Definisi Investasi dan Proses docx

Definisi Investasi dan Proses Investasi
Posted on Oktober 24, 2010 by Putra

Definisi Investasi adalah suatu istilah dengan
beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut
berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan
keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal.
Sesuai dengan kebutuhannya untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka sejak zaman dulu manusia
selalu menggunakan berbagai cara agar kebutuhan hidupnya dapat dicapai, jika pada awalnya
manusia cukup bekerja keras dan menabung, maka sesuai dengan perkembangan zaman manusia
memerlukan investasi sebagai salah satu usaha tersebut. Khusus di dalam tulisan ini investasi
yang dimaksud adalah investasi di pasar modal jangka panjang yang dilakukan oleh investor.
Investor yang melakukan investasi di pasar modal haruslah mengambil keputusan yang paling
tepat dalam proses investasinya agar terjadi optimalisasi dari nilai asetnya, keputusan ini
meliputi jenis sekuritas apa yang akan dipilih dan berapa banyaknya investasi tersebut akan
dilakukan, dan untuk mengambil keputusan yang tepat tersebut maka diperlukan langkahlangkah sebagai berikut :
1. Menentukan kebijakan investasi.Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya,
dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan;
2. Analisis Sekuritas. Salah satu tujuan kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas mana
yang nampaknya mispriced. Bisa dilakukan dengan analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal menggunakan data (perubahan) harga pada masa lalu sebagai upaya untuk

memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Analisis fundamental berupaya
mengidentifikasi prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhinya) untuk dapat memperkirakan harga saham di masa yang akan datang;
3. Pembentukan Portofolio. Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut;

4. Melakukan revisi portofolio. Tahap ini merupakan poengulangan terhadap tiga tahap
sebelumnya, dengan maksud jika perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah
dimiliki;
5. Evaluasi kinerja portofolio. Pada tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) dar portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun
resiko yang ditanggung.

Sabtu, 12 Maret 2011
Proses dan Tahapan Investasi
23.00.00 Echopedia No comments

EchoPedia - Seorang investor harus melalui beberapa proses dan tahapan tertentu
untuk mencapai keputusan investasi yang terbaik. Tahapan-tahapan tersebut

diantaranya
adalah:
1.
Menentukan
kebijakan
investasi
Kebijakan investasi meliputi penentuan tujuan investasi dan besar kekayaan yang
akan diinvestasikan. Tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam tingkat
keuntungan (return) maupun risiko. Jumlah dana yang diinvestasikan juga
mempengaruhi return dan risiko yang ditanggung. Di samping itu dalam proses
investasi perlu dipertimbangkan preferensi risiko pemodal. Hal ini mempengaruhi
jenis sekuritas yang dipilih untuk alokasi dana yang ada sehingga dapat
diperkirakan distribusi dana pada berbagai instrumen yang tersedia. Dengan
menentukan tujuan investasi dapat ditentukan pilihan instrumen investasi yang
dilakukan.
2. Melakukan analisis sekuritas
Analisis sekuritas berarti menilai sekuritas secara individual, dan untuk
mengidentifikasi
sekuritas
digunakan

dua
filosofi
berbeda,
yaitu:
- Untuk sekuritas yang mispriced (harga terlalu tinggi atau terlalu rendah) dapat
dengan
analisis
teknikal
atau
analisis
fundamental.

- Untuk sekuritas dengan harga wajar, pemilihan sekuritas didasarkan atas
preferensi risiko para pemodal, pola kebutuhan kas, dan lain-lain.
3. Membentuk portofolio
Dari hasil evaluasi terhadap masing-masing sekuritas, dipilih aset-aset yang akan
dimasukkan dalam portofolio dan ditentukan proporsi dana yang diinvestasikan
pada masing-masing sekuritas tersebut. Ini dilakukan dengan harapan risiko yang
harus ditanggung terkurangi dan portofolio yang menawarkan return maksimum
dengan risiko tertentu atau minimum risiko dengan return tertentu dapat terbentuk.


4. Merevisi portofolio
Revisi atas portofolio berarti merubah portofolio dengan cara menambah atau
mengurangi saham dalam portofolio yang dianggap menarik atau tidak lagi
menarik. Jika diperlukan, langkah ini dilakukan melalui pengulangan tiga tahap di
atas.
5. Evaluasi kinerja portofolio
Evaluasi kinerja portofolio membandingkan kinerja yang diukur baik dalam return
yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung, terhadap portofolio benchmark atau
pasar.
Posted in: Investasi,Keuangan,Portofolio

