ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA APBD PEMERINTAH KOTA PALEMBANG DALAM MENILAI KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS SKRIPSI

'••.L/i

M y ' ' A n

ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA APBD PEMERINTAH
KOTA PALEMBANG DALAM MENILAI
KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS

S K R I P S I

OLEH:
Nama
Nim

: INDAH FEBRIANI
:222005048

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS EKONOMI
2009


r . . . . . . ..

.

.

Usolan Penelitian

ANAUSIS RASIO KEUANGAN PADA APBD PEMERINTAH
KOTA PALEMBANG D A L A M MENILAI
KEMANDIRIAN DAN EFEKriYITAS

U n t u k M e m e n u h i Salab Satu Persyaratan
Memperolefa G d a r Saoana EkoDomi

O L E H :
Nama
Nim

: INDAH FEHUANI

:222005048

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
FAKULTAS EKONOMI
2009

Fakuhas Ekonomi
Universitas M u h a m m a d i y a h
PaknibaDg

TANDA PENGESAHAN

SKRIPSI

Judul

: ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA APBD
PEMERINTAH KOTA PALEMBANG DALAM
MENILAI KEMANDIRIAN DAN EFEKTIFITAS


Nana
NIM
Fakultas
Jurusan
MataKuHahPokok

:
:
:
:
:

faidah F e b r t a n i
22:2005.04s
Ekonomi
Akuntansi
Akuntansi SektcrPnbHk

Diterinia dan Disyahkan

Padatanggai, 27Agustus2009

Pcmbimbing

{ O n . S u n a r d i , S£,

Mengetahui

M.si)

PERNYATAAN BEBAS

PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: INDAH FEBRIANI

NIM


: 22.2005.048

Jurusan

: Akuntansi

Menyatakan bahwa skripsi ini ditulis sendiri dengan sungguh-sungguh dan tidak
ada bagian penjiplakan k a r y a o r a n g lain.
Apabila di k e m u d i a n hari terbukti i n i tidak benar, m a k a saya sanggup m e n e r i m a
sankst a p a p u n sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Palembang,

Agustus 2009

Penulis

(INDAH


iii

FEBRIANI)

Motto:
o

Beu're

self

o

Lupakan

kebaikan

yang

lain


perbuat.

y a n g orang
o

Jenius

adalah

mertggantikan
ketika

kesempatan

1%

inspirasi

kerja


keras.
bertemu

p e m a h dilakukan

dan

99%

keringat.

Keberuntungan
dengan

dan

Tidak

adalah


kesitqxm.

Lupakan

kesalahan

ada yang

sesuatu

( Thomas

yang
A.

dcqxJt
terjadi

Edison)


(Indah Fb)

Kupersembahkan:

V

o

A y a h d a n I b u tercinta

o

K a k a k dan A d d c tersayang

o

Bapak

o


Yang Terkasib

o

Hijannya Kampus k u

Pembimbmg

PRAKATA

A i h a m d u l i l a h i r o b b i l A * i a m i n , segala puji dan s y u k u r kehadrrat A l l a h S W T ,
penulis dapat menyelesaikan skripsi i n i yang berjudul " Analisis Rasio
Pada

APBD

Pemerintah

Kota

Palembang

Dalam

Menilai

Keuangan

Kemandirian

dan

Efektivitas".
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada A l l a h S W T yang

selalu

memberi kekuatan dan ketabahan dalam menyusun skripsi. A y a h d a n I b n (Syaukani
dan R u s m i n i ) dan K a k a k d a n A d e k (Andriansyah, A . m d dan D i a n Maretsyah) yang
telah m e n d i d i k , m e m b i a y a i , m e n d o o k a n , dan m e m b e r i k a n dorongan serta s e m a n g a t
kepada penulis. Penulis juga menyampaikan

terima kasih kepada Bapak

Drs.

Sunardi, S.E, M . s i yang telah m e m b i m b i n g dan m e m b e r i k a n pengarahan serta saransaran dengan
disampaikan

tulus dan
juga

ikhlas dalam

menyelesaikan

skripsi ini. Selain itu,

terima kasih kepada pihak-pihak yang

membantu penulis dalam menyelesaikan

telah

mengizinkan,

studi di Fakultas E k o n o m i

Universitas

Muhammadiyah Palembang.
1. B a p a k H . M . I d r i s , S . E , M . s i . , s e l a k u R e k t o r U n i v e r s i t a s

Muhammadiyah

P a l e m b a n g beserta s t a f dan k a r y a w a n / k a r y a w a t L
2.

Bapak H . Drs. Rosyadi, M . M . , selaku Dekan Fakultas E k o n o m i

beserta

Pembantu Dekan dan staf karyawan/karyawati Fakultas E k o n o m i Universitas
Muhammadiyah Palembang.

vi

3.

Bapak Drs. Sunardi, S.E, M.si., selaku Ketua Junisan Akuntansi dan M . I r f i m
Tarmizi, S.E, Ak, M B A . ,

selaku Sekretaris Junisan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Muhammadiyah Palembang.
4.

Ibu H j . Yuhanis Ladewi, S.E, A k , M.si selaku Pembimbing

Akademik.

5.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen yang telah mendidik penulis dalam m e n u n t m
i l m u dan memberikan pengetahuan yang bennanfaat

6.

Kantor

Pemerintah

Kota

Palembang yang

telah memberikan

data

dan

informasi.
7. A n a k k a m p u s D w i L i a d i a n a , S E , E r d i a n i , S E , E r f i n , S E , F i t r i n M e t a s a n i , S E ,
Mardalena, SE, Ramdona, SE, Shintya Oktaviani, S.E,

Siska E k a Sari, S E ,

semangat kita tidak sia-sia.
8. K a w a n - k a w a n a k t i v i s B E M F E - U M P R a h i m a n , R M . H e r y O k t a r i a n s y a h ,
Handri Saputra, Yds Sudarso, Andrian Saputra, Yuhelvira, adek-adek H M J
tenkz semangat nya.
9.

Kawan-kawan S M K Negeri 1 Palembang Etik Mandala Sari, I r m a Oktaviani,
Supriani tenkz support kalian.

t o . Y a n g p e n u l i s sayangi A r i n d a h m a k a s i h atas d u k u n g a n m o r i l dan m a t e r i l n y a .
Semoga Allah S W T membalas semua budi baik kalian. A k h i n i l K a l a m
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak t e r i m a kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga a m a l
dan ibadah yang d i l a k u k a n mendapat balasan dari-Nya. A m i e n .

Palembang,

Agustus 2009

Penulis
vn

D A F T A R ISI

HALAMAN DEPAN

i

HALAMAN JUDUL

"

HALAMAN PENGESAHAN BEBAS PLAGIAT

iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN M O T T O

v

HALAMAN PRAKATA

vi

H A L A M A N D A F T A R ISI

viu

HALAMAN DAFTAR TABEL

xi

HALAMAN GAMBAR

xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN

xiii

HALAMAN ABSTRAK.

liv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A

Latar Beiakang Masalah

1

B

Perumusan Masalah

6

C. T u j u a n P e n e l i t i a n

6

D. Manfaat Penelitian

6

KAJIAN

PUSTAKA

A. Penelitian Sebelumnya

8

B. Landasan Teori

9

vui

BAB III

BAB IV

METODE

PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

39

B. Tempat Penelitian

40

C. Operasionalisasi V a r i a b e l

40

D. Data yang diperlukan

41

E. T e k n i k P e n g u m p u l a n D a t a

41

F. Analisis Data dan T e k n i k Analisis

43

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B.

1. G a r a b a r a n U m u m T e n t a n g K o t a P a l e m b a n g

44

2.

