suhu dan ph terhadap enzim

Pengaruh Suhu dan pH Terhadap Aktifitas Enzim
Aditya Putra Pratama1*), Meilani Anggraeni1), Jeanne Isbeanny LFH1), Mohamad
Amin1), Roscha Amelia1), Ana Roudlotul Jannah1)
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jalan Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412 Indonesia. Telp (62-21) 7493606
*)

Email : pratamap82@yahoo.com

Abstrak
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH dan suhu terhadap
aktivitas enzim amilase pada cairan saliva yang terdapat di mulut. Saliva di kumpulkan di
dalam wadah sebanyak 25 ml dan di saring menggunakan glasbead. Untuk menstimulasi
sekresi kelenjar saliva, kunyahlah sepotong kertas saring yang telah di basahi asam asetat
1%. Suhu optimum pada enzim amilase adalah 370C dan pH optimum pada enzim amilase
berkisar antara 6,8 – 7.
PH pada suatu enzim tidak boleh terlalu asam ataupun terlalu basa karena akan
menurunkan kecepatan reaksi dengan terjadinya denaturasi. Pada kisaran pH tertentu enzim
mempunyai kestabilan yang tinggi. Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan umumnya
tergantung pada pH lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah
suhu, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat.

Abstract
The purpose of this experiment is to determine the effect of pH and temperature on enzyme
activity of salivary amylase in the fluid contained in the mouth. Saliva collected in
container 25 ml and filtered using glasbead. To stimulate salivary gland secretion, chew a
piece of filter paper that had been soaked in 1% acetic acid. The optimum temperature at
370C and the enzyme amylase is the enzyme amylase The optimum pH range from 6.8 to 7.
PH on the enzyme should not be too acidic or too alkaline because it will
decrease the rate of reaction with the denaturation. At a certain pH range of the enzyme has

a high stability. Enzymes work at a certain pH range, and generally depends on the pH of
the environment. Factors affecting the activity of the enzyme is the temperature, pH,
enzyme concentration, and substrate concentration.
1. PENDAHULUAN
Enzim adalah golongan protein
yang merupakan unit fungsional dalam
metabolisme sel. Enzim merupakan
biokatalisator bagi reaksi-reaksi yang

aktivitas enzim kembali meningkat.
Namun demikian kenaikan suhu yang

cukup besar dapat menyebabkan enzim
mengalami denaturasi sehingga aktivitas

terjadi di dalam tubuh makhluk hidup.

katalitiknya hilang.
Enzim bekerja pada kisaran pH

Sebagai biokatalisator, enzim memiliki

tertentu dan umumnya bergantung pada

spesifitas

baik

pH lingkungan. Sebagai contoh enzim

terhadap reaktan (substrat) maupun jenis


amilase yang ada di dalam cairan saliva

reaksi

Pada

di rongga mulut bekerja pada kisaran

hanya

pH 6,8 - 7,0. Pada pH yang relative

mengkatalisis satu jenis reaksi dan

rendah atau tinggi aktivitas enzim akan

bekerja pada suatu substrat tertentu.
Aktivitas enzim sangat

menurun


yang
yang

umumnya,

sangat

tinggi

dikatalisisnya.
suatu

enzim

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

bahkan

kemungkinan


hilang
enzim

Karena
sudah

lain: suhu, pH, konsentrasi enzim, dan

terdenaturasi.
Setiap enzim memiliki pH

konsentrasi

Keberadaan

optimum yang khas. Enzim protease

inhibitor juga dapat mempengaruhi


seperti pepsin bekerja pada kisaran pH

aktifitas enzim.
Setiap enzim memiliki suhu

yang rendah, karena enzim ini terdapat

substrat.

optimum, yaitu suhu dimana enzim
memiliki aktivitas maksimal. Enzim
yang terdapat di dalam tubuh manusia
mempunyai suhu optimum sekitar 370C.

dalam cairan lambung dimana kondisi
pH optimumnya adalah 2. Sebaliknya
tripsin dan kimotripsin adalah enzim
protease yang terdapat dalam usus halus

Di bawah atau di atas suhu optimum,


dan memiliki pH optimum 7,7.
Variasi aktivitas enzim dengan pH

aktivitas enzim menurun. Pada suhu

terjadi akibat perubahan ionisasi dari

mendekati nol, enzim menjadi tidak

protein enzim dan komponen lainnya

aktif, tetapi secara stuktural enzim

dari reaksi campuran. Pada tahun 1911

tersebut tidak rusak. Jika suhu dinaikan

Michaelis dan David Son menyarankan


bahwa hanya satu dari sejumlah besar

Tabung 3

n Na2CO3 (pH:9)

dalam bentuk terionisasi yang aktif,
sehingga pada perubahan pH optimum,
menyebabkan

penurunan

aktivitas

protein terionisasi tersebut.
2. METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah tabung reaksi,
gelas kimia, corong, rak tabung reaksi,

pipet ukur, water bath, dan incubator.
Bahan yang digunakan dalam

Kemudian masing-masing tabung di
inkubasi selama 15 menit, selanjutnya
dari dalam tabung diambil beberapa
tetes dan di uji dengan larutan iodium.
Lalu sisa larutan pada tabung di uji
dengan pereaksi benedict. Perubahan
warna yang terjadi di catat dan di amati.
Pengamatan dilakukan dalam waktu

praktikum ini adalah larutan amilum

inkubasi yang sama dan sesuai dengan

2%, enzim amylase (saliva), larutan

kondisi percobaan pada tiap tabung.


iodium, pereaksi benedict, larutan HCl
0,1M (pH:1), aquades (pH:7), dan

Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas

larutan Na2CO3 1% (pH:9).

