Perlakuan akuntansi transaksi dalam mata uang asing atas pembelian aktiva tetap : studi kasus pada PT. Pupuk Kujang dan PT. Budiacid Jaya, Tbk. pada tahun 1999 - USD Repository

  

PERLAKUAN AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

ATAS

PEMBELIAN AKTIVA TETAP

  Studi kasus pada PT. PUPUK KUJANG dan PT. BUDI ACID JAYA, Tbk. pada tahun 1999

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  Program Studi Akuntansi

  

Oleh:

Irwan Widiantoro

NIM : 002114027

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

  

UNIVERITAS SANATA DHARMA

JOGJAKARTA

  

MOTTO D AN P ERS EMB AH AN

M e n u n t u t ilm u w a j ib a t a s t ia p m u slim ( ba ik m u slim in m a u pun

m u slim a h ) , ( H R. I bnu M a j a h ) I lm u D ipe la j a r i Ka r e n a Tiga H a l :

“Sua t u ilm u t ida k dipe la j a r i k e cu a li k a r e n a t iga ha l. Pe r t a m a , Tida k

dipe la j a r i k a r e n a ingin pa nda i be r de ba t . Ke dua , t ida k pu la u n t u k

be r ba ngga dir i da n t ida k j uga u n t u k dilih a t or a n g la in . Ke t iga , t ida k

dit in gga lk a n k a r e n a m a lu m e n u n t u t n ya , t ida k j uga k a r e n a be r la k u

z u h u d, da n t ida k pu la k a r e n a r idh a a t a s k e bodoh a n ,” ( Um a r bin

Kh a t t a b) . ( ORAN G BI JAK)

MIKUL DHUWUR MENDHEM JERO

  Karya tulis ini kupersembahkan untuk: Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya. Rasulullah sebagai panutan dan teladan umat Islam, semoga sholawat dan salam tercurah

selalu.

Bapak dan Ibu yang tiada henti mengingatkan untuk selalu berusaha dan berdoa. Adekku yang sering membuatku jengkel. Para Kyai dan Ulama yang selalu memberikan pengetahuan yang sangat berharga. Keluarga besar kedua orang tuaku, anak-anak punk munggur, teman-teman di Pondok Pesantren dan anak-anak benteng van der burg thank’s ya atas semangat dan doanya.

  

ABSTRAK

PERLAKUAN AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

ATAS

PEMBELIAN AKTIVA TETAP

  Studi kasus pada PT. PUPUK KUJANG dan PT. BUDI ACID JAYA, Tbk. pada tahun 1999

  

Irwan Widiantoro

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi dan kebijakan yang dilakukan PT. PUPUK KUJANG dan PT. BUDI ACID JAYA, Tbk. terhadap mata uang asing atas pembelian aktiva tetap telah sesuai dengan PSAK No 10 dan untuk mengetahui apakah pengkapitalisasian selisih kurs yang terjadi dalam pembelian aktiva tetap telah sesuai dengan ISAK No 4.

  Metoda penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metoda deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan riset secara langsung serta data skunder yang berasal dari peneltian kepustakaan, mempelajari buku-buku mengenai topik-topik yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

  Hasil analisa data tersebut adalah pada dasarnya, perusahaan telah mencatat dan mengungkapkan semua perkiraan yang berhubungan dengan transaksi di dalam mata uang asing. Perusahaan telah mengkapitalisasikan selisih kurs ke dalam nilai asset karena tahun 1999 masih dalam kondisi luar biasa dan tidak ekonomis atau praktis untuk dilakukannya hedging. Dikatakan depresiasi luar biasa apabila dalam periode tertentu terjadi kenaikan yang sama atau lebih besar dengan 133% dari rata-rata depresiasi tiga tahun takwin terakhir. Adapun tidak ekonomis atau tidak praktis dilakukan hedging (lindung nilai) apabila tingkat premi hedging mencapai 133% dari rata-rata premi hedging tiga tahun takwin terakhir.

  

ABSTRACT

ACCOUNTING TREATMENT of FOREIGN CURRENCY TRANSACTION on FIXED

ASSET PURCHASE

  

A Case study at PT. PUPUK KUJANG and PT. BUDI ACID JAYA, Tbk. in the year 1999

Irwan Widiantoro

University of Sanata Dharma

  

Yogyakarta

2007

The purposes of this research were to know wether the treatment of accountancy

and policy made by PT. PUPUK KUJANG and PT. BUDI ACID JAYA, Tbk. to foreign

currency on fixed asset purchase was already suitable to PSAK No 10 and to know

wether the capitalizing of exchange rate difference that happened in purchasing fixed

asset was already suitable to ISAK No 4.

