FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN TAIPA KOTA PALU | Fauziah | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9290 30354 1 PB
FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 24-59 BULAN
DI KELURAHAN TAIPA KOTA PALU
Risk Factor of Underweight in Toddler Ages 24-59 Months in Taipa Village of Palu
Lilis Fauziah*, Nurdin Rahman**, Hermiyanti**
* Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
** Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta KM 9,
Palu, 94116, Indonesia. E-mail:evie_kesmas12@yahoo.com
ABSTRACT
Underweight is the leading cause of death of 3.5 million children under five years old
(toddlers) in the world. Village of Taipa is one of the villages in Palu who have cases with the
highest underweight prevalence by 13.5%. The purpose of this study was to determine the
risk factors of underweight among children aged 24-59 months in Taipa village of Palu. This
research is a case-control study. The sample in this research that toddlers who were in the
Taipa Village of Palu totaling 99 toddlers consisting of 33 cases and 66 controls. Data was
collected through questionnaires and interviews using a semiquantitative FFQ and weight
measurements. Data was analyzed by univariate and bivariate statistical tests. Results
showed that energy consumption toddlers who have a high risk of 8.413 times the risk of
suffering from underweight compared with toddlers whose energy consumption is low risk
(CI: 3.036-23.014), toddlers who consume protein has a high risk of 6.091 times the risk of
suffering from underweight compared with toddlers the consumption of protein have a low
risk (CI: 2.306-16.094) and toddler parenting eating a high risk 3,200 times the risk of
underweight compared with parenting a toddler eating a low risk (CI: 1.293-7.922), whereas
toddlers ever an infection risk for underweight 2,250 times compared to toddlers who have
never experienced an infectious disease and is not significantly significant (CI: 0.810-6.252).
Parents should pay more attention to the food intake of infants and health so that nutrients
can be met to support their daily activities so as to avoid underweight.
Keyword : Underweight, Toddlers, Energy Intake, Protein Intake, Infection, Eat Parenting
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
September 2017
ABSTRAK
Gizi kurang merupakan penyebab kematian 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun
(balita) di dunia. Kelurahan Taipa merupakan salah salah satu kelurahan di Kota Palu yang
mempunyai kasus gizi kurang tertinggi dengan prevalensi sebanyak 13,5%. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita usia
24-59 bulan di Kelurahan Taipa Kota Palu. Jenis penelitian ini adalah case-control study.
Sampel dalam penelitian ini yaitu balita yang berada di Kelurahan Taipa Kota Palu yang
berjumlah 99 balita yang terdiri dari 33 kasus dan 66 kontrol. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara menggunakan kuesioner dan FFQ semikuantitatif serta pengukuran
berat badan. Analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa balita yang konsumsi energinya memiliki risiko tinggi
berisiko 8,413 kali menderita gizi kurang dibandingkan dengan balita yang konsumsi
energinya memiliki risiko rendah (CI: 3,036-23,014), balita yang konsumsi proteinnya
memiliki risiko tinggi berisiko 6,091 kali menderita gizi kurang dibandingkan dengan
balita yang konsumsi proteinnya memiliki risiko rendah (CI: 2,306-16,094) dan balita
dengan pola asuh makan yang memiliki risiko tinggi berisiko 3,200 kali menderita gizi
kurang dibandingkan balita dengan pola asuh makan yang berisiko rendah (CI: 1,2937,922), sedangkan balita yang pernah menderita penyakit infeksi berisiko 2,250 kali
menderita gizi kurang dibandingkan balita yang tidak pernah mengalami penyakit infeksi
dan tidak bermakna signifikan (CI: 0,810-6,252). Sebaiknya para orangtua lebih
memperhatikan asupan makanan balita dan kesehatannya agar zat gizi dapat terpenuhi
untuk menunjang aktivitas sehari-hari mereka sehingga dapat terhindar dari gizi kurang.
Kata Kunci : Gizi Kurang, Balita, Konsumsi Energi, Konsumsi Protein, Penyakit Infeksi,
Pola Asuh Makan
28
Lilis Fauziah, Nurdin Rahman, & Hermiyanti, Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
tahun 2007; 4,9% pada tahun 2010 dan
PENDAHULUAN
Gizi kurang merupakan salah satu
penyakit
akibat
gizi
yang
masih
merupakan masalah di Indonesia. Masalah
gizi pada balita dapat memberi dampak
terhadap kualitas sumber daya manusia,
sehingga
jika
September 2017
tidak
2013, sedangkan gizi kurang pada tahun
2007 dan 2010 sebanyak 13% dan
meningkat pada tahun 2013 menjadi
13,9%[3].
