ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI NO. 77/DSN-MUI/V/2010 TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI (Studi Pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

  

ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI NO. 77/DSN-MUI/V/2010

TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

(Studi Pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim

Bandar Lampung)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

  

INDRA SUWANDA

NPM : 1421030233

Program Studi : Muamalah

FAKULTAS SYARI’AH

  

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1439 H/2018 M

  ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI NO. 77/DSN-MUI/V/2010 TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI (Studi Pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung) SKRIPSI

  Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

  Oleh :

  INDRA SUWANDA NPM : 1421030233 Pembimbing I : Drs. H. Haryanto H., M.H.

  Pembimbing II : Hj. Linda Firdawaty, S.Ag., M.H.

  FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H/2018 M

  

ABSTRAK

  Jual beli emas secara tidak tunai atau kredit adalah cara menjual atau membeli dengan pembayaran yang tidak secara tunai (pembayaran ditangguhkan atau diangsur). Emas, yang sering dilirik oleh sebagian orang sebagai salah satu media investasi pun tidak luput dari pengaruh sistem jual beli angsuran. Terhadap fenomena yang sering terjadi di masyarakat mengenai jual beli emas secara tidak tunai tersebut tentunya menimbulkan kebingungan di masyarakat mengenai status hukumnya dalam tinjauan hukum Islam. Menyikapi hal tersebut Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga yang memiliki otoritas dalam mengeluarkan fatwa mengeluarkan fatwa DSN-MUI Nomor 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai. Setelah melihat beberapa pertimbangan, diperoleh kesimpulan bahwa hukum jual beli emas secara tidak tunai baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, jaiz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang).

  Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Apakah Implementasi Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai Pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor mengetahui apakah implementasi jual beli emas secara tidak tunai pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan sumber data primer dan data sekunder, metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara interview (wawancara), dan dokumentasi, kemudian teknik pengolahan data dilakukan dengan cara editing,

  

reconstructing, systematizing, yang kemudian dianalisis dalam bentuk kualitatif

yang kemudian disampaikan secara deduktif dan induktif.

  Dari hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa hasil analisis pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung mengenai jual beli emas secara tidak tunai sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 77/DSN- MUI/V/2010.

  

MOTTO

         

      

  Artinya :

  “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam

perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu.” (QS. An-

  1 Nisa‟ ayat 29).

  1 Kementrian Agama RI, Al- Qur‟an Al-Wasim Tajwid Kode Transliterasi Per Kata

  

PERSEMBAHAN

  Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT dan dari hati yang terdalam, penulisan skripsi ini penulis persembahkan kepada :

  1. Kedua orang tua ku, Ayahanda Bulhasan (Alm) dan Ibundaku Junaiti yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat dengan penuh cinta dan kasih sayang, serta memberikan pengertian, perhatian, masukan dan support kepada anaknya dalam hal apapun;

  2. Kakak dan adikku tersayang, Johansyah (Alm), Evi Herawati, Safitri besar yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik; 3. Almamater tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

RIWAYAT HIDUP

  Indra Suwanda lahir di Tanjung Aman pada tanggal 1 Juni 1995. Ia terlahir dari pasangan Bapak Bulhasan (Alm) dan Ibu Junaiti orang tua yang begitu luar biasa dan sangat berarti bagi penulis. Dan lima orang kakak : Johansyah (Alm), Evi Herawati, Safitri Anggraini, Suriyati, dan Sukmawati, serta satu orang adik Sefriyansyah yang sangat penulis sayangi dan cintai.

  Pendidikan dimulai dari SD Negeri 07 Seluma Bengkulu Selatan, selesai pada tahun 2008, SMP Yos Sudarso Bandar Jaya Terbanggi Besar, selesai pada 2014, dan mengikuti pendidikan tingkat perguruan tinggi pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung mengambil jurusan Mu‟amalah (Hukum Ekonomi Syari‟ah) dimulai pada semester I TA. 2014.

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa ilmu pengetahuan, petunjuk, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Studi Kasus Pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi syafaatnya sangat kita nantikan di hari akhir kelak.

  Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung dibawah bimbingan dari dosen pembimbing serta atas bantuan dari berbagai pihak. Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis berterimakasih kepada:

  1. Dr. Alamsyah, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung yang senantiasa tanggap terhadap kesulitan-kesulitan para mahasiswa;

  2. H.A. Khumedi Ja‟far, S.Ag., M.H. selaku Ketua Jurusan Mu‟amalah Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung; 3.

