ANALISIS PERMA NO. 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN TERHADAP PELAKSANAAN MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA KOTA MADIUN

  ANALISIS PERMA NO. 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN TERHADAP PELAKSANAAN MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA KOTA MADIUN SKRIPSI Oleh: KARISMA TRI PUSPITA SARI NIM. 210114103 Pembimbing : Dr. H. MOH. MUNIR, Lc, M. Ag NIP. 196807051999031001 JURUSAN AHWAL SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2018

  ANALISIS PERMA NO. 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN TERHADAP PELAKSANAAN MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA KOTA MADIUN SKRIPSI

  Diajukan untuk melengkapi sebagai syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

  Oleh: KARISMA TRI PUSPITA SARI NIM. 210114103 Pembimbing : Dr. H. MOH. MUNIR, Lc, M. Ag NIP. 196807051999031001 JURUSAN AHWAL SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2018

  

MOTTO

ا ٗحََٰل ۡصِإ ٓاَديِرُي نِإ ٓاَهِلۡهَأ ۡنِ م اٗمَكَحَو ۦِهِلۡهَأ ۡنِ م اٗمَكَح ْاوُثَعۡبٱَف اَمِهِنۡيَب َقاَقِش ۡمُتۡفِخ ۡنوَإِ

  اٗيرِبَخ اًميِلَع َن َكَ َ هللَّٱ هنِإ ٓۗٓاَمُهَنۡيَب ُ هللَّٱ ِقِ فَوُي ٣٥

  

“ Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang

hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua

orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada

suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

  ”(An-

Nisa:35)

  1

  PERSEMBAHAN

  Pertama kalinya penulis mempersembahkan karya ilmiah ini kepada :

  1. Kedua orang tua penulis Bapak Tohir, ibunda tercinta Sulastri dan nenek tercinta Tarmi yang telah memberikan begitu banyak dukungan baik secara dhahiriyyah dan bathiniyyah, secara moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat selesai.

  2. Saudara penulis tercinta Ahmad Zulfikar Fauzi, Ayu Kusuma Wardanai, Cahyaning Putri Wulandari, dan Siti Tasya Aprilia yang mana telah memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

  3. Jama lludin Amin, Arvika Selaras dan Ma’ruf Santoso, yang telah bersedia menemani penulis melakukan penelitian mulai awal sampai selesai.

  4. Teman-teman SA.D yang mana selama kurang lebih 4 (empat) tahun menemani belajar, sehingga tidak ada kesulitan penulis untuk menuntut ilmu di kampus tercinta IAIN Ponorogo.

  5. Teman-teman satu jurusan Ahwal Syakhsiyah yang turut membantu memberikan semangat dan motivasinya.

  6. Segenap pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya, dukungannya dan kerjasamanya.

  

ABSTRAK

SARI, KARISMA TRI PUSPITA 2018. Analisis Perma No. 1 Tahun 2016 Tentang

Prosedur Mediasi di Pengadilan Terhadap Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun. Skripsi Jurusan Ahwal Syakhsiyah Fakultas Syariah Institut

  Agama Islam (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. H. Moh. Munir, Lc, M. Ag.

  Kata Kunci: Mediasi, PERMA No. 1 Tahun 2016, Upaya.

  Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan di bantu oleh mediator. Ketentuan mengenai mediasi di Pengadilan diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Munculnya PERMA No. 1 Tahun 2016 tentu akan mengurangi perkara yang masuk ke pengadilan, guna untuk mendamiakan para pihak, akan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Kota Madiun masih banyak. Hal ini membuat penulis tertarik untuk meniliti pelaksanaan mediasi yang ada di Pengadilan Agama Kota Madiun dengan menggunakan teori PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan sudah sesuikah dengan praktiknya.

  Dengan demikian, berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah, antara lain yaitu (1) Bagaimana analisis PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan terhadap Proses Mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Agama Kota Madiun? (2) Bagaimana analisis PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan terhadap Upaya Hakim Mediator dalam Meningkatkan Tingkat Keberhasilan Mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun?

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk penelitian lapangan (field researh). Dalam pengumpulan data penulis menggunakan cara yaitu wawancara (interview), observasi (pengamatan), dan dokumentasi (pengumpulan data). Sedangkan analisis datanya yaitu mereduksi data, menyajikan data dan penarikan kesimpulan.

  Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu PERMA No. 1 Tahun 2016 tetang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Kecuali dalam tahap pramediasi ketika penunjukkan mediator, para pihak kurang diberi hak dalam memilih seorang mediator, dalam PERMA No. 1 Tahun 2016 dalam Pasal 21 ayat (1) tentang mediator menentukan hari dan tanggal pertemuan mediasi, di Pengadilan Agama Kota Madiun hal tersebut tidak dilakukan.

