BAB IV PROGRAM ARSITEKTUR 4.1. Konsep Program - LTP Pabrik Tepung Sariboga Raturaya di Kabupaten Semarang Tema Desain : Arsitektur Blioklimatik - Unika Repository
BAB IV PROGRAM ARSITEKTUR
4.1. Konsep Program
4.1.1 Aspek Fungsi Fungsi dari bangunan pabrik tepung terigu adalah tempat pengolahan bahan mentah gandum dapat diubah menjadi bahan dasar atau bahan baru. Pabrik tepung terigu ini juga dapat membuka banyak lapangan pekerjaan, menjadi sumber pendapatan daerah dan menjadikan kota bebas dari permasalahan kemiskinan.
4.1.2 Aspek Citra Arsitektural Konsep dasar berdasarkan citra arsitektural dari komplek pabrik tepung terigu ini adalah Neo Vernakular. Dimana pengertian dari Neo
Vernakular yang menyebutkan bahwa selain penerapan elemen fisik, penerapan elemen non fisik juga diterapkan pada bangunan, seperti budaya, kepercayaan, tata letak, pola pikir dan lain sebagainya.
“Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat.” (Leon Krier).
Jadi penerapan citra arsitektural pada industri ini adalah :
a. Menyesuaikan dengan iklim setempat Pabrik tepung terigu di Kabupaten Semarang yang memiliki iklim tropis dan iklim mikro yang sejuk karena terletak di kaki Gunung pada ruangan dan pemanfaatan pencahayaan alami yang diterapkan, sesuai dengan konsep Neo Vernakular. b. Penggunaan material local Dari alternatif lokasi yang akan dijadikan bangunan pabrik tepung ini rata
- – rata menggunakan material bata ringan atau batako, sedangkan batu bata prosesnya akan memakan waktu yang lebih lama dan juga banyak menghabiskan material batu bata dibandingkan menggunakan material seperti batako atau bata ringan.
4.1.3 Aspek Teknologi Penggunaan teknologi pada bangunan ini adalah pada sistem keamanan dan sistem – sistem bangunan ekologis seperti: a. Teknologi CCTV
CCTV merupakan teknologi dalam bidang keamanan yang sudah biasa diterapkan pada bangunan jaman sekarang. Untuk bangunan industri sendiri kegunaan CCTV sangat menguntungkan karena dapat membantu petugas keamanan dalam mengawasi seluruh sudut bangunan bahkan seluruh site hanya di dalam 1 ruangan saja.
b. Teknologi Face Recognition Teknologi ini digunakan untuk mengetahui kehadiran para pelaku aktivitas di dalam industri ini serta menghindari terjadinya kecurangan pada saat absen dan mempermudah dalam melacak suatu kejahatan di dalam industri.
c. Teknologi rain water harvesting
Rainwater harvesting adalah teknologi yang mudah diterapkan
pada bangunan, dan tidak memerlukan biaya yang mahal dalam penggunaannya. Penerapan rainwater harvesting pada bangunan dapat mengemat penggunaan air dari pemerintah, ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan ketersediaan air tanah.
4.1.4 Aspek Ramah Lingkungan Bangunan ini merupakan bangunan yang ramah lingkungan dari segi penghijauan.
4.2. Tujuan Perencanaan, Faktor Penentu Perancangan, Faktor Persyaratan Perancangan
4.2.1 Tujuan Perancangan Tujuan utama dari perancangan pabrik tepung terigu diKabupaten Semarang ini adalah menyelesaikan permasalahan pangan dan kebutuhan akan lapangan pekerjaan bagi masyarakat kabupaten Semarang dan sekitarnya.. Hal ini semestinya dijadikan motivasi bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Semarang untuk semakin meningkatkan kebutuhan pangan yang akan didukung oleh adanya pabrik tepung terigu ini.