  The research method in the thesis was descriptive method. The data used were

primary data from doing direct research and also secondary data literature from research,

learning the books containing topic which relevant the research problem.

  The result of the data analysis was that basically, the company had recorded

and disclosed all the estimation related to the foreign currency transaction. The company

had capitalized the exchange rate difference into asset value because the year of 1999

was still in an condition extraordinary and is was not economic or practical on doing

hedging. It was said to be an extraordinary depreciation if in a certain period it happened

an increase that was bigger or the same with 133% from the average of depreciation of

the last three years. It was to be not economic or practical to do hedging (value covering)

if the hedging premium rate reached 133% from the average hedging premium rate of the

last three years.

  KATA PENGANTAR Tiada kata yang indah dalam kata pengantar skripsi ini, selain kata syukur atas segala rahmat dan ma’unah yang diberikan Allah swt. menjadi sebuah anugerah tersendiri bagi penulis dalam mengerjakan dan meyelesaikan seluruh proses penelitian ini tanpa suatu aral yang melintang.

  Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Penulis, tidak lupa terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak di bawah ini : 1.

  Drs. Alex Kahu Lantum, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, Akt., M.Si., selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Drs. G. Anto Listianto, M.S.A., Akt., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skrisi ini.

  4. M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si.Akt, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selama ini telah membantu penulis dalam proses penulisan sampai selesainya skripsi ini.

  6. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  7. Seluruh karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  8. Seluruh karyawan Pojok BEJ Universitas Sanata Dharma dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

  9. Bapak dan Ibu, Eyang Kakung dan Putri, Paklek dan Bulek serta keluarga yang selalu memberikan tempaan, dukungan, perhatian, kasih sayang dan keikhlasannya dalam berdoa sehingga menjadikan aku seperti ini. Adikku yang aku sayangi, kapan kita berdebat lagi.

  10. Irny Syahrida Puteri, yang dengan setia selalu mendampingiku dalam suka maupun duka.

  11. Arif, Bagus, Gatot, Tian, Kuncoro selaku teman di Forum Keluarga Muslim Universitas Sanata Dharma, jangan patah arang.

  12. Guru ngajiku baik dilingkungan tempat tinggal maupun di pondok pesantren.

  13. Teman-teman main dari aku kanak-kanak sampai sekarang ini.

  14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih untuk semuanya.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kepada semua pihak, penulis sangat terbuka untuk semua saran dan kritik yang diberikan. Kepada Allah swt. semua ini kami kembalikan. Semoga Ia berkenan melimpahkan jaza’-Nya dengan jazaan hasanan. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Yogyakarta, Irwan Widiantoro

  DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ v ABSTRAK .................................................................................................... vi ABSTRACT................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................viii DAFTAR ISI.................................................................................................. x DAFTAR TABEL.......................................................................................xiii

  BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4 E. Sistematika Penulisan ............................................................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6 A. Konsep Aktiva........................................................................ 6 1. Pengertian Aktiva Tetap................................................... 6 2. Harga Perolehan ............................................................... 6 B. Valuta Asing (Foreign Exchange).......................................... 6 1. Pengertian Valas, Kurs dan Nilai Tukar .......................... 6 2. Macam-macam Sistem Penetapan Kurs Valas................. 8

  3. Faktor yang Mempengaruhi Valas ................................... 9 4.

  Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Nilai Tukar.........10 C. Hedging ................................................................................ 12

  1. Pengertian Devaluasi...................................................... 12

  1. Perlakuan Akuntansi Menurut PSAK No 10 terhadap Transaksi Mata Uang Asing ........................... 32 a.

  PSAK No 10....................................................... 34 b.

  Menurut Perusahaan ...................................................... 34 a.

  b. Perlakuan Akunatnsi Selisih Kurs Menurut ISAK No 4........................................... 33 3. Mendeskripsikan Perelakuan Akuntansi

  ISAK No 4 ......................................................... 33

  ISAK No 4 ..................................................................... 33 a.

  b. Perlakuan Akuntansi Selisih Kurs Menurut PSAK No 10........................................ 32 2.

  PSAK No 10....................................................... 32

  BAB III METODA PENELITIAN .......................................................... 31 A. Jenis Penelitian..................................................................... 31 B. Teknik Pengumpulan Data................................................... 31 C. Metode Analisa Data............................................................ 32

  2. Faktor Penyebab Devaluasi............................................ 13 3.

  3. Pengaruh Terhadap Neraca ............................................ 28 G. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu.................................... 29

  Pengaruh Terhadap Laporan Keuangan ......................... 26 2. Pengaruh Terhadap Laba Rugi....................................... 26

  F. Pengaruh Penggunaan Perlakuan Akuntansi Terhadap Selisih Kurs .......................................................... 26 1.