Sejarah Singkat Pemerintah Kota Palembang

45

3.

Stniktur Organisasi Pemerintah Kota Palembang

48

Pembahasan
1.

Pengelolaan P A D

Dalam Rangka Meningkatkan

Rasio

Kemandirian dan Efektivitas
2.

Pengelolaan

Dana

Perimbangan

Menmgkatkan Rasio Kemandirian

BAB V

SIMPULAN DAN
A

53
Dalam

Usaha
61

SARAN

Simpulan

63

B. S a r a n

64

ix

DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR

LI.

Ehita Pendapatan

TABEL

Asli Daerah (PAD)

dan Bantuan Pemerintah

Provinsi dan Pinjaman Pada A P B D Pemerintah Kota Palembang
1.2.

Rasio Kemandirian Pada A P B D Pemerintah K o t a

1.3.

Rasio Efektivitas Pada A P B D Pemermtah K o t a

IILl.

Operasionahsasi Variabel

IV.2.

Perhitungan Rasio Kemandirian Kota Palembang Tahun 2003-2007

IV.3.

Perhitungan Rasio Efektivitas Kota Palembang tahun 2003-2007

xi

Palembang
Palembang

Pusat/

DAFTAR

IV.l

GAMBAR

Stniktur Organisasi Sekretariat Daerah Kota Palembang

xii

DAFTAR

LAMPIRAN

I.

D a t a Realisasi P e n e r i m a a n Daerah K o t a P a l e m b a n g T a h u n 2 0 0 3

II.

Data Realisasi Penerimaan Daerah K o t a P a l e m b a n g T a h u n 2 0 0 4

III.

Data Reahsasi Penerimaan Daerah K o t a P a l e m b a n g T a h u n 2005

[V.

Data Realisasi Penerimaan Daerah K o t a P a l e m b a n g T a h u n 2 0 0 6

V.

Data Realisasi Penerimaan Daerah K o t a Palembang T a h u n 2007

VI.

Surat Keterangan Penelitian dari Pemerintah Kota Palembang

VII.

Sertifikat M e m b a c a dan Hafalan Al-quran

V i n . Kartu Aktivitas Bimbingan Skripsi
IX.

Biodata Penuhs

xiii

ABSTRAK

Indah Febriani/222005048/Analisis rasio keuangan pada A P B D pemerintah kota
Palembang dalam menilai kemandirian dan efektivitas/AKUNTANSI.
pengelolaan
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pendapatan asli daerah d a l a m r a n g k a m e n i n g k a t k a n rasio k e m a n d i r i a n d a n
efektivitas dan bagaimana pengelolaan dana perimbangan dalam usaha
meningkatkan rasio kemandirian. Tujuannya untuk mengetahui pengelolaan P A D
dalam rangka meningkatkaan rasio kemandirian dan efektivitas dan mengetahui
pengelolaan dana perimbangan dalam usaha meningkatkan rasio kemandirian.
Penehtian ini termasuk penehtian deskrillif yaitu penehtian ini untuk mengetahui
hubungan antara P A D dan D a n a Perimbangan yaitu d a l a m pengelolaan guna
m e n i n g k a t k a n rasio kemandirian dan efektivitas. D a t a yang digunakan adalah data
primer dimana dokumen yang berkaitan dengan keuangan A P B D Pemerintah
K o t a Palembang, teknik pengumpulan data d a l a m penulisan skripsi i n i adalah
wawancara dan dokumentasi. D a n analisis y a n g digunakan adalah analisis
kualitatif dan kuantitatif
Hasil penelitian i n i m e n u n j u k k a n b a h w a u n t u k pengelolaan P A D dapat d i l a k u k a n
d e n g a n cara : evaluasi s u m b e r - s u m b e r pajak daerah d a n retribusi, m e n j a d i k a n
P B B sebagai pajak daerah, m e m p e r b a i k i system perpajakan daerah, dan
pengelolaan dana
optimalisasi peran B U M D dan B U M N . D a n dalam
perimbangan factor-faktor yang digunakan y a i t u : j u m l a h penduduk, luas w i l a y a h ,
indeks kemahalan konstruksi, produk domestic regional bruto perkapita, dan
indeks pembangunan manusia.
K a t a k u n c i : Rasio kemandirian dan rasio efektivitas

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Beiakang
K e u a n g a n Daerah d i era reformasi dan pasca reformasi m e m i l i k i ciri y a n g
berbeda. Secara u m u m , keuangan daerah di era pra reformasi, m e s k i p u n telah
menyinggung

o t o n o m i daerah, m a s i h memberikan w e w e n a n g

yang

terbatas

kepada pemerintah daerah sebagai k e k u a t a n eksekutif. H a l i n i tercermin dari
defenisi P E M D A y a n g m e l i p u t i kepala daerah dan D P R D . T i d a k d e m i k i a n halnya
d e n g a n k e u a n g a n d a e r a h d i e r a p a s c a r e f o r m a s i . P a d a em i n i w e w e n a n g

kepada

p e m e r i n t a h daerah telah terlihat secara n y a t a m e l a l u i defenisi P E M D A

yang

m e l i p u t i kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya.
Sesuai dengan Undang-undang N o . 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
daerah, Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan
semua urusan pemerintahan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengendaiian

dan evaluasi kecuali kewenangan

pertahanan keamanan, peradilan, moneter,

fiskal,

bidang

pengawasan,

politik luar

negeri,

agama dan kewenangan

yang ditetapkan peraturan pemerintah. Sebagai konsekuensi dari

Iain

kewenangan

o t o n o m i y a n g luas, kesejahteraan m a s y a r a k a t secara d e m o k r a t i s , adil, merata, d a n
berkesinambungan.

Kewajiban

i t u bisa dipenuhi apabila pemerintah

daerah

m a m p u mengelola potensi daerahnya yaitu potensi sumber daya alam, sumber
daya

manusia

dan

potensi

sumber

daya

1

keuangannya

secara

optimal.

2

P e m e r m t a h d a ^ a h sebagai p i h a k y a n g d i s m h i tugas m e n j a l a n k a n roda
pemerintahan,

pembangunan

keuangan

daerahnya

untuk

dinilai

apakah

pemerintah daerah bofaasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah
satu alat u n t u k

menganalisis

kinerja pemerintah daerah

dalam

mengelola

keuangan daerahnya adalah dengan m e l a k u k a n analisis rasio keuangan terhadap
A P B D yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Pendapatan Asli Daerah ( P A D )

yaitu penerimaan yang diperoleh dari

sumber-sumber dalam wilayahnya yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan p e r u n d a n ^ u n d a n g a n y a n g berlaku. Poidapatan A s l i D a m h

(PAD)

yang merupakan sumber penerimaan dari daerah sendiri perlu terus ditingkatkan
agar dapat m e m b a n t u d a l a m m e m i k u l sebagian beban biaya yang diperlukan
untuk menyelenggarakan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang semakin
meningkat, sehingga kemandirian dan o t o t m m i daerah y a n g luas, nyata dan
bertanggung

jawab

dapat dilaksanakan. P A D

j u g a dapat digunakan

sebagai

pengukuran kemandirian suatu daerah. K e l o m p o k pendapatan asli daerah y a n g
berasal dipisahkan menjadi empat jenis, yaitu: Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Bagian Laba usaha Daerah, dan Iain-lain P A D .
Berdasarkan U U No.33 tahun 2004, Pemermtah memberikan
sumber pembiayaan

sumber-

y a n g m e m a d a i m e i a l u i dana perimbangan, agar

daerah

m a m p u melaksanakan k e w e n a n g a n n y a secara optimal. Sejalan dengan i t u , t a h u n
P e m e r m t a h m e n e r a p k a n kebijakan tentang dana p e r i m b a n g a n sebagai berikut
bahwa dana perimbangan terdiri dari: Pertama, Bagian dari penerimaan
B u m i d a n B a n g u n a n ( P B B ) , B e a P e r o l e h a n H a k atas T a n a h d a n

