Literasi Digital Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pustakawan di Era Digital
Keterampilan seorang pustakawan menentukan gerak maju mundurnya
sebuah perpustakaan secara khusus kinerja pada layanan-layanan di dalamnya.
Seorang pustakawan bertanggungjawab dalam memberikan layanan informasi
kepada masyarakat pengguna. Seiring dengan kemajuan-kemajuan teknologi yang
terjadi saat ini maka pustakawan berperan dalam memberikan informasi yang
cepat, akurat, dan relevan. Ketika perpustakaan masih dalam sistem konvensional,
maka pustakawan juga bekerja secara konvensional, tetapi saat ini sudah berbeda
dimana perpustakaan sudah berkembang dengan sistem digitalisasi sehingga mau
tidak mau pustakawan juga harus bergerak sesuai dengan perkembangan zaman
dan bekerja secara digital.
“Pustakawan digital adalah spesialis informasi professional, dapat
mengelola perpustakaan digital, mengkombinasikan secara professional
untuk perencanaan data mining, penggalian pengetahuan, layanan rujukan
digital, layanan informasi digital, representasi informasi, ekstraksi,
distribusi informasi, koordinasi, www berbasiskan internet, akses dan
penelusuran multimedia” (Nanan Khasanah, 2008).

Seperti halnya yang dikutip dari pernyataan Abdul Wahid Aziz yang

menyatakan pustakawan memiliki peran baru. “Kemajuan teknologi telah
mendorong para pustakawan harus meningkatkan kemampuannya dalam bidang
teknologi agar mereka dapat memenuhi tuntutan pengguna dan peran pustakawan
akan semakin komplek. Sumber daya manusia menjadi salah satu sumberdaya
6

Universitas Sumatera Utara

terpenting bagi pustakawan digital. Suatu perpustakaan digital dikembangkan oleh
orang , dalam hal ini pustakawan. Kreativitas, ide dan upaya pustakawan menjadi
faktor penentu. Oleh karena itu, pustakawan harus mempersiapkan dirinya agar
dapat meningkatkan kualitas kompetensi personal dengan menambah kemampuan
penenerapan

teknologi

dalam

menjalankan


tugasnya.

Seiring

dengan

berkembangnya teknologi ini berpengaruh pada melimpahnya jenis-jenis
informasi, jadi seorang pustakawan harus jeli dalam memilah-milah informasi
yang tepat, cepat dan akurat”.
Jadi jelas bahwa saat ini sumber daya pustakawan perlu untuk diperhatikan
seperti ide, kreatifitas, serta kualitas personalnya supaya bisa mengikuti
perkembangan zaman dan pada akhirnya perpustakaan tidak ditinggalkan oleh
pengguna.
Shapiro dan Hughes (1996:23) yang dikutip oleh Pendit (2007)
mensyaratkan 7 kemampuan yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam era
digitalisasi yaitu :
1) Tool Literacy, yaitu kemampuan memahami dan menggunakan informasi
baik secara konseptual maupun praktikal, keterampilan dalam
menggunakan perangkat lunak, perangkat keras, multimedia dan
sebagainya,

2) Resource Literacy, yaitu kemampuan memahami bentuk, format, lokasi
dan cara mendapatkan informasi terutama dari jaringan yang selalu
berkembang,
3) Social-struktural Literacy, pemahaman yang benar bagaimana informasi
dihasilkan oleh berbagai pihak dalam masyarakat,
4) Research Literacy, kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi
informasi sebagai alat riset,
5) Publishing Literacy, kemampuan menerbitkan informasi dan ide ilmiah
pada kalangan luas dengan memanfaatkan komputer dan internet
6) Emerging technology literacy, kemmpuan terus menerus menyesuaikan
diri dengan perkembangan teknologi dan bersama komunitasnya
7

Universitas Sumatera Utara

menentukan arah pemanfaatan teknologi informasi untuk kepentingan
pengembangan ilmu,
7) Critical literacy, kemampuan mengevaluasi secara kritis terhadap untung
ruginya menggunakan teknologi telematika dalam kegiatan ilmiah.


