BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan - Dwi Roro Anggraeni BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.

   Pendidikan Kesehatan 1.

  Definisi Pendidikan kesehatan adalah usaha yang sengaja (terencana, terkontrol, dengan sadar dan dengan tara yang sistematis) diberikan pada anak didik oleh pendidik agar individunya yang potensial itu lebih berkembang terarah untuk hidup sehat (Notoatmodjo, 2007). Proses pendidikan tersebut berlangsung didalam suatu lingkungan pendidikan atau tempat dimana pendidikan itu berlangsung, biasanya dibedakan menjadi tiga yaitu tri pusat pendidikan yaitu didalam keluarga (pendidikan informal), didalam sekolah (pendidikan formal), dan didalam masyarakat.

  Proses pendidikan kesehatan juga mengikuti proses tersebut, dan unsur-unsurnya pun sama, yang bertindak selaku pendidik kesehatan disini adalah semua petugas kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan kesehatan mereka. Karena itu individu, kelompok ataupun masyarakat, disamping dianggap sebagai sasaran (obyek) pendidikan, juga dapat berlaku sebagai subyek (pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikut sertakan didalam usaha kesehatan masyarakat. Sedangkan yang diartikan anak didik atau sasaran pendidikan adalah masyarakat atau individu, baik dewasa (Nasution, 2004).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

  Tujuan pendidikan kesehatan ialah untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan (Widodo, 2007): a.

  Bahwa manusia selalu dapat belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyusuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, dan b. Bahwa perubahan dapat diinduksikan

  Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan ataupun dorongan untuk berubah, yakni mengubah keadaannya yang jelek menjadi baik, keadaan inilah yang menunjukkan motif pada diri seseorang telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan terjadi perubahan perilaku. Pendidikan kesehatan ini sangat penting dan diperlukan oleh semua kegiatan dasar kesehatan masyarakat, termasuk kesehatan lingkungan.

  Misalnya, tidak cukup kiranya kalau hanya dibangun penyediaan air bersih, tetapinya harus yakin bahwa dengan demikian masyarakat akan terlindung dari penyakit bawaan air. Hal ini tidak terjadi secara otomatis, masyarakat harus berubah sesuai dengan teknologi yang kita perkenalkan pada masyarakat. Misalnya, apabila tadinya masyarakat mengambil air dari sungai, maka setelah ada Penyediaan Air Minum (PAM), diharapkan apabila dilakukan penyuluhan tentang kegunaan dan manfaat air bersih. Selain itu penyakit bawaan air hanya dapat menurun jumlahnya, apabila masyarakat mau hidup lebih hiegenis. Inipun perlu dipelajari dengan demikian usaha kesehatan lingkunganpun perlu didukung oleh usaha pendidikan kesehatan.

3. Media Pendidikan Kesehatan

  Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau ”klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 (tiga) : Cetak, elektronik, media papan (Widodo, 2007).

  a. Media cetak 1)

  Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

  2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya

3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

  4) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut 5)

  Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. 6)

  Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat- tempat umum, atau di kendaraan umum

  7) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan

  b. Media elektronik 1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dan lain-lain. 2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan lain-lain.

  3) Video Compact Disc (VCD) 4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.

  5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

  c. Media papan (bill board) Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi – informasi kesehatan. lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).

  d. Unsur Pendidikan Kesehatan Didalam pengertian pendidikan tersebut harus terdapat unsur- unsur sebagai berikut (Effendy, 1998):

  1).

  Adanya bentuk pendidikan itu (apakah berbentuk usaha, pertolongan, bantuan, bimbingan, pelayanan atau pembinaan); 2). adanya pelaku pendidikan (orang dewasa, pendidik, orang tua, pemuka agama, pemuka masyarakat, ataupun pimpinan organisasi);

  3). adanya sasaran pendidikan (orang yang belum dewasa, anak didik, peserta didik);

  4). adanya sifat pelaksanaan pendidikan (dengan sadar, dengan sengaja, dengan sistematis, dengan atau secara terencana); adanya tujuan yang ingin dicapai (manusia susila, kedewasaan, manusia yang patriot atau warga negara yang bertanggung jawab).