About these ads
BAB 2
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN TEORETIS
2.1 Kerangka Teoretis
2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance
Good Corporate Governance didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk

semua stakeholders-nya. Dua hal yang menjadi perhatian konsep ini yaitu:
a. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar,
akurat, dan tepat pada waktunya.
b. Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara
akurat, tepat pada waktunya, dan transparan mengenai semua informasi kinerja
perusahaan, kepemilikan, dan stakeholders.
Kedua hal tersebut penting karena secara empiris terbukti bahwa penerapan prinsip
corporate governance dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan (Beasly et al.,
1996; Wright, 1996). Chtourou et al. (2001) yang menguji apakah praktik corporate

governance mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas informasi keuangan
yang dipublikasikan perusahaan juga menyimpulkan bahwa penerapan prinsip
corporate governance akan menjadi constrain manipulasi yang dilakukan
manajemen. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Abbott et al. (2000) yang
membuktikan adanya hubungan positif antara penerapan corporate governance
dengan berkurangnya kecurangan (fraud) pada pelaporan keuangan (financial
reporting) yang dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dipublikasikan
perusahaan.
Penelitian McKinsey, seperti dikutip oleh Luhukay dan Rafick (2002), membuktikan
bahwa investor di negara-negara maju bersedia memberi premium yang cukup

tinggi, mencapai sekitar 28%, kepada perusahaan yang menerapkan prinsip
corporate governance dengan konsisten. Sebagai tambahan ditemukan bukti bahwa
saham perusahaan-perusahaan tersebut menikmati valuasi pasar sampai dengan
10%-12%. Sejalan dengan penelitian tersebut, survei yang dilakukan di enam
emerging market menunjukkan kaitan yang erat antara penerapan corporate
governance dengan harga saham perusahaan-perusahaan public tersebut (Luhukay,
2002). Hal tersebut terjadi karena hampir 75% investor di pasar menganggap
keterbukaan dan informasi mengenai penerapan corporate governance sama
pentingnya dengan informasi keuangan yang dipublikasikan oleh suatu perusahaan.
Bahkan beberapa pihak menganggap keterbukaan dan informasi mengenai
corporate governance lebih penting daripada informasi keuangan (Lukuhay, 2002).
2.1.2 Pengertian Return
Perhitungan return sangat diperlukan bagi investor untuk menilai kinerja suatu
investasi. Selain itu, perhitungan return juga mempengaruhi estimasi return yang
akan diperoleh di masa depan. Return yang dimaksud di sini adalah realized return
atau return sesungguhnya yang didapatkan investor (actual return).
Van Horne & Wachowicz, Jr (1998) menyatakan,
“Return can be defined as the income received on an investment plus any change in
market price, usually expressed as a percent of the beginning market price of the
investment.” (p.90).

Jones (2002) mengemukakan return dari suatu investasi terdiri dari dua komponen,
yaitu:
1. Yield yaitu cash flow atau arus kas (pendapatan) yang dibayarkan secara
periodik, baik dalam bentuk bunga (untuk investasi dalam obligasi) ataupun dividen
(untuk investasi dalam saham).
2. Capital gain atau capital loss yaitu perubahan (selisih) harga saham pada saat
penjualan. Capital gain terjadi apabila harga saham pada akhir periode lebih tinggi
dari harga awalnya. Sedangkan capital loss terjadi apabila harga saham pada akhir
periode lebih rendah dari harga awalnya.
Kedua komponen di atas membentuk total return di mana total return (TR) untuk

suatu periode waktu adalah
����=������+ (����− ����)����= ����+��������
Dimana:
������ = arus kas selama periode t
���� = harga di akhir periode atau harga penjualan
���� = harga di awal periode atau harga pembelian
���� = perubahan harga selama periode atau ����− ����
Tingkat pengembalian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat
pengembalian saham individu. Menurut Van Horne & Wachowicz, Jr (1998), tingkat

pengembalian saham individu dapat dicari dengan rumus:
������=������− ������−��+ ������������−��
Dimana :
������ = return suatu saham i pada periode t
������ = harga suatu saham i pada periode t
������−�� = harga suatu saham i pada periode t – 1
������ = dividen tunai dari suatu saham i pada akhir periode ke t
Apabila komponen dividen tidak dimasukkan dalam mencari return suatu saham
yang dikarenakan adanya perbedaan periode waktu, maka menurut Sharpe,
Alexander, and Bailey (1999); rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
������=������− ������−��������−��
Pengertian Expected Return
Expected return adalah perkiraan yang diharapkan akan diterima investor selama
suatu periode waktu di masa depan (Jones, 2002). Return yang akan diperoleh di
masa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian karena return actual yang
diterima biasanya berbeda dengan return yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam
mengestimasikan expected return, setiap hasil yang mungkin diperoleh harus
dipertimbangkan dan kemungkinan (probabilita) terjadinya hasil tersebut harus
diperkirakan.
Van Horne and Wachowicz, Jr (1998) menyatakan,