  Dalam prakteknya, ketika para pihak hadir langsung diperintahkan untuk melakukan proses mediai pada hari itu juga. (2) Dalam hal meningkatkan tingkat keberhasilan mediasi tidak lepas dari fator-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan mediasi. Adapun upaya yang sudah hakim mediator lakukan sesuai dengan ketentuan PERMA No. 1 Tahun 2016 tenteng Prosedur Mediasi di Pengadilan, yaitu dengan cara memberikan nasehat, solusi dan kaukus. Dalam upaya yang sudah dilakukan ini hanya sedikit kenaikan yang dicapai dalam tingkat keberhasilanmediasi.

  KATA PENGANTAR ١ ١ ١ مْيِحَّرل ِِّلل ِِنَمْحَّرل ِِمْسِب Assalamu’alikum Wr. Wb.

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala bentuk berkat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan dengan baik, penulis menyadari bahwa dengan petunjuk-Nya jugalah sehingga kesulitan dan hambatan dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

  Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi kita, kekasih kita, Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa kita semua dari lembah kegelapan menuju alam yang terang benderang, sehingga kita dapat merasakan nikmat Islam dan iman sekarang ini.

  Dalam penyusunan tulisan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan tantangan baik yang sifatnya teknis dan non teknis. Dengan bermodal semangat dan keyakinan yang teguh serta niat yang tulus dan berdoa maka kendala-kendala tersebut dapat penulis atasi dengan baik.

  Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan partisipasi aktif dari semua pihak berupa saran dan kritik yang bersifat membangun (kontruktif) demi penyempurnaan di masa mendatang, serta kemajuan kita bersama generasi muda Indonesia sebagai generasi penerus bangsa.

  Adapun maksud dari penyususnan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat akademik dalam penyelesaiana pendidikan Strara Satu. Dengan demikian penulis mengucapkan banyak terima kasih kapada semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  Khususnya kepada: 1.

  Dr. Hj Siti Maryam Yusuf, M. Ag, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

  2. Dr. H. Moh. Munir, Lc, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah beserta jajarannya yang telah membantu lancarnya proses belajar penulis.

  3. Dr. Miftahul Huda, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Ahwal Syakhsiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

  4. Dr. H. Moh. Munir, Lc, M. Ag, selaku pembimbing penulis yang telah banyak meluangkan waktu sibuknya guna mengoreksi kesalahan-kesalahan penulis.

  5. Dra. Hj. Muslihah selaku Ketua Pengadilan Agama Kota Madiun dan seluruh Hakim Pengadilan Agama Kota Madiun yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya di kelas SA.D yang tiada kira keikhlasan beliau semua dalam mendidik kelas kami.

  7. Segenap staf perpustakaan yang telah menyediakan berbagai bahan penelitian.

  Atas segala bantuan kerja sama, uluran tangan yang telah diberikan dengan ikhlas hati kepada pennulis selama menyelesaikan studi hingga terselesaikannya skripsi ini, tidak ada kata yang dapat terucapkan selain terima kasih, atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Namun melalui doa dan harapan dari penulis semoga amal kebajikan yang telah disumbangkan dapat diterima dan memperoleh balasan yang lebih baik dari Sang Maha Pemilik Segalanya, Allah SWT. Amin.

  Akhir kata, meskipun penulis berjuang sekuat tenaga dalam menyempurnakan skripsi ini, tapi kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat kepada adik-adik mahasiswa yang lain sebagai penggerak pemuda Indonesia yang berilmu dan berbudi pekerti, terkhusus kepada penulis. Amin.

  Wassalamu’alikum Wr. Wb .

  Ponorogo, 2018 Karisma Tri Puspita Sari

  

TRANSLITERASI

  س S

  5. Bunyi huruf hidup akhir sebuah kata tidak dinyatakan dalam transliterasi.

  3. Bunyi hidup dobel (diftong) Arab di transliterasikan dengan menggabung dua huruf “ay” dan “aw” Contoh: Bayna, ‘Ilayhim, qawl, maudu>’ah 4. Kata yang di transliterasikan dan kata-kata dalam bahasa asing yang belum terserap menjadi bahasa baku Indonesia harus di cetak miring.

  Untuk menunjukkan bunyi hidup panjang caranya dengan menuliskan coretan horizontal di atas huruf a >, i>dan u>

  Y 2.

  Q ى

  ص s} ق

  W خ kh

  F و

  Sh ف

  ح h} ش

  ه H

  غ Gh

  N ج j

  2 1.