4.2.2 Faktor Penentu Perancangan
a. Faktor regulasi Regulasi merupakan faktor utama, karena berurusan dengan perijinan dan ketentuan – ketentuan yang dapat menjadikan proyek ini terlaksana dengan baik. Jika pembangunan tidak sesuai dengan regulasi yang ada, urusannya langsung ke badan hukum yang dapat dikenakan sanksi hukum kurungan bagi pihak – pihak terkait.
b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan menjadi faktor selanjutnya yang menentukan bangunan yang akan didirikan diterima atau tidak oleh lingkungan, baik oleh masyarakat maupun oleh alam. Untuk bangunan industri sebaiknya diletakkan jauh dari permukiman supaya tidak mengganggu ketenangan masyarakat sekitar sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Terlebih lagi jika memberikan fasilitas bagi masyarakat sekitar seperti infrastruktur serta sarana dan prasarana.
c. Faktor kebutuhan Faktor ini merupakan faktor internal dalam merancang sebuah bangunan supaya bangunan ini memiliki kebutuhan sesuai dengan fungsinya dan dapat befungsi dengan baik.
4.2.3 Faktor Persyaratan Perancangan
a. Persyaratan arsitektur Perhitungan terhadap luasan ruang yang memperhatikan aspek kebutuhan, sehingga dalam menentukan luasan suatu ruang memiliki sebuah acuan / dasar. Sebagai contoh ruang produksi akan berbeda dengan gudang karena memiliki kebutuhan yang berbeda pula.
Penataan ruang harus sesuai dengan pola sirkulasi dari pelaku dan alur – alur kegiatan seperti pada ruang produksi yang memiliki urutan
- – urutan yang spesifik. Sehingga dapat
Bentuk bangunan harus mencerminkan fungsi bangunan, yaitu bangunan industri.
Perlunya melakukan pemilihan material bangunan yang tepat, sehingga dapat mengoptimalkan kinerja bangunan yang dapat menciptakan kenyamanan dari pelaku.
Penerapan konsep ekologis pada bangunan industri dimana konsep
- – konsep ini harus diterapkan pada pembangunan industri pada masa sekarang mengingat sudah terjadinya revolusi industri di dunia dengan cara melakukan pengolahan limbah dan pemanfaatan energi
- – energi alternatif sehingga tidak memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan.
b. Persyaratan struktur Kekuatan struktur bangunan industri yang dapat menahan pengaruh dari luar dan dari dalam bangunan, seperti pengaruh getaran, kebisingan, mobilitas yang tinggi, hujan, angin dan ketahanan terhadap bencana.
Durabilitas struktur terhadap bencana seperti kebakaran atau gempa bumi.
c. Persyaratan lingkungan Lingkungan harus terletak jauh dari area permukiman supaya tidak menimbulkan gagguan ketika melakukan aktivitas perindustrian.
4.3. Program Arsitektur
4.3.1 Program Ruang
8. Pabrik Tepung Terigu Kelompok ruang produksi
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Ruang 2795,5 1 2795,5 AP 116 Produksi orang / shift
2 Ruang 100.8 1 100.8 AP 45 orang Pengemasan
/ shift
3 Gudang 302.4 1 302.4 AP 12 orang Bahan Baku
/ shift
4 Gudang 302.4 1 302.4 AP 12 orang Bahan Jadi
/ shift
5 Ruang Ganti 357.72 1 357.72 NAD 540orang
6 Ruang
30 12 360 A Peralatan
Tabel 3. 22Kelompok Ruang Produksi pabrik tepung terigu
Sumber :Dokumentasi Pribadi
Kelompok ruang pengelola
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Ruang
16
2
32 NAD 2 orang Manager
2 Ruang
16
1
16 NAD 1 orang Manager Keuangan
3 Ruang
16
1
16 NAD 1 orang Manager Pemasaran
4 Ruang
16
1
16 NAD 1 orang Manager HRD
5 Ruang
16
1