  Drs. H. Haryanto H., M.H. selaku Wakil Dekan II dan sekaligus Pembimbing I yang dengan tulus telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

  4. Hj. Linda Firdawaty, S.Ag., M.H. selaku Pembimbing II yang telah tulus telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan; 5. Bapak dan Ibu Dosen dan segenap civitas akademika Fakultas Syari‟ah

  UIN Raden Intan Lampung; 6. Guru-Guruku yang telah memberikan pembelajaran berharga dan tidak akan pernah terlupakan.

  Didiek Permadi, S.E., Indah Nurullia Amd., Aulia Rahman, dan Maron Wahyudi, selaku pihak dari PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung yang telah bersedia diwawancarai oleh penulis; 8. Kedua orang tua angkat ku Bapak Sudiman dan Ibu Noniah yang sudah seperti orang tua saya sendiri dan sudah banyak membantu serta memberikan dukungan dalam hal apapun; 9. Edo Yolanda SN, S.E., Ipul RS, S.Sos., Kim Ferry, Amd., yang telah banyak member dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini; 10. Sahabat seperjuangan yang sudah seperti keluarga (Nizami Ali, Siti

  Masithah, Sanestia Eriawati, Sinta Yulia Marta, Pamela Nanda Casabella, Ulfa Andriani, Anggun Insani Rahiem, dan Anggun Destiani)

  11. Teman-teman seperjuangan ku Muamalah D angkatan 2014, terkhusus Mu‟amalah D yang telah memberikan makna dan arti kebersamaan dan menorehkan sebuah kenangan yang tak terlupakan;

  12. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap pembaca kiranya dapat memberikan masukan, saran-saran guna melengkapi dan lebih sempurnanya penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat, tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk para pembaca. Aamiin.

  Bandar Lampung, Penulis Indra Suwanda

  

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii PENGESAHAN ........................................................................................... iii MOTTO ....................................................................................................... iv PERSEMBAHAN ......................................................................................... v RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................. x

  BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ............................................................. 1 B. Alasan Memilih Judul ..................................................... 2 C. Latar Belakang Masalah .................................................. 3 D. Rumusan Masalah ........................................................... 7 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................... 7 F. Metode Penelitian ............................................................ 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Jual Beli Menurut Hukum Islam ..................................... 12 1. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli ..................... 12 2. Syarat dan Rukun Jual Beli ....................................... 16 3. Macam-macam Jual Beli ........................................... 21 4. Khiar dalam Jual Beli ................................................ 27 5. Manfaat dan Hikmah Jual Beli .................................. 28 B. Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai ................................................ 29 1. Latar Belakang ........................................................... 29 2. Dasar Hukum ............................................................. 30 3. Pendapat Para Ulama ................................................. 34

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung ............................................................. 43 1. Sejarah Berdirinya ..................................................... 43 2. Visi dan Misi ............................................................. 48 3. Struktur Organisasi .................................................... 49 4. Produk dan Jasa ......................................................... 59 B. Praktik Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai Pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung .................... 68 BAB IV ANALISIS DATA Analisis Implementasi Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 Pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim ....................... 73 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................... 83 B. Saran ............................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebelum menjelaskan secara keseluruhan materi ini terlebih dahulu akan

  diberikan penegasan dan pengertian yang terkandung di dalamnya agar tidak terjadi kesalahan dan kerancuan persepsi dalam memahami skripsi ini. Skripsi ini berjudul

  “ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI NO. 77/DSN-

MUI/V/2010 TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

”, maka

  perlu ditemukan istilah atau kata-kata penting agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam memberikan pengertian bagi pembaca sebagai berikut:

  Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas

Secara Tidak Tunai.Fatwa ini muncul karena dilatarbelakangi oleh kebiasaan

  masyarakat pada saat ini yang sering melakukan transaksi jual beli dengan cara pembayaran tidak tunai, baik itu dengan menggunakan sistem angsuran maupun secara tangguh. Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010adalah fatwa yang memberikan kejelasan tentang kebolehan untuk melakukan transaksi jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, jaiz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang).Akan tetapi kebolehan tersebut ada ketentuannya yakni harga jual(tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada

  

2

perpanjangan waktu setelah jatuh tempo.

