Tinjauan atas pengendalian intern aktiva tetap pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik(B4T)Bandung

(1)

(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA

Nama : Yoanda Putri

Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 19 Juli 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku Bangsa : Melayu

Status : Belum Menikah

Kesehatan : Baik

Alamat : Jl. Cisitu Baru No. 42 Bandung

Telepon : 081374012925


(5)

PENDIDIKAN

2010 – Sampai sekarang : Universitas Komputer Indonesia Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

2007 – 2010 : Man Model Satu Bukittinggi - Sumbar

2004 – 2007 : MTs Al Ma’arif Bukittinggi - Sumbar

2004 – 1998 : SDN 09 Pakan Kurai Bukittinggi - Sumbar

ORGANISASI

 Osis Sekolah Menengah Pertama Periode 2005/2006 menjabat sebagai Seksi Kesehatan.

 Osis Sekolah Menengah Pertama Periode 2006/2007 menjabat sebagai Seksi Kesehatan dan Kebersihan.

KEMAMPUAN KOMPUTER  Program MYOB Accounting.

Accurate.

Microsoft Word 2007.

Macromedia Dreamweaver.

PENGHARGAAN


(6)

TINJAUAN ATAS PENGENDALIAN INTERN AKTIVA TETAP

PADA BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK (B4T)

BANDUNG

REVIEW OF THE FIXED ASSETS INTERNAL CONTROL IN

CENTER OF MATERIALS AND PRODUCTS ENGINEERING (B4T)

BANDUNG

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Meraih Gelar Ahli Madya

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh: Yoanda Putri

21310028

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya, serta perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat menempuh kelulusan diploma III (tiga) di Universitas Komputer Indonesia.

Tugas Akhir ini berjudul “Tinjauan Pengendalian Intern Aktiva Tetap Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung”. Tugas Akhir ini berisi bagaimana cara pelaksanaan pengendalian intern dan penghapusan yang ada diperusahaan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap laporan tugas akhir ini bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi banyak orang terutama bagi para pembaca.

Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga atas segala bantuan dari semua pihak juga penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi. 3. Adi Rachmanto, S.Kom, selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.


(8)

ii

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si. Ak., selaku dosen wali 3AK7.

5. Seluruh Staf dosen Program Studi Akuntansi Falkultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

6. Eko Budi Prasetyo selaku pembimbing di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yang telah meluangkan waktunya untuk penulis

7. Ariyani selaku staff Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yang telah memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis.

8. Seluruh staff di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

9. Ibu tercinta dan Alm. Ayah tercinta yang telah memberikan dukungan yang tulus kepada penulis dan selalu memberikan semangat kepada penulis dalam setiap pekerjaan yang penulis lakukan dengan doa dan kepercayaan yang ibu berikan, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi rekan-rekan yang membaca laporan ini.

Bandung, Juli 2013


(9)

iii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4.1 Maksud Penelitian ... 5

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 6


(10)

iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Pengendalian Intern ... 8

2.1.1.1Pengertian Pengendalian Intern ... 8

2.1.1.2Tujuan Pengendalian Intern ... 9

2.1.1.3Komponen-Komponen Pengendalian Intern ... 10

2.1.1.4Ciri-Ciri Pengendalian Intern yang Efektif ... 12

2.1.1.5Konsep Pengendalian Intern ... 13

2.1.1.6Keterbatasan Pengendalian Intern ... 14

2.1.1.7Peran Penting Pengendalian Intern ... 16

2.1.2 Aktiva Tetap ... 17

2.1.2.1Pengertian Aktiva Tetap ... 17

2.1.2.2Penggolongan Aktiva Tetap ... 19

2.1.2.3Penyusutan Aktiva Tetap ... 20

2.1.2.4Pelepasan Aktiva Tetap ... 21

2.1.3 Pengendalian Intern Aktiva Tetap ... 23

2.1.3.1.Unsur-Unsur Pengendalian Intern Aktiva Tetap ... 23

2.1.4 Tinjauan Penelitian Sebelum ... 26

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 27

3.2 Metode Penelitian ... 28

3.2.1 Sumber Data ... 29


(11)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 32

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 32

4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 32

4.1.1.2 Struktur Organisasi ... 33

4.1.1.3 Uraian Tugas ... 34

4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 39

4.1.2 Analisis Deskriptif ... 40

4.1.2.1 Pelaksanaan Pengendalian Intern Aktiva Tetap Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung ... 40

4.1.2.2 Prosedur Pelaksanaan Penghapusan Aktiva Tetap Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung ... 45

4.2 Pembahasan ... 47

4.2.1 Analisis Pelaksanaan Pengendalian Intern Aktiva Tetap Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung ... 47

4.2.2 Analisis Prosedur Penghapusan Aktiva Tetap Pada Balai Besar dan Bahan Barang Teknik (B4T) Bandung ... 52


(12)

vi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 54 5.2 Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2008. Akuntansi Keuangan daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Akmal. 2007. Pemeriksaan Intern. Jakarta:indeks.

Amin Widjaja Tunggal. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Rineka Cipta. Azhar Susanto. 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: T. Lingga Jaya. Haryono Al Jusuf. 2009. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN.

Husein Umar. 2011. Metode Penelitian Unutk Skripsi Dan Riset. Jakarta: Rajawali Press.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan.Jakarta: Salemba Empat.

Indra Bastian. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Indra Bastian. 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

James A. Hall, Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. 2007, Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Jonathan S. 2008. Pintar Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.


(14)

Peraturan Meneteri Keuangan Republik Indonesia No. 29/PMK.06/2010

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.96/PMK.06/2009

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 125/PMK 06/2011

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Jakarta: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharli Michell.2008.Akuntansi Untuk Bisnis dan Dagang.Jakarta:Graha Ilmu.

