Makalah kerja bengkel dan gambar teknik (1)

Memahami Keselamatan Kerja Berdasarkan OSHA
Memahami Keselamatan Kerja Berdasarkan OSHA ( Occupational Safety and
Health Administration )

A.

Mengenal OHSAS 18001 dalam Penerapan SMK3

Derajat kesehatan dan keselamatan yang tinggi di tempat kerja merupakan hak
pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak normatif
lainnya. Perusahaan hendaknya sadar dan mengerti bahwa pekerja bukanlah
sebuah sumber daya yang terus-menerus dimanfaatkan melainkan sebagai
makhluk sosial yang harus dijaga dan diperhatikan mengingat banyaknya faktor
dan resiko bahaya yang ada di tempat kerja. Selain perusahaan, pemerintah pun
turut bertanggungjawab untuk melindungi kesehatan dan keselamatan kerja.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang yang mengatur tentang K3 yaitu UU No.1 tahun 1970
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Permenaker No.05/Men/1996
tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).
Tujuan dan sasaran yang termuat dalam SMK3 ini adalah menciptakan
suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja dalam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
B.

Mengapa Angka Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja,
yaitu unsafe condition dan unsafe behavior. Unsafe behavior merupakan perilaku
dan kebiasaan yang mengarah pada terjadinya kecelakaan kerja seperti tidak
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dan penggunaan peralatan yang tidak
standard sedang unsafe condition merupakan kondisi tempat kerja yang tidak
aman seperti terlalu gelap, panas dan gangguan-gangguan faktor fisik
lingkungan kerja lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat dieliminasi dengan adanya
komitmen perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan peraturan K3 serta
didukung oleh kualitas SDM perusahaan dalam pelaksanaannya.
Sayangnya, masih sedikit perusahaan di Indonesia yang berkomitmen
untuk melaksanakan pedoman SMK3 dalam lingkungan kerjanya. Menurut
catatan SPSI, baru sekitar 45% dari total jumlah perusahaan di Indonesia (data
Depnaker tahun 2002, perusahaan di bawah pengawasannya sebanyak 176.713)

yang memuat komitmen K3 dalam perjanjian kerja bersamanya. Jika perusahaan
sadar, komitmennya dalam melaksanakan kebijakan K3 sebenarnya dapat
membantu mengurangi angka kecelakaan kerja di lingkungan kerja. Dengan
sadar dan berkomitmen, perusahaan akan melakukan berbagai upaya untuk
mewujudkan kondisi kerja yang aman dan sehat. Komitmen perusahaan yang
rendah ini diperburuk lagi dengan masih rendahnya kualitas SDM di Indonesia
yang turut memberikan point dalam kejadian kecelakaan kerja, data dari Badan
Pusat Statistik tahun 2003 menunjukkan bahwa hanya 2.7% angkatan kerja di
Indonesia yang mempunyai latar belakang pendidikan perguruan tinggi dan
54.6% angkatan kerja hanya tamatan SD.

Sebenarnya, penerapan K3 dalam sistem manajemen perusahaan
memberikan banyak keuntungan selain peningkatan produktifitas kerja dan tetap
terjaganya kesehatan, keselamatan pekerja, penerapan K3 juga dapat
meningkatkan citra baik perusahaan yang dapat memperkuat posisi bisnis
perusahaan. Satu lagi hal penting bahwa dengan komitmen penerapan K3, angka
kecelakaan kerja dapat ditekan sehingga dapat menekan biaya kompensasi
akibat kecelakaan kerja. Perlu diketahui bahwa nilai kompensasi yang harus
dibayar karena kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2004 sebesar 102,461 milliar
rupiah apalagi jika kita lihat data 2003 yang sebesar 190,607 milliar rupiah,

