FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ULKUS KAKI DEABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSU ANUTAPURA PALU | Istiqomah | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 7928 26035 1 PB

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

Mei 2014

FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ULKUS KAKI DEABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
DI RSU ANUTAPURA PALU
OLEH :
Istiqomah*, Asri Ahram Efendi**
*
**

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan,
Universitas Tadulako
Bagian Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako
ABSTRAK

Angka kejadian Diabetes Melitus (DM) di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun
dan akan mencapai angka 21,3 juta orang pada tahun 2030. Sulawesi Tengah masuk dalam 17 provinsi
dengan prevalensi DM di atas prevalensi nasional. Ulkus Kaki Diabetik (UKD) merupakan komplikasi
kronik yang paling sering ditemui pada pasien DM, menyebabkan satu juta amputasi pada penyandang

DM setiap tahunnya atau 1 kasus setiap 30 detik di seluruh dunia. Hal inilah yang melatarbelakangi
penulis untuk melakukan penelitian terkait faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian UKD di
RSU Anutapura Palu.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan
terhadap kejadian ulkus kaki diabetik di RSU Anutapura Palu
Desain penelitian menggunakan Cross Sectional dengan sampel penelitian sebanyak 54 orang,
menggunakan sumber data primer (kuesioner) dan rekam medis RSU Anutapura Palu tahun 2013 yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan secara
Accidental Sampling. Olahan data ini dilakukan dengan cara editing, coding, entry dan tabulating ,
dengan penggunaan software SPSS versi 15.Uji hipotesis atau analisis bivariat menggunakan uji chi
square dan untuk mendapatkan faktor risiko yang mempunyai hubungan paling erat dengan kejadian
ulkus kaki diabetik maka digunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda dengan
metode backward wald .
Uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan program SPSS versi 15. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia (p = 0,012),lama menderita DM (p = 0,020),
hipertensi (p = 0,007), hiperglikemia (p=0,006) , obesitas (p = 0,027), dan merokok ( p = 0,037)
dengan kejadian UKD. Dengan menggunakan uji regresi logistik berganda metode backward wald ,
dari semua variabel independen, tidak ditemukan faktor risiko yang mempunyai pengaruh paling besar
terhadap kejadian UKD.
Terdapat enam variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian UKD,

yaitu usia, lama menderita DM, hipertensi, hiperglikemia, obesitas dan merokok. Namun dari enam
variabel tersebut tidak ditemukan faktor risiko yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap
kejadian UKD.
Kata kunci : Faktor risiko, Diabetes Melitus, Ulkus Kaki Diabetik

1

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

A.

Mei 2014

diabetes setiap tahunnya, yang berarti setiap

PENDAHULUAN

30 detik ada kasus amputasi kaki karena

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada

diabetik di seluruh dunia (Lesmana, 2010).

tahun 2030 prevalensi diabetes melitus (DM)
di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.
Sedangkan

hasil

Riset

Kesehatan

Dasar

(Riskesdas) tahun 2007, diperoleh hasil bahwa
proporsi penyebab kematian akibat DM pada
kelompok


usia

45-54

tahun

di

daerah

perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu
14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki
ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes RI, 2012).
Prevalensi

nasional

penyakit

diabetes


melitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 17
provinsi

mempunyai

prevalensi

penyakit

diabetes melitus di atas prevalensi nasional,
yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan
Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Gorontalo, dan Papua Barat.
Diabetes


melitus

memiliki

Kaki diabetik adalah infeksi, ulserasi, dan
atau destruksi jaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit
vaskuler

perifer

pada

tungkai

bawah.

Hiperglikemia pada DM yang tidak dikelola
dengan baik akan menimbulkan berbagai

komplikasi kronis yaitu neuropati perifer dan
angiopati. Dengan adanya angiopati perifer
dan

neuropati,

trauma

ringan

dapat

menimbulkan ulkus pada penderita DM. Ulkus
DM

mudah

terinfeksi

karena


respons

kekebalan tubuh pada penderita DM biasanya
menurun. Ketidaktahuan pasien dan keluarga
membuat ulkus bertambah parah dan menjadi
gangren yang terinfeksi (Decroli et al, 2008).
Komplikasi

kaki

diabetik

merupakan

penyebab tersering dilakukannya amputasi
yang didasari oleh kejadian non traumatik.
Risiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada
penderita DM dibandingkan dengan non-DM.
Komplikasi akibat kaki diabetik menyebabkan