Supriyati. 2012. Metode Penelitian. Bandung: Labkat Press UNIKOM

Warren, Reeve & Fess, Penerjemah Aria Frahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan. 2008. Accounting: Pengantar Akuntansi. Jakarta:

SalembaEmpat.

Weygandt, Kieso & Kimmel, Penerjemah Ali Akbar Yulianto, Wasilah Dan Rangga Handika. 2009. Accounting Principles. Jakarta: Salemba Empat.


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan suatu negara dipengaruhi oleh sektor perekonomian negara tersebut. Tanpa perekonomian yang sehat dan stabil mustahil masyarakat dapat menuju cita-cita yang diinginkan yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Oleh karena itu, perekonomian mempunyai peranan yang sangat penting bagi setiap negara. setiap perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai berbagai kegiatan tertentu dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi, pada umumnya bertujuan untuk menghasilkan laba yang optimal agar dapat menjamin kesinambungan usaha (continue), meningkatkan pertumbuhan usaha (growth), serta mempertahankan kelangsungan usaha (survival), untuk itu setiap perusahaan harus membuat keputusan bisnis yang baik. Keputusan bisnis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pengendalian internal untuk mengarahkan operasi perusahaan, melindungi aktiva, dan mencegah penyalahgunaan sistem perusahaan yang telah dibentuk perusahaan.

Setiap perusahaan seperti perusahaan dagang, perusahaan jasa, maupun perusahaan industri dalam melaksanakan kegiatan operasional menggunakan sejumlah aktitiva tetap. Aktiva tetap merupakan harta berwujud (tangible asset)

yang memiliki masa manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, bernilai material, dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Menurut PSAK No. 16 (2009.16.2) aktiva tetap adalah: “aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibagun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi


(16)

2

perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva tetap terdiri dari tanah, peralatan, kendaraan, gedung, mesin, dan harta berwujud lain. Perusahaan bisa memperoleh aktiva tetap dengan berbagai cara, misalnya pembelian tunai, pembelian kredit, hadiah, hibah dan sebagainya. Aktiva tetap diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang akan digunakan dalam operasi perusahaan.

Semua aktiva tetap milik perusahaan memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar dapat digunakan sesuai dengan rencana. Pengeluaran-pengeluaran untuk pemeliharaan dan perawatan aktiva tetap dapat menambah masa manfaat aktiva tetap, meningkatkan kapasitas, dan meningkatkan mutu produksinya. Aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap berbagai kegiatan operasional perusahaan demi tercapainya efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional yang mendukung tujuan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian dan pengawasan intern yang begitu besar terhadap aktiva tetap. Pengendalian dan pengawasan tersebut dilakukan untuk melindungi aktiva dari pencurian, penggelapan, penyalahgunaan, atau penempatan aktiva pada lokasi yang tidak tepat. Seperti yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan aset tetap pemerintah, pada kenyataannya banyak terjadi masalah dalam pengelolaan aset tetap diantaranya belum lengkap data mengenai jumlah nilai, kondisi dan status kepemilikan sehingga berpengaruh terhadap belum wajarnya penyajian aset dalam laporan keuangan. Ketidaktertiban dalam pencatatan yang mengakibatkan lemahnya pengawasan dan pengendalian terhadap aset. Sehingga rawan terhadap penyalahgunaan pengakuan hak oleh pihak lain dan sengketa yang dapat


(17)

3

merugikan negara atau daerah (BMNBatam.com). Dalam hal ini, pengendalian terhadap aktiva tetap merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan.

Pengendalian intern merupakan bagian dari masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasioanal perusahaan atau organisasi tertentu unutk mengamankan kekayaan, memelihara kecermatan dan sampai seberapa jauh dapat dipercaya data akuntansi. Aktiva tetap merupakan investasi jangka panjang perusahaan dengan jumlah yang cukup besar. Untuk itu aktiva tetap yang ada pada perusahaan harus benar-benar diperhatikan yaitu dengan melakukan pengendalian dan pengawasan yan baik terhadap aktiva tetap.

Masalah yang terjadi pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung adalah adanya pemindahan aktiva yang tidak diketahui oleh penanggung jawab ruangan sehingga aktiva tersebut tidak ditemukan atau hilang dan mengakibatkan penghapusan aktiva tetap atas barang yang tidak ditemukan atau hilang karena kurang efektifnya pengendalian intern aktiva tetap pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung. Barang yang tidak ditemukan atau hilang antara lain seperti palu, netbook, mesin pengepres kulit, dongkrak hidrolik, jangka besi, tool kit set, gerinda, photo illumination meter.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung harus mengoptimalkan suatu pengendalian intern yang sudah dilaksanakan agar kontinuitas dan efektivitas. Serta memudahkan manajemen pimpinan perusahaan dalam mengecek ketelitian dan menangani berbagai


(18)

4

kegiatan perusahaan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal dan memuaskan. Dengan ada pengendalian intern, hal-hal yang menyangkut kesalahan maupun kecurangan yang mungkin terjadi dalam setiap kegiatan bisa diketahui dengan segera dan dapat dilakukan suatu pencegahan agar tidak berkelanjutan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengangkat masalah pengendalian intern aktiva tetap sebagai objek penelitian tugas akhir, khususnya pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung dengan judul: “TINJAUAN ATAS PENGENDALIAN INTERN AKTIVA TETAP PADA BALAI BESAR

BAHAN DAN BARANG TEKNIK (B4T) BANDUNG”.

