Analisis Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
ANALISIS LITERASI INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Laila Hadri Nasution
Program Studi Ilmu Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara
Abstract
The purpose of this study was to analyze information literacy library users of University
of Sumatera Utara using ACRL standards which have five competencies, determines the
nature and extent of the information needed, accesses needed information effectively
and efficiently, evaluates information and its sources critically and incorporates
selected information into his or her knowledge base and value system, uses information
effectively to accomplish a specific purpose, and understands many of the economic,
legal, and social issues surrounding the use of information and accesses and uses
information ethically and legally. The research used quantitative research method with
a descriptive explanation. The results showed that 71.25% of respondents stated the
need of information literacy training in University of Sumatera Utara. The average
score of all information literacy standard of the Library University of Sumatera Utara
users is 3.15. The score is included in the category of interval fair. Average rating is
3.29 on standard one, 3.08 standard two, 3.10 standard three and 3.15 for standard
four and five. University of Sumatera Utara is expected to arrange the information
literacy training. To be more focused, Library University of Sumatera Utara needs to
determine the needs of information literacy and arrange the model of information
literacy.
Keywords: information literacy, ACRL, training.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran di perguruan tinggi harus
mampu mengajarkan kepada mahasiswa
belajar bagaimana cara belajar (learning
how to learn) dan menuntut kemandirian
dalam belajar yang dimulai dari
mahasiswa memasuki perguruan tinggi.
Di samping itu, mahasiswa harus
mengetahui bahwa dosen bukan sumber
pengetahuan
utama.
Mahasiswa
diharapkan bisa memenuhi kebutuhan
informasi dengan berbagai cara dan
strategi. Bagi yang baru menjadi
mahasiswa biasanya diikutsertakan dalam
pelatihantentang cara belajar di perguruan
tinggi dan cara memanfaatkan sumber
informasi untuk mendukung perkuliahan.
Pelatihan literasi informasi merupakan
konsep pembelajaran seumur hidup yang
membantu meningkatkan kemampuan dan
produktifitas
mahasiswa.
Literasi
informasimerupakan bagian yang tidak
dapat
dipisahkandari
kegiatan
pembelajaran. Menurut Koneru (2010)
literasi informasi adalah kompetensi yang
memerlukan
pengetahuan
tentang
informasi, sifat dan format yang
tersedia,kemampuan untuk mengambil
informasi yang relevan dengan menyaring
yang tidak relevan, dan sikap untuk
menggunakan
informasi
dan
Halaman 16
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
saja yang perlu dipelajari pada saat
pelatihan.
berbagidengan cara etis. Sedangkan dalam
lingkungankerja sering digunakan istilah
informationcompetencies dan information
proficiencies(Hasugian, 2008). Literasi
informasi
bermanfaat
meningkatkan
kemampuan dalam hal identifikasi
kebutuhan informasi dan pemilihan
sumber informasi yang tepat, membangun
strategi
pencarian,
mengevaluasi
informasi
dan
sumber-sumbernya,
menggunakan dan mengkomunikasikan
informasi serta taat hukum dalam
penggunaan sumber informasi.
Perpustakaan USU rutin melakukan
pelatihan pengguna setiap tahun namun
hanya
sebatas
pada
pengenalan
perpustakaan dan cara menggunakan
koleksinya yaitu pada saat kegiatan
orientasi bagi mahasiswa baru dan lebih
dikenal dengan pendidikan pengguna.Saat
ini
pendidikan
pengguna
sudah
ditingkatkan ke taraf pelatihan literasi
informasi
untuk
meningkatkan
kompetensi melek informasi. Secara
teoritis pendidikan pengguna yang selama
ini dilakukan oleh perpustakaan USU
masih belum memenuhi standar suatu
pelatihan. Sementara banyak kemampuan
lain yang perlu dimiliki mahasiswa
sebagai pengguna informasi. Oleh
karenanya perlu meningkatkan model
pelatihan yang lebih inovatif untuk
menyiapkan
mahasiswa
yang
berkemampuan
sesuai
dengan
kompetensinya yaitu pelatihan literasi
informasi.
Literasi informasi merupakan tahapan
pengetahuan atau proses belajar yang
mensyaratkan adanya kompetensi dan
kemampuan tertentu. Kompetensi menjadi
relevan dan sangat penting untuk
dipelajari dan digunakan mulai sekolah
dasar sampai pendidikan tinggi, baik
dalam pekerjaan maupun waktu luang
(PNRI, 2007). Penelitian ini menggunakan
standar ACRL (Association of College
and Research Libraries) sebagai tolok
ukur untuk mengukur kompetensi
pengguna perpustakaan dalam hal
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan
pemanfaatan sumber informasi. Pelatihan
literasi informasi
diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi agar inovatif,
mampu memecahkan masalah secara
kreatif, dan mampu melakukan tugas
dengan efektif dan efisien.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah 1)
Menganalisis literasi informasi pengguna
perpustakaan USU menggunakan standar
ACRL dan 2) Menyusun topik untuk
pelatihan literasi informasi
Penelitian literasi informasi sudah pernah
dilakukan sebelumnya oleh Samosir
(2010) dengan hasil penilitian persentase
rata-rata kemampuan literasi informasi
mahasiswa S2 Pascasarjana USU adalah
74,38%, dan Kurnianingsih (2012) dengan
hasil rancangan pembelajaran literasi
informasi berbasis web.Kaitan kedua
penelitian tersebut dalam penelitian ini
yaitu sebelum melakukan pelatihan perlu
menganalisis kebutuhan pelatihan dengan
mengukur literasi informasi pengguna
perpustakaan. Selanjutnya berdasarkan
temuan tersebut disusun topik-topik apa
C. Ruang Lingkup
Penelitian
ini
merupakan
analisis
mengenai literasi informasi menggunakan
standar ACRL dengan responden pada
penelitian
ini
adalah
pengguna
perpustakaan
USU
yang
menjadi
peminjam terbanyak selama periode
September hingga Nopember 2012.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literasi Informasi
Halaman 17
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
4.