berbagai

macam komplikasi kronik dan yang paling
sering ditemui adalah kaki diabetik. Insiden
ulkus diabetik setiap tahunnya adalah 2% di
antara semua pasien dengan diabetes dan 5 –
7,5% di antara pasien diabetes dengan
neuropati perifer. Meningkatnya prevalensi
diabetes di dunia menyebabkan peningkatan
kasus amputasi kaki karena komplikasinya.
Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu

lama rawat penderita DM menjadi lebih
panjang. Lebih dari 25% penderita DM yang
dirawat adalah akibat kaki diabetik (Decroli et
al, 2008).

Pada survey awal yang penulis lakukan di
beberapa rumah sakit dengan melihat rekam

medis dan melihat buku registrasi, tercatat
kejadian terbanyak yaitu di poliklinik bagian
bedah RSU Anutapura. Tercatat pasien yang
berobat untuk keluhan kaki diabetik sepanjang

juta amputasi dilakukan pada penyandang

2

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

periode bulan September – Desember 2012

Mei 2014

Sampel dan Teknik Sampling

adalah sebanyak 50 pasien.

Teknik penggunaan sampel kali ini yaitu
B.

dengan menggunakan metode Accidental atau

METODE PENELITIAN

Convenience

sampling ,

sampel

diambil

berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa

Lokasi dan Waktu Penelitian

saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan
Penelitian

ini

dilaksanakan

di

RSU

Anutapura, Jl. Kangkung No.1, Palu, Sulawesi
Tengah dan bertempat di rumah pasien yang
datang berobat namun tidak sempat bertemu
dengan peneliti. Waktu pelaksanaan pada
penelitian ini yaitu pada tanggal 30 April-26
Juni 2013.

peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya,
maka orang tersebut dapat dijadikan sampel.
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus

proporsi

binomunal

(binomunal

proportions) dengan besar sampel populasi

(N) yang diketahui. Sehingga rumus yang
digunakan sebagai berikut :

Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah analitik, bertujuan untuk

Keterangan

mengetahui hubungan antara variabel dengan

n

: Jumlah sampel penelitian

analisis

N

: Jumlah populasi

terhadap

menggunakan

data.

Penelitian

ini

pendekatan cross sectional.

: Standar skor derajat kemaknaan

Metode penelitian ini dapat mencari hubungan

(

sehingga nilai

antara variabel bebas (faktor resiko) dengan
variabel tergantung (efek) dengan melakukan
ukuran sesaat (Sastroasmoro et al, 2011).
Populasi Penelitian

p

: Dugaan proporsi (0,21)

q

: (1-p)

d

: 10% atau 0,1 (kesalahan maksimum
yang diperoleh) (Lemeshow & David,

Populasi target merupakan seluruh pasien DM

1997)

yang sedang rawat jalan dan rawat inap RSU
Anutapura

Palu.

Populasi

terjangkau

merupakan pasien DM yang sedang rawat
jalan dan rawat inap di RSU Anutapura Palu
pada minggu ketiga April sampai dengan
minggu ketiga Juni 2013.

3

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

Perhitungan besar sampel menurut rumus di

Mei 2014

Teknik Pengumpulan Data

atas adalah :
Teknik dalam pengumpulan data dilakukan
melalui pengisian kusioner terpimpin dengan
wawancara dan pemeriksaan fisik berupa
pengukuran tinggi dan berat badan responden.
Pengukuran berat dan tinggi badan oleh
peneliti dan didampingi oleh perawat. Jawaban
subjek dan data pemeriksaan fisik kemudian
ditabulasikan hasilnya dan setiap faktor risiko
= 54 pasien.

dianalisis hingga diperoleh prevalensi setiap
faktor risiko terhadap kaki diabetik pada

Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah
sampel sebanyak 54 pasien.

penderita DM.
1.

Sumber Data
Sumber data dalam penelitian yaitu

Kriteria Restriksi

data
Pemilihan sampel menggunakan kriteria

primer

wawancara

inklusi dan ekslusi, yaitu:

berupa
yang

kuesioner

dilakukan

dan
secara

langsung pada subjek penelitian dan data
sekunder berupa status/rekam medik

1. Kriteria inklusi:

untuk melihat tanda vital dan hasil
a.