  Z ع ‘ ن

  ث th ز

  م M

  R ظ z }

  ت t ر

  ل L

  ط T

  ذ Dh

  K ب b

  ض d} ك

  د D

  ء `

  Pedoman Transliterasi yang digunakan adalah: Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

  Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan akhir. 2 Buku Pedoman Penulisan Skripsi (Ponorogo: Jurusan Ahwal Syakhsiyah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN), 2018), 57.

  Contoh: Ibn Taimi >yah bukan Ibnu Taymi>yah. Inna al-di>n `indaAlla>h al-Isla>m bukan Inna al-di>na ‘indaAlla>hi al-Isla>mu. …. Fahuwa wa>jib bukan Fahuwa Wa>jibu dan bukan pula Fahuwa Wa>jibun.

  6. Kata yang berahir dengan ta>’ marbu>tah dan berkedudukan sebagai sifat (na’at) dan idha>fah ditransliterasikan dengan “ah”. Sedangkan mudha>f di transliterasikan dengan “at” Contoh: 1.

  Na’at dan Mudha>f ilayh : Sunnah sayyi’ah, al-maktabah al-misriyah. 2. : matba’at al-‘a>mmah.

  Mudha>f 7. Kata yang berahir dengan ya’ mushaddadah (ya’ bertashdid) di transliterasikan dengan i>. jika i> diikuti dengna ta>’ marbu>tah maka transliterasinya adalah i>yah. Jika ya’ bertashdid berada di tengah kata di transliterasikan dengan yy. Contoh: 1.

  Al-Ghaza>li, al-Nawa>wi> 2. Ibn Taymi>yah. Al-Jawzi>yah.

3. Sayyid, mu’ayyid, muqayyid.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv MOTTO.............. ............................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi ABSTRAK....... ................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... x DAFTAR ISI...... .............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

  BAB I : PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ............................................................

  B.

  8 Rumusan Masalah .......................................................................

  C.

  8 Tujuan Penelitian .......................................................................

  D.

  8 Manfaat Penelitian .....................................................................

  E.

  9 Telaah Pustaka ...........................................................................

  F.

  Metode Penelitian ...................................................................... 11 1.

  Jenis Penelitian dan Pendekatan ............................................ 11

  2. Kehadiran Penelitian .............................................................. 12 3.

  Lokasi Penelitian ................................................................... 12 4. Sumber Data .......................................................................... 13 5. Teknis Pengumpulan Data .................................................... 14 6. Analisis Data........................ .................................................. 15 7. Pemgecekan Keabsahan Temuan........... ................................ 17 G. Sistematika Pembahasan ............................................................ 17

  BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI A. Mediasi dalam Hukum Islam dan Sistem Peradilan .................. 20 1. Mediasi dalam Hukum Islam.................................. .......... 20 2. Mediasi dalam Sistem Peradilan ....................................... 24 B. Tinjauan Umum tentang Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi ...................................

  27 1. Prosedur Mediasi ..............................................................

  27 2. Hasil Mediasi Berdasarkan PERMA No. 1 Tahun 2016 ...

  34 3. Tujuan dan Manfaat Mediasi .............................................

  36

  4. Peran dan Fungsi Mediator .............................................. 39 5. Sarana dan Prasarana Mediasi ..........................................

  49

  6. Faktor-faktor yang Meningkatkan Tingkat Keberhasilan Mediasi ...............................................................................

  50 BAB III : MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA KOTA MADIUN A. Pengadilan Agama Kota Madiun .............................................

  55 1. Profil Pengadilan Agama Kota Madiun ............................ 55 B. Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun .......

  58

  C.

  Upaya Hakim Mediator dalam Meningkatkan Tingkat Keberhasilan Mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun ..........................

  63 BAB IV : ANALISIS PELAKSANAAN MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA KOTA MADIUN A. Analisis Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun .......................................................................................

  70 B. Upaya Hakim Mediator dalam Meningkatkan Tingkat Keberhasilan Mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun .............................

  75 BAB V : PENUTUP ........................................................................................

  86 A. Kesimpulan ................................................................................ 86 B. Saran-saran ................................................................................. 87

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN NO.

  Lampiran 1 Transkip Wawancara Lampiran 2 PERMA No.1 Tahun 2016 Lampiran 3 Riwayat Hidup Lampiran 4 Pernyataan Keaslian Tulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman, Pengadilan Agama

  mempunyai tugas pokok untuk membantu pencari keadilan dalam bentuk menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya, dengan berpegang teguh pada prinsip asas sederhana, cepat, dan biaya ringan.

  Semenjak berlakunya Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 mengenai Peradilan Agama, maka menjadikan kewenangan Pengadilan Agama semakin luas dan kompleks. Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 menyatakan bahwa

  “Pengadilan Agama bertugas dan berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara lain yang berhubungan dengan (a) perkawinan; (b) waris; (c) wasiat; (d) hibah; (e) wakaf; (f) zakat; (g) infaq; (h) shadaqah; (i) ekonomi syariah.

