sarcoptes scabiei and can cause skin
irritation. Globally, every year there are 300 million cases of scabies and in Indonesia
4.60% - 12.95% ranks three of the 12 most skin diseases. This study aimed to determine
the incidence of risk factors Scabies at General Hospital Anutapura Palu. The research
method uses analytic observational case control approach. Scabies is a case of patient
samples and control samples is not Scabies patients with a ratio of 1: 2. The number of
samples is 174 consisting of 58 sample cases and 116 control samples. Sampling with
accidental sampling. Data were analyzed by OR the significance limit (α = 5%). The
results showed gender (OR = 1.879 at 95%, CI 0.987 to 3.576), knowledge (OR = 1.358 at
95%, CI 0.661 to 2.791), personal hygiene (OR = 2.275 at 95%, CI 1.107 to 4.676) and
contact history (OR = 7.291 at 95%, CI 2.904 to 18.307) Scabies is a risk factor with OR>
1. Men are expected to be able to prevent the transmission of scabies , to the public in
order to increase knowledge about Scabies , improving personal hygiene and avoid
contact with the patient so as to prevent the occurrence Scabies Scabies.
Keywords: Scabies, Risk Factors
40
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
September 2016
ABSTRAK
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei
dan dapat menyebabkan iritasi kulit. Secara global setiap tahun terdapat 300 juta kasus
Scabies dan di Indonesia 4,60% - 12,95% menduduki urutan ke tiga dari 12 penyakit kulit
terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian Scabies di
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Metode penelitian menggunakan observasional
analitik dengan pendekatan case control. Sampel kasus adalah penderita Scabies dan
sampel kontrol adalah bukan penderita Scabies dengan perbandingan 1:2. Jumlah sampel
yaitu 174 yang terdiri dari 58 sampel kasus dan 116 sampel kontrol. Pengambilan sampel
dengan accidental sampling. Data dianalisis dengan uji OR pada batas kemaknaan (α=5%).
Hasil penelitian menunjukan jenis kelamin (OR = 1,879 pada 95%, CI 0,987-3,576),
pengetahuan (OR = 1,358 pada 95%, CI 0,661-2,791), personal hygiene (OR = 2,275 pada
95%, CI 1,107-4,676) dan riwayat kontak (OR = 7,291 pada 95%, CI 2,904-18,307)
merupakan faktor risiko kejadian Scabies dengan nilai OR>1. Diharapkan laki-laki untuk
dapat mencegah penularan Scabies, kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan
pengetahuan tentang Scabies, meningkatkan personal hygiene dan menghindari kontak
dengan penderita Scabies sehingga dapat mencegah kejadian Scabies.
Kata Kunci : Scabies, Faktor Risiko
Oleh karena itu, prevalensi Scabies tinggi
PENDAHULUAN
Scabies merupakan penyakit kulit
umumnya
ditemukan
di
lingkungan
menular yang disebabkan oleh sarcoptes
dengan kepadatan penghuni dan kontak
scabiei dan dapat menyebabkan iritasi
interpersonal tinggi seperti penjara, panti
kulit. Parasit ini menggali parit-parit di
asuhan, dan pondok pesantren. Namun,
dalam epidermis sehingga menimbulkan
Scabies sering diabaikan karena tidak
gata-gatal dan merusak kulit penderita.
mengancam
Penyakit
penanganannya
menyerang
Scabies
individu
pada
umumnya
yang
hidup
Scabies
jiwa
sehingga
rendah,
kronis
prioritas
sebenarnya
dan
berat
berkelompok seperti masyarakat yang
menimbulkan
tinggal ditempat padat penduduknya[1].
Scabies banyak menyerang masyarakat di
Tingginya kepadatan hunian dan
negara
komplikasi
dapat
berkembang.
berbahaya.