“Expected return is the weighted average of possible returns with the weights being
the probabilities of occurence.”
E(R) = i=1nRi(Pi)
Dimana:
E(R) = expected return dari suatu sekuritas
Ri = return untuk kemungkinan ke i
Pi = kemungkinan (probabilita) Ri terjadi
n = jumlah kemungkinan
Pada umumnya, ada dua pendekatan untuk menghitung expected return, yang
sering disebut normal return, yaitu pendekatan statistik dan pendekatan ekonomi.
Menurut Brown and Warner (1985) di dalam Jogiyanto (1998) ada tiga model

statistik untuk mengestimasi return, yaitu:
1. Mean-adjusted return model atau constant-mean return model, yang
menganggap bahwa expected return bernilai konstan yang besarnya sama dengan
rata-rata actual return sebelumnya di dalam periode estimasi.
2. Market model, yang menganggap bahwa expected return hanya tergantung pada
resiko sistematis saham, yaitu β (beta). Model ini menggunakan periode estimasi
untuk membentuk suatu model ekspektasi yang selanjutnya digunakan untuk
mengestimasi return.

3. Market-adjusted return model, yang menganggap bahwa penduga terbaik untuk
mengestimasi return suatu saham adalah return pasar pada saat tersebut sehingga
E(������) = ������. Model ini digunakan jika tidak memungkinkan untuk
menggunakan periode estimasi seperti pada peristiwa Initial Public Offering (IPO).
Expected return juga dapat dihitung dengan menggunakan model equilibrium pasar
modal seperti Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Model (APT).
Dalam praktek, komposisi dari market portfolio dalam CAPM tidak dapat diketahui
secara tepat karena market portfolio merupakan suatu portfolio yang terdiri dari
semua investasi yang terdapat dalam suatu rata-rata ekonomi.
Bodie, Kane, and Markus (2002) juga menyatakan,
“We have said that the CAPM is a statement about ex ante or expected return,
whereas in practice all anyone can observe directly are ex post or realized returns.”
(p.326).
Hal ini menyebabkan penggunaan CAPM sebagai Asset Pricing Model dalam event
study dirasakan kurang realistis.
Di lain pihak, Arbitrage Pricing Model tidak memberikan suatu batasan yang jelas
mengenai jumlah berbagai faktor yang mempengaruhi return sekuritas yang akan
digunakan dalam perhitungan. Selain itu, berbagai faktor yang mempengaruhi
return sekuritas juga tidak dapat dispesifikasikan secara jelas sebelumnya. Setiap
faktor yang digunakan dalam perhitungan Arbitrage Pricing Model harus merupakan

faktor yang tidak diantisipasi publik. Misalnya saja di akhir kuartal ketiga rata-rata
tingkat inflasi mencapai 3% per tahun. Berdasarkan hal tersebut, selanjutnya kita
dapat memperkirakan secara rasional bahwa tingkat inflasi untuk kuartal berikutnya
tidak mungkin mencapai 10%. Dalam hal ini tingkat inflasi bukan merupakan faktor
dalam perhitungan Arbitrage Pricing Model. Akan tetapi tingkat inflasi yang tidak
terduga (unexpected inflation), yaitu selisih antara tingkat inflasi sebenarnya
dengan tingkat inflasi yang diperkirakan, merupakan faktor dalam perhitungan
Arbitrage Pricing Model. Jadi, faktor-faktor yang akan digunakan dalam perhitungan
Arbitrage Pricing Model tidak dapat ditentukan atau dispesifikasikan sebelumnya
karena faktor-faktor tersebut merupakan hal yang tidak dapat diperkirakan
(unexpected). Oleh karena itu, biasanya expected return dihitung dengan
menggunakan model statistik.