Pasien penderita diabetes mellitus
yang sedang rawat jalan dan rawat

b.

laboratorium
2.

Alat dan Bahan

inap di RSU Anutapura Palu di bulan

Alat yang digunakan pada penelitian kali

April-Juni

ini adalah:

2013

yang

telah

didiagnosis oleh dokter menderita

a. Alat tulis

DM.

b. Kuesioner

Pasien berdomisili di kota Palu.

c. Rekam medik

2. Kriteria eksklusi:

d. Microtoise, merupakan alat pengukur
tinggi badan dalam satuan cm yang

a.

Kondisi pasien yang bersangkutan

dimaksudkan

untuk

mendapatkan

tidak kooperatif untuk ikut serta

data tinggi badan semua responden

dalam penelitian.

untuk keperluan menghitung IMT.
Microtoise dengan kapasitas ukur 2

meter dan ketelitian 0,1 cm.

4

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

e. Timbangan berat badan

lebih

besar

(ke

bawah).

Timbangan untuk pengukuran berat

Pembacaan dilakukan tepat di

badan

depan angka (skala) pada garis

dimaksudkan

mendapatkan

data berat badan untuk keperluan

merah,

menghitung

petugas.

IMT.

Merk

yang

digunakan adalah Camry Tipe 2015
dengan

kapasitas

120

kg

sejajar

dengan

mata

8) Apabila pengukur lebih rendah

dan

dari yang diukur, pengukur harus

ketelitian 1 kg.
3.

Mei 2014

berdiri di atas bangku agar hasil
pembacaannya benar.

Langkah Kerja
a. Pengukuran tinggi badan:

9) Pencatatan

1) Minta pasien melepaskan alas

ketelitian

dilakukan
sampai

1

koma

(0,1

dengan
angka

kaki (sandal/sepatu), topi (penutup

dibelakang

kepala) dan asesori lain yang bisa

Contoh 157,3 cm; 160,0 cm;

mempengaruhi hasil pengukuran.

163,9 cm. (Penuntun Skill Lab

2) Pastikan alat geser berada di

Pengukuran

posisi atas.

cm).

Antropometri

Universitas Andalas, 2012).

3) Pasien diminta berdiri tegak,
persis di bawah alat geser.
4) Posisi kepala dan bahu bagian
belakang (punggung), pantat, betis
dan tumit menempel pada dinding
tempat Microtoise dipasang.
5) Pandangan lurus ke depan, dan
tangan dalam posisi tergantung
Gambar 3.1 Posisi Tubuh Respon

bebas.
6) Gerakan

alat

geser

Ketika Pengukuran

sampai

menyentuh bagian atas kepala

Sumber: Penuntun Skill Lab Pengukuran

pasien. Pastikan alat geser berada

Antropometri Universitas

tepat di tengah kepala pasien.

Andalas, 2012; 9.

Dalam

keadaan

ini

bagian

belakang alat geser harus tetap
menempel pada dinding.
7) Baca angka tinggi badan pada

b.

Pengukuran Berat Badan:
1) Menyiapkan timbangan pastikan
jarum berada pada angka 0

jendela baca ke arah angka yang

5

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

2) Responden diminta naik ke alat

2. Coding,

yaitu

Mei 2014

memberikan

kode-kode

timbang dengan posisi kaki tepat

untuk memudahkan proses pengolahan

di tengah alat timbang tetapi tidak

data.

menutupi jendela baca .

3. Entry, memasukkan data untuk diolah

3) Perhatikan posisi kaki responden
tepat di tengah alat timbang, sikap

menggunakan komputer.
4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data

tenang (jangan bergerak-gerak)

sesuai variabel yang akan diteliti.

dan

Penyusunan

kepala

tidak

menunduk

(memandang lurus kedepan)
4) Angka

di

kaca

jendela

alat

dapat dijumlah, di susun, dan ditata untuk di
sajikan dianalisis.

5) Catat angka yang terakhir dan

Teknik Analisa Data

isikan pada kolom: berat badan
pada formulir

Data yang telah terkumpul kemudian
dianalisis

6) Minta responden turun dari alat
timbang

dengan

menggunakan

program

SPSS v.15.0
1.

