PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PENGARUHNYA TERHADAP PREjTASI BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN 20072008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agam

  P e rp u s ta k a a n STAIN S a la tig a

  08TD 1011762.01

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PENGARUHNYA

  

TERHADAP PRE$jTASI BELAJAR SISWA

SMK NEGERI 1 SALATIGA

TAHUN 2007/2008

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi

Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama

Dalam Ilmu Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam

o l c b :

  Ali Mustofa NIM : 121 04 005 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2008

  D EPARTEM EN A G A M A Rl SEKOLAH TINGGJ AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara: Ali Mustofa dengan Nomor Induk Mahasiswa 121 04 005

  Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

  Jurusan yang berjudul:

  

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

DALAM PEMBELAJARAN AGAMA

ISLAM PENGARUHNYA

  

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN 1 SALATIGA TAHUN

2007/2008.

  telah dimunaqasahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: kabu, 19 Maret 2008 M. yang bertepatan dengan tanggal 11 Rabiul Awal 1429 H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah 19 Maret 2008 M.

  Salatiga, -------------------------- 11 Rabiul Awal 1429 H.

PANITIA UJIAN

  DEPARTEM EN A G AM A Rl SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T ! G A Jl. Teniara Pelujar No. 02 SaUuiyu 50721 Telp. (029H) 323-133. 323706

  DEKLARASI Bismillahirrahmaanirrahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab. peneliti mcnyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari temvata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar refemsi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 11 Fcbruari 2008 Peneliti

  AM M u s lo f a MM. 12104005

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  BAB I PENDAHULUAN

  

  BAB II LANDASAN TEORI

   2. Prinsip Dasar Contextual Teaching And Learning (CTL).

  20

  I

  3. Strategi pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL). ...22

  

  5. Manfaat pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)... 33

  

  B. Prestasi

  

  

  

  

  

  

  C. Belajar

  

  

  

  

  D. Pendidikan Agama Islam

  

  

  

  

  

  

  

  E. Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Prestasi

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV ANALISIS DATA DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

D A F T A R T A B E L

...3 1 Perbandingan be 1 ajar lama dan baru...............

  Tabel Nomor

  .32

  2 Tujuh Pilar Contextual Teaching and Learning Tabel Nomor

  Tabel Nomor

  .78 3 Keadaan Guru...............................................

  Tabel Nomor

  ..85 4 Keadaan Karyawan........................................

  ..87

  Tabel Nomor 5 Keadaan Siswa..............................................

  .93

  Tabel Nomor 6 Wali Kelas....................................................

  ..95

  Tabel Nomor 7 Sarana dan Prasarana.....................................

  ..96

  Tabel Nomor 8 Nama Responden..........................................

  101 Tabel Nomor 9 Klasifikasi Javvaban Angket..........................

  .104

  Tabel Nomor 10 Daftar Nilai Prestasi....................................

  106

  Tabel Nomor 11 Nilai Angket dan Prestasi............................. Tabel Nomor

  12 Nilai Pelaksanaan Contextual Teaching and

  109 Learning (CTL) dengan Prestasi...............

  Tabel Nomor

  13 Frekuensi yang Diperoleh............................ .111 7'abel Nomor

  14 Frekuensi yang Diharapkan.........................

  1 1 1 .1

  12 Tabel Nomor 15 l abel Kcrja Menghitung Chi-Kuadrat..........

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar Sekolah tidak menyadari bahwa kegiatan belajar semakin

  • hari semakin mengalami kemunduran. Belajar semakin hari menjadi kegiatan yang semakin membosankan, statis dan stres. Di sekolah situasinya juga tidak jauh berbeda, anak-anak kuyu, mengantuk, bosan, malas dan tidak termotivasi sementara guru tak jarang pula mengabaikan dirinya sendiri. Bahkan siswa-siswa yang masuk program akselerasi terancam terkena penyakit jiwa karena beratnya beban sekolah. Di si si lain, guru mengajar dengan materi sama dari tahun ke tahun, transparansi atau catatan yang sama, banyak materi hapalan, gaya mengajar tidak berubah, standar, formal dan kaku. Hal seperti ini tidak luput dari bagaimana guru harus melaksankan tugasnya sebagai seorang guru. Seorang guru harus mempunyai wawasan yang mantap dan utuh tentang kegiatan belajar-mengajar.

  Wawasan yang perlu di miliki guru adalah strategi belajar mengajar.