sungguh suatu nilai yang sangat disayangkan jika harus dibuang percuma!
Sebenarnya keadaan ini tidak jauh berbeda dengan di AS, tahun 1995
pemerintah AS harus menderita kerugian sebesar 119 milliar dollar karena
kecelakaan kerja dengan tingkat pertumbuhan kerugian sebesar 67,9 milliar
dollar dalam kurun waktu 15 tahun sejak tahun 1980.
Usaha pemerhati K3 dunia untuk menurunkan angka kecelakaan kerja
melalui suatu pedoman terhadap pelaksanaan K3 telah ada sejak beberapa
tahun yang lalu. Awalnya adalah dengan penerbitan suatu pendekatan sistem
manajemen yaitu Health and Safety Management-HS(G)65 yang dikembangkan
oleh Health and Safety Executive Inggris yang diterbitkan terakhir pada tahun
1977. Mei 1996 muncul standar pelaksanaan K3,BS 8800 (British Standard 8800)
yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi K3 melalui penyediaan
pedoman bagaimana manajemen K3 berintegrasi dengan manajemen dari aspek
bisnis yang lain. Hingga tahun 1999 muncul standar baru yaitu OHSAS 18001
yang dikeluarkan sebagai spesifikasi dan didasarkan pada model yang sama
dengan ISO 14001, bersamaan dengan itu diterbitkan pula OHSAS 18002
sebagai pedoman pada penerapan OHSAS 18001. Sebenarnya apa OHSAS itu?
C. OHSAS

18001, Apa


dan

bagaimana?

OHSAS –Occupational Health and Safety Assesment Series-18001
merupakan standar internasional untuk penerapan SMK3. Tujuan dari OHSAS ini
sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan SMK3 Permenaker, yaitu meningkatkan
kondisi kesehatan kerja dan mencegah terjadinya potensi kecelakaan kerja dan
mencegah terjadinya potensi kecelakaan kerja karena kondisi K3 tidak saja
menimbulkan kerugian secara ekonomis tetapi juga kerugian non ekonomis
seperti menjadi buruknya citra perusahaan.
Cikal bakal OHSAS 18001 adalah dokumen yang dikeluarkan oleh British
Standards Institute (BSI) yaitu Occupational Health and Safety Management
Sistem-Specification (OHSAS) 18001:1999. OHSAS 18001 diterbitkan oleh BSI
dengan tim penyusun dari 12 lembaga standarisasi maupun sertifikasi beberapa
negara di dunia seperti, Standards Australia, SFS Certification dan International
Certification Services.
Standar OHSAS mengandung beberapa komponen utama yang harus
dipenuhi oleh perusahaan dalam penerapan SMK3 demi pelaksanaan K3 yang

berkesinambungan.
Komponen Utama OHSAS 18001 .
Komponen utama standar OHSAS 18001 dalam penerapannya di
perusahaan meliputi:

1. Adanya komitmen perusahaan tentang K3.
2.Adanya perencanaan tentang program-program K3
3.Operasi dan Implementasi K3
4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan K3 di perusahaan
5. Pengkajian manajemen perusahaan tentang kebijakan K3 untuk pelaksanaan
berkesinambungan.
Berdasarkan 5 komponen utama diatas, tahapan dalam penyusunan
SMK3 menurut OHSAS 18001 melalui 7 tahapan yaitu mengindentifikasi resiko
dan bahaya, mengidentifikasi ketetapan UU dan peraturan hukum yang berlaku,
menentukan target dan pelaksana program, melancarkan program perencanaan
untuk mencapai target dan objek yang telah ditentukan, mengadakan
perencanaan terhadap kejadian darurat, peninjauan ulang terhadap target dan
para pelaksana system, terakhir yaitu penetapan kebijakan sebagai usaha untuk
mencapai kemajuan yang berkesinambungan. Tahapan penerapan ini lebih
panjang jika dibandingkan dengan penerapan SMK3 menurut permenaker tetapi

dari segi isi tidak ada perbedaan yang signifikan.
Seiring dengan upaya pelaksanaan OHSAS dalam perusahaan,
muncullah suatu konsep baru sebagai akibat praktek OHSAS 18001 dalam
manajemen perusahaan. Konsep baru tersebut dikenal dengan nama Green
Company.

Menerapkan Kesehatan Kerja di Bidang Elektronika
Keselamatan dan kesehatan Kerja di bidang elektronik

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
Melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah
terjadinya kecelakaan kerjadan penyakit.Berbagai arah keselamatan dan
kesehatan kerja
1. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan
pencegahan sebelumnya.
2. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja
3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja
4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi. Mengenai peraturan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja Yang terutama adalah UU Keselamatan
dan Kesehatan Tenaga Kerja dan Detail Pelaksanaan UU Keselamatan dan

Kesehatan Tenaga Kerja.