Faktor
yang
kontak fisik antar individu memudahkan
berperan tingginya prevalensi Scabies di
transmisi dan investasi tungau Scabies.
negara
41
berkembang
terkait
dengan
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
kemiskinan,
rendahnya
tingkat
laki)
dan
2,81
September 2016
per
1000
orang
kebersihan, akses air sulit dan kepadatan
(perempuan), dimana 1 dari 1000 orang
hunian[2].
datang ke pusat-pusat kesehatan dengan
Badan Kesehatan Dunia menganggap
keluhan gatal yang menetap[4].
penyakit Scabies sebagai pengganggu dan
Scabies merupakan penyakit kulit
perusak kesehatan. Scabies bukan hanya
endemis di wilayah beriklim tropis dan
sekedar penyakitnya orang miskin karena
subtropis,
penyakit Scabies masa kini telah merebak
selatan,
menjadi
yang
Australia selatan dan Asia. Prevalensi
menyerang semua tingkat sosial. Scabies
Scabies pada anak berusia 6 tahun di
merupakan satu dari enam penyakit kulit
daerah kumuh Bangladesh adalah 23-
terbesar yang lazim pada penduduk
29% dan Kamboja 43%. Studi di rumah
miskin, seperti dilaporkan dalam Buletin
kesejahteraan
Organisasi Kesehatan Dunia pada bulan
menunjukkan prevalensi Scabies 30%
Februari 2009, angka kejadian tertinggi
dan Timor Leste prevalensi Scabies
terdapat pada suku-suku asli di Australia,
17,3%[2]. Prevalensi Scabies di Brazil
Afrika, Amerika Selatan dan negara
(Amerika Selatan) mencapai 18%, Benin
berkembang lainnya di dunia[3].
(Afrika Barat) 28,33%, kota Enugu
penyakit
kosmopolit
Karibia,
Afrika,
Amerika
Australia
tengah,
Malaysia
tahun
2010
masalah
(Nigeria) 13,55% dan Pulau Pinang
kesehatan secara global, karena 300 juta
(Malaysia) 31%. Scabies lebih sering
kasus terjadi setiap tahunnya di dunia.
terlihat
Scabies
World
Health
merupakan
seperti
Organization
(WHO)
menyatakan Scabies merupakan salah
pada
anak
laki-laki
(50%)
dibandingkan anak perempuan (16%)[5].
Indonesia
mempunyai
prevalensi
satu dari enam penyakit parasit epidermal
Scabies cukup tinggi dan cenderung
kulit yang angka kejadiannya terbesar di
tinggi pada anak-anak sampai dewasa[6].
dunia.
hampir
Menurut data Departemen Kesehatan
mencapai 1 juta kasus per tahun. Rata-
Republik Indonesia prevalensi Scabies di
rata prevalensi
di
puskesmas seluruh Indonesia pada tahun
Inggris adalah 2,27 per 1000 orang (laki-
2008 adalah 5,6%-12,95% dan Scabies
42
Insiden
di
Amerika
kejadian
Scabies
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit
[7]
kulit tersering .
September 2016
desa Silondoa dengan 52 orang, desa
Kayulompa terdapat 29 orang, Puskesmas
Berdasarkan
data
Departemen
Batui/Bugis, Batui, Tolando, Balantang
Kesehatan kasus Scabies di Indonesia
dengan 88 orang penderita, Lawanga,
tahun 2012 sebesar 4,60-12,95% dan
Kasintuwu, Bonesompe, Tegal Rejo dan
Scabies menduduki urutan ke tiga dari 12
Madale terdapat 200 orang penderita[9].
penyakit kulit terbanyak. Masalah ini
Prevalensi penyakit Scabies di kota
dominan terjadi pada anak-anak, karena
Palu pada tahun 2012 yaitu 1066 kasus.
individu tersebut belum mampu secara
Kasus pada laki-laki yaitu 53% lebih
mandiri melakukan kebersihan diri dan
tinggi dibanding perempuan 47%. Tahun
kebersihan
Anak-anak
2013 kasus Scabies meningkat menjadi
senang bermain dengan teman-temannya
2293, lebih tinggi pada laki-laki yaitu
tanpa memperhatikan kebersihan diri,
51% dibanding perempuan 49%. Pada
sehingga
memungkinkan
tahun 2014 kasus Scabies yaitu 2527
penularan
penyakit
langsung
seperti
kurangnya
lingkungan.
terjadinya
melalui
berjabat
perhatian
kontak
kasus, pada laki-laki lebih tinggi yaitu
tangan,
53% dibanding perempuan yaitu 47%[10].
dalam
hal
membersihkan diri atau mandi, serta
[3]
bermain di area yang kurang bersih .