Pajak

Bangunan

1
3

( B P H T B ) dan penerimaan dari sumber daya alam berdasaikan potensi

daerah

penghasii. Kedua, D a n a A l o k a s i U m u m ( D A U ) y a n g bertujuan dalam pemerataan
k e m a m p u a n keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
d a l a m r a n g k a pelaksanaan azas desentralisasi d a n penetapannya oleh pemerintah.
D a n ketiga, memperhatikan teredianya dana dalam A P B D , bagian daerah yang
menyetorkan

dana

reboisasi

ke

pemermtah

pusat

dapat

menganggarkan

p e n e r i m a a n sebesar 4 0 % . P e m ^ i n t a h t i d a k lagi m e n y e d i a k a n dana rutin daerah
( D R D ) dan D a n a Pembangunan Daerah ( D P D ) karena dana-dana dimaksud sudah
termasuk dalam

DAU.

Pengaturan

penggunaan D A U

sepenuhnya

menjadi

kewenangan Daerah.
B e r i k u t adalah D a t a Pendapatan A s l i D a e r a h serta B a n t u a n P e m e r i n t a h
Pusat/Propinsi dan Pinjaman ( D a n a Perimbangan), D a n hasil perhitungan rasio
kemandirian Pemermtah Kota Palembang periode 2003-2007.

T a b d . 1.1
Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Bantuan Pemerintah Pusat/Provinsi dan P i n j a m a n
Pada A P B D Pemerintah Kota Palembang

No.

Tahun

Pandapatan A s l i Daerah
(PAD)

1.
2.
3.
4.
5.

2003
2004
2005
2006
2007

63.522.968.156,65
61.586.178.324,00
78.714.175.202,96
89.676.046.899,37
120.255.444.816,55

Bantuan Pemerintah
Pusat/Provinsi dan P m j a m a n
(Dana Perimbangan)
457.304.356.688,00
490.729.761.466,00
591-227^72.622,76
772.%1.769.267,00
860-375381.516,00

S u m b e r Data : A P B D Pemkot Palembang Tahun Anggaran 2003 - 2 0 0 7

4

T a b e L 1.2
Rasio Kemandirian
Pada A P B D Pemerintah Kota Palembang
Persentase
Tahun
No.
13,89%
2003
1
1
2,55 %
2004
2
2005
1331 %
3
11,60%
2
0
0
6
4
10,60%
2007
5
S u m b e r D a t a : A P B D Pemkot Palembang T a h u n Anggaran 2003 - 2007

D a t a diatas m e n u n j u k k a n b a h w a P e m e r i n t a h K o t a P a l e m b a n g dari t a h u n
2003-2007

terlihat jelas

bahwa

rasio

kemandirian pada

Pemerintah

Kota

P a l e m b a n g i n i dari tahun k e t a h i m m e n g a l a m i penurunan, persentase y a n g didapat
s a n g a t readah s e h i n g g a k e t e r g a n t u n g a n p a d a p i h a k e k s t e m a l i t u m e n i n g k a t .
Persentase rasio kemandirian rendah m a k a tingkat kesadaran masyarakat akan
kewajiban n y a sangatlah rendah bahkan m e n u r u a
Rasio

efektivitas

menggambarkan

kemampuan

pemermtah

dalam

merealisasikan pendapatan asli daerah y a n g direncanakan dibandingkan dengan
target y a n g ditetapkan berdasarkan potensi n i l daerah. K e m a m p u a n daerah d a l a m
m ^ j a l a n k a n tugas dikategorikan efektif apabila rasio y a n g d i c ^ i
m i n i m a l 100 persen. N a m u n d e m i k i a n tinggi rasio efektivitas,

mencapai

menggambarkan

keuangan daerah yang s e m a k m baik. G u n a memperoleh ukuran yang baik rasio
efektivitas tersebut perlu diperbandingkan dengan rasio efisiensi y a n g

dicapai

p ^ e r i n t a h daerah. B e r i k u t adalah hasil perfaitungan rasio efektivitas P e m e r i n t a h
Kota Palembang 2003-2007.

5

TabeL 1 3
Rasio Efektivitas
Pada A P B D Pemerintah Kota Palembang
No.
1

2
3
4
5

Tahun
2003
2004
2005
2006
2007

Persentase
98,98 %
81,71 %
77,92 %
7 9 3 9 %

91,42%

S u m b e r D a t a : A P B D Pemkot Palembang Tahun Anggaran 2003 ~ 2007

D a t a diatas m e n u n j u k k a n b a h w a pada t a h u n 2 0 0 3 - 2 0 0 7 rasio efektifitas
dibawah

1 0 0 % , data tersebut m e n u n j u k k a n b a h w a realisasi y a n g didapat dari

pendapatan

asli daerah tersebut tidak terpenuhi sehingga k e m a m p u a n

daerah

d a l a m m e n j a l a n k a n tugas dikategorikan tidak efektif.
D a r i data rasio kemandirian dan rasio efektifitas dapat dilihat bahwa
P e m e r m t a h dan peran serta masyarakat i n i m a s i h tergantung pada p i h a k e k s t e m a l
dan tidak terpenuhi sehingga k e m a m p u a n P e m e r m t a h dalam m e n j a l a n k a n tugas
n y a tidak e f e k t i f . H a l i n i l a h y a n g m e n d o r o n g p e n u h s i m t u k m e m i l i h j u d u l s k r i p s i :
"Analisis Rasio Keuangan Pada A P B D Pemerintah Kota Palembang Dalam
M e n i l a i K e m a n d i r i a n D a n E f e k t i f i t a s ".

6

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar beiakang masalah diatas, y a n g m e n j a d i

masalahnya

yaitu:
a.

Bagaimana

pengelolaan

PAD

dalam

rangka

meningkatkan

Rasio

Kemandirian dan Efektivitas?
b.

Bagaimana pengelolaan Dana Perimbangan

dalam usaha meningkatkan

Rasio Kemandirian?

C. Tujuan Penehtian
Adapun tujuan penelitian i n i adalah:
a.

Mengetahui

pengelolaan

PAD

dalam

rangka

meningkatkan

Rasio

Kemandirian dan Efektivitas.
b.

Mengetahui pengelolaan Dana Perimbangan dalam usaha meningkatkan
Rasio Kemandirian.

D. Manfeat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a.

Bagi Penulis
Penelitian i n i dilakukan u n t u k menerapkan i l m u y a n g telah didapat dalam
perkuliahan

serta

diharapkan

dapat

menambah

pengetahuan

dan

pengalaman penulis khususnya dalam bidang audit pada akuntansi sektor
publik.

7

b.

Bagj Pemermtah Kota

Palembang

H a s i l penelitian i n i d i h a r a p k a n dapat m e n j a d i b a h a n m a s u k a n d a n saran
bagi P ^ e r i n t a h K o t a Palembang,

k h u s u s i ^ memperhatikan masalah-

masalah yang berkaitan dengan Bagian Keuangan Kesekretariatan Daerah
Kota Palembang.
c.

Bagj Almamater
H a s i l penelitian i n i d i h a r a p k a n dapat m e m b e r i k a n s u m b a n g a n p e m i k i r a n
d a n i n f o n n a s i y a n g dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian
l a i n y a n g b e r k a i t a n dengan m a s a l a h diatas.