Mengetahui bagaimana menemukan
informasi yang dibutuhkan
5. Mengetahui cara membuat atau
menciptakan pengetahuan baru jika
informasi yang dibutuhkan tidak
tersedia.
6. Mengetahui bagaimana memahami
informasi yang ditemukan atau jika
tidak memahaminya, tahu ke mana
harus meminta bantuan.
7. Mengetahui bagaimana mengatur,
menganalisis,
menafsirkan
dan
mengevaluasi informasi, termasuk
keandalan sumbernya.
8. Mengetahui
bagaimana
berkomunikasi
dan
menyajikan
informasi kepada orang lain dalam
format dan media yang tepat dan
bermanfaat.
9. Mengetahui
bagaimana
memanfaatkan
informasi
untuk
memecahkan masalah, membuat
keputusan atau memenuhi kebutuhan
10. Mengetahui bagaimana melestarikan,
menyimpan, menggunakan kembali,
merekam
dan
mengarsipkan
informasi untuk penggunaan di masa
depan
11. Mengetahui bagaimana membuang
informasi yang tidak lagi diperlukan,
dan menjaga informasi yang harus
dilindungi.
Seseorang yang sudah melek informasi
dianggap akan mampu menjelajahi
banyaknya informasi yang semakin lama
semakin luas dan rumit, baik yang
menggunakan sumber-sumber tercetak
maupun yang elektronik. Program
penguasaan literasi informasi dianggap
dapat menciptakan keberaksaraan yang
berbasis
keterampilan
(skills-based
literacy). Termasuk di dalam keterampilan
ini adalah kemampuan mencari informasi,
memilih sumber informasi secara cerdas,
menilai dan memilah-milah sumber
informasi, menggunakan serta menyajikan
informasi secara etis (Webber, 2000).
Literasi informasi adalah seperangkat
keterampilan, sikap dan pengetahuan yang
diperlukan untuk mengetahui kapani
nformasi diperlukan untuk membantu
memecahkan masalah atau membuat
keputusan, bagaimana mengartikulasikan
kebutuhan
informasi
bisa
dicari
menggunakan
istilah
dan
bahasa,
kemudian pencarian informasi dengan
efisien, mengambilnya, menafsirkan dan
memahami, mengatur, mengevaluasi
kredibilitas
dan
keaslian,
menilai
relevansi, berkomunikasi kepada orang
lain
jika
perlu,
kemudian
memanfaatkannya
untuk
mencapai
tujuanyang diinginkan (UNESCO, 2007).
Kemampuan baru dapat diperoleh dengan
menjalani proses belajar. Dalam proses
belajar memerlukan informasi yang tepat
dan benar. Bagi mahasiswa, kemampuan
ini akan menentukan banyaknya informasi
yang dapat diserap, dan lebih dari itu
mahasiswa makin mampu menyelesaikan
masalah secara kritis, logis, dan tidak
mudah diperdaya oleh informasi yang
diterimanya tanpa evaluasi. Untuk itu
diperlukan standar kompetensi literasi
informasi.
Berikut
konsep
literasi
informasi yang digambarkan oleh Lau
(2006):
Dalam hal ini UNESCO menyusun
sebelas tahapan siklus hidup literasi
informasi berikut:
1. Menyadari adanya kebutuhan atau
masalah yang memerlukan informasi
sebagai solusi.
2. Mengetahui secara akurat bagaimana
mengidentifikasi dan menentukan
informasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan, memecahkan
masalah, atau membuat keputusan.
3. Mengetahui bagaimana menentukan
informasi apayang dibutuhkan dan
tidak dibutuhkan, dan mengetahui
cara membuat atau menciptakan
informasi atau pengetahuan baru.
Halaman 18
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
akademika.
Ada
banyak
model
pembelajaran literasi informasi untuk
memandu mahasiswa memahami literasi
informasiyang dikaitkan dalam kurikulum
pendidikan tinggi. Saat ini sudah banyak
perguruan tinggi yang menyusun sendiri
model literasi informasi bagi sivitas
akademikanya. Namun tidak menutup
kemungkinan bagi pihak luar kampus
untuk menggunakan model literasi
informasi tersebut.
Information
Fluency
User
Education
Developmen
t of
Information
Skills
User
Training
Information
Competencies
Information
Literacy
Other
Concepts
Bibliographic
Instruction
Library
Orientation
B.
Gambar 1.Konsep literasi informasi
Standar Kompetensi
Informasi Model ACRL
Literasi
Standar kompetensi literasi informasi
untuk pendidikan tinggi menyediakan
kerangka kerja untuk mengidentifikasikan
individu yang memiliki kompetensi
informasi.