Sedangkan Stueart

dan Moran (2002) mengatakan bahwa manager

informasi atau pustakawan dalam era informasi seharusnya

memiliki 7

kemampuan juga yaitu :
1) Technical skill, yitu seornag manager harus memahami proses
pekerjaan yang dilakukan bawahan. Adalah tidak mungkin
mensupervisi, apabila tidak memahami seluk-beluk pekerjaan yang
disupervisi tersebut,
2) Political skill, seorang manager harus memahami masalah social,
lingkungan organisasi internal dan eksternal, memiliki wawasan luas,
3) Analitical skill, seorang manager harus memiliki kemampuan analisis
yang baik sehingga dapat menjadi bagian dari agen perubahan,
4) Problem- solving skill, seorang manger harus memiliki kemampuan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cepat, tepat dan
baik,

5) People skill, seorang manager harus memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik, termasuk komunikasi interpersonal,
memahami dan peduli orang lain,
6) System skill, seorang manager harus memiliki kemampuan bekerja
dalam sistem dan menggunakan berbagai sistem jaringan dan
komunikasi yang tersedia,
7) Business skill, seorang manager harus memiliki naluri bisnis dan
semangat entrepreneurship yang baik. Koleksi yang ada merupakan
asset yang harus dimanfaatkan dengan maksimal.

Dari uraian di atas dapat di mengerti bahwa di era teknologi digital
peranan pustakawan pun semakin kompleks dan di samping peranan tersebut
pustakawan pun harus memiliki skill yang lebih dibandingkan ketika perpustakaan
masih konvensional sehingga dengan teknologi tersebut pengerjaan lebih
maksimal.

8

Universitas Sumatera Utara


2.2 Pengertian Literasi Digital
Istilah literasi digital telah digunakan oleh sejumlah penulis sejak tahun
1990an, yang menunjuk kepada sebuah kemampuan membaca dan memahami teks
yang berlebihaan (hypertext) dan teks gambar, suara, video (multimedia text).
Gilster bukanlah yang pertama menggunakan prasa “Literasi Digital” yaitu suatu
kemampuan membaca dan memahami informasi yang hypertext atau dalam bentuk
multimedia yang tersedia” (Bawden, 2001). Hal ini hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh (Lanham, 1995:198) yang menganggap istilah “literasi digital
memiliki arti yang sama dengan kemampuan membaca dan memahami teks
gambar, suara, video, dan multimedia literasi lainnya”.
Dalam hal ini secara singkat dijelaskan bahwa literasi digital mencakup
bagaimana pustakawan memeliki kemampuan membaca dan memahami berbagai
teks baik dalam bentuk teks maupun audio video.
Berbeda sedikit dengan yang dijelaskan oleh (Jones-Kavalier dan Flanningan,
2008) menyatakan “literasi digital mewakili kemampuan seseorang untuk
melakukan tugas-tugas efektif dalam sebuah ruang lingkup digital, digital artinya
informasi

disampaikan


dalam

bentuk

klasifikasi

dan

yang

diutamakan

menggunakan komputer sedangkan literasi (literacy) mencakup kemampuan untuk
membaca dan menerjemahkan media, untuk menghasilkan ulang data dan gambar
melalui manipulasi digital dan untuk menilai dan menerapkan pengetahuan baru
dicapai dari lingkungan digital”.