BAB II
KAJIAN

A

PUSTAKA

Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang terkait dengan

penelitian ini adalah penehtian

dilakukan W i d o d o (2001) yang berjudul "Analisis Ratio Keuangan pada

yang
APBD

Kabupaten B o y o l a l i " . Penelitian tersebut bertujuan u n t u k m e n i l a i k e m a n d i r i a n
keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, m e n g u k u r
efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah,

mengukur

kontribusi masing-masing sumber pend^atan daiam pembentukan

pendapatan

daerah

dan

melihat pertumbuhan/perkembangan

perolehan

pendapatan

dan

pengeluaran y a n g d i l a k u k a n selama p ^ o d e w a k t u tertentu. Penelitian tersebut
m e n y i m p u i k a n bahwa kemandirian pemerintah daerah Boyolali dalam m e m e n u h i
kebutuhan

dana

untuk

menyelenggarakan

tugas-tugas

pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan masyarakat masih relative rendah bahkan cenderung
turun. Pendapatan daerah B ^ o l a l i sebagian besar m a s i h d i p r i o r i t a ^ a n u n t u k
m e n c u k u p i belanja rutin, yaitu rata-rata mencapai 8 0 % dari total pendapatan yang
diterima.

Sedangkan

1997/1998-1999/2000

pertumbuhan
menunjukkan

APBD

Boyolah

pertumbuhan

kecenderungan pertumbuhannya semakm b^ioirang.

pada
yang

tahun

anggaran

positif

meskipun

9

B. Landasan Teori
1. A n g g a r a n P e n d a p a t a n d a n B e l a n j a D a e r a h ( A P B D )
a.

Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( A P B D )
D a l a m U U N o . 33 tahun 2004 yang dimaksud dengan

Anggaran

P^dapatan dan Belanja Daerah ( A P B D ) yaitu rencana keuangan tahunan
Pemerintah Daerah yang

dibahas

dan disetujui bersama

Pemerintah

Daerah d a n D P R D , dan ditetapkan d a l a m peraturan daerah.

Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah ( A P B D ) merupakan instrument kebijakan
y a n g u t a m a bagi pemerintah daerah. Sebagai instrument kebijakan, A P B D
m e m d u d u k i posisi sentral dalam upaya pengembangan kepabilitas
efektivitas pemerintah

daerah. A P B D

m e n e n t u k a n besar pendapatan

digunakan sebagai alat

dan pengeluaran, m e m b a n t u

dan
untuk

mengambil

keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran

dimasa

yang akan datang, sumber pengembangan ukuran standar untuk evaluasi
kinerja, alat untuk m e m o t i v a s i para pegawai dan alat koordinasi

bagi

semua aktivitas dari berbagai unit kerja ( M a r d i a s m o , 2 0 0 2 ; 63).
Menurut Baldric dan B o n n i ( 2 0 0 1 ; 315) A P B D merupakan suatu
rangkaian yang tidak terpisahkan dari Trilogi Pembangunan yang meliputi
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang
c u k u p tinggi, d a n stabihtas nasional y a n g sehat d a n d i n a m i s .
Jadi Anggaran
rangkaian

tahunan

pembangunan

Pendapatan
pemerintah

dan
daerah

Belanja Daerah adalah
yang

meliputi

Suatu

pemerataan

hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

10

dan stabilitas nasional y a n g sdiat d a n dinamis y a n g dibahas d a n disetujui
bersama Pemerintah Daerah, D P R D , dan ditetapkan dalam Peraturan
Daerah.

b.

Unsur-unsur A P B D
B a g i a n sisa lebih P e r h i t u n g a n A n g g a r a n T a h u n l a l u h e n d a k n y a

diperkirakan secara cennat, sehingga rencana p e n e r i m a a n m e n g h e n d a k i
j u m l a h y a n g s e b e n a m y a d a r i p e n j u m l a h a n y a i t u sisa t u n a i p a d a k a s daerah,
termasuk didalamnya D l P D A - L dan kewajiban kepada pihak ketiga yang
b e l u m diselesaikan d a n sisa t u n a i pada p e m e g a n g kas dinas.
Unsur-unsur, Anggaran pendapatan dan Belanja daerah yaitu:
1) P e n d a p a t a n D a e r a h
a)

Pendapatan asli daerah
Pendapatan asli daerah m e m p a k a n sumber u t a m a penerimaan

bagi

daerah

perimbangan,

dalam

rangka

pinjaman daerah,

pelaksanaan
dan

desentralisasi.

penerimaan

lain

Dana

merupakan

sumber pendapatan tambahan untuk m e n d u k u n g P A D . P A D
daerah meliputi: pajak daerah, retribusi daerah, hasil B U M D

suatu
dan

pengelolaan k e k a y a a n daerah, serta pendapatan lain.

b) D a n a Perimbangan
Dana

perimbangan

adalah

dana

yang

bersumber

dari

penerimaan A P B D yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai

11

kebutuhan daerah d a l a m r a n g k a pelaksanaan desentralisasi.

Dana

perimbangan

yang

merupakan

bagian

dari

penerimaan

pusat

diserahkan kepada daerah. D a n a i n i digunakan oleh pemerintah pusat
u n t u k m e n y e i m b a n g k a n h u b u n g a n k e u a n g a n pusat dan daerah serta
hubungan keuangan antar daerah. Unsur-unsurpenerimaan dalam dana
perimbangan i n i adalah:
(1) Bagi hasil pajak dan b u k a n pajak
(2) Dana alokasi u m u m
(3) Dana alokasi khusus.

c)

Lain-lain pendapatan daerah y a n g sah
Sesuai

Nomor

13

dengan
Tahun

peraturan terbaru, yaitu

2006,

pendapatan

PERMENDAGRI

ini dibagi

menurut jenis

pendapatan yang mencakup:
(1) Pendapatan hibah
(2) Pendapatan dana darurat
(3) Pendapatan

dana

bagi

hasil

pajak

dari

provinsi

kepada

kabupaten/kota
(4) Pendapatan

dana penyesuaian dan dana o t o n o m i khusus yang

ditet^kan oleh pemointah
(5) Pendapatan bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemermtah
daerah laini^ra

12

2)

Belanja Daerah
Belanja daerah disusun dengan

berorientasi pada pencapaian

pendekatan prestasi kerja

yang

hasil dari input yang direncanakan,

oleh

karena itu dalam penyusunan
m e n g u t a m a k a n pada pencapaian

APBD

Tahun Anggaran

supaya

hasil melalui program dan kegiatan

Belanja Langsung) dari pada Belanja Tidak
a)

2009

(

Langsung).

Belanja Tidak Langsung, meliputi:
(1)

Belanja pegawai

(2)

Subsidi dan

iuran pemerintah dalam

pelenggaraan

asuransi

kesehatan bagi pegawai negeri sipil dan penerima pensiun dan
tarif pelayanan kesehatan bagi peserta P T . Askes ( Persero) dan
anggota keluarganya di puskesmas dan r u m a h sakit daerah.
(3)

Penganggaran penghastlan dan penerimaan lain pimpinan dan
anggota D P R D serta belanja penunjang kegiatan.

(4)

Belanja kepala daerah dan w a k i l kepala daerah

(5)

Belanja bunga

(6)

Belanja subsidi

(7)

Belanja hibah

(8)

Belanja bantuan sosial

(9)

Belanja bagi hasil

(10) Belanja bantuan keuangan
(11) Belanja tidak terduga
(12) Belanja operasi dan pemeliharaan

13

b)

Belanja Langsung, meliputi:
(1) D a l a m m e r e n c a n a k a n alokasi belanja u n t u k setiap kegiatan harus
dilakukan analisis kewajaran biaya y a n g dikaitkan dengan output
y a n g dihasilkan dari satu kegiatan. O l e h k a r e n a i t u m e n g h i n d a r i
adanya pemborosan, program dan kkegtatan yang direncanakan
didasarkan pada kebutuhan

riil.