  ISAK No 4 ..................................................................... 22

  Perlakuan Alternatif yang Diizinkan.............................. 20 3.

  1. PSAK No 10................................................................... 16 2.

  Efek Devaluasi ............................................................... 13 E. Perlakuan akuntansi Atas Selisih Kurs ................................ 14

  ISAK No 4 ......................................................... 35

  ISAK No 4 ......................................................... 37

  4. Membandingkan Perlakuan Akuntansi atas Selisih Nilai Tukar Mata Uang antara Perusahaan dengan PSAK No 10 dan ISAK no 4 ............................ 38

  BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN................................... 40 A. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan .......................... 40 B. Lokasi Perusahaan................................................................ 42 BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN................................ 43 A. Perlakuan Akuntansi Menurut PSAK No 10 Terhadap Transaksi Mata Uang Asing................................. 43 B. ISAK No 4 ........................................................................... 44 C. Perlakuan Akuntansi Menurut Perusahaan ......................... 45 1. PSAK No 10................................................................... 45 2. ISAK No 4 ..................................................................... 50

  3. Batasan-batasan Untuk Menerapkan ISAK No 4........... 55 D. Membandingkan Perlakuan Akuntansi atas Selisih Kurs Nilai Tukar Mata Uang antara

  Perusahaan dengan PSAK No 10 dan ISAK No 4............... 64

  BAB VI PENUTUP.................................................................................. 68 A. Kesimpulan .......................................................................... 68 B. Keterbatasan Penelitian........................................................ 70 C. Saran..................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman 1. Tabel 5.1..............................................................................................

  50 2. Tabel 5.2..............................................................................................

  51 3. Tabel 5.3..............................................................................................

  52 4. Tabel 5.4..............................................................................................

  54 5. Tabel 5.5.a...........................................................................................

  56 6. Tabel 5.5.b...........................................................................................

  57 7. Tabel 5.6.a...........................................................................................

  58 8. Tabel 5.6.b...........................................................................................

  58

  1 BAB I

  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Petengahan tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang masih berlangsung hingga saat ini. Penyebab krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia antara lain sistem perbankan yang rapuh, defisit neraca berjalan terus-menerus, melemahnya nilai tukar mata uang, laju inflasi yang tak terbendung, pendapatan dan produksi menurun, ekspor terganggu sehingga penerimaan valas menurun terus dan ini menyebabkan struktur hutang luar negeri semakin membesar.

  Globalisasi dalam perdagangan ekonomi mengakibatkan berbagai perubahan struktural dalam tata ekonomi dunia. Kebutuhan akan perlakuan akuntansi khusus untuk transaksi mata uang asing semakin dirasakan.. Jika kontrak perjanjian pembayaran disepakati dalam mata uang asing tentunya pihak yang memiliki kewajiban harus menukarkan mata uangnya dengan mata uang asing sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak perjanjian pembayaran transaksi.

  Fluktuasi besarnya nilai tukar uang akan menimbulkan resiko terjadinya laba dan rugi (Machfoedz dan Suciwati, 2002). Permasalahan tersebut disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar uang sebenarnya dapat ditanggulangi dengan adanya fasilitas hedging. Tetapi saat ini hedging sudah tidak dimungkinkan lagi karena tingkat kurs rupiah terhadap dollar yang

  2 belum relatif stabil. Apabila perusahaan mempunyai hutang dengan luar negeri dan tidak melakukan hedging maka kewajiban perusahaan tersebut untuk menyelesaikan hutang semakin meningkat akibatnya perusahaan akan mengalami kerugian yang besar karena hutang atau kewajiban dalam mata uang asing yang harus dibayar akan semakin besar.

  Dari kinerja valuta asing perusahaan-perusahaan papan atas di Indonesia, terlihat mayoritas perusahaan tidak melakukan lindung nilai (hedging) yang selama ini dilihat sebagai beban. Berkaitan dengan adanya fluktuasi valuta asing, penyajian laporan keuangan bagi perusahaan harus mengikuti standar akuntansi yang berlaku dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Khusus mengenai transaksi di dalam mata uang asing, diatur dalam PSAK No 10, termasuk penjelasan mengenai pengakuan selisih kurs dan perlakuan alternatif yang diizinkan. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No 4, yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Keuangan dari IAI pada tanggal 11 Oktober 1997. Interpretasi ini mengatur Interpretasi atas paragraf 32 PSAK No 10 tentang alternatif perlakuan yang diizinkan atas selisih kurs yang terjadi karena devaluasi atau depresiasi luar biasa. Dalam kondisi normal, selisih kurs yng berasal dari transaksi, mata uang asing harus diakui langsung pada laporan laba rugi pada periode berjalan. Berdasarkan perlakuan alternatif yang diizinkan selisih kurs tersebut dapat dikapitalisasi ke nilai tercatat aktiva yang bersangkutan (Widyastuti, 2001).