  Jual Beli Emas Secara Tidak Tunaiadalah jual beli yang dilakukan

  dengan sistem angsuran atau kredit, sehingga dapat dikatakan bahwa jual beli emas secara tidak tunai adalah jual beli emas yang dilakukan secara kredit.

  Berdasarkan penegasan judul di atas, maksud judul dari skripsi ini adalah sebuah penelitian yang membahas masalah analisis hukum Islam tentang jual beli emas secara tidak tunai berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai pada PT Pegadaian Syariah UPSWay

B. Alasan Memilih Judul Alasan memilih judul “Analisis Implementasi Fatwa DSN-MUI No.

  77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Studi Pada PT Pegadaian Syariah UPS

  Way Halim Bandar Lampung)” yaitu: 1. Secara Objektif, adanya perbedaan pendapat tentang hukum boleh atau tidaknya melakukan transaksi jual beli emas secara tidak tunai sehingga menarik bagi penulis untuk menganalisis hukum jual beli emas secara tidak tunai tersebut dengan melihat dari Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN- MUI/V/2010 dan melihat bagaimana implementasinya di PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung.

2 Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak

2. Secara Subjektif : a.

  Bahan-bahan informasi atau buku-buku yang tersedia sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan topik penelitian cukup banyak sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian; b. Judul skripsi ini merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari dibangku kuliah khususnya jurusan Muamalah Fakultas Syari

  ‟ah UIN Raden Intan Lampung; c. Permasalahan ini belum pernah dibahas dalam judul skripsi tahun sebelumnya, khususny a di Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan

C. Latar Belakang Masalah

  Kegiatan ekonomi yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat pada umumnya adalah transaksi jual beli.Menurut pengertian syariat, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela.Atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah).Dalam hal ini, terjadilah peristiwa hukum jual beli yang terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli terlibat dua pihak yang saling menukar atau melakukan

  3

  pertukaran. Untuk melakukan kegiatan jual beli, Islam menghendaki agar dilakukan dengan cara yang luas agar tercapai syarat sah jual beli. Adapun syarat

  4

  sah jual beli adalah sebagai berikut : 1.

  Saling rela antara kedua belah pihak; 3 4 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h. 138.

  Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media

  2. Pelaku akad adalah orang yang diperbolehkan melakukan akad yaitu orang yang telah baligh, berakal, dan mengerti;

  3. Harta yang menjadi objek transaksi telah dimiliki sebelumnya oleh kedua belah pihak;

4. Objek transaksi adalah barang yang diperbolehkan oleh agama; 5.

  Objek transaksi adalah barang yang dapat diserahterimakan; 6. Objek jual beli harus diketahui oleh kedua belah pihak pada saat akad; 7. Harga harus jelas saat transaksi.

  Kegiatan jual beli hendaknya tidak dijadikan ajang bisnis yang kurang sehat, dalam arti pihak yang mengadakan transaksi tidak merasa dirugikan.Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 29 :

  





  Artinya :

  “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali

5 dalamperdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu”.

  Berdasarkan ayat di atas bahwa manusia dilarang memperoleh harta dengan jalan batil (tidak benar) yang akan merugikan orang lain. Islam mengajarkan kepada umatnya agar memperoleh harta dengan jalan yang baik dan benar serta tidak merugikan orang lain. Setiap umat Islam boleh melakukantransaksi jual beli tetapi harus sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh syariat serta tidak boleh merugikan atau menipu orang lain. 5 Departemen Agama RI, Al-

  Qur‟an dan Terjemahannya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, Pada dasarnya jual beli adalah memindahkan barang dari tangan penjual ketangan pembeli barang yang dapat dimanfaatkan oleh si pembeli didasarkan atas saling rela.Jual beli sendiri ada dua macam yaitu jual beli secara tunai dan jual beli secara tidak tunai yang biasa disebut kredit.

  Jual beli secara kredit adalah suatu pembelian yang dilakukan terhadap suatu barang, yang pembayaran harga barang tersebut dilakukan secara berangsur- angsur sesuai dengan tahapan pembayaran yang telah disepakati kedua belah

  6 pihak (pembeli dan penjual).