Analisis univariat

7) Alat timbang akan kembali ke

Analisis

angka 0.

persentase)
menimbang

merupakan

pengorganisasian data agar dengan mudah

timbang akan muncul

8) Untuk

data

responden

menggambarkan

univariat

(analisis

dilakukan

untuk

distribusi

frekuensi

berikutnya, ulangi prosedur 1 - 7.

masing-masing,

Demikian pula untuk responden

(independen), variabel terikat (dependen)

berikutnya (Riset kesehatan dasar,

maupun

2007).

responden.
2.

variabel

deskripsi

bebas

karakteristik

Analisis bivariat
Analisis

Pengelolaan Data

baik

bivariat

untuk

menilai

Kegiatan dalam proses pengelohan

hubungan antara variable independen dan

data yaitu menurut Budianto (2002),

variable dependen dengan menggunakan

yaitu:

uji chi square dengan syarat:

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan,
kejelasan

makna

jawaban,

konsistensi

maupun kesalahan antar jawaban pada
kuesioner.

A. Sampel harus banyak (lebih atau
sama dengan 30)
B. Kelompok harus independen dan
tidak boleh matching
Rumus uji chi-square

6

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

(O - E) 2

dengan uji regresi logistik berganda ini

x2= Σ

menggunakan
E

metode back ward, hal ini

dilakukan untuk mengetahui faktor determinan

Keterangan :

yang mempengaruhi kejadian ulkus kaki

x² : chi square

diabetik pada pasien DM. Dimana variabel

O : frekuensi observasi

yang mempunyai nilai p besar (hubungan

E : frekuensi harapan

paling

lemah)

bertahap
Menurut
pengambilan

Budiarto

(2001),

keputusan

dasar

penerimaan

akan

dari

dikeluarkan

analisis,

secara

sehingga

akan

diperoleh variabel yang mempunyai nilai p <
0,25

(hubungannya paling kuat). Untuk

hipotesis dengan tingkat kepercayaan

selanjutnya, variabel yang mempunyai nilai p

95%:

paling kecil disebut sebagai

a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis

(faktor risiko utama).

penelitian (H0) ditolak.

C.

b. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis
penelitian (H1) diterima.
3.

Mei 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada analisis bivariat, variabel faktor

hiperglikemia

Analisis Multivariat

determinan

dilakukan

uji

Chi-Square

didapatkan hasil p sebesar 0,006 lebih kecil

Berdasarkan hasil

analisis bivariat,

faktor yang mempunyai

dari nilai α 0,05 (0,006 0,25 tidak

dilanjutkkan ke analisis multivariat. Batasan p

pasien DM di RSU Anutapura.

< 0,25, untuk mengantisipasi kemungkinan
variabel

yang

sesungguhnya

secara

penting

untuk

Hasil analisis multivariat didapatkan hasil

terselubung

bahwa

dimasukkan

independen, tidak bermakna atau signifikan

hiperglikemia

sebagai

variabel

dalam model. “Terselubung” kemungkinan

dalam

variabel

dilihat dari nilai sig yang lebih tinggi dari nilai

secara

kolektif

dapat

menjadi

mempengaruhi

variabel

dependen

prediktor penting, walaupun secara sendiri

α

merupakan

Analisis

ditolak, atau tidak terdapat hubungan pada

multivariat pada penelitian ini menggunakan

faktor hiperglikemia dengan kejadian ulkus

uji

ini

kaki diabetik. nilai koefisien regresi yang

bebas dan

diperoleh bernilai negatif (B= -1,454), yang

prediktor

regresi

logistik

lemah.

berganda,

dikarenakan antara variabel

hal

variabel terikat merupakan data kategorik,
yaitu

7

data

nominal.

Analisis

berarti

( 0,080 > 0,05) sehingga H1

peningkatan

1

unit

variabel

multivariat

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

Mei 2014

hiperglikemia, menurunkan kejadian ulkus

beberapa hari sebelumnya dan juga karena

kaki diabetik sebesar 1,454 unit.

waktu sebelum memeriksa kadar gula telah

Hasil ini tidak sejalan dengan hasil

meminum

obat

diabetes,

sehingga

penelitian Nanda (2011) dimana hiperglikemia

mempengaruhi

merupakan

sehingga mempengaruhi data penelitian.