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, permasalahan yang terjadi adalah adanya pemindahan aktiva yang tidak diketahui oleh penanggung jawab ruangan sehingga aktiva tersebut tidak ditemukan atau hilang dan mengakibatkan penghapusan aktiva tetap atas barang yang tidak ditemukan atau hilang dan kurang efektifnya pengendalian intern aktiva tetap pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung. Barang yang tidak ditemukan atau hilang antara lain palu, netbook, mesin pengepres kulit, dongkrak hidrolik, jangka besi, tool kit set, gerinda, photo illumination meter.


(19)

5

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang penulis, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan pengendalian intern aktiva tetap pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung.

2. Bagaimana Prosedur pelaksanaan penghapusan aktiva tetap pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung.

1.4 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah unutk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk diolah, dianalisis dan diinterpertasikan tentang pengendalian intern aktiva tetap pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan melakukan penelitian pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian intern aktiva tetap pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung.

2. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan penghapusan aktiva tetap pada Balai Besar Badan dan Barang Teknik (B4T) Bandung.


(20)

6

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung, yang bertempat di Jl. Sangkuriang No.14 Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2013.

Berikut ini tabel pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukan pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung:


(21)

7

Tabel 1.1

Waktu Pelaksanaan Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan

Maret April Mei Juni Juli

2013 2013 2013 2013 2013

I Tahap Pendahuluan:

1. Membuat outline dan proposal TA

2. Mengambil form penyusunan TA

3. Menentukan tempat penelitian II Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan proposal TA

2. Penelitian dan Pengumpulan data

3. Penyusunan Tugas Akhir 4. Bimbingan TugasAkhir III Tahap Pelaporan:

1. Menyiapkan draft Tugas Akhir 2. Sidang akhir Tugas Akhir 3. Penyempurnaan Laporan Tugas

Akhir


(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini menjelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dari penyusunan pengendalian intern aktiva tetap dan mengambil dari beberapa referensi yang berkaitan dengan judul penelitian.

2.1.1 Pengendalian Intern

2.1.1.1Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan suatu bentuk tindakan untuk mengarahkan kegiatan yang mencakup koreksi atas kekurangan-kekurangan yang ada serta penyesuaian tindakan atau kegiatan agar selaras dengan patokan-patokan yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Krismiaji (2010:195) mengemukakan bahwa:

“Pengendalian intern (internal control) adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva dan

menghasilkan informasi yang akurat dan dipercaya.”

Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (2010:195) menyatakan bahwa pengendalian intern adalah:

“suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal entitas lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:

(a) Keandalan pelaporan keuangan (b) Efektifitas dan efisiensi operasi


(23)

9

(c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.”

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan pengendalian intern adalah suatu jaringan pekerjaan yang berhubungan dengan prosedur-prosedur yang erat hubungannya satu sama lain yang dikembangkan menjadi suatu skema untuk melaksanakan, mengukur dan memperbaiki diri sebagian aktivitas perusanaa yang telah direncanakan dan dikoordinasikan sehingga mengmankan miliknya, menguji ketelitian dan kebenran data akuntansi, meningkatkan efisiensi perusahaan serta mendorong di taatinya kejadian-kejadian yang telah digariskan oleh pimpinan perusahaan.

2.1.1.2Tujuan Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2008:163) tujuan pengendalian intern sebagai berikut:

“1. Menjaga keamanan harta perusahaan dan juga catatan organisasi.

2. Memeriksa ketelitian atas kecermatan dan kebenaran data akuntansi.

3. Memajukan efisiensi perusahaan.

4. Membantu agar tidak ada penyimpangan dari

kebijakan-kebijakan manajemen yang ada.”

Untuk mendapatkan tujuan tersebut, manajemn harus membentuk rencana organisasi yang tetap, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang memadai, praktek-praktek sehat dan penempatan personel atau pegawai yang tepat sesuai dengan jabatan dan keahliannya.

Menurut Warren, Reeve & Fess yang diterjemahkan oleh Aria Frahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan (2008:208), mengungkap bahwa pengendalian intern memberikan jaminan wajar yaitu:


(24)

10

“1. Asset dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha. 2. Informasi bisnis dan akurat.

3. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan.”

Tujuan pengendalian intern tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Asset dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha. Pengendalian intern melindungi aktiva dan pencurian, penggelapan, penyalahgunaan atau penempatan aktiva tetap pada lokasi yang tidak tepat. Salah satu pelanggaran paling serius terhadap pengendalian intern adalah penggelapan oleh karyawan. Penggelapan oleh karyawan (employee froud) adalah tindakan disengaja untuk menipu atasan demi keuntungan pribadi. 2. Informasi bisnis akurat. Informasi bisnis yangakurat seiring berjalan,

sebabnya adalah karena karyawan yang ingin menggelapan aktiva juga perlu menutupi penipuan tersebut dengan menyesuaikan catatn akuntansi.

3. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan. Karyawan perusahaan harus mematuhi perundang-undangan dan peraturan yang berlaku serta standar pelaporan keuangan yang telah ditetapkan.

2.1.1.3Komponen-Komponen Pengendalian Intern

Untuk mengetahui apakah pengendalian intern tersebut berjalan dengan memuaskan atau tidak, maka perlu adanya komponen-komponen pengendalian intern yang dilakukan secara langsung terhadap seluruh aktifitas dalam perusahaan. Komponen penting pengendalian intern menurut Amin Widjaja Tunggal (2010:196) mengungkapkan lima komponen yang saling terkait, yaitu:


(25)

11

“1. Lingkungan Pengendalian Intern (Control Environment). 2. Penilaian Resiko (Risk Assesment).

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities).

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication). 5. Pemantauan (Monitoring).”

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011:319), menyatakan komponen pengendalian intern adalah sebgai berikut:

“1. Lingkungan pengendalian. 2. Sistem akuntansi.