  Dalam penyelesaian sengketa tersebut tidak hanya dibatasi pada orang-orang yang beragama Islam saja, namun juga orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan diri dengan suka rela kepada hukum Islam. Pengadilan Agama tetap konsisten dengan asas yang melekat, yaitu asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam setiap penyelesaian sengketa perkara yang ada. Salah satu bentuk dalam mewujudkan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan tersebut adalah dengan menerapkan mediasi dalam penanganan perkara yang ada.

  Secara umum, mediasi dapat diartikan upaya penyelesaian sengketa para pihak dengan kesepakatan bersama melalui mediator yang bersikap netral, dan tidak membuat keputusan atau kesimpulan bagi para pihak tetapi menjunjung fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak dengan suasana keterbukaan, kejujuran, dan tukar pendapat untuk tercapainya mufakat. Dengan kata lain, proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar yang tidak memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu mereka 1 memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan.

  Konflik atau sengketa yang terjadi antara manusia cukup luas dimensi dan ruang lingkupnya. Konflik dan persengketaan dapat saja terjadi dalam wilayah publik maupun wilayah privat. Ketentuan mengenai mediasi di Pengadilan diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. PERMA ini menempatkan mediasi sebagai bagian dari proses penyelesaian perkara yang diajukan para pihak ke pengadilan. Hakim tidak secara langsung menyelesaikan perkara melalui proses peradilan (non litigasi). Mediasi menjadi suatu kewajiban yang harus ditempuh hakim dalam memutuskan perkara di Pengadilan.

1 Liliek Kamilah, “Mediasi Sebagai Salah Satu Bentuk Penyelesaian Sengketa Di

  Mediasi di dalam pengadilan (court annexed mediation) mulai berlaku di Indonesai sejak diterbitkannya Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. PERMA ini bertujuan untuk menyempurnakan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama dalam Menerapkan Lembaga Damai sebagaimana diatur dalam pasal 130 Herzine Inlandsch Reglemen (HIR) dan pasal 154

  Rechtsreglement voor de Buitengewesten (RBg). Pasal 130 HIR dan 154

  RBg, sebagaimana diketahui mengatur tentang lembaga perdamaian dan mewajibkan hakim untuk terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang 2 berperkara sebelum perkaranya diperiksa.

  Apabila penggugat tidak beritikad baik dalam proses mediasi sebagaimana yang di maksud dalam pasal 7 ayat (2), maka berdasarkan pasal 22, gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh hakim pemeriksa 3 perkara. Penggugat yang dinyatakan tidak beritikad baik sebagaimana ayat (1), dikenai pula pembayaran biaya mediasi. Mediator menyampaikan laporan penggugat tidak beritikad baik kepada Hakim Pemeriksa Perkara disertai rekomendasi pengenaan biaya mediasi dan perhitungan besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak dapat dilaksanakannya 4 mediasi.

2 Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat & Hukum Nasional (Jakarta: Kencana, 2009), 306.

  3 4 PERMA Mediasi, Pasal 22 ayat 1

  Proses mediasi wajib untuk dilalui oleh hakim mediator dan para pihak yang telah diatur dalam PERMA mediasi, karena jika tidak dilakukan akan menciderai pasal 130 HIR dan atau pasal 154 RBg. Maka dari itu, semua sengketa perdata yang masuk ke Pengadilan Agama khususnya, wajib untuk dilakukan proses mediasi. Penyelesaian perkara melalui perdamaian dalam bentuk mediasi mempuyai berbagai keuntungan subtansial dan psikologis antara lain sebagai berikut: 1.

  Penyelesaian bersifat informal.

  2. Yang menyelesaikan perkara para pihak sendiri.

  3. Jangka waktu penyelesaian pendek.

  4. Biaya ringan.

  5. Aturan pembuktian tidak perlu.

  6. Proses penyelesaian bersifat konfidensial (rahasia).

  7. Hubungan para pihak bersifat koopertif (kerja sama).

  8. Hasil yang dituju sama-sama menang.

  9. Bebas emosi dan dendam.

  Di samping itu, keputusan pengadilan selalu diakhiri dengan menang dan kalah, sehingga kepastian hukum dipandang merugikan salah satu pihak berperkara. Hal ini berbeda jika penyelesaian perkara melalui jalur mediasi, di mana kemauan para pihak dapat terpenuhi meskipun tidak sepenuhnya. Penyelesaian ini mengedepankan kepentingan dua pihak sehingga keputusannya bersifat win-win solutoin.