16 NAD 1 orang Manager Produksi
6 Front Office
4
2
8 A 2 orang
7 Ruang Tamu 25.93175 1 25.93175 DA 2 – 5 orang
8 Ruang Rapat
50
1
50 NAD 2 – 17 orang
Tabel 3. 23Kelompok Ruang Pengelola pabrik tepung terigu
Sumber :Dokumentasi Pribadi
Kelompok ruang pendukung
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Ruang
16
1
16 NAD 1 orang / Supervisor shift
2 Ruang Staff
16
2
32 NAD 2 orang Keuangan
3 Ruang Staff
16
2
32 NAD 2 orang Pemasaran
4 Ruang Staff
12
2
24 NAD 2 orang / Bahan Baku shift
5 Ruang Staff
12
2
24 NAD 2 orang / QC shift
6 Ruang Staff
12
2
24 NAD 2 orang / Maintenance shift
Tabel 3. 24Kelompok Ruang Pendukung pabrik tepung terigu
Sumber :Dokumentasi Pribadi
Kelompok ruang servis
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Janitor
6
1
6 NAD
2 Pantry
20
1
20 NAD 5 orang
3 Ruang
20
1
20 A 5 orang / Keamanan shift
4 Ruang Genset
30.3
1
30.3 AP
5 Ruang Pompa
3.6
1
3.6 A
6 Toilet
1.5
4
6 A
Tabel 3. 25Kelompok Ruang Servis pabrik tepung terigu
Sumber :Dokumentasi Pribadi
9. Retail
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Toko
20 8 160 A 2 – 4 orang
2 Toilet
1.5
4
9 A
Tabel 3. 26Kelompok Ruang Retail
Sumber :Dokumentasi Pribadi
10. Kantin
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Penjual
36 10 360 A 2 – 3 orang
2 Tempat Makan 6.375 67 427,125 A 6 orang / ruang
3 Toilet
1.5
4
9 A
Tabel 3. 27Kelompok Ruang kantin
Sumber :Dokumentasi Pribadi
11. Musholla
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Ruang Ibadah 861.2 1 861.2 A
2 Tempat 173 2 346 A Wudhu
3 Toilet
1.5
4
9 A
Tabel 3. 28Kelompok Ruang Musholla
Sumber :Dokumentasi Pribadi
12. Pos Keamanan
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Pos Jaga dan
20
3
60 A 5 orang / Ruang CCTV shift
2 Toilet
1.5
3
4.5 A
Tabel 3. 29Kelompok Ruang Pos Keamanan
Sumber :Dokumentasi Pribadi
13. Tempat Parkir
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Parkir Motor 2 360 720 AP
2 Parkir Mobil
15 30 450 AP
3 Parkir Truk
24.5 6 147 DA, AP bahan baku
4 Parkir Truk
24.5 6 147 DA, AP Angkut
Tabel 3. 30Kelompok Ruang Tempat Parkir
Sumber :Dokumentasi Pribadi
14. Toilet Umum
No Ruang Kebutuhan Kebutuhan Total Sumber Jumlah
2
2 Luas (m ) Ruang Luas(m ) Pelaku
1 Toilet
1.5
4
9 A
Tabel 3. 31Kelompok Ruang Toilet Umum
Sumber :Dokumentasi Pribadi
A = Asumsi Tabel 4. 1Program Ruang toilet umumSumber :Dokumentasi Pribadi AP = Analisa Pribadi DA = Data Arsitek NAD = Neufert Architect Data A = Asumsi AP = Analisa Pribadi DA = Data Arsitek NAD = Neufert Architect Data
Luas Total Fasilitas
2 No Fasilitas Luas(m )
1 Pabrik tepung terigu 2795,5
2 Ruang pengelola 233,91
3 Ruang pendukung 197,6
4 Ruang servis 111,7
5 Retail 219,7
6 Kantin 3267 7 musholla
427,125
8 Pos Keamanan
75.6
9 Toilet Umum 10,8
Total 7861,485 Sirkulasi 30% 2358,4455 Total 10219,9305
Tabel 4. 2Luas Total Fasilitas
Sumber :Dokumentasi Pribadi
2 Luas Tempat Parkir = 6576 m KDB = 40% KDH = 60% KLB = 0.7
2
Kebutuhan Luas Tapak =10219,9305 m : KLB2 Untuk Bangunan = 10219,9305 m : 0.7
2
= 14,599,9 m
- 6576 m
- sirkulasi dan KDH 60% =66.652,6601 m
- 39.991,5959 m
2
bangunan industri pabrik tepung terigu yang memiliki tinggi tidak lebih dari 3 lantai. Pondasi ini dipilih karena dalam proses pengerjaannya tidak menimbulkan kebisingan sehingga tidak mengganggu ketenangan lingkungan sekitar dan bangunan ini memiliki beban struktur yang tidak terlalu besar.