B. Pengetahuan Pencegahan DBD 1.

  Pengetahuan a.

  Definisi Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun

  (Notoatmodjo, 2007).

  Dalam pengertian lain pengetahuan adalah sebagai yang ditemui dan diperoleh melalui suatu pengamatan. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal pikirannya untuk mengenali benda atau peristiwa tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa seseorang mengambil perilaku yang baru dalam dirinya, orang tersebut melakukan beberapa proses tertentu yaitu:

  a) Kesadaran (Awareness)

  Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi.

  b) Merasa tertarik (Interest)

  Seseorang tersebut merasa tertarik terhadap benda atau obyek yang dilihatnya.

  c) Menimbang-nimbang (Evaluation)

  Menimbang-nimbang terhadap baik buruknya objek atau benda tersebut bagi dirinya.

  d) Mencoba (Trial)

  Mulai mencoba perilaku yang baru setelah orang tersebut menerimanya. Beradaptasi Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran terhadap benda atau obyek yang ia terima.

  Berdasarkan beberapa definisi diatur bisa diambil kesimpulan bahwa pengetahuan yang luas dapat diperoleh dari aktifitas manusia berupa pengalaman mendengar dan membaca.

  b.

  Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam) yaitu:

  1) Tahu (know)

  Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

  know adalah mengingat (recall) terhadap sesuatu yang spesifik

  dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karnea itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2)

  Memahami (Comprehension) Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4)

  Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggunakan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

  5) Sintesis

  Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

  6) Evaluasi (Evaluation)

  Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu evaluasi didasari suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut (Soekanto, 2002):

  1) Pendidikan

  Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

  Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai yang baru diperkenalkan. 2)

  Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3)

  Usia Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikatagorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada matang dan dewasa.

C. Demam Berdarah Dengue (DBD) 1.

  Pengertian DBD Pengertian penyakit demam berdarah yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Dikenal bermacam-macam jenis virus penyebab penyakit demam berdarah, tetapi di Indonesia hanya terdapat 2 jenis virus penyebab demam berdarah yaitu virus dengue dan virus chikungunya.

  Diantara kedua jenis virus yang terdapat di negeri kita, virus dengue merupakan penyebab terpenting dari demam berdarah. Oleh karena itu, penyakit demam berdarah yang kita kenal tepatnya bernama demam berdarah dengue, sesuai dengan nama virus penyebab (Darmowandono, 2004).

  Penyakit demam berdarah dengue mengenai seseorang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk jenis ini yang menularkan penyakit adalah betina dewasa. Nyamuk betina memerlukan darah manusia atau binatang untuk hidup dan berkembang biak. Apabila di sekitar tempat bersarang nyamuk tersebut dijumpai seseorang yang sedang sakit demam berdarah dengue dapat tertular penyakit dengan intensitas rendah apabila daya tahan tubuh baik. Sebaliknya apabila daya tahan tubuh rendah seperti pada anak-anak, penyakit infeksi dengue ini dapat menjadi berat bahkan dapat mematikan. Virus Dengue Virus dengue sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue, merupakan mikroorganisme yang sangat kecil hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Virus hanya dapat hidup di dalam sel hidup sehingga virus harus bersaing dengan sel manusia yang ditempati terutama untuk kebutuhan protein. Apabila daya tahan tubuh seseorang yang terkena infeksi virus tersebut rendah dapat menyebabkan kerusakan sel jaringan. Jika kondisi ini tidak segera diatasi maka virus tersebut berkembang biak. Sebaliknya apabila segera dilakukan upaya pencegahan sehingga virus melemah maka fungsi organ tubuh tersebut makin membaik dan timbul kekebalan terhadap virus dengue yang pernah masuk ke dalam tubuhnya.