9

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan Eshet-Alkali dan Amichai-Hamburger (2004), mereka membagi
literasi digital dalam lima bagian kemampuan digital yaitu:
1. Kemampuan photovisual
2. Kemampuan reproduction (menggunakan digital untuk menciptakan
yang baru dari yang sudah ada sebelumnya)
3. Kemampuan brancing (kemampuan membangun pengetahuan dari
yang non-linear), penggunaan hypertextual,
4. Kemampuan information (kemampuan mengevaluasi kualitas dan
keabsahan informasi), dan
5. Kemampuan socio-emotional (memahami aturan yang berlalu dan
media dan menerapkan pemahaman ini pada komunikasi)

Begitu luasnya pengertian dari literasi digital itu sendiri sebagaimana yang
disebutkan oleh beberapa ahli di atas, banyak hal yang harus dikuasai oleh
pustakawan di era digital supaya setiap pustakawan menjadi literate dalam bidang
digital.
Defenisi Literasi digital yang dikemukakan oleh Paul Gilster memberikan
arti yang lebih luas sebagaimana dikutip oleh (Martin, 2006:19) disebutkan yaitu :
“Digital literacy is the awareness, attitude and ability of individuals to

appropriately use digital tools and facilities to identify, access, manage,
integrate, evaluate, analyze and synthesize digital resources, construct new
knowledge, create media expressions, and communicate with others, in the
context of specific life situations, in order to enable constructive social
action, and to reflect upon this process”.
(Literasi digital adalah kesadaran, sikap dan kemampuan individu untuk
menggunakan secara tepat alat-alat dan fasilitas digital guna mengidentifikasi,
mengelola, memadukan, mengevaluasi, menganalisis dan membentuk sumber daya
digital, membentuk pengetahuan baru, menciptakan ekspresi media dan
berkomunikasi dengan orang lain dan untuk merefleksikan proses ini).

Konsep literasi digital sebagai istilah yang umum digunakan sekarang
dikenalkan oleh Paul Gilster di dalam bukunya (Gilster, 1997). Gilster tidak
mencantumkan

daftar-daftar

kemampuan,

keahlian,


atau

sikap

yang

10

Universitas Sumatera Utara

mendefenisikan apa itu literasi digital. Dia menjelaskannya secara umum sebagai
sebuah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari jenis-jenis
dan sumber-sumber digital yang disederhanakan dengan kemampuan untuk
membaca, menulis, dan bersamaan dengan penggunaan teknologi informasi.
Jadi literasi digital mencakup sampai kepada kesadaran, sikap dan
kemampuan seorang pustakawan untuk menggunakaan media digital baik itu
dalam mengidentifikasi bahkan sampai kepada membangun kegiatan sosial melaui
media tersebut.
2.3 Komponen Literasi Digital

Komponen literasi digital mencakup sistem pengetahuan, kemampuan
dan faktor-faktor motivasi yang harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
tertentu. Menurut (Bawden, 2008:23), ada empat komponen umum literasi digital
yakni :
1. Tonggak pendukung berupa (Underpinning)
a. Literasi itu sendiri (Literacy per se)
b. Literasi Komputer /TIK (Computer/ ICT literacy)
The “underpinning” reflect the rather traditional skills, of which
we may now need to regard computer literacy as one, which make
up an older idea of literacy, and an ability to function in society. It
seems an open question as to whether they should be regarded as a
part of digital literacy (perhaps in its formulation as “smart
working” or basic skills”) or whether they should be assumed,
before digital literacy is grafted on.
Literasi ini merupakan keterampilan dasar yang diperlukan untuk
menangani informasi dan pengetahuan. Landasan ini
mencerminkan keterampilan tradisional, yang didalamnya
termasuk literasi computer yang memungkinkan seseorang
berfungsi dalam masyarakat.

11

Universitas Sumatera Utara

2.