strauss pile karena pondasi ini mampu menahan beban
1. Pondasi Pada bangunan industri ini akan menggunakan pondasi
a. Struktur Bawah
4.3.2 Program Sistem Struktur
2
x 40% = 5839,96 m
= 14,599,9 m
Luas Lahan Total = Kebutuhan Luas Tapak untuk Bangunan + Parkir +
2 KDB =Luas Bangunan x KDB
= 61087,4959 m
2
2
2
2
Sirkulasi dan KDH 60% = 14,599,9 m
Cara pengerjaan pondasi strauss pile
1. Persiapan kerja Tahap persiapan adalah tahap menyiapkan peralatan yang digunakan seperti mata bor, pipa,stang dan alat pendukung lainnya.
Gambar 4. 1Tahap Persiapan Sumber
2. Pengeboran Kemudian tanah akan dibor secara manual menggunakan tenaga manusia dengan ukuran antara 25
- – 30 cm. proses pengerjaan memerlukan 2 hingga 4 orang pekerja.
Gambar 4. 2Tahap Pengeboran Sumber
3. Pembesian Pondasi strauss pile pada umumnya menggunakan besi 8 mm polos yang disusun secara spiral dengan jarak sengkang 15 – 20 cm dan tulangan pokok menggunakan 5 buah besi 13 mm ulir.
Gambar 4. 3Tahap Pembesian Sumber
4. Pengecoran Kemudian tulangan dimasukkan ke dalam tanah yang sudah di bor lalu dicor dengan beton dengan mutu k-225. Jika kondisi tanah berair dapat menggunakan pipa paralon dalam prosesnya.
Gambar 4. 4Tahap Pengecoran
Sumber
Gambar 4. 5 Hasil Akhir Dari Floor Hardner Sumber
b. Struktur Tengah
1. Lantai Floor Hardener Pada srtukutur tengah yaitu pada bagian lantai bangunan akan digunakan lantai beton dengan finishing floor hardener supaya bangunan dapat langsung digunakan dan dapat mengakomodasi mobilitas pelaku yang sangat tinggi. Cara pengaplikasian floor hardener
1. Persiapan permukaan Ratakan beton yang baru dituang dengan menggunakan
concrete vibrator supaya lebih cepat memadat serta
ditambahkan bahan additive plastikizer untuk mempermudah proses pengecoran dan menjaga mutu beton. Tebal plat beton yang akan aplikasikan floor hardner harus memiliki tebal minimal 15 cm.
2. Peralatan permukaan Kemudian beton diratakan menggunakan vibrator truss
screed sesuai level yang diinginkan. Kemudian ratakan
permukaan beton dengan menggunakan trowel kayu dan trowel finish mesin.
3. Penaburan Taburkan bubuk floor hardener pada permukaan plat beton secara merata.
4. Pemadatan Tunggu hingga bubuk floor hardener menyatu dengan campuran beton yang masih basah. Kemudian ratakan dengan menggunakan mesin trowel dengan putaran rendah dan dasar yang benar – benar rata.
5. Penghalusan awal Setelah beton mulai mengeras, haluskan menggunakan mesin trowel dengan mesin trowel finish dengan putaran baling – baling logam yang lebih halus dengan posisi sudut rendah.
6. Penghalusan akhir Tahap terakhir penghalusan menggunakan mesin trowel dengan putaran tinggi. Untuk menghindari permukaan brton dari penguapan dari air yang terlalu cepat dan retakan, semprot dengan bahan curing transparent.
Bondek
Gambar 4. 6 Bondek Sumber
Lantai bondek akan digunakan pada lantai atas yaitu pada kantor dan ruangan
- – ruangan lain yang tidak berada di lantai dasar. Pemilihan lantai bondek ini bertujuan untuk
1. Pasang plat lantai bondek pada portal konstruksi baja atau beton
2. Pasang besi tulangan atau wiremeshbagian atas
3. Kemudian cor lantai (jika menggunakan beton pengecoran dilakukan bersamaan dengan kolom dan balok, jika menggunakan baja pengecoran dilakukan setelah pemasangan portal konstruksi baja)
2 Tebal (mm) Lebar (m) Panjang (m) Berat / m (kg)
0.75
1
12
6.95
0.80
1
12
7.40
1.00
1
12
9.50 Tabel 4. 3 Tabel Ketebalan Bondek
Sumber : Dari Berbagai Sumber
2. Kolom Baja WF
Gambar 4. 7 Baja WF
Sumber
Kolom yang digunakan adalah konstruksi baja WF (wide
flange) karena lebih cepat dalam pemasangan, praktis, serta tahan lama.
