Pengaruh Perilaku Wirausaha dan Lingkungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Usaha Kuliner Setia Budi Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wirausaha
2.1.1 Pengertian Wirausaha
Wirausaha adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan
fungsinya adalah melakukan inovasi atau kombinasi – kombinasi yang baru untuk
sebuah inovasi. Wirausaha melakukan sebuah proses yang disebut creative
destruction untuk menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna
menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Untuk itu keterampilan wirausaha
(entrepreneurial skill) berintikan kreativitas. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa
the core of entrepreneurial skill is creativity (Hendro,2011 : 29).
Machfoedz (2006) menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah
pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk
mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena itu, ia lebih memilih
menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk itu seorang wirausahawan
memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi
tantangan pada saat merintis usaha bisnis. Dalam menghadapi berbagai
permasalahan, seorang wirausahawan senantiasa dituntut untuk kreatif.
Kuratko dan Hodgetts (2001) menyatakan bahwa entrepreneur berasal dari
bahasa Perancis yaitu entreprendre yang berarti mengambil pekerjaan (to

undertake). Konsepnya mengenai entrepreneur sebagai berikut:

8
Universitas Sumatera Utara

“The entrepreneur is one who undertake to organize, manage, and assume the
risks of a business.” Yang memiliki arti bahwa “Wirausahawan adalah seorang
yang berani mengorganisasikan, mengatur, menanggung resiko-resiko yang
terdapat dalam bisnis”. Konsep ini memberikan arti bahwa kewirausahaan
merupakan tindakan seseorang untuk membuat organisasi, mengelolanya dan
menentukan resiko sebuah bisnis. Dalam konsep ini, resiko yang terjadi dalam
sebuah bisnis diambil oleh orang yang menjalankan bisnis tersebut.
Zimmerer dan Scarborough (2005) memberikan konsep kewirausahaan
sebagai berikut: An Entrepreneur is one who creates a new business in the face of
risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying
significant opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on
them. Yang memiliki arti bahwa “Seorang wirausahawan yang menciptakan bisnis
baru Konsep tersebut menceritakan bahwa kewirausahaan tersebut merupakan
keahlian seseorang dalam menciptakan suatu usaha baru, menghadapi resiko di
masa mendatang dan keahlian bertumbuh untuk mendapatkan profit dengan

menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami
peningkatan terhadap usaha tersebut.
2.1.2 Keuntungan dan Kerugian Wirausaha
Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan
kerugian pada usaha kecil milik sendiri, Lambing dan Kuehl (2000) dalam
Suryana (2009), mengemukakan keuntungan dan kerugian berwirausaha sebagai
berikut :

9
Universitas Sumatera Utara

a. Keuntungan Berwirausaha
1. Otonomi. Pengelolaan yang bebas misalnya menjadi “bos” yang penuh
kepuasan.
2. Tantangan awal. tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang tinggi
merupakan hal yang menggembirakan, peluang untuk mengembangkan
konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi
wirausaha.
3. Control financial. Bebas dalam mengelola keuangan dan merasa kekayaan
sebagai milik sendiri.

b. Kerugian Berwirausaha
Disamping beberapa keuntungan seperti diatas, dengan berwirausaha juga
memiliki beberapa kerugian, yaitu :
1. Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan
waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan
keluarga, rekreasi, hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
2. Beban tanggungjawab. Dalam hal ini wirausaha harus mengelola semua
fungsi bisnis baik pemasaran, keuangan, personil maupun penggandaan
dan pelatihan.
3. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Dalam hal ini
karena wirausaha menggunakan keuangan milik sendiri, maka margin
laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal
juga ada.