  Seperti halnya virus yang lain (misalnya influenza, campak) sebagian besar penderita anak sembuh dengan sendirinya, baik diobati maupun tidak diobati oleh karena penyakit virus bersifat self limiting disease. Jadi, penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus mempunyai keunikan yaitu datang mendadak, penyakit akan berjalan terus walaupun diobati, dan akhirnya akan sembuh dengan sendirinya tergantung dari ketahanan tubuh orang yang terkena. Sebenarnya yang diobati adalah gejala yang timbul sebagai ‘akibat ulah’ virus yang berakhir timbul gejala demam, syok, maupun perdarahan, oleh karena sampai sekarang belum ada obat yang dapat membunuh virus dengue, maka harapan lainnya adalah dibuatnya vaksin dengue, yang sampai

  (Darmowandono, 2004).

D. Pemberantasan Sarang Nyamuk 1.

  Pengertian Pemberantasan Sarang Nyamuk Pengertian pemberantasan sarang nyamuk dalam kontek pendidikan kesehatan adalah menciptakan atau membentuk pola hidup sehat bagi peserta didik. Pola hidup sehat ini diikuti oleh setiap individu guna meningkatkan status kesehatannya. Yang dimaksud dengan pola hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Hidup sehat memerlukan situasi, kondisi, dan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, kondisi lingkungan perlu benar-benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Kesehatan lingkungan harus dipelihara agar mendukung kesehatan setiap orang yang hidup di sekitarnya. Memelihara berarti menjaga kebersihannya. Lingkungan kotor dapat menjadi sumber penyakit (Effendy, 1998).

2. Bionomik Nyamuk

  Bionomik nyamuk merupakan kesenangan bersarang atau tempat perindukannya (breeding habit), kesenangan menggigit (feeding habit), kesenangan hinggap/bertelur/beristirahat. Adapun bionomik nyamuk antara lain (Depkes RI, 2010): Tempat perindukan Jenis nyamuk ini mempunyai tempat perindukan pada genangan air yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti: (1).

  Tempat penampungan air yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan lain-lain. (2).

  Bahan tempat penampungan air untuk keperluan sehari- hari seperti tempat minum hewan, ban bekas dan lain-lain.

  (3).

  Tempat penampungan air alami seperti lubang pohon, tempurung kelapa, kulit kerang, ruas bambu, dan pangkal pohon pisang

  b) Kebiasaan menggigit

  Nyamuk A. aegypti dewasa yang betina siap untuk menghisap darah manusia sehari atau dua hari setelah keluar dari stadium pupa dan 24 jam setelah bertelur. Waktu menggigit lebih banyak pada pagi hari dari pada malam hari, antara jam 08.00-12.00 dan 15.00-17.00, serta lebih banyak menggigit di dalam rumah dari pada di luar rumah. A. aegypti dapat menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (multiple bitter). Keadaan ini sangat membantu dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus (FKUI, 2002). Kebiasaan bertelur Nyamuk A. aegypti mempunyai kebiasaan bertelur pada tempat-tempat penampungan air yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti ember, kaleng bekas, serta botol-botol bekas. Nyamuk A. aegypti akan bertelur setelah menghisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 2-4 hari, setelah pematangan telur selesai nyamuk betina akan meletakkan telurnya pada dinding bejana, sedikit di atas permukaan air.

  A. aegypti meletakkan telurnya secara tersebar. Kontak yang nyata dengan air adalah rangsangan pertama untuk meletakkan telurnya. Umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada suhu 20-30°C, kelembaban udara praktis mempengaruhi kebiasaan peletakan telur dari nyamuk A. aegypti. Hal ini mengingat bahwa aktivitas nyamuk ditentukan oleh keadaan kelembaban udara sekitarnya (FKUI, 2002).

  d) Kebiasaan beristirahat

  Kebiasaan beristirahat setelah menggigit dan selama menunggu waktu pematangan telur, nyamuk A. aegypti beristirahat di tempat-tempat gelap, lembab dan sedikit angin. Makanya nyamuk ini hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian dan kelambu (FKUI, 2002). Jarak terbang Penyebaran populasi jentik tidak jauh dari tempat perindukannya, tempat mencari mangsa dan tempat istirahatnya, sehingga populasi sebagai kluster dan tidak membentuk populasi homogen. Bentuk minimum kluster A. aegypti dengan diameter 100 m memiliki kemampuan jarak terbang hanya 50 meter sehingga populasi nyamuk tidak hanya terlokalisir tetapi juga terbagi-bagi.