Standar
berfokus
pada
kebutuhan mahasiswa di pendidikan
tinggi.
Model
kompetensi
literasi
informasi dari ACRL (2000) terdiri dari:
(1)Kemampuan menentukan jenis dan
sifat informasi yang dibutuhkan
(2)Kemampuan mengakses informasi
yang dibutuhkan secara efektif dan
efisien
(3)Kemampuan mengevaluasi informasi
dan sumber-sumbernya secara kritis
(4)Kemampuan menggunakan informasi
untuk menyelesaikan tujuan tertentu
(5)Memahami aspek ekonomi, hukum,
dan sosial yang berkaitan dengan
penggunaan informasi.
Informasi
yang
bersumber
dari
perpustakaan cenderung diterima sebagai
informasi yang andal karena sumber
informasinya dianggap dipercaya. Akan
tetapi, dari dunia maya, segala macam
informasi membaur dari yang masih
mentah, dalam proses diolah sampai yang
sudah matang, oleh karena kebenaran
informasinya patut dipertanyakan. Perlu
seperangkat kemampuan atau kompetensi
untuk mengelola dan memanfaatkan
informasi secara efektif yaitu kemampuan
dalam pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi.
Dalam
konteks
literasi informasi, perlu membekali
pengguna dengan kemampuan yang
diperlukan untuk menemukan dan
memanfaatkan informasi yang mereka
butuhkan untuk bekerja, belajar dan
rekreasi. Kemampuan bisa didapat melalui
bermacam konsep literasi informasi di
atas.
Model literasi informasi ACRL terdiri dari
lima indikator utama. Dari lima indikator
diuraikan lagi menjadi sub-sub indikator.
Model ACRL memiliki serangkaian
standar, indikator kinerja dan hasil
untukliterasi informasi dalam pendidikan
tinggi.Setiap tingkat dikaitkan dengan
indikator kinerjadan hasil secara spesifik
untuk menentukan tingkat kemampuan
literasi informasi untuk mahasiswa. Model
ACRL juga memasukkan keterampilan
perpustakaan dasar dan kemampuan
teknologi informasi sebagaielemen dasar,
Literasi informasi tidak bisa hanya
mengandalkan
pustakawan
atau
pengetahuan
yang
terbatas
dari
mahasiswa. Sebaliknya, perlu pendekatan
melalui mitra kampus yang bekerjasama
untukkepentingan literasi informasi dan
menerima tanggung jawab bersama di
dalamnya.
Mengintegrasikan
literasi
informasi di seluruh kurikulum adalah
kesempatan
dan
tantangan
bagi
pustakawan untuk membantu sivitas
Halaman 19
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
deskriptif. Skala pengukuran dalam
penelitian ini menggunakan rating
scale. Hasil penelitian ini diharapkan
bisa menjadi rekomendasi untuk
menentukan materi apa saja yang
perlu diperdalam dalam kegiatan
pelatihan. Materi diambil berdasarkan
penghitungan nilai rata-rata dari
jawaban responden untuk setiap item
pertanyaan yang < 3,25. Hal ini
ditetapkan dengan pertimbangan nilai
rata-rata 3,25 cenderung lebih dekat ke
interval kemampuan cukup, dengan
harapan setelah mengikuti pelatihan
peserta
akan
mencapai
nilai
maksimum
yaitu
pada
level
kemampuan baik.
5. Menyusun topik pelatihan berdasarkan
analisis kebutuhan materi pelatihan
yang didapat melalui penghitungan
nilai rata-rata dari jawaban responden
untuk setiap item pertanyaan.
dan dengan menekankan strategi untuk
lokasi informasi serta dimensi kreatif
dengan mengembangkan kompetensi
untuk visual dan media literasi.
C. Penilaian Kebutuhan Pelatihan
Penilaian kebutuhan pelatihan merupakan
langkah awal yang dilakukan dalam
merencanakan
kegiatan
pelatihan
(UNESCO, 2004). Alat bantu identifikasi
kebutuhan yang umum digunakan yaitu
interview, kuesioner, observasi dan
charting (Rempel, 2008). Dari alat bantu
identifikasi yang ada, dibentuk proposal
program pelatihan literasi informasi
(Djohani, 2005). Penilaian kebutuhan
membantu mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan dari calon peserta, serta
mengetahui masalah yang mereka hadapi
dan mengetahui penyebab dari masalah
tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kuantitatif dengan
penjelasan secara deskriptif. Lokasi
penelitian yaitu Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara. Adapun langkah-langkah
atau prosedur penelitian yang dilakukan
yaitu:
1. Observasi untuk mengetahui kondisi
kegiatan pelatihan di perpustakaan
USU apakah sudah melakukan
kegiatan pelatihan literasi informasi
2. Menentukan sampel yaitu sebanyak
80 orang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive
sampling dengan kriteria: a) peminjam
terbanyak periode September hingga
Nopember 2012, b) mahasiswa tingkat
sarjana strata 1 (S1) Semester VI.