Keselamatan kerja
Tindakan keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani manusia, serta hasil kerja dan
budaya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Keselamatan
kerja manusia secara terperinci antara meliputi : pencegahan terjadinya
kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi terjadinya penyakit akibat
pekerjaan, mencegah dan atau mengurangi cacat tetap, mencegah dan atau
mengurangi kematian, dan mengamankan material, konstruksi, pemeliharaan,
yang kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
umat manusia.

1) Menunjang terlaksananya tugas-tugas pemerintah, khususnya di bidang
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan, industri,
perkebunan, pertanian yang meliputi di antaranya tentang penanganan
keselamatan kerja.

2)Menuju tercapainya keragaman tindak di dalam menanggulangi masalah
antara lain keselamatan kerja.


Standar Keselamatan Kerja
Pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan digolongkan sebagai berikut:

a) Pelindung badan, meliputi pelindung mata, tangan, hidung, kaki, kepala, dan
telinga.

b) Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari bahaya yang
mungkin timbul dari luar atau dari dalam atau dari pekerja itu sendiri
c) Alat pengaman listrik, yang setiap saat dapat membahayakan.

d) Pengaman ruang, meliputi pemadam kebakaran, sistem alarm,
air hidrant, penerangan yang cukup, ventilasi udara yang baik,
dan sebagainya.

Pencegahan merupakan cara yang paling efektif
Dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu : perilaku yang
tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, berdasarkan data dari
Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai

saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:
1. sembrono dan tidak hati-hati
2. tidak mematuhi peraturan
3. tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4. tidak memakai alat pelindung diri
5. kondisi badan yang lemah

Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang
tidak bisa dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan
lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% dikarenakan
perilaku yang tidak aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah
disebutkan di atas.

Mencegah Terjadinya Kecelakaan
Tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah hal
yang lebih penting dibandingkan dengan mengatasi terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan dapat dicegah dengan menghindarkan sebab-sebab yang bisa
mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Tindakan pencegahan bisa dilakukan
dengan cara penuh kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan ditandai

dengan rasa tanggung jawab. Mencegah kondisi kerja yang tidak aman,
mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam keadaan darurat, maka segera
melaporkan segala kejadian, kejanggalan dan kerusakan peralatan sekecil
apapun kepada atasannya. Kerusakan yang kecil atau ringan jika dibiarkan maka
semakin lama akan semakin berkembang dan menjadi kesalahan yang serius jika
hal tersebut tidak segera diperbaiki. Tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan
harus dilakukan dengan rasa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap tindakan
keselamatan kerja. Bertanggung jawab merupakan sikap yang perlu dijujung
tinggi baik selama bekerja maupun saat beristirahat Hal ini akan sangat
bermanfaat bagi keselamatan dalam bekerja. Peralatan perlindungan anggota
badan dalam setiap bekerja harus selalu digunakan dengan menyesuaikan sifat
pekerjaan yang dilakukan.beberapa alat pelindung keamanan anggota badan,
terdiri dari pelindung mata, kepala, telinga, tangan, kaki dan hidung.
Penggunaan alat pelindung ini disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang
dikerjakan. Sebagai contoh pelindung mata, pakailah kaca mata atau gogles
untuk melindungi dari sinar yang kuat, loncatan bunga api, loncatan logam
panas dan sebagainya.

Sebab-Sebab terjadinya Kecelakaan
Suatu kecelakaan sering terjadi yang diakibatkan oleh lebih dari satu sebab.

Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan halhal yang menyebabkan
kecelakan tersebut. Ada dua sebab utama terjadinya suatu kecelakaan. Pertama,
tindakan yang tidak aman. Kedua, kondisi kerja yang tidak aman. Orang yang
mendapat kecelakaan luka-luka sering kali disebabkan oleh orang lain atau
karena tindakannya sendiri yang tidak menunjang keamanan. Berikut beberapa
contoh tindakan yang tidak aman, antara lain:

a) Memakai peralatan tanpa menerima pelatihan yang tepat

b) Memakai alat atau peralatan dengan cara yang salah

c) Tanpa memakai perlengkapan alat pelindung, seperti kacamata pengaman,
sarung tangan atau pelindung kepala jika pekerjaan tersebut memerlukannya

d) Bersendang gurau, tidak konsentrasi, bermain-main dengan teman sekerja
atau alat perlengkapan lainnya.

e) Sikap tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan dan membawa barang
berbahaya di tenpat kerja

f) Membuat gangguan atau mencegah orang lain dari pekerjaannya atau
mengizinkan orang lain mengambil alih pekerjaannya, padahal orang tersebut
belum mengetahui pekerjaan tersebut.

