176758 ID pengembangan video pembelajaran mengguna
PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN
MODEL PROBLEM SOLVING BERBANTU WONDERSHARE
PADA MATERI STATISTIKA DI SMP
1,
Indah Suriyani1
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang
Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang 50125
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk megembangkan video pembelajaran menggunakan model problem
solving berbantu wondershare sehingga menghasilkan video pembelajaran yang layak digunakan selama
pembelajaran. Model yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah ADDIE. Sesuai
dengan namanya, ADDIE terdiri dari 5 langkah yaitu Analysis, Desain, Development, Implementation,
dan Evaluation. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan angket dan
tes tertulis. Hasil penilaian ahli media dan materi terhadap media, masing-masing menunjukan persentase
89,3% dan 85.06% yang berada pada kualifikasi sangat baik. Hasil belajar siswa menggunakan video
pembelajaran menggunakan model problem solving berbantu wondershare lebih baik dari pada hasil
belajar konvensional, diperkuat dengan hasil rata-rata siswa kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata
siswa kontrol, yaitu 85,78 dan 79,03, ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen mencapai tuntas baik
individu dan klasikal dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran
menggunakan model problem solving berbantu wondershare valid (layak menurut ahli) dan pembelajaran
dengan video pembelajaran menggunakan model problem solving berbantu wondershare lebih efektif dari
pada pembelajaran konvensional.
Kata kunci: video pembelajaran, model problem solving, wondershare, hasil belajar.
salah satu mata pelajaran wajib yang
PENDAHULUAN
Di era globalisasi, perkembangan
harus dikuasai oleh siswa SMP, dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi dari
bukti bahwa matematika termasuk dalam
waktu ke waktu semakin pesat. Menurut
mata
(Mulyasa, 2008) bahwa perkembangan
untuk syarat kelulusan siswa SMP.
ilmu
teknologi
Belajar matematika akan berhasil bila
mengakibatkan adanya persaingan dalam
proses belajarnya baik, salah satunya
berbagai
yaitu melibatkan siswa secara aktif.
pengetahuan
bidang
dan
kehidupan
karena
pelajaran
yang
dibutuhkannya sumber daya manusia
Zaini
yang berkualitas, bernalar tinggi, dan
bahwa ketika siswa
memiliki
aktif,
kemampuan
memproses
(2008:
berarti
informasi. Pembangunan sumber daya
mendominasi
manusia (SDM) berkualitas merupakan
Dengan
suatu keniscayaan yang tidak dapat
menggunakan
ditawar-tawar lagi (Prayanti, 2014: 3).
menemukan
Pelajaran matematika merupakan
14)
diperhitungkan
mengungkapkan
belajar
dengan
mereka
yang
aktifitas
ini
mereka
otak,
ide
pokok
pembelajaran.
secara
baik
dari
aktif
untuk
materi
pelajaran, memecahkan masalah, ataupun
1
mengaplikasikannya
dalam
dimilikinya.
kehidupan
Menurut
Dwyer
(dalam
Waluya, 2006:2), pengemasan materi
sehari-hari.
Di sisi lain matematika merupakan
pembelajaran dalam bentuk tayangan-
mata pelajaran yang dianggap sulit,
tayangan audiovisual mampu merebut
dibenci dan ditakuti oleh sebagian besar
94% saluran masuknya pesan-pesan atau
siswa baik siswa sekolah dasar maupun
informasi ke dalam jiwa manusia yaitu
siswa sekolah menengah. Karena merasa
lewat mata dan telinga. Atau, secara
kesulitan,
evaluasi
umum orang akan ingat 85% dari apa
mencontek
yang mereka lihat dari suatu tayangan,
(Paridjo, 2008: 1). Hal yang sama tentang
setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah
matematika dikemukakan oleh Mardijono
3 hari kemudian (Lilik Ariyanto, 2010).
belajar
dari
sehingga
siswa
dalam
berusaha
Universitas
Negeri
Kurikulum
Jogjakarta
dipahami
sebagai
“Masih Kering Konsep Matematika di
seperangkat
Indonesia”,
bahwa
isi dan bahan pelajaran yang digunakan
matematika,
baik
sampai
di
saat
sekolah
ini
sebagai
dasar
rencana mengenai tujuan,
pedoman
penyelenggaraan
maupun di sekolah menengah masih
kegiatan pembelajaran untuk mencapai
dianggap
yang
tujuan pendidikan. Kurikulum sering
tidak
mengalami perubahan dan perkembangan
pendidikan
dari massa ke massa yang disebabkan
sebagai
menakutkan.
Sikap
menguntungkan
matematika,
“momok”
ini
bagi
apalagi
dalam
penguasaan
zaman. Perubahan dan perkembangan
pembelajarannya.
kurikulum juga terjadi di Indonesia.
metode
dengan
tuntutan
Kurikulum yang berlaku saat ini adalah
pembelajaran
Kurikulum 2013 (Yani, 2014: 5).
yang
Kurikulum
mencakup strategi, pendekatan, teknik
dan
sesuai
senantiasa
terapan,
(Kompas, 26 Mei 2000 : 9).
Model
yang
berkembang
konsep,
dan
kebutuhan
terutama
pengembangannya
pengembangan
karena
upaya
instruksional
pendidik
dapat
sebagai
2013
menjadikan
fasilitator
yang
mengoptimalkan aktifitas belajar siswa
membantu peserta didik memecahkan
apabila
masalah
pembelajaran
terjadi
dengan
belajar
yang
dialaminya.
dapat
Pendidik membimbing peserta didik agar
mendorong siswa untuk membangun
memiliki pengalaman langsung dalam
dan mengembangkan pengetahuan yang
pembelajaran melalui pembelajaran yang
bermakna, menyenangkan
dan
2
berbasis
teknologi
informasi
matematika,
dan
yakni
sebagai
media
komunikasi. Namun permasalahan yang
pembelajaran matematika. Salah satunya
muncul kemudian adalah media mana
dengan
yang digunakan oleh pendidik maupun
pembelajaran. Penggunaan video dalam
peserta didik dalam proses pembelajaran.
multimedia interaktif akan memberikan
Proses
belajar
mengajar
menggunakan
pengalaman
erat
baru,
video
karena
video
kaitanya dengan menggunakan media
merupakan gambar yang bergerak dan
pembelajaran itu sendiri. Fungsi media
dihasilkan dari proses rekaman. Video
pembelajaran adalah sebagai alat bantu
memegang peranan yang sangat penting
pengajaran yang turut mempengaruhi
dalam presentasi multimedia. Orang akan
kondisi dan lingkungan belajar yang
lebih tertarik dengan presentasi atau
diciptakan oleh guru. Hamalik dalam
aplikasi yang menampilkan tayangan
(Azhar, 2013) mengemukakan bahwa
dalam bentuk video (Munir, 2012: 289).
Tampilan
pemakaian media pembelajaran dalam
proses
belajar
mengajar
video
pembelajaran
materi statistika lebih manarik karena
dapat
membangkitkan keinginan dan minat
berbantu
baru,
dan
Wondershare adalah salah satu software
bahkan
yang dapat digunakan untuk membuat
membawa pengaruh-pengaruh psikologis
program evaluasi pembelajaran berbasis
terhadap siswa. Suatu proses belajar
IT. Sangat berguna sekali bagi para
mengajar untuk dapat mencapai tujuan
tenaga
pembelajran diperlukan adanya media
evaluasi pembelajaran dengan cepat,
pembelajaran.
ringkas dan sekaligus menyenangkan dan
membangkitkan
rangsangan
motivasi
belajar,
dan
software
pendidik
wondersara.
untuk
melakukan
Perkembangan teknologi yang pesat
menarik bagi siswa. Hasil Publikasi juga
membuka peluang dan jalan baru dalam
beraneka ragam dapat berupa file SWF,
mengerjakan
file HTML maupun file .EXE.
sebuah
sesuatu
inovasi,
yang
termasuk
menjadi
Dengan
untuk
video
pembelajaran
mengembangkan dunia pendidikan. Saat
menggunakan model problem soving
ini telah banyak berkembang teknologi
berbantu wondershare dapat membantu
yang
untuk
peserta didik memahami materi statistika
pendidikan,
menjadi lebih mudah dalam penyelesaian
termasuk untuk menunjang pembelajaran
masalah. Banyaknya gambar dalam video
dapat
mengembangkan
dimanfaatkan
dunia
3
model
Solving Berbantu Wondershare Pada
problem solving berbantu wondershare
Siswa Kelas VII SMP Negeri I Ungaran”.
membuat siswa tidak merasa bosan dalam
Berdasarkan uraian latar belakang
pembelajaran
menggunakan
pembelajaran
materi
statistika
maka rumusan masalah yang akan dikaji
dan
termotivasi dengan apa yang mereka
dalam
lihat.