Berdasarkan
survei
pendahuluan
yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Anutapura
Palu,
menunjukan
bahwa
Kasus Scabies di Sulawesi Tengah
Scabies merupakan salah satu penyakit
tahun 2012 berdasarkan data profil dinas
yang masuk 10 besar di bagian Poliklinik
kesehatan yaitu 655 kasus dengan Case
Kulit
Fatality Rate (CFR) 0,2% dan pernah
menduduki urutan pertama dari tahun
terjadi 1 kasus kematian Scabies[8]. Pada
2012 sampai dengan tahun 2014. Jumlah
tahun 2013 kasus Scabies di Sulawesi
kasus Scabies pada tahun 2012 yaitu 236
Tengah yaitu 3779 kasus dan berdasarkan
kasus (32,8%), tahun 2013 yaitu 327
tabel lampiran profil dinas kesehatan
kasus (47,2%) dan tahun 2014 yaitu 290
Propinsi Sulawesi Tengah telah terjadi
(41,1%)[11].
dan
Kelamin.
Scabies
selalu
Kejadian Luar Biasa (KLB) Scabies di
43
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
Scabies berhubungan dengan jenis
kelamin, yaitu prevalensinya lebih tinggi
sebanyak 20,6% dan tidak menderita
Scabies sebanyak 20,6%.
pada laki-laki dan laki-laki lebih berisiko
terinvestasi
dibandingkan
Scabies
September 2016
Riwayat kontak merupakan salah
satu
variabel
yang
mempengaruhi
perempuan. Prevalensi Scabies pada laki-
kejadian Scabies, dimana pada kelompok
laki (57,4%) lebih tinggi dibandingkan
kasus, 96,2% diantaranya pernah kontak
perempuan
(42,9%)[2].
Pengetahuan
dengan penderita Scabies dan 3,8% orang
merupakan salah satu faktor penyebab
tidak pernah kontak dengan penderita
Scabies,
terutama
yang
Scabies, tetapi menderita Scabies. Kontak
memiliki
pengetahuan
Hasil
dengan penderita Scabies berisiko tertular
(2014),
Scabies 48 kali dibandingkan mereka
penelitian
seseorang
kurang.
Setyowati
menunjukkan bahwa responden yang
yang
tidak
[14]
ada
kontak
dengan
memiliki pengetahuan kurang tentang
penderita
penyakit Scabies yaitu sebanyak 74,5%,
penyakit Scabies yang masih tinggi maka
sedangkan yang memiliki pengetahuan
penulis
baik sebanyak 19,7%.
penelitian
Personal hygiene merupakan faktor
. Berdasarkan data kejadian
tertarik
di
untuk
Rumah
melakukan
Sakit
Umum
Anutapura Palu.
yang berperan dalam penularan Scabies.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
METODE PENELITIAN
oleh Ria (2014) menunjukkan bahwa
Jenis
penelitian
yang digunakan
terdapat 58,7% orang memiliki personal
dalam penelitian ini adalah penelitian
hygiene kurang dan 41,3% orang dengan
epidemiologi
personal hygiene cukup. Terdapat 37
dengan pendekatan case control study
orang dengan hygiene perorangan kurang
(Kasus
yang menderita Scabies sebanyak 49,2%
dilaksanakan di bagian Poliklinik Kulit
dan tidak menderita Scabies sebanyak
dan
9,5%, dari 26 orang dengan hygiene
Anutapura Palu pada bulan Mei sampai
perorangan cukup menderita Scabies
dengan Juni tahun 2015. Populasi dalam
observasional
kontrol).
Kelamin
Rumah
analitik
Penelitian
Sakit
ini
Umum
penelitian ini adalah seluruh pasien rawat
44
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
jalan
yang
berkunjung
di
September 2016
bagian
responden (37,9%) dibanding kelompok
Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah
kontrol yaitu 62 responden (53,4%).