Di sisi lain, kecelakaan sering terjadi akibat kondisi kerja yang tidak aman.
Berikut ini beberapa contoh yang menggambarkan kondisi kerja tidak aman,
antara lain :tidak ada instruksi tentang metode yang aman, tidak ada atau
kurangnya pelatihan si pekerja, memakai pakaian yang tidak cocok untuk
mengerjakan tugas pekerjaan tersebut, menderita cacat jasmani, penglihatan
kabur, pendengarannya kurang, mempunyai rambut panjang yang mengganggu
di dalam melakukan pekerjaan dan system penerangan ruang yang tidak
mendukung.

Tindakan Menghindari Cara Kerja yang Tidak Aman
Menghindarkan cara kerja yang tidak nyaman merupakan anggung jawab semua
pekerja yang bekerja di ruang kerja. ebaliknya sikap yang tidak bertanggung
jawab merupakan suatu indakan kebodohan. Sikap yang bodoh menyebabkan
bahaya bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu ikutilah instruksi
supervisor (pengawas/pimpinan). Pakailah cara-cara kerja yang benar, tenang
dan tidak ceroboh dalam segala hal jika akan memulai bekerja. Kerja sama dari
semua orang yang terlibat dalam bekerja sangat diperlukan dalam mencegah
kondisi yang tidak aman. Kondisi kerja yang aman tidak hanya memiliki alat-alat
yang bagus dan mesin yang baru. Kerjasama dari setiap individu tempat kerja
merupakan hal yang sangat penting. Menjadikan tempat kerja yang bersih,
sehat, tertib, teratur dan rapi merupakan syarat yang sangat menentukan
keberhasilan kerja secara maksimal.

Penyebab berbahaya yang sering ditemui

1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan
metal, cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun
yang beracun.
2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dingin, lingkungan
yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang
tidak normal.
3. Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek: pencahayaan
dan penerangan yang kurang, bahaya dari pengangkutan, dan bahaya yg
ditimbulkan oleh peralatan.

Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja
1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan
berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah
dan ventilasi pergantian udara.
2. Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan
keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda – tanda
peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan
sistem penangganan darurat.
3. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan.

Jenis-jenis kecelakaan pada beberapa bidang industri
1. terjepit, terlindas
2. teriris, terpotong
3. jatuh terpeleset
4. tindakan yg tidak benar
5. tertabrak
6. berkontak dengan bahan yang berbahaya
7. terjatuh, terguling
8. kejatuhan barang dari atas
9. terkena benturan keras
10. terkena barang yang runtuh, roboh

-Elektronik (manufaktur)
1. teriris, terpotong
2. terlindas, tertabrak
3. berkontak dengan bahan kimia

4. kebocoran gas
5. Menurunnya daya pendengaran,daya penglihatan

-Produksi metal (manufaktur)
1. terjepit, terlindas
2. tertusuk, terpotong, tergores
3. jatuh terpeleset

-Petrokimia (minyak dan produksi batu bara, produksi karet, produksi karet,
produksi plastik)
1. terjepit, terlindas
2. teriris, terpotong, tergores
3. jatuh terpelest
4. tindakan yang tidak benar
5. tertabrak
6. terkena benturan keras

-Konstruksi
1. jatuh terpeleset
2. kejatuhan barang dari atas
3. terinjak
4. terkena barang yang runtuh, roboh
5. berkontak dengan suhu panas,
suhu dingin
6. terjatuh, terguling
7. terjepit, terlindas
8. tertabrak
9. tindakan yang tidak benar
10. terkena benturan keras

-Produksi alat transportasi bidang reparasi
1. terjepit, terlindas

2. tertusuk, terpotong, tergores
3. terkena ledakan

Karakteristik industri elektronik
Karakteristik industri elektronik adalah mengoperasikan mesin atau peralatan
dengan
tenaga besar, mesin atau peralatan tersebut dapat beroperasi secara otomatis
atau
setengah otomatis atau beroperasi dengan menggunakan bahan kimia yang
korosif.
Kecelakaan kerja yang terjadi terbagi dalam 3 golongan bahaya, yaitu: bahaya
kimia,
bahaya fisik dan bahaya ergonomik.