3. Menyebarkan
kuesioner
dengan
datang langsung ke fakultas masingmasing responden
4. Data
yang
dikumpulkan
dari
penyebaran
kuesioner
dianalisis
dengan
menggunakan
metode
A. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Literasi Informasi
Berdasarkan observasi di lapangan,
perpustakaan
USU
belum
pernah
melakukan kegiatan pelatihan literasi
informasi. Didapat bahwa sebanyak
52,5% tidak pernah mengikuti pelatihan
literasi informasi.Hasil dari analisa
identifikasi kebutuhan pelatihan melalui
kuesioner diketahui bahwa sebanyak 57
orang (71,3%) responden menjawab perlu
diadakan pelatihan literasi informasi bagi
pengguna perpustakaan USU.
B. Identifikasi Kebutuhan Materi
Pelatihan
Identifikasi kebutuhan materi pelatihan
dilakukan untuk mengetahui materi apa
saja yang perlu dimasukkan dalam
kegiatan pelatihan. Materi diambil
berdasarkan penghitungan nilai rata-rata
dari jawaban responden untuk setiap item
Halaman 20
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata
jawaban responden pada standar 1
terdapat nilai minimum = 3,05 dan nilai
maksimum = 3,47. Ada dua kemampuan
dengan nilai < 3,25 dan diharapkan bisa
ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan
pelatihan
literasi
informasi
yaitu
kemampuan untuk membedakan sumber
informasi primer, sekunder dan tersier
(3,05)
dan
kemampuan
untuk
mengidentifikasi
waktu
untuk
memperoleh informasi (3,11).. Lebih jelas
dapat dilihat pada Tabel 1.
pertanyaan yang < 3,25. Hal ini ditetapkan
dengan pertimbangan nilai rata-rata 3,25
cenderung lebih dekat ke interval
kemampuan cukup, dengan harapan
setelah mengikuti pelatihan peserta akan
mencapai nilai maksimum yaitu pada
level kemampuan baik. Berikut analisis
identifikasi kebutuhan materi pelatihan
yang dibagi ke dalam empat standar
kemampuan sesuai urutan pertanyaan di
kuesioner.
1. Standar 1 Kemampuan menentukan
Jenis dan Sifat Informasi yang
dibutuhkan
Tabel 1. Standar 1 kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan
Kompetensi
Frekuensi
Jawaban
Responden
Interval
Jawaban
Nilai
Ratarata
Pilihan
Materi
Pelatihan
3,45
3,47
3,45
3,05
3,26
3,30
3,11
3,25
Nilai rata-rata per standar
3,29
Halaman 21
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
mengikuti kegiatan pelatihan literasi
informasi yaitu kemampuan menggunakan
logika boolean (2,61), menggunakan
katalog online perpustakaan lokal (3,22),
menggunakan katalog online perpustakaan
lain (2,98), memilih alat pencarian (2,98),
menggunakan millist dan newsgroup
(2,80), partisipasi dalam diskusi online
(2,75), dan menggunakan alamat web
(3,11).Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
2.
2. Standar 2 Kemampuan mengakses
informasi yang dibutuhkan secara
Efektif dan Efisien
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata
jawaban responden pada seluruh standar 2
adalah 3,08. Untuk nilai rata-rata jawaban
responden untuk setiap item pertanyaan
terdapat nilai minimum = 2,30 dan nilai
maksimum = 3,60. Ada enam kemampuan
yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan
Tabel 2. Standar kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan
efisien
Kompetensi
Frekuensi
Jawaban
Responden
Interval
Jawaban
Nilai
Ratarata
Pilihan
Materi
Pelatihan
3,63
2,61
3,22
2,98
2,93
3,27
3,31
2,80
2,75
3,11
3,28
Nilai rata-rata per standar
3,08
responden untuk setiap item pertanyaan
terdapat nilai minimum = 2,98 dan nilai
maksimum 3,25. Ada lima kemampuan
yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan
mengikuti kegiatan pelatihan literasi
informasi yaitumengevaluasi keaslian
informasi (3,12), membedakan sumber
3. Standar 3 Kemampuan
mengevaluasi Informasi dan
Sumber-sumbernya
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata
jawaban responden pada seluruh standar 3
adalah 3,10. Untuk nilai rata-rata jawaban
Halaman 22
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
menyaring
informasi
(3,03)
dan
mengidentifikasi informasi bias (2,96).
Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
informasi yang tersaji dalam berbagai
format file (3,15), mengevaluasi kualitas
informasi tercetak dan elektronik (3,06),
Tabel 3.Standar kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya
Kompetensi
Frekuensi
Jawaban
Responden
Interval
Jawaban
Nilai
Ratarata
Pilihan
Materi
Pelatiha
n
3,12
3,15
3,06
3,25
Nilai rata-rata per standar
3,03
2,96
3,10
mengkombinasikan informasi asli dengan
hasil pikiran sendiri (3,18), dan
menciptakan pengetahuan baru (2,96).
Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.