3. Prosedur pengendalian.”

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen pengendalian intern diantaranya Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Informasi dan komunikasi akuntansi, Sistem akuntansi, Prosedur Pengendalian dan Pemantauan dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian Intern (Control Environment), menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern serta menyediakan disiplin dan struktur. 2. Penaksiran Resiko (Risk Assesment), adalah analisis terhadap resiko yang

relevan untuk mencapai tujuanya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.

3. Aktivitas Pengendalian (Control activities), adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication), adalah pengindentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu


(26)

12

bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.

5. Pemantauan (Monitoring), adalah proses yang menetukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.

2.1.1.4Ciri-Ciri Pengendalian Intern yang Efektif

Menurut Akmal (2007:25), ciri-ciri pengendalian intern yang efektif yaitu sebagai berikut:

“1. Tujuannya jelas.

2. Dibangun untuk tanggung jawab bersama. 3. Biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan. 4. Dokumentasi.”

Ciri-ciri pengendalian intern yang efektif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tujuannya jelas. Jika suatu pengendalian dapat dimengerti, maka prosedur pengendalian tersebut tidak akan digunakan dan jika tidak mempunyai tujuan yang jelas, maka pengendalian tersebut tidak memiliki nilai.

2. Dibangun untuk tanggung jawab bersama. Pengendalian intern harus dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengguna atau seluruh pihak yangberkaitan. 3. Biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan. Biaya yang dikeluarkan

harus mencapai tujuan yang ditetapkan, namun biaya tersebut tidak boleh melebihi dari manfaat yang dihasilkan.

4. Dokumentasi. Proses dokumentasi yang baik adala proses dokumentasi yang sederhanan dan dapat dengan mudah dimengerti, serta jelas hubungan dengan


(27)

13

resiko pengendalian dan memberikan keyakinan kepada manajemen bahwa pengendalian intern ini berada pada tempatnya.

2.1.1.5Konsep Pengendalian Intern

Konsep pengendalian intern terdiri dari atas berbagai kebijakan, praktik dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan menurut James A. Hall yang diterjamahkan oleh Dewi Fitrisari dan Deny Arnos Kwary (2007:181), yaitu:

“1. Menjaga aktiva perusahaan.

2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi.

3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan.

4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen.”

Menurut konsep pengendalian intern diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menjaga aktiva perusahan. Aktiva (kekayaan) perusahaan dapat berupa aktiva yang berwujud maupun aktiva yang tidak berwujud. Kekayaan sangat diperlukan untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Jika aktiva itu hilang maka perusahaan akan mengalami kerugian kerugian besar sebab harta adalah bagian penting selain modal yang membuat perusahaan tetap eksis dan berdiri. 2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi.

Informasi menjadi dasar pembuatan keputusan, apabila informasi salah maka keputusan yang diambil, baik oleh manajemen maupun pihak lain akan menjadi salah juga. Perusahaan harus mengawasi atau mengontrol serta memastikan pembuat catatan-catatan mengenai transaksi-transaksi yang


(28)

14

terjadi, dimana catatan-catatan tersebut harus benar, tepat dan andal sebab dari catatan-catatan tersebut akan menjadi informasi akuntansi yang akan disampaikan kepada pihak manajemen.

3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan. Adalah perusahaan harus mengendalikan jalannya operasional perusahaan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan kerugian. Efisiensi merupakan suatu perbandingan antara besarnya pengorbanan dan hasil yang diperoleh. 4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan

oleh pihak manajemen. Secara berkala manajemen telah menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila semua pihak dalam perusahaan bekerja sama dengan baik dengan cara mematuhi kebijakan-kebijakan serta prosedur yang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen.

Dari uraian yang dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa didalam pengendalian intern ada berbagai macam konsep agar pengendalian intern berjalan dengan baik yaitu dengan menjaga aktiva perusahaan, memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi, mendorong efisiensi dalam operasional prusahaan dan mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen.

2.1.1.6Keterbatasan Pengendalian Intern

Ikatan Akuntansi Indonesia (2011:319.8) mengungkapkan bahwa pengendalian intern juga memiliki keterbatasan, yaitu sebagai berikut:


(29)

15

salah dan bahwa pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi.

2. Pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi diantara dua orang atau lebih.

3. Biaya pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut.”

Hal-hal yang memperlah pengendalian intern terdiri dari beberapa faktor. Azhar Susanto (2007:117) menyimpulkan faktor-faktor yang dapat memperlemah sistem pengendalian intern, yaitu sebagai berikut:

“1. Kesalahan. 2. Kolusi.

3. Penyimpangan manajemen. 4. Manfaat dan biaya.”

Keterbatasan pengendalian intern tesebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kesalahan. Kesalahan sering kali dilakukan, baik itu oleh manajemen atau personil lain dalam mempertimbangkan keputusan yang diambil dalam pelaksanaan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

2. Kolusi. Kolusi yaitu tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.

3. Penyimpangan manajemen. Manajer suatu organisasi memiliki banyak otoritas dibandingankan karyawan biasa, sehingga proses pengendalian hanya efektif pada tingkat manajemen bahwa sedangkan pada manajemen tingkat


(30)

16

atas tidak efektif. Kemungkinan terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh para manajer adalah rendahnya kualitas pengendalian intern.

4. Manfaat dan biaya. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern. Manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kualitatif dan kuantitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa baiknya pengendalian intern, pada pelaksanaannya tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh faktor-faktor yang dapat memperlemah pengendalian intern.