Bagaimana
Dengan
pembelajaran
menggunakan
berbantu
video
penelitian
adalah:
mengembangkan
pembelajaran
wondershare
ini
menggunakan
(1)
video
model
membuat pembelajaran tidak monoton
problem solving berbantu wondershare
sehingga
menarik
pada materi statistika yang valid (layak
perhatian peserta didik dan pembelajaran
berdasarkan validasi ahli) digunakan
menjadi lebih efektif. Media pendidikan
sebagai video pembelajaran; (2) Apakah
memegang peran yang penting dalam
pembelajaran dengan video pembelajaran
proses
model
diharapkan
lebih
pembelajaran.
Keberhasilan
problem
solving
berbantu
pembelajaran sangat ditentukan oleh dua
wondershare efektif digunakan dalam
komponen utama yaitu metode mengajar
pembelajaran matematika pada materi
dan
Kedua
statistika kelas VII SMP Negeri I
komponen ini saling berkaitan dan tidak
Ungaran. Adapun tujuan penelitian ini
bisa dipisahkan. Fungsi media dalam
adalah sebagai berikut: (1) Menghasilkan
proses belajar mengajar yaitu untuk
pengembangan
meningkatkan rangsangan peserta didik
menggunakan model problem solving
dalam kegiatan belajar (Ali, 2009:5).
berbantu
Menurut Ali (2005) menyatakan bahwa
statistika yang valid (layak berdasarkan
penggunaan
media
pembelajaran
validasi ahli) digunakan sebagai video
berbantuan
komputer
mempunyai
pembelajaran; (2) Untuk mengetahui
signifikan terhadap daya tarik siswa
video pembelajaran menggunakan model
untuk
problem solving berbantu wondershare
media
pembelajaran.
mempelajari
kopetensi
yang
penulis
tertarik
VII SMP Negeri I Ungaran.
untuk
melakukan penelitian dengan judul :
“Pengembangan
pada
materi
matematika pada materi statistika kelas
Berdasarkan uraian latar belakang
maka
wondershare
pembelajaran
efektif digunakan dalam pembelajaran
diajarkan.
diatas,
video
Video
Pembelajaran
Statistika Menggunakan Model Problem
4
penyelenggaraan
METODE
Produk
penelitian
yang
ini
dihasilkan
adalah
pembelajaran
atau
pada
perbaikan manajemen (Pribadi, 2010:
video
128). Analisis kinerja dalam penelitian
model
ini bertujuan untuk mengetahui dan
sebuah
menggunakan
program
Problem Solving berbantu Wondershare
mengklasifikasikan
pada materi statistika di SMP kelas VII.
yang dihadapi dalam pembelajaran
Untuk menghasilkan video pembelajaran
materi pokok statistika. Solusi dari
matematika ini, maka peneliti harus
permasalahan tersebut bisa dilakukan
membuat rancangan media pembelajaran.
dengan
Pada tahap desain produk ini,
cara
masalah
penyediaan
pembelajaran
yang
dasar
fasilitas
memadai,
peneliti membuat rancangan desain untuk
misalnya tersedia media bahan ajar
mengembangkan
matematika
video
pembelajaran
menggunakan model problem solving
yang
mengutamakan
aktivitas belajar siswa.
berbantu wondershare. Model penelitian
b. Analisis kebutuhan
yang digunakan adalah model ADDIE.
Analisis kebutuhan merupakan
Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri
langkah
dari lima fase atau tahap utama, yaitu
menentukan kemampuan-kemampuan
(A)nalysis,
atau kompetensi yang perlu dipelajari
(D)esign,
(D)evelopment,
(I)mplementation, dan (E)valuation.
oleh
yang
siswa
pretasi
diperlukan
untuk
belajar.
untuk
meningkatkan
Berdasarkan hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis kurikulum di SMP N 1
1. Analisis (Analysis)
Ungaran dan pengalaman langsung
peneliti melakukan kegiatan observasi
Langkah analisis terdiri atas dua
tahap,
yaitu
performance
analisis
analysis
kerja
dan
di
atau
sekolahan
mendapatkan
analisis
tersebut
informasi
dan
juga
tentang
kebutuhan atau need analysis. Tahapan
kompetensi yang hendak dicapai oleh
ini dijelaskan secara rinci, yaitu:
peserta
a. Analisis kinerja
pembelajaran materi statistika adalah
didik
setelah
mengikuti
Analisis kinerja dilakukan untuk
sesuai dengan standar kompetensi dan
mengetahui dan mengklasifikasikan
kompetensi dasar yang ada di silabus
apakah masalah kinerja yang dihadapi
matematika kelas VII.
memerlukan
solusi
berupa
2. Perancangan (Design)
5
(Design)
validasi untuk ahli media, ahli
disusun: bahan ajar pada materi
materi maupun guru matematika
statistika dan desain produk, sebagai
berbentuk
berikut:
menggunakan skala likert yang
a. Menyusun kerangka struktur, yang
kriteria penilaiannya ada 5 skala
Pada
perencanaan
chekc
list
dengan
dilakukan
adalah
menganalisis
yaitu (1) sangat tidak setuju, (2)
materi
yang
ditampilkan,
tidak setuju, (3) kurang setuju, (4)
menganalisis
desain
tampilan,
menentukan
soal
evaluasi,
perancangan
konsep
tidak setuju, dan (5) sangat setuju.
3. Pengembangan (Development)
Pada
media,
langkah
pengembangan
pemilihan rancangan desain antar
(Development) dikembangkan bahan
path.
ajar
yaitu
video
pembelajaran
sistematika
menggunakan model problem solving
pengembangan media, didasarkan
berbantu wondershare pada materi
pada
statistika,
b. Menentukan
penjabaran
Standar
kemudian
melakukan
Kompetensi dan Konpetensi Dasar
validasi ahli dan revisi produk.
yang
a. Tahap Pengembangan Bahan Ajar
telah
ditetapkan
menjadi
indikator-indikator. Naskah, materi,
ilustrasi,
visualisasi
animasi
yang
akan
b. Dirancang
dan bahan
secara
menarik,
bervariasi, dan komunikatif.
digunakan
c. Dilengkapi dengan informasi teks,
diambil dari sumber-sumber yang
gambar, dan video.
relevan. Halaman ini terdiri dari
d. Hasil Validasi Ahli Media
beberapa layar yang ditampilkan
Tahap
secara urut mulai dari awal hingga
bertujuan
untuk
akhir materi.
kelayakan
pembuatan
validasi
ahli
media
mengetahui
produk
“Video pembelajaran menggunakan
c. Merancang alat evaluasi berupa
yang
model Problem Solving berbantu
digunakan adalah jenis angket atau
Wondershare pada materi Statistika
chek list yang diberikan kepada ahli
kelas VII SMP”. Pada tahap ini, 3
media, ahli materi maupun guru
validator dipilih sebagai validator
matematika dan peserta didik yang
ahli media. 3 validator Ahli media
sebagai subjek penelitian. Lembar
tersebut
instrumen,
instrumen
6
terdiri
dari
2
dosen
Universitas PGRI Semarang dan 1
PGRI
guru SMP N 1 Ungaran. Dari
memberikan nilai dengan rata-rata
ketiga
yaitu
validator
tersebut
Semarang.
terhadap
Ahli
materi
aspek
umum
memberikan nilai terhadap aspek
86,67%, aspek subtansi materi
umum dengan rata-rata 85%, aspek
88%,
penyakian pembelajaran 91,43%,
pembelajaran
aspek kelayakan bahasa (94,67%)
penilaian
dan aspek kelayakan kegrafikan
diperoleh penilaian 85,06% yang
86,67%. Aspek penilaian secara
termasuk dalam kualifikasi sangat
menyeluruh
baik, sehingga media pembelajaran
diperoleh
penilaian
dan
aspek
desain
82,22%.