Latar belakang pengetahuan (Background Knowledge)
a. Dunia informasi (the world of information)
b. Kealamian sumber informasi (nature of information resources)
This is the kind of knowledge that was assumed of any educated
person, in the days when information came as books, newspapers
and magazines, academic journals, professional reports, and not
much else, and was largely accessed through physical print-onpaper-libraries. The well-understood “publication chain”- from
author to archivist, passing through editors, publishers,
booksellers, librarians and the rest-lasted as a sensible concept
well into the computer age. Now, it is largely meaningless, and
there is no clear model to replace it. Nonetheless, attaining as
good an understanding of what the new forms of information are,
and where thay fit into the world of digital information, has to be
an essential start in being digitally lliterate.
Ini adalah jenis pengetahuan yang diasumsikan oleh orang
berpendidikan. Pada waktu itu ketika informasi hadir seperti bukubuku, Koran dan majalah, jurnal akademik, laporan professional,
dan banyak lagi, dan diakses melalui perpustakaan dalam bentuk
fisik tercetak.
3. Kompetensi Utama (Central Competencies)
Dalam literasi digital, yang menjadi kompetensi utama mencakup:
1. Membaca dan memahami bentuk digital dan non-digital (reading
and understanding digital and non-digital formats)
2. Menciptakan dan mengkomunikasikan informasi digital (creating
and communicating digital information)
3. Mengevaluasi informasi (evaluation of information)
4. Menghimpun pengetahuan (knowledge assembly)
5. Literasi informasi (information litaracy)
6. Media literasi (media literacy)
These are the basic skills and competences, without which any
claim to digital literacy has to be regarded skeptically. They are a
remarkably wide set, and it would be sobering to try to access to
what degree they are possessed in the various countries of the
world.
Semua itu merupakan keterampilan dan kompetensi yang menjadi
landasan literasi digital. Keterampilan dan kompetensi tersebut
memiliki jangkauan luas mungkin berbeda antara Negara yang
satu dengan Negara lain.

12

Universitas Sumatera Utara

4. Sikap dan Perspektif (Attitudes and Perspectives)
a. Belajar sendiri (independent learning)
b. Literasi moral dan social (moral/social literacy)
These attitudes and perpectives are perhaps what make the link
between the new concept of digital literacy, and an older idea of
literacy, in vogue over two hundreds years ago. It is not enough to
have skills and competences, they must be grounded in some
moral framework, strongly associated with being an educated, or
as our ancestors would have said, a “lettered”, person. They are
arguably the most difficult to teach or inculcate of all the
components, but they come closets to living up to the meaning of
information ffrom “informere”, the transforming, structuring
force. Finally, the attitudes and perspectives reflect the idea that
the ultimate purpose of digital literacy is to help each person
learn what is necessary for their particular situation. “Moral/
social literacy” reflects the need for an understanding of sensible
and correct behavior in the digital environment and may include
issues of privacy and security.
Sikap dan perspektif ini merupakan hal yang menciptakan
hubungan antara konsep yang baru dengan gagasan yang lama
tentang literasi. Seseorang tidak cukup hanya memiliki
kompetensi atau keterampilan melainkan harus didasarkan pada
kerangka moral yang diasosiasikan dengan seseorang yang
terdidik. Moral/literasi social menggambarkan kebutuhan pada
sebuah pemahaman tingkah laku yang masuk akal dan benar pada
ruang lingkup digital, yaitu pemahaman ide, arti dan konteks
(Bawden , 2001 ; Pilerot, 2006).
Komponen umum literasi digital diatas saling berhubungan dimana tonggak
pertama yaitu bagaimana seseorang memiliki keterampilan dasar yang
memungkinkan seseorang berfungsi dalam masyarakat dan memiliki latar
belakang pengetahuan, komponen selanjutnya

yaitu bagaimana seorang

pustakawan harus memiliki kompetensi utama baik untuk memahami informasi
digital dan non-digital dalam jangkauan yang luas. Hal terakhir yaitu memiliki
sikap dan perspektif, karena tidak cukup hanya memiliki keterampilan tetapi
bagaimana juga harus memiliki pola tingkah laku yang masuk akal terhadap
gagasan, ide atau konsep.
13

Universitas Sumatera Utara

2. 4 Model Literasi Digital
Model literasi digital yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur
literasi digital seseorang yaitu :
1) Model Literasi Digital menurut Canada Center
Model literasi digital Canada (2010 :5) menjelaskan bahwa menjadi digital
literate di dunia digital memerlukan lebih dari kemampuan teknologi.
Kemampuan ini merangkum berbagai aspek informasi, ICT, media, dan
kemahiran tentang digital.
Ada 3 kompetensi yang digambarkan secara skematis pada model literasi digital
Canada center digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Model Literasi Digital