2.1.1.7Peran Penting Pengendalian Intern

Adapun peran penting pengendalian intern dari lima komponen pengendalian intern diatas untuk menyediakan manajemen informasi yang penting mengenai resiko penyalahsajian yang penting dalam laporan keuangan maupun penipuan. Selain itu, tujuan pengendalian intern harus dipandang relevan dengan tujuan individu yang akan menjalankan sistem pengendalian dan tugas pengendalian intern biasanya melibatkan imbal balik dengan produktivitas. Para manajemen karenanya diharuskan untuk mendapat pengerahuan yang memadai atas pengendalian intern di perusahaan mempengaruhi cara auditor akan menilai apakah perusahaan telah melaporkan semua kewajibannya, auditor harus memahami bagaimana pembelian dilakukan, diproses dan dicatat. Struktur pengendalian intern menyediakan informasi ini dan membimbing manajemen


(31)

17

dalam perencanaan berbagai pengujian tertentu untuk menetapkan kecenderungan dan keluasan penyalahsajian informasi yang disampaikan

2.1.2 Aktiva Tetap

Aktiva tetap biasanya memiliki pemakaian yang lama, dimana diharpkan pemanfaat selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin menurun, kecuali manfaat yang diberikan oleh tanah.

Dilihat dari wujud fisik aktiva tetap digolongkan menjadi aktiva tetap berwujud dan aktiva tidak berwujud. Aktiva adalah aktiva yang memiliki wujud fisik dapat dilihat dan dipegang, termasuk golongan ini antara lain: tanah, kendaraan, gedung, mesin dan lain-lain. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki wujud fisik tidak dapat dilihat dan dipegang, yang termasuk golongan ini adalah hak cipta, merek dagang dan goodwill.

2.1.2.1Pengertian Aktiva Tetap

Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto, Wasilah dan Rangga Handika (2009:566), aktiva tetap adalah:

Asset tetap (plant assets) adalah sumber daya yang memiliki tiga karakteristik: memiliki bantuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas), digunakan dalam kegiata operasional dan tidak untuk dijual ke

konsumen.”

Aktiva yang memiliki wujud fisik dapat dilihat dan dipegang. Aktiva ini biasanya dinamakan property, pabrik dan peralatan (property, plant and equipment) atau aktiva tetap (fixed assets). Aktiva dalam kelompok ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih dari satu tahun bagi perusahaan, kecuali tanah.


(32)

18

Aktiva tetap memiliki nilai yang semakin menurun seiring dengan masa manfaatnya.

Perusahaan memiliki kepentingan untuk menjaga aktiva tetap dalam kondisi yang baik, mengganti bagian yang rusak atau aktiva yang tidak digunakan dan mengembangkan sumber daya yang produktif sesuai kebutuhan perusahaan.

Menurut Suharli (2008:259) aktiva tetap disebut juga plant assets atau

fixed assets dan mendefinisikan sebagai berikut:

“Harta berwujud (tangible assets) yang memiliki masa manfaat ekonomis lebih dari satu tahun bernilai material dan digunakan untuk kegiatan operasi normal perusahaan adalah aktiva yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan operasional perusahaan dan merupakan pengeluaran

yang nilainya besar atau material.”

Sedangkan menurut Indra Bastian (2007:131), menyatakan bahwa:

“Aktiva tetap adala aktiva berwujud yangdiperoleh dalam bentuk siap pakai atau yang harus dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi entitas pemerintah, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas pemerintah dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”

Menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 01/PMK.)6/2013 (2013:Pasal 1), tentang aktiva tetap atau asset BMN (barang milik negara) adalah:

Asset tetap adalah asset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum.”

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktiva tetap merupakan aktiva berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode


(33)

19

akuntasi dan digunakan dalam kegiatan perusahaan, pemerintahan maupun pelayanan publik dan diakui berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum.

2.1.2.2Penggolongan Aktiva Tetap

Aktiva yang dimiliki suatu organisasi pada umum terdiri bermacam-macam aktiva tetap. Berikut ini penggolongan aktiva tetap menurut beberapa sumber:

Menurut Indra Bastian (2007:132), aktiva tetap dalam organisasi sektor publik digolongkan menjadi delapan diantaranya:

“1. Tanah.

2. Instalasi dan Jaringan. 3. Bangunan Air.

4. Jalan dan Jembatan. 5. Gedung dan Bangunan. 6. Kendaraan.

7. Mesin dan Peralatan.

8. Funituredan Perlengkapan.”

Sedangkan menurut Haryono Al Jusuf (2009:155), aktiva tetap digolongkan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu:

“1. Tanah.

2. Perbaikan Tanah. 3. Gedung.

4. Perlatan.”

Menurut Abdul Halim (2008:111), aktiva tetap terdiri dari atas:

“1. Tanah, meliputi tanah kantor, sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana sosial, sarana umum, stadion olahraga, perumahan, pertanian, perkebunan, perikanan, pertenakan, perkampungan dan pergudangan/ tempat menimbun material bahan baku.

2. Peralatan dan mesin, meliputi alat-alat angkutan darat, angkutan air, angkutan udara, bengkel, pengolahan dan pertenakan, perlatan dapur, penghias ruang rumah tangga,


(34)

20

komunikasi, ukur, kedokteran, laboratorium dan persenjataan/ keamanan.

3. Gedung dan bangunan, meliputi gedung kantor, rumah, gudang, bangunan bersejarah, bangunan monumen dan tugu peringatan.

4. Jalan, jaringan dan instalasi, meliputi jalan, jembatan, jaringan air, penerangan jalan, taman dan hutan kota, serta instalasi listrik dan telepon.

5. Asset tetap lainnya, meliputi buku dan kepustakaan, barang bercorak kesenian, kebudayaan, serta hewan/ ternak dan tanaman.

6. Kontruksi dalam pengerjaan

2.1.2.3Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 01/PMK.06/2013 (2013:Pasal 1.3) tentang penyusutan aktiva tetap adalah:

“Penyusutan asset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu asset.”

Menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 01/PMK.06/2013 (2013:Pasal 18) tentang penyusutan barang milik negara berupa asset tetap yaitu:

“1. Penyusutan asset tetap dilakukan dengan metode garis lurus. 2. Metode garis lurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari asset tetap secara merata setiap semester selama masa manfaat.

3. Perhitungan metode garis lurus sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan formula sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.”

Perumusan Penyusutan aktiva tetap metode penyusutan sebagai berikut:


(35)

21

2.1.2.4Pelepasan Aktiva Tetap

Pelepasan aktiva merupakan kegiatan pengurangan jumlah aktiva yang dilakukan perusahaan karena berbagai alasan. Pertimbangan efisiensi telah menjadi acuan penting dalam memutuskan kebijakan aktiva. Menurut Indra Bastian (2007:127), penghentian dan pelepasan aktiva tetap adalah

“Pelepasan aktiva dapat dilakukan dengan cara menjual aktiva tetap

tersebut, menghentikan penggunaannya karena tidak dapat digunkan

lagi atau menukarkanya dengan aktiva baru.”

Meurut Warren, Reeve & Fees yang diterjemahkan oleh aria Frahmita, amanugrahani dan Taufik Hendrawan (2008:453), pelapasan aktiva tetap yaitu sebagai berikut:

“1. Pembuangan aktiva tetap. 2. Penjualan aktiva tetap.

3. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis.”

Menurut Jerry J.Weygandt yang diterjemahkan oleh Akbar Yulianto, Wasilah dan Rangga Handika (2009:566), aktiva tetap dapat dilepaskan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut:

“1. Pembuangan asset tetap. 2. Penjualan asset tetap. 3. Pertukaran assettetap.”


(36)

22

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pelepasan aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara, antara lain:

1. Pembuangan aktiva tetap. Jika aktiva tidak bergunalagi bagi perusahaan sertatidak memiliki nilai sisa atau nilai pasar, maka aktiva tersebut akan dibuang.contohnya yaitu printer komputer yang sudah rusak kemudian tidak bisa digunakan lagi, maka printer tersebut akan dibuang.

2. Penjualan aktiva tetap. Pada pelepasan yang disebabkan penjualan, nilai buku aktiva akan dibandingkan dengan uang yang diterima dari hasil penjualan lebih besar dari nilai buku aktiva tetap, maka terjadi keuntungan atas pelepasan aktiva. Jika uang yang diterimadari hasil penjualan lebih kecil dari nilai buku aktiva tetap, maka terjadi kerugian atas pelepasan aktiva.contoh yaitu: penjualan perabot kantor yang sudah tidak dipakai. 3. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis. Sering kali peralatan lama ditukar

dengan yang memiliki kegunaan yang sama. Contoh yaitu: pertukaran antara perabot lama dengan perabot yang baru.

Menurut Peraturan Kementerian Keuangan No. 96/PMK.06/2009 (2009) penghapusan barang milik negara (BMN) atau aktiva tetap adalah

“Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara dari

daftar barang menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna barang atau kuasa pengguna barang atau pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik


(37)

23

2.1.3 Pengendalian Intern Aktiva Tetap

Aktiva tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar, jika aktiva lancar dikendalikan pada saat konsumsi, pengendalian aktiva tetap dilaksanakan pada saat perencanaan perolehan aktiva tersebut.

Pengendalian intern merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan akan lebih terarah dan lebih baik dalam mencapai tujuan. Pengawasan intern diterapkan dalam setiap siklus yang ada di perusahaan, salah satunya dalam pertambahan dan pengurangan aktiva tetap.

Pengawasan intern pertambahan aktiva pada perusahaan perlu diterapkan dan dianalisis bagaimana pelaksanaan pengendalian intern pertambahan aktiva tetap tidak menimbulkan resiko bagi perusahaan. Analisis pengendalian intern ini dilihat dari transaksi yang diotorisasi, adanya nomor urut tercetak pada dokumen pendunkung, adanya pelatihan yang memadai untuk karyawan, adanya prosedur formal yang digunakan untuk melakukan kegiatan dan aktivitas operasional.

2.1.3.1Unsur-Unsur Pengendalian Intern Aktiva Tetap

Mulyadi (2008:612), ada beberapa unsur pengendalian intern dalam sistem akuntansi aktiva tetap. Unsur-unsur yaitu sebagai berikut:

“1. Organisasi. 2. Sistem Otorisasi. 3. Prosedur Pencatatan. 4. Praktik yang sehat.”


(38)

24

Unsur pengendalian intern tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Organisasi

a. Fungsi pemakai harus terpisah dari fungsi akuntansi aktiva tetap.

b. Transaksi perolehan, penjualan dan penghentian pemakaian aktiva tetap harus dilaksanakan oleh lebih dari unit organisasi yang bekerja secara independen.

2. Sistem Otorisasi

a. Anggaran investasi diotorisasi oleh rapat umum pemegang saham.

b. Surat permintaan otorisasi investasi diotorisasi oleh direktur yang bersangkutan.

c. Surat permintaan otorisasi reparasi diotorisasi oleh direktur utama. d. Surat perintah kerja diotorisasi oleh kepala departemen yang

bersangkutan.

e. Surat order pembelian diotorisasi oleh pejabat yang berwewenang. f. Laporan penerimaan barang diotorisasi fungsi penerimaan.

g. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi. h. Bukti memorial diotorisasi oleh fungsi akuntansi. 3. Prosedur pencatatan

a. Perubahan kartu aktiva tetap harus didasarkan pada bukti kas keluar dan bukti memorial yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap, yang diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.

b. Setiap pemutakhiran data yang dicatat dalam kartu aktiva tetap harus dilakukan oleh fungsi akuntansi dan harus didasarkan pada dokumen


(39)

25

sumber yang diotorisasioleh pejabat yang berwenang serta dilampiri dokumen pendukung yang sah.