  3 Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dalam penyusunan skripsi, penulis mengambil tema Perlakuan Akuntansi Transaksi Dalam Mata

  Uang Asing Atas Pembelian Aktiva Tetap ”.

  B. Rumusan Masalah

  Pada era krisis moneter pertengahan tahun 1997 sampai sekarang banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan yang dialami perusahaan tersebut disebabkan karena adanya fluktuasi nilai tukar mata uang yang sulit diprediksi dan tidak adanya fasilitas lindung nilai atau hedging. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah yang diambil penulis: 1.

  Bagaimanakah perlakuan akuntansi mata uang asing atas pembelian aktiva tetap telah sesuai dengan PSAK No 10 ?

  2. Apakah pengkapitalisasian selisih kurs dalam aktiva tetap tersebut telah sesuai dengan ISAK No 4 ?

  C. Tujuan Penelitian

  Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi dan kebijakan yang dilakukan PT.

  PUPUK KUJANG dan PT. BUDI ACID JAYA Tbk terhadap mata uang asing atas pembelian aktiva tetap telah sesuai dengan PSAK No 10.

  2. Untuk mengetahui pengkapitalisasian selisih kurs yang terjadi dalam pembelian aktiva tetap telah sesuai dengan ISAK No 4.

  4 D.

   Manfaat Penelitian

  Hasil penelian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut ini, yaitu:

  1. Universitas Sanata Dharma Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan diskusi bagi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma, khususya mengenai masalah akuntansi selisih kurs.

  2. Peneliti Penelitian ini sebagai penerapan pengetahuan dan teori-teori akuntansi yang diperoleh selama belajar dibangku kuliah.

  3. Untuk umum Memperoleh gambaran dan masukan tentang perlakuan akuntansi yang benar dan yang seharusnya diterapkan sehubungan dengan rugi selish kurs.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang permasalahan yang

  menerangkan dasar dipilihnya masalah yang hendak diteliti, rumusan masalah yang berisi masalah utama yang dihadapi, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

  5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar pembahasan permasalahan yang ada.

BAB III METODA PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan tentang sumber data yang digunakan,

  teknik pengumpulan data, pemilihan sampel dan teknik analisa data.

  BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Dalam bab ini disajikan data mengenai perusahaan yang sedang di teliti. BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini hasil penelitian dianalisis berdasarkan teori untuk menjawab masalah yang telah dikemukakan. BAB VI PENUTUP Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari

  hasil analisis data yang diperoleh, keterbatasan penelitian beserta saran mengenai hasil penelitian tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktiva 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk

  siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (PSAK No 16, 1999: 1).

2. Harga Perolehan Aktiva Tetap

  Harga perolehan aktiva tetap adalah biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut di tempat dan siap dipakai (Sinaga, 1992:283).

B. Valuta Asing (Foreign Exchange)

1. Pengertian Valas, Kurs dan Nilai Tukar

  Valuta asing (valas) atau foreign exchange (forex) atau foreign

  currentcy diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya

  yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral (Hady, 1999: 15).

  Valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan suatu unit mata uang asing (Sadono, 1996: 358).

  Valuta asing (valas), dalam referensi keuangan internasional disebut juga foreign exchange (forex) atau foreign currency, adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan dalam transaksi ekonomi internasional berdasarkan kurs resmi yang ditetapkan oleh bank sentral. Sedangkan mata uang itu sendiri dibedakan menjadi dua kelompok (Khalwaty, 2000:173): a.

   Hard currency

  Mata uang yang termasuk dalam kelompok hard currency adalah mata uang yang mempunyai nilai relatif stabil, tidak terlalu sering mengalami apresiasi (kenaikan nilai) atau depresiasi (penurunan nilai) jika dibandingkan dengan mata uang Negara lain. Hard currency merupakan mata uang yang selalu digunakan dan dipilih untuk digunakan sebagai alat pembayaran serta satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional.

  b.

   Soft currency Soft currency adalah mata uang lemah yang kurang laku atau

  jarang sekali digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional karena nilainya relative kurang stabil (inconvertible currency) serta sering terdepresiasi jika dibandingkan dengan mata uang Negara lainnya. Soft currency pada umumnya berasal dari negara-negara yang sedang berkebang.

  Jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan nilai tukar mata uang (kurs) asing (Sadono, 1976: 292). Nilai tukar mata uang adalah setara antara satu unit mata uang dengan jumlah mata uang lain yang setara dengan mata uang tersebut pada satu waktu (Yusuf, 2000: 468). Pengertian nilai tukar mata uang menurut FASB adalah rasio antara suatu unit mata uang dengan sejumlah mata uang lain yang bisa ditukar pada waktu tertentu. SFAS No. 8 tentang standar keseragaman untuk transaksi keuangan. SFAS No. 52 juga menjelaaskan bahwa tujuan dasar pertukaran mata uang asing adalah untuk memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang diharapkan dari suatu perubahan nilai dalam arus kas dan ekuitas perusahaan.

  Perubahan atau penyesuaian kurs disebut dengan devaluasi. Devaluasi adalah penurunan mata uang nasional dibandingkan dengan valuta asing. Devaluasi disebabkan karena mata uang sediri dinilai terlalu tinggi dibandingkan dengan mata uang asing. Konvertibilitas uang (currency convertibility) adalah penggunaan mata uang (valuta asing) yang dapat dengan mudah ditukarkan dengan mata uang Negara lain (Khalwaty, 2000:170).

  2. Macam-macam Sistem Penetapan Kurs Valas

  Kurs valuta asing sangat mempengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan serta besarnya manfaat yang akan diperoleh dalam transaksi barang, jasa dan surat berharga yang berlangsung dibursa valas. Dalam perkembangan ekonomi dan keuangan internasional terdapat tiga macam sistem penerapan kurs valas, yaitu (Khalwaty, 2000:200): a.

  Sistem kurs tetap (fixed exchange rate system) Penentuan nilai tukar mata uang dengan menggunakan emas sebagai patokannya.

  b.

  Kurs bebas (floating exchange rate system) Nilai tukar suatu mata uang dapat berubah tergantung pada permintaan dan penawaran valuta asing dipasar bebas, penentuan kurs bebas lepas kaitannya dengan emas, sehingga kurs dapat naik turun dengan bebas sesuai dengan permintaan dan penawaran.

  c.

  Kurs dibuat stabil.

  Nilai tukar mata uang ditentukan oleh pemerintah atau bank sentral dengan menggunakan dollar atau emas sebagai patokannya.

  3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kurs Valas

  Salah satu ciri globalisasi yang menonjol saat ini yaitu adanya kurs uang dan modal dalam bentuk valas atau foreign currency antara berbagai pusat keuangan di berbagai negara. Aliran valas yang besar dan cepat untuk memenuhi ketentuan perdagangan, investasi dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang defisit dapat terjadi karena beberapa faktor atau kondisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valas atau forex rate di masing-masing tempat. Beberapa faktor atau kondisi yang berbeda dan mempengaruhi kurs valas di masing- masing tempat tersebut antara lain sebagai berikut (Khalwaty, 2000:200): a.

  Supply dan demand foreign currency b. Posisi balance of payment c. Tingkat inflasi d. Tingkat bunga

  e. Tingkat pendapatan f.

  Pengawasan pemerintah g.

  Ekspektasi, spekulasi dan isu atau rumor

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Nilai Tukar

  Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar suatu negara adalah sebagai berikut (Madura, 2000: 100): a.

  Tingkat inflasi Perubahan dalam tingkat inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan Internasional, sehingga dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu negara. Jadi tingkat inflasi dapat mempengaruhi nilai tukar.

  b.

  Tingkat suku bunga Perubahan tingkat suku bunga akan mempengaruhi tingkat investasi pada surat berharga lain yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang negara tersebut, sehingga akan mempengaruhi nilai mata uang suatu negara.

  c.

  Tingkat pendapatan Sehubungan dengan meningkatnya pendapatan penduduk disuatu negara maka akan mengakibatkan permintaan terhadap mata uang asing meningkat sebagai akibat dari banyaknya permintaan terhadap mata uang asing tersebut maka fungsi pasar dimana dengan meningkatnya permintaan dan tidak meningkatnya penawaran maka nilai tukar mata uang asing tersebut akan meningkat.

  d.

  Kontrol pemerintah Suatu negara dapat mempengaruhi titik keseimbangan suatu mata uang, dengan cara sebagai berikut: i.

  Memberikan hambatan dalam transaksi mata uang asing. ii. Memberikan hambatan dalam perdagangan. iii.

  Dengan intervensi di dalam pasar mata uang. iv. Mempengaruhi variabel-variabel makro, seperti tingkat inflasi, suku bunga dan tingkat pendapatan.

  e.