Pengertian Abnormal Return
Efisiensi dalam pasar modal menunjukan secara tidak langsung bahwa seluruh
informasi relevan yang tersedia tentang suatu sekuritas langsung tercermin dalam
harganya. Dengan kata lain, sebuah pasar yang efisien adalah pasar dimana harga
surat berharga saat ini memberikan estimasi terbaik tentang nilainya yang
sebenarnya. Jones (2002) menyatakan secara implisit bahwa dalam suatu pasar
modal yang efisien, tidaklah mungkin untuk secara sistematis memperoleh atau
kehilangan profit yang abnormal dari perdagangan berdasarkan informasi yang
dipublikasikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa abnormal return adalah
tingkat keuntungan berlebih yang diperoleh oleh investor dengan cara
mengembangkan pedoman (trading rules) berdasarkan informasi yang diperoleh
oleh investor tersebut. Husman dan Pujiastuti (1996) menyatakan, “tingkat
keuntungan di atas normal diperoleh apabila tingkat keuntungan yang direalisir
lebih tinggi dari tingkat keuntungan equilibrium (yang diharapkan).” Jadi abnormal
return ini merupakan selisih antara return yang sesungguhnya diterima (actual
return) oleh investor dengan return yang diharapkan (expected return) oleh investor
dan dinyatakan sebagai berikut:
��������= ������− ��(������)
Dimana:
�������� = abnormal return saham ke i pada periode ke t
������ = return yang sesungguhnya yang terjadi untuk saham ke i
pada periode ke t
��(������) = expected return saham ke i pada periode ke t
2.2 Model Penelitian
Untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti membuat sebuah model penelitian
yang dapat membantu selama penelitian berlangsung sesuai dengan kerangka
teoritis yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya untuk mencari dan
menjelaskan bagaimana hubungan antara variabel-variabel yang terdapat dalam
penelitian.
Adapun penelitian ini akan menjelaskan mengenai pengaruh pengumuman Annual
Report Award bagi perusahaan yang telah menerapkan prinsip Good Corporate
Governance terhadap abnormal return yang diperoleh oleh investor.
Model penelitian tersebut jika dinyatakan secara skematis yaitu:

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan untuk mengetahui relevan atau tidaknya
informasi pengumuman ARA yang digunakan sebagai pedoman (trading rules) bagi
investor untuk membuat suatu keputusan investasi.

2.3 Hipotesis Konseptual
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Ho = Abnormal Return saham sebelum pengumuman ARA tidak berbeda secara
signifikan dengan setelah pengumuman ARA
Ha = Abnormal Return saham sebelum pengumuman ARA berbeda secara signifikan
dengan setelah pengumuman ARA
Diposkan oleh albay di 02.49

Return investasi merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dalam investasi dapat
dibagi menjadi:
1) Return Realisasi (realized return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data historis, return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur dari perusahaan. Return historis ini juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa yang akan
datang. Perhitungan return realisasi ini menggunakan return total. Return total merupakan
keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.
2) Return Ekspektasi (expected return)
Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.
Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan dua analisis, yaitu:
Pertama, pendekatan Peramalan
Pendekatan ini menjelaskan bahwa perhitungan pendekatan peramalan menggunakan pemisahan
untuk masa depan, yaitu kondisi yang diduga dan probabilitas.
Kedua, pendekatan Historis
Merupakan return actual yang telah terjadi di masa lalu yang merupakan rata-rata return yang
telah terjadi.

Pasar Modal Indonesia Masih Tahan Sentimen Negatif
Selasa, 28 Mei 2013, 14:51 WIB
Komentar : 0

Andika Wahyu/Antara

Bursa Efek Indonesia
A+ | Reset | A-

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Kresna Securities, Michael Steven menilai
pasar modal Indonesia masih cukup kuat menahan sentimen negatif eksternal sehingga dana
investor asing (capital inflow) masih deras.
"Investasi di pasar modal Indonesia cukup mudah dan paling kuat menahan sentimen," ujar
Direktur Utama Kresna Securities, Michael Steven saat konferensi pers "Online Trading
Academy (OTA)" di Jakarta, Selasa (28/5).
Menurut dia kondisi itu merupakan kesempatan bagi masyarakat Indonesia, jika tidak negara
tetangga yang akan mengambil kesempatan itu. Dalam data Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat,
beli bersih investor asing sepanjang tahun ini mencapai Rp 22,23 triliun. Sementara pada 2012
beli bersih asing hanya mencapai Rp 15,88 triliun.
Steven menambahkan kondisi pasar modal Indonesia saat ini sama seperti pasar saham AS
beberapa tahun yang lalu. Saat ini pasar saham AS sudah menjadi acuan pasar saham global.
"Bursa saham Indonesia saat ini seperti saham AS masih muda dimana terlihat banyak investasi
masuk cukup deras," kata dia.

Steven mengharapkan melalui OTA masyarakat dapat mengenal industri pasar modal lebih baik
sehingga berdampak pada meningkatnya strata ekonominya. "Mempelajari teknik 'trading' saham
yang benar dapat merubah status kehidupan seseorang," kata dia.
Instruktur OTA, Jeff Manson mengatakan investasi saham di pasar modal Indonesia memiliki
potensi keuntungan yang cukup tinggi seiring ruang perkembangan industri masih cukup luas.
"Saat kembali ke AS nanti, saya akan bercerita kepada teman-teman dan mendorong untuk
berinvestasi di Indonesia," ucapnya.
Ia menambahkan dengan berinvestasi di pasar saham, masyarakat Indonesia juga dapat
mendukung kinerja perusahaan tercatat untuk lebih berkembang dan menjaga pertumbuhan
ekonomi tetap tumbuh.

