BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian Terdahulu - Diska Anggraeni Alfitasari BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (richa, 2015) dengan judul

  penelitian aktivitas imunomodulator perasan umbi bawang merah terhadap respon imun non spesifik pada mencit jantan galur balb/c. Penelitian tersebut melihat aktivitas immunodulator dari perasan bawang merah, penelitian ini merupakan Penelitian eksperimental dengan rancangan post test and time series design. Pengujian dilakukan pada sampel yang terdiri dari 24 ekor mencit dengan metode uji bersihan karbon, dibagi empat kelompok yaitu kontrol negatif (Akuadest 0,5 ml), perasan bawang merah kadar 4% v/v, kadar 8% v/v, kadar 12% v/v. Perlakuan dilakukan selama 5 hari. Pada hari ke-7 diinjeksi karbon (tinta pelikan B17) sebanyak 0,1ml/10 gr BB secara intravena. Transmitan darah diukur dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 627 nm. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perasan umbi bawang merah kadar 4% v/v, kadar 8% v/v, dan kadar 12% v/v mempunyai aktivitas imunomodulator dengan indeks fagositosis 1,2 termasuk dalam imunostimulan lemah, 1,3 dan 1,4 termasuk dalam imunostimulan sedang.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneltian ini sama-sama menggunakan umbi bawang merah yang diujikan pada mencit galur balb/c. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian ini menggunakan ekstrak etanol 96% umbi bawang merah dengan dosis ekstrak etanol umbi bawang merah yang digunakan yaitu 12% v/v, 24% v/v, dan 48% v/v. Penelitian ini digunakan 25 ekor mencit jantan galur balb/c yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan 3 kelompok perlakuan dengan 3 perbedaan dosis. Pada penelitian ini juga membandingkan efek immunodulator yang dihasilkan dari ekstrak etanol umbi bawang merah dengan kontrol positif.

B. Landasan Teori 1) Immunodulator

  Imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas sistem imun Imunomodulator dibagi menjadi 3 kelompok: i) imunostimulator, berfungsi untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun, ii) imunoregulator, artinya dapat meregulasi sistem imun, dan iii) imunosupresor yang dapat menghambat atau menekan aktivitas system imun. Kebanyakan tanaman obat yang telah diteliti membuktikan adanya kerja imunostimulator , sedangkan untuk

  imunosupreso r masih jarang dijumpai. Pemakaian tanaman obat sebagai imunostimulator dengan maksud menekan atau mengurangi infeksi virus

  dan bakteri intraseluler, untuk mengatasi imunodefisiensi atau sebagai perangsang pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam sistem imunitas (Block, 2003).

  Pendapat lain menyatakan Imunomodulator adalah zat yang dapat mengatur system imun, baik berupa mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Imunomodulator bekerja menurut tiga cara, yaitu melalui imunorestorasi, imunostimulasi, dan imunosupresi (Baratawidjaja, 2006).

  a. Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun.

  b. Imunostimulasi yang juga disebut imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut.

  c. Imunosupresan merupakan tindakan untuk memperbaiki fungsi sistem pertahanan tubuh dengan cara menekan respon imun. Kegunaan di linik ternyata pada transplantasi dalam mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik.

  Bahan yang dapat menstimulasi sistem imun disebut biological

  response modifiers (BRM), dibagi menjadi dua kelompok yaitu bahan

  biologis dan sintetik. Yang termasuk bahan biologis diantaranya adalah sitokin (interferon) hormon timus dan antibody monoklonal, sedangkan bahan sintetik antara lain adalah senyawa muramil dipeptida (MDP) dan levamisole (Tizard, 2000). Penggunaan imunomodulator sintetik ini mempunyai beberapa kekurangan seperti mengakibatkan reaksi alergi dan hipersensitivitas pada sesetengah orang. Ia juga dapat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan. Dengan ini, adalah lebih aman jika digunakan imunomodulator alami karena efek samping darinya juga lebih ringan dibanding dengan imunomodulator sintetik (Chairul, 2005).

  Pada prinsipnya kerja sistem imun dalam menghadapi invasi bahan asing dari luar tubuh bekerja secara serempak, ibaratnya seperti suatu konser musik dengan sel limfosit T-helper (Th) CD4+ sebagai pemandu-nya. Dengan kata lain, suseptibilitas dan resistensi hewan terhadap infeksi mikroba sangat tergantung pada aktivasi dari sel ThCD4+ yang berdiferensiasi menjadi 2 kelompok berdasarkan pola sekresi sitokin, yakni pola respon Th1 dan pola respon Th2. Sitokin merupakan protein pembawa pesan berperan mengendalikan respon imun baik pada system imunitas seluler maupun humoral (Tizard, 2000).