  Adapun mediator dalam sistem peradilan dikenal dengan istilah h{akam. Dalam Islam, perdamaian dikenal dengan istilah “is{lah{”. Is{lah{ menurut syara’ adalah memutuskan suatu persengketaan. Dengan demikian, Is{lah adalah suatu akad dengan maksud untuk mengakhiri suatu persengketaan antara dua belah pihak.

  Dalam al- Qur’an, Allah juga menjelaskan mengenai mediasi atau dengan kata lain adalah perdamaian, yaitu terdapat dalam surat al-Hujurat ayat 10 :

  َ َ ۡ أ َ ۡيَۡب ْاوُحِل ۡص ۡمُكَّلَعَل َ َّللَّٱ ْاوُقَّتٱَو ۡۚۡمُكۡيَوَخ أَف ٞةَوۡخِإ َنوُنِمۡؤُم لٱ اَمَّنِإ

  ١٠ َنوُ َحَۡرُت Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat 5 rahmat.

  Dalam proses penyelesaian sengketa di Pengadilan hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi. Hakim yang bertindak sebagai mediator adalah hakim yang tidak terlibat dengan pemeriksaan perkara yang akan di mediasi. Jika usaha mediasinya berhasil maka hal tersebut dipandang adil, dan ini sesuai dengan penjelasan Allah dalam Firman-Nya. Menyelesaikan sengketa tanpa ada pihak yang merasa menang atau kalah. Tetapi jika usaha tersebut gagal maka barulah proses pemeriksaan dilanjutkan.

5 Al-

  Qur’an dan tarjamahnya jus 1-30, Edisi Baru (Jakarta: Cv. Pustaka Agung Harapan,

  Mediator juga memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu mediasi. Mediator berperan aktif dalam menjembatani sejumlah pertemuan antara para pihak, desain pertemuan, memimpin, dan mengendalikan pertemuan, menjaga proses keseimbangan mediasi dan menuntut para pihak mencapai kesepakatan merupakan peran utama yang dimainkan oleh mediator.

  Mediator harus mempunyai kemampuan dan keahlian sehubungan dengan bidang atau masalah yang disengketakan, yang bertindak sebagai mdiator adalah: 1.

  Jika dalam wilayah pegadilan yang bersangkutan tidak ada meditor yang bersertifikat, semua hakim pada Pengadilan yang bersangkutan dapat ditempatkan dalam daftar mediator.

  2. Mediator bukan hakim yang bersertifikat dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan agar namanya ditempatkan dalam daftar mediator pada pengadilan yang bersangkutan.

  3. Jika pada pengadilan yang sama tidak terdapat hakim bukan pemeriksa perkara yang bersertifikat, maka hakim pemeriksa pokok perkara dengan atau tanpa sertifikat yang ditunjuk oleh Ketua Majelis hakim wajib menjalankan fungsi mediator.

  Pada akhirnya, berjalannya mediasi hingga berhasil memerlukan partisipasi dari para pihak serta mediatornya, juga tidak menuntut kemungkinan dari pihak-pihak lain, akan tetapi tugas pertama yang mendorong mediasi berjalan adalah hakim mediator. Hakim mediator juga harus membantu para pihak untuk memberi solusi dan keputusan terbaik bagi kedua belah pihak.

  Dalam menjalankan mediasi di pengadilan para hakim harus mempunyai niat untuk mengembangkan dakwah dalam arti memberikan sebuah pemahaman dan solusi dalam Permasalahan yang dimediasikan, karena kebanyakan orang berperkara tidak mengerti penyebab masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, hakim mediator harus tanggap dan berkompeten dalam menyikapi dan memberikan solusi kepada para pihak, sehingga para pihak bisa menerima solusi yang diberikan.

  Banyaknya kendala yang menghambat keberhasilan mediasi, para hakim mediatorpun juga menginginkan adanya peningkatan dalam proses keberhasilan mediasi. Di Pengadilan Agama Kota Madiun Perkara tertinggi yang masuk adalah perkara perceraian, karena dilihat dari volume perkara yang masuk ke pengadilan, sedangkan perkara yang banyak berhasil dalam proses mediasi yaitu perkara hadhonah. Adapun perkara yang tidak berhasil diselesaikan yaitu perkara perceraian khususnya, sengketa waris, dan sengketa wakaf.

  Sesuai data yang peneliti peroleh di Pengadilan Agama Kota Madiun, bahwa pada tahun 2016-2017 hanya ada peningkatan 5% saja.

  Dari 433 perkara perceraian yang terdiri dari (sisa tahun 2015 sebanyak 98 ditambah perkara tahun 2016 sebanyak 421) yang diajukan ke Pengadilan Agama Kota Madiun yang dalam proses selanjutnya menempuh mediasi sebanyak 116 perkara dan dari jumlah tersebut mediasi yang tidak berhasil mencapai kesepakatan berjumlah 110 perkara (99, 12%) sedangkan yang berhasil 5 perkara (0,88%).