1. Bahaya kimia: terhirup atau kontak kulit dengan cairan metal, cairan non
metal,
hidrokarbon, debu, uap steam, asap, gas dan embun beracun

2. Bahaya fisik: suhu lingkungan yang ekstrim panas dingin, radiasi non pengion
dan
pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak normal.

3. Bahaya ergonomik: bahaya karena pencahayaan yang kurang, pekerjaan
pengangkutan dan peralatan.

Jenis Peralatan Kerja pada Bengkel Elektronika
Peralatan Kerja pada Perakitan Elektronika
Peralatan Kerja pada Perakitan Elektronika
Peralatan Kerja pada Perakitan Elektronika – Dalam pekerjaan merakit sebuah
Perangkat Elektronika baik yang dilakukan oleh para penghobi Elektronika
maupun dalam Produksi Massal (Mass Production), diperlukan peralatan kerja
yang berfungsi untuk membantu dan memperlancar proses produksi atau proses
merakit perangkat Elektronika tersebut. Perbedaan antara kegiatan merakit yang
dilakukan oleh para penghobi Elektronika dengan Produksi Elektronika secara
massal adalah kecepatan dan jumlah yang berhasil dirakitnya.Dalam Produksi,
peralatan kerja yang diperlukan adalah peralatan kerja yang mampu bergerak
dalam kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peralatan yang
dipergunakan oleh para penghobi Elektronika. Selain berkecepatan tinggi,
peralatan kerja pada produksi juga harus memenuhi standarisasi tertentu agar
dapat menghasilkan produk Elektronika yang sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan. Pada umumnya , para penghobi Elektronika hanya menggunakan
peralatan kerja yang digerakkan secara manual atau tenaga manusia,
sedangkan dalam produksi memerlukan peralatan kerja yang digerakan oleh
Listrik ataupun angin.
MACAM-MACAM PERALATAN KERJA
Berikut ini beberapa Peralatan Kerja yang digunakan dalam merakit Komponen
Elektronika hingga menjadi sebuah peralatan Elektronika yang dapat digunakan
oleh pemakainya.
Solder
Solder adalah alat yang digunakan untuk menyolder Terminal (kaki) Komponen
Elektronika sehingga menyatu dengan Papan Rangkaian (PCB) dengan
menggunakan Timah atau sering disebut dengan Proses Menyolder (Soldering
Process).

Di pasaran, kita dapat menemukan 2 jenis Solder yaitu Solder yang suhunya
tetap dan Solder yang suhunya dapat diatur sesuai dengan keinginan.
Pada umumnya Produksi akan menggunakan Solder yang suhunya dapat diatur,
hal ini dikarenakan Jenis Komponen yang akan disoldernya bermacam-macam
dan juga untuk memastikan Suhu tetap berada didalam Spesifikasi yang
ditentukan sehingga mendapatkan Kualitas Solder yang baik. Biasanya Teknisi
akan mengukur Suhu setiap 4 Jam sekali untuk memastikan Suhu Soldering Iron
tetap berada dalam Spesifikasi.

Alat Solder Peralatan Elektronika
Obeng (Screwdriver)
Screwdriver atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Obeng adalah alat
yang digunakan untuk mengencangkan ataupun mengendorkan baut (screw).
Proses mengencangkan (tighten) atau mengendorkan (loosen) baut ini disebut
dengan proses screwing.
Berdasarkan tenaga penggeraknya, Screwdriver (Obeng) dikelompokkan menjadi
3 jenis, yaitu :
Manual Screwdriver atau Obeng Manual yaitu Obeng yang digerakan oleh Tenaga
Manusia sendiri dengan cara memutar obeng tersebut searah jarum jam maupun
sebaliknya untuk mengencangkan dan mengendorkan baut.
Elektric Screwdriver atau Obeng Listrik adalah Obeng yang digerakan oleh
Listrik. Penggunaanya hanya perlu menekan Tombol saja.
Air Screwdriver atau Obeng Angin adalah Obeng yang digerakan oleh angin.
Penggunaanya sama seperti Obeng Listrik, yaitu hanya dengan menekan Tombol
untuk memulainya.
Dalam Proses Produksi, umumnya menggunakan Obeng Listrik dan Obeng Angin
karena perputarannya dalam kecepatan tinggi sehingga proses pengencangan
baut dapat dilakukan dengan cepat.
Pasangan Obeng (Screwdriver) adalah Mata Obeng atau sering disebut dengan
Screw Bit. Penggunaan Mata Obeng harus sesuai dengan bentuk Mata Screw
yang akan dikencangkan atau dikendorkan. Dengan Obeng Listrik ataupun
Obeng Angin, kekuatan pengencangan dapat diatur sesuai dengan spesifikasi

produksi sehingga tidak merusakan komponen produksi dan juga untuk
menghindari cacat produksi.
Bentuk-bentuk Mata Screw antara lain bentuk “Plus (+)”, “Minus (-)“, “Segi
Enam”, “Kotak” dan lain sebagainya.