4. Praktik yang sehat

a. Secara periodik dilakukan pencocokan fisik aktiva tetap dengan kartu aktiva tetap.

b. Penggunaan anggaran investasi sebagai alat pengendalian investasi dalam aktiva tetap.

c. Penutupan asuransi aktiva tetap terhadap kerugian.

d. Kebijakan akuntansi tentang pemisahan pengeluaran modal (capital expenditure) dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).


(40)

26

2.1.4 Tinjauan Penelitian Sebelum

Tabel 2.1 Penelitian Sebelum

NO Penulis dan Tahun

Judul Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Persamaan 1. Aminah/2008 Dampak hasil

penilaian kelayakan dan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern penjualan kredit terhadap keputusan penting dalam pelaksanaan audit Sistem pengendalian intern penjualan kredit dinyatakan layak dan efektif Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah pengendalian intern aktiva tetap sedangkan sebelumnya yang diteliti adalah dampak hasil kelayakan dan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern penjualan kredit Penelitian yang dilakukan peneliti dan sebelumnya berada di dalam lingkup pengendalian intern

2 Primastuti/2008 Penilaian terhadap pelaksanaan sistem pengendalian intern dalam pengelolaan aset tetap pada pemerintah Kota Depok

Pelaksanaan sistem pengendalian intern dalam pengelolaan aset tetap pada

pemerintah Kota Depok belum efektif

- Penelitian yang dilakukan peneliti sama dan peneliti sebelumnya berada diruang lingkup pengendalian intern aset tetap


(41)

27 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Pengertian objek penelitian menurut Supriyati (2012:38) adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh peneliti di tempat

penelitian dilakukan.”

Sedangkan menurut Sugiyono (2010:38) adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa objek penelitian merupakan suatu hal yang akan diteliti dengan mendapatkan data untuk tujuan tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan. Objek penelitian yang peneliti ambil adalah pengendalian intern aktiva tetap Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung yang bertempat di Jl. Sangkuriang No.14 Bandung.


(42)

28

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:2) menyatakan bahwa, definisi metode penelitian adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi

masalah.”

Berdasarkan definisi di atas, metode penelitian merupakan cara ilmiah yang mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitain, untuk memperoleh data dan fakta yang diperlukan berkaitan dengan tujuan dan judul yang diambil dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.

Adapun pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:35)

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengindetifikasi masalah.”

Menurut Suharsimi Arikunto (2011:3) tentang metode deskriptif adalah sebagai berikut:

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud unutk

meyelidiki keaadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan,


(43)

29

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan situasi atau kejadian yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab terjadinya masalah dengan cara mengumpulkan data. Penulis mengumpulkan data dengan cara wawancara dan observasi pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung mengenai pengendalian intern aktiva tetap yang ada di perusahaan tersebut dan hasil dari penelitian dapat ditarik kesimpulan oleh penulis dan kemudian dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian secara objektif.

3.2.1 Sumber data

Adapun pengertian sumber data Suharsimi Arikunto (2010:172) adalah sebagai berikut:

“Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.”

Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder, dimana sumber data yang diperoleh oleh penulis secara langsung dan tidak langsung.

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti baik dari pribadi maupun dari suatu perusahaan yang mengolah data unutk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(44)

30

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari dan memahami melalui media lain.

Menurut Sugiyono (2010:193) sumber sekunder adalah:

“Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.”

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan beberapa cara, berikut urainnya:

1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Adalah pengumpulan data-data dari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang terjadi, membaca dan mempelajari buku-buku untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diambil.

2. Field Research (Penelitian Lapangan)

Yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung ke perusahaan yang dituju yaitu di Bagian Keuangan (Pengelolaan Aset BMN) balai Besar Barang Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung.


(45)

31

Adapun cara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi (Pengamatan)

Menurut Suharsimi Arkunto (2011:199), observasi adalah sebagai berikut:

“Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra.”

b. Interview (Wawancara)

Penulis melakukan wawancara mengenai kegiatan tentang pengendalian intern aktiva tetap di Bagian Keuangan (pengelolaan Aset BMN) Balai Besar Bahan dan Basrang Teknik (B4T) Bandung. c. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh di Bagian Keuangan (Pengelolaan Aset BMN) Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung.


(46)

54 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai Pengendalian Intern Aktiva Tetap pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengendalian intern aktiva tetap Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung terdiri atas unsur organisasi, sistem otorisasi, prosedur pencatatan dan praktik yang sehat. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengendalian intern aktiva tetap B4T belum sepenuhnya baik. Kelemahan yang terjadi yaitu: pada unsur organisasi, bagian akuntansi yang seharusnya terpisah dengan bagian aktiva tetap. Sehingga harus dipisahkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam pencatatan maupun pengawasan aktiva tetap.

2. Prosedur penghapusan aktiva tetap di Balai Besar Bahan Dan Barang Teknik Bandung menetapkan setiap penghapusan aktiva tetap boleh dilaksanakan apabila masa manfaat atau masa penggunaannya telah habis (nilai buku sama dengan 1 atau Nul) misalkan umur ekonomis kendaraan 10 tahun, bisa juga bila terjadi kerusakan dan kehilangan pada aktiva tetap tersebut. Pelaksanaan penghapusan tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh Sekjen Kemenkeu. Setelah mendapatkan persetujuan penghapusan aktiva tetap dilakukan dengan lelang. Tetapi dalam penghapusan aktiva barang yang tidak ditemukan keberadaan atau hilang belum dilaksanakan


(47)

55

penghapusan sehingga terjadinya penumpukan data di daftar barang yang belum didistribusikan.