Aspek
secara
89,3 % yang termasuk dalam
ini
kualifikasi sangat baik, sehingga
pembelajaran matematika.
media
pembelajaran
digunakan
dalam
ini
layak
layak
menyeluruh
digunakan
dalam
4. Implementasi (Implementation)
Langkah implementasi sering
pembelajaran
diasosiasikan dengan penyelenggaraan
matematika.
program pembelajaran itu sendiri.
e. Hasil Validasi Ahli Pembelajaran
untuk
Tujuan utama dari tahap implementasi
melihat sejauh mana materi yang
yang merupakan langkah realisasi
ada pada media tersebut. Media
desain dan pengembangan adalah
pembelajaran “Video pembelajaran
membimbing siswa untuk mencapai
Tahap
ini
menggunakan
Solving
bertujuan
Problem
Model
berbantu
tujuan
Wondershare
pembelajaran,
menjamin
terjadinya solusi untuk mengatasi
pada materi Statistika kelas VII
kesenjangan
SMP”
dihadapi oleh siswa dan memastikan
sebagai
dibuat
untuk
media
digunakan
bahwa
pembelajaran
hasil
pada
belajar
akhir
yang
program
dikalangan SMP, sehingga perlu
pembelajaran siswa perlu memilki
diuji
kompetensi
validasi
oleh
ahli
pengetahuan,
pembelajaran. Pada tahap ini, 3
keterampilan,
dan
validator dipilih sebagai validator
diperlukan (Pribadi, 2010 : 134).
Pada
ahli materi. Ahli materi tesebut
sikap
tahap
ini
terdiri dari 1 guru SMP N 1
diimplementasikan
Ungaran dan 2 dosen Universitas
metode yang telah dikembangkan
7
rancangan
yang
dan
pada situasi yang nyata yaitu di dalam
sangat baik. Kemudian didukung oleh
kelas.
implementasi,
data pengamatan pada kelas kontrol
yang
telah
sikap
diterapkan
pada
bekerjasama,
Selama
rancangan
produk
dikembangkan
yang
terdiri
dan
dari
toleran
aktif,
sebesar
kondisi yang sebenarnya. Pada tahap
(82,24%) dan keterampilan sebesar
implementasi,
(85,95%) berada pada rentang 81% -
menerapkan
media
peneliti
akan
pembelajaran
pembelajaran
dengan
100% dengan kategori sangat baik.
matematika
Berdasarkan analisis data seperti
pembelajaran
yang telah di uraikan di bab iv, pada
menggunakan model problem solving
analisis data awal sebelum dilakukan
berbantuan wondershare di SMP N 1
perlakuan, diketahui bahwa untuk uji
Ungaran.
normalitas dengan rumus korelasi
berbentuk
video
peneliti
product moment pada kelas sampel I
kualitatif
dan kelas sampel II. Pada kelas
Selanjutnya
mendiskripsikan
secara
pengamatan pembelajaran sikap dan
sampel I didapat nilai L
keterampilan yang langsung diamati
dan nilai L
oleh guru saat pembelajaran. Pada
sampel II. Kemudian dikonsultasikan
kelas
sangat
dengan kriteria pengujian dengan α =
aktif
5%, n1 = 36 dan n2 = 34 untuk kelas
eksperimen
bersemangat
mereka
belajar,
hitung
hitung
= 0,106
= 0,085 pada kelas
mengerjakan soal latihan, bekerjasama
sampel I didapatkan nilai L
dalam
0,148 dan sampel II didapatkan nilai L
kelompok
dan
tabel
Ternyata nilai L
=
mempresentasikan hasilnya didepan
tabel
kelas. Dengan pengamatan sikap dan
dari kedua kelas < dari nilai Ltabel
keterampilan di kelas eksperimen
maka H0 diterima, jadi kesimpulannya
menempatkan pada posisi yang sangat
kedua kelas tersebut berdistribusi
baik. Kemudian didukung oleh data
normal.
pengamatan pada kelas eksperimen
homogenitas
sikap
Bartlett. Dari perhitungan dengan
sebesar
(83,64%)
dan
= 0,152.
keterampilan sebesar (86,42%) berada
manual
pada rentang 81% - 100% dengan
diperoleh
kategori sangat baik. Sedangkan kelas
=
kontrol menempatkan pada posisi
Selanjutnya
pada
hitung
pada
uji
menggunakan
uji
kelas
eksperimen
= 0,551448 dan
11,1
dengan
5% .
Kriteria pengujian terima H0 jika
8
yaitu 0,551448 <
Ungaran yang terdiri dari 36 siswa.
11,1 maka H0 diterima sehingga dapat
Secara keseluruhan presentase sebesar
disimpulkan varians kelas eksperimen
85,06%. Pada hasil yang didapat
homogen (sama). Kemudian pada
termasuk pada kualifikasi yang sangat
kelas kontrol diperoleh
baik, hal tersebut menyatakan bahwa
10,24101 dan
=
media
= 11,1 dengan
dalam
Selanjutnya
homogen
pada
Secara
(sama).
pengujian
t
lebih
produk
video
memahami
materi
dan
permasalahan yang berkaitan dengan
didapatkan 75,556 dan sampel II
pokok bahasan Statistika. Hal ini tentu
didapatkan 74,882. Tahap yang kedua
sangat penting mengingat matematika
yaitu dari kedua kelas diperoleh nilai
bagi sebagian siswa merupakan salah
Fhitung = 1,638 dan Ftabel = 1,762.
satu mata pelajaran yang sulit.
Ternyata nilai Fhitung dari kedua kelas
Pada analisis tahap akhir sesuai
< Ftabel maka kedua kelas berasal dari
dengan
populasi yang sama. Tahap ketiga
analisis
data,
pada
uji
normalitas kelas eksperimen didapat
yaitu dari kedua kelas diperoleh thitung
nilai
= -0,034 dan ttabel = 1,667. Ternyata
Lhitung
dikonsultasikan
nilai thitung dari kedua kelas < ttabel,
=
0,140.
dengan
Data
kriteria
pengujian dengan α = 5%, untuk n1 =
maka kedua kelas telah sepadan.
36 didapatkan nilai Ltabel = 0,148.
Hal ini menunjukkan bahwa
Ternyata nilai Lhitung kelas eksperimen
pada uji analisis data awal dari kelas
< dari nilai Ltabel maka H0 diterima,
sampel I dengan kelas sampel II
yang
umum
menitik beratkan pada siswa agar
pertama mean matching sampel I
kelas
masalah
pembelajaran yang dikembangkan ini
matching ada 3 tahap yaitu yang
mempunyai
pemecahan
pembelajaran di kelas.
sehingga dapat disimpulkan varians
kontrol
sangat
media pembelajaran yang mendukung
yaitu
10,24101 < 11,1 maka H0 diterima
kelas
ini
menarik untuk digunakan sebagai
5% . Kriteria pengujian terima H0
jika
pembelajaran
dan pada kelas kontrol nilai Lhitung =
normal,
0,088. Data dikonsultasikan dengan
homogen dan sepadan (matching).
kriteria pengujian dengan α = 5% dan
Uji coba produk dilakukan pada
n2 = 34 untuk masing-masing kelas
kelas eksperimen di SMP N 1
9
didapatkan
nilai
Ltabel
=
0,152.
berbantu
wondershare
lebih
baik
Ternyata diperoleh data dari nilai
dibanding dengan model pembelajaran
Lhitung kelas kontrol < dari nilai Ltabel
konvensional pada pokok bahasan
maka H0 diterima, jadi kesimpulannya
statistika kelas VII SMP N 1 Ungaran.
kedua kelas
berdistribusi
Kemudian
normal.
indikator
efektif
pengujian
harus memenuhi ketuntasan hasil
homogenitas didapatkan nilai Fhitung =
belajar yaitu ada perbedaan, rata-rata
1,095
pada
lebih baik, tuntas secara individu
kriteria pengujian dengan = 5%
maupun klasikal. Kentutasan hasil
dengan dk pembilang (36 – 1= 35), dk
belajar ada dua yaitu ketuntasan
penyebut (34 – 1 = 33), dan
belajar individu dan ketuntasan belajar
F(0,025)(35,33)
klasikal.
Kemudian
pada
dan
dikonsultasikan
=1,989.