4. Standar 4 Kemampuan Penggunaan
Informasi secara Efektif, Efisien,
Etis dan berdasar Hukum
Berdasarkanpenghitungan nilai rata-rata
jawaban responden pada seluruh standar 4
dan 5adalah 3,15. Untuk nilai rata-rata
jawaban responden untuk setiap item
pertanyaan terdapat nilai minimum = 2,98
dan nilai maksimum = 3,30. Ada empat
kemampuan yang diharapkan bisa
ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan
pelatihan
literasi
informasi
yaitu
pemahaman masalah hak cipta di web
(3,22), membuat daftar pustaka (3,10),
Berdasarkan analisis literasi informasi
dengan nilai
ANALISIS LITERASI INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Laila Hadri Nasution
Program Studi Ilmu Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara
Abstract
The purpose of this study was to analyze information literacy library users of University
of Sumatera Utara using ACRL standards which have five competencies, determines the
nature and extent of the information needed, accesses needed information effectively
and efficiently, evaluates information and its sources critically and incorporates
selected information into his or her knowledge base and value system, uses information
effectively to accomplish a specific purpose, and understands many of the economic,
legal, and social issues surrounding the use of information and accesses and uses
information ethically and legally. The research used quantitative research method with
a descriptive explanation. The results showed that 71.25% of respondents stated the
need of information literacy training in University of Sumatera Utara. The average
score of all information literacy standard of the Library University of Sumatera Utara
users is 3.15. The score is included in the category of interval fair. Average rating is
3.29 on standard one, 3.08 standard two, 3.10 standard three and 3.15 for standard
four and five. University of Sumatera Utara is expected to arrange the information
literacy training. To be more focused, Library University of Sumatera Utara needs to
determine the needs of information literacy and arrange the model of information
literacy.
Keywords: information literacy, ACRL, training.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran di perguruan tinggi harus
mampu mengajarkan kepada mahasiswa
belajar bagaimana cara belajar (learning
how to learn) dan menuntut kemandirian
dalam belajar yang dimulai dari
mahasiswa memasuki perguruan tinggi.
Di samping itu, mahasiswa harus
mengetahui bahwa dosen bukan sumber
pengetahuan
utama.
Mahasiswa
diharapkan bisa memenuhi kebutuhan
informasi dengan berbagai cara dan
strategi. Bagi yang baru menjadi
mahasiswa biasanya diikutsertakan dalam
pelatihantentang cara belajar di perguruan
tinggi dan cara memanfaatkan sumber
informasi untuk mendukung perkuliahan.
Pelatihan literasi informasi merupakan
konsep pembelajaran seumur hidup yang
membantu meningkatkan kemampuan dan
produktifitas
mahasiswa.
Literasi
informasimerupakan bagian yang tidak
dapat
dipisahkandari
kegiatan
pembelajaran. Menurut Koneru (2010)
literasi informasi adalah kompetensi yang
memerlukan
pengetahuan
tentang
informasi, sifat dan format yang
tersedia,kemampuan untuk mengambil
informasi yang relevan dengan menyaring
yang tidak relevan, dan sikap untuk
menggunakan
informasi
dan
Halaman 16
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
saja yang perlu dipelajari pada saat
pelatihan.
berbagidengan cara etis. Sedangkan dalam
lingkungankerja sering digunakan istilah
informationcompetencies dan information
proficiencies(Hasugian, 2008). Literasi
informasi
bermanfaat
meningkatkan
kemampuan dalam hal identifikasi
kebutuhan informasi dan pemilihan
sumber informasi yang tepat, membangun
strategi
pencarian,
mengevaluasi
informasi
dan
sumber-sumbernya,
menggunakan dan mengkomunikasikan
informasi serta taat hukum dalam
penggunaan sumber informasi.
Perpustakaan USU rutin melakukan
pelatihan pengguna setiap tahun namun
hanya
sebatas
pada
pengenalan
perpustakaan dan cara menggunakan
koleksinya yaitu pada saat kegiatan
orientasi bagi mahasiswa baru dan lebih
dikenal dengan pendidikan pengguna.Saat
ini
pendidikan
pengguna
sudah
ditingkatkan ke taraf pelatihan literasi
informasi
untuk
meningkatkan
kompetensi melek informasi. Secara
teoritis pendidikan pengguna yang selama
ini dilakukan oleh perpustakaan USU
masih belum memenuhi standar suatu
pelatihan. Sementara banyak kemampuan
lain yang perlu dimiliki mahasiswa
sebagai pengguna informasi. Oleh
karenanya perlu meningkatkan model
pelatihan yang lebih inovatif untuk
menyiapkan
mahasiswa
yang
berkemampuan
sesuai
dengan
kompetensinya yaitu pelatihan literasi
informasi.
Literasi informasi merupakan tahapan
pengetahuan atau proses belajar yang
mensyaratkan adanya kompetensi dan
kemampuan tertentu. Kompetensi menjadi
relevan dan sangat penting untuk
dipelajari dan digunakan mulai sekolah
dasar sampai pendidikan tinggi, baik
dalam pekerjaan maupun waktu luang
(PNRI, 2007). Penelitian ini menggunakan
standar ACRL (Association of College
and Research Libraries) sebagai tolok
ukur untuk mengukur kompetensi
pengguna perpustakaan dalam hal
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan
pemanfaatan sumber informasi. Pelatihan
literasi informasi
diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi agar inovatif,
mampu memecahkan masalah secara
kreatif, dan mampu melakukan tugas
dengan efektif dan efisien.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah 1)
Menganalisis literasi informasi pengguna
perpustakaan USU menggunakan standar
ACRL dan 2) Menyusun topik untuk
pelatihan literasi informasi
Penelitian literasi informasi sudah pernah
dilakukan sebelumnya oleh Samosir
(2010) dengan hasil penilitian persentase
rata-rata kemampuan literasi informasi
mahasiswa S2 Pascasarjana USU adalah
74,38%, dan Kurnianingsih (2012) dengan
hasil rancangan pembelajaran literasi
informasi berbasis web.Kaitan kedua
penelitian tersebut dalam penelitian ini
yaitu sebelum melakukan pelatihan perlu
menganalisis kebutuhan pelatihan dengan
mengukur literasi informasi pengguna
perpustakaan. Selanjutnya berdasarkan
temuan tersebut disusun topik-topik apa
C. Ruang Lingkup
Penelitian
ini
merupakan
analisis
mengenai literasi informasi menggunakan
standar ACRL dengan responden pada
penelitian
ini
adalah
pengguna
perpustakaan
USU
yang
menjadi
peminjam terbanyak selama periode
September hingga Nopember 2012.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literasi Informasi
Halaman 17
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
4.