  Banyak ilmuan yang membahas tentang kenyataan bahwa orang belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran pada saat bersamaan. Itulah sebabnya mengapa ketika orang belajar secara kontinyu dengan cara melakukan akan jauh lebih baik dan lebih cepat dari pada mempelajari hal tersebut setahap demi setahap tetapi di luar konteks. Orang akan lebih cepai dan lebih baik dalam menguasai cara salat yang benar apabila melakukan secara langsung, begitu juga bahasa Inggris ketika langsung di negara Inggris selama 1 tahun dibandingkan dengan mereka yang mempelajari di sekolah selama 3 tahun. Anak siswa lebih

  2

  cepat memahami cara ibadah dari pada hanya sekedar teori atau dengan memberi pengajaran dengan ceramah. Hal itu hasilnya akan berbeda dan lebih menguntungkan dan anak cepat faham apabila menggunakan belajar langsung.

  Pendekatan belajar tradisional yang diterapkan ternyata justru menumpulkan potensi anak didik. Anak TK begitu antusias, gembira, dan alami, keingintahuan mereka besar, bertanya dan ingin mencoba tentang segala hal. Namun semakin tinggi jenjang pendidikan mereka, semakin kehilangan energi. Di perguruan tinggi, mereka menjadi jauh lebih pendiam, tidak aktif dan tidak bersemangat mengerjakan tugas dan belajar. Hasil belajar juga cepat hilang, begitu semester berlalu, berlalu pula pengetahuan yang mereka dapat. Tentu ada

  

missing link selama mereka di sekolah? Bagaimana kita dapat mengubah keadaan

  ini semua? Kegiatan belajar sebagai kegiatan penting selama hidup manusia, yang menjadi suatu pengalaman menyenangkan, mengasikkan, merangsang pikiran, mempersatukan dan membebaskan jiwa.

  Kini, tugas pendidikan adalah mempersiapkan orang untuk menghadapi dunia yang semakin tua dan penuh tantangan. Dengan semangat juang, melibatkan seluruh pikiran/tubuh dengan program belajar yang memungkinkan orang untuk memilih. Lingkungan belajar sedapat mungkin memberi kesan positif, melibatkan semua pihak dalam belajar (orang tua dan anggota masyarakat lain) dan menerjunkan diri secara langsung dan sedekat mungkin dengan dunia nyata.

  Berikut ini contoh perbandingan kecenderungan belajar menurut paradigma lama dan baru.

  3

  Tabel I

  Paradigma Lama Paradigma Baru

  Berbasis pada teks Berbasis pada kegiatan

  Mementingkan segi kognitif/hapalan Keseluruhan kognitif, fisik dan Tidak bersemangat dan muram emosional

  Kaku dan serius Antusias dan hidup Guru memberi siswa menerima Fleksibel dan gembira Otoriter Guru adalah fasilitator, pendamping Verbal Demokrasi

  Hasil belajar diukur dengan tes Multi indrawi Individualistis Tes dan non tes

  Gotong royong/kerja sama1 Untuk mengantisipasi penurunan pada pendidikan pada generasi penerus, maka ada suatu konsep yang bisa mengurangi kegagalan pada pendidikan, yaitu menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

  Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsepsi pembelajaran

  yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari sebagai angggota keluarga dan masyarakat2.

  'Hamid Muhammad, Ph.D., Materi Pelatihan Terintegrasi, tlmu Pengetahuan Sosial, Perencanaan Pembelajaran IPS, Departemen Pendidikan Nasianal, Jilid 4, 2005, him. 6

  Elain B. Johnson, PH.D .Contextual Teaching and Learning, Corwin Press, Inc.,Thousand Oaks, California, 2002. him.7

  4

  Pendekatan CTL yang begitu mudah tapi memerlukan banyak sarana dan prasarana, mengakibatkan banyak sekolah tidak mampu memperaktekkan secara keseluruhan. Ada salah satu sekolah favorit di Kota Salatiga yang memperaktekan pendekatan CTL yaitu SMK Negeri 1 Salatiga pada pengajaran umum maupun pengajaran agama.

  Proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Salatiga adalah menerapkan pendekatan CTL, proses seperti ini masih digunakan sekolah hingga sekarang.

  Apakah ada kelebihan menggunakan Contextual Teaching and Learning? Maka bertitik tolak dari pemikiran tersebut, perlu kiranya dikaji secara mendalam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan objektif dengan memakai pendekatan ilmiah. Untuk itu penulis mencoba mengkaji persoalan tersebut di atas secara kritis dan analitis, dengan membuat skripsi yang berjudul :

  

“PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

DALAM PEMBELAJARAN AGAMA

ISLAM PENGARIJHNYA

  

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 SALATIGA

TAHUN 2007/2008”.

B. Penjelasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman judul yang penulis ajukan dan agar kehendak dari pemahaman yang sebenamya tidak menimbulkan interprestasi lain, maka penulis berikan pengertian dan batasan masing-masing istilah judul tersebut

  5

  1. Pengaruh

  Dalam kamus umum bahasa Indonesia, Kata pengaruh berarti; sesuatu yang dapat membentuk perilaku, kepercayaan atau tindakan seseorang, sesuatu yang menimbulkan akibat.1

  2. Contextual Teaching and Learning (CTL)

a. Contextual,

  Con, dalam kamus Advanced English-Indonesia Dictionary berarti awalan

  yang berarti dengan atau bersama.4 5 Textual, Berkenaan dengan naskah/kontektual/dunia nyata tidak sebatas teori.3

b. Teaching

  Mengajar atau mcmberikan pengelahuan/ilmu seorang pendidik pada anak didik.6

c. Learning

  Pembelajaran antara Guru dan seorang Siswa dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.7 Arti Contextual Teaching and Learning (CTL) secara keseluruhan adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan

  3 Dewi S. Bahartlui, Kamus Umum bahasa Indonesia, Bintang Terang 99, Surabaya, Tahun 1995, hlm.304

  4 Drs Peter Salin, Advenced English-Indonesia Dictionary, modem English Pres. Jakarta, 1988.him. 879

  5Ibid„ him. 873

6 Ibid,, him. 872

  6

  pengetahuan dan penerapanya d^Iam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarkat.8

3. Belajar

  Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhanya.9

4. Pendidikan Agama Islam

  Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan praktis dalam membantu anak agar mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam, sehingga terjalin suatu kebahagiaan dunia dan akherat.10 1

  1

5. Prestasi

  Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilaksanakan), dikeijakan .n Penulis mengukur prestasi anak dengan melihat nilai rapor dengan standar Departemen Agama pada laporan hasil belajar. Juga memberi angket tentang pemyataan prestasi.

6. Siswa

  Seorang anak yang mencari ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk mempersiapkan masa depan menuju hidup lebih sejahtera.12

8 Elain B. Johnson, PU.D.Op 0 7 ., hlm.60 9 Drs. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Reneka Cipta, Jakarta.

  1991, him. 121

  10 Zuhairi, Abdul Ghofur, Slamet As Yusuf, Melode Khusus Pendidikan Agama, Usaha Mas, Surabaya, 1983, him. 27

11 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bali Pustaka, Jakarta, 1992, him. 706

  7 C. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana pelaksanaan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Agama Islam pada siswa SMK Negeri 1 Salatiga

  2. Bagaimana Prestasi belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Salatiga

  3. Adakah pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Salatiga.

  D. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan CTL (Contextual Teaching and ) dalam pembelajaran PAI pada siswa SMK Negeri 1 Salatiga.

  Learning

  2. Mengetahui Prestasi belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Salatiga

  3. Mengetahui adanya pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Salatiga.

E. Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar siswa. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

  1. Secara praktis, bagi sekolahan khususnya SMK Negeri 1 Salatiga dapat memperoleh informasi tentang pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar siswa.

  8

  2. Secara tearitik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi sekolahan khususny^ sekolah SMK Negeri 1 Salatiga yang diperoleh dari penelitian lapangan.

F. Hipotesjs.

  Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara, terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.13 Sedangkan menurut Prof. DR. Winarno Surachmat hipotesis adalah suatu kesimpulan tetapi masih belum final, masih harus dibuktikan kebenarannya.14

  Oleh karena sifatnya yang masih sementara, maka suatu hipotesis dapat diulang atau diganti dengan hipotesis lain bila mana dalam penelitian selanjutnya dijumpai hipotesis yang kurang tepat. Dalam penelitian ini, penulis mempunyai asumsi bahwa ada keterkaitan antara pendekatan Contextual Teaching and

  Learning (CTL) dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 1 Salatiga.

  Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan adalah : “Ada pengaruh yang signifikan pemakaian metode Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar siswa SMK Negeri 1 Salatiga.”

G. Metodologi Penelitian

  Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, maka kesesuaian metode merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan suatu penelitian.

  Penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:

  1. Populasi dan Sampel

  13 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 67

14 Prof. DR. Winarno Suchrahmat, Dasar dan Tehnik Research, PT Tercipta, 1987, him.

  9

  a. Populasi Menurut Sutrisno Hadi bahwa populasi merupakan semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendaknya digeneralisasikan.i:i Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kelas satu, dua, tiga SMK. Negeri 1 Salatiga tahun 2007/2008. Jumlah keseluruhan murid kurang lebih 1344 siswa dibagi menjadi 36 kelas, dengan ketentuan kelas 1 ada 12 kelas, kelas 2 ada 12 kelas, kelas 3 ada 12 kelas.

  b. Sampel Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti,

  Yang di anggap mewakili terhadap populasi.1

  5

  16 Sedangkan untuk menentukan berapa besar yang akan dijadikan sampel dalam populasi tidak ada ketentuan yang pasti.17 Dalam hal ini Suharsimi Arikunto mengatakan, bahwa untuk mengambil sampel bila populasinya besar (100 lebih), maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Akan tetapi apabila kurang dari 100, maka semua dijadikan sampel.18

  1) Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini semua kelas satu, dua dan tiga yang diwakili 2 siswa perkelasnya.

  2. Variabel Penelitian Dalam penelitian ilmiah variabel merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai keseluruhan suatu penelitian.

  15 Prof. Dr. Sutrisno Hadi, M.A; Melodologi Research, jilid 1, Yasbit. Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, Cet. XII, 1981, him. 70

  16 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op. Cit, him. 102.

  17 Sutrisno Hadi, Op. Cit, him. 73.

  10

  Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi.10 Adapun yang menjadi variabel pada penelitian ini adalah : a. Variabel pengaruh adalah pelaksanaan Contextual Teaching and Learning (CTL).

  b. Variabel terpengaruh adalah prestasi belajar siswa. Dari dua variabel tersebut mempunyai indikator-indikator antara lain :

  a. Pelaksanaan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan indikator : 1) Belajar Berbasis Masalah

  2) Pengajaran Autentik 3) Belajar berbasis Inquiri 4) Belajar berbasis proyek/ tugas terstruktur 5) Belajar berbasis kerja 6) Belajar Jasa Layanan 7) Belajar KooperatifTbelajar bersama1

  9

  20

  b. Prestasi belajar siswa dengan indikator 1) nilai rapor 7 atau 70 dan lebih

  2) mempunyai semangat untuk meningkatkan prestasi 3) mengulangi pelajaran

  4) bisa mengingat pelajaran lebih dari 75 % 5) selalu mengerjakan tugas 6) menggunakan waktu untuk belajar 7) dapat menjelaskan materi yang diajarkan 19 Ibid., him. 89.

  11

  8) memahami materi pelajaran21 Dari variabel yang pertama yaitu Pelaksanaan Contextual Teaching and

  Learning (CTL) penulis kategorikan menjadi dua tingkatan :

  a) Tinggi

  b) Sedang dan variabel yang kedua Prestasi Belajar penulis kategorikan menjadi dua tingkatan dengan mengacu pada buku hasil penilaian yang dikeluarkan oleh Departemen Agama:

  a) Baik Sekali

  b) Baik Dari variabel yang pertama bila mendapat dari instrumen yang disampaikan responden adalah:

  (1) Nilai 3 bila menjawab a (2) Nilai 2 bila menjawab b (3) Nilai 1 bila menjawab c Sedangkan variabel kedua dengan melihat nilai rata-rata perkelas pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

  3. Metode pengumpulan data.

  Metode pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ilmiah ada beberapa cara yang dipakai untuk mengumpulkan data. Adapun yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

  21 W. Nugroho, Belajar Mengatasi Hambatan Belajar, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2007. him. 3

  12

  Yaitu cara untuk memperoleh data yang berdasarkan penelitian, dimana data tersebut diperoleh dari buku-buku dan bacaan yang lain yang ada korelasinya.22 Metode ini di pakai untuk mengumpulkan data mcngcnai informasi dan memperkuat paparan mengenai kerangka pikiran dalam penelitian yang penulis lakukan.

  b. Observasi Observasi adalah adalah suatu pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung.23 Observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki, baik untuk mengumpulkan monografi, histories, dan lain sebagainya. Ada dua macam observasi, yaitu : i. Observasi partisipan

  Yaitu observasi yang di lakukan dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan penelitian. ii. Observasi non Partisipan

  Yaitu observasi dimana observer tidak terlibat dan tidak mengambil bagian dalam kegiatan observasi. Dalam kaitan penelitian ini penulis menggunakan metode observasi non partisipan, artinya penulis dalam melaksanakan penelitian tidak masuk dalam objek penelitian.