10
Universitas Sumatera Utara

2.2 Perilaku Wirausaha
2.2.1 Pengertian Perilaku Wirausaha
Menurut Hinsie dalam Alma (2013), “Character is defined as the pattern

of behavior characteristic for a given individual”. Sifat-sifat watak dapat
disampaikan dengan sifat dan perilaku. Teori perilaku dalam Fadiati (2011),
menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan seseorang adalah hasil dari sebuah
kerja yang bertumpu pada konsep dan teori bukan karena sifat kepribadian
seseorang atau berdasarkan intuisi.
2.2.2 Indikator Perilaku Wirausaha
Steade (dalam Lupiyoadi, 2005,9) mengatakan ada lima tingkah laku dari
wirausaha :
1. Purposeful, menetapkan tujuan dan mencapainya
2. Persuasive, dapat mempengaruhi orang lain untuk membantunya dalam
mencapai tujuan.
3. Persistent, mencapai tujuan secara bertahap walau kadang melewati masa
sulit. Kegagalan dan kekecewaan tidak dapat menghalangi usahanya.
4. Presumptuous, berani bertindak sesuai keinginannya disaat orang lain masih
ragu.

Berani

mengambil


resiko

yang

sudah

diperhitungkan

dalam

menggunakan pendekatan yang inovatif.
5. Perceptive, mampu mengerti kaitan antara serangkaian pilihan dalam
pencapaian tujuan
Menurut Leland E. Hinsie dalam Alma (2013), “Character is defined as the
pattern of behavior characteristic for a given individual”. Sifat-sifat watak dapat

11
Universitas Sumatera Utara

disampaikan dengan sifat dan perilaku. Teori perilaku dalam Fadiati (2011),

menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan seseorang adalah hasil dari sebuah
kerja yang bertumpu pada konsep dan teori bukan karena sifat kepribadian
seseorang atau berdasarkan intuisi. Jadi menurut teori ini kewirausahaan dapat
dipelajari dan dikuasai secara sistematik dan terencana. Seorang wirausaha
merupakan individu yang mempunyai ciri dan watak untuk berprestasi lebih tinggi
dari kebanyakan individu-individu lainnya, hal ini dapat dilihat dalam David
(dalam Mudjiarto, 2006) menyatakan ada 9 karakteristik utama yang terdapat
dalam diri seorang wirausaha yang meliputi:
1.

Dorongan berprestasi, yaitu semua wirausaha yang berhasil memiliki
keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi.

2.

Bekerja keras, yaitu sebagian besar wirausahawan “mabuk kerja”, demi
mencapai sasaran yang ingin dicita-citakan.

3.


Memperhatikan kualitas, yaitu wirausahawan menangani dan mengawasi
sendiri bisnisnya sampai mandiri, sebelum ia memulai dengan usaha baru
lagi.

4.

Sangat bertanggung jawab, yaitu wirausahawan sangat bertanggung jawab
atas usaha mereka, baik secara moral, legal, maupun mental.

5.

Berorientasi pada imbalan, yaitu wirausahawan mau berprestasi, kerja keras
dan bertanggung jawab, dan mereka mengharapkan imbalan yang sepadan
dengan usahanya. Imbalan itu tidak hanya berupa uang, tetapi juga pengakuan
dan penghormatan.

12
Universitas Sumatera Utara

6.


Optimis, yaitu wirausahawan hidup dengan doktrin semua waktu baik
untuk bisnis, dan segala sesuatu mungkin.

7.

Berorientasi pada hasil karya yang baik, yaitu seringkali wirausahawan ingin
mencapai sukses yang menonjol, dan menuntut segala yang first class.

8.

Mampu mengorganisasikan, yaitu kebanyakan wirausahawan mampu
memadukan bagian-bagian dari usahanya dalam usahanya. Mereka umumnya
diakui sebagai “komandan” yang berhasil.

9.

Berorientasi pada uang, yaitu uang yang dikejar oleh para wirausahawan
tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan pengembangan
usaha saja, tetapi juga dilihat sebagai ukuran prestasi kerja dan keberhasilan.

Indikator yang digunakan di dalam penelitian ini telah disesuaikan pada

kondisi tempat penelitian.
2.2.3. Tipe Kepribadian Wirausaha
Menurut Miner (Hutagalung, 2008:7), ada empat tipe kepribadian
wirausaha, yaitu:
1.