Jenis-jenis Obeng (Screwdriver)
Tang (Plier)
Berdasarkan kegunaannya, Tang atau Plier dapat digolongkan menjadi 3
kelompok yaitu:
Tang Kombinasi yang berfungsi untuk memegang atau memutar Mur (Nut) dari
Baut baik untuk mengencangkannya ataupun mengendorkannya. Selain itu Tang
Kombinasi juga dapat berfungsi untuk membengkokkan Plat Logam yang tipis
ataupun untuk membengkokan Kaki Komponen. Tang Kombinasi juga dapat
dipakai memotong Kaki Komponen Elektronika, Kabel ataupun Kawat kecil.
Tang Lancip atau disebut dengan “Long Nose Plier” adalah yang digunakan untuk
membengkokkan kaki-kaki komponen atau memegang Mur yang ukuran kecil.
Salah satu keuntungan dari Tang Lancip adalah dapat menjangkau daerah yang
sempit dibandingkan dengan Tang Kombinasi.
Tang Potong atau juga disebut dengan Cutter dan Diagonal Plier ini digunakan
untuk memotong kaki komponen Elektronika dan kabel listrik yang terlalu

panjang.

Tang (Plier)
Pinset (Twizzer)
Pinset atau Twizzer digunakan untuk menjepit sesuatu yang ukurannya kecil
seperti Komponen Chip dan juga untuk mengambil atau memegang sesuatu
yang mungkin berbahaya atau menimbulkan iritasi jika disentuh oleh tangan
manusia. Berdasarkan bahan pembuatnya, Pinset (Twizzer) terdiri dari Stainless
Steel Twizzer (Pinset Besi/Stainless steel), Bamboo Twizzer (Pinset Bambu) dan
Ceramic Twizzer (Pinset Keramik). Pinset sering digunakan untuk memegang
komponen pada saat Menyolder Komponen Elektronika yang berbentuk Chip.

Pinset (Tweezer)

Penyedot Timah (Solder Sucker)
Penyedot Timah atau Solder Sucker adalah alat yang digunakan untuk menyedot
timah solder saat ingin melepaskan Komponen Elektronika yang telah disolder.
Penyedot Solder ini juga sering disebut dengan Desoldering Tools.
Terdapat 3 Jenis Penyedot Timah yang sering dipakai oleh penghobi Elektronika
maupun Produksi Elektronika untuk melepaskan Komponen Elektronika.
Penyedot Timah Manual (Manual Solder Sucker)
Kita perlu memompa secara manual (tenaga manusia) untuk dapat menyedot
Timah yang terdapat di Kaki Komponen ataupun PCB. Penyedot Timah ini sering
ditemui di bengkel reparasi peralatan Elektronika dan digunakan oleh para
penghobi Elektronika.
Penyedot Timah Listrik (Electric Solder Sucker)
Pemompaan dilakukan oleh Listrik, sehingga kita hanya perlu menekan tombol
untuk dapat menyedot Timah yang terdapat di kaki komponen elektronika
ataupun PCB. Alat ini sering digunakan oleh Teknisi Produksi dalam melakukan
perbaikan pada unit PCB yang mengalami cacat produksi.
Solder Wick
Terbuat dari serat tembaga (Copper Wire) dan memerlukan pemanasan oleh
Soldersehingga Timahnya pindah dan lengket ke Solder Wick tersebut. Solder
Wick biasa dalam bentuk gulungan dan hanya boleh sekali pakai.Penyedot Timah
(sucker)

Nama anggota kelompok 1 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Agiel f. N
Alviyan yahya
Didik
Faiza valentina p.n
Febrianto
G. Rovinda P.K

SMK NEGERI 1 NGAWI TH. PEL. 2017/2018