  Jual beli secara kredit yang lazim dilakukan oleh masyarakat dewasa ini syariah.Pegadaian syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang menjalankan transaksi maupun akad-akad pada produk yang dikeluarkannya menurut syariat Islam.Dalam hal ini pegadaian syariah berarti menjalankan kegiatan perekonomian untuk memenuhi kebutuhan di masyarakat melalui ketentuan yang sesuai dengan syariat Islam.

  Dasar hukum mengenai kebolehan melakukan transaksi jual beli emas secara tidak tunai memang tidak ditunjuk secara khusus di dalam Al- Qur‟an.Sebaliknya di dalam hadis Nabi, ditemukan beberapa hadis Nabi yang menjelaskan tentang jual beli emas tersebut.Akan tetapi, isi dari hadis-hadis tersebut mensyaratkan bahwa jual beli emas tersebut harus dilakukan secara tunai dalam artian proses serah terima antara penjual dan pembeli harus dilakukan pada saat itu juga. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam hadis Nabi riwayat 6 Muslim, Tirmidzi, Nasa‟i, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad, dari Umar bin Khattab, Nabi SAW bersabda :

  ٚ ْلَا ...َءاَىَوَءاَىَّلاِإ اًبِر ِقِرَوْل اِب ُبَىَّذ

  Artinya :

  “(Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai”.

  Dalam hal ini tentu dibutuhkan suatu ijtihad dan pertimbangan- pertimbangan yang matang dalam menentukan suatu hukum yang berbeda jalur dari apa yang telah ditetapkan dalam nash.

  Menyikapi hal ini MUI, melalui fatwa yang dikeluarkan setelah mempertimbangkan hal tersebut dengan melihat dan berpedoman kepada Al- Qur‟an, hadis, kaidah fiqh dan ushul fiqh, serta setelah memperhatikan pendapat para Ulama akhirnya MUI mengeluarkan Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN- MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai yang dalam fatwa tersebut diberikan keterangan bahwa hukum jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, jaiz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang).

  Dalam fatwa tersebut juga diberikan batasan dan ketentuan mengenai kebolehan jual beli emas secara tidak tunai yaitu:

  1. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada perjanjian waktu setelah jatuh tempo;

7 Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram, h. 335, terj. Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-

2. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan

  (rahn); 3. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 tidak boleh dijualbelikan atau dijadikan obyek akad lain yang menyebabkan perpindahan kepemilikan.

  Mengenai Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai tersebut menarik bagi penulis untuk meneliti permasalahan di atas dengan judul

  “Analisis Implementasi Fatwa DSN-MUI No.

77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Studi Kasus m Bandar Lampung)”.

  D. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang akan diangkat adalah sebagai berikut :Apakah Implementasi Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai Pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 77/DSN-MUI/V/2010?

  E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  1. Tujuan Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

  :untuk mengetahuiapakah implementasi jual beli emas secara tidak tunai pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 77/DSN-MUI/V/2010.

  2. Kegunaan Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan pada masyarakat pembaca khususnya tentang implementasi jual beli emas secara tidak tunai pada PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung.

F. Metode Penelitian

  1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang mengambil

  Lampung.Sedangkan penelitian ini bersifat deskriptif analistis yakni menggambarkan data dan informasi lapangan berdasarkan sebagaimana adanya pada waktu penelitian dilakukan, kemudian di analisa secara mendalam.

  2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder.

  a.

  Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti atau ada hubungannya dengan obyek yang diteliti atau data yang diperoleh berdasarkan pengukuran secara langsung oleh peneliti

  8

  dari sumbernya (subyek peneliti). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada pihak PT Pegadaian 8 Syariah UPSWay Halim Bandar Lampung yang memahami langsung

  Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta: PT tentang mekanisme jual beli emas secara tidak tunai pada PT Pegadaian Syariah UPSWay Halim Bandar Lampung.

  b.

  Data Sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan telah terdokumentasikan sehingga peneliti tinggal menyalin data tersebut

  9

  untuk kepentingan penelitiannya. Dalam penelitian ini adalah berupa dokumen-dokumen, literatur, serta informasi lain yang tertulis dan berkaitan dengan jual beli emas secara tidak tunai.

  3.Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

  Interview (wawancara), merupakan proses memperoleh penjelasan untuk mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab bisa dengan cara tatap muka secara langsung ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang

  10

  diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman. Dalam hal ini penulis akan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung kepada pihak PT Pegadaian Syariah UPSWay Halim Bandar Lampung untuk mendapatkan informasi atau keterangan dan data; b.