Jenis-jenis Risiko dalam Investasi Saham di Pasar Modal
Risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian investasidapat
dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Systematic risk
Systematic risk disebut juga risiko pasar karena berkaitan dengan perubahaan yang terjadi di
pasar secara keseluruhan, risiko ini terjadi karena kejadian diluar kegiatan perusahaan,
seperti :
a.


Risiko inflasi
Inflasi akan mengurangi daya beli uang sehingga tingkat pengembalian setelah
disesuaikan dengan inflasi dapat menurunkan hasil dari investasi tersebut.

a.


Risiko nilai tukar mata uang (kurs)
Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh nilai tukar mata uang asing
menjadi risiko dalam investasi.

a.



Risiko tingkat suku bunga
Jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga,
misalnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan naik ini dapat menarik
minat investor saham untuk memindahkan dana ke Sertifikat Bank Indonesia,
sehingga banyak yang akan menjual saham dan harga saham akan turun oleh
karena itu perubahan suku bunga akan mempengaruhi variabelitas return suatu
investasi.
Systematic risk disebut juga undiversible risk karena risiko ini tidak dapat
dihilangkan atau diperkecil melalui pembentukan portofolio.

a. Unsystematic risk
Unsystematic risk merupakan risiko spesifik perusahaan karena tergantung dari kondisi mikro
perusahaan. Contoh unsystematic risk antara lain : risiko industri, operating laverage risk dan
lain-lain. Risiko ini dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada banyak
sekuritas dengan pembentukan portofolio, unsystematic risk disebut juga diversible risk.
Kata investasi tidak akan jauh dari kata risiko dan imbal hasil atau risk and return. Emang risiko
sendiri apa si? Ada berapa macam jenis risiko dari sebuah investasi? Nah dalam artikel kali ini,
Tim Finansialku akan membahas mengenai risiko atas sebuah investasi. Sebelumnya pasti ada
yang bingung kayanya salah ketik kata Risiko. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
penulisan kata yang tepat adalah risiko bukan resiko. Jadi ada baiknya Tim Finansialku
menggunakan penulisan risiko. Kita mulai: definisi risiko kemudian dilanjutkan risiko – risiko
dari investasi.
Sebelum berinvestasi ada baiknya pelajari terlebih dahulu produknya, berikut ini ada liputan
mengenai investasi bodong.

Definisi Risiko
Definisi risiko banyak sekali, kami mencoba mendefinisikan berdasarkan referensi dari Gitman –
Principles of Managerial Finances: Risiko adalah sebuah besaran atau ukuran dari sebuah
ketidakpastian yang menggambarkan variansi (bukan varias, variansi adalah perbedaan besaran
satu dengan rata-rata nilai) dari imbal hasil sebuah investasi.
Setiap produk investasi pasti memiliki potensi risiko. Tetapi ada hal yang membedakan antara
risiko dan berisiko. Kata risiko merujuk pada potensi risiko dari masing-masing produk investasi,

sedangkan kata berisiko merujuk pada orang yang berinvestasi (baca: investor). Semakin
seseorang mampu mengendalikan investasinya maka risikonya semakin berkurang.

Risiko dari Investasi
Risiko berikut adalah potensi risiko dari sebuah produk investasi. Ada beberapa jenis risiko yang
umumnya melekat pada produk investasi: risiko likuiditas, risiko investai, risiko gagal bayar,
risiko kredit, risiko pajak, risiko inflasi, risiko bunga, risiko mata uang dan risiko-risiko lainnya.
Berikut ini adalah penjelasan singkatnya:
Risiko Likuiditas (Marketability or Liquidity)
Pernakah Anda memiliki sebuah investasi, (misal sebut saja rumah)kemudian Anda mengalami
kesusahan dalam menjual kembali investasi tersebut? Kesulitan jual itulah yang dapat kita sebut
rasio likuiditas. Definisi yang ilmiahnya dari Risiko likuiditas adalah risiko atas produk investasi
yang tidak mudah diperdagangkan atau tidak laku untuk dijual kembali. Menurut teorinya,
kemudahan menjual berbanding terbalik dengan imbal hasil dan rating (peringkat). Maksudnya
apabila Anda berinvestasi pada sebuah saham, saham perusahaan yang menguntungkan biasanya
lebih mudah diperjual belikan di bursa saham, dibanding saham perusahaaan yang sedang
merugi.
Risiko Investasi (Investment risk)
Pernakah Anda merasa sudah berinvestasi di produk yang katanya high risk high return ternyata
imbal hasil atau returnnya lebih kecil dari deposito? Nah itulah risiko investasi. Hubungannya
adalah semakin besar kemungkinan investasi kita mendapatkan hasil yang rendah atau rugi,
dapat dikatakan investasi kita berisiko.
Risiko Gagal Bayar/wanprestasi (default)
Nah kalau yang satu ini pasti pada tau kan, ada beberapa jenis investasi emas yang baru-baru ini
mengalami risiko gagal bayar. Jadi investasi kita tidak dapat dikembalikan oleh penyedia
investasi. Risiko gagal bayar adalah risiko yang disebabkan peminjam/penerbit produk investasi
yang tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran sesuai dengan yang dijanjikan/disepakati
pada waktunya.
Risiko Pajak (tax)
Risiko pajak erat kaitannya dengan hal kewajiban perpajakan karena kita berinvestasi. Struktur
pajak di Indonesia relatif masih sederhana, karena jumlah wajib pajak perorangan (bukan badan
usaha) yang jumlahnya relatif belum banyak. Hal ini membuat perencanaan pajak perorangan
dengan menggunakan produk-produk investasi di Indonesia belum bisa dilakukan dengan
maksimal.