salah

satu

faktor

yang

berhubungan dengan kejadian UKD dan tidak

hasil

pemeriksaan

lab,

Pada analisis bivariat, variabel faktor

sejalan dengan Priyanto (2010) yang juga

hipertensi

mempunyai hasil yaitu hiperglikemia cukup

didapatkan hasil p sebesar 0,007 lebih kecil

berpengaruh

dari nilai α 0,05 (0,007 0,05) yang

saraf. Kurangnya aliran darah pada penderita

berarti H1 ditolak. Selain itu, nilai koefisien

DM disertai penurunan oksigen endoneural

regresi

yang akan menurunkan kecepatan saraf,

(B= -1,330), yang peningkatan 1 unit variabel

kandungan mioinositol, transport aksoplasmik,

hipertensi, menurunkan kejadian ulkus kaki

aktivitas Na-K-ATP ase dan konsumsi oksigen

diabetik sebesar 1,330 unit pada pasien DM di

yang menyebabkan kerusakan saraf.

RSU Anutapura Palu.

yang

diperoleh

bernilai

negatif

dengan

Hasil ini tidak sejalan dengan teori, yaitu

penelitian Purwanti (2013) dimana dalam

menurut O’Neals 2008, hipertensi merupakan

penelitiannya didapatkan hasil OR 6,326 yang

salah satu faktor risiko mayor pada ulkus kaki

berarti terdapat hubungan antara pengendalian

diabetik. Hipertensi pada penderita diabetes

gula

mellitus terdapat viskositas darah yang tinggi

Penelitian

darah

ini

yang

tidak

sejalan

buruk

mempunyai

memudahkan terjadinya ulkus kaki diabetik.

akan berakibat menurunnya aliran darah

Hal ini terjadi kemungkinan untuk pasien

sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu

rawat jalan, pemeriksaan lab yang dilakukan

hipertensi yang tekanan darah lebih dari

tidak terlalu sering, sehingga data kadar gula

130/80

di rekam medis kebanyakan yang sudah lewat

mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan

8

mm

Hg

dapat

merusak

atau

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

Mei 2014

pada endotel akan berpengaruh terhadap

negatif (B= -20,157), yang berarti peningkatan

makroangiopati melalui proses adhesi dan

1 unit variabel usia, menurunkan kejadian

agregasi trombosit yang berakibat vaskuler

ulkus kaki diabetik sebesar 20,157 unit pada

defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada

pasien DM di RSU Anutapura.

jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya
ulkus. (Misnadiarly dalam Hastuti, 2008).

(2008),

dimana

hipertensi

ini

sejalan

dengan

penelitian

sebelumnya dimana pada penelitian Hastuti

Namun hasil ini sejalan dengan penelitian
Hastuti

Hasil

(2008),

pada

hasil

analisis

multivariat

tidak

didapatkan hasil bahwa umur 55-59 tahun

terbukti sebagai faktor risiko terjadinya ulkus

tidak terbukti sebagai faktor risiko terjadinya

kaki diabetik karena dipengaruhi oleh variabel

ulkus diabetika (p=0,675) Hal ini disebabkan

yang lebih kuat pada waktu di analisis

karena pengaruh dari variabel lain yang lebih

bersama-sama.

kuat dalam analisis penelitian tersebut.

Pada variabel faktor risiko usia tidak dapat

Hasil ini berbeda jika dibandingkan secara

dilakukan uji Chi-Square dikarenakan terdapat

teori,

2 cells yang mempunyai expected count

komplikasi ulkus kaki diabetik merupakan

kurang

uji

penyakit degeneratif yang berkaitan dengan

alternatif yaitu Fisher’s Exact. Hasil analisis

penurunan fungsi tubuh secara fisiologis yang

dengan Fisher’s Exact Test untuk hubungan

diakibatkan

antara umur dengan kejadian UKD pada

menyebabkan

pasien

resistensi

dari

DM

5,

di

sehingga

RSU

digunakan

Anutapura

Palu,

dimana

diabetes

oleh

mellitus

proses

aging

penurunan

insulin

sehingga

dengan

sehingga

sekresi

atau

menyebabkan

didapatkan hasil p sebesar 0,012 lebih kecil

kemampuan

dari nilai α 0,05 (0,012 67 tahun sangat sedikit, yaitu hanya 7 orang.