  Sedangkan perkara pada tahun 2017 dari data praktik mediasi yang telah di lakukan di Pengadilan Agama Kota Madiun, yaitu 396 perkara yang diterima dan setelah diminiutir hanya ada 96 perkara saja yang dapat dilakukan proses mediasi. Dari 96 perkara tersebut hanya ada 9 perkara yang berhasil di mediasi, 50 perkara gagal dan sisanya masih dalam proses

  6

  mediasi. Adapun dari beberapa perkara perdata yang wajib di mediasi yang paling banyak masuk adalah perkara perceraian.

  Oleh karena itu, keberadaan hakim mediator adalah sangat urgen dalam proses mediasi di pengadilan, sehingga peneliti tertarik ingin mengetahui bagaimana proses mediasi yang di laksanakan di Pengadilan Agama Kota madiun dan upaya dalam meningkatkan tingkat keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun, dengan ini menulis skripsi yang berjudul

  “Analisis PERMA No. 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur

Mediasi di Pengadilan Terhadap Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan

Agama Kota Madiun

  ”.

  6

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian dapat dirumuskan berikut ini.

  1. Bagaimana analisis PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan Terhadap Proses Mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Agama Kota Madiun ? 2. Bagaiaman analisis PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan Terhadap Upaya Hakim Mediator dalam meningkatkan tingkat keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun ? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai peneliti yaitu:

  1. Untuk mengetahui analisis PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan Terhadap Proses Mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Agama Kota Madiun ? 2. Untuk mengetahui analisis PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan Terhadap Upaya Hakim Mediator dalam meningkatkan tingkat keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun ?

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan akan mampu memperoleh kegunaan sebagai berikut.

  1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah keilmuan dan bacaan agar terhindar dari pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan sebagai pegangan dalam menjalankan kewajiban bagi warga negara dalam hal masalah mediasi.

  2. Manfaat Praktis a.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala berfikir dan memperluas pengetahuan serta mendapat pengalaman praktis selama proses penelitian, baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

  b.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pintu dan bahan evaluasi kepada masyarakat madiun khususnya, dan umat Islam umumnya, yaitu penyelesaian masalah dengan damai seperti yang terdapat dalam ajaran Islam. Mengingat salah satu ajaran Islam yang sudah mulai ditinggalkan umatnya.

E. Telaah Pustaka

  Sesuai dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti mengambil beberapa buku sebagai referensi, selain itu penulis juga mempelajari penelitian hasil sebelumnya dalam bentuk karya ilmiah yang berupa skripsi yang digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan Permasalahan sebelumnya di antara karya ilmiah tersebut adalah sebagai berikut: Skripsi yang ditulis oleh Ulfiatul Azizah yang berjudul “Analisi

  Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 Terhadap Upaya-upaya Mediasi dalam Menyelesaikan Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Magetan”. Dari penelitiannya ia membahas mengenai sebab-sebab yang terjadi di lapangan apakah pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama 7 Magetan sudah sesuai dengan PERMA mediasi.

  Skripsi yang ditulis ol eh Putut Basuki yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Perceraian di Pengadilan Agama Ka b. Madiun”. Dari penelitiannya, ia membahas pengangkatan mediator pada proses mediasi dan tugas mediator di Pengadilan Agama Kabupaten Madiun 8 sejalan dengan Hukum Islam.

  Skripsi yang ditulis Muhammad Bisri Mustofa yang berjudul “Peran Hakim Mediator Dalam Proses Mediasi Perkara Perceraian Berdasarkan PERMA No.1 Tahun 2016 di Pengadilan Agama Tulungagung Ke las 1A”. Dari hasil penelitian diketahui bahwa proses mediasi di Pengadilan Agama Tulungangung sudah berjalan cukup baik

  7 Ulfiatul Azizah,”Analisi Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 Terhadap Upaya-upaya Mediasi dalam Menyelesaikan Perkara Perceraian d i Pengadilan Agama Magetan,” Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2010), 18. 8 Putut Basuki,”Tinjauan Hukum Islam terhadap Peceraian di Pengadilan Agama Kab. sesuai dengan PERMA No.1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di 9 pengadilan.

  Skripsi yang ditulis Ahmad Hartanto yang berjudul “Implementasi PERMA No.1 Tahun 2008 tentang mediasi di PA. Magetan (kajian sosiologis hukum)”. Dalam penelitainnya ia membahas formalitas upaya damai yang dilakukan oleh mediator dalam mengimplementasikan PERMA nomor 1 tahun 2008 serta membahas tentang faktor fasilitas dan sarana dalam membantu berlangsungnya proses mediasi di Pengadilan 10 Agama Kabupaten Magetan.