Risiko Inflasi (inflation)
Pasti Anda sudah tak asing dengan kata inflasi kan. Bagi yang belum mengenal kata inflasi dapat
diartikan sebagai sebuah kenaikan harga. Risiko inflasi berkaitan dengan adanya potensi
penurunan riil nilai pokok investasi dan hasil investasi di masa depan. Inflasi akan menggerogoti
nilai uang kita, karena ‘bunga’ yang diberikan oleh produk investasi jangka pendek (seperti
deposito) umumnya tidak cukup untuk menutupi kenaikan biaya hidup.
Risiko Bunga (interest rate)
Apakah Anda berinvestasi di beberapa produk perbankan seperti ORI, deposito? Bagi temanteman yang tahu atau sering berinvestasi di produk-produk tersebut pasti sudah tidak asing
dengan risiko bunga. Risiko bunga berhubungan dengan peningkatan atau penurunan suku bunga
yang memiliki dampak pada hasil investasi kita. Di Indonesia suku bunga berkaitan erat dengan
suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia atai BI rate dan suku bunga SBI. Misal saat
sekarang suku bunga di Indonesia mengalami kenaikan, sehingga bunga tabungan, deposito dan
termasuk bunga pinjaman mengalami kenaikan.
Risiko Mata Uang (currency)
Apakah Anda berinvestasi pada produk-produk investasi berbasis mata uang asing atau kerennya
foreign exchange? Risiko mata uang adalah risiko investasi yang berkaitan dengan nilai mata
uang negara lain dalam hubungannya dengan mata uang dalam negeri (Indonesia). Contohnya
Anda berinvestasi pada perdagangan mata uang asing, tentu sangat rentan terkena risiko mata
uang.

Artikel di atas menggambarkan beberapa jenis potensi risiko terhadap produk-produk investasi.
Sebuah produk bisa jadi memiliki satu atau bahkan beberapa risiko sekaligus. Kenali risiko tapi
jangan ditakuti. Risiko dapat Anda kendalikan, caranya tingkatkan pendidikan Anda mengenai
investasi tersebut, tingkatkan pengalaman Anda dan tentunya siapkan dana untuk berjaga-jaga.
Artikel mengenai risiko dari investasi di atas di ambil dari beberapa sumber, antara lain:
Gitman

Principles
of
Managerial
Finances
Aidil
A

Rich
Game.
Robert T. Kiyosaki – Cashflow Quadrant
A. Resiko
Resiko adalah kenyataan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam investasi oleh Prof
Dr.Ir. Soemarno,M.S. resiko didefinisikan sebagai ”Suatu kondisi yang timbul karena
ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi disebut
resiko”.
Banyak teori investasi yang mengatakan bahwa high risk high return, yang dimana setiap
investasi yang mengahasilkan pengembalian investasi yang tinggi juga akan disertai dengan
berbagai resiko yang tinggi. Resiko bisa saja menuju pada suatu kerugian, oleh karena itu dalam