Enzim
Sebanyak 5 buah tabung reaksi yang

Pengaruh pH Terhadap Aktivitas

bersih

Enzim

Kemudian masing-masing tabung di isi

Sebanyak 3 buah tabung reaksi
yang bersih dan kering di sediakan.

Kemudian masing-masing tabung di isi
dengan 2 ml HCl 0,1M, 2 ml aquades,
dan 2 ml Na2CO3 1%. Lalu kedalam
masing-masing tabung ditambahkan 2

dan

kering

di

sediakan.

dengan 2 ml larutan amilum. Lalu
ditambahkan 1 ml enzim amilase (cairan
saliva) pada setiap tabung (jangan
dilakukan dalam waktu yang bersamaan
untuk memudahkan pengamatan)

ml amilum dan 1 ml enzim amilase.
Di simpan dalam

Lalu kedalam masing-masing tabung di
Tabung 1

wadah es (150C)
Di simpan pada

H

Tabung 2

suhu kamar (250C)
Di simpan dalam

A

Tabung 3

quades (pH:9)
Laruta

Water Bath(370C)
Di simpan dalam

Tabung 4

penangas air(800C)

tambahkan (cairan saliva)

Tabung 1
Tabung 2

Cl 0,1M (pH:1)

Kemudian masing-masing tabung di

yang membuat lingkungan pada tabung

inkubasi selama 15 menit, selanjutnya

menjadi asam. Ketika di tetesi iodium,

dari dalam tabung diambil beberapa

larutan menghasilkan warna biru muda.

tetes dan di uji dengan larutan iodium.

Hal ini mengindikasikan bahwa enzim

Lalu sisa larutan pada tabung di uji

amilase tidak dapat memecah amilum.

dengan pereaksi benedict. Lalu di catat

Enzim amilase mengalami denaturasi

dan di amati perubahan warna yang

karena perlakuan asam. Ketika enzim

terjadi.

amilase rusak karena pH, maka tidak

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh pH Terhadap Aktivitas
Enzim

Tabung

percobaan

pH

Perubaha

dan enzim amilase dan di tetesi aquades

n

n

sehingga larutan pada tabung menjadi

warna

1

Uji

7

9

warna

pada

Uji

netral. Setelah di inkubasi pada suhu

Iodium
Biru

Benedict
Biru

muda

muda dan

iodium dan menghasilkan warna kuning

endapan

yang mengindikasikan telah terjadi titik

merah

akromatik.

bata
Hijau dan

mengalami denaturasi pada pH netral

g

endapan
merah
Kunin

3

hasil

Perubaha

Kunin
2

Berdasarkan

pada tabung kedua, larutan di isi amilum

pada

1

terbentuk titik akromatik.

g pucat

bata
Hijau dan
endapan
merah
bata

37C, larutan kemudian di tetesi larutan

Enzim

amilase

tidak

dan mampu memecah amilum.
Berdasarkan hasil percobaan
pada tabung ketiga, larutan di isi
amilum dan enzim amilase dan di tetesi
Na2CO3 yang membuat kondisi pada
tabung menjadi basa. Ketika di tetesi
iodium, larutan menghasilkan warna
kuning pucat dan tidak menunjukkan

Berdasarkan hasil percobaan
yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa larutan amilum yang di campur
enzim amilase dan di tetesi dengan HCl

adanya titik akromatik. Hal ini di
karenakan enzim amilase mengalami
denaturasi

pada

kondisi

basa

dan

mengakibatkan enzim amylase tidak

amilum 2% dan enzim amilase (saliva)

dapat memecah amilum.
Berdasarkan hasil

yang di simpan dalam wadah es (15 0C),
percobaan

terjadi perubahan warna pada uji iodium

dengan menggunakan pereaksi benedict

dan uji benedict. Seharusnya pada suhu

yang bertujuan untuk menentukan ada

ini tidak terjadi perubahan warna. Hal ini

atau tidaknya gula pereduksi. Pada

disebabkan oleh enzim yang ada pada

tabung 1, suasana asam pada larutan

keadaan suhu rendah terhenti secara

menghasilkan warna biru muda dan

reversible

endapan merah bata. Pada tabung 2,

proses

suasana netral menghasilkan warna

pada

Kecepatan terbentuknya endapan merah

dengan

yang khas.
PH pada suatu enzim tidak boleh

substrat, sehingga enzim aktif

dan keaktifannya menyebabkan amilum
dapat

terlalu asam ataupun terlalu basa karena

terhidrolisis

T
abung

Perubaha
Suhu

Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas

1

15C

2

3

4

25C

37C

80C

Perubahan

Jin

Benedict
Endapan

Jin

merah,
Menit 20
Endapan

Jin

merah,
Menit 14
Endapan

Jin

merah,
Menit 15
Endapan

gga

telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
pada tabung pertama yang berisi larutan

terjadi

n warna
warna
Pada Uji
Pada Uji
Iodium

Enzim
Berdasarkan hasil percobaan yang

sehingga

perubahan warna pada kedua uji tersebut.