  Dokumentasi, merupakan metode pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek peneliti, namun melalui dokumen. Dokumen yang 9 dapat digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan notulen

  Zainal Mustofa, Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 92. 10 M. Burhan Bungiz, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media

  11 rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya.

  Dalam hal ini penulis akan mencari dokumen tentang mekanisme produk jual beli emas secara tidak tunai di PT Pegadaian Syariah UPSWay Halim Bandar Lampung.

  4.Pengolahan Data

  12 Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara: a.

  Pemeriksaan Data (Editing) Yaitu mengkoreksi apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar, dan sudah sesuai atau relevan dengan masalah;

  Rekonstruksi Data (Reconstructing) Yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan; c.

  Sistematisasi Data (Systematizing) Yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.

  5. Analisa Data Dalam penelilitan ini analisis data dilakukan dalam bentuk kualitatif yaitu dengan cara menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, lengkap, dan rinci menurut pembahasan yang telah ditentukan.

  Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan cara deskriptif yaitu menguraikan dan menjelaskan seluruh permasalahan yang ada secara tegas dan jelas tentang data yang berkaitan dengan masalah jual beli emas 11 12 Susiadi.,Op.Cit., h. 115.

  Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya secara tidak tunai menurut Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 pada PT Pegadaian Syariah UPSWay Halim Bandar Lampung, kemudian penjelasan tersebut disampaikan secara deduktif dan induktif yaitu menarik suatu kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum ke khusus sehingga hasil penelitian ini dapat mudah dipahami dengan baik.

BAB II LANDASAN TEORI A. Jual Beli Menurut Hukum Islam

1. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli

  Secara etimologi, jual beli berarti al-mubadalah (saling tukar- menukar/barter).

13 Jual beli merupakan istilah yang dapat digunakan untuk

  menyebut dari dua sisi transaksi yang terjadi sekaligus, yaitu menjual dan membeli.

  14 15 a.

  Menurut ulama Hanafiah, jual beli adalah

  ٍصْوُصَْمَ ٍوْجَو ىَلَع ٍلاَِبِ ٍلاَم ُةَل َد اَبُم

  “Pertukaran harta (benda) dengan harta (yang lain) berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).

  b.

  Menurut Imam Nawawi, jual beli adalah

  اًكْيِلَْتَ ٍلاَِبِ ٍلَمُةَلَ باَقُم “Pertukaran harta dengan harta (yang lain) untuk kepemilikan”.

  13 Sayid Sabiq, Fikih Sunah, (Bairut: Dar al-Fikr, 1403 H/1983 M, Jilid 3), h. 126. 14 Imam Mustofa, Fiqh Mu‟amalah Kontemporer, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h. 21. 15 Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia Aspek Hukum Keluarga dan Bisnis,

(Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan IAIN Raden Intan Lampung, 2015), h. 139- c.

  Menurut Ibnu Qudamah, jual beli adalah

  اًكُّلََتََواًكْيِلَْتَ ِلاَمْلاِب ِلاَمْلاُةَلَداَبُم

  “Pertukaran harta dengan harta (yang lain) untuk saling menjadikan milik”.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan syara‟ (hukum Islam).

  Mengenai dasar hukum jual beli adalah jaiz atau mubah (boleh).Hal ini berdasarkan kepada dalil Al- Qur‟an, Hadist, dan Ijma. Adapun dalil dalam

  Alquran terdapat dalam: a.

  QS. Al-baqarah, ayat 275

  

  Artinya :

  “… Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” 16 b.

  QS. Al-Baqarah, ayat 282

   

16 Departemen Agama RI, Al-

  Qur‟an dan Terjemahannya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara,

   

  Artinya :

  “Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu melakukan utang-piutang untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya maka hendaklah dia menuliskan.Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah (Tuhannya) dan

  17 janganlah dia mengurangi daripadanya sedikitpun” c.