  Skripsi yang ditulis Mukhlis Ahmadi yang berjudul “Penerapan Hakim Mendamaikan Pihak-Pihak Yang Akan Bercerai di Pengadilan Agama

  Ponorogo (Perspektif UU No.7 Tahun 1999)”. Dalam penelitiannya ia membahas bagaimana penetapan asas hakim yang bersifat aktif dalam mendamaikan pihak-pihak yang berperan di Pengadilan 11 Agama Ponorogo.

  Berdasarkan beberapa penelitian di atas, dapat penulis katakan bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini terkait tempat penelitian, judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori serta kesimpulannya akan berbeda nantinya. Dalam penelitian ini penulis membahas 9

  “Analisis Muhammad Bisri Mustofa,”Peran Hakim Mediator dalam Proses Mediasi Perkara

Pereraian Berdasarkan PERMA No.1 Tahun 2016 Di Pengadilan Agama Tulungagung Kelas 1A,

  ” Skripsi (Ponorogo 2017, 10. 10 Ahmad Hartanto, Implementasi PERMA No. 1 Tahun 2008 Di Pengadilan Agama

Kabupaten Magetan (Kajian Sosiologis Hukum), Perpustakaan IAIN Ponorogo, Prodi Syariah

Ahwal Syakhshiyah. 2010, 73. 11 Mukhis Ahmadi, Penerapan Hakim Mendamaikan Pihak-Pihak yang akan Bercerai di

Pengadilan Agama Ponorogo (Perspektif UU No.7 Tahun 1999), Perpustakaan IAIN Ponorogo,

  PERMA No. 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Terhadap Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Ag ama Kota Madiun” F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian dan Pendekatan a.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah File research (Penelitian Lapangan) menggunakan pendekatan studi kasus.

  Penelitian lapangan (File research) pada hakikatnya merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realistik apa yang tengah terjadi pada suatu saat di tengah masyarakat. Jadi, mengadakan penelitian mengenai beberapa masalah aktual yang kini tengah berkecamuk dan mengekspresikan diri dalam bentuk gejala atau proses sosial. Dengan kata lain, penelitian lapangan (File research) itu pada umumnya bertujuan untuk memecahkan 12 masalah-masalah praktik dalam kehidupan sehari-hari.

  b.

  Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan Pendekatan

  Kualitatif. Adapun yang dimaksud penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi, dalam penelitian ini penulis berusaha semaksimal 12 mungkin menjabarkan suatu keadaan atau megambil masalah aktual yang ada di Pengadilan tersebut. Adapun data-data itu 13 diperoleh dengan jalan wawancara.

  2. Kehadiran Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis yang berjudul “Analisi PERMA

  No. 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Terhadap Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun

  ” merupakan penelitin lapangan, di mana penulis melaksanakan observasi dan wawancara kepada para hakim yang diangkat menjadi mediator di Pengadilan Agama Kota Madiun, sehingga penulis dapat menggali data langsung kepada para hakim mediator di Pengadilan Agama Kota Madiun.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Pengadilan Agama Kota Madiun, yang terletak di Jalan Ring Road No. 1, Madiun. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut karena ada beberapa permasalahan terkait dengan mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun, sesuai dengan topik yang peneliti pilih. Dengan memilih lokasi ini, peneliti di harapkan menemukan hal-hal yang baru berkaitan dengan analisis PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan terhadap pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun.

13 Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,

  4. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah 14 subjek dari mana data tersebut diperoleh. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa data, yaitu: a.

  Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh 15 secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), Yaitu ragam analisis PERMA No. 1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan terhadap pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun. Pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik wawancara (interview).

  b.

  Data sekunder, yaitu data yang pengumpulannya bukan diusahakan sendiri oleh peneliti yaitu berupa data kepustakaan yang berkaitan dengan mediator dan keberhasilan mediasi, undang-undang, jurnal hukum, skripsi dan lain sebagainya.

  5. Teknik Pengumpulan Data a.

  Wawancara Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau 16 responden. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam dan terstruktur di mana penulis membuat pertanyaan- 14 pertanyaan mengenai pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama

  Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2007, 107. 15 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010), 44. 16 Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: CV.

  Kota Madiun dan Upaya Hakim Mediator dalam meningkatkan tingkat keberhasilan mediasi di Pengadiln Agama Kota Madiun yang akan ditanyakan kepada informan, dimana objek wawancara adalah beberapa para hakim meditor yang ditunjuk oleh Pengadilan Agama Kota Madiun.

  b.