Mengetahui bagaimana menemukan
informasi yang dibutuhkan
5. Mengetahui cara membuat atau
menciptakan pengetahuan baru jika
informasi yang dibutuhkan tidak
tersedia.
6. Mengetahui bagaimana memahami
informasi yang ditemukan atau jika
tidak memahaminya, tahu ke mana
harus meminta bantuan.
7. Mengetahui bagaimana mengatur,
menganalisis,
menafsirkan
dan
mengevaluasi informasi, termasuk
keandalan sumbernya.
8. Mengetahui
bagaimana
berkomunikasi
dan
menyajikan
informasi kepada orang lain dalam
format dan media yang tepat dan
bermanfaat.
9. Mengetahui
bagaimana
memanfaatkan
informasi
untuk
memecahkan masalah, membuat
keputusan atau memenuhi kebutuhan
10. Mengetahui bagaimana melestarikan,
menyimpan, menggunakan kembali,
merekam
dan
mengarsipkan
informasi untuk penggunaan di masa
depan
11. Mengetahui bagaimana membuang
informasi yang tidak lagi diperlukan,
dan menjaga informasi yang harus
dilindungi.
Seseorang yang sudah melek informasi
dianggap akan mampu menjelajahi
banyaknya informasi yang semakin lama
semakin luas dan rumit, baik yang
menggunakan sumber-sumber tercetak
maupun yang elektronik. Program
penguasaan literasi informasi dianggap
dapat menciptakan keberaksaraan yang
berbasis
keterampilan
(skills-based
literacy). Termasuk di dalam keterampilan
ini adalah kemampuan mencari informasi,
memilih sumber informasi secara cerdas,
menilai dan memilah-milah sumber
informasi, menggunakan serta menyajikan
informasi secara etis (Webber, 2000).
Literasi informasi adalah seperangkat
keterampilan, sikap dan pengetahuan yang
diperlukan untuk mengetahui kapani
nformasi diperlukan untuk membantu
memecahkan masalah atau membuat
keputusan, bagaimana mengartikulasikan
kebutuhan
informasi
bisa
dicari
menggunakan
istilah
dan
bahasa,
kemudian pencarian informasi dengan
efisien, mengambilnya, menafsirkan dan
memahami, mengatur, mengevaluasi
kredibilitas
dan
keaslian,
menilai
relevansi, berkomunikasi kepada orang
lain
jika
perlu,
kemudian
memanfaatkannya
untuk
mencapai
tujuanyang diinginkan (UNESCO, 2007).
Kemampuan baru dapat diperoleh dengan
menjalani proses belajar. Dalam proses
belajar memerlukan informasi yang tepat
dan benar. Bagi mahasiswa, kemampuan
ini akan menentukan banyaknya informasi
yang dapat diserap, dan lebih dari itu
mahasiswa makin mampu menyelesaikan
masalah secara kritis, logis, dan tidak
mudah diperdaya oleh informasi yang
diterimanya tanpa evaluasi. Untuk itu
diperlukan standar kompetensi literasi
informasi.
Berikut
konsep
literasi
informasi yang digambarkan oleh Lau
(2006):
Dalam hal ini UNESCO menyusun
sebelas tahapan siklus hidup literasi
informasi berikut:
1. Menyadari adanya kebutuhan atau
masalah yang memerlukan informasi
sebagai solusi.
2. Mengetahui secara akurat bagaimana
mengidentifikasi dan menentukan
informasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan, memecahkan
masalah, atau membuat keputusan.
3. Mengetahui bagaimana menentukan
informasi apayang dibutuhkan dan
tidak dibutuhkan, dan mengetahui
cara membuat atau menciptakan
informasi atau pengetahuan baru.
Halaman 18
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
akademika.
Ada
banyak
model
pembelajaran literasi informasi untuk
memandu mahasiswa memahami literasi
informasiyang dikaitkan dalam kurikulum
pendidikan tinggi. Saat ini sudah banyak
perguruan tinggi yang menyusun sendiri
model literasi informasi bagi sivitas
akademikanya. Namun tidak menutup
kemungkinan bagi pihak luar kampus
untuk menggunakan model literasi
informasi tersebut.
Information
Fluency
User
Education
Developmen
t of
Information
Skills
User
Training
Information
Competencies
Information
Literacy
Other
Concepts
Bibliographic
Instruction
Library
Orientation
B.
Gambar 1.Konsep literasi informasi
Standar Kompetensi
Informasi Model ACRL
Literasi
Standar kompetensi literasi informasi
untuk pendidikan tinggi menyediakan
kerangka kerja untuk mengidentifikasikan
individu yang memiliki kompetensi
informasi.