14 12 954.00 500 200
9 12 497.00 350 175
7
11 12 595.20 396 199
7
11 12 679.50 400 200
8
13 12 792.00 446 199
8
12 12 794.40 450 200
9
14 12 912.00 496 199
9
10
9 12 440.40 346 174
16 12 1075.00 588 300
12
20 12 1812.00 596 199
9
14 12 1135.00 600 200
11
17 12 1272.00 700 300
13
24 12 2220.00 800 300
14
26 12 2520.00
Tabel 4. 4 Tabel Baja WF Sumber
6
6.5
H B T1 T2 LENGTH WEIGHT/Kg
90
100
50
5
7 12 112.00 125
60
6
8 12 158.40 148 100
6
9 12 253.20 150
75
5
7 12 168.00 175
5
8 12 384.00 300 150
8 12 217.20 198
99
4.5
7 12 218.40 200 100
3.2
4.5 12 143.00 200 100
5.5
8 12 256.00 248 124
5
8 12 308.40 250 125
6
9 12 355.20 298 149
6
Gambar 3. 47Bata Ringan Sumber
3. Dinding Dinding merupakan material pengisi saja yang bahannya tidak memerlukan kekuatan yang besar untuk menahan struktur bangunan, jadi material dinding yang akan digunakan meliputi: Bata Ringan Bata ringan merupakan jenis bata yang mempunyai berat yang lebih ringan dari bata merah dengan ukuran yang sama. Bata ringan memiliki bahan dasar pasir kuarsa, semen, kapur, gypsum dan alumunium pasta. Ukuran bata ringan ini bervariasi mulai dari 200 mm x 600 mm dengan ketebalan 75 mm hingga 200 mm.
Kelebihan :
1. Memiliki bentuk yang presisi tinggi dan seragam dalam jumlah yang banyak.
2. Pemasangannya cepat
3. Lebih ringan sehingga memperkecil beban struktur
4. Kuat tekan tinggi
5. Lebih kedap suara
6. Tidak membutuhkan plesteran yang tebal
Kekurangan :
7. Membutuhkan perekat khusus yaitu dengan semen instan yang sudah tersedia banyak dipasar
8. Membutuhkan tenaga pemasang yang sudah berpengalaman memasang bata ringan
9. Pada pekerjaan yang membutuhkan pemotongan bata, dapat menyisakan bata yang terbuang
10. Jika terkena air proses pengeringannya lama
11. Harus menggunakan roskam bergerigi untuk menempelkan semen mortar
12. Bata ringan dengan kualitas rendah dapat menyebabkan air rembes sehingga bisa merusak cat.
Sebagian dinding akan menggunakan botol bekas sebagai pemanfaatan kembali barang bekas menurut konsep bangunan ekologis. Botol yang digunakan adalah botol bekas dengan ukuran 600 ml yang biasa digunakan untuk kemasan kecap, saus dan minuman. c. Struktur Atas
1. Atap Space Frame Pada struktur atap akan mengunakan struktur rangka ruang atau space framekarena struktur ini memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi serta memiliki bentang ruang yang lebar tanpa perlu bantuan kolom di tengah sehingga cocok untuk bangunan industri yang memiliki kebutuhan ruang bebas kolom yang lebar.
Gambar 4. 8Pengaplikasian Struktur Space Frame Pada Bangunan Industri Sumber
2. Penutup Atap Zincalume
Gambar 4. 9 Atap Zincalume
SumberAtap zincalume digunakan karena atap ini memiliki harga yang cukup murah, mudah didapatkan, ringan dan cara pemasangannya tidak terlalu rumit.
4.3.3 Program Sistem Utilitas
1. Jaringan Listrik Jaringan listrik pada industri ini akan menggunakan sumber energi pln dan mesin genset
Untuk energi listrik alternatif lain menggunakan generator pada setiap bangunan utama untuk mendukung kegiatan produksi supaya tidak berhenti ketika terjadi kekurangan daya.