22 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op. Cit, him. 190

  13

  Yaitu observasi dimana observer tidak terlibat dan tidak mengambil bagian dalam kegiatan observasi. Dalam kaitan penelitian ini penulis menggunakan metode observasi non partisipan, artinya penulis dalam melaksanakan penelitian tidak masuk dalam objek penelitian.

  c. Angket Angket adalah perianyaan yang dikirimkan oleh seorang peneliti kepada responden tentang data pribadi sendiri atau orang lain.2'1 Pengumpulan angket/koesioner merupakan hal yang pokok untuk mengumpulkan data. Hasil koesioner tersebut terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statitik dan uraian serta kesimpulan dari hasil penelitian. Koesiner adalah memperoleh informasi dengan reabilitas dan validitas setinggi mungkin.2''

  Model angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup, yaitu responden tinggal menjawab sesuai dengan kehendak peneliti, dan tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa terhadap prestasinya.

  d. Interview Menurut Sutrisno Hadi, interview merupakan metode pengumpulan data dengan jalan proses tanya jawab secara lisan dua orang atau lebih berhadap-

  4 Interview atau tanya jawab ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan komunikasi langsung antara penyelidik dengan yang di selidiki.

  26 * hadapan. Secara fisik yang satu dapat melihat yang lain.2

  24 Ibid, him. 192 2i Masri Singaribun dan Sofan Efendi, Metodologi Penelitian Survai, Lp 3ES, Jakarta, 1985, hlm.130.

  14

  Metode ini penulis gunakan pada permasalahan yang belum jelas yang ada kaitanya dengan penelitian.

  e. Dokumentasi

i Yaitu menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah.

  dokumen, peraturan-peraturan, hasil rapat, catatan harian, dan sebagainya.27 Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh catatan-catatan sejarah serta data-data tentang keadaan sekolah pada manajemennya dan lain-lain.

  4. Tehnik Analisis Data Setelah data terkumpul dalam penelitian ini, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data yang terkumpul.

  a. Analisa yang berfungsi untuk mengetahui pendekatan

  Contextual Taching and Learning (CTL) dan prestasi belajar PAI pada siswa

  SMK Negeri 1 Salatiga Untuk mengetahui variabel ini dengan menggunakan ramus :

  P = — x 100 N

  Dimana P : Prosentase individu dalam golongan F : Frekuensi N : Jumlah subyek secara keseluruhan

  b. Analisa data yang kedua berfungsi untuk mengetahui tentang pelaksanaan Contextual Teaching and Learning (CTL) akan membawa pengaruh atau tidak

27 Dr. Suharsini Arikunto, Op. Cit., him. 131

  15

  membawa pengaruh terhadap prestasi. Adapun teknik data yang digunakan dalam mengolah data ini adalah menggunakan tehnik statistik yaitu :

  • Tehnik Analisis Chi-Kuadrat

  Tehnik Chi-kuadrat yaitu metode statistik yang digunakan untuk mencari ada tidaknya korelasi antara satu gejala dengan gejala yang lain atau gejala yang diselidikinya.

  Dalam hal ini penulis menggunakan tehnik Chi-Kuadrat dengan rumus benkut: sebagai

  Keterangan : X 2 = Nilai Chi-Kuadrat

  FQ = Frekuensi hasil pengamatan Fe = Frekuensi teoritik/harapan.28

H. Sistematika skripsi

BAB IPENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang teori yang menjadi landasan penelitian, khususnya

  • * yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu teori-teori tentang Contextual
  • 28

  16 Teaching and Learning (CTL), prinsip dasar CTL, tujuh pilar CTL, pembelajaran

  kooperatif (Cooperative Learning), pengertian prestasi, fungsi prestasi, penilaian prestasi, indikator prestasi, motif berprestasi, tingkatan-tingkatan prestasi, pengertian bejajar, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar.

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN M emuat: sejarah berdirinya SMK Negeri 1 Salatiga, letak georafis SMK Negeri

  1 Salatiga, dasar dan tujuan SMK Negeri 1 Salatiga, keadaan guru, keadaan siswa, struktur organisasi, sistem pendidikan, kelembagaan dan sarana prasarana serta i data penelitian

BAB IV ANALISIS DATA Yaitu berisi tentang analisis data sesui dengan data yang diperoleh dengan

  menggunakan data analisis statistik deskriptif, yaitu prosentase dan analisis data inferensial dengan rumus Chi kuadrat.

  BAB PENUTUP Meliputi kesimpulan, saran-saran dan penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL)

  Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsepsi

  pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotifasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.1 Dengan pendekatan CTL, proses belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih nyata, lebih menyenangkan, dan lebih bermakna. Pendekatan ini sebenamya bukan sama sekali baru karena beberapa waktu yang lalu pemah disinggung mengenai pembelajaran aktif, CBSA, dan saat ini banyak sekali pendekatan pembelajaran yang diungkap mulai dari Active Learning, Quantum Learning, Quantum Teaching,

  Accelerated Learning, Learning Revolution dan sebagainya. Apapun namanya

  kesemuanya bersumber pada satu tujuan yang sama yaitu optimalisasi belajar dengan kegiatan dan bukan ingatan.

  Pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang berorientasi pada kepentingan siswa atau berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran Discovery/Inquiry yang menunjukkan 1

  2

  1 Elain B. Johnson, VHD.Contextual Teaching and Learning, Corwin Press, Inc.,Thousand Oaks, California, 2002. him. 65

  2Prof. Dr. Slamet PH, MA,MEd, ,MLHR, Jumal MBS, Life Skill, KBK, CTL, dan salingketerkaitannya Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah pertama, tahun, 2005

  18

  dominasi peserta didik selama proses pembelajaran (berorientasi pada peserta didik) dan guru sebagai fasilitator. Ciri dari pendekatan ini adalah kegiatannya beragam seperti : teknik tanya jawab dan diskusi yang bersifat terbuka, simulasi, bermain peran, sosio drama, kolokium, demontrasi, eksperimen, studi kasus, problem solving, kerja kelompok. Lain halnya dengan pendekatan Ekspositori yang banyak melibatkan dominasi guru, sedang yang membedakan terletak pada keterlibatan peserta didik, kadar keterlibatannya terlalu rendah untuk ekspositori dan terlalu tinggi untuk Discovery/Inquiry.

  Dengan memaknai kedua pendekatan ini menuntut adanya perubahan cara mengajar guru seperti apa yang dikemukakan oleh William A. berikut ini: "Pengajar yang bisa memberitahu; pengajar yang baik menjelaskan; pengajar yang baik mendemontrasikan; pengajar yang terbaik memberi inspirasi”.3

  Dalam proses pembelajaran yang efektif yang diinginkan adalah perubahan pada peserta didik dalam aspek pengetahuan, sikap dan perilaku serta ketrampilan dan kebiasaan sebagai produk, dan guru sebagai manager.

  Dalam proses pembelajaran guru menempatkan siswa menjadi klien dengan menghilangkan dinding pemisah dalam arti positif.

  Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.4 Dalam proses belajar mengajar keaktifan siswa berbeda-beda, Me Keachie dalam tulisannya yang beijudul “Student Centered

i William A Ward, Geography and the Integrated Curriculum, Heineman Educational

  Book, London, 1976. him. 19

  19 Versus Instructorcentered Instruction ” mengemukakan dua kutub gaya

  mengajar, ialah pengajaran yang terpusat pada siswa dan pengajaran yang terpusat pada guru. Di sini dia menekankan bahwa perbedaan gaya mengajar dengan perbedaan tekanan.5

  Untuk membedakan kadar keaktifan siswa, Me Keachie mengemukakan tujuh dimensi untuk kegiatan belajar mengajar ialah : a. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar mengajar

  b. Penekanan pada aspek efektif dalam pengajaran

  c. Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terutama yang berbentuk interaksi an tar siswa d. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang kurang relevan atau salah e. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok

  f. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan di sekolah g. Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi siswa baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan pelajaran.6

  Konsep belajar aktif sudah di kembangkan oleh Confusius, 2400 tahun yang silam dengan mengungkapkan teori sebagai berikut : aApa yang saya dengar saya lupa. Apa yang saya lihat saya ingat. Apa yang saya keijakan saya paham”.7

5 Ibid. him. 10

  20

  Selanjutnya Mel Silberman dalam bukunya “Active Learning” 101 Strategi Pembelajaran Aktif, 2002 mengembangkan pemyataan Connfusius menjadi paham belajar aktif sebagai berikut:

  “Apayang saya dengar saya lupa. Apayang saya lihat soya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan diskusikan saya mulai mengerti. Apa yang saya lihat, dengar, diskusikan dan kerjakan saya dapat pengetahuan dan

  o

  ketrampilan. Apa yang saya ajarkan saya kuasai

  Keaktifan siswa tidak saja dalam menerima informasi tetapi juga dalam memproses informasi secara efektif. Otak membantu melaksanakan refleksi baik secara ekstemal maupun internal. Belajar secara pasif tidak akan hidup, karena siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa ada daya tarik pada hasil. Belajar secara aktif siswa dituntut mencari sesuatu sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara optimal.