Standar
berfokus
pada
kebutuhan mahasiswa di pendidikan
tinggi.
Model
kompetensi
literasi
informasi dari ACRL (2000) terdiri dari:
(1)Kemampuan menentukan jenis dan
sifat informasi yang dibutuhkan
(2)Kemampuan mengakses informasi
yang dibutuhkan secara efektif dan
efisien
(3)Kemampuan mengevaluasi informasi
dan sumber-sumbernya secara kritis
(4)Kemampuan menggunakan informasi
untuk menyelesaikan tujuan tertentu
(5)Memahami aspek ekonomi, hukum,
dan sosial yang berkaitan dengan
penggunaan informasi.
Informasi
yang
bersumber
dari
perpustakaan cenderung diterima sebagai
informasi yang andal karena sumber
informasinya dianggap dipercaya. Akan
tetapi, dari dunia maya, segala macam
informasi membaur dari yang masih
mentah, dalam proses diolah sampai yang
sudah matang, oleh karena kebenaran
informasinya patut dipertanyakan. Perlu
seperangkat kemampuan atau kompetensi
untuk mengelola dan memanfaatkan
informasi secara efektif yaitu kemampuan
dalam pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi.
Dalam
konteks
literasi informasi, perlu membekali
pengguna dengan kemampuan yang
diperlukan untuk menemukan dan
memanfaatkan informasi yang mereka
butuhkan untuk bekerja, belajar dan
rekreasi. Kemampuan bisa didapat melalui
bermacam konsep literasi informasi di
atas.
Model literasi informasi ACRL terdiri dari
lima indikator utama. Dari lima indikator
diuraikan lagi menjadi sub-sub indikator.
Model ACRL memiliki serangkaian
standar, indikator kinerja dan hasil
untukliterasi informasi dalam pendidikan
tinggi.Setiap tingkat dikaitkan dengan
indikator kinerjadan hasil secara spesifik
untuk menentukan tingkat kemampuan
literasi informasi untuk mahasiswa. Model
ACRL juga memasukkan keterampilan
perpustakaan dasar dan kemampuan
teknologi informasi sebagaielemen dasar,
Literasi informasi tidak bisa hanya
mengandalkan
pustakawan
atau
pengetahuan
yang
terbatas
dari
mahasiswa. Sebaliknya, perlu pendekatan
melalui mitra kampus yang bekerjasama
untukkepentingan literasi informasi dan
menerima tanggung jawab bersama di
dalamnya.
Mengintegrasikan
literasi
informasi di seluruh kurikulum adalah
kesempatan
dan
tantangan
bagi
pustakawan untuk membantu sivitas
Halaman 19
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
deskriptif. Skala pengukuran dalam
penelitian ini menggunakan rating
scale. Hasil penelitian ini diharapkan
bisa menjadi rekomendasi untuk
menentukan materi apa saja yang
perlu diperdalam dalam kegiatan
pelatihan. Materi diambil berdasarkan
penghitungan nilai rata-rata dari
jawaban responden untuk setiap item
pertanyaan yang < 3,25. Hal ini
ditetapkan dengan pertimbangan nilai
rata-rata 3,25 cenderung lebih dekat ke
interval kemampuan cukup, dengan
harapan setelah mengikuti pelatihan
peserta
akan
mencapai
nilai
maksimum
yaitu
pada
level
kemampuan baik.
5. Menyusun topik pelatihan berdasarkan
analisis kebutuhan materi pelatihan
yang didapat melalui penghitungan
nilai rata-rata dari jawaban responden
untuk setiap item pertanyaan.
dan dengan menekankan strategi untuk
lokasi informasi serta dimensi kreatif
dengan mengembangkan kompetensi
untuk visual dan media literasi.
C. Penilaian Kebutuhan Pelatihan
Penilaian kebutuhan pelatihan merupakan
langkah awal yang dilakukan dalam
merencanakan
kegiatan
pelatihan
(UNESCO, 2004). Alat bantu identifikasi
kebutuhan yang umum digunakan yaitu
interview, kuesioner, observasi dan
charting (Rempel, 2008). Dari alat bantu
identifikasi yang ada, dibentuk proposal
program pelatihan literasi informasi
(Djohani, 2005). Penilaian kebutuhan
membantu mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan dari calon peserta, serta
mengetahui masalah yang mereka hadapi
dan mengetahui penyebab dari masalah
tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kuantitatif dengan
penjelasan secara deskriptif. Lokasi
penelitian yaitu Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara. Adapun langkah-langkah
atau prosedur penelitian yang dilakukan
yaitu:
1. Observasi untuk mengetahui kondisi
kegiatan pelatihan di perpustakaan
USU apakah sudah melakukan
kegiatan pelatihan literasi informasi
2. Menentukan sampel yaitu sebanyak
80 orang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive
sampling dengan kriteria: a) peminjam
terbanyak periode September hingga
Nopember 2012, b) mahasiswa tingkat
sarjana strata 1 (S1) Semester VI.