Sakit Umum Anutapura Palu. Besar
Hasil uji statistik didapat nilai OR yaitu
sampel minimal pada penelitian ini
1,879 pada CI 95% (0,987-3,576), artinya
adalah sebanyak 58 reponden untuk
risiko jenis kelamin laki-laki untuk
kelompok kasus dan 116 responden untuk
menderita Scabies adalah 1,879 kali lebih
kelompok kontrol dengan perbandingan 1
besar
: 2 dan total keseluruhan 174 responden.
namun tidak signifikan.
dibanding
dengan
perempuan,
Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara sampling Aksidental (accidental
Risiko Pengetahuan Terhadap Scabies
sampling) yaitu siapa saja yang secara
Berdasarkan hasil analisis bivariat
kebetulan bertemu dengan peneliti, dapat
pada tabel 1 diperoleh responden yang
digunakan
bila
mempunyai pengetahuan kurang lebih
dipandang orang yang kebetulan ditemui
banyak pada kelompok kasus yaitu 44
cocok sebagai sumber data. Setiap sampel
responden
dipilih
sebagai
kelompok kontrol yaitu 81 responden
matching, dengan umur yang ditentukan,
(69,8%). Responden yang mempunyai
sampai
pengetahuan cukup lebih sedikit pada
sebagai
berdasarkan
besar
sampel,
umur
sampel
dibutuhkan
terpenuhi.
(75,9%)
dibanding
pada
kelompok kasus yaitu 14 responden
(24,1%) dibanding kelompok kontrol
HASIL PENELITIAN
yaitu 35 responden (30,2%). Hasil uji
Risiko Jenis Kelamin TerhadapScabies
statistik didapat nilai OR yaitu 1,358
Berdasarkan hasil analisis bivariat
pada CI 95% (0,661-2,791), artinya risiko
pada tabel 1 diperoleh responden laki-laki
responden dengan pengetahuan kurang
lebih banyak pada kelompok kasus yaitu
untuk menderita Scabies adalah 1,358
36 responden (62,1%) dibanding pada
kali lebih besar dibanding
kelompok kontrol yaitu 54 responden
dengan pengetahuannya cukup, namun
(46,6%). Responden perempuan pada
tidak signifikan.
responden
kelompok kasus lebih sedikit yaitu 22
45
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
September 2016
Risiko Personal Hygiene Terhadap
lebih sedikit pada kelompok kasus yaitu 6
Scabies
responden (10,3%) dibanding kelompok
Berdasarkan hasil analisis bivariat
kontrol yaitu 53 responden (45,7%).
pada tabel 1, diperoleh responden yang
Hasil uji statistik didapat nilai OR yaitu
mempunyai personal hygiene kurang,
7,291 pada CI 95% (2,904-18,307),
lebih banyak pada kelompok kasus yaitu
artinya risiko responden dengan riwayat
45
dibanding
kontak untuk menderita Scabies adalah
kelompok kontrol yaitu 70 responden
7,291 kali lebih besar dibanding dengan
(60,3%). Responden yang mempunyai
responden yang tidak mempunyai riwayat
personal hygiene cukup lebih sedikit
kontak dan signifikan.
responden
(77,6%)
pada kelompok kasus yaitu 13 responden
(22,4%) dibanding kelompok kontrol
yaitu 46 responden (39,7%). Hasil uji
statistik didapat nilai OR yaitu 2,275
pada CI 95% (1,107-4676), artinya risiko
responden
dengan
personal
hygiene
kurang untuk menderita Scabies adalah
2,275
kali
responden
lebih
besar
dengan
dibanding
personal
Riwayat
Kontak
Risiko Jenis Kelamin Terhadap
Scabies
hygiene
cukup dan signifikan.
Risiko
PEMBAHASAN
Jenis kelamin merupakan salah satu
determinan yang mempengaruhi kejadian
Terhadap
Scabies
Berdasarkan hasil analisis bivariat
pada tabel 1, diperoleh responden yang
mempunyai riwayat kontak lebih banyak
pada kelompok kasus yaitu 52 responden
(89,7%) dibanding kelompok kontrol
yaitu 63 responden (54,3%). Responden
Scabies. Hasil uji statistik diperoleh nilai
Odds Ratio (OR) yaitu 1,879 lebih besar
dari 1, hal ini menunjukan bahwa jenis
kelamin merupakan faktor risiko kejadian
Scabies atau laki-laki berisiko 1,879 kali
lebih
besar
menderita
Scabies
dibandingkan perempuan. Nilai lower
limit dari uji statistik yaitu 0,987 dan
yang tidak mempunyai riwayat kontak
46
Adhar Arifuddin, Herman Kurniawan, & Fitriani, Faktor Resiko Kejadian Scabies ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 3
September 2016
upper limit yaitu 3,576, karena nilai
kejadian Scabies dengan nilai chi-square
lower limit