14

Universitas Sumatera Utara

Kata Use (Menggunakan), Understand (Memahami) dan Create
(Menciptakan) adalah tiga kata kerja yang menandai kompetensi aktif dari
literasi digital.
a) Use,

menunjukkan keterampilan teknis yang diperlukan untuk

terlibat dalam computer atau internet. Keterampilan ini meliputi
kemampuan menggunakan program computer seperti word
processor, web browser, email, dan alat-alat komunikasi lainnya,
b) Understand,

adalah

kemampuan

mengkontekstualisasikan

untuk

memahami,

dan mengevaluasi media digital secara

kritis,
c) Create, adalah kemampuan untuk menciptakan substansi dan
berkomunikasi secara efektif dengan menggunakan berbagai alatalat media digital.
Tabel pengelompokan literasi digital menurut Model Canada Center sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Pengelompokan Literasi Digital menurut Canada Center
Tingkat Kompetensi
USE

Indikator
- Keterampilan teknis dalam menggunakan komputer atau
internet,
- Kemampuan dalam menggunakan internet dan mengakses
dari berbagai sumber seperti search engine dan databasedatabase online.

UNDERSTAND

- Kemampuan

untuk mencari, menemukan, memahami,

menyeleksi, mengevaluasi informasi yang didapat dari media
digital secara kritis
15

Universitas Sumatera Utara

CREATE

- Kemampuan menciptakan komunikasi yang efektif dan
responsive seperti forum diskusi
- Kemampuan menciptakan isi media komunikasi dalam bentuk
portal online
- Kemampuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan
responsif dengan menggunakan media seperti blog, sharing
video dan foto, game sosial, dan media sosial lainnya.

2) Model literasi digital menurut Mutula dan Wamukoya
Kemampuan yang dihubungkan dengan tiap level pada rangkaian
kesatuan literasi digital dijelaskan pada setiap level berikut (Mutula
dan Wamukoya, 2007:87):
a. Kemampuan dasar (Foundational competencies)
This form of literacy is related to a variety of foundation skills,such
as the ability to learn to communicate and to analyze and solve
problems.
Ini berhubungan pada jenis keahlian dasar literasi, seperti
kemampuan

mempelajari

berkomunikasi,

menganalisa,

dan

menyelesaikan masalah.
b. Kemampuan Utama (Basic Competencies)
The competencies at this level largely relate to knowledge about
computers and other related technologies. Digital literacy
competencies at this level would include, among other things, an
understanding of computer components and what they do,
knowledge of input devices, processing and storage, knowledge of
how to start and switch off a computer, restarting the computer,
understanding the desktop, such as reducing, resizing and closing
windows, knowledge of various types of text-based or graphical
user interface operating system, knowledge of specific application,
16