  QS. An-Nisa‟ ayat 29

    

  Artinya :

  “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.Sungguh, Allah Maha

18 Penya yang kepadamu.”

  Adapun dasar hukum jual beli dalam hadis adalah sebagai berikut: a. Hadis Rasulullah Saw. yang diriwayatkan Rif‟ah bin Rafi‟ al-Bazar dan 17 Hakim:

  Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahannya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2013), h. 48. 18 Departemen Agama RI, Al-

  Qur‟an dan Terjemahannya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara,

  • ٜٔ

  َأ – ملسو ويلع وَّللا ىلص ِهِدَيِب ِلُج َّرلا ُلَمَع : َلاَق ُلَضْفَأ ْوَأ ِبْسَكْلا ُّى ِوَّللا ُلوُسَر َلِعُس

  .ٍروُرْ بَم ٍعْيَ ب ُّلُكَو

  Artinya :

  “Rasulullah Saw. bersabda ketika ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan yang paling baik: Rasulullah ketika itu menjawab: pekerjaan yang dilakukan dengan tangan seseorang sendiri dan setiap jual beli yang diberkati (jual beli yang jujur tanpa diiringi kecurangan).

  b.

  Rasulullah Saw. bersabda

  ٕٓ .ضارت نع عيبلا انمإ : ملسو ويلَع وّللا ىلص وّللا لوسر لاق

  Artinya :

  “Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya jual beli itu harus atas dasar saling merelakan”.

  c.

  Hadis Rasulullah Saw. yang diriwayatkan Sufyan dari Abu Hamzah dari Hasan dari Abi Sa‟id:

  • – ملسو ويلع وَّللا ىلص – َلاَق ِِّبَِّنلا ِنَعٍدْيِعَس ِبَِأ ْنَع ِنَسَْلْا ِنَعَةَزَْحَ ِبَِأ ْنَع َناَيْفُس ْنَع

  ٕٔ .ِءاَدَهُّشلاَو َينِقيِّدِّصلاَو َينِّيِبَّنلا َعَم ُينِمَلأا ُقوُدَّصلا ُرِجاَّتلا :

  Artinya :

  “Dari Sufyan dari Abu Hamzah dari Hasan dari Abi Sa‟id dan Nabi Saw. bersabda: pedagang yang jujur dan terpercaya itu sejatinya

(tempatnya di surga ) dengan para Nabi, shiddiqin, dan syuhada”.

  Sementara legitmasi dari

  ijma‟ adalah ijma‟ ulama dari berbagai kalangan

  mazhab telah bersepakat akan disyariatkannya dan dihalalkannya jual beli. Jual 19 20 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram, (Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 329.

  Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid XII, (Al- 21 Ma‟arif, t.t), h. 71. beli sebagai mu‟amalah melalui sistem barter telah ada sejak zaman dahulu. Islam datang memberi legitmasi dan memberi batasan atau aturan agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi kezaliman atau tindakan yang dapat merugikan salah satu pihak.

  22

2. Syarat dan Rukun Jual Beli

  Oleh karena, perjanjian jual beli merupakan perbuatan hukum yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini a.

   Rukun Jual Beli

  23

  1) Penjual dan pembeli, baik penjual dan pembeli mempunyai syarat- syarat. Syarat-syaratnya adalah: a)

  Berakal, agar dia tidak tertipu, orang yang gila termasuk tidak sah jual belinya; b)

  Dengan kehendak sendiri, bukan dipaksa (suka sama suka);

  c) Tidak mubazir;

d) Baligh.

  2) Uang dan benda yang dibeli, syaratnya yaitu:

  a) Suci, barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan;

22 Imam Mustofa, Op.Cit.,h. 25.

  23 b) Ada manfaatnya, tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya; c)

  Barang itu dapat diserahkan;

  d) Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan yang diwakilinya, atau yang mengusahakan.

  3) Shighat (ijab qabul), yaitu persetujuan antara pihak penjual dan pihak pembeli untuk melakukan transaksi jual beli, dimana pihak pembeli menyerahkan uang dan pihak penjual menyerahkan barang (serah terima), baik transaksi menyerahkan barang lisan maupun tulisan.

  24

b. Syarat Sahnya Jual Beli

  1) Subjek jual beli, yaitu penjual dan pembeli harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:

a) Berakal, yaitu dapat membedakan atau memilih mana yang terbaik

  bagi dirinya, oleh karena apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual beli yang dilakukan tidak sah. Hal ini sebagaimana firman Allah: ....

