BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kapang Rhizoctonia solani Khun. 2.1.1. Klasifikasi Rhizoctonia solani Khun. - UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK ANTING-ANTING (Acalypha indica Linn.) SEBAGAI ANTIFUNGAL TERHADAP KAPANG Rhizoctonia Solani Khun. PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Kapang Rhizoctonia solani Khun.

2.1.1. Klasifikasi Rhizoctonia solani Khun.
Klasifikasi Kapang Rhizoctonia solani (Alexopoulos, 1996) adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Fungi

Phylum

: Deuteromycota

Classis


: Deuteromycetes

Ordo

: Agonomycetales

Familia

: Agnomycetaceae

Genus

: Rhizoctonia

Species

: Rhizoctonia solani Khun.

2.1.2. Morfologi

Rhizoctonia solani Khun mempunyai hifa yang bersifat hialin pada saat masih
muda, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan setelah tua.

Hifa

bercabang membentuk sudut hampir tegak lurus (Gambar 2.1), mempunyai sel-sel
panjang berdiameter 8-12 μm. Pada keadaan lingkungan yang mendukung
perkembangan penyakit, maka akan terbentuk gumpalan massa hifa R. solani yang

6
Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

7

masih muda dan berwarna putih, kemudian berubah warna menjadi coklat sampai
hitam setelah tua, membentuk percabangan didekat sekat pada hifa vegetatif yang
muda, membentuk hifa dan sekat yang pendek didekat tempat asal percabangan ciriciri morfologi utamanya adalah tidak terdapat clamp connection dan konidium
(Parmater, 1965).
Menurut (Duggar, 1915 dalam Parmater, 1965 ), pembahasan rinci spesies R.
solani yang meliputi tanda-tanda seperti warna miselium pucat sampai coklat tua,

diameter relatif besar dengan percabangan dekat septum distal dari sebuah sel hifa,
sudut sering terbentuk pada hifa tua, terjadi penyempitan cabang hifa pada titik asal,
pembentukan septum di cabang dekat titik asal, mampu memproduksi sel monilioid
(sel gentong rantai) akan membentuk skelerotia, sklerotia R. solani pada dasarnya
sama dengan sklerotia lain namun lebih gelap dan lebih berdinding tebal, kumpulam
masa sklerotia akan membentuk sklerotium yang memiliki bentuk hampir seragam,
sklerotium R.solani merupakan fase yang menandai gejala penyakit hawar pelepah,
memiliki keadaan sempurna basidiomycetous beda disebut sebagai Thaenaporus
cucumis, memiliki bagian pori dengan septum menonjol, warna hifa muda hialin dan
warna hifa tua coklat, diameter hifa rata-rata biasa sekitar 6-10 μm. diameter hifa
kurang dari 5μm diindikasi bukan R. solani.

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

8

Gambar 2.1 Penampak Mikroskopis Kapang Rhizoctonia solani

2.1.3. Gejala Penyakit Hawar Pelepah Rhizoctonia solani Khun.
Gejala penyakit hawar padi yaitu, timbul bercak pada pelepah daun terutama

terdapat pada selubung daun. Bila kondisi lembab bercak tersebut dapat terjadi di
daun. Bercak tampak coklat kemerahan lalu menjadi putih kelabu dengan pinggiran
berwarna coklat. Bercak berbentuk bulat lonjong dan akhirnya menyebar secara
meluas. Ukuran bercak dapat
memungkinkan

pelepah

daun

mencapai panjang 2-3 cm. Pada kondisi yang
dapat menjadi

busuk sehingga mempengaruhi

pembentukan biji (bila serangan terjadi sebelum bulir berisi) dan menyebabkan
tanaman mati (Harahap & Tjahjono, 1992).