  Pengharapan Nilai pasar suatu mata uang akan dipengaruhi oleh setiap berita atau informasi yang mempunyai pengaruh dimasa datang. Seperti misalnya berita akan meningkatnya tingkat inflasi suatu negara tertentu akan menyebabkan para pedagang valas mencoba melepaskan mata uang negara tersebut sebagai antisipasi menurunnya nilai mata uang negara tersebut di masa yang akan datang.

C. Hedging (Lindung Nilai)

  Hedging adalah suatu tindakan memindahkan resiko keuangan yang

  mereka hadapi kepada pihak lain yang mau menerimanya, dimana pihak tersebut akan memperoleh balas jasa sebagai imbalan berupa premium.

  Keuntungan dari transaksi hedging antara lain (Hady, 1998:98): 1.

  Mengurangi resiko harga yang mungkin terjadi dalam perdagangan komoditi atau instrumen keuangan.

  2. Hedging tidak mempengaruhi operasi normal (tanpa mengharuskan perubahan dalam komitmen penjualan, kebijakan dalam persediaan).

  3. Hedging mempunyai keleluasaan dalam perencanaan karena kontraknya tersedia dalam berbagai jangka waktu.

  4. Hedging memungkinkan pendanaan yang lebih mudah dan dalam jumlah yang lebih besar.

D. Devaluasi 1. Pengertian Devaluasi

  Pengertian devaluasi adalah mata uang suatu negara diturunkan nilainya terhadap mata uang negara-negara lain (Sadono, 1996: 406).

  Devaluasi selalu dianggap sebagai langkah terakhir yang perlu dijalankan dalam mengatasi masalah di sektor luar negeri. Ini disebabkan konsumen (harga barang impor akan naik) dan merugikan pihak-pihak yang berhutang ke luar negeri. Disamping itu tindakan tersebut adalah tindakan yang paling tidak disukai oleh negara-negara yang menjadi mitra dagang negara yang melakukan devaluasi, karena tindakan tersebut akan merugikan perekonomian mereka.

  2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Devaluasi

  Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya devaluasi adalah tingkat perekonomian suatu negara yang relatif tinggi apabila dibandingkan dengan inflasi di negara-negara yang menjadi mitra dagangnya. Tingkat inflasi yang tinggi ini dapat menyebabkan ekspor tidak kompetitif dan akhirnya dapat mempengaruhi neraca perdagangan dan neraca pembayaran (Sadono, 1996: 406).

  3. Efek Devaluasi

  Efek dari devaluasi adalah (Sadono, 1996: 406): a.

  Efek jangka pendek i. Kenaikan harga-harga dalam negeri. ii.

  Dengan kenaikan harga maka konsumsi dapat menurun. iii.

  Turunnya konsumsi dapat menyebabkan lesunya aktivitas ekonomi yang dapat menjurus kepada deflasi dan akhirnya dapat menyebabkan resesi ekonomi. iv. Terjadi pergeseran pengeluaran dan konsumsi produk luar negeri kepada konsumsi produk dalam negeri.

  b.

  Efek jangka menengah i.

  Dapat terjadi perbaikan posisi Balance of Trade dan Balance of

  payment

  melalui mekanisme elastisitas permintaan ekspor dan impor sesuai dengan marshal lerner condition. ii. Dapat terjadi perbaikan posisi BOP melalui mekanisme moneter.

  c.

  Efek jangka panjang Karena adanya perubahan harga produk dan terjadinya pergeseran pengeluaran konsumen dalam jangka pendek serta adanya peningkatan aliran modal atau devisa yang masuk dalam jangka menengah maka dalam jangka panjang dapat terjadi pergeseran produksi baik yang menyangkut tradeble goods maupun non tradeble goods sehingga akhirnya dapat merubah struktur ekonomi nasional.

E. Perlakuan Akuntansi Atas Selisih Kurs

  Cara perlakuan akuntansi terhadap selisih kurs haruslah sangat berhati- hati, karena cenderung untuk membebankan seluruh kerugian kurs valuta asing dalam laporan laba rugi periode terjadinya devaluasi. Perlakuan akuntansi ini didasarkan pada pendapat klasik dari teori two transaction

  perspectif dimana transaksi yang menimbulkan utang piutang dipandang

  terpisah dari kejadian moneter yang menimbulkan selisih kurs (Goedono, 1990 : 43). Perlakuan akuntansi terhadap selisih kurs dengan membebankan langsung kerugian selisih kurs dibebankan langsung sekaligus sejalan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. Menurutnya, kerugian selisih kurs akibat devaluasi harus langsung diperhitungkan dalam laba rugi. Selisih kurs yang terjadi sebagai akibat devaluasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, diakui saat direalisasikan.