  Artinya :

  “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu”

  25

  24 Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahannya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2013), h. 77. 25 Departemen Agama RI, Al-

  Qur‟an dan Terjemahannya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, b) Dengan kehendak sendiri (bukan paksaan), maksudnya bahwa dalam melakukan transaksi jual beli salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau paksaan kepada pihak lain, sehingga pihak lain pun dalam melakukan transaksi jual belikarena kehendaknya sendiri. Oleh karena itu jual beli yang dilakukan bukan atas dasar kehendak sendiri adalah tidak sah. Hal ini sebagaimana firman Allah:

   

  Artinya :

  “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka

  26 sama suka di antara kamu”

  c) Keduanya tidak mubazir, maksudnya bahwa para pihak yang mengikatkan diri dalam transaksi jual beli bukanlah orang-orang yang boros (mubazir), sebab orang yang boros menurut hukum dikatakan sebagai orang yang tidak cakap bertindak, artinya ia tidak dapat melakukan sendiri suatu perbuatan hukum meskipun hukum tersebut menyangkut kepentingan semata; d)

  Baligh, yaitu menurut hukum Islam (fiqih), dikatakan baligh 26 (dewasa apabila telah berusia 15 tahun bagi anak laki-laki dan telah

  Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahannya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, datang bulan (haid) bagi anak perempuan, oleh karena yaitu transaksi jual beli yang dilakukan anak kecil adalah tidak sah namun demikian bagi anak-anak yang sudah dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk, tetapi ia belum dewasa (belum mencapai usia 15 tahun dan belum bermimpi atau belum haid), menurut sebagian ulama bahwa anak tersebut diperbolehkan untuk melakukan perbuatan jual beli, khususnya untuk barang-barang kecil dan tidak bernilai tinggi.

  2) Objek jual beli, yaitu barang atau benda yang menjadi sebab terjadinya berikut: a)

  Suci atau bersih barangnya, maksudnya bahwa barang yang diperjual belikan bukanlah barang atau benda yang digolongkan sebagai barang atau benda najis atau yang diharamkan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW :

  َعْيَ ب َمَّرَح ُوَلْوُسَرَو َوَّللا َّنِا : َلاَق .م.ص ِوَّللا َلْوُسَر َّنَا ُوْنَع ُوَّللا َيِضَررِباَج ْنَع ٕٚ

  )ملسمو ىراخبلا هاور( ماَنْصَلاْاَوِرْيِزْنِْلْاَو ِةَت ْيَمْلاَوِرْمَْلْا

  Artinya :

  “Dari Jabir RA Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah dan RasulNya mengharamkan jual beli arak, bangkai, babi, dan berhala”.

  27 b) Barang yang diperjual belikan dapat dimanfaatkan, maksudnya barang yang dapat dimanfaatkan tentunya sangat relatif, karena pada dasarnya semua barang yang dijadikan sebagai objek jual beli adalah barang-barang yang dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi, misalnya beras, kue, ikan, buah-buahan dan lain sebagainya;

  c) Barang atau benda yang diperjual belikan milik orang yang melakukan akad, maksudnya bahwa orang yang melakukan perjanjian jual beli atas sesuatu barang adalah pemilik sah barang tersebut atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang tersebut;

  Barang atau benda yang diperjual belikan dapat diserahkan, maksud disini bahwa barang atau benda yang diperjual belikan dapat diserahkan di antara kedua belah pihak (penjual dan pembeli).

  e) Barang atau benda yang diperjual belikan dapat diketahui artinya bahwa barang atau benda yang akan diperjual belikan dapatdiketahui banyaknya, beratnya, kualitasnya, dan ukuran- ukuran lainnya; f)

  Barang atau benda yang diperjual belikan tidak boleh dikembalikan, artinya bahwa barang atau benda yang diperjual belikan tidak boleh dikaitkan atau digantungkan kepada hal lain. 3)

  Lafaz (ijab kabul) jual beli, yaitu suatu pernyataan atau perkataan kedua belah pihak (penjual dan pembeli) sebagai gambaran kehendaknya dalam melakukan transaksi jual beli. Dalam ijab kabul ada syarat-syarat yang harus diperlukan antara lain: a)

  Tidak ada yang memisahkan antara penjual dan pembeli, maksudnya bahwa janganlah pembeli diam saja setelah penjual menyatakan ijabnya. Begitu juga sebaliknya;

  b) Janganlah diselangi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul;

  c) Harus ada kesesuaian antara ijab dan kabul;

  d) Ijab dan kabul harus jelas dan lengkap, artinya bahwa pernyataan ijab dan kabul harus jelas, lengkap, dan pasti, serta tidak

e) Ijab dan kabul harus dapat diterima oleh kedua belah pihak.