suatu investasi baik di pasar modal maupun di pasar uang selain memperhitungkan hasil yang
didapat juga harus memperhitungkan resiko yang akan terjadi. Semua jenis investasi yang ada
memiliki resiko baik kecil maupun besar.
Jadi, arti pentingnya memahami resiko dalam bisnis yaitu untuk menghindari atau
mengantisipasi serta meminimalisir terjadinya kerugian dalam investasi.
B. Jenis- jenis resiko dalam pasar uang dan pasar modal
1. Resiko suku bunga
a. Pengertian
Resiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga yg terjadi di pasaran yang mampu
memberi pengaruh bagi pendapatan investasi.
b. Contoh
Pada tanggal 30 Januari 2009 pemerintah Indonesia mengeluarkan instrumen keuangan baru
yang disebut sukuk Ritel. Sukuk ritel adalah obligasi syariah yang menganut prinsip syariah.
Sukuk ritel ini kemudian menjadi masalah bagi penerbit obligasi lainya karena suku bunga yang
ditawarkan yaitu 12 % jauh di atas rata-rata suku bunga obligasi pada umumnya yaitu 8-10%,
sehingga investor lebih tertarik untuk membeli sukuk ritel tersebut. Hal ini didukung dengan
resiko dalam investasi ini mendekati 0%. (http://www.scribd.com/fajrikal/d/51888841MAKALAH)
c. Strategi
Yang bisa dilakukan oleh para penerbit obligasinya lainya adalah menaikan suku bunga lebih
tinggi dari sukuk ritel. Selain itu, juga dibutuhkan peran pemerintah melalui kebijakan atau
peraturan yang bisa menguntungkan semua penerbit obligasi.
2. Risiko pasar
a. Pengertian
Resiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi, bahkan mengakibatkan investor mengalami capital loss. Perubahan ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, isu, spekulasi
maupun perubahan politik.
b. Contoh
Adanya fluktuasi nilai rupiah terhadap USD yang sangat besar mendukung naiknya kurs USD
sehingga mencapai sekitar Rp.6.000/USD. Hal ini disebabkan karena adanya isu sekitar
kesehatan presiden pada bulan November/Desember 1997. (Valas untuk manajer, Hamdy Hadi)
c. Strategi
Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap USD pemerintah bisa melakukan intervensi
melalui berbagai kebijaksanaan moneter dan fiskal, salah satunya melalui managed float system.
3. Risiko inflasi
a. Pengertian
Risiko inflasi adalah risiko potensi kerugian daya beli investasi karena terjadinya kenaikan ratarata harga konsumsi.
b. Contoh
Laju inflasi pada 2012 bisa mencapai 7,1 persen, apabila pemerintah melakukan penyesuaian
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Menurut perhitungan BI 4,4 persen kalau tidak
ada apa-apa, kalau ada jadi 6,8 persen sampai 7,1 persen . Apabila ada kenaikan harga BBM
sebesar Rp1.000 per liter maka terjadi inflasi sebesar 6,8 persen, sedangkan apabila ditetapkan
subsidi konstan sebesar Rp2.000 per liter maka terjadi inflasi 7,1 persen. Kalau harga BBM-nya
Rp1.000 itu inflasi 6,8 persen, tapi kalau subsidi dibatasi konstan Rp2.000 per liter maka akan

ada peluang naik, tapi inflasi di 7,1 persen. Dengan adanya rencana kenaikan bbm yang bisa
menyebabkan inflasi, para investor pun enggan untuk berinvestasi.
(http://www.antaranews.com/berita/300506/bi-inflasi-2012-bisa-capai-71-persen)
c. Startegi
Yang bisa dilakukan pemerintah yaitu melalui Kebijakan antara lain dengan mengoptimalkan
bauran kebijakan dari suku bunga, nilai tukar, pengelolaan likuiditas dan kebijakan
makroprodensial. Dampak kebijakan subsidi BBM ke inflasi masih memungkinkan ditekan lebih
rendah dengan menerapkan subsidi ke sektor transportasi dan komunikasi kebijakan yang baik
untuk meminimalkan efek psikologis.
Sedangkan yang bisa dilakukan oleh investor sebagai alternatif investasi yaitu:
1. Menabung. Menabung di bank dapat mem-back up inflasi, karena bunga yang kita terima bisa
mem-back up inflasi.
2. Investasi Emas. Dengan kita berinvestasi emas maka kita akan terhindar dari resiko inflasi
yang akan menggerogoti nilai mata uang kita, karena apabila terjadi inflasi tinggi maka harga
emas pun akan tinggi.
4. Risiko likuiditas
a. Pengertian
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa
diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, maka semakin
likuid sekuritas tersebut. Resiko ini bisa juga didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau jatuh tempo dengan menggunakan aset yang
ada.
b. Contoh
Krisis yang melanda Indonesia, mulai mengenai perbankan dengan timbulnya masalah
kekurangan likuiditas (liquidity mismatch), semula dialami oleh beberapa bank, tetapi kemudian
menjadi sistemik. Krisis likuiditas secara sistemik, yang dialami perbankan dimulai sekitar
pelaksanaan kebijakan pencabutan ijin usaha atau likuidasi 16 bank tanggal 1 November 1997.
Kepercayaan terhadap Rupiah yang menurun sejak terjadinya gejolak moneter bulan Juli 1997
menjadi lebih buruk lagi setelah diterapkan sistim nilai tukar yang mengambang secara bebas
pada pertengahan Agustus 1997. Pembelian mata uang dollar (USD) atau penjualan aset rupiah
ramai dilakukan, dimulai oleh pelaku pasar asing, akan tetapi kemudian diikuti oleh pemain
pasar dalam negeri dan pemilik dana dalam negeri.
c. Strategi
Pemerintah menghadapi perkembangan ini dengan melakukan pengetatan moneter, dengan
menggunakan tindakan fiskal (melalui pengurangan pengeluaran rutin maupun pembangunan
dari APBN), kebijakan moneter (langkah BI menghentikan pembelian SBPU bank-bank dan
peningkatan suku bunga SBI sampai lebih dari dua kali lipat), dan tindakan adminsitratif
(instruksi Menkeu ke pada berbagai Yayasan dan BUMN untuk mengalihkan deposito mereka
menjadi SBI). (http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000920.html)
5. Risiko nilai tukar mata uang (valas)
a. Pengertian
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang
negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan nama currency risk atau exchange rate risk.
b. Contoh
Dalam sebuah investasi yang membutuhkan mata uang asing sebagai transaksi, misalkan US$,
apabila US$ menguat sedangkan Rupiah melemah akan membuat investor yang akan