  Observasi (Observation) ` Observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kegiatan yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Di sini peneliti mengamati bagaimana proses mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun dengan terjun langsung ikut melaksanakan proses mediasi dengan para pihak yang berperkara.

  c.

  Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, 17 majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

  Untuk itu, dokumentasi sangat diperlukan sebagai bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian dan hasil dokumentasi digunakan untuk menunjang penelitian ini. Dalam proses ini,. peneliti menggunakan foto-foto dan pedoman wawancara serta

17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka

  hasil dokumentasi yang berupa arsip-arsip data tentang mediasi yang ada di Pengadilan Agama Kota Madiun .

6. Analisis Data

  Rancangan analisis data adalah berbagai alat analisis data agar rumusan masalah penelitian dapat terpecahkan, hipotesis penelitian dapat dibuktikan atau diujikan dan akhirnya tujuan penelitian dapat tercapai seperti halnya teknik dalam menentukan sampel dan teknik pengumpulan data, maka teknik atau alat analisis data penelitian harus dipersiapkan atau direncanakan secara seksama pula. Menurut Sugiyono, tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum mulai sejak reduksi data (data reduction), penyajian data (data

  display ), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing Verication).

  a.

  Reduksi Data (Data Reduction) Menurut Miles dan Huberman, reduksi data diartikan sebagai pemilihan, pemutusan perhatian penyederhanaan, pengabstrakan, dan trasformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Berkaitan dengan tema penelitian ini, setelah data-data terkumpul maka data yang berkaitan dengan masalah pandangan para hakim terhadap proses mediasi di Pengadilan Agama Kota Madiun diambil yang penting dan fokus pada pokok permasalahan. b.

  Penyajian Data (Data Display) Miles dan Huberman mengemukakan bahwa penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambalian tindakan. Penyajian yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif pada masa lalu adalah teks naratif.

  c.

  Kesimpulan (Concclustion Drawing Verifikation) Penarikan kesimpulan sebenarnya hanyalah sebagian kegiatan dari konfigurasi utuh. Kesimpulan diverifikasi selama kegiatan berlangsung. Verifikasi mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis suatu tinjauan ulang pada catatan lapangan. 18 7. Pengecekan Keabsahan Data

  Untuk menguji kredibilitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. 18 Sugiyono, Metode Penelititian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alvabeta,

  Mathinson mengemukakan bahwa nilai teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh meluas, tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

G. Sistematika Pembahasan

  Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, maka penulis membagi sistematika pembahasan dalam lima bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Masing-masing ada keterkaitan atau relevansinya dan terpadu dalam suatu bab pembahasan. Adapun sistematika pembahan skripsi ini, secara garis besar digambarkan sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan gambaran umum untuk memberi pola pemikiran bagi keseluruhan skripsi ini, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

  BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI Merupakan uraian tentang teori-teori sebagai pijakan dalam skripsi ini sehingga perlu menyampaikan pembahasan tentang pengertian mediasi dan mediator dalam sistem peradilan, dasar hukum mediasi dalam hukum positif, peran-peran mediator, keterampilan dan bahasa mediator, orang yang berhak menjadi mediator.

  BAB III : MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA KOTA MADIUN Memuat pembahasan tentang profil Pengadilan Agama Kota Madiun ,berupa data umum dan data khusus dari hasil penelitian di Pengadilan Agama Kota Madiun . BAB IV : ANALISIS PELAKSANAAN MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA KOTA MADIUN Memuat analisis mengenai data-data yang diperoleh penulis di Pengadilan Agama Kota Madiun, dan kemudian di analisis dengan teori yang penulis pakai yaitu PERMA No. 1 Tahun 2016.

  BAB V : PENUTUP sebagai penutup yang terdiri dari kesimpulan dari rumusan masalah yang merupakan hasil maksimal dari pembahasan skripsi ini. selain itu memuat saran-saran sebagai konstribusi penulis terhadap permasalahan yang dibahas.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI A. Pengertian Mediasi dalam Hukum Islam dan Sistem Peradilan 1. Mediasi dalam Hukum Islam Mediasi dalam hukum Islam dikenal dengan istilah as{s{ulh{,

  yang artinya perdamaian atau upaya damai. Jika dipelajari dengan seksama ketetepan Allah dan ketentuan Rasul-Nya mengenai mediasi yang terdapat di dalamal-

  Qur’an dan kitab-kitab hadis yang shahih, kita segera dapat mengetahui tujuan Hukum Islam. Secara umum, sering dirumuskan bahwa tujuan Hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia didunia dan diakhirat kelak, dan kemaslahatan hidup 19 manusia, baik jasmani, rohani, individual, dan sosial.