2.1.4. Siklus Hidup Rhizoctonia solani Khun.
Kapang Rhizoctonia solani mempunyai siklus hidup, yaitu


siklus hidup

tingkat imperfek. Pada tingkat imperfek, R. solani hanya membentuk miselia dan
sklerotia. R. Solani merupakan kapang yang bereproduksi secara aseksual

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

9

(anamorph), kapang tersebut memiliki fase seksual Thanatephorus cucumeris dan
sering dikatakan sebagai tingkat perfek (Schumann & D’Arcy 2006).
2.1.5. Siklus Penyakit
R. Solani dapat bertahan hidup pada tanaman hidup atau sebagai saprofit pada
sisa-sisa bahan organik. R.solani dikenal sebagai patogen yang dapat bertahan hidup
dalam tanah (soil-borne) dalam bentuk sklerotia atau miselia istirahat (Angrios,
1996). Pada kondisi yang mendukung perkembang biakan penyakit, sklerotia dari R.
solani mampu berinteraksi dengan tanaman inang. Bila patogen tersebut berhasil
masuk ke dalam jaringan tanaman inang dan berkembang biak akan menyebabkan
proses fisiologi tanaman inang terganggu (Angrios, 1988).


2.2.

Tanaman Anting-antingan (Acalypha indica Linn)

2.2.1. Klasifikasi Anting-antingan (Acalypha indica Linn)
Berikut Klasifikasi tumbuhan anting-anting (Acalypha indica L), menurut
(Cronquist, 1966) :
Divisio

: Magnoliophyta

Classis

: Magnoliopsida

Subclassis

: Rosidae


Ordo

: Euphorbiales

Familia

: Euphorbiaceae

Genus

: Acalypha

Species

: Acalypha indica Linn.

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

10


2.2.2. Morfologi Tumbuhan Anting-antingan (Acalypha indica Linn)
Achalypha indica merupakan tanaman semusim, tegak, dengan tinggi dari 30
s.d 50 cm, Perbungaan bagian ujung saling menyendiri atau sepasang-sepasang.
paling sering memanjang sampai 5-18 mm batang panjang dan tipis sering diakhri
oleh bunga betina yang abnormal. Bunga betina memiliki daun pelindung dengan
bentuk dangkal dan bergigi namun sangat jarang yang memiliki bulu, lebar daun
pelindung berkisar 3-4 mm untuk tumbuhan yang kecil dan 7-10 mm bagi tumbuhan
dengan ukuran yang lebih besar. Daun pelindung yang dimiliki anting-anting meliliki
panjang melebihi panjang dari buah, dengan 2-6 bunga tetap; buah 2 ¼-2 ½ mm di
sebelah dalamnya. Rambut pada batang bagian atas melengkung dengan daun bentuk
telur sampai belah ketupat. Daun dari bawah Berbentuk segitiga sungsang (baji),
dangkal bergigi, permukaan atasnya gundul, atau berbulu hanya pada uratnya.panjang
daun mencapai 1 ¼ - 7 cm dengan lebar 1 ¼ -5 cm; tangkai daun memiliki panjang 26 cm dengan lebar 0,25-1.00 cm dan sangat jarang sampai 1,60 cm (Gambar 2.2).
(Backer & van den Brink, 1965)

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

11

Gambar 2.2. TumbuhanAnting-anting (Acalypha indica Linn.)


2.2.3. Ekologi tanaman Anting-antingan (Acalypha indica Linn.)
Acalypha indica Linn. Sering juga disebut anting-anting. Karena bentuk
bunganya seperti bentuk anting-anting. Anting-anting merupakan gulma yang sangat
umum ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan rumput, maupun di lereng
gunung (Sriwahyuni, 2008). Biasa ditemukan di dataran rendah, daerah yang sedikit
berbayang, pinggir jalan, kebun desa (Backer & van den Brink, 1965).
2.2.4. Fitokimia Anting-antingan (Acalypha indica Linn.)
Hasil uji fitokimia ekstrak anting-antingan pada beberapa penelitian
menunjukan bahwa dalam tumbuhan anting-anting terdapat beberapa senyawa
metabolit sekunder penting seperti saponin, flavonoid, glikosida, phytosterol.
(Balasubramanian et al., 2012). Menurut Maduri et al. (2011), ekstrak daun antinganting dengan pelarut non polar seperti petrolium eter dan kloroform mampu
melarutkan senyawa seperti alkaloid, fenol, glikosida, steroids, tanin, saponin