2. Jaringan Air Untuk jaringan air bersih tetap menggunakan air dari PDAM dan dibantu dengan system rainwater harvesting serta penggunaan kembali air dari limbah yang telah diolah. Sistem pengolahan air limbah sendiri menggunakan pengolahan limbah yang terlah tersedia dipasaran. Hal ini ditujukan untuk mempermudah dalam pengerjaan dan serta menghemat tempat untuk jaringan. Hasil buangan dari limbah ini akan ditampung pada kolam yang kemudian akan dipompa ke masing – masing bangunan untuk digunakan kembali
3. Penanggulangan Kebakaran Penaggulangan terhadap kebakaran akan menggunakan jaringan sprinkler yang akan dilengkapi dengan ruang pompa. Serta tambahan keamanan darurat berupa fire extinguisher pada setiap alat yang berpotensi memicu kebakaran dan pada titik
- – titik rawan kebakaran.
4. Keamanan Pengamanan terhadap bangunan selain petugas keamanan,
- – akan dilengkapi juga dengan CCTV yang akan dipasang pada titik titik tertentu seperti koridor, ruang produksi, pintu masuk, area parkir dan ruangan – ruangan lain.
4.3.4 Program Tapak
a. Pemilihan alteratif tapak Berdasarkan penilaian terhadap alternatif – alternatif tapak yang telah dilakukan maka, tapak terpilih adalah tapak alternatif 2 yaitu di
2
kecamatan bergas dengan luas 108.889 m (10.89 hektar) dan KDB 40%, KLB 0.7.
Batas
- – batas dari tapak adalah:
Utara : Pabrik Timur : Lahan kosong Selatan : Lahan kosong, Permukiman, Pabrik Barat : jalan utama, Pabrik b. Ruang Terbuka Hijau Perlunya penyediaan ruang terbuka hijau pada tapak, mengingat ini merupakan bangunan industri yang tidak luput dari polusi udara.
Adanya ruang terbuka hijau disini, selain untuk memenuhi peraturan daerah juga sangat berguna dalam penyerapan gas CO
2
yang dihasilkan dari industri ini dan dapat meningkatkan kualitas iklim mikro menjadi lebih sehat.
Pemilihan vegetasi yang akan diaplikasikan pada ruang terbuka hijau di industri ini adalah vegetasi yang memiliki daya serap yang baik terhadap polutan sekaligus sebagai peneduh terutama di area parkir:
Trembesi (rain tree)
Gambar 4. 10Pohon Trembesi Sumber
Pohon trembesi merupakan jenis pohon peneduh sekaligus dapat menyerap gas CO
2 . Jumlah gas CO 2 yang
dapat diserap 1 pohon trembesi adalah 28.448,39 kg/pohon/tahun.
Bambu
Gambar 4. 11Pohon Bambu
Sumber
Bambu merupakan jenis pohon yang berfungsi sebagai
barrierdari kebisingan dan sebagai vegetasi yang
memberikan unsur estetika yang tinggi, selain itu pohon bambu memiliki daya serap gasCO
2 yang baik hingga
mencapai 12 ton/hektar/tahun Selain itu pohon bambu dapat juga mengurangi bau menyengat dari sampah.
Pohon Kelapa
Gambar 4. 12 Kebun Kelapa Sumber
Pohon kelapa digunakan sebagai vegetasi peneduh dan pada saat dapat dipanen pohon ini akan digunakan untuk mengganti material bangunan yang sudah rusak/ lapuk.
c. Material outdoor Pentingnya menentukan material outdoor karena ini akan berhubungan dengan ketahanan material untuk menghadapi cuaca, angin, dan faktor
- – faktor manusia. Material yang akan digunakan adalah:
Aspal
Gambar 4. 13Aspal Sumber
Mobilitas pada bangunan industri sangatlah tinggi, terutama pada proses antar bahan baku dan pengambilan bahan jadi oleh truk. Untuk mengatasi permasalahan ini akan digunakan material aspal pada jalur sirkulasi.
Grass Block
Gambar 4. 14Grass Block
Sumber
Selain menggunakan aspal, material grass block juga akan digunakan sebagai material perkerasan. Grass block ini nantinya akan dikombinasikan dengan penggunaan aspal.