dapat
Gizi kurang pada balita, membawa
generation.
dampak negatif terhadap pertumbuhan
Kekurangan gizi dapat mengakibatkan
fisik maupun mental yang selanjutnya
gagal tumbuh kembang, meningkatkan
akan menghambat prestasi belajar. Akibat
angka kematian dan kesakitan serta
lainnya adalah penurunan daya tahan,
penyakit terutama pada kelompok usia
menyebabkan hilangnya masa hidup sehat
rawan gizi yaitu Balita. Menurut Zulfita
balita, serta dampak yang lebih serius
(2013), Kurang gizi atau gizi buruk
adalah timbulnya kecacatan, tingginya
merupakan penyebab kematian 3,5 juta
angka
anak di bawah usia lima tahun (balita) di
kematian[4].
lost
menyebabkan
diatasi
meningkat menjadi 5,7% pada tahun
dunia[1].
Salah
kesakitan
dan
percepatan
Prevalensi balita gizi kurang dan
satu
indikator
sasaran
buruk di Sulawesi Tengah yaitu 24,1 %
pembangunan kesehatan pada RPJMN
pada tahun 2013. Angka ini melebihi
2015-2019 adalah menurunkan prevalensi
prevalensi nasional (19,6%) dan masuk
kekurangan gizi dari 19,6% pada tahun
dalam kategori masalah berat (>20%).
2013 menjadi 17% pada tahun 2019[2].
Kelurahan Taipa merupakan salah salah
Prevalensi berat kurang (underweight) di
satu kelurahan di Kota Palu dengan kasus
Indonesia pada tahun 2013 adalah 19,6%
gizi kurang tertinggi dengan jumlah
yang terdiri dari 13,9% gizi kurang dan
prevalensi 13,5%.
5,7% gizi buruk. Perubahan terutama pada
prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4%
29
Anak usia 2-5 tahun merupakan
kelompok umur anak yang rawan untuk
Lilis Fauziah, Nurdin Rahman, & Hermiyanti, Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
mengalami
keadaan
gizi.
terkait yaitu data balita yang mengalami
Kelompok umur ini jarang mendapatkan
gizi kurang dari Dinas Kesehatan Kota
pemeriksaan atau penimbangan secara
Palu dan Puskesmas Mamboro. Analisis
rutin di posyandu, perhatian orangtua
data yang digunakan adalah analisis
terhadap
univariat
kualitas
kurang
September 2017
makanan
juga
berkurang, baik makanan pokok ataupun
makanan kecil (selingan) karena anak
mulai bisa memilih atau membeli sendiri
makanan yang diinginkannya, sedangkan
aktifitas fisik anak kelompok umur ini
cukup tinggi[5].
dan
bivariat
menggunakan
program komputer.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Hasil Analisis Bivariat
Variabel
OR
CI
Konsumi Energi
8,413
3,036 - 23,014
Konsumsi Protein
6,091
2,306-16,094
Penyakit Infeksi
2,250
0,810 – 6,252
Pola Asuh Makan
3,200
1,293 - 7,922
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
adalah case control study (kasus-kontrol).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh balita yang ada di Kelurahan
Taipa Kota Palu, sedangkan sampel yaitu
Sumber : Data Primer
seluruh kasus gizi kurang pada balita yang
Risiko Konsumsi Energi Terhadap Gizi
berusia 24-59 bulan dengan jumlah kasus
Kurang
sebanyak 33 balita dan kontrol 66 balita.
Perbandingan kasus dan kontrol yaitu 1:3,
sehingga jumlah sampel sebanyak 99
balita.
melalui
pengumpulan
data
primer
data
yaitu
dilakukan
melalui
observasi langsung, FFQ dan kuesioner
yang diberikan kepada responden pada
saat berada di lapangan, sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi kesehatan
30
Konsumsi energi merupakan faktor
risiko kejadian gizi kurang. Konsumsi
energi yang rendah atau kurang akan
mengakibatkan tubuh merespon dengan
cara meningkatkan penggunaan cadangan
energi seperti otot dan lemak yang
menyebabkan
penurunan
pertumbuhan
yang mengarah ke individu yang lebih
Lilis Fauziah, Nurdin Rahman, & Hermiyanti, Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
kurus dibandingkan dengan asupan energi
[6]
balita di Kelurahan Taipa mempengaruhi
energinya
karena
mengabaikan
makannya,
membutuhkan energi yang lebih besar
sehingga dibutuhkan konsumsi energi
yang cukup untuk menunjang aktivitas
tersebut. Selain itu, dari hasil FFQ
semikuantitatif diketahui kebiasaan makan
balita dari sumber energi selain nasi masih
sangat kurang seperti singkong, ubi jalar
dan jenis roti, sehingga mempengaruhi
jumlah konsumsi energi pada balita.
ini
sejalan
tidak memadai di bawah 80% dari
kebutuhan minimum adalah 3,6 kali (95%
menderita
ρ
gizi
0,05)[10].