(2) Terhadap kegiatan pembangunan yang b m i f e t

fisik.

(3) Belanja pegawai
(4) Belanja barang dan jasa
(5) Belanja modal.

3)

Pembiayaan
Pembiayaan

adalah

sumber-sumber

penerimaan

dan

pengeluaran daerah y a n g d i m a k s u d k a n u n t u k m e n u t u p defisit anggaran
atau sebagai alokasi surplus anggaran.
a)

Sumber penerimaan
S u m b e r p e m b i a y a a n b e r u p a p e n e r i m a a n d a e r a h m e r u p a k a n sisa

lebih anggaran tahun sebelumnya, penerimaan pinjaman dan obligasi,
hasil p e n j u a l a n aset daerah d i p i s a h k a n , d a n d i transfer dari

dana

cadangan.
b)

Sumber pengeluaran daerah
S u m b e r p e m b i a y a a n berupa pengeluaran daerah terdiri atas

p e m b a y a r a n u t a n g p o k o k y a n g t e l a h j a t i d i tempo,

pwiyertaan modal,

14

transfer k e dana cadangan, dan sia lebih anggaran t a h u n y a n g sedang
berlangsung.

2.

Pendapatan Daerah
a.

Pendapatan A s l i Daerah
1) Pengertian Pendapatan A s l i D a e r a h
M e n u r u t H a l i m ( 2004; 96) Pendapatan A s l i Daerah merupakan
semua penerimaan daerah y a n g berasal dari sumber e k o n o m i asli
daerah.
M e n u r u t Baldric dan B o n n i ( 2 0 0 1 ; 395) Pendapatan
Daerah merupakan sumber u t a m a penerimaan bagi daerah

Asli
dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi.
Jadi Pendapatan Asli Daerah merupakan semua sumber utama
penerimaan daerah y a n g berasal dari sumber e k o n o m i asli daerah
d a l a m rangka pelaksanaan desentralisasi.

2) Unsur-unsur P A D
a)

Pajak daerah
Pajak daerah m e m p a k a n pendapatan daerah y a n g berasal

dari pajak.

Pada

bagian

l a m p i r a n dapat

dilihat bahwa

kode

rekening u n t u k provinsi dan kabupaten/kota adalah betheda. H a l
ini terkait dengan pendapatan pajak y a n g berbeda bagi provinsi dan
kabupaten/kota seuai dengan

Undang-Undang

(UU)

Nomor

34

15

T a h u n 2 0 0 0 tentang Perubahan U U N o m o r 18 T a h u n 1997 tentang
Pajak

dan

pendapatan

Retribusi
pajak

Daerah.

untuk

Menumt

UU

tersebut,

provinsi meliputi objek

jenis

pendapatan

berikut.
(1) Pajak keodaraan bermotor
(2) Bea balik nama kendaraan bermotor
(3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
(4) Pajak kendaraan diatas air
(5) Pajak air dibawah tanah
(6) Pajak air dipermukaan.
(7) Retribusi daerah
S e l a n j u t n y a , j e n i s pajak kabupaten/kota tersusun atas:
(1) Pajak hotel
(2) Pajak restoran
(3) Pajak hiburan
(4) Pajak reklame
(5) Pajak penerangan jalan
(6) Pajak pengambilan bahan galian golongan C
(7) Pajak parkir.

b)

Retribusi Daerah
Retribusi daerah m e r u p a k a n pandapatn daerah y a n g berasal

dari retribusi. Pendapatan retribusi juga berbeda untuk provinsi dan

16

kabupaten/kota, terkait dengan U U N o m o r 34 T a h u n 2000. U n t u k
provinsi, jenis pendapatan i n i meliputi objek pendapatan berikut:
(1)

Retribusi palayanan kesehatan

(2)

Retribusi pemakaian kekayaan daerah

(3)

Retribusi panggantian biaya cetak peta

(4)

Retribusi pangujian kapal perikanan
Selanjutnya

jenis

pendapatan

retribusi

untuk

kabupaten/kota meliputi objek pendapatan berikut:
(1)

Retribusi pelayanan kesehatan

(2)

Retribusi pelayanan kebersihan

(3)

Retribusi pencetakan K T P dan akte catatan sipil

(4)

Retribusi pemakaman

(5)

Retnbusi parkir

(6)

Retribusi pasar

(7)

R e t n b u s i air bersih

(8)

Retribusi pengujtan kendaraan bermotor

(9)

Retribusi pemeriksaan alat p e m a d a m kebakaran

(10) Retribusi biaya cetak peta dan
(11) Reliibusi pengujian kapal penkanan

c)

Hasil pengelolaan kekayaan m i l i k daerah yang dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan

mempakan

penerimaan

daerah yang

berasal

dari

pengelolaan

17

kekayaan daerah y a n g dipisahkan. Jenis pendapatan i n i dirinci
menurut objek pendapatan yang mencakup :
( 1 ) B a g i a n laba atas penyertaan m o d a l pada perusahaan

milik

daerah/BUMD.
( 2 ) B a g i a n laba atas penyertaan m o d a l pada perusahaan

milik

negara/BUMN.
( 3 ) B a g i a n laba atas penyertaan m o d a l pada perusahaan

milik

swasta atau k e l o m p o k usaha masyarakat.

d)

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Pendapatan i n i m e r u p a k a n p e n e r i m a a n daerah y a n g berasal

dari

Iain-Iain

milik

pemda.

Rekening

ini disediakan

untuk

m e n g a k u n t a n s i k a n p e n e r i m a a n daerah selain y a n g disebut diatas.
Jenis pendapatan i n i m e l i p u t i objek pendapatan berikut:
(1)

H a s i l penjualan aset daerah y a n g t i d a k dipisahkan

(2)

Jasa g i r o

(3)

Pendapatan bunga

(4)

P e n e r i m a a n atas t u n t u t a n ganti k e r u g i a n daerah

(5)

Penerimaan k o m i s i , potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan, pengadaan barang,

dan jasa

oleh

daerah.
(6)

Penerimaan keuangan dari sehsih nilai tukar m p i a h terhadap
m a t a u a n g asing.

18

(7)

Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

(8)

Pendapatan denda pajak

(9)

Pendapatan denda retribusi

( 1 0 ) Pendapatan hasil e k s e k u s i atas j a m i n a n
(11) Pendapatan dari pengembalian
(12) Fasilitas sosial dan u m u m
(13) Pendapatan dari penyelenggara pendidikan dan pelatiban
(14) Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

3) Manajemen Pendapatan A s l i Daerah
Sistem pemerintahan yang sentralistik yang dialami bangsa
Indonesia selama masa Orde L a m a dan Orde B a m memberikan
pelajaran

kepada

kita

bahwa

pendekatan

sentralistik

dalam

p e m b a n g u n a n telah m e n i m b u l k a n efek-efek y a n g negatif.

Efek

negatif tersebut m i s a l n y a desentralisasi telah m e m a s u n g kreativitas
daerah

untuk

keinginan

mengembangkan

masyarakat

mei^ebabkan

daerah.

pemerintah

potensi
Selain

daerah

daerah

sesuai

i t u desentralisasi
semakin

kuat

dengan
telah
tingkat

ketergantungannya terhadap p e m e r i n t a h pusat. K e d u a h a l tersebut
cukiq) membuat pemerintah dan masyarakat daerah tidak berdaya
m e m b a n g i m daerahnya. B e s a m y a intervensi p e m e r m t a h pusat yang
dilakukan pada masa lalu telah m o i i m b u l k a n distorsi. H a l tersebut
d i p e r p a r a h d e n g a n m a s i h k u a t n y a p e r i l a k u rent seeking

dan kompsi

19

yang

akibatnya mengganggu mekanisme

pasar.