  Di dalam pencatatan dan penyajian pada laporan keuangan, perusahaan telah mencatat dan mengungkapan semua perkiraan yang berhubungan dengan transaksi di dalam mata uang asing sesuai dengan ketentuan dan dan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

  Selisih kurs terjadi karena adanya perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Perlakuan akuntansi terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh transaksi dalam valuta asing harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ada, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 10 dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan ISAK No 4 dan aturan-aturan lainnya.

  Dalam perlakuan akuntansi terdapat empat masalah pokok yang harus diselesaikan agar diperoleh informasi yang berguna (PSAK No 10): a. Pengakuan awal transaksi.

  b.

  Pengakuan akun-akun yang dicatat dalam mata uang asing pada tanggal pelaporan.

  c. Perlakuan terhadap keuntungan kerugian yang berasal dari selisih kurs tersebut.

  d. Pencatatan penyelesaian tagihan dan kewajiban yang dicatat dalam mata uang asing itu.

1. Perlakuan Akuntansi Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 10

  Ikatan Akuntansi Indonesia menerbitkan PSAK No 10 tahun 1999 yang mengatur transaksi dalam valuta asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan. Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing dalam laporan keuangan suatu perusahaan transaksi harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan perusahaan (mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan).

  Ketentuan yang tercantum dalam PSAK No 10 hanya diterapkan untuk transaksi mata uang asing dan untuk laporan keuangan mata uang luar negeri. Untuk transaksi mata uang asing selain kontrak berjangka, maka (Jusuf , 2000:472): a. Pada tanggal transakaksi diakui, setiap aktiva, setiap kewajiban, penerimaan, pengeluaran, keuntungan dan kerugian yang timbul dari transaksi tersebut harus dinilai dan dicatat dalam mata uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut.

  b. Pada setiap tanggal neraca, saldo yang tercatat dalam mata uang selain mata uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs sekarang.

  c.

  Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca.

  Apabila kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia.

  d.

  Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.

  e.

  Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

  Menurut paragraf 07 PSAK No 10 disebutkan bahwa pada saat pengakuan awal transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Untuk alasan praktis apabila kurs tidak berfluktuasi secara signifikan maka kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan dapat digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode tersebut. Pada setiap tanggal neraca pos aktiva dan kewajiban (pasiva) moneter dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca atau kurs tengah bank Indonesia.

  Pelaporan pada saat tanggal neraca berikutnya menurut paragraf 09 PSAK No 10 adalah sebagai berikut: a.

  Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs pada tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah bank Indonesia sebagai indikator obyektif.

  b.

  Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.

  c.

  Pos non-moneter yang dinilai dengan wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

  Dalam paragraf 13 PSAK No 10 disebutkan bahwa selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan. Selisih kurs timbul apabila terjadi perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.

  Menurut PSAK No 10 paragraf 14 disebutkan bahwa selisih kurs yang timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi dalam melakukan pencatatan selisih kurs, yaitu: a.

  Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui sebagai biaya dalam periode tersebut.

  b.

  Jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui sebagai biaya untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.

  Nilai aktiva yang disajikan di neraca adalah harga perolehan historis. Untuk menyajikan nilai aktiva tersebut menurut nilai sekarang, dengan pendekatan nilai uang yang konstan dengan menggunakan indeks harga, diperlukan ssuatu proses menurut tahap-tahap berikut ini (Na’im, 1989 : 45): a.

  Mendapatkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan harga perolehan historis.

  b.

  Mendapatkan dan menentukan indeks harga umum yang akan digunakan untuk penyesuaian, terdiri dari indeks harga yang meliputi umur aktiva dan pasiva yang paling lama.

  c.

  Mengklasifikasikan pos-pos di laporan keuangan menurut pos-pos moneter dan pos-pos non-moneter. d.

  Menyesuaikan pos-pos non-moneter dengan faktor konversi indeks harga, untuk menyatakan nilai aktiva dengan nilai uang menurut harga yang berlaku sekarang.

  e. Menghitung laba atau rugi yang timbul karena memiliki pos-pos moneter.

2. Perlakuan Alternatif Yang Diizinkan

  Ada dua hal penting yang diatur dalam PSAK No 10 yaitu mengenai pembukuan dan pelaporan serta pengakuan selisih kurs.

  Penjelasan dari kedua hal di atas adalah sebagai berikut (PSAK NO 10): a.