The Personal Achiever.
Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah:
a. Memiliki kebutuhan berprestasi;
b. Memiliki kebutuhan akan umpan balik;
c. Memiliki kebutuhan perencanaan dan penetapan tujuan;
d. Memiliki inisiatif pribadi yang kuat;
e. Memiliki komitmen pribadi yang kuat untuk organisasi;
f. Percaya bahwa satu orang dapat memainkan peran penting;

13
Universitas Sumatera Utara


g. Percaya bahwa pekerjaan seharusnya dituntun oleh tujuan pribadi bukan
oleh hal lain.
2. The Supersales Person. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah:
a. Memiliki kemampuan memahami dan mengerti orang lain;
b. Memiliki keinginan untuk membantu orang lain;
c. Percaya bahwa proses-proses social sangat penting;
d. Kebutuhan memiliki hubungan positif yang kuat dengan orang lain;
e. Percaya bahwa bagian penjualan sangat penting untuk melaksanakan
strategi perusahaan.
3. The Real Manager. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah:
a. Keinginan untuk menjadi pemimpin perusahaan;
b. Ketegasan;
c. Sikap positif terhadap pemimpin;
d. Keinginan untuk bersaing;
e. Keinginan berkuasa;
f. Keinginan untuk menonjol di antara orang-orang lain.
4. The Expert Idea Generation. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah:
a. Keinginan untuk melakukan inovasi;
b. Menyukai gagasan-gagasan;
c. Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat penting untuk

menjalankan strategi dan organisasi;
d. Intelegensi yang tinggi;
e. Ingin menghindari resiko.

14
Universitas Sumatera Utara

Menurut Hendro (2011, 47), Faktor keberhasilan usaha seorang
wirausahawan bukan dilihat dari seberapa keras ia melakukan dan merencanakan
strateginya serta mewujudkannya. Lebih baik menjadi wirausahawan yang cerdas
(smart entrepreneur). Makna tersendiri mengenai smart entrepreneur, yaitu:
1. Strategic Thinker
Seorang wirausahawan tidak hanya bekerja mengandalkan kekuatan ‘otot’
tetapi juga menggunakan otak.
2. Motivator
Seorang wirausahawan dapat menjadi motivator yang handal bagi tim dan
karyawannnya.
3. Ambitious
Seorang wirausahawan harus punya ambisi yang positif dan tepat.
4. Risk Manager
Seorang wirausahawan tidak gegabah, tidak buru – buru, cermat, taktikal,
cerdas, dan jeli membaca resiko dan peluang sehingga memilih resiko yang
optimal bagi perusahaannya.
5. Totality
Seorang wirausahawan bekerja secara total dengan full commitment untuk
usahanya.
2.3 Lingkungan Keluarga
2.3.1 Pengertian Lingkungan Keluarga
Sartain (dalam Purwanto, 2011:28) menjelaskan bahwa lingkungan
(environment) adalah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam

15
Universitas Sumatera Utara

cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan
atau life processes kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang
sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang menentukan pola
kepribadian seseorang. Ihsan (2005:17) mengatakan bahwa tugas keluarga adalah
meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat
berkembang secara baik. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
lingkungan keluarga merupakan semua kondisi yang ada dalam sebuah keluarga
yang dapat mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, maupun perkembangan
suatu individu.
2.3.2 Wirausaha dalam Lingkungan Keluarga
Terkait dengan aktivitas berwirausaha, keluarga berperan sebagai salah
satu faktor pendorong bagi seseorang untuk berwirausaha. Menurut Alma
(2011:8) lingkungan keluarga memiliki pengaruh terhadap profesi wirausaha yang
dapat dilihat dari segi pekerjaan orang tua, dari orang tua yang bekerja sendiri dan
memiliki usaha sendiri, maka cenderung anaknya menjadi pengusaha pula. Pada
dasarnya seseorang yang dibesarkan dalam keluarga yang berprofesi sebagai
wirausaha, cenderung membuat anaknya ataupun anggota keluarga yang lain
mengikuti jejak untuk mengembangkan karirnya sebagai wirausahawan.
Faktor lain yang diyakini memiliki pengaruh secara langsung terhadap
kegiatan berwirausaha adalah berupa masalah pendanaan. Ahmed (dalam Akanbi,
2013:67) menjelaskan bahwa faktor yang diyakini memiliki kaitan langsung
dengan kegiatan berwirausaha adalah sumber daya keuangan dalam keluarga. Hal