Berdasarkan
Pada
ketuntasan
belajar
analisis yang didapat menunjukkan
individu KKM yang diharapkan untuk
bahwa
sehingga dapat
dicapai pada kelas eksperimen dan
dikatakan bahwa kedua kelas tersebut
kontrol adalah nilai lebih dari sama
mempunyai
dengan 75. Selanjutnya pada kelas
<
varians
yang
sama
eksperimen
(homogen).
ketuntasan
belajar
pengujian
individu terdapat 30 siswa yang tuntas
hipotesis penelitian digunakan uji-t
dan 6 siswa tidak tuntas. Pada kelas
satu
Pada
kontrol ketuntasan belajar individu
analisis data diperoleh nilai thitung =
terdapat 22 siswa yang tuntas dan 12
1,863 dikonsultasikan dengan kriteria
siswa tidak tuntas. Kemudian pada
untuk t (1 ) dengan taraf
ketuntasan belajar klasikal KKM yang
Selanjutnya
pihak
pengujian
untuk
(pihak
kanan).
diharapkan untuk dicapai oleh kelas
nyata 5% berarti t(0,95) dengan dk = 36
eksperimen dan kelas kontrol adalah
+ 34 – 2 = 68 diperoleh ttabel = 1,66.
nilai lebih dari sama dengan 75%.
Ternyata harga thitung > ttabel yaitu
Pada kelas eksperimen sebesar 83,3%
1,863 > 1,66 maka H0 yang diajukan
ditolak
diterima.
dan
mengakibatkan
Hal
disimpulkan
menggunakan
ini
berarti
pembelajaran
video
dan kelas kontrol sebesar 64,7%.
Ha
Maka kelas ketuntasan belajar klasikal
dapat
yang tuntas adalah kelas eksperimen
dengan
dan kelas kontrol tidak tuntas.
pembelajaran
menggunakan model problem solving
10
berbantu wondershare valid (layak
Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan
video
digunakan) dan pembelajaran dengan
pembelajaran
menggunakan model problem solving
berbantu
wondershare
dibandingkan
lebih
baik
dengan
video
pembelajaran
model
problem
menggunakan
solving
berbantu
wondershare efektif digunakan dalam
model
pembelajaran.
konvensional. Rata-rata nilai yang
dihasilkan kelas ekseprimen lebih baik
5. Evaluasi (Evaluation)
dibandingkan kelas kontrol, hal itu
Evaluasi
dapat
didefinisikan
disebabkan pada saat terjadinya proses
sebagai sebuah proses yang dilakukan
belajar
untuk
mengajar,
ekseprimen
lebih
mengikuti
belajar
siswa
kelas
antusias
dalam
mengajar
memberikan
evalusai
ini
mengerjakan soal-soal latihan yang
menganalisis
ada.
keefektifan
uraian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
hasil
belajar
matematika
kelompok
terhadap
program pembelajaran. Pada langkah
dan
Dari
nilai
bertujuan
untuk
kelayakan
dan
bahan
dikembangkan
ajar
yang
pada
tahap
eksperimen
implementasi serta melakukan revisi
video
produk berdasarkan evaluasi pada saat
model
ujicoba lapangan. Data-data yang
berbantu
diperoleh dianalisis untuk mengetahui
wondershare lebih baik dari pada hasil
revisi yang perlu dilakukan serta
belajar siswa kelompok kontrol yang
menganalisis apakah produk tersebut
biasa dilakukan oleh guru dengan
efektif
menggunakan model konvensional.
pembelajaran.
dengan
menggunakan
pembelajaran
menggunakan
problem
solving
digunakan
dalam
proses
Sehingga pembelajaran dengan video
pembelajaran
menggunakan
problem
solving
model
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
berbantu
wondershare lebih efektif dari pada
pembahasan disimpulkan bahwa:
pembelajaran
1. Proses
menggunakan
model
konvensional.
Sehingga
dapat
disimpulkan
pengembangan
pembelajaran
menggunakan
problem
solving
video
model
berbantu
pembelajaran
wondershare (layak), dimulai dari
menggunakan model problem solving
tahap Analysis dan Design yang akan
bahwa
video
11
menghasilkan
produk
dilanjutkan
awal,
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal.
2013.
Evaluasi
Pembelajaran. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arsyad
Azhar.
2013.
Media
Pembelajaran. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Aunurrahman. 2013. Belajar dan
Pembelajaran.
Bandung:
Alfabeta.
Arikunto, Cepi. 2009. Evaluasi Program
Teoritis Bagi Mahasiswa dan
Praktis Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar
dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka
Cipta.
Dwijayanti, ida. 2010. Pengembangan
perangkat
pembelajaran
matematika humanistik berbasis
konstruktivisme
menggunakan
ICT materi segi empat kelas VII.
Tesis program studi pendidikan
matematika. Prgram pascasarjana
UNNES
Elniati, Sri. 2007. Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Matematika
Berorientasi
Konstruktivisme, jurnal guru.
Padang:
Universitas
Negeri
Padang.
Kintoko, dkk. 2015. Pengembangan
Media Pembelajaran Matematika
Berbantuan Komputer dengan
Lectora Authorin Tools Pada
Materi Bangun Ruang Sisi
Datar.Jurnal
Elektronik
Pembelajaran Matematika Vol.3
No.2
Lilik Ariyanto. 2010. Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Matematika Model Berjangkar
(Anchored Instruction) Materi
Luas Kubus dan Balok Kelas
tahap
Development yaitu melakukan validasi
ahli, dimana masukan dari validator
digunakan untuk merevisi produk
awal
menjadi
produk
akhir.
Digunakan oleh siswa dengan melihat
presentase keseluruhan penilaian dari
tiga validasi ahli media yaitu sebesar
89,3%
dan
tiga
validasi
materi
pembelajaran yairu sebesar 85,06%.
Presentase tingkat pencapaian 89,3%
dan 85,06% berada pada kategori
sangat baik.
2. Hasil
belajar
siswa
dengan
mengguanakan model problem solving
berbantu wondershare lebih baik dari
pada hasil belajar konvensional yang
dilihat dari thitung > ttabel yaitu 1,863 >
1,66. Hal ini juga diperkuat dengan
hasil rata-rata siswa kelas eksperimen
lebih baik dari rata-rata siswa kelas
kontrol,
yaitu
Ketuntasan
85,78
hasil
>
79,03.
belajar
kelas
eksperimen mencapai tuntas baik
individu dan klasikal. Dari uraian
tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan model
problem
solving
berbantu
wondersahare lebih efektif dari pada
pembelajaran konvensional.
12
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi dan Cepi. 2009. Evaluasi
Program Pendidikan Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa
dan Praktisi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan
Prinsip
&
Operasionalnya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sumaji. 2010. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Materi
Segi Empat Dengan Model
Pembelajaran
Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kreatif.
Kudus: Universitas Muria.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative
Learning Teori & Aplikasi
Paikem. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Suyono, Hariyanto. 2014. Belajar &
Pembelajaran teori dan konsep
dasar.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Yani Putri.2014. Pengembangan Media
Pembelajaran Fisika Online
Prezi dalam Pokok Bahasan Alat
Optik pada Siswa Kelas X IPA
SMA Negeri 3 Purworejo Tahun
Pelajaran 2013/2014. Jurnal
Pendidikan, Vol.5, No.2, 45-49.
VIII. Artikel. Semarang: FPMIPA
IKIP PGRI.
Munir. 2012. Multimedia Konsep &
Aplikasi
dalam
Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Nizarwati, dkk. 2009. Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Berorientasi
Konstruktivisme
Untuk Mengajarkan Konsep
Perbandingan
Trigonometri
Siswa kelas X SMA. Jurnal
Pendidikan Matematika Volume
3. No. 2.
Paridjo. 2008. Sebuah Solusi Mengatasi
Kesulitan Belajar Matematika.
Semarang: UPBJJ Universitas
Terbuka.
Prayanti, dkk. 2014. Pengaruh Strategi
Pembelajaran
Pemecahan
Masalah Berorientasi Masalah
Matematika Terbuka Terhadap
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Ditinjau
Dari
Keterampilan Metakognitif Siswa
Kelas VII SMP Sapta Andika
Volume 3. Jurnal. Denpasar:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Pribadi, Benny A.2010. Model Desain
Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Dian Rakyat.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rokhmad. 2010. Modul Tutorial
Pembuatan
Evaluasi
Pembelajaean
Menggunakan
Software “Quiz Creator 3.0”.