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

12

(Paindla et al., 2014), sedangkan pelarut semi polar seperti aseton membawa senyawa
non polar maupun polar seperti senyawa fenol, glikosida, protein, fenol ( Khanimozhi

et al., 2012). Untuk pelarut polar seperti alkohol akan membawa senyawa yang polar
seperti flavonoid, quinine, coumarin, phenols dan juga saponin sedangkan air akan
membawa senyawa alkaloid, flavonoid, quinine, coumarin, phenols, tanin dan juga
saponin. Penelitian lain menunjukan ekstrak etanol mengandung flavonoid, tanin,
terpenoid, glikosida, saponin dan steroids sedangkan pada ekstrak air mengndung
senyawa flavonoid, saponin, terpenoid, glikosida (Selval et al., 2012).
2.2.5. Manfaat tanaman Anting-antingan (Acalypha indica L. )
Anting-anting sering digunakan sebagai antiradang, antibiotik, peluruh
kencing, obat malaria, malnutrisi, diuretik, untuk mengnetikan pendarahan, dan
sebagai atsrige (Radji et al., 2008). Sedangkan menurut Selvan et al. (2012), antinganting digunakan sebagai antikanker dan aktivitas antioksidan. Sebagai Aktivitas
analgesik pada tikus, efek neuro-perlindungan, Aktivitasanti-inflamasi, Aktivitas anti
jamur dan antibakteri. (Sanseera et al., 2012).
2.3.

Padi (Oryza sp.)

2.3.1. Morfologi Tanaman Padi (Oryza sp.)
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput-rumputan yang berasal dari
benua asia dan afrika. Sistem pembudidayaan padi di indonesia secara garis besar
dikelompokan menjadi dua yaitu padi sawah dan gogo. Tanaman padi sawah

ditumbuhkan pada kondisi tergenang air sedangkan tanaman padi gogo tidak

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

13

ditumbuhkan pada kondisi yang tergenang air. Inilah yang menyebabkan tanaman
padi sawah rentan terkena hama dan penyakit. (Prasetyo, 2011)
2.3.2. Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza sp)
Sistem Klasifikasi tanaman padi (Oryza sp) menurut Cronquist (1981) sebagai
berikut :

2.4.

Divisio

: Magnoliophyta

Clasiss

: Liliopsida

Subclasiss

: Commelinidae

Ordo

: Cyperales

Familia

: Poaceae

Genus

: Oryza

Species

: Oryza sp.

Hama dan Penyakit Serta Cara Pengendalian Penyakit
Hama dan penyakit merupakan organisme parasit karena memperoleh

sebagian zat makanan sebagai nutrisinya dari organisme lain. Hama adalah binatang
perusak tanaman budidaya misalnya padi, jagung, kentang, umbi, mangga, apel
jambu dll. Sedangkan penyakit adalah serangan mikroorganisme seperti Jamur,
bakteri dan virus tanaman yang menjadi sakit (Prasetyo, 2011).
Salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman budidaya padi adalah
golongan kapang yaitu Rhizoctonia solani. Kapang tersebut menyebabkan penyakit
yang disebut hawar pelepah. Siklus penyakit paling umum terjadi pada saat tanaman
mulai mencapai anakan maksimum. (Muslim, 2012). Penaggulangan penyakit

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

14

tersebut selama ini dengan menggunakan fungisida. Fungisida dibagi menjadi dua
yaitu fungisida sintetik dan fungisida nabati. Fungisida sintetik adalah fungisida
dengan bahan baku kimia untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan
jamur ( Sudarmo, 1991).
Salah satu fungisida yang biasa digunakan oleh petani untuk memberantas
kapang Rhizoctonia solani adalah Fulicur 430 Sc dengan kandungan 43%
tebukonazol. Tebukonazol merupakan fungisida golongan triazole yang digunakan
untuk menghambat perkembangbiakan jamur. Tebukonazole diklasifikasi tingkat
toksisistasnya sebagai level III, yang berarti sedikit berbahaya (Food and Agriculture
Organisation, 2013).
Menurut aturan Pengendalian hama terpadu (PHT) yang merupakan
pendekatan dan teknologi pengendalian OPT yang berwawasan ekologi dan ekonomi
telah menjadi kebijakan dasar perlindungan tanaman nasional. Penggunaan pestisida
dan fungisida yang tidak bijaksana menimbulkan masalah baru seperti pencemaran
lingkungan hidup, merugikan kesehatan manusia hewan lain, resistensi hama dan
organisme bukan sasarannya mati (DEPTAN RI, 1997).
Oleh karena itu perlu ada peningkatan penggunaan fungisida dengan bahan
baku alami dari tumbuhan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan
fungisida sintetik. Fungisiada alami dibuat dari bahan alami tumbuhan (Damin,
2008).