16
Universitas Sumatera Utara

tersebut disebabkan karena anggota keluarga dalam aktivitas berwirausaha
memiliki potensi yang mendukung baik sebagai sumber keuangan maupun
nonkeuangan. Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas dapat diketahui
secara jelas bahwa lingkungan keluarga mempunyai hubungan yang cukup
signifikan terhadap keberlangsungan sebuah usaha.
2.3.3 Indikator Lingkungan Keluarga dalam Keberhasilan Usaha
Indikator lingkungan keluarga didasarkan pada pendapat Yusuf (2009:42)
yang menjelaskan bahwa terdapat tiga hal pokok yang dapat mempengaruhi
perkembangan seseorang dalam hidupnya. Ketiga hal pokok tersebut berkaitan
dengan keadaan responden ketika penelitian ini dilakukan terkait status dan
perannya di dalam sebuah keluarga, sehingga dalam hal ini keluarga dianggap
memiliki peranan penting terkait keberlangsungan dari aktivitas berwirausaha
yang dijalankan oleh mahasiswa, faktor-faktor tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Keberfungsian Keluarga
Seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor internal (kondisi fisik,
psikis, dan moralitas anggota keluarga) dan faktor eksternal (perubahan sosial
budaya), maka setiap keluarga mengalami perubahan yang beragam. Keluarga
yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan
fungsinya. Empat prinsip dari peranan keluarga yaitu sebagai modelling,
mentoring, organizing, dan teaching. Dalam hal ini fungsi keluarga terdiri dari
fungsi pendidikan dan fungsi sosialisasi. Fungsi pendidikan menyangkut
peranan, pembimbingan, dan keterampilan-keterampilan terkait berwirausaha
yang bermanfaat bagi anak, sedangkan fungsi sosialisasi menyangkut fungsi

17
Universitas Sumatera Utara

keluarga sebagai faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas generasi
yang akan datang termasuk dalam hal pekerjaan yang dipilih oleh anak yang
dalam hal ini adalah berwirausaha.
2. Sikap dan Perlakuan Orang Tua terhadap Anak
Terdapat beberapa pola sikap atau perlakuan orang tua terhadap anak yang
masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian anak.
Sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak pada dasarnya akan menjadi
panutan bagi anak dalam menjalani proses kehidupannya yang akan
mempengaruhi perkembangannya, termasuk dalam hal aktivitas berwirausaha
yang dijalankan oleh anak.
3. Status Ekonomi
Status ekonomi dianggap merupakan faktor yang dianggap mempengaruhi
tumbuh kembang dan kepribadian remaja. Orang tua yang memiliki status
ekonomi rendah cenderung lebih menekankan kepatuhan kepada figur-figur
yang mempunyai otoritas, sedangkan status ekonomi kelas atas dan menengah
cenderung menekankan kepada pengembangan inisiatif, keingintahuan, dan
kreativitas anak. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana proses dari
keberlangsungan aktivitas berwirausaha yang dijalankan oleh anak. Pengkuran
variabel lingkungan keluarga dilakukan dengan menggunakan angket tertutup
dengan berdasarkan pada indikator yang telah ditentukan di atas.
2.4 Keberhasilan Usaha
2.4.1 Pengertian Keberhasilan Usaha

18
Universitas Sumatera Utara

Menurut

Nasution

(2001),

sebuah

perusahaan

dikatakan

meraih

keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan
anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Menurut Suyanto (2010:179) keberhasilan usaha industri kecil di
pengaruhi oleh berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu
tujuan dari setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang diharapkan.
Sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai
aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan. Menurut Glancey dalam
Sony Heru Priyanto (2009:73) Wirausaha yang memiliki kemampuan mengambil
keputusan yang superior akan dapat meningkatkan performansi usaha seperti
peningkatan profit dan petumbuhan usaha.
2.4.2 Indikator Keberhasilan Usaha
Beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Noor
(2007:397) adalah sebagai berikut :
1. Laba
Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara
pendapatan dengan biaya.
2. Produktivitas dan Efisiensi
Besar kecilnya produktivitas suatu usaha akan menentukan besar kecilnya
produksi. Hal ini akan mempengaruhi besar kecilnya penjualan dan pada