  Adapun pengertian PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) merupakan upaya untuk mengurangi jumlah nyamuk dengan melakukan pemberantasan jentiknya. Karena fogging yang selama ini dilakukan tidak bisa membunuh semua nyamuk dewasa yang ada sedangkan satu nyamuk bisa bertelur sebanyak 100 buah. Bisa dibayangkan jika kita tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk, maka populasi nyamuk jumlahnya bisa semakin bertambah banyak (Depkes RI, 2010).

  Tempat perindukannya/sarang nyamuk aedes aegypti adalah genangan air jernih yang tidak kena tanah (bersinggungan tanah) dimana jumlah sarang nyamuk ini meningkat pada saat musim hujan. Perkembangan hidup nyamuk dari telur menjadi nyamuk dewasa sekitar 10-12 hari, karena itu maka kegiatan PSN harus dilakukan minimal seminggu sekali. Di Indonesia biasanya musim penularan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Mei, daerah mempunyai pola penularannya masing-masing (FKUI, 2002).

E. Pencegahan DBD

  Pencegahan Demam Berdasarh Dengue yang populer dilakukan dikenal dengan istilah 3M PLUS yaitu (Pratiwi, 2006): a. Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air seperti bak mandi/WC, drum, penampungan air AC, Kulkas dan lain-lain seminggu sekali.

  b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong air/tempayan, tempat air suci/tirta, dan lain-lain.

  c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, ban bekas, botol bekas, dan lain-lain.

  Selain ketiga cara di atas sebagai konsep 3M PLUS maka cara lainnya dalam pencegahan DBD atau berkembangbiaknya nyamuk aedes

  aegypti adalah (Pratiwi, 2006): 2.

  Mengganti air vas bunga dan tempat minum burung minimal seminggu sekali.

3. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak 4.

  Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon dengan tanah dan mengeringkan air yang ada di penampungan alami seperti air diantara pelepah pisang

  Membubuhkan bubuk pembunuh jentik nyamuk (Abate) di tempat- tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air

  6. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan kepala timah, ikan cupang dan ikan nila

  7. Memasang kawat kasa dan tidur menggunakan kelambu 8.

  Pencahayaan dan ventilasi di dalam ruangan harus memadai karena nyamuk ini senang hinggap di kamar yang gelap

  9. Jangan biasakan menggantung pakaian karena nyamuk aedes aegypti senang hinggap di benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gordyn, baju/pakaian dan lain-lain.

  10. Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk (bakar, oles, elektrik dan lain-lain) untuk mencegah gigitan nyamuk.

  Aktifitas menggigit nyamuk aedes aegypty biasanya dari pagi sampai petang dengan puncak aktifitas antara jam 08.00-12.00 dan 15.00-

  17.00. Karena itu jika anda bepergian terutama ke tempat yang tinggi kasus DBD sebaiknya memakai celana dan baju lengan panjang dan memakai lotion anti nyamuk.

F. Pengaruh Pendidikan PSN terhadap Pencegahan DBD

  Salah satu faktor untuk mendapatkan perilaku hidup sehat adalah melalui pendidikan kesehatan. Ini berarti pendidikan PSN dengan sendirinya diharapkan berpengaruh dalam pencegahan DBD. Uraian di atas menjelaskan pengaruh pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan DBD melalui proses pendidikan, yaitu (Notoatmodjo, 2007): Pendidikan kesehatan di dalam keluarga yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab para orangtua, dengan menitikberatkan pada penanaman kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, dan sikap hidup sehat.