2.5.

Metabolisme Sekunder

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

15

Didalam

tubuh

memungkinkan terdapat

mahluk

hidup

terdapat

suatu

proses

suatu kehidupan, proses tersebut

kimia

disebut

yang
dengan

metabolisme. Tumbuhan sebagai salah satu mahluk hidup menghasilkan dua senyawa
organik hasil metabolisme yaitu metabolit primer dan sekunder. Metabolit primer
merupakan senyawa utama penyusun yang dibutuhkan untuk proses perkembangan
dan pertumbuhan mahluk hidup. Metabolit primer meliputi karbohidrat, protein,
lemak dan vitamin. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan
tumbuhan namun tidak berperan langsung dala proses pertumbuhan dan
perkembangan (Robinson, 1995).
Metabolit sekunder dikelompokan menjadi tiga yaitu, fenolat, terpen dan
senyawa yang mengandung nitrogen. Fenolat merupakan senyawa aromatik alami
yang mengandung gugus fenol. Beberapa senyawa yang termasuk fenolat antara lain
selulosa, lignin, flavonoid, dan tanin. Sejumlah metabolit sekunder memilki aktifitas
biologis seperti golongan, tanin, saponin, glikosida, terpenoid, flavonoid, tanin dan
alkaloid (Robinson, 1995).
2.6.

Senyawa – Senyawa Metabolisme Sekunder

a.

Tanin
Terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat

khusus dalam jaringan kayu. Di dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan
enzim sitoplasma. Secara kimia tanin dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau tanin katekin lebih
penting dari segi penyamakan. Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

16

dapat terhidrolisis jika dididihkan dalam larutan asam klorida encer. Bagian alkohol
dari ester ini biasanya gula, dan seringkali glukosa. Tanin terhidrolisis biasanya
berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna coklat, hijau, kuning yang larut dalam
air (terutama air panas) membentuk koloid (Padmawinata dan Soediro, 1996).
b.

Flavonoid
Flavonoid yang terdapat di alam antara lain adalah flavon, isoflavon,

antosianin, leuko-antosianin, dan kalkon. Senyawa senyawa ini merupakan zat warna
merah, ungu, dan biru, serta sebagian zat warna kuning yang terdapat dalam tanaman.
(Robinson, 1995). Beberapa fungsi dari flavonoid bagi tumbuhan adalah sebagai zat
pengatur tumbuh, pengatur proses fotosintesis, sebagai zat antimikroba, antivirus, dan
antiinsektisida. (Kristanti, 2008).
Sifat fisika dan kimia senyawa flavonoid antara lain adalah larut dalam air dan
pelarut polar. Sebagai glikosida maupun aglikon, senyawa flavonoid tidak dapat larut
dalam petroleum eter yang bersifat non polar namun dapat ditarik dengan pelarut
organik yang bersifat polar (Lathifah, 2008).
Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon
dan digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka karbonnya
terdiri atas dua gugus C6 yang dihubungkan dengan rantai alifatik tiga karbon.
flavonoid telah banyak dikarakterisasi dan digolongkan berdasarkan struktur
kimianya menjadi flavon, flavonol, flavonon, khalkon, xanton, isoflavon, dan
biflavon (Bylka et al., 2004).