kisaran pH tertentu enzim mempunyai
kestabilan yang tinggi.

terjadi

frekuensi tumbukan antara molekul enzim

setiap enzim mempunyai pH optimum

Pada

(250C),

meningkatkan energy kinetik enzim dan

umumnya pada pH 6,8 – 7, dimana

denaturasi.

kamar

kamar, kenaikan suhu lingkungan akan

bahwa enzim bekerja pada pH tertentu,

terjadinya

suhu

benedict. Hal ini terjadi karena pada suhu

sesuai dengan teori yang menyatakan

dengan

amilum.

perubahan warna pada uji iodium dan uji

bata dari ketiga tabung tersebut tidak

reaksi

pada

enzim amilase (saliva) yang di simpan

warna hijau dan endapan merah bata.

kecepatan

terjadinya

kedua yang berisi larutan amilum 2% dan

tabung 3, suasana basa menghasilkan

menurunkan

hidrolisis

tidak

Berdasarkan hasil percobaan pada tabung

hijau dan endapan merah bata. Pada

akan

sehingga

gga

gga

gga

merah,
Menit 19

Berdasarkan hasil percobaan pada

pada kisaran pH tertentu dan umumnya

tabung ketiga yang berisi larutan amilum

tergantung

2% dan enzim amilase (saliva) yang di

Enzim menunjukkan kerja maksimum

masukkan kedalam water bath (370C),

pada pH optimum, antara 6,8 – 7 dan

terjadi perubahan warna pada uji iodium

pada kisaran tersebut enzim mempunyai

dan uji benedict. Hal ini disebabkan

kestabilan yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi

enzim memiliki suhu optimal, sehingga
pada suhu ini aktivitas enzim berjalan
maksimal

yang

mengakibatkan

terhidrolisisnya amilum.
Berdasarkan hasil percobaan pada

pada

pH

lingkungannya.

aktivitas enzim diantaranya : suhu, pH,
konsentrasi

enzim,

dan

konsentrasi

substrat. Suhu optimum pada enzim
amilase

yaitu

370C.

Enzim

akan

tabung keempat yang berisi larutan

terdenaturasi bila dipertahankan pada

amilum 2% dan enzim amilase (saliva)

suhu melebihi suhu optimum.

yang di masukkan kedalam penangas air
(800C), terjadi perubahan warna pada uji
iodium dan uji benedict. Hal ini terjadi
karena

enzim

irreversible

mengalami

yang

pada

denaturasi
suhu

awal

mengalami perubahan kenaikan sebelum
terjadinya

proses

denaturasi

menaikkan

kecepatan

reaksi,

dapat
namun

DAFTAR PUSTAKA
Gaman, P.M dan Sherrington .1994. Ilmu
pangan,pengantar ilmu
pangan,nutrisi dan mikrobiologi.
Yogyakarta: UGM
Kartasapoetra,A.G, 1994, Teknologi

kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya

Penanganan Pasca Panen.

proses

Jakarta: Rineka Cipta

denaturasi

akan

mengurangi

kecepatan reaksi.

Lehninger, A.1998. Dasar – Dasar

SIMPULAN

Biokimia. Maggy Thenawidjaya;

PH pada suatu enzim tidak boleh
terlalu asam ataupun terlalu basa karena
akan
dengan

menurunkan
terjadinya

kecepatan

reaksi

denaturasi.

Pada

kisaran pH tertentu enzim mempunyai
kestabilan yang tinggi. Enzim bekerja

Penerjemah. Jakarta: Erlangga
Murray RK, Graner DK, Rodwell VW.
2009. Biokimia Harper edisi 27.
Jakarta: EGC

Poedjaji, Anna dan Supriyanti, F.M

Sains dan Teknologi Universitas

Titin.2009. Dasar – Dasar

Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Biokimia. Jakrta: Erlangga

Jakarta

Pujiyanti, Sri, 2007, Menjelajah Dunia
Biologi , Platinum. Jakarta
Setiasih,siswati, dkk, 2006, Jurnal kimia
Indonesia. 1 ( 1 ), 22-27
Sumarlin, La Ode.2013. Biokimia: Dasar
– Dasar Biomolekul dan Konsep
Metabolisme. Tangerang Selatan:
Program Studi Kimia Fakultas

Syukuri, S. 1999. Kimia Dasar 2.
Bandung: Penerbit ITB
Wirahadikusumah, M.1989.
Biokimi protein, enzim, dan asam
nukleat, Institut Teknologi
Bandung. Bandung
Yuni, Astuti, Ari.2007. Gizi dan
Kesehatan. Graha ilmu.
Yogyakarta