5.2 Saran

Penulis mencoba memberikan saran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penulis, dapat menambah manfaat dalam penulisan tugas akhir ini.

Adapun saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan pengendalian intern aktiva tetap, B4T perlu memisahkan beberapa fungsi dan memperbaiki kekurangan yang ada sehingga pengelolaan aktiva tetap dapat berjalan dengan baik. Dan B4T perlu membuat kebijakan mengenai peminjaman aktiva tetap dari suatu ruangan ke ruangan lain sehingga tidak terjadi kehilangan atau barang yang tidak ditemukan. Seluruh pihak yang terkait dengan pemakaian aktiva tetap sebaiknya menjaga aktiva tetap yang diberikan agar tetap dapat digunakan untuk operasional perusahaan sampai batas waktu pemakaian yang ditentukan.

2. Dalam pelaksanaan penghapusan aktiva tetap di B4T, B4T perlu melaksanakan penghapusan aktiva tetap yang tidak ditemukan lagi atau hilang, supaya tidak terjadinya penumpukan data.


(1)

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:2) menyatakan bahwa, definisi metode penelitian adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.”

Berdasarkan definisi di atas, metode penelitian merupakan cara ilmiah yang mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitain, untuk memperoleh data dan fakta yang diperlukan berkaitan dengan tujuan dan judul yang diambil dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.

Adapun pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:35)

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengindetifikasi masalah.”

Menurut Suharsimi Arikunto (2011:3) tentang metode deskriptif adalah sebagai berikut:

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud unutk meyelidiki keaadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.”


(2)

29

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan situasi atau kejadian yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab terjadinya masalah dengan cara mengumpulkan data. Penulis mengumpulkan data dengan cara wawancara dan observasi pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung mengenai pengendalian intern aktiva tetap yang ada di perusahaan tersebut dan hasil dari penelitian dapat ditarik kesimpulan oleh penulis dan kemudian dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian secara objektif.

3.2.1 Sumber data

Adapun pengertian sumber data Suharsimi Arikunto (2010:172) adalah sebagai berikut:

“Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.”

Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder, dimana sumber data yang diperoleh oleh penulis secara langsung dan tidak langsung.

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti baik dari pribadi maupun dari suatu perusahaan yang mengolah data unutk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(3)

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari dan memahami melalui media lain.

Menurut Sugiyono (2010:193) sumber sekunder adalah:

“Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.”

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan beberapa cara, berikut urainnya:

1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Adalah pengumpulan data-data dari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang terjadi, membaca dan mempelajari buku-buku untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diambil.

2. Field Research (Penelitian Lapangan)

Yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung ke perusahaan yang dituju yaitu di Bagian Keuangan (Pengelolaan Aset BMN) balai Besar Barang Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung.


(4)

31

Adapun cara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi (Pengamatan)

Menurut Suharsimi Arkunto (2011:199), observasi adalah sebagai berikut:

“Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi

kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.”

b. Interview (Wawancara)

Penulis melakukan wawancara mengenai kegiatan tentang pengendalian intern aktiva tetap di Bagian Keuangan (pengelolaan Aset BMN) Balai Besar Bahan dan Basrang Teknik (B4T) Bandung. c. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh di Bagian Keuangan (Pengelolaan Aset BMN) Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung.


(5)

54 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai Pengendalian Intern Aktiva Tetap pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengendalian intern aktiva tetap Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung terdiri atas unsur organisasi, sistem otorisasi, prosedur pencatatan dan praktik yang sehat. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengendalian intern aktiva tetap B4T belum sepenuhnya baik. Kelemahan yang terjadi yaitu: pada unsur organisasi, bagian akuntansi yang seharusnya terpisah dengan bagian aktiva tetap. Sehingga harus dipisahkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam pencatatan maupun pengawasan aktiva tetap.

2. Prosedur penghapusan aktiva tetap di Balai Besar Bahan Dan Barang Teknik Bandung menetapkan setiap penghapusan aktiva tetap boleh dilaksanakan apabila masa manfaat atau masa penggunaannya telah habis (nilai buku sama dengan 1 atau Nul) misalkan umur ekonomis kendaraan 10 tahun, bisa juga bila terjadi kerusakan dan kehilangan pada aktiva tetap tersebut. Pelaksanaan penghapusan tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh Sekjen Kemenkeu. Setelah mendapatkan persetujuan penghapusan aktiva tetap dilakukan dengan lelang. Tetapi dalam penghapusan aktiva barang yang tidak ditemukan keberadaan atau hilang belum dilaksanakan


(6)

55

penghapusan sehingga terjadinya penumpukan data di daftar barang yang belum didistribusikan.

5.2 Saran

Penulis mencoba memberikan saran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penulis, dapat menambah manfaat dalam penulisan tugas akhir ini.

Adapun saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan pengendalian intern aktiva tetap, B4T perlu memisahkan beberapa fungsi dan memperbaiki kekurangan yang ada sehingga pengelolaan aktiva tetap dapat berjalan dengan baik. Dan B4T perlu membuat kebijakan mengenai peminjaman aktiva tetap dari suatu ruangan ke ruangan lain sehingga tidak terjadi kehilangan atau barang yang tidak ditemukan. Seluruh pihak yang terkait dengan pemakaian aktiva tetap sebaiknya menjaga aktiva tetap yang diberikan agar tetap dapat digunakan untuk operasional perusahaan sampai batas waktu pemakaian yang ditentukan.

2. Dalam pelaksanaan penghapusan aktiva tetap di B4T, B4T perlu melaksanakan penghapusan aktiva tetap yang tidak ditemukan lagi atau hilang, supaya tidak terjadinya penumpukan data.