tidak

dalam

Hal ini yang mungkin menyebabkan secara

mempengaruhi variabel dependen dilihat dari

keseluruhan usia memiliki nilai skor dan nilai

nilai sig yang lebih tinggi dari nilai α ( 0.999 >

sig yang kecil, sehingga hubungan secara

0.05) dengan wald sebesar 0,000 yang berarti

signifikansi juga kecil.

bermakna

atau

signifikan

bahwa H1 ditolak. Selain nilai itu, nilai

Pada variabel faktor lama menderita DM

koefisien regresi yang diperoleh bernilai

dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil p

9

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

Mei 2014

sebesar 0,020 lebih kecil dari nilai α 0,05

mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati

(0,020 0,05) dengan nilai wald sebesar

sulitnya sampel penelitian menentukan durasi

1,328 atau dengan arti kata lain H1 ditolak.

dari penyakit diabetes mellitus yang mereka

Selain itu,

alami.

mempengaruhi

variabel

nilai koefisien

regresi

yang

diperoleh bernilai negatif (B= -1,267), yang

Hasil

yang

didapatkan

berbeda

jika

berarti peningkatan 1 unit variabel lama

dibandingkan secara teori, dimana lama DM

menderita DM, menurunkan kejadian ulkus

berhubungan

kaki diabetik sebesar 1,267 unit pada pasien

berkepanjangan, yang akan menyebabkan

DM di RSU Anutapura.

terbentuknya

dengan

hiperglikemia

advance

yang

glycosilation

Hasil ini kemungkinan terjadi karena

endproducts (AGE). AGE sangat toksik dan

sampel pada penelitian kali ini yang sedikit,

merusak semua protein tubuh, termasuk sel

juga diakibatkan karena ketidaktahuan pasien

saraf.

tentang

menyebabkan sintesis fungsi nitric oxide (NO)

waktu

penyakitnya,

pasti

sehingga

perjalanannya
mereka

hanya

memperkirakan waktu mengidap penyakitnya.

akan

Terbentuknya

menurun,

dan

AGEs

dan

bersama

sorbitol

rendahnya

mionositol dalam sel saraf, dan mengakibatkan

Hasil ini juga tidak sejalan dengan

neuropati diabetik (Qilsi dan Ardiansyah,

penelitian Hastuti (2008) dimana lama DM

2010). Pada suatu kondisi yang jinak, gangren

>10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya

berkembang dalam 10 tahun (O’Neals 2008).

ulkus kaki diabetik. penderita ulkus kaki

Pada analisis bivariat, variabel faktor

diabetik, terutama terjadi pada penderita yang

obesitas dilakukan uji Chi-Square didapatkan

telah menderita >10 tahum atau lebih, apabila

hasil p sebesar 0,027 lebih kecil dari nilai α

kadar glukosa darah tidak terkendali akan

0,05 (0,027

luka (Supriyatin et al, 2007).

bermakna

atau

signifikan

0,05) yang berarti bahwa hipotesis alternatif

Ketidaksesuaian hasil ini dikarenakan pada

(H1) ditolak. Dengan nilai koefisien regresi

saat dilakukan penelitian, kondisi responden

(B)= -0,726 yang berarti bahwa yang berarti

banyak yang telah mengalami penurunan

peningkatan

badan pada saat dirawat. Namun kebanyakan

1

unit

variabel

obesitas,

menurunkan kejadian ulkus kaki diabetik

pasien

mengakui

bahwa

mereka

pernah

sebesar 0,726 unit pada pasien DM di RSU

mengalami kegemukan. Namun pada saat

Anutapura.

terkena penyakit DM perlahan-lahan berat

Hal ini tidak sejalan dengan teori. Menurut

badan mereka menurun. Sehingga, pada saat

Morison (2004), obesitas termasuk dalam

dilakukan penelitian sampel dengan IMT yang

salah satu faktor risiko UKD pada pasien DM.

berlebih

Obesitas merupakan salah satu faktor utama

mempengaruhi nilai signifikan.

dalam kejadian ulkus kaki diabetik karena
secara

mekanis,

sehingga

Pada analisis bivariat, variabel faktor
merokok dilakukan uji Chi-Square didapatkan

obesitas, berat badan yang berlebih cenderung

hasil p sebesar 0,037 lebih kecil dari nilai α

menambah tekanan plantar (O’Neals, 2008).