3.Macam-Macam Jual Beli

  28 Berkenaan dengan hal ini, Wahbah al-Juhaili membagi : a.

  Jual beli yang dilarang karena ahliah atau ahli akad (penjual dan pembeli), antara lain : 1)

  Jual beli orang gila Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan orang yang gila tidak sah, begitu juga jual beli orang yang sedang mabuk juga dianggap tidak sah, sebab ia dipandang tidak berakal. 2)

  Jual beli anak kecil

  28

  Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan anak kecil (belum

  mummazzis ) dipandang tidak sah, kecuali dalam perkara-perkara yang ringan.

  3) Jual beli orang buta

  Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli yang dilakukan orang buta tanpa diterangkan sifatnya dipandang tidak sah, karena ia dianggap tidak bisa membedakan barang yang jelek dan yang baik, bahkan menurut ulama Syafi‟iyah walaupun diterangkan sifatnya tetap dipandang tidak sah. Jual beli Fudhul

  Yaitu jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya, oleh karena itu menurut para ulama jual beli yang demikian dipandang tidak sah, sebab dianggap mengambil hak orang lain (mencuri). 5)

  Jual beli orang yang terhalang (sakit, bodoh, atau pemboros) Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan oleh orang-orang yang terhalang baik karena ia sakit maupun kebodohannya dipandang tidak sah, sebab ia dianggap tidak punya kepandaian dan ucapannya dipandang tidak dapat dipegang.

  6) Jual beli Malja‟ Yaitu jual beli yang dilakukan oleh orang yang sedang dalam bahaya.

  Jual beli yang demikian menurut kebanyakan ulama tidak sah, karena dipandang tidak normal sebagaimana yang terjadi pada umumnya. b.

  Jual beli yang dilarang karena objek jual beli (barang yang

  29

  diperjualbelikan), antara lain : 1)

  Jual beli Gharar Yaitu jual beli barang yang mengandung kesamaran. Jual beli yang demikian tidak sah.

  2) Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan

  Maksudnya bahwa jual beli barang yang tidak dapat diserahkan, seperti burung yang ada di udara dan ikan yang ada di air dipandang tidak sah, karena jual beli seperti ini dianggap tidak ada kejelasan yang

  3) Jual beli Majhul

  Yaitu jual beli barang yang tidak jelas, misalnya jual beli singkong yang masih ditanah, jual beli buah-buahan yang baru berbentuk bunga, dan lain-lain. Jual beli seperti ini menurut jumhur ulama tidak sah karena akan mendatangkan pertentangan di antara manusia.

  4) Jual beli sperma binatang

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESESUAIAN AKAD PENGALIHAN HUTANG (TAKE OVER) MENURUT FATWA DSN-MUI (Studi Pada Bank BRISyariah KCP Pringsewu) - Raden Intan Repository

0 0 136

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL JAMINAN TERHADAP BIAYA IJARAH MARHUN (Studi Pada Pegadaian Syari‟ah KC Raden Intan Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 137

ANALISIS PEMBIAYAAN RAHN EMAS TERHADAP FEE BASED INCOME DI BANK SYARIAH (Studi Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Kedaton Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 2 111

ANALISIS SWOT STRATEGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK PEMBIAYAAN PADA PEGADAIAN SYARIAH (Studi Pada Pegadaian Syariah Unit Way Halim) - Raden Intan Repository

1 1 133

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK TABUNGAN EMAS PT PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH NASABAH (Studi Kasus Pada PT. Pegadaian (Persero) Kantor Cabang Syariah Raden Intan Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 149

PENGARUH FLUKTUASI HARGA EMAS TERHADAP MINAT BERTRANSAKSI NASABAH PEGADAIAN SYARIAH (Studi Pada Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung 2016-2017) - Raden Intan Repository

0 1 145

ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN DAN PENYIMPANAN BARANG GADAI (Studi di Pegadaian Syariah Cab. Raden IntanBandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 63

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI BUMBU DAPUR DENGAN CARA COMOT (Studi di Pasar Tugu Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 89

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PRAKTIK PENGELOLAAN HOTEL SYARIAH (Studi di G Hotel Syariah Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 103

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AKAD DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH LOGAM UNTUK INVESTASI ABADI (Studi pada Pegadaian Syariah Cabang Radin Intan Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 116