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

17

Flavonoid disintesis oleh tanaman sebagai respon terhadap infeksi mikroba,
jadi secara in vitro flavonoid efektif sebagai substansi antijamur antimikroba yang
membunuh banyak mikroorganisme.Contoh senyawa flavonoid yang mempunyai
aktivitas antijamur antara lain adalah flavonol yaitu quersetin, kaempferol yang
mampu menghambat pertumbuhan Candida sp dan Microsporum

sp. (Somchit,

2010)
c.

Terpenoid
Terpenoid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen, atau

karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatis. Secara kimia terpenoid
larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya terpenoid
diekstraksi dari jaringan tumbuhan dengan memakai eter atau kloroform, dan dapat
dipisahkan secara kromatografi pada silika gel atau alumina menggunakan pelarut
eter atau kloroform (Harborne, 1996).
d.

Alkaloid
Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan, tetapi sering kali

kadar alkaloid kurang dari 1% (Kristanti et al., 2008). Alkaloid dari tanaman
kebanyakan amina tersier dan lainnya terdiri dari nitrogen primer, sekunder dan
quarterner. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang
biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan cincin
aromatis (Achmad, 1986).
e.

Saponin

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

18

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa,
jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun
untuk ikan. Tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun
ikan. Saponin mempunyai efek antibakteri dan antijamur. Saponin memiliki struktur
yang dapat berikatan dengan molekul hidrofilik dan molekul-molekul organik non
polar (lipofilik) sehingga mampu merusak membran sitoplasma dan membunuh
bakteri Pembentukan busa yang lama pada waktu ekstraksi atau ekstrak tanaman yang
pekat menunjukkan adanya saponin (Wagner, 1984).

2.6.1. Mekanisme Senyawa Anti Jamur Menurut Pelzar & Chan (1988),
Beberapa Cara Yaitu :
a.

Kerusakan pada dinding sel
Dinding sel merupakan penutup lindung bagi sel lin juga berpartisipasi di

dalam proses-proses fisiologi tertentu. Strukturnya dapat dirusak dengan cara
menghambat sintesis dinding sel (Pelzar & Chan, 1988).
b.

Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel

serta secara selektif mengatur aliran keluar-masuknya zat antara sel

dengan

lingkungan luarnya. Membran ini juga merupakan situs beberapa reaksi nzim.
Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel
atau kematian sel (Pelzar & Chan, 1988).
c.

Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

19

Perubahan molekul protein yaitu melalui proses denaturasi protein dan asamasam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan
konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi)
ireversibel (tak dapat balik) komponen-komponen seluler yang vital ini (Pelzar
dan Chan, 1988).
d.

Penghambatan kerja enzim
Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel

merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyaknya zat
kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini
dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel (Pelzar & Chan,
1988).
2.7.

Penapisan Fitokimia Simplisia Anting-antingan (Acalypha indica Linn.)
Pendekatannya secara penapisan fitokimia meliputi analisis kualitatif

kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga
dan biji). Terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloid,
antrakinon, flavonoid, glikosa jantung, kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid),
tanin, polifenol, minyak atsiri. Adapun tujuan utama dari penapisan fitokimia adalah
menganalisis tumbuhan untuk mengetahui kandungan bioaktif atau kandungan yang
berguna untuk pengobatan (Pedrosa, 1978).
Metode yang digunakan untuk melakukan penapisan fitokimia harus
memenuhi beberapa persyaratan antara lain, sederhana, cepat dan dapat dilakukan
dengan peralatan minimal, selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari,

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

20

semikualitatif dan dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya
senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajari (Pedrosa ,1978).
Uji saponin menunjukkan positif apabila memiliki kemampuan membentuk
buih dalam air. Senyawa glikosida terhidrolisis menjadi glukosa dan

aglikon

(Marliana et al., 2005).
Tanin terdeteksi dalam ekstrak karena kemampuan ion Fe3+ Dari reagen
membentuk kompleks dengan senyawa tanin. Kompleks terbentuk karena ikatan
kovalen antara ion Fe3+ dengan atom O dari gugus fungsi OH senyawa tanin yang
melepaskan atom H (Marliana et al., 2005).
Uji flavonoid digunakan untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai inti
benzopiranon. Warna merah atau ungu yang terbentuk merupakan garam
benzopirilum, yang disebut juga garam flavilium (Achmad, 1986).
2.8.

Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Acalypha indica Linn.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan pemisahan komponen kimia yang

sering digunakan dalam kimia organik bahan alam. Fenomena yang terjadi pada KLT
adalah berdasar prinsip adsorbsi. Pada KLT, secara umum senyawa-senyawa yang
memiliki kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat daripada senyawa senyawa polar
(Kristanti et al., 2008).
KLT merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang
larut dalam lipid, yaitu lipid, steroid, karotenoid, kuinon sederhana, dan klorofil
(Harborne, 1996). Proses KLT mudah dan cepat, sehingga banyak digunakan untuk

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

21

melihat kemurnian suatu senyawa organik. Ada dua macam fase dalam KLT yaitu
fase diam dan fase gerak.
Fase diam yang digunakan dalam KLT berupa zat padat silika atau alumina
yang mempunyai kemampuan mengabsorbsi bahan – bahan yang akan dipisahkan
sebagai absorben (Kristanti et al., 2008). Fase gerak yang dipakai adalah pelarut
tunggal atau campuran pelarut dengan perbandingan tertentu. Pemisahan yang bagus
dapat dicari dengan mencoba coba mengelusi dengan berbagai perbandingan
campuran pelarut. Pendeteksian noda dapat dilakukan dengan pengamatan langsung,
dibawah sinar UV dan disemprot dengan reagen spesifik (Wagner, 1983).
2.8.1. Penelitian Tentang Potensi Antifungal Ekstrak Acalypha indica Linn.
Salah satu tanaman yang memiliki sistem metabolit sekunder adalah
tumbuhan anting-antingan (Acalypha indica). Berdasarkan penelitian terdahulu
kamampuan ekstrak etanol Acalypha indica menunjukkan penghambatan maksimum
terhadap Bacillus cereus, Bacillussubtilis, Escherichiacoli, Salmonellatyphi, Vibrio
cholera dan Pseudomonas aeruginos, perlindungan dan neuro-terapi pada katak.
(Saha et al., 2011). Anti bakteri pada Staphylococcus aureus, Bacillussubtilis,
Escherichiacoli dan Klebsiella sp. ( Rajaselvam et al, 2012). Aktivitas antimikrobial
Etanol, Metanol, Aseton, Kloroform, Hexane dan Ekstrak petroleum eter sebagai anti
jamur pada Aspergillus niger, Candida albicans, Candida kefyr dan Candida
tropicalis (Kanimozi et al., 2012) sebagai antifungal pada Aspergilus flavus,
Aspergilus niger Aspergilus terreus, Blastomyces dermatidis, Candida Albicans,
Cryptococcus neoformans, Fusarium moniliforme ,Fusarium solani, Histoplasma

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014

22

capsulatum, dan Penicillium

marneffei (Balasubramanian et al., 2012). Ekstrak

metanol Acalypha indica Linn terbukti sebagai anti kanker, antioksidan (Sanseera et
al., 2012). Ekstrak etanol, air, aseton dari Acalypha indica mampu menghambat
pertumbuhan jamur Fusarium.sp pada konsentrasi 50% (Siva et al., 2008).
Dari penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa tanaman anting-anting atau
(Acalypha indica) mampu berperan sebagai antifungal. Setiap organ dari tumbuhan
anting-anting mengandung senyawa metabolit sekunder yang berperan sebagai
antifungal. Namun kandungan metabolit sekunder dari beberapa ekstrak anting-anting
yang dihitung secara kuantitatif paling banyak terdapat di organ daun dengan total
berat konsentrasi ekstrak paling banyak didapat dari pelarut etanol (Solomon et al.,
2005). Maka peneliti akan mengembangkan penelitian terdahulu tentang kemampuan
ekstrak anting-anting terhadap pertumbuhan kapang selain yang telah diujikan diatas,
yaitu pada kapang Rhizoctonia solani.

Uji Efektifitas Ekstrak..., Riskah Tiyan Kuntari, FKIP UMP, 2014