Kegiatan Diklat: Peningkatan
Mutu Pembelajaran Berbasis
TIK.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
13
MODEL PROBLEM SOLVING BERBANTU WONDERSHARE
PADA MATERI STATISTIKA DI SMP
1,
Indah Suriyani1
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang
Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang 50125
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk megembangkan video pembelajaran menggunakan model problem
solving berbantu wondershare sehingga menghasilkan video pembelajaran yang layak digunakan selama
pembelajaran. Model yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah ADDIE. Sesuai
dengan namanya, ADDIE terdiri dari 5 langkah yaitu Analysis, Desain, Development, Implementation,
dan Evaluation. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan angket dan
tes tertulis. Hasil penilaian ahli media dan materi terhadap media, masing-masing menunjukan persentase
89,3% dan 85.06% yang berada pada kualifikasi sangat baik. Hasil belajar siswa menggunakan video
pembelajaran menggunakan model problem solving berbantu wondershare lebih baik dari pada hasil
belajar konvensional, diperkuat dengan hasil rata-rata siswa kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata
siswa kontrol, yaitu 85,78 dan 79,03, ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen mencapai tuntas baik
individu dan klasikal dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran
menggunakan model problem solving berbantu wondershare valid (layak menurut ahli) dan pembelajaran
dengan video pembelajaran menggunakan model problem solving berbantu wondershare lebih efektif dari
pada pembelajaran konvensional.
Kata kunci: video pembelajaran, model problem solving, wondershare, hasil belajar.
salah satu mata pelajaran wajib yang
PENDAHULUAN
Di era globalisasi, perkembangan
harus dikuasai oleh siswa SMP, dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi dari
bukti bahwa matematika termasuk dalam
waktu ke waktu semakin pesat. Menurut
mata
(Mulyasa, 2008) bahwa perkembangan
untuk syarat kelulusan siswa SMP.
ilmu
teknologi
Belajar matematika akan berhasil bila
mengakibatkan adanya persaingan dalam
proses belajarnya baik, salah satunya
berbagai
yaitu melibatkan siswa secara aktif.
pengetahuan
bidang
dan
kehidupan
karena
pelajaran
yang
dibutuhkannya sumber daya manusia
Zaini
yang berkualitas, bernalar tinggi, dan
bahwa ketika siswa
memiliki
aktif,
kemampuan
memproses
(2008:
berarti
informasi. Pembangunan sumber daya
mendominasi
manusia (SDM) berkualitas merupakan
Dengan
suatu keniscayaan yang tidak dapat
menggunakan
ditawar-tawar lagi (Prayanti, 2014: 3).
menemukan
Pelajaran matematika merupakan
14)
diperhitungkan
mengungkapkan
belajar
dengan
mereka
yang
aktifitas
ini
mereka
otak,
ide
pokok
pembelajaran.
secara
baik
dari
aktif
untuk
materi
pelajaran, memecahkan masalah, ataupun
1
mengaplikasikannya
dalam
dimilikinya.
kehidupan
Menurut
Dwyer
(dalam
Waluya, 2006:2), pengemasan materi
sehari-hari.
Di sisi lain matematika merupakan
pembelajaran dalam bentuk tayangan-
mata pelajaran yang dianggap sulit,
tayangan audiovisual mampu merebut
dibenci dan ditakuti oleh sebagian besar
94% saluran masuknya pesan-pesan atau
siswa baik siswa sekolah dasar maupun
informasi ke dalam jiwa manusia yaitu
siswa sekolah menengah. Karena merasa
lewat mata dan telinga. Atau, secara
kesulitan,
evaluasi
umum orang akan ingat 85% dari apa
mencontek
yang mereka lihat dari suatu tayangan,
(Paridjo, 2008: 1). Hal yang sama tentang
setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah
matematika dikemukakan oleh Mardijono
3 hari kemudian (Lilik Ariyanto, 2010).
belajar
dari
sehingga
siswa
dalam
berusaha
Universitas
Negeri
Kurikulum
Jogjakarta
dipahami
sebagai
“Masih Kering Konsep Matematika di
seperangkat
Indonesia”,
bahwa
isi dan bahan pelajaran yang digunakan
matematika,
baik
sampai
di
saat
sekolah
ini
sebagai
dasar
rencana mengenai tujuan,
pedoman
penyelenggaraan
maupun di sekolah menengah masih
kegiatan pembelajaran untuk mencapai
dianggap
yang
tujuan pendidikan. Kurikulum sering
tidak
mengalami perubahan dan perkembangan
pendidikan
dari massa ke massa yang disebabkan
sebagai
menakutkan.
Sikap
menguntungkan
matematika,
“momok”
ini
bagi
apalagi
dalam
penguasaan
zaman. Perubahan dan perkembangan
pembelajarannya.
kurikulum juga terjadi di Indonesia.
metode
dengan
tuntutan
Kurikulum yang berlaku saat ini adalah
pembelajaran
Kurikulum 2013 (Yani, 2014: 5).
yang
Kurikulum
mencakup strategi, pendekatan, teknik
dan
sesuai
senantiasa
terapan,
(Kompas, 26 Mei 2000 : 9).
Model
yang
berkembang
konsep,
dan
kebutuhan
terutama
pengembangannya
pengembangan
karena
upaya
instruksional
pendidik
dapat
sebagai
2013
menjadikan
fasilitator
yang
mengoptimalkan aktifitas belajar siswa
membantu peserta didik memecahkan
apabila
masalah
pembelajaran
terjadi
dengan
belajar
yang
dialaminya.
dapat
Pendidik membimbing peserta didik agar
mendorong siswa untuk membangun
memiliki pengalaman langsung dalam
dan mengembangkan pengetahuan yang
pembelajaran melalui pembelajaran yang
bermakna, menyenangkan
dan
2
berbasis
teknologi
informasi
matematika,
dan
yakni
sebagai
media
komunikasi. Namun permasalahan yang
pembelajaran matematika. Salah satunya
muncul kemudian adalah media mana
dengan
yang digunakan oleh pendidik maupun
pembelajaran. Penggunaan video dalam
peserta didik dalam proses pembelajaran.
multimedia interaktif akan memberikan
Proses
belajar
mengajar
menggunakan
pengalaman
erat
baru,
video
karena
video
kaitanya dengan menggunakan media
merupakan gambar yang bergerak dan
pembelajaran itu sendiri. Fungsi media
dihasilkan dari proses rekaman. Video
pembelajaran adalah sebagai alat bantu
memegang peranan yang sangat penting
pengajaran yang turut mempengaruhi
dalam presentasi multimedia. Orang akan
kondisi dan lingkungan belajar yang
lebih tertarik dengan presentasi atau
diciptakan oleh guru. Hamalik dalam
aplikasi yang menampilkan tayangan
(Azhar, 2013) mengemukakan bahwa
dalam bentuk video (Munir, 2012: 289).
Tampilan
pemakaian media pembelajaran dalam
proses
belajar
mengajar
video
pembelajaran
materi statistika lebih manarik karena
dapat
membangkitkan keinginan dan minat
berbantu
baru,
dan
Wondershare adalah salah satu software
bahkan
yang dapat digunakan untuk membuat
membawa pengaruh-pengaruh psikologis
program evaluasi pembelajaran berbasis
terhadap siswa. Suatu proses belajar
IT. Sangat berguna sekali bagi para
mengajar untuk dapat mencapai tujuan
tenaga
pembelajran diperlukan adanya media
evaluasi pembelajaran dengan cepat,
pembelajaran.
ringkas dan sekaligus menyenangkan dan
membangkitkan
rangsangan
motivasi
belajar,
dan
software
pendidik
wondersara.
untuk
melakukan
Perkembangan teknologi yang pesat
menarik bagi siswa. Hasil Publikasi juga
membuka peluang dan jalan baru dalam
beraneka ragam dapat berupa file SWF,
mengerjakan
file HTML maupun file .EXE.
sebuah
sesuatu
inovasi,
yang
termasuk
menjadi
Dengan
untuk
video
pembelajaran
mengembangkan dunia pendidikan. Saat
menggunakan model problem soving
ini telah banyak berkembang teknologi
berbantu wondershare dapat membantu
yang
untuk
peserta didik memahami materi statistika
pendidikan,
menjadi lebih mudah dalam penyelesaian
termasuk untuk menunjang pembelajaran
masalah. Banyaknya gambar dalam video
dapat
mengembangkan
dimanfaatkan
dunia
3
model
Solving Berbantu Wondershare Pada
problem solving berbantu wondershare
Siswa Kelas VII SMP Negeri I Ungaran”.
membuat siswa tidak merasa bosan dalam
Berdasarkan uraian latar belakang
pembelajaran
menggunakan
pembelajaran
materi
statistika
maka rumusan masalah yang akan dikaji
dan
termotivasi dengan apa yang mereka
dalam
lihat.