Efek

tersebut

m a s i h terasa saat i n i .
Unsur-unsur manajemen

pendapatan

asli daerah ada

4

yaitu:
a)

Evaluasi sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah
Masyarakat

jangan

dengan

dibebani

pajak

bam,

s e b a g a i m a n a t e i a h d i k a t a k a n p a d a b a g i a n a w a l b a h w a saat i n i
masih ada b e b e r ^ a pihak yang m e m i l i k i kesalah pahaman dan
perbedaan
pemahaman
otonomi

persepsi

mengenai

yang

k u r a n g tepat

yang

diartikan

otonoami

daerah.

Salah

adalah

pemahaman

automoney".

Mereka

tersebut

sebagai

"

satu

beranggapan bahwa o t o n o m i daerah braiti pemermtah daerah h a m s
mencukupi kebutuhan daerahnya dengan pendapatan ash daerah
sendiri.

Akhimya

pendapatan

pemerintah

daerah

bemsaha

asli daerah setinggi-tingginya

melalui

meningkatkan
peningkatan

pajak dan retribusi daerah serta bagian laba B U M D .
Kebijakan imtuk tidak menambah

pungutan pajak

dan

m e n i n g k a t k a n retribusi didasarkan atas beberapa p e r t i m b a n g a n :
(1) Pungutan retribusi langsung berhubimgan dengan masyarakat
pengguna layanan publik.
(2) Investor akan lebih bergairah m e l a k u k a n investasi

didaerah

apabila terdapat k e m u d a h a n sistem perpajakan didaerah.

20

b)

M e n j a d i k a n P B B sebagai pajak daerah
U p a y a lain y a n g dapat d i l a k u k a n pemerintah daerah i m t u k

meningkatkan

PAD

namun tidak

membebani

masyarakatnya

adalah dengan cara m e n j a d i k a n P B B sebagai pajak daerah.
Periunya P B B dijadikan sebagai pajak daerah, diantaranya:
(1) P B B m e m b e r i k a n hasil y a n g substansial ( besar) bagi daerah
(2) Perolehan hasil dari P B B relatif stabil dan dapat diprediksi
yang memiliki tanah

( 3 ) P u n g u t a n P B B c u k u p a d i l ( equitable),

dan bangunan yang bemilai tinggi akan dikenakan pajak yang
tinggi pula.
( 4 ) P u n g u t a n P B B t i d a k berpengaruh besar terhadap

harga-harga

sehingga tidak mengganggu efisiensi e k o n o m i ( p e r e k o n o m i a n )
(5) Dasar pengenaan pajak c u k u p jelas dan m u d a h dipahami o l e h
pembayar pajak
( 6 ) O b j e k P B B t i d a k b e r p i n d a h - p i n d a h ( immovable),

sehingga

objek pajak tersebut tidak dapat disembunyikan.
(7) Pengadministrasiannya relatif mudah; dan
( 8 ) Jelas

pemerintah

daerah

mana

yang

berhak

menerima

pendapatan pajak atas P B B .
Jika P B B dijadikan pajak daerah, m a k a pemerintah daerah
akan mendapatkan pendapatan pajak daerah y a n g besar sehingga
nantinya pemerintah daerah tidak perlu lagi mengurusi pajak-pajak
yang kecil nilainya dan pemerintah daerah dapat menarik investor

21

berinvestasi

didaerahnya

dengan

m i s a l n y a b e r u p a p e m b e r i a l local

c)

memberikan

insentif

PBB

kepada investasi baru.

tax holiday

Memperbaiki sistem perpajakan daerah
Pada

prinsipnya,

sistem

e f i s i e n , d a n a d i l (economic,

perpajakan

efficiency,

harus

dan equity)

ekonomis,

serta sederhana

dalam pengadministrasiannya.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
memperbaiki sistem perpajakan daerah antara lain:
(1) Periunya dilakukan perbaikan administrasi penerimaan d a m h (
revenue

untuk

administration)

menjamin

agar

semua

pendapatan dapat t e r k u m p u l dengan baik
( 2 ) Checking

system.

catatan-catatan

Pada

setiap

tersebut

p e n g e c e k a n m e n a d a k ( spot

tahap

di

sangat perlu

cross-checked,

check)

bahwa

dilakukan

o l d i staf senior secara

acak.
(3) Pelaporan hasil pengumpulan pajak dan retribusi daerah perlu
dimonitor

secara teratur d i b a n d i n g k a n dengan target

potensi, dan hasilnya dilaporkan kepada staf senior
memiliki
masalah.

kewenangan

mengambil

keputusan

bila

dan
yang

terjadi

22

d)

Optimalisasi peran B U M D dan B U M N
Pemerintah

daerah

juga

dapat

melakukan

upaya

peningkatan P A D melalui optimalisasi peran B U M D dan B U M N .
Peranan investasi swasta dan perusahaan m i l i k

negara/daerah

diharapkan dapat berfimgsi sebagai pemacu utama pertumbuhan
d a n p e m b a n g u n a n e k o n o m i d a e r a h ( engine
center

of economic

activity).

of growth

d a n sebagai

D a r i sisi e k s t e m a l , daerah dituntut

untuk m e n a r i k investasi asing agar bersama-sama swasta domestik
mampu

mendorong

m e n i m b u l k a n multiplier

b.

pertumbuhan
effect

ekonomi

daerah

serta

y a n g besar.

Dana Perimbangan
1) P e n g e r t i a n D a n a P e r i m b a n g a n
Menurut

PERMENDAGRI

No.

13

Tahun 2006

Dana

Perimbangan merupakan dana y a n g bersumber dari dana penerimaan
A P B D yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan
daerah d a l a m rangka pelaksanaan desentralisasi.
Menurut U U N o 33 Tahun 2004 Dana perimbangan merupakan
pendanaan daerah y a n g b e r s u m b e r dari A P B N y a n g terdiri atas dana
bagi hasil ( D B H ) , dana alokasi u m u m ( D A U ) , dana alokasi khusus
( D A K ) , selain d i m a k s u d k a n u n t u k m e m b a n t u daerah dalam mendanai
kewenangannya,

juga

bertujuan untuk

mengurangi

ketimpangan

23

s u m b e r pendanaan p e m e r i n t a h antara pusat d a n daerah serta u n t u k
mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah antar-daerah.
Jadi D a n a Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari
p e n e r i m a a n A P B D y a n g terdiri atas dana bagi hasil, d a n a a l o k a s i
u m u m , dan dana alokasi khusus yang bertujuan untuk

membiayai

k e b u t u h a n daerah dan m e n g u r a n g i k e t i m p a n g a n serta

mengurangi

kesenjangan sumber pendanaan p e m e r m t a h antara pusat d a n daerah.