19
Universitas Sumatera Utara

akhirnya menentukan besar kecilnya pendapatan, sehingga mempengaruhi
besar kecilnya laba yang diperoleh.
3. Daya Saing
Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk
merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan
berhasil, bila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa
bertahan menghadapi pesaing.
4. Kompetensi dan Etika Usaha
Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan
pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga
dapat menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.
5. Terbangunnya citra baik
Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust
external. Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada
dalam perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya rasa amanah
atau percaya dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu konsumen,
pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan juga pesaing.
2.4.3 Faktor Keberhasilan Usaha
Menurut Hendro (2011:47) ada beberapa faktor keberhasilan usaha, yaitu :
1. Faktor Peluang
Seorang wirausahawan harus membuat dan menemukan strategi yang tepat
untuk usahanya. Wirausahawan harus menciptakan peluang yang tidak yang
bersifat momentum tetapi benar-benar peluang bisnis.

20
Universitas Sumatera Utara

2. Faktor Manusia (SDM)
Ada 5 faktor kesuksesan operasional usaha yaitu:
a. SDM yang berkualitas
b. SDM yang handal sebagai manajer yang hebat
c. Controller yang hebat mencakup quality control, financial control, serta
supervisor.
d. SDM yang hebat dalam memasarkan dan menjual
e. Faktor kepemimpinan yaitu leadership.
3. Faktor Keuangan
Faktor keuangan sangat penting bagi kelangsungan usaha. Beberapa hal yang
dapat dilakukan adalah:
a. Pengendalian biaya dan anggaran
b. Pencairan dana modal kerja, dana investasi, dan dana lainnya.
c. Perencanaan dan penetapan harga produk, biaya (perinciannya), rugi laba,
dan lain-lain.
d. Perhitungan rasio keuangan sehingga risiko keuangan bias dikendalikan
dengan baik, seperti rasio kecukupan modal, rasio likuiditas, rasio hutang,
dan lain lain.
e. Struktur biaya seperti margin (batas) kontribusi, laba berbanding penjualan,
biaya berbanding penjualan, dan lain-lain.
4. Faktor Organisasi
Ibarat sebuah pohon yang memiliki batang yang kokoh dan kuat, organisasi
usaha itu harus terstruktur dengan baik. Organisasi sangat penting buat

21
Universitas Sumatera Utara

karyawan dan Anda. Adapun hal-hal yang perlu diketahui dan dilaksanakan
oleh karyawan adalah sebagai berikut:
a. Jenis pekerjaan yang harus dilakukan.
b. Batasan uraian tugas, wewenang, hak, dan tanggung.
c. Hubungan pekerjaan dengan teman-temannya.
d. Batasan yang jelas antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain.
e. Organisasi akan menguntungkan dan sebagai faktor kesuksesan sebuah
usaha.
5. Faktor perencanaan
Sebuah organisasi harus memahami bahwa bekerja tanpa rencana berarti
berjalan tanpa tujuan yang jelas. Contohnya :
a. Perencanaan visi, misi strategi jangka panjang, dan strategi jangka pendek.
b. Perencanaan operasional dan program-program pemasaran.
6. Faktor pengelolaan usaha
Pengelolaan usaha mencakup :
a. Menyusun organisasi
b. Mengelola SDM
c. Mengelola asset
d. Membuat jadwal usaha dan kegiatan
e. Menetapkan jumlah tenaga kerja
f. Mengatur distribusi barang
g. Mengendalikan persediaan barang
h. Mengendalikan mutu produk