  Uji immunodulator dapat dilihat dengan cara melihat aktivitas fagositik, dimana aktivitas fagositik berpengaruh pada respon system imun non spesifik yang bisa dilakukan dengan cara pengujian dengan cara melihat uji bersihan karbon pada mencit, perhitungan jumlah sel leukosit, serta dapat juga dilihat dengan perhitungan sel limfosit limfa. Penelitan ini menggunakan carbon clearance karena carbon clearance dapat menngambarkan tentang respon imun non spesifik, selain itu dalam pengujiannya lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan yang lain. Uji bersih karbon dilakukan dengan cara menyuntikkan karbon tinta ke dalam aliran darah untuk mengukur mekanisme fagositosis sel-sel retikuloendotelial. Dalam hal ini dipilih karbon tinta yang stabil dalam aliran darah dan tidak menytebabkan thrombosis. Pada saat karbon tinta diinjeksikan secara intravena maka karbon akan difagositosis oleh makrofag. Setelahpenyuntikan tinta karbon, sampel darah dikumpulkan kemudian diukur perubahan konsentrasi tinta di dalam darah pada panjang gelombang 627 nm (Hendarsula, 2011).

  Dari beberapa penelitian sebelumnya untuk melihat aktivitas fagositik biasa digunakan uji kebersihan karbon, beberapa uji aktivitas immunodulator terhadap respon imun non spesifik dari bahan alam telah banyak dilakukan misalnya pada ekstrak umbi Gynura procumbens, ekstrak umbi bawang dayak ( Eleutherine Americana (Aulb) Merr.)(Usmar, 2013), perasan bawang merah ( Allium cepa L) (richa, 2015), jamur tiram putih dan jamus shitake, ekstrak heksan biji jintan hitam (Nigella sativa L)(Soepomo, 2015), fraksi butanol dari Gentiana Olivieri Griseb (Singh, 2012), subfraksi ekstrak etil asetat meniran (Phyllanthus niruri)(aldi, 2013) , fraksi etil asetat daun tempuyung (Sonchus arvensis L.)(Jatmiko, 2015) , ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata L.)(Kumala, 2007) , dan lidah buaya (Aloe

  vera ) (Wiedosari, 2007) .

2) Tumbuhan Bawang Merah

  I. Botani dan Morfologi Tanaman Bawang Merah Di dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut

  Kingdom Plantae Sub-kingdom Tracheobionta Super division Spermatophyta Division Liliopodia Subclass Liliales Order Liliaceae Genus Allium L.

  Species .

  Allium cepa L

  (Shrestha, 2007)

Gambar 1.1 Umbi bawang merah (sumber: Dokumen Pribadi)

  Bawang merah merupakan tanaman rendah yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15

  • – 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo, 2001). Morfologi umbi bawang merah :

  a) Akar Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar,

  1 pada kedalaman antara 15 , 2016).

  • – 30 cm di dalam tanah (Anonim

  b) Batang Memiliki batang sejati atau disebut "diskus" yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas diskus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah- pelepah daun dan batang semu yang berada di dalam tanah berubah bentuk

  1 dan fungsi menjadi umbi lapis (Anonim , 2016).

  c) Daun Terbentuk silindris kecil memanjang antara 50

  • –70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, bewarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat

  1 pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Anonim , 2016).

  d) Bunga Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30

  • –90 cm, dan di ujungnya terdapat 50–200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5
  • –6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk
hampir segitiga. Bunga bawang merupakan bunga sempurna (hermaprodite)

  1 dan dapat menyerbuk sendiri atau silang (Anonim , 2016).

  e) Buah dan Biji Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah

  2

  • –3 butir, bentuk biji agak pipih saat muda berwarna bening atau putih setalah tua berwarna hitam. Biji banwang merah dapat digunkan sebagai

  2

  bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Anonim , 2016) Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional (BPPP, 2007).

  Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode 1989- 2003 adalah sebesar 3,9 % per tahun. Bawang merah dihasilkan di 24 dari 30 propinsi di indonesia. Propinsi penghasil utama bawang merah diantaranya adalah Sumatera Utara, Sumatara Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, jawa Timur, bali, NTB, dan Sulawesi selatan. Kesembilan propinsi ini menyumbang 95,8 %( Jawa memberikan kontribusi 75 %) dari produksi total bawang merah di indonesia pada tahun 2003 (BPPP, 2007).