Bagaimana
Dengan
pembelajaran
menggunakan
berbantu
video
penelitian
adalah:
mengembangkan
pembelajaran
wondershare
ini
menggunakan
(1)
video
model
membuat pembelajaran tidak monoton
problem solving berbantu wondershare
sehingga
menarik
pada materi statistika yang valid (layak
perhatian peserta didik dan pembelajaran
berdasarkan validasi ahli) digunakan
menjadi lebih efektif. Media pendidikan
sebagai video pembelajaran; (2) Apakah
memegang peran yang penting dalam
pembelajaran dengan video pembelajaran
proses
model
diharapkan
lebih
pembelajaran.
Keberhasilan
problem
solving
berbantu
pembelajaran sangat ditentukan oleh dua
wondershare efektif digunakan dalam
komponen utama yaitu metode mengajar
pembelajaran matematika pada materi
dan
Kedua
statistika kelas VII SMP Negeri I
komponen ini saling berkaitan dan tidak
Ungaran. Adapun tujuan penelitian ini
bisa dipisahkan. Fungsi media dalam
adalah sebagai berikut: (1) Menghasilkan
proses belajar mengajar yaitu untuk
pengembangan
meningkatkan rangsangan peserta didik
menggunakan model problem solving
dalam kegiatan belajar (Ali, 2009:5).
berbantu
Menurut Ali (2005) menyatakan bahwa
statistika yang valid (layak berdasarkan
penggunaan
media
pembelajaran
validasi ahli) digunakan sebagai video
berbantuan
komputer
mempunyai
pembelajaran; (2) Untuk mengetahui
signifikan terhadap daya tarik siswa
video pembelajaran menggunakan model
untuk
problem solving berbantu wondershare
media
pembelajaran.
mempelajari
kopetensi
yang
penulis
tertarik
VII SMP Negeri I Ungaran.
untuk
melakukan penelitian dengan judul :
“Pengembangan
pada
materi
matematika pada materi statistika kelas
Berdasarkan uraian latar belakang
maka
wondershare
pembelajaran
efektif digunakan dalam pembelajaran
diajarkan.
diatas,
video
Video
Pembelajaran
Statistika Menggunakan Model Problem
4
penyelenggaraan
METODE
Produk
penelitian
yang
ini
dihasilkan
adalah
pembelajaran
atau
pada
perbaikan manajemen (Pribadi, 2010:
video
128). Analisis kinerja dalam penelitian
model
ini bertujuan untuk mengetahui dan
sebuah
menggunakan
program
Problem Solving berbantu Wondershare
mengklasifikasikan
pada materi statistika di SMP kelas VII.
yang dihadapi dalam pembelajaran
Untuk menghasilkan video pembelajaran
materi pokok statistika. Solusi dari
matematika ini, maka peneliti harus
permasalahan tersebut bisa dilakukan
membuat rancangan media pembelajaran.
dengan
Pada tahap desain produk ini,
cara
masalah
penyediaan
pembelajaran
yang
dasar
fasilitas
memadai,
peneliti membuat rancangan desain untuk
misalnya tersedia media bahan ajar
mengembangkan
matematika
video
pembelajaran
menggunakan model problem solving
yang
mengutamakan
aktivitas belajar siswa.
berbantu wondershare. Model penelitian
b. Analisis kebutuhan
yang digunakan adalah model ADDIE.
Analisis kebutuhan merupakan
Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri
langkah
dari lima fase atau tahap utama, yaitu
menentukan kemampuan-kemampuan
(A)nalysis,
atau kompetensi yang perlu dipelajari
(D)esign,
(D)evelopment,
(I)mplementation, dan (E)valuation.
oleh
yang
siswa
pretasi
diperlukan
untuk
belajar.
untuk
meningkatkan
Berdasarkan hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis kurikulum di SMP N 1
1. Analisis (Analysis)
Ungaran dan pengalaman langsung
peneliti melakukan kegiatan observasi
Langkah analisis terdiri atas dua
tahap,
yaitu
performance
analisis
analysis
kerja
dan
di
atau
sekolahan
mendapatkan
analisis
tersebut
informasi
dan
juga
tentang
kebutuhan atau need analysis. Tahapan
kompetensi yang hendak dicapai oleh
ini dijelaskan secara rinci, yaitu:
peserta
a. Analisis kinerja
pembelajaran materi statistika adalah
didik
setelah
mengikuti
Analisis kinerja dilakukan untuk
sesuai dengan standar kompetensi dan
mengetahui dan mengklasifikasikan
kompetensi dasar yang ada di silabus
apakah masalah kinerja yang dihadapi
matematika kelas VII.
memerlukan
solusi
berupa
2. Perancangan (Design)
5
(Design)
validasi untuk ahli media, ahli
disusun: bahan ajar pada materi
materi maupun guru matematika
statistika dan desain produk, sebagai
berbentuk
berikut:
menggunakan skala likert yang
a. Menyusun kerangka struktur, yang
kriteria penilaiannya ada 5 skala
Pada
perencanaan
chekc
list
dengan
dilakukan
adalah
menganalisis
yaitu (1) sangat tidak setuju, (2)
materi
yang
ditampilkan,
tidak setuju, (3) kurang setuju, (4)
menganalisis
desain
tampilan,
menentukan
soal
evaluasi,
perancangan
konsep
tidak setuju, dan (5) sangat setuju.
3. Pengembangan (Development)
Pada
media,
langkah
pengembangan
pemilihan rancangan desain antar
(Development) dikembangkan bahan
path.
ajar
yaitu
video
pembelajaran
sistematika
menggunakan model problem solving
pengembangan media, didasarkan
berbantu wondershare pada materi
pada
statistika,
b. Menentukan
penjabaran
Standar
kemudian
melakukan
Kompetensi dan Konpetensi Dasar
validasi ahli dan revisi produk.
yang
a. Tahap Pengembangan Bahan Ajar
telah
ditetapkan
menjadi
indikator-indikator. Naskah, materi,
ilustrasi,
visualisasi
animasi
yang
akan
b. Dirancang
dan bahan
secara
menarik,
bervariasi, dan komunikatif.
digunakan
c. Dilengkapi dengan informasi teks,
diambil dari sumber-sumber yang
gambar, dan video.
relevan. Halaman ini terdiri dari
d. Hasil Validasi Ahli Media
beberapa layar yang ditampilkan
Tahap
secara urut mulai dari awal hingga
bertujuan
untuk
akhir materi.
kelayakan
pembuatan
validasi
ahli
media
mengetahui
produk
“Video pembelajaran menggunakan
c. Merancang alat evaluasi berupa
yang
model Problem Solving berbantu
digunakan adalah jenis angket atau
Wondershare pada materi Statistika
chek list yang diberikan kepada ahli
kelas VII SMP”. Pada tahap ini, 3
media, ahli materi maupun guru
validator dipilih sebagai validator
matematika dan peserta didik yang
ahli media. 3 validator Ahli media
sebagai subjek penelitian. Lembar
tersebut
instrumen,
instrumen
6
terdiri
dari
2
dosen
Universitas PGRI Semarang dan 1
PGRI
guru SMP N 1 Ungaran. Dari
memberikan nilai dengan rata-rata
ketiga
yaitu
validator
tersebut
Semarang.
terhadap
Ahli
materi
aspek
umum
memberikan nilai terhadap aspek
86,67%, aspek subtansi materi
umum dengan rata-rata 85%, aspek
88%,
penyakian pembelajaran 91,43%,
pembelajaran
aspek kelayakan bahasa (94,67%)
penilaian
dan aspek kelayakan kegrafikan
diperoleh penilaian 85,06% yang
86,67%. Aspek penilaian secara
termasuk dalam kualifikasi sangat
menyeluruh
baik, sehingga media pembelajaran
diperoleh
penilaian
dan
aspek
desain
82,22%.