22
Universitas Sumatera Utara

7. Faktor pemasaran dan penjualan
Dalam konteks ini, penjualan dan pemasaran adalah ‘lokomotif’ bagi
‘gerbong-gerbong’ lainnya seperti keuangan, personalia, produksi, distribusi,
logistic, pembelian, dalm lain-lain. Faktor pemasaran dan penjualan
memainkan peranan penting bagi kelancaran usaha.
8. Faktor Administrasi
Pencatatan

dan

dokumentasi

yang

baik

dan

pengumpulan

serta

pengelompokan data administrasi.
9. Faktor perarturan pemerintah, politik, social, ekonomi, dan budaya lokal.
Faktor ini berpengaruh banyak karena usaha juga berhubungan dengan:
a. Peraturan pemerintah dan peraturan daerah seperti pajak, retribusi,
pendapatan daerah, dan lain-lain.
b. Legalitas dan perizinan.
c. Situasi ekonomi dan politik.
d. Perkembangan budaya lokal yang harus diikuti.
e. Lingkungan sosial yang berbeda di setiap daerah.
f. Faktor-faktor pendamping lainnya.
10. Catatan bisnis
Catatan usaha atau bisnis akan membantu kita mengetahui sejauh mana kita
menjalankan usaha, contoh catatan bisnis yaitu keuangan : neraca, laporan
rugi laba, laporan perubahan modal, dan lain-lain.

23
Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Fungsi-Fungsi Kegiatan yang Terkait Keberhasilan Usaha
Ada beberapa fungsi kegiatan yang terkait dengan kinerja perusahaan,
yaitu strategi perusahaan, pemasaran, operasional, sumber daya manusia, dan
keuangan.
1. Strategi Perusahaan.
Strategi perusahaan terkait dengan misi perusahaan, strategi usaha yang
diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan dan lingkungan usaha. Strategi
usaha mencakup perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Menurut
Husein Umar dalam Suntoro (1999:56) komponen-komponen yang dipakai
untuk menganalisis strategi perusahaan terdiri dari dimensi kekuatan usaha
dan dimensi daya tarik perusahaan/individu. Dimensi kekuatan usaha terdiri
dari harga produk, jumlah outlet, omzet tiap bulan, potensi penjualan perbulan
dan jumlah pengunjung di outlet (tempat penjualan).
2. Pemasaran.
Peran utama dalam manajemen pemasaran antara lain adalah membuat
keputusan mengenai aspek-aspek pemasaran. Menurut Husein Umar dalam
Suntoro (1999:56) evaluasi aspek pemasaran diarahkan untuk mendapatkan
informasi mengenai faktor tertentu dibandingkan dengan target atau rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya :
a. Segmentasi, terget, dan posisi produk di pasar.
b. Strategi bersaing yang ditetapkan.
c. Kegiatan pemasaran melalui bauran pemasaran.
d. Nilai penjualan.

24
Universitas Sumatera Utara

e. Market share yang dikuasai perusahaan.
3. Operasional.
Hal-hal yang menyangkut operasional perusahaan antara lain ;
a. Kualitas produk.
b. Teknologi yang digunakan.
c. Kapasitas produksi.
d. Persediaan bahan baku dan barang jadi.
4. Sumber Daya Manusia.
Menurut Husein Umar dalam Suntoro (1999:56) beberapa penting dari sumber
daya manusia yang perlu di evaluasi antara lain mengenai produktivitas kerja,
motivasi kerja, kepuasan kerja, pelatihan dan pengembangan, serta
kepemimpinan. Program pelatihan ditujukan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan dan ternik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan
sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan pegawainya
memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang. Program pelatihan dan
pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi gap antara kecakapan
karyawan dan permintaan jabatan selain meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja.
5. Keuangan.
Menurut Martin dalam Suntoro (1999:56) bidang studi keuangan yang semula
bersifat deskriptif dengan penekanan pada merger, peraturan pemerintah, dan
cara-cara meningkatkan modal, telah berkembang menjadi suatu bidang studi
komprehensif yang mempelajari semua aspek pencarian dan penggunaan dana

25
Universitas Sumatera Utara

secara efisien. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan
atau kekayaan, terutama bagi pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya
peningkatan atau memaksimalkan nilai pasar atas harga saham perusahaan
yang bersangkutan. Tujuan ini bersifat garis besar, karena pada praktiknya
tujuan lebih memahaminya, pertama-tama kita akan menelaah apa yang
sebenarnya yang disebut sebagai memaksimalisasi laba serta berbagai
hambatan dan rintangan yang menghadangnya. Selanjutnya kita akan
mengalihkan perhatian kita kepada tujuan memaksimalisasi kekayaan para
pemegang saham.
2.5 UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, UMKM memiliki
kriteria sebagai berikut:
a. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan
usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni:
i.