  Bawang merah mengandung kuersetin, antioksidan yang kuat yang bertindak sebagai agen untuk menghambat sel kanker. Kandungan lain dari bawang merah diantaranya protein, mineral, sulfur, antosianin, karbohidrat, dan serat (Rodrigues et al., 2003). Satu setengah sampai tiga setengah ons bawang segar apabila dikonsumsi secara teratur mengandung kuersetin yang cukup sebagai perlindungan terhadap kanker. Bawang kaya akan flavonoid yang telah diketahui untuk mendeaktifkan banyak karsinogen potensial dan pemicu tumor seperti menganggu pertumbuhan sel sensitif estrogen pada

  2 kanker payudara (Anonim , 2007).

3) Manfaat Umbi Bawang Merah

  Bawang marah merupakan tanaman umbi yang biasanya sering di pergunakan dalam berbagai olahan dapur, selain membuat masakan menjadi sedap. Bawang merah juga dapat bermanfaat bagi tubuh kita, banyak orang yang menganggap bahwa bawang merah sebagai umbi-umbian yang berbau.

  Bawang merah memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti kanker dan pengganti antibiotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010).

  Karena bawang merah mengandung flavonglikosida yaitu senyawa kaemferol 544 mg/kg berat segar dan juga kuersetin 2,5 (redha, 2010). Bawang merah dianggap sebagai obat anti radang, pembunuh bakteri, sedangkan kandungan saponinnya dapat digunakan untuk mengencerkan dahak. Bawang merah juga memiliki sejumlah zat lain yang berkhasiat untuk menurunkan panas, menghangatkan badan, memudahkan pengeluaran air dari dalam perut, melancarkan pengeluaran air seni, mencegah penggumpalan darah, menurunkan kolestrol, dan menurukan kadar gula dalam darah.

  Menurut penelitian terakhir (Nawangsari, 2008) menyatakan bahwa bawang merah dapat digunakan untuk mencegah kanker karena adanya kandungan senyawa sulfur pada bawang merah. Untuk umbi lapis dari bawang merah juga mengandung zat-zat seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin B, dan vitamin C. untuk manfaat yang lain dari bawang merah yaitu, bawang merah juga dapat digunakan untuk mengobati batik, menyembuhkan sakit kepala, melancarkan buang air besar, mengatasi rambut rontok, mengatasi haid yang tidak teratur, demam pada anak, perut kembung pada anak, menyembuhkan penderita asma, menurunkan tekanan

  3 darah, serta mengobati cacingan dan wasir (anonim , 2014 ).

4) Flavonoid

  Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolic sekunder yang paling banyak ditemukan didalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa penolik dengan struktur kimia C

  6 -C 3 -C 6 . kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu

  cincin aromatic B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya. Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon disekitar molekulnya (Redha, 2010)

  Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Redha, 2010)).

Gambar 2.2 Kerangka C6 – C3 – C6 Flavonoid (Redha, 2010)

5) Ekstraksi

  Ekstraksi adalah penyarian zat - zat berkhasiat atau zat - zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat - zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya (Dirjen POM, 1986).

  Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Dirjen POM, 1986).

  Metode dasar penyarian yang dapat digunakan adalah infundasi, maserasi, perkolasi, penyarian dengan Soxhlet. Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik. Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik. Dalam penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Istilah maserasi berasal dari bahasa latin ”macerare” yang artinya ”merendam”, merupakan proses paling tepat untuk obat yang sudah halus dimungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat yang mudah larut akan melarut (hartono, 2008)

  Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. kemudian endapan dipisahkan (hartono, 2008).

  Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Sepuluh bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, lalu dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai, sampai diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Setelah itu, sari dipekatkan dengan cara diuapkan pada tekanan rendah dan suhu 50 C hingga konsentrasi yang dikehendaki (hartono, 2008).

  C. Kerangka Konsep

  Serapan Ada aktivitas menurun immunodulor Ada perbedaan

  Variasi yang signifikan aktivitas

  Dosis berarti ada fagositosis

  Serapan Tidak ada ekstrak aktivitas meningkat aktivitas bawang immunoduloator, immunodulator merah tidak ada perbedaan yang signifikan berarti tidak ada

  Serapan Ada aktivitas aktivitas menurun immunodulor immunodulator kontrol aktivitas fagositosis

  Tidak ada Serapan aktivitas meningkat immunodulator

  D. Hipotesis

  Ekstrak etanol umbi bawang merah mempunyai aktivitas immunodulator yang sama dengan obat immunodulator dipasaran dengan melihat sktivitas fagositosis pada mencit jantan galur balb/c. Nantinya dapat digunakan sebagai immunostimulan dari bahan alam.