Taipa Kota Palu adalah ISPA dengan
Risiko Pola Asuh Makan Terhadap
kategori bukan pneumonia yaitu berupa
Gizi Kurang
demam, batuk mapun flu. Selain itu,
ketika balitanya sakit, orangtua balita
langsung membawa balitanya berobat ke
32
Pola asuh makan merupakan faktor
risiko kejadian gizi kurang. Orangtua
memiliki tingkat kontrol yang tinggi
Lilis Fauziah, Nurdin Rahman, & Hermiyanti, Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
September 2017
terhadap lingkungan dan pengalaman
makanan. Balita yang tidak terbiasa
anak-anak mereka. Pengasuhan yang baik
dengan variasi makanan lokal dapat
adalah ibu memperhatikan frekuensi dan
menyebabkan balita menjadi pilih-pilih
jenis makanan yang dikonsumsi oleh
makanan sehingga pemenuhan zat gizi
anaknya agar kebutuhan zat gizinya
lainnya menjadi kurang. Kekurangan zat
terpenuhi.
gizi
praktik
Setiap
orangtua
pengasuhan
memiliki
yang
berbeda
tergantung dari budaya masing-masing,
sehingga
pengasuhan
makanan
ini
dianggap sebagai strategi perilaku tertentu
untuk
mengontrol
apa
saja
yang
dikonsumsi anak dan berapa banyak yang
dikonsumsi anak ketika mereka makan[11].
Sebagian besar ibu di Kelurahan
yang berlangsung secara
terus-
menerus inilah yang dapat menyebabkan
balita kehilangan beratnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian
Zulfita (2013) yang menyatakan bahwa
pola asuh makan merupakan faktor risiko
gizi kurang, dimana balita dengan pola
asuh makan yang kurang, berisiko 4,297
kali menderita gizi kurang dibandingkan
makan
dengan balita yang ibunya memberikan
sendiri tanpa pendampingan sehingga
pola asuh yang baik (95% CI: 1,413 –
jumlah atau porsi maupun jenis makanan
13,08) dengan nilai p
DI KELURAHAN TAIPA KOTA PALU
Risk Factor of Underweight in Toddler Ages 24-59 Months in Taipa Village of Palu
Lilis Fauziah*, Nurdin Rahman**, Hermiyanti**
* Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
** Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta KM 9,
Palu, 94116, Indonesia. E-mail:evie_kesmas12@yahoo.com
ABSTRACT
Underweight is the leading cause of death of 3.5 million children under five years old
(toddlers) in the world. Village of Taipa is one of the villages in Palu who have cases with the
highest underweight prevalence by 13.5%. The purpose of this study was to determine the
risk factors of underweight among children aged 24-59 months in Taipa village of Palu. This
research is a case-control study. The sample in this research that toddlers who were in the
Taipa Village of Palu totaling 99 toddlers consisting of 33 cases and 66 controls. Data was
collected through questionnaires and interviews using a semiquantitative FFQ and weight
measurements. Data was analyzed by univariate and bivariate statistical tests. Results
showed that energy consumption toddlers who have a high risk of 8.413 times the risk of
suffering from underweight compared with toddlers whose energy consumption is low risk
(CI: 3.036-23.014), toddlers who consume protein has a high risk of 6.091 times the risk of
suffering from underweight compared with toddlers the consumption of protein have a low
risk (CI: 2.306-16.094) and toddler parenting eating a high risk 3,200 times the risk of
underweight compared with parenting a toddler eating a low risk (CI: 1.293-7.922), whereas
toddlers ever an infection risk for underweight 2,250 times compared to toddlers who have
never experienced an infectious disease and is not significantly significant (CI: 0.810-6.252).
Parents should pay more attention to the food intake of infants and health so that nutrients
can be met to support their daily activities so as to avoid underweight.
Keyword : Underweight, Toddlers, Energy Intake, Protein Intake, Infection, Eat Parenting
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
September 2017
ABSTRAK
Gizi kurang merupakan penyebab kematian 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun
(balita) di dunia. Kelurahan Taipa merupakan salah salah satu kelurahan di Kota Palu yang
mempunyai kasus gizi kurang tertinggi dengan prevalensi sebanyak 13,5%. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita usia
24-59 bulan di Kelurahan Taipa Kota Palu. Jenis penelitian ini adalah case-control study.