2. Prinsip Dasar Contextual Teaching and Learning (CTL)

  Program pembelajaran CTL yang dianggap berhasil adalah jika mengikuti prinsip-prinsip berikut: a. Belajar Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Belajar bukanlah sekedar menyampaikan informasi tetapi bagaimana menggunakan 7

  8 7 Mel Silberman, Active Learning, teij. Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta. 2002.

  him. 100

8 Ibid,, him. 101

  21

  informasi dan berfikir kritis untuk memecahkan masalah yang ada di dunia nyata.9 b. Pengajaran Autentik (Autenthic Instruction ). Pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna, sesuai dengan kehidupan nyata.10 * Kata belajar berenang dengan berenang, belajar bemyanyi dengan bemyanyi, belajar cara menjual dengan menjual.

  c. Belajar berbasis Inquiri {Inquiry Based Learning). Belajar bukanlah kegiatan mengkomsumsi melainkan kegiatan memproduksi dengan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan keingintahuan dan mencari sendiri jawabannya. Bertanya pada diri sendiri dan mencari tahu jawabannya.11 d. Belajar berbasis proyek/tugas terstruktur {Project Based Learning).

  Belajar bukanlah sekedar menyerap hal kecil sedikit demi sedikit dalam waktu yang panjang tetapi secara komprenhensif/ terpadu untuk mendapatkan banyak hal. Proyek membantu orang untuk melibatkan keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus. Ini adalah kebebasan bagi otak untuk menunjukkan kapasitas yang sesungguhnya dan tantangan ini akan mengembangkan otak kanan maupun otak kiri dengan pesat.12

  9 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2003, Edisi ke-2. him. 5r

  10 Dr. H. Fachrudin, MA., Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, Global Pustaka Utama, Yogyakarta. Tahun. 2005 Him. 132. "Drs. Mansur, Strategi Belajar Mengajar, Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Tahun 1994/1995, him. 17

  12 Ibid. him. 63

  22

  e. Belajar berbasis keija (Work-Based Learning). Untuk membuat belajar lebih efektif, belajar harus didasarkan pada pengalaman dan bukan kata- kata semata.13 Jika kita mencari informasi, perlu membaca kata-kata. Jika kita memerlukan pengalaman, milikilah pengalaman dengan melakukanya.

  Belajar adalah bekeija dan ketika orang bekeija, ia belajar banyak hal.

  f. Belajar Jasa Layanan (Service Learning). Emosi amat menentukan proses dan hasil belajar. Perasaan positif yang timbul saat belajar dapat mempercepat belajar. Belajar dengan percaya diri, merasa dibutuhkan, bekeija sama/menolong orang lain dan akrab pada kegiatan di luar maupun di dalam kelas.

  g. Belajar Kooperatif (Cooperative Learning). Biasanya orang akan belajar lebih banyak melalui interaksi dengan teman-teman. Satu kelas besar yang belajar bersama akan menghasilkan prestasi lebih baik daripada setiap individu belajar sendiri-sendiri karena persaingan yang terns menerus an tar pribadi justru akan melelahkan dan mereduksi hasil belajar.14

3. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) a Menekankan pentingnya pemecahan masalah/problem.

  b Mengakui perlunya kegiatan belajar mengajar di lakukan dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat keija. c Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa, agar siswa dapat belajar sendiri/mandiri.

13 Drs. Mansur, Op. Cit., him. 25

  23

  d Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda e Mendorong siswa belajar dari sesama teman dan belajar bersama f Menggunakan peni laian autentik (<authentic assessment)15

4. Tujuh Pilar Contextual Teaching and Learning (CTL)

  CTL mempunyai tujuh komponen yang disusun agar belajar menjadi lebih hidup. Seperti analogi anak TK, anak kecil merupakan pembelajar yang hebat karena totalitas mereka dalam belajar. Mereka menggunakan seluruh tubuh dan indera untuk belajar dibandingkan dengan orang dewasa yang duduk berjam-jam di ruang kuliah dengan aktifitas tunggal yaitu mencatat

  Ketujuh pilar tersebut di susun sebagai obat untuk penyakit belajar yang selama ini sudah menggerogoti kita. Dikatakan oleh Win Wenger dalam bukunya yang beijudul Teaching and Learning, Ketujuh pilar tersebut yaitu :

  a. Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide- ide. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri bukan menerima informasi dari guru secara instant.

15 Ibid. him. 22

  24

  Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangurr sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru yang menjadi pusat kegiatan.

  Dalam pandangan konstruktivisme, strategi lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas seorang guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: 1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

  2) Memberi kasempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri 3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

  Konstruktivisme ini merupakan obat untuk penyakit belajar lama yaitu belajar yang berpusat pada Guru, formal, serius dan ketaatan serta ketakutan untuk berbeda dengan pendapat guru. Guru menjadi yang maha kuasa karena punya power menentukan hidup mati Siswa dalam pemberian nilai akhir.

  b. Menemukan (Inquiry) Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri.