0,05 (0,037

normal dimungkinkan adanya keseimbangan

0,05)

antara insulin yang diproduksi dengan jumlah

alternatif (H1) ditolak. Nilai koefisien regresi

gula darah yang beredar. Gula darah yang

yang diperoleh bernilai negatif (B= -0,972),

11

dapat dikatakan bahwa hipotesis

Istiqomah & Asri Ahram Efendi, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Ulkus Kaki ...

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2

Mei 2014

yang berarti yang berarti peningkatan 1 unit

dapat mengkonfirmasi kembali jawaban yang

variabel merokok, menurunkan kejadian ulkus

telah responden berikan.

kaki diabetik sebesar 0,972 unit pada pasien
DM di RSU Anutapura.

F. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil yang didapatkan sejalan dengan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang

penelitian yang di lakukan oleh Boyko et al

telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka

(1999) dimana dari analisis multivariat, hasil

dapat disimpulkan bahwa:

variabel merokok tidak ditemukan nilai yang
signifikan dalam pengaruh variabel dalam
kejadian

ulkus

disebabkan

kaki

oleh

diabetik.

bias

dalam

Hal

1.

memiliki

ini

paling

besar

RSU Anutapura Palu.

Hasil multivariat tidak sesuai dengan teori

2.

faktor

yang

sangat

kelompok usia 25-65 tahun yaitu

berpengaruh

sebanyak 47 orang (87.03%).

dikarenakan efek konstriksi pembuluh darah
yang sangat cepat, namun juga karena adanya

3.

4.
data

dipengaruhi

oleh

responden

dalam

ketidakterbukaannya

menjawab pertanyaan kuesioner. Pada saat
mewawancarai

pasien,

terdapat

tahun

yaitu sebanyak 42 orang

(77.8%).
5.

Terdapat

hubungan

faktor

risiko

berdasarkan lama menderita DM pada
ulkus kaki diabetik di RSU Anutapura

responden yang menyangkal bahwa mereka

dengan nilai p = 0,020

merokok, khususnya pada responden wanita.
6.

Karakteristik faktor risiko berdasarkan
riwayat

keluarga pasien yang menemani, responden

merokok,

jumlah

sampel

terbanyak yaitu sebanyak 33 orang

ternyata memiliki riwayat merokok. Hal itu

(61.1%) tanpa riwayat merokok.

mungkin juga terjadi pada responden yang
datang tanpa pengantar, sehingga peneliti tidak

Karakteristik faktor risiko berdasarkan

pada kelompok menderita DM 140 mg/dL sebanyak 38
orang ( 70.37%)
11.

Terdapat

hubungan

faktor

risiko

berdasarkan hiperglikemia pada ulkus
kaki diabetik di RSU Anutapura dengan
nilai p = 0,006
12.

Karakteristik faktor risiko berdasarkan
obesitas jumlah terbanyak yaitu 28
orang (51.85%) dengan IMT

Dokumen yang terkait

Hubungan Aspek-aspek Perawatan Kaki Diabetes dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetes pada Pasien Diabetes Mellitus | Dewi | Jurnal Mutiara Medika 1691 4685 1 PB

1 1 9

RASIONALITAS PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI RSUD UNDATA PALU TAHUN 2012 | Sari | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 7933 26055 1 PB

0 0 7

CUBITAL TUNNEL SYNDROME | Munir | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 8003 26301 1 PB

0 1 26

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN TAIPA KOTA PALU | Fauziah | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9290 30354 1 PB

0 6 9

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DAN HEMATOKRIT DENGAN DERAJAT BERATNYA PENYAKIT DBD PADA PASIEN ANAK DI RSU. ANUTAPURA PERIODE JANUARI 2014-MARET 2015 | Setyawati | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9279 3030

1 2 10

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU (RISK FACTORS SCABIES AT GENERAL HOSPITAL ANUTAPURA PALU) | Arifuddin | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9274 30292 1 PB

0 0 20

HUBUNGAN SUHU DAN KELEMBAPAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PALU TAHUN 2010-2014 | Bangkele | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9267 30253 1 PB

1 1 11

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI DESA BOBALO KECAMATAN PALASA KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2013 | Bangkele | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 7935 26063 1 PB

0 0 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT UNDATA PALU TAHUN 2014 | Bangkele | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 8029 26387 1 PB

0 1 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ULKUS KAKI DIABETES MELLITUS DI KLINIK DIABETES MELLITUS TAHUN 2015

0 0 6