menanamkan modalnya dengan US$ akan membuat rugi, karena Rupiah yang harus dikeluarkan
semakin banyak.
c. Strategi
Perusahaan atau pihak yang bergerak di jenis investasi ini sebaiknya melakukan tindakan
mengantisipasi atau meminimalisir resiko dengan melakukan hedging. Hedging adalah suatu
kegiatan perlindungan terhadap nilai uang. Hedging bisa dilakukan melaui Contract forward dan
forward rate yang memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin membeli valas
dengan harga tertentu di masa depan yang telah disepakati sekarang.
6. Risiko negara
a. Pengertian
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi
perpolitikan suatu negara. Resiko Politik ini juga berkaitan dengan kemungkinan adanya
perubahan ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari
suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang diinvestasikan. Bagi
perusahaan yang beroperasi di luar negeri, maka stabilitas ekonomi dan politik negara
bersangkutan akan sangat perlu diperhatikan guna menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
b. Contoh
Libya sebagai negara pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika mengalami krisis akibat
adanya protes yang dimulai pada tanggal 16 Februari 2011 untuk menurunkan presiden yang
berkuasa pada saat itu, menyebabkan terganggunya pasokan minyak mentah, sebagai akibatnya
harga minyak menjadi naik. Dengan melonjaknya harga minyak mentah menyebabkan terjadinya
krisis pangan secara global akibat naiknya harga pangan. Hal ini dikarenakan Minyak dibutuhkan
untuk peralatan pertanian yang digunakan untuk memproduksi pangan dan Transportasi untuk
mengangkut pangan.
c. Strategi
Perlunya investasi jangka panjang di sektor pertanian di negara berkembang, mempersiapkan
teknologi yang lebih baik utk bisa meningkatkan produktivitas pangan, Investasi di infrastruktur
pedesaan serta pelatihan untuk petani kecil guna mendorong ke arah produksi yang lebih tinggi.
Dengan mengatasi krisis pangan yang terjadi nantinya mampu menghemat pengeluaran negara
untuk penyediaan pangan dan mencegah terjadinya inflasi akibat kenaikan harga pangan akibat
berkurangnya produksi pangan.
7. Resiko Reinvestment.
a. Pengertian
Resiko Reinvestment yaitu resiko terhadap penghasilan-penghasilan suatu aset keuangan yang
harus di re-invest dalam aset yang berpendapatan rendah (resiko yang memaksa investor
menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi
yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.
b. Contoh
Kondisi investasi tidak akan sama ketika pembelian pertama kali suatu obligasi khususnya
pembelian obligasi untuk jangka panjang, karena perubahan ekonomi dan politik dapat
mempengaruhi tingkat suku bunga pada saat hendak menginvestasikan kembali kupon-kupon
dari obligasi tersebut. Untuk obligasi yang berdenominasi mata uang asing (non-rupiah), gejolak
fluktuasi nilai tukar valuta asing terhadap rupiah mengakibatkan kerugian akibat selisih kurs.
c. Startegi
Sebaiknya memilih berinvestasi dalam obligasi yang memberikan penghasilan tetap secara
periodik dan memilih beberapa jenis obligasi yang memiliki fitur call, yang berarti perusahaan

penerbit obligasi tersebut berhak untuk membeli kembali (buy back) obligasi pada harga tertentu
(call price) sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
sumber : http://nh0vi3.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/27/jenis-jenis-resiko-dalam-investasi/