Aspek
secara
89,3 % yang termasuk dalam
ini
kualifikasi sangat baik, sehingga
pembelajaran matematika.
media
pembelajaran
digunakan
dalam
ini
layak
layak
menyeluruh
digunakan
dalam
4. Implementasi (Implementation)
Langkah implementasi sering
pembelajaran
diasosiasikan dengan penyelenggaraan
matematika.
program pembelajaran itu sendiri.
e. Hasil Validasi Ahli Pembelajaran
untuk
Tujuan utama dari tahap implementasi
melihat sejauh mana materi yang
yang merupakan langkah realisasi
ada pada media tersebut. Media
desain dan pengembangan adalah
pembelajaran “Video pembelajaran
membimbing siswa untuk mencapai
Tahap
ini
menggunakan
Solving
bertujuan
Problem
Model
berbantu
tujuan
Wondershare
pembelajaran,
menjamin
terjadinya solusi untuk mengatasi
pada materi Statistika kelas VII
kesenjangan
SMP”
dihadapi oleh siswa dan memastikan
sebagai
dibuat
untuk
media
digunakan
bahwa
pembelajaran
hasil
pada
belajar
akhir
yang
program
dikalangan SMP, sehingga perlu
pembelajaran siswa perlu memilki
diuji
kompetensi
validasi
oleh
ahli
pengetahuan,
pembelajaran. Pada tahap ini, 3
keterampilan,
dan
validator dipilih sebagai validator
diperlukan (Pribadi, 2010 : 134).
Pada
ahli materi. Ahli materi tesebut
sikap
tahap
ini
terdiri dari 1 guru SMP N 1
diimplementasikan
Ungaran dan 2 dosen Universitas
metode yang telah dikembangkan
7
rancangan
yang
dan
pada situasi yang nyata yaitu di dalam
sangat baik. Kemudian didukung oleh
kelas.
implementasi,
data pengamatan pada kelas kontrol
yang
telah
sikap
diterapkan
pada
bekerjasama,
Selama
rancangan
produk
dikembangkan
yang
terdiri
dan
dari
toleran
aktif,
sebesar
kondisi yang sebenarnya. Pada tahap
(82,24%) dan keterampilan sebesar
implementasi,
(85,95%) berada pada rentang 81% -
menerapkan
media
peneliti
akan
pembelajaran
pembelajaran
dengan
100% dengan kategori sangat baik.
matematika
Berdasarkan analisis data seperti
pembelajaran
yang telah di uraikan di bab iv, pada
menggunakan model problem solving
analisis data awal sebelum dilakukan
berbantuan wondershare di SMP N 1
perlakuan, diketahui bahwa untuk uji
Ungaran.
normalitas dengan rumus korelasi
berbentuk
video
peneliti
product moment pada kelas sampel I
kualitatif
dan kelas sampel II. Pada kelas
Selanjutnya
mendiskripsikan
secara
pengamatan pembelajaran sikap dan
sampel I didapat nilai L
keterampilan yang langsung diamati
dan nilai L
oleh guru saat pembelajaran. Pada
sampel II. Kemudian dikonsultasikan
kelas
sangat
dengan kriteria pengujian dengan α =
aktif
5%, n1 = 36 dan n2 = 34 untuk kelas
eksperimen
bersemangat
mereka
belajar,
hitung
hitung
= 0,106
= 0,085 pada kelas
mengerjakan soal latihan, bekerjasama
sampel I didapatkan nilai L
dalam
0,148 dan sampel II didapatkan nilai L
kelompok
dan
tabel
Ternyata nilai L
=
mempresentasikan hasilnya didepan
tabel
kelas. Dengan pengamatan sikap dan
dari kedua kelas < dari nilai Ltabel
keterampilan di kelas eksperimen
maka H0 diterima, jadi kesimpulannya
menempatkan pada posisi yang sangat
kedua kelas tersebut berdistribusi
baik. Kemudian didukung oleh data
normal.
pengamatan pada kelas eksperimen
homogenitas
sikap
Bartlett. Dari perhitungan dengan
sebesar
(83,64%)
dan
= 0,152.
keterampilan sebesar (86,42%) berada
manual
pada rentang 81% - 100% dengan
diperoleh
kategori sangat baik. Sedangkan kelas
=
kontrol menempatkan pada posisi
Selanjutnya
pada
hitung
pada
uji
menggunakan
uji
kelas
eksperimen
= 0,551448 dan
11,1
dengan
5% .
Kriteria pengujian terima H0 jika
8
yaitu 0,551448 <
Ungaran yang terdiri dari 36 siswa.
11,1 maka H0 diterima sehingga dapat
Secara keseluruhan presentase sebesar
disimpulkan varians kelas eksperimen
85,06%. Pada hasil yang didapat
homogen (sama). Kemudian pada
termasuk pada kualifikasi yang sangat
kelas kontrol diperoleh
baik, hal tersebut menyatakan bahwa
10,24101 dan
=
media
= 11,1 dengan
dalam
Selanjutnya
homogen
pada
Secara
(sama).
pengujian
t
lebih
produk
video
memahami
materi
dan
permasalahan yang berkaitan dengan
didapatkan 75,556 dan sampel II
pokok bahasan Statistika. Hal ini tentu
didapatkan 74,882. Tahap yang kedua
sangat penting mengingat matematika
yaitu dari kedua kelas diperoleh nilai
bagi sebagian siswa merupakan salah
Fhitung = 1,638 dan Ftabel = 1,762.
satu mata pelajaran yang sulit.
Ternyata nilai Fhitung dari kedua kelas
Pada analisis tahap akhir sesuai
< Ftabel maka kedua kelas berasal dari
dengan
populasi yang sama. Tahap ketiga
analisis
data,
pada
uji
normalitas kelas eksperimen didapat
yaitu dari kedua kelas diperoleh thitung
nilai
= -0,034 dan ttabel = 1,667. Ternyata
Lhitung
dikonsultasikan
nilai thitung dari kedua kelas < ttabel,
=
0,140.
dengan
Data
kriteria
pengujian dengan α = 5%, untuk n1 =
maka kedua kelas telah sepadan.
36 didapatkan nilai Ltabel = 0,148.
Hal ini menunjukkan bahwa
Ternyata nilai Lhitung kelas eksperimen
pada uji analisis data awal dari kelas
< dari nilai Ltabel maka H0 diterima,
sampel I dengan kelas sampel II
yang
umum
menitik beratkan pada siswa agar
pertama mean matching sampel I
kelas
masalah
pembelajaran yang dikembangkan ini
matching ada 3 tahap yaitu yang
mempunyai
pemecahan
pembelajaran di kelas.
sehingga dapat disimpulkan varians
kontrol
sangat
media pembelajaran yang mendukung
yaitu
10,24101 < 11,1 maka H0 diterima
kelas
ini
menarik untuk digunakan sebagai
5% . Kriteria pengujian terima H0
jika
pembelajaran
dan pada kelas kontrol nilai Lhitung =
normal,
0,088. Data dikonsultasikan dengan
homogen dan sepadan (matching).
kriteria pengujian dengan α = 5% dan
Uji coba produk dilakukan pada
n2 = 34 untuk masing-masing kelas
kelas eksperimen di SMP N 1
9
didapatkan
nilai
Ltabel
=
0,152.
berbantu
wondershare
lebih
baik
Ternyata diperoleh data dari nilai
dibanding dengan model pembelajaran
Lhitung kelas kontrol < dari nilai Ltabel
konvensional pada pokok bahasan
maka H0 diterima, jadi kesimpulannya
statistika kelas VII SMP N 1 Ungaran.
kedua kelas
berdistribusi
Kemudian
normal.
indikator
efektif
pengujian
harus memenuhi ketuntasan hasil
homogenitas didapatkan nilai Fhitung =
belajar yaitu ada perbedaan, rata-rata
1,095
pada
lebih baik, tuntas secara individu
kriteria pengujian dengan = 5%
maupun klasikal. Kentutasan hasil
dengan dk pembilang (36 – 1= 35), dk
belajar ada dua yaitu ketuntasan
penyebut (34 – 1 = 33), dan
belajar individu dan ketuntasan belajar
F(0,025)(35,33)
klasikal.
Kemudian
pada
dan
dikonsultasikan
=1,989.