  25

  Pembelajaran berdasarkan inkuiri mendorong seluruh pikiran dan tubuh untuk bersama-sama aktif baik di dalam maupun di luar kelas. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan yang menemukan, apapun materi yang diajarkan. Misalnya topik mengenai macam-macam bentuk daratan di Indonesi. Sudah saatnya ditemukan oleh Siswa, bukan menurut buku atau menurut guru. Siklus inkuiri yang dapat membantu siswa dapat menemukan pengetahuanya sendiri. Siklus inkuiri tersebut adalah melalui kegiatan:

  1) Merumuskan masalah 2) Mengamati atau melakukan observasi 3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainya 4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain 5) Mengevaluasi hasil temuan bersama.

  Paradigma belajar yang lama telah memisahkan kesatuan utuh manusia yang terdiri dari rasa, karsa, dan karya. Gerakan fisik bukan hanya dianggap mengganggu tetapi justru jadi disorder behavior. Ketika belajar perhitungan matematis, siswa sebatas menggerakkan tangan untuk menghitung dengan muka yang serius dan kerutan di kening. Pembelajaran menjadi abstrak, tidak masuk akal dan duduk terns menerus.

  c. Bertanya (Questioning)

  26

  Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis CTL.

  Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah di ketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

  Dalam segala aktifitas belajar, Questioning dapat diterapkan: antara Siswa dengan Siswa, antara Guru dengan Siswa, antara Guru dengan Siswa, antara Siswa dengan orang lain dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

  1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis 2) mengecek pemahaman siswa 3) membangkitkan respon siswa 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

  Kegiatan bertanya menjawab permasalahan gaya pendidikan lama yang menganggap bahwa tong kosong berbunyi nyaring atau berbicara adalah perak diam adalah emas. Banyak bertanya di kelas sering kali tidak

  27

  di tanggapi positif oleh Guru maupun oleh tern an-tern an. Kelas bukan merupakan tempat yang am an untuk berbuat kesalahan dan eksplorasi.

  Anak kecil dalam kepolosan belajamya justru sering kali bertanya banyak hal yang kadang membingungkan orang tua seperti “kenapa langit

  warnanya binP. Bagaimana adik bisa di perut Ibu ? ”

  d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep Masyarakat Belajar {Learning community) ialah hasil pembelajaran yang diperoleh dan keija sama dengan orang lain. Misalnya seorang yang belum memperkecil atau memperbesar peta dapat dibantu oleh teman yang sudah bisa membuat dengan menunjukkan earn membuatnya. Kedua orang tersebut sudah membentuk masyarakat belajar.

  Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang sudah tahu memberi tahu yang belum tahu, dan seterusnya.

  Belajar yang baik adalah bersifat sosial. Satu telaah di Standford University ditemukan bahwa bimbingan belajar oleh kawan itu empat kali lebih efektif untuk meningkatkan prestasi di bidang matematika dan membaca dibandingkan jika jumlah murid dalam kelas dikurangi atau waktu pengajaran diperpanjang.16

16 Dave Meier. The Accelerated Learning, Kaifa, Bandung, 2002. him. 62

  28

  Model pembelajaran dengan teknik “Learning Community” sangat membantu proses pembelajaran 75 kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam: 1) Pembentukan kelompok kecil

  2) Pembentukan kelompok besar 3) Mendatangkan ahli ke dalam kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu dan sebagainya). 4) Bekerja dengan kelas sederajat. 5) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya 6) Bekerja dengan masyarakat.

  Selama ini pendidikan kita kurang mengupayakan adanya kebersamaan anggota kelas sebagai satu tim yang harus saling membantu dan mendukung. Akibatnya rasa tanggung jawab atas kemajuan bersama terabaikan. Jangankan bertanggung jawab untuk kelompoknya, pada diri sendiri saja kurang. Hal ini kelihatan nyata apabila siswa diminta ada dalam kelompok untuk mengerjakan sesuatu, biasanya hanya siswa tertentu saja yang aktif. Antar pembelajaran saling bersaing dan menjadi pelit berbagi informasi dengan teman lain. Betul bahwa prestasi pendidikan adalah prestasi individu tetapi bukanlah jauh lebih indah jika mendaki dan akhimya berada di puncak bersama-sama untuk melihat pemandangan di bawah, dari pada mendaki dan berada di puncak sendirian dan kesepian.

  29