Sampel dalam penelitian ini yaitu balita yang berada di Kelurahan Taipa Kota Palu yang
berjumlah 99 balita yang terdiri dari 33 kasus dan 66 kontrol. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara menggunakan kuesioner dan FFQ semikuantitatif serta pengukuran
berat badan. Analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa balita yang konsumsi energinya memiliki risiko tinggi
berisiko 8,413 kali menderita gizi kurang dibandingkan dengan balita yang konsumsi
energinya memiliki risiko rendah (CI: 3,036-23,014), balita yang konsumsi proteinnya
memiliki risiko tinggi berisiko 6,091 kali menderita gizi kurang dibandingkan dengan
balita yang konsumsi proteinnya memiliki risiko rendah (CI: 2,306-16,094) dan balita
dengan pola asuh makan yang memiliki risiko tinggi berisiko 3,200 kali menderita gizi
kurang dibandingkan balita dengan pola asuh makan yang berisiko rendah (CI: 1,2937,922), sedangkan balita yang pernah menderita penyakit infeksi berisiko 2,250 kali
menderita gizi kurang dibandingkan balita yang tidak pernah mengalami penyakit infeksi
dan tidak bermakna signifikan (CI: 0,810-6,252). Sebaiknya para orangtua lebih
memperhatikan asupan makanan balita dan kesehatannya agar zat gizi dapat terpenuhi
untuk menunjang aktivitas sehari-hari mereka sehingga dapat terhindar dari gizi kurang.
Kata Kunci : Gizi Kurang, Balita, Konsumsi Energi, Konsumsi Protein, Penyakit Infeksi,
Pola Asuh Makan
28
Lilis Fauziah, Nurdin Rahman, & Hermiyanti, Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
tahun 2007; 4,9% pada tahun 2010 dan
PENDAHULUAN
Gizi kurang merupakan salah satu
penyakit
akibat
gizi
yang
masih
merupakan masalah di Indonesia. Masalah
gizi pada balita dapat memberi dampak
terhadap kualitas sumber daya manusia,
sehingga
jika
September 2017
tidak
2013, sedangkan gizi kurang pada tahun
2007 dan 2010 sebanyak 13% dan
meningkat pada tahun 2013 menjadi
13,9%[3].
dapat
Gizi kurang pada balita, membawa
generation.
dampak negatif terhadap pertumbuhan
Kekurangan gizi dapat mengakibatkan
fisik maupun mental yang selanjutnya
gagal tumbuh kembang, meningkatkan
akan menghambat prestasi belajar. Akibat
angka kematian dan kesakitan serta
lainnya adalah penurunan daya tahan,
penyakit terutama pada kelompok usia
menyebabkan hilangnya masa hidup sehat
rawan gizi yaitu Balita. Menurut Zulfita
balita, serta dampak yang lebih serius
(2013), Kurang gizi atau gizi buruk
adalah timbulnya kecacatan, tingginya
merupakan penyebab kematian 3,5 juta
angka
anak di bawah usia lima tahun (balita) di
kematian[4].
lost
menyebabkan
diatasi
meningkat menjadi 5,7% pada tahun
dunia[1].
Salah
kesakitan
dan
percepatan
Prevalensi balita gizi kurang dan
satu
indikator
sasaran
buruk di Sulawesi Tengah yaitu 24,1 %
pembangunan kesehatan pada RPJMN
pada tahun 2013. Angka ini melebihi
2015-2019 adalah menurunkan prevalensi
prevalensi nasional (19,6%) dan masuk
kekurangan gizi dari 19,6% pada tahun
dalam kategori masalah berat (>20%).
2013 menjadi 17% pada tahun 2019[2].
Kelurahan Taipa merupakan salah salah
Prevalensi berat kurang (underweight) di
satu kelurahan di Kota Palu dengan kasus
Indonesia pada tahun 2013 adalah 19,6%
gizi kurang tertinggi dengan jumlah
yang terdiri dari 13,9% gizi kurang dan
prevalensi 13,5%.