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.

ii.

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah)

b. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai

26
Universitas Sumatera Utara

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:
i.

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau

ii.

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga

ratus

juta

rupiah)

sampai

dengan

paling

banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria:
i.

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau

ii.

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

27
Universitas Sumatera Utara

2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian yang Relevan
No

1.

2.

Peneliti
M. Guntur
Adiputra
(2015)

Septian
Eko
Haryansyah
(2015)

Judul
Penelitian

Variabel
Penelitian

Pengaruh
Perilaku
Wirausaha dan
Dukungan
Keluarga
Terhadap
Pengusaha
Kain (Studi
Kasus Pada
Pedagang Kain
di Jl.
Perniagaan
Pasar Ikan
Lama Medan)

Variabel Bebas
(X) Perilaku
Wirausaha Dan
Dukungan
Keluarga

Hubungan
Antara
Perilaku
Wirausaha
Petani Garam
Rakyat Dengan
Keberhasilan
Usaha
(Studi Kasus
Desa Aeng
Sareh Kec.
Sampang Kab.
Sampang)

Variabel Bebas
(X) Perilaku
Wirausaha

Variabel
Terikat (Y)
Keberhasilan
Pengusaha Kain

Variabel
Terikat (Y)
Keberhasilan
Usaha

Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian
ini adalah hubungan
antar perilaku
wirausaha dan
dukungan keluarga
terhadap keberhasilan
pengusaha sebesar
52,8% yang berarti
memiliki hubungan
yang cukup erat. Jika
ditinjau dari pengaruh
parsial (Uji t), variabel
perilaku wirausaha
adalah variabel yang
dominan
mempengaruhi
variabel keberhasilan
pengusaha.
Hasil analisis
menunjukkan bahwa
pengetahuan, sikap,
dan tindakan
wirausaha berkorelasi
terhadap keberhasilan
usaha secara
signifikan pada taraf
nyata (α = 10%).

28
Universitas Sumatera Utara

3.

4.

Adelina
Citradewi
(2015)

Ahmad Ali
Masykuri,
Yoyok
Soesatyo
(2012)

Pengaruh
Kepribadian,
Pendidikan
Kewirausahaan,
dan Lingkungan
Keluarga
Terhadap
Aktivitas
Berwirausaha
Mahasiswa
Universitas
Negeri
Semarang

Variabel Bebas
(X) Kepribadian,
Pendidikan
Kewirausahaan,
Lingkungan
Keluarga

Analisis
Perilaku
Wirausaha
Terhadap
Keberhasilan
Usaha Pada
Usaha Kecil
Menengah
(UKM)
Pengrajin
Songkok Di
Kecamatan
Bungah
Kabupaten
Gresik

Variabel Bebas
(X) Perilaku
Wirausaha

Variabel
Terikat (Y)
Aktivitas
Berwirausaha

Variabel
Terikat (Y)
Keberhasilan
Usaha

Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
ada pengaruh positif
dan signifikan antara
kepribadian,
pendidikan
kewirausahaan, dan
lingkungan keluarga
terhadap aktivitas
berwirausaha
mahasiswa Universitas
Negeri Semarang
sebesar 26,5%
Terdapat pengaruh
positif dan signifikan
antara perilaku
kewirausahaan
terhadap keberhasilan
usaha pada UKM
pengrajin songkok di
Kecamatan Bungah
Kabupaten Gresik dan
keberhasilan usaha
tersebut dapat
dikatakan berkembang
dengan baik, dilihat
dari bertambahnya
jumlah output produksi
dan pendapatan setiap
pengusaha selalu
meningkat. Setiap
pengusaha mampu dan
menrapkan teknologi
baru dalam usaha yang
dijalankan untuk
kemajuan usahanya.