3. Menyebarkan
kuesioner
dengan
datang langsung ke fakultas masingmasing responden
4. Data
yang
dikumpulkan
dari
penyebaran
kuesioner
dianalisis
dengan
menggunakan
metode
A. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Literasi Informasi
Berdasarkan observasi di lapangan,
perpustakaan
USU
belum
pernah
melakukan kegiatan pelatihan literasi
informasi. Didapat bahwa sebanyak
52,5% tidak pernah mengikuti pelatihan
literasi informasi.Hasil dari analisa
identifikasi kebutuhan pelatihan melalui
kuesioner diketahui bahwa sebanyak 57
orang (71,3%) responden menjawab perlu
diadakan pelatihan literasi informasi bagi
pengguna perpustakaan USU.
B. Identifikasi Kebutuhan Materi
Pelatihan
Identifikasi kebutuhan materi pelatihan
dilakukan untuk mengetahui materi apa
saja yang perlu dimasukkan dalam
kegiatan pelatihan. Materi diambil
berdasarkan penghitungan nilai rata-rata
dari jawaban responden untuk setiap item
Halaman 20
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata
jawaban responden pada standar 1
terdapat nilai minimum = 3,05 dan nilai
maksimum = 3,47. Ada dua kemampuan
dengan nilai < 3,25 dan diharapkan bisa
ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan
pelatihan
literasi
informasi
yaitu
kemampuan untuk membedakan sumber
informasi primer, sekunder dan tersier
(3,05)
dan
kemampuan
untuk
mengidentifikasi
waktu
untuk
memperoleh informasi (3,11).. Lebih jelas
dapat dilihat pada Tabel 1.
pertanyaan yang < 3,25. Hal ini ditetapkan
dengan pertimbangan nilai rata-rata 3,25
cenderung lebih dekat ke interval
kemampuan cukup, dengan harapan
setelah mengikuti pelatihan peserta akan
mencapai nilai maksimum yaitu pada
level kemampuan baik. Berikut analisis
identifikasi kebutuhan materi pelatihan
yang dibagi ke dalam empat standar
kemampuan sesuai urutan pertanyaan di
kuesioner.
1. Standar 1 Kemampuan menentukan
Jenis dan Sifat Informasi yang
dibutuhkan
Tabel 1. Standar 1 kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan
Kompetensi
Frekuensi
Jawaban
Responden
Interval
Jawaban
Nilai
Ratarata
Pilihan
Materi
Pelatihan
3,45
3,47
3,45
3,05
3,26
3,30
3,11
3,25
Nilai rata-rata per standar
3,29
Halaman 21
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
mengikuti kegiatan pelatihan literasi
informasi yaitu kemampuan menggunakan
logika boolean (2,61), menggunakan
katalog online perpustakaan lokal (3,22),
menggunakan katalog online perpustakaan
lain (2,98), memilih alat pencarian (2,98),
menggunakan millist dan newsgroup
(2,80), partisipasi dalam diskusi online
(2,75), dan menggunakan alamat web
(3,11).Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
2.
2. Standar 2 Kemampuan mengakses
informasi yang dibutuhkan secara
Efektif dan Efisien
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata
jawaban responden pada seluruh standar 2
adalah 3,08. Untuk nilai rata-rata jawaban
responden untuk setiap item pertanyaan
terdapat nilai minimum = 2,30 dan nilai
maksimum = 3,60. Ada enam kemampuan
yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan
Tabel 2. Standar kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan
efisien
Kompetensi
Frekuensi
Jawaban
Responden
Interval
Jawaban
Nilai
Ratarata
Pilihan
Materi
Pelatihan
3,63
2,61
3,22
2,98
2,93
3,27
3,31
2,80
2,75
3,11
3,28
Nilai rata-rata per standar
3,08
responden untuk setiap item pertanyaan
terdapat nilai minimum = 2,98 dan nilai
maksimum 3,25. Ada lima kemampuan
yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan
mengikuti kegiatan pelatihan literasi
informasi yaitumengevaluasi keaslian
informasi (3,12), membedakan sumber
3. Standar 3 Kemampuan
mengevaluasi Informasi dan
Sumber-sumbernya
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata
jawaban responden pada seluruh standar 3
adalah 3,10. Untuk nilai rata-rata jawaban
Halaman 22
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
menyaring
informasi
(3,03)
dan
mengidentifikasi informasi bias (2,96).
Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
informasi yang tersaji dalam berbagai
format file (3,15), mengevaluasi kualitas
informasi tercetak dan elektronik (3,06),
Tabel 3.Standar kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya
Kompetensi
Frekuensi
Jawaban
Responden
Interval
Jawaban
Nilai
Ratarata
Pilihan
Materi
Pelatiha
n
3,12
3,15
3,06
3,25
Nilai rata-rata per standar
3,03
2,96
3,10
mengkombinasikan informasi asli dengan
hasil pikiran sendiri (3,18), dan
menciptakan pengetahuan baru (2,96).
Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.
4. Standar 4 Kemampuan Penggunaan
Informasi secara Efektif, Efisien,
Etis dan berdasar Hukum
Berdasarkanpenghitungan nilai rata-rata
jawaban responden pada seluruh standar 4
dan 5adalah 3,15. Untuk nilai rata-rata
jawaban responden untuk setiap item
pertanyaan terdapat nilai minimum = 2,98
dan nilai maksimum = 3,30. Ada empat
kemampuan yang diharapkan bisa
ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan
pelatihan
literasi
informasi
yaitu
pemahaman masalah hak cipta di web
(3,22), membuat daftar pustaka (3,10),
Berdasarkan analisis literasi informasi
dengan nilai