2) Unsur-Unsur Dana Perimbangan
a)

Bagi hasil pajak dan b u k a n pajak
Pemermtah

menyerahkan

sebagian

penerimaan

yang

diperolehnya baik penerimaan pajak m a u p u n penerimaan bukan
pajak. Bagi hasil tersebut m e l i p u t i beberapa unsur penerimaan
negara, yaitu:
(1) Penerimaan pertambangan m i n y a k
( 2 ) P e n e r i m a a n p e r t a m b a n g a n gas a l a m
(3) Penerimaan Pajak B u m i dan Bangunan
( 4 ) P e n e r i m a a n B e a P e r o l e h a n H a k atas T a n a h d a n
(BPHTB)
(5) Penerimaan sektor pertambangan u m u m
(6) Penerimaan sektor kehutanan
(7) Penerimaan sektor perikanan
D a n a bagi hasil yang bersumber dari pajak yaitu:

Bangunan

24

(9) Pajak B u m i dan Bangunan ( P B B )
(10)

B e a P e r o l e h a n H a k atas T a n a h d a n B a n g u n a n ( B P H T B )

(11)

Pajak Penghasilan ( P P h ) Pasal 2 5 d a n Pasal 2 9

Wajib

Pajak O r a n g Pribadi D a l a m Negeri
D a n a b a g j h a s i l y a n g b e r s u m b o ' d a r i s u m b e r daya

alam yaitu:

( 1 ) Kehutanan
(2) Pertambangan umiun
(3) Perikanan
(4) Patambangan minyak b u m i
( 5 ) P e r t a m b a n g a n gas b u m i
(6) Pertambangan panas b u m i

b) Dana alokasi u m u m ( D A U )
Dana Alokasi U m u m ( D A U ) adalah dana yang bersumber
dari

pendapatan

APBN

yang

dialokasikan

dengan

tujuan

pemerataan k e m a m p u a n keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah d a l a m rangka pelaksanaan desentralisasi.
Daerah-daeiafa

yang

ada

di

Indonesia

tidak m e m i l i k i

kekayaan sumber daya, khususnya alam, yang sama antara satu
dengan lainnya. Dengan adanya D A U , daerah yang minus sumber
daya a l a m a k a n t e r b a n t u sebab daerah i n i a k a n m e n e r i m a subsidi
dari daerah yang sumber daya alanmya kaya. Besamya D A U yang
diambil dari A P B N untuk daerah adalah 2 5 % dari penerimaan

25

dalam negeh. D a n a i n i dialokasikan kepada seluruh provinsi dan
kabupaten/kota y a n g ada di Indonesia dengan provinsi m a s i n g masing 1 0 % dan 9 0 % .
Proporsi D A U antara daerah provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan berdasaikan imbangan kewenangan antara provinsi dan
kabupaten kota. Pemermtah merumuskan formula dan perhitungan
D A U sebagaimana dimaksud dalam:
(4) D A U atas dasar celah f i s k a l u n t u k daerah p r o v i n s i d i h i t u n g
berdasaikan

peikatiian

bobot

daerah

provmsi

yang

bersangkutan dengan j u m l a h D A U seluruh daerah provinsi
(5) Bobot daerah provinsi merupakan perbandingan antara celah
fiskal daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah

fiskal

seluruh daerah provinsi
( 6 ) D A U a t a s d a s a r c e l a h fiscal u n t u k s u a t u d a e r a h k a b u p a t e n / k o t a
dihitung berdasarkan perkaiian bobot daerah
yang

bersangkutan

dengan

jumlah D A U

kabupaten/kota
seluruh

daerah

kabupatoi/kota
(7) Bobot kabupaten/kota merupakan perbandingan

antara celah

fiskal

daerah kabupaten/kota y a n g bersangkutan dan total celah

fiskal

seluruh daerah kabupaten/kota.

(8) Daerah y a n g m e m i l i k i nilai celah fiskal sama dengan
menCTuna D A U sebesar alokasi dasar

nol

26

( 9 ) D a e r a h y a n g m e m i l i k i n i l a i c e l a h fiskal n e g a t i f d a n n i l a i n e g a t i f
tersebut lebik k e c i l dari a l o k a s i dasar m e n e r i m a D A U sebesar
alokasi dasar setelah d i k u r a n g i nilai celah fiskal
(10)

Daerah yang m e m i l i k i nilai celah

fiskal

negatif tersebut

sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak m e n e r i m a D A U
Data yang digunakan untuk menghitung kebutuhan
dan kapasitas

fiskal

fiskal

diperoleh dari lembaga statistik pemerintah

dan/atau lembaga p e m e r i n t a h y a n g b e r w e n a n g m e n e r b i t k a n data
y a n g dapat dipertanggungjawabkan.
DAU

per

provinsi,

kepuusan presiden.

kabupaten,

Sehingga

dan

kota

D a n penyaluran D A U

hasil perhitungan
ditetapkan

dengan

dilaksanakan

setiap

b u l a n m a s i n g - m a s i n g s e b e s a r 1/12 ( s a t u p e r d u a b e l a s ) d a r i D A U
daerah yang bersangkutan, dan penyaluran D A U

dilaksanakan

sebelum bulan bersangkutan.

c)

Dana alokasi khusus ( D A K )
Dana Alokasi Khusus ( D A K ) adalah dana yang bersumber

dari pendapatan A P B N yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
m e n q i a k a n urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
DAK

diberikan kepada daerah apabila daerah

menghadapi

masalah-masalafa khusus. Masalah-masalah khusus y a n g dimaksud
adalah:

28

dikelompokkan

dalam

jenis

pendapatan

bantuan

dana

kontijensi/penyeimbang dari pemerintah dan dana danirat
Sesuai
Nomor

13

dengan
Tahun

peraturan teibaru, yaitu

2006,

pendapatan

ini dibagi

PERMENDAGRI
menurut

jenis

pendapatan yang mencakup:
(1) Pendapatan hibah
(2) Pendapatan dana damrat
(3) Pendapatan

dana

bagi

hasil

pajak

dari

provinsi

kepada

kabupaten/kota
(4) Pendapatan

dana penyesuaian dan dana o t o n o m i khusus yang

ditetapkan oleh pemerintah
(5) Pendapatan bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah
daerah lainnya
Pemerintah
menjalankan
masyarakat

daerah

sebagai

pihak

yang

roda

pemerintahan,

pembangunan,

wajib

menyampaikan

laporan

diserahi
dan

pertanggung

tugas

pelayanan
jawaban

keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil
menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah satu alat untuk
menganalisa kinerja pemerintah daerah dalam mengelola

keuangan

daerahnya adalah dengan m e l a k u k a n analisis rasio keuangan terhadap
A P B D yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

29

3) Manajemen Dana Alokasi U m u m
Sumber
desentrahsasi

penerimaan

daerah

dalam

konteks

otonomi

dan

u n t u k saat i n i m a s i h d i d o m i n a s i o l e h b a n t u a n d a n

sumbangan dari p e m e r m t a h pusat baik dalam bentuk D a n a A l o k a s i
Umum

(DAU),

Dana

Alokasi

Khusus (DAK),

dan

bagi

hasil,

sedangkan porsi P A D m a s i h relatif kecil. Secara rata-rata nasional,
P A D hanya m e m b e r i kontribusi 1 2 - 2 5 % dari total penerimaan daerah,
sedangkan

yang

±

7 0 % masih menggantungkan

sumbangan

dan

bantuan dari p e m e r i n t a h pusat.
Di
angg^ian

kalangan
bahwa

menggunakannya

pemerintah
terhadap

untuk

daerah

PAD,

kepentingan

sendiri

pemerintah
daerah,

masih

terdapat

daerah

bebas

sedangkan

Dana

Perimbangan penggunaannya perlu menunggu petunjuk dan arahan
pusat. Y a n g h a r u s di p a h a m i adalah b a h w a k e w e n a n g a n y a n g d i m i l i k i
daerah t i d a k sebatas d a l a m m e n g g u n a k a n P A D - n y a saja, a k a n tetapi
juga kewenangan

dalam menggunakan Dana Perimbangan. Dan juga

perlu d i p a h a m i adalah bahwa o t o n o m i dan desentralisasi t i d a k berarti
tiap daerah harus dapat m e m b i a y a i seluruh pengeluaran rutin

dan

modalnya dari Paidapatan A s h Daerah.
D a l a m kaitannya manajemen penerimaan daerah, manajemen
D a n a Perimbangan j u g a merupakan aspek yang harus diperhatikan
oleh pemerintah daerah. Beberapa daerah mengeluhkan bagian
yang diterima tidak cukup untuk membiayai pengeluaran

DAU
daerah.