29
Universitas Sumatera Utara

5

6.

Intan Septi
Handayani
(2013)

Faktor – Faktor
Penentu
Keberhasilan
Wirausaha

Variabel Bebas
(X) Motivasi,
Pelaku
Wirausaha,
Lingkungan
Kerja dan
Lingkungan
Keluarga
Variabel
Terikat (Y)
Keberhasilan
Usaha

Khasan
Setiaji
(2009)

Pengaruh
Partisipasi
Anggota dan
Lingkungan
Usaha
Terhadap
Keberhasilan
Koperasi
Pegawai
Republik
Indonesia
(KPRI) Kapas
Kecamatan
Susukan
Kabupaten
Banjarnegara

Variabel Bebas
(X) Partisipasi
Anggota dan
Lingkungan
Usaha
Variabel
Terikat (Y)
Keberhasilan
Koperasi

Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
faktor yang
menentukan
keberhasilan wirausaha
antara lain faktor
internal dan eksternal.
Faktor internal terdiri
dari motivasi yang
timbul dari diri pelaku
usaha, pengalaman dan
pendidikan sedangkan
faktor eksternal terdiri
dari faktor lingkungan
kerja dan lingkungan
keluarga
Hasil penelitian
menunjukkan terdapat
pengaruh signifikan
antara partisipasi
anggota terhadap
keberhasilan KPRI
Kapas dan ada
pengaruh signifikan
antara lingkungan
usaha terhadap
keberhasilan KPRI
Kapas serta ada
pengaruh signifikan
antara partisipasi
anggota dan
lingkungan usaha
terhadap keberhasilan
KPRI Kapas
Kecamatan Susukan
Kabupaten
Banjarnegara.

30
Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan dari beberapa
variabel yang diteliti dan disusun dari beberapa teori yang dideskripsikan.
Kerangka konseptual merupakan dasar pembuatan hipotesis (Sugiono, 2005:49).
Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai
objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka variabel yang akan diteliti.
Kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu perilaku
wirausaha, lingkungan keluarga dan keberhasilan usaha.
Adanya konsep perilaku wirausaha pada pelaku usaha merupakan hal yang
penting, karena akan berdampak pada keberhasilan usaha (Krisnamurthi, 2001;52)
berpendapat bahwa pengembangan perilaku kewirausahaan akan menumbuhkan
sikap positif dalam berwirausaha dalam bentuk kemampuan sikap untuk
mengendalikan keadaan dan memfokuskan perhatian pada kegiatan-kegiatan atau
hasil yang ingin dicapai. Hal ini disebabkan pelaku usaha yang berperilaku
kewirausahaan akan lebih aktif dalam memanfaatkan peluang, inovatif dan berani
mengambil risiko.
Seseorang yang hidup dalam lingkungan keluarga pengusaha, cenderung
membuat anaknya ataupun anggota keluarga lain mengikuti jejak untuk
mengembangkan karirnya sebagai wirausahawan. Menurut Yusuf (2009:42)
terdapat tiga hal pokok yang memiliki peranan penting terkait keberlangsungan
dari aktivitas berwirausaha. Faktor-faktor nya diantara lain kemampuan keluarga
mejalankan fungsinya, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anaknya dimana
hal ini akan mempengaruhi perkembangannya termasuk dalam berwirausaha.dan

31
Universitas Sumatera Utara

status ekonomi yang dianggap merupakan faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang kepribadian seseorang. Ketiga hal ini dapat menjelaskan bahwa
lingkungan keluarga mampu memberikan pengaruh dalam keberhasilan usaha.
Perilaku
Wirausaha (X1)
Keberhasilan
Usaha (Y)
Lingkungan
Keluarga (X2)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber : Staede (2005), Yusuf (2009), Noor (2007), diolah (2016)
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis merupakan
jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji
kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan. (Kuncoro, 2009:59).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1

: Perilaku wirausaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan usaha

H2

: Lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan usaha

H3

: Perilaku wirausaha dan lingkungan keluarga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keberhasilan usaha

32
Universitas Sumatera Utara