5,7% gizi buruk. Perubahan terutama pada
prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4%
29
Anak usia 2-5 tahun merupakan
kelompok umur anak yang rawan untuk
Lilis Fauziah, Nurdin Rahman, & Hermiyanti, Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
mengalami
keadaan
gizi.
terkait yaitu data balita yang mengalami
Kelompok umur ini jarang mendapatkan
gizi kurang dari Dinas Kesehatan Kota
pemeriksaan atau penimbangan secara
Palu dan Puskesmas Mamboro. Analisis
rutin di posyandu, perhatian orangtua
data yang digunakan adalah analisis
terhadap
univariat
kualitas
kurang
September 2017
makanan
juga
berkurang, baik makanan pokok ataupun
makanan kecil (selingan) karena anak
mulai bisa memilih atau membeli sendiri
makanan yang diinginkannya, sedangkan
aktifitas fisik anak kelompok umur ini
cukup tinggi[5].
dan
bivariat
menggunakan
program komputer.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Hasil Analisis Bivariat
Variabel
OR
CI
Konsumi Energi
8,413
3,036 - 23,014
Konsumsi Protein
6,091
2,306-16,094
Penyakit Infeksi
2,250
0,810 – 6,252
Pola Asuh Makan
3,200
1,293 - 7,922
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
adalah case control study (kasus-kontrol).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh balita yang ada di Kelurahan
Taipa Kota Palu, sedangkan sampel yaitu
Sumber : Data Primer
seluruh kasus gizi kurang pada balita yang
Risiko Konsumsi Energi Terhadap Gizi
berusia 24-59 bulan dengan jumlah kasus
Kurang
sebanyak 33 balita dan kontrol 66 balita.
Perbandingan kasus dan kontrol yaitu 1:3,
sehingga jumlah sampel sebanyak 99
balita.
melalui
pengumpulan
data
primer
data
yaitu
dilakukan
melalui
observasi langsung, FFQ dan kuesioner
yang diberikan kepada responden pada
saat berada di lapangan, sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi kesehatan
30
Konsumsi energi merupakan faktor
risiko kejadian gizi kurang. Konsumsi
energi yang rendah atau kurang akan
mengakibatkan tubuh merespon dengan
cara meningkatkan penggunaan cadangan
energi seperti otot dan lemak yang
menyebabkan
penurunan
pertumbuhan
yang mengarah ke individu yang lebih
Lilis Fauziah, Nurdin Rahman, & Hermiyanti, Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
kurus dibandingkan dengan asupan energi
[6]
balita di Kelurahan Taipa mempengaruhi
energinya
karena
mengabaikan
makannya,
membutuhkan energi yang lebih besar
sehingga dibutuhkan konsumsi energi
yang cukup untuk menunjang aktivitas
tersebut. Selain itu, dari hasil FFQ
semikuantitatif diketahui kebiasaan makan
balita dari sumber energi selain nasi masih
sangat kurang seperti singkong, ubi jalar
dan jenis roti, sehingga mempengaruhi
jumlah konsumsi energi pada balita.
ini
sejalan
tidak memadai di bawah 80% dari
kebutuhan minimum adalah 3,6 kali (95%
menderita
ρ
gizi
0,05)[10].
Taipa Kota Palu adalah ISPA dengan
Risiko Pola Asuh Makan Terhadap
kategori bukan pneumonia yaitu berupa
Gizi Kurang
demam, batuk mapun flu. Selain itu,
ketika balitanya sakit, orangtua balita
langsung membawa balitanya berobat ke
32
Pola asuh makan merupakan faktor
risiko kejadian gizi kurang. Orangtua
memiliki tingkat kontrol yang tinggi
Lilis Fauziah, Nurdin Rahman, & Hermiyanti, Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3
September 2017
terhadap lingkungan dan pengalaman
makanan. Balita yang tidak terbiasa
anak-anak mereka. Pengasuhan yang baik
dengan variasi makanan lokal dapat
adalah ibu memperhatikan frekuensi dan
menyebabkan balita menjadi pilih-pilih
jenis makanan yang dikonsumsi oleh
makanan sehingga pemenuhan zat gizi
anaknya agar kebutuhan zat gizinya
lainnya menjadi kurang. Kekurangan zat
terpenuhi.
gizi
praktik
Setiap
orangtua
pengasuhan
memiliki
yang
berbeda
tergantung dari budaya masing-masing,
sehingga
pengasuhan
makanan
ini
dianggap sebagai strategi perilaku tertentu
untuk
mengontrol
apa
saja
yang
dikonsumsi anak dan berapa banyak yang
dikonsumsi anak ketika mereka makan[11].
Sebagian besar ibu di Kelurahan
yang berlangsung secara
terus-
menerus inilah yang dapat menyebabkan
balita kehilangan beratnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian
Zulfita (2013) yang menyatakan bahwa
pola asuh makan merupakan faktor risiko
gizi kurang, dimana balita dengan pola
asuh makan yang kurang, berisiko 4,297
kali menderita gizi kurang dibandingkan
makan
dengan balita yang ibunya memberikan
sendiri tanpa pendampingan sehingga
pola asuh yang baik (95% CI: 1,413 –
jumlah atau porsi maupun jenis makanan
13,08) dengan nilai p