Universitas Sumatera Utara

such as Ms Word, Ms Excel, Ms Powerpoint, Ms Access and Ms
Outlook and their uses, knowledge of uses of computers at home,
such as household account, e-mail, internet surfing, and use of
computers in supermarkets.
Defenisi diatas berkaitan dengan pengetahuan tentang komputer
dan teknologi terkait lainnya. Pemahaman tentang komponen
komputer, pengetahuan tentang perangkat input, pengolahan dan
penyimpanan, pengetahuan tentang menyalakan, mematikan,
merestart computer, memahami desktop, seperti mengurangi dan
mengubah ukuran dan menutup jendela, pengetahuan tentang
berbagai jenis pengguna system antarmuka berbasis teks atau
grafis, dan pengetahuan aplikasi tertentu seperti Ms.Word, Ms.
Excel, Ms.Powerpoint, Ms.Access, dan Ms.Outlook
dan
penggunaannya, pengetahuan tentang penggunaan komputer di
rumah, seperti akun rumah tangga, e-mail, internet, dan
penggunaan komputer di supermarket.
c. Kemampuan menengah (Intermediate Competencies)
The Digital literacy competencies expected at this level relate to
comprehending how the various features within applications can
be used. The individual can, for example, understand basic
directory and folder structure, create directories and sub
directories, copy and paste files, make backup copies, delete files
from directories, and use printer. Within the Ms Word
environtment, the individual will be able to create a document,
understand the difference between ‘save’ and ‘save as’, close the
document, open, modify and save existing document, open several
document simultaneously, change display modes, copy and move
files between active document, apply existing style to document,
modify document margins, create tables, picture and images,
change fonts and use italics, change line spacing, add borders,
indents and page numbering, use spell check, preview and print
document. With regard to e-mail applications, the individual may
be able to open received mail, create message and send it, open the
inbox, determine whether messages have not been read, attach files
to a message, use reply to sender option, forward message, delete
message, and sort messages by name and by date.
Kemampuan literasi digital ini mengharapkan bagaimana
mengunakan berbagai jenis aplikasi komputer. Misalnya
memahami petunjuk dasar, membuat folder, menggandakan file,
dan menggunakan printer. Dalam ruang lingkup Ms. Word,
seseorang harus mampu menciptakan dokumen, menutup
dokumen, menyimpan file dalam dokumen yang sama, mengubah
tampilan, menerapkan style pada dokumen, mengubah margin,
membuat tabel, gambar/foto, dan lain sebagainya. Dengan aplikasi
17

Universitas Sumatera Utara

email, seseorang mampu membuka email yang diterima, menulis
dan mengirim pesan, membuka kotak masuk, melanjutkan pesan,
menyortir pesan berdasarkan nama dan tanggal.

d. Kemampuan lanjutan (Advanced Competencies)
Digital literacy competencies associated with this level will include
the ability to organize information using various software
applications, having knowledge of the various tools needed to gain
access to information such as digital libraries, web-based OPACs,
online journals, online reference sources, search engines and what
they provide, and the ability to search for information on the
internet and navigate through the web.
Level ini mengandung kemampuan untuk mengatur informasi
dengan menggunakan berbagai aplikasi perangkat lunak, dan
pengetahuan tentang berbagai alat yang diperlukan untuk
mendapatkan akses informasi seperti perpustakaan digital, webbased OPACs, jurnal online, sumber referensi online, mesin
pencari dan kemampuan untuk mencari informasi di internet
melalui web.
e. Kemampuan teknis (Technical Competencies)
These are technical skills related to ICT itself, which extend
beyond the ICT sector to the economy as a whole. These skills may
relate to hardware, software, management, policy and regulatory
issues.
Ada keahlian teknis yang dihubungkan dengan TIK itu sendiri,
yang memperluas sektor TIK pada ekonomi secara keseluruhan.
Keahlian ini dihubungkan dengan perangkat keras, perngkat lunak,
pengaturan, dan kebijakan dan keteraturan hasil.
f. Kecakapan Literasi (Proficiency Digital Literacy)
Individuals with proficient digital literacy are those who, in
addition to have having a wider understanding of specific digital
technology application, are also able to understand the various
issues involved in the design, implementation and use of such
technologies, have knowledge of various online resources or
internet search engines, e-mail and online databases, are able to
formulate search plans to gather information from online
resources, organize, apply and ccommunicate information using
various digital technologies, understand many of the ethical, legal
and socioeconomic issues surrounding information and
18

Universitas Sumatera Utara

information technology, acknowledge the use of information
sources in communicating the product or performance using
standart citation formats, revise information-gathering strategies
that prove to be ineffective using Boolean algebra, use digital
technology to facilitate evaluation of the different information
retrived, present information clearly and persuasively using a
range of technology tools and media.
Seseorang dengan kecakapan literasi digital adalah yang memiliki
pemahaman lebih luas pada aplikasi teknologi digital khusus, juga
mampu untuk memahami berbagai persoalan, merencanakan,
melaksanakan dan menggunakan teknologi, mempunyai berbagai
sumber pengetahuan online atau mesin pencari internet, email dan
database online.

19

Universitas Sumatera Utara