  Pembukuan dan pelaporan Suatu transaksi dalam valuta asing dalam hal pembukuan dan pelaporan transaksi tersebut dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Untuk alasan praktis, jika kurs tidak berfluktuasi secara signifikan maka kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan dapat digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode tersebut PSAK No 10. Di dalan penyusunan laporan keuangan pada setiap tanggal neraca pos aktiva dan kewajiban moneter dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca atau kurs tengah Bank Indonesia. Perusahaan dalam penyusunan laporan keuangannya harus mengungkapkan:

1. Jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba bersih atau kerugian untuk periode tersebut.

  2. Selisih kurs bersih yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode,

  3. Jumlah selisih kurs yang timbul selama periode yang termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva yang sesuai dengan perlakuan alternatif yang diijinkan dalam paragrap 32 PSAK No 10.

  b.

  Pengakuan selisih kurs Selisih pos penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi valas dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba atau rugi periode berjalan. Apabila transaksi valas tersebut timbul dan penyelesaiannya berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun apabila penyelesaian transaksi tersebut berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing- masing periode.

  Dalam paragraf 20 PSAK No 10 disebutkan mengenai perlakuan alternatif yang diizinkan. Perlakuan alternatif yang diizinkan ini dijelaskan lebih lanjut dalam ISAK No 4 sebagai Interpretasi atas paragraf 32 PSAK No 10. Paragraf 32 PSAK 10 menyebutkan bahwa:

  Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dimana tidak mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak suatu mata uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang bersangkutan dengan pengertian nilai tercatat yang disesuaikan tersebut tidak melampaui jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement

  cost ) dan jumlah yang mungkin diperoleh kembali (amount receivable ) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut.

  Alternatif yang dipilih harus diungkapkan secukupnya. Ketentuan selisih kurs dapat dikapitalisasi adalah selisih kurs yang berasal dari kewajiban valas untuk perolehan aktiva tetap dan persediaan yang dibayar dengan mata uang asing. Pengkapitalisasian terhadap aktiva tetap yang diperoleh dalam mata uang asing dapat dilakukan apabila matas maksimum mana yang lebih rendah antara biaya pengganti (replacement

  ) dan amount recoverable. Biaya pengganti meerupakan jumlah biaya

  cost

  (kas) yang harus dibayar saat ini untuk memperoleh aktiva yang sama sedangkan amount recoverable adalah merupakan jumlah kas yang dapat diperoleh dari penggunaan atau penjualan aktiva.

3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No 4 tahun 1999

  Dalam paragrap 32 PSAK No 10 terdapat dua syarat yang keduanya harus terpenuhi bagi penerapan ISAK No 4, yaitu sebagai berikut: a.

  Terjadi depresiasi luar biasa Yaitu apabila periode tertentu depresiasi rupiah disetahunkan lebih besar atau sama dengan 133% dari rata-rata depresiasi tiga tahun takwin terakhir. b.

  Tidak mungkin dilakukan hedging Yaitu apabila pada periode tertentu tidak ekonomis atau tidak praktis dilakukan hedging karena:

  1. Tingkat hedging demikian tinggi yaitu lebih besar atau sama dengan 133% dari rata-rata premi hedging tiga tahun takwin terakhir.

  2. Fasilitas hedging tidak tersedia, karena bank tidak dapat menentukan premi hedging berhubungan fluktuasi rupiah yang tinggi. Dan berakhir sejak saat satu kondisi tersebut diatas tidak lagi dipenuhi. Sedangkan selisih kurs setelah berakhirnya ”periode tertentu” diperlakukan sebagai berikut:

  1. Keuntungan selisih kurs dilakukan penyesuaian terhadap selisih kurs yang telah dikapitalisasi, maksimum sejumlah selisih kurs yang telah dikapitalisasi.

  2. Kerugian selisih kurs dibebankan ke periode berjalan.

  Alternatif perlakuan akuntansi bagi selisih kurs luar biasa menurut

  ISAK No 4 yaitu dapat dikapitalisasi. Namun perlakuan merupakan hal yang optimal, tidak merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan.

  Tidak semua selisih kurs dapat dikapitalisasi dan hanya diperbolehkan bagi:

1. Selisih kurs atas sisa kewajiban dalam mata uang asing.

2. Realisasi selisih kurs atas pelunasan kewajiban valuta asing selama periode tertentu.

  Kewajiban valuta asing tersebut harus timbul akibat perolehan aktiva yang baru dibayar dalam mata uang asing.

  Kurs rupiah pada tahun 1999 menguat terhadap mata uang asing, sehingga menimbulkan keuntungan selisih kurs pada tahun buku 1999.

  Pada beberapa perusahaan mingkin masih ada beberapa hutang yang timbul dari suatu pembelian aktiva dengan valas yang hingga tahun 1999 belum dilunasi. Padahal pada tahun sebelumnya kerugian selisih kurs yang timbul dari hutang tersebut telah dikapitalisasi sesuai dengan ketentuan