Berdasarkan
Pada
ketuntasan
belajar
analisis yang didapat menunjukkan
individu KKM yang diharapkan untuk
bahwa
sehingga dapat
dicapai pada kelas eksperimen dan
dikatakan bahwa kedua kelas tersebut
kontrol adalah nilai lebih dari sama
mempunyai
dengan 75. Selanjutnya pada kelas
<
varians
yang
sama
eksperimen
(homogen).
ketuntasan
belajar
pengujian
individu terdapat 30 siswa yang tuntas
hipotesis penelitian digunakan uji-t
dan 6 siswa tidak tuntas. Pada kelas
satu
Pada
kontrol ketuntasan belajar individu
analisis data diperoleh nilai thitung =
terdapat 22 siswa yang tuntas dan 12
1,863 dikonsultasikan dengan kriteria
siswa tidak tuntas. Kemudian pada
untuk t (1 ) dengan taraf
ketuntasan belajar klasikal KKM yang
Selanjutnya
pihak
pengujian
untuk
(pihak
kanan).
diharapkan untuk dicapai oleh kelas
nyata 5% berarti t(0,95) dengan dk = 36
eksperimen dan kelas kontrol adalah
+ 34 – 2 = 68 diperoleh ttabel = 1,66.
nilai lebih dari sama dengan 75%.
Ternyata harga thitung > ttabel yaitu
Pada kelas eksperimen sebesar 83,3%
1,863 > 1,66 maka H0 yang diajukan
ditolak
diterima.
dan
mengakibatkan
Hal
disimpulkan
menggunakan
ini
berarti
pembelajaran
video
dan kelas kontrol sebesar 64,7%.
Ha
Maka kelas ketuntasan belajar klasikal
dapat
yang tuntas adalah kelas eksperimen
dengan
dan kelas kontrol tidak tuntas.
pembelajaran
menggunakan model problem solving
10
berbantu wondershare valid (layak
Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan
video
digunakan) dan pembelajaran dengan
pembelajaran
menggunakan model problem solving
berbantu
wondershare
dibandingkan
lebih
baik
dengan
video
pembelajaran
model
problem
menggunakan
solving
berbantu
wondershare efektif digunakan dalam
model
pembelajaran.
konvensional. Rata-rata nilai yang
dihasilkan kelas ekseprimen lebih baik
5. Evaluasi (Evaluation)
dibandingkan kelas kontrol, hal itu
Evaluasi
dapat
didefinisikan
disebabkan pada saat terjadinya proses
sebagai sebuah proses yang dilakukan
belajar
untuk
mengajar,
ekseprimen
lebih
mengikuti
belajar
siswa
kelas
antusias
dalam
mengajar
memberikan
evalusai
ini
mengerjakan soal-soal latihan yang
menganalisis
ada.
keefektifan
uraian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
hasil
belajar
matematika
kelompok
terhadap
program pembelajaran. Pada langkah
dan
Dari
nilai
bertujuan
untuk
kelayakan
dan
bahan
dikembangkan
ajar
yang
pada
tahap
eksperimen
implementasi serta melakukan revisi
video
produk berdasarkan evaluasi pada saat
model
ujicoba lapangan. Data-data yang
berbantu
diperoleh dianalisis untuk mengetahui
wondershare lebih baik dari pada hasil
revisi yang perlu dilakukan serta
belajar siswa kelompok kontrol yang
menganalisis apakah produk tersebut
biasa dilakukan oleh guru dengan
efektif
menggunakan model konvensional.
pembelajaran.
dengan
menggunakan
pembelajaran
menggunakan
problem
solving
digunakan
dalam
proses
Sehingga pembelajaran dengan video
pembelajaran
menggunakan
problem
solving
model
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
berbantu
wondershare lebih efektif dari pada
pembahasan disimpulkan bahwa:
pembelajaran
1. Proses
menggunakan
model
konvensional.
Sehingga
dapat
disimpulkan
pengembangan
pembelajaran
menggunakan
problem
solving
video
model
berbantu
pembelajaran
wondershare (layak), dimulai dari
menggunakan model problem solving
tahap Analysis dan Design yang akan
bahwa
video
11
menghasilkan
produk
dilanjutkan
awal,
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal.
2013.
Evaluasi
Pembelajaran. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arsyad
Azhar.
2013.
Media
Pembelajaran. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Aunurrahman. 2013. Belajar dan
Pembelajaran.
Bandung:
Alfabeta.
Arikunto, Cepi. 2009. Evaluasi Program
Teoritis Bagi Mahasiswa dan
Praktis Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar
dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka
Cipta.
Dwijayanti, ida. 2010. Pengembangan
perangkat
pembelajaran
matematika humanistik berbasis
konstruktivisme
menggunakan
ICT materi segi empat kelas VII.
Tesis program studi pendidikan
matematika. Prgram pascasarjana
UNNES
Elniati, Sri. 2007. Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Matematika
Berorientasi
Konstruktivisme, jurnal guru.
Padang:
Universitas
Negeri
Padang.
Kintoko, dkk. 2015. Pengembangan
Media Pembelajaran Matematika
Berbantuan Komputer dengan
Lectora Authorin Tools Pada
Materi Bangun Ruang Sisi
Datar.Jurnal
Elektronik
Pembelajaran Matematika Vol.3
No.2
Lilik Ariyanto. 2010. Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Matematika Model Berjangkar
(Anchored Instruction) Materi
Luas Kubus dan Balok Kelas
tahap
Development yaitu melakukan validasi
ahli, dimana masukan dari validator
digunakan untuk merevisi produk
awal
menjadi
produk
akhir.
Digunakan oleh siswa dengan melihat
presentase keseluruhan penilaian dari
tiga validasi ahli media yaitu sebesar
89,3%
dan
tiga
validasi
materi
pembelajaran yairu sebesar 85,06%.
Presentase tingkat pencapaian 89,3%
dan 85,06% berada pada kategori
sangat baik.
2. Hasil
belajar
siswa
dengan
mengguanakan model problem solving
berbantu wondershare lebih baik dari
pada hasil belajar konvensional yang
dilihat dari thitung > ttabel yaitu 1,863 >
1,66. Hal ini juga diperkuat dengan
hasil rata-rata siswa kelas eksperimen
lebih baik dari rata-rata siswa kelas
kontrol,
yaitu
Ketuntasan
85,78
hasil
>
79,03.
belajar
kelas
eksperimen mencapai tuntas baik
individu dan klasikal. Dari uraian
tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan model
problem
solving
berbantu
wondersahare lebih efektif dari pada
pembelajaran konvensional.
12
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi dan Cepi. 2009. Evaluasi
Program Pendidikan Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa
dan Praktisi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan
Prinsip
&
Operasionalnya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sumaji. 2010. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Materi
Segi Empat Dengan Model
Pembelajaran
Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kreatif.
Kudus: Universitas Muria.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative
Learning Teori & Aplikasi
Paikem. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Suyono, Hariyanto. 2014. Belajar &
Pembelajaran teori dan konsep
dasar.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Yani Putri.2014. Pengembangan Media
Pembelajaran Fisika Online
Prezi dalam Pokok Bahasan Alat
Optik pada Siswa Kelas X IPA
SMA Negeri 3 Purworejo Tahun
Pelajaran 2013/2014. Jurnal
Pendidikan, Vol.5, No.2, 45-49.
VIII. Artikel. Semarang: FPMIPA
IKIP PGRI.
Munir. 2012. Multimedia Konsep &
Aplikasi
dalam
Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Nizarwati, dkk. 2009. Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Berorientasi
Konstruktivisme
Untuk Mengajarkan Konsep
Perbandingan
Trigonometri
Siswa kelas X SMA. Jurnal
Pendidikan Matematika Volume
3. No. 2.
Paridjo. 2008. Sebuah Solusi Mengatasi
Kesulitan Belajar Matematika.
Semarang: UPBJJ Universitas
Terbuka.
Prayanti, dkk. 2014. Pengaruh Strategi
Pembelajaran
Pemecahan
Masalah Berorientasi Masalah
Matematika Terbuka Terhadap
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Ditinjau
Dari
Keterampilan Metakognitif Siswa
Kelas VII SMP Sapta Andika
Volume 3. Jurnal. Denpasar:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Pribadi, Benny A.2010. Model Desain
Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Dian Rakyat.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rokhmad. 2010. Modul Tutorial
Pembuatan
Evaluasi
Pembelajaean
Menggunakan
Software “Quiz Creator 3.0”.
Kegiatan Diklat: Peningkatan
Mutu Pembelajaran Berbasis
TIK.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
13