  2. Pendidikan kesehatan didalam sekolah adalah tanggung jawab para guru sekolah. Hal ini terwujud dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Tujuan pendidikan kesehatan disekolah, disamping melanjutkan penanaman kebiasaan dan norma-norma hidup sehat kepada murid, juga memberikan pengetahuan kesehatan 3. Pendidikan kesehatan di masyarakat, yang dapat dilakukan melalui berbagai lembaga dan organisasi masyarakat. Jadi, pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan, maka pendidikan kesehatan dapat didefenisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara optimal

  Hasil dari pendidikan kesehatan tersebut, yaitu dalam bentuk perilaku yang menguntungkan kesehatan. Baik dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan, yang diikuti dengan adanya kesadaran yaitu sikap yang positif terhadap kesehatan, yang akhirnya diterapkan dalam tindakan-tindakan yang menguntungkan kesehatan. Salah satu pelaksanaan pendidikan kesehatan adalah dengan jalan penerapan pola hidup sehat. pengetahuan pencegahan DBD tergantung pada materi pendidikan kesehatannya itu sendiri. Materi pendidikan tersebut disesuaikan dengan sasaran dalam proses pendidikan. Materi pendidikan kesehatan dalam pencegahan DBD terutama ditujukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan. Adapun materi pendidikan kesehatan dalam penelitian ini meliputi (Pratiwi, 2006):

  1).

  Tersedianya air bersih 2). Pembuangan sampah dan air limbah 3). Menjaga kebersihan dan kesehatan kamar mandi, jamban atau WC G.

   Kerangka Teori

  Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, bahwa tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan sehingga mampu bersikap positif dan berperilaku hidup sehat. Berdasarkan penelitian terdahulu pencegahan terhadap DBD dapat ditimbulkan dari faktor eksternal maupun faktor internal maka dapat di susun kerangka teori sebagai berikut: Faktor internal (Pendidikan)

  • Pengetahuan Pencegahan DBD

  Faktor eksternal Upaya Ibu-Ibu

  • Lingkungan Dasawisma - Keluarga - Layanan medis

  Tingkat Umur Pekerjaan pendidika

  Sumber : Modifikasi dari teori Kathleen J. Kelly, (2000) Journal of Medical Care Volume 19 (2)

  Menurut Kelly (2000) konseptual karakteristik dapat dijelaskan dengan pendekatan perilaku. Tindakan seseorang merupakan implementasi dari perilaku yang didasari oleh pendidikan (education), sikap (attitude) dan perilaku (action). Pengetahuan sesorang tentang DBD dengan benar akan mendorong sikap yang baik guna mengatasi DBD. Pada akirnya sikap tersebut akan dibuktikan dengan perilaku atau tindakan untuk melakukan pencegahan.

  Namun demikian Kelly menjelaskan tidak menutup kemungkinan bahwa pencegahan tersebut baru sebatas paradigma (semacam persepsi dan pengetahuan) untuk melakukan pencegahan. Dengan kata lain bahwa konsep tindakan pencegahan dapat dijelaskan dua tahap, yaitu tahap pengetahuan dan berikutnya adalah tahap tindakan nyata.

H. Kerangka Konsep

  dilakukan dengan jalan pendidikan kesehatan yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut : Pendidikan

  Pengetahuan Pengetahuan

  Kesehatan Pencegahan DBD pencegahan DBD

  PSN (Post Test)

  (Pre test) Dibandingkan Bagan 2.2.

  Kerangka Konsep Pengaruh Pendidikan Kesehatan PSN terhadap Pengetahuan Pencegahan DBD I.

   Hipotesis

  Ho : Tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan pemberantasan sarang nyamuk terhadap pengetahuan pencegahan demam berdarah dengue pada ibu-ibu dasawisma di desa Sokaraja Kulon dan di perumahan Kalikidang Sokaraja.

  Ha : Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan pemberantasan sarang nyamuk terhadap pengetahuan pencegahan demam berdarah dengue pada ibu-ibu dasawisma di desa Sokaraja Kulon dan di perumahan Kalikidang Sokaraja.