30

Idealnya penerimaan daerah y a n g berasal dari D a n a B a g i m i Daerah
atas P P h Perseorangan, P B B , B P H T B , d a n p e n e r i m a a n S D A , serta d a r i
D a n a Alokasi U m u m sudah cukup untuk membiayai belanja pegawai,
sehingga perlu dana b a n t u a n dari p e m e r m t a h pusat.
Unsur manajemen alokasi u m u m yaitu evaluasi formula dana
alokasi u m u m .

4)

Perhitungan Dana Perimbangan
D a e r a h y a n g m e m i l i k i n i l a i c e l a h fiskal s a m a d e n g a n n o l m e n e r i m a
D A U s e b e s a r a l o k a s i d a s a r . K e b u t u h a n fiskal s a m a d e n g a n k a p a s i t a s
fiskal.
Contoh peihitungannya:
Kebutuhan Fiskal = R p 100 miliar
Kapasitas Fiskal

= Rp 100 miliar

Alokasi Dasar

= Rp

Celah Fiskal

= Kebutuhan Fiskal - Kapasitas Fiskal

50 miliar

= Rp 100 miliar - R p 100 miliar
= 0
DAU

= Alokasi Dasar

Total D A U

= Rp 50 mUiar

Daerah yang m e m i l i k i nilai celah

fiskal

negatif dan nilai negatif

tersebut lebih k e c i l d a r i a l o k a s i dasar setelah d i k u r a n g i n i l a i celah

31

fiskal.

D a l a m h a l c e l a h fiskal n e g a t i f m a k a j u m l a h D A U y a n g d i t e r i m a

daerah adalah sebesar alokasi dasar setelah
celah

diperhitungkan

dengan

fiskalnya

Contoh

perhitungannya;

Kebutuhan Fiskal = R p 100 miliar
Kapasitas Fiskal

= R p 125 m i l i a r

Alokasi Dasar

= Rp

Celah Fiskal

= Kebutuhan Fiskal - Kapasitas Fiskal

50 miliar

= R p 100 m i l i a r - R p 125 m i l i a r
= Rp-25 miliar (negatif)
DAU

= Alokasi Dasar + Celah Fiskal

Total D A U

= R p 50 miliar + Rp-25 miliar
= Rp 25 miliar

Daerah yang m e m i l i k i nilai celah

negatif dan nilai

negattf

tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak m e n e r i m a

DAU.

Celah Fiskal (negatif) melebihi Alokasi
Contoh

fiskal

Dasar.

perhitungannya:

Kebutuhan Fiskal = R p 100 miliar
Kapasitas Fiskal

= R p 175 m i l i a r

Alokasi Dasar

= Rp

Celah Fiskal

= Kebutuhan Fiskal - Kapasitas Fiskal

50 miliar

= R p 100 m i l i a r - R p 175 m i l i a r

32

= R p -75 m i l i a r ( negatif).
DAU

= Alokasi Dasar + Celah Fiskal

Total D A U

= R p 50 miliar + Rp -75 miliar
= R p -25 miliar atau disesuaikan menjadi R p 0 (nol)

Rasio Keuangan Daerah
a.

Pengertian Keuangan pada A P B D
M e n u m t H a l i m (2004:149) Analisa rasio keuangan adalah usaha
mengidentifikasian ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan
tersedia.
Menumt

Sofyan

(2006:297)

Analisis Rasio

Keuangan

adalah

angka yang di peroleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang m e m p u n y a i hubungan yang relevan
dan signifikan.
Jadi Analisis Rasio Keuangan adalah usaha mangidentifUcasi ciriciri

Uqioran

keuangan

yang

tersedia

dan

diperoleh

dari

hasil

perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya y a n g
m o n p u n y a i hubungan yang relevan dan signifikan.

b.

Unsur-unsur Rasio Keuangan Daerah
Hasil analisis rasio keuangan i n i selanjutnya digunakan untuk tolok
ukuT dalam:

33

1) M e n i l a i

kemandirian

keuangan

daerah

dalam

membiayai

penyelenggaraan o t o n o m i daerah.
2) Mengukur

efektivitas

dan

efisiensi

dalam

merealisasikan

pendapatan daerah.
3) Mengukur

sejauh

mana

aktivitas pemerintah

daerah

dalam

4) M e n g u k u r kontribusi masing-masing sumber pendapatan

dalam

membelanjakan pendapatan daerahnya.

p e m b e n t u k a n pendapatan daerah.
5) M e l i h a t pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan

dan

pengeluaran y a n g dilakukan selama periode w a k t u tertentu.

Beberapa Rasio yang dapat d i k e m b a n ^ t a n berdasarkan data
keuangan y a n g bersumber dari A P B D antara lain:
I)

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian

keuangan

daerah

menunjukan

kemampuan

Pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar
pajak d a n retribusi sebagai sumber pendapatan y a n g diperlukan daerah.
Kemandirian

keuangan

daerah

ditunjukan

oleh

besar

kecilnya

pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah y a n g
berasal dari sinnber lain, m i s a l n y a bantuan p e m e r i n t a h pusat ataupun
pinjaman.
PAD
Rasio k e m a n d i n a n =
B a n t u a i p e m m n t a h pusat/propinsi dan pinjaman

34

2) Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
Rasio

efktivitas menggambarkan

dalam merealisasikan pendapatan

asli

kemampuan
daerah yang

pemerintah
direncanakan

dibandingkan dengan target y a n g ditetapkan berdasarkan potensi

riil

daerah.
realisasi penerimaan P A D
Rasio efektivitas =
Target penerimaan P A D yang ditetapkan berdasarkan p o t m s i r i l daerah
K e m a m p u a n daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan
e f e k t i f apabila rasio y a n g dicapai m e n c a p a i m i n i m a l sebesar I (satu)
atau

100

persen.

menggambarkan
memperoleh

Namun

keuangan

ukuran

yang

dipersandingkan dengan
daerah.

Rasio

perbandingan

daerah
baik

tinggi

yang
rasio

adalah

besamya

rasio
biaya

rasio

semakin

efktivitas

rasio efisiensi y a n g

efisiensi
antara

demikian

yang

baik.

Guna

tersebut

perlu

dicapai

yang

efektivitas,

pemerintah

menggambarkan

dikeluarkan

untuk

memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan y a n g diterima.
Kinerja

pemermtah

daerah

melakukan

pemungutan

pendapatan

dilategorikan efisien apabila rasio yang dicapai k u r a n g dari satu atau
dibawah

100 persen.

S e m a k i n kecil rasio efiensi berarti kinerja

pemerintah daerah semakin baik. U n t u k i t u pemrintah daerah perlu
m e n ^ t u n g secara cermat b e r ^

besamya biaya yang dikeluarkan

untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga
dapat diketahui apakah kegiatan p e m u n g u t a n pendapatannya tersebut

35

efisien atau tidak. H a l i t u perlu dilakukan karena m e ^ p u n pemerintah
daerah berhasil merealisasikan p e n e r i m a a n pendapatan sesuai dengan
target y a n g