BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori - PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI SISTEM PEMERINTAHAN KABUPATEN, KOTA DAN PROVINSI MELALUI MODEL MIND MAPPING DI KELAS IVA SD NEGERI 2 PLIKEN - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

  1. Kreativitas Belajar

  a. Pengertian Kreativitas Belajar Menurut Torrance (Asrori, 2011: 63) bahwa kreativitas itu berkembang didasari oleh potensi yang ada dalam diri individu dan ditunjang oleh pengalaman selama berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap orang yang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda, tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas.

  Sehubung dengan kreativitas menurut Sternberg (1991: 429) mengemukaan kreativitas adalah Creativity is the procces of

  producing something that is both original and worthwhile. The “something” could take many forms. It might be a theory, a dance, a chemical, a procces or procedure, a story, a symphony, or almost anything else. Creative individuals show creative productivity. They produce inventions, insighful discoveries, artistic works, revolutionary paradigms, or other products that are both original and worthwhile.

  Definisi kreativitas diatas yaitu suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baik dan bermakna. Sesuatu yang baik dan bermakna mempunyai banyak bentuk, seperti teori, tarian, bahan kimia, sebuah proses atau prosedur, sebuah cerita, simfoni, atau apa saja yang berkaitan dengan sesuatu yang baik dan bermakna. Individu- individu yang kreatif menunjukan produktivitas yang kreatif juga.

  Individu-individu yang kreatif menghasilkan penemuan-penemuan

  8 berupa pengetahuan, artistik, paradigma revolusioner atau produk- produk lain yang asli dan bermakna.

  Menurut Wahyudin (2007: 3) kreativitas adalah kemampuan yang menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinil yang berwujud ide- ide dan alat-alat, serta lebih spesifik lagi, keahlian untuk menemukan sesuatu yang baru. Seperti yang dikemukakan oleh Ghufron (2011: 103) bahwa kreativitas adalah prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan bahan, informasi, data, atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru dan melihat adanya berbagai kemungkinan.

  Menurut Munandar (2009: 25) kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan baru yang diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru antara unsur yang sudah ada sebelumnya. Sesorang mempunyai kreativitas dapat dilihat dari tingkah laku atau kegiatannya yang kreatif. Di dalam kreativitas yang terpenting bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui oleh sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya.

  Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan daya kreatif yang dimiliki individu sebagai bentuk pemikiran dalam menemukan hubungan antara unsur yang sudah ada atau cara baru dalam menghadapi masalah yang datang dari diri sendiri berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi.

  b. Faktor Pendorong Kreativitas Tugas orang tua merupakan mendidik anak, dan pendidikan merupakan proses seumur hidup yang berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Edwards & Springate (1995) in Leach (2001) have suggested that the

  

Reggio Emilia approach to pre-school education in Italy is

particularly successful at fostering children’s creativity. This is

achieved, they suggest, by:

  1. involving children in higher-level thinking skills (analysis, synthesis, evaluation). 2. encouraging the expression of ideas and messages through a wide variety of expressive and symbolic media. 3. encouraging the integration of subject areas through topics holding meaning and relevance to the children’s lives. 4. offering adequate time for the in-depth exploration of specific topics which may arise from spontaneous interest.

  Edwards & Springate (1995) dalam Leach (2001) menekankan bahwa pendekatan Reggio Emilia mampu meningkatkan kreativitas anak dengan cara melibatkan anak berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi), mendorong munculnya ide-ide dan pesan melalui bermacam-macam media, mendorong pembelajaran terintegrasi dengan topik-topik yang bermakna dan relevan dalam kehidupan anak-anak, memberikan cukup waktu untuk bereksplorasi lebih dalam pada topik-topik tertentu dimana timbul minat anak secara spontan.

  Menurut Pamilu (2007: 59) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak adalah sebagai berikut :

  1. Kedekatan Emosi Berkembangnya kreativitas sangat tergantung pada kedekatan emosi dari orang tua. Suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau terpisah sangat menghambat perkembangan kreativitas.

  2. Kebebasan dan respek Anak kreatif biasanya memiliki orang tua yang menghormatinya sebagai individu, mempercayai kemampuan yang dimiliki, adanya keunikan, serta memberi kebebasan kepada anak atau tidak otoriter, tidak selalu mengawasi kegiatan anak.

  3. Menghargai prestasi dan kreativitas Orang tua anak yang kreatif biasanya selalu mendorong anaknya untuk selalu berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya yang baik, tidak menekankan terhadap hasil. Spontanitas, kejujuran dan imajinasi dianggap penting bagi perkembangan kreatif anak.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan yang pertama dan utama yang diperoleh anak adalah keluarga. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting, diantaranya memberi kesempatan anak untuk memperoleh pengalaman yang banyak dan beraneka ragam. Sikap orang tua seperti di atas dapat mempengaruhi bakat dan kreativitas anak.

  c. Ciri-Ciri Kreativitas Belajar Menurut Munandar (2009: 71) ciri-ciri kepribadian yang kreatif yaitu :

  1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.

  2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.

  3. Memberikan banyak gagasan.

  4. Bebas dalam menyampaikan pendapat.

  5. Mempunyai rasa keindahan yang dalam.

  6. Menonjol dalam salah satu bidang seni.

  7. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang.

  8. Memiliki rasa humor yang luas.

  9. Mempunyai daya imajinasi.

  10. Orisinal dalam mengungkapkan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

  Dengan melihat ciri-ciri kreativitas diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian kreativitas adalah pribadi kreatif yang memiliki rasa ingin tahu, memiliki minat yang luas, suka melakukan aktivitas yang kreatif. Anak yang kreatif lebih berani mengemukakan pendapatnya tidak takut melakukan kesalahan, memiliki rasa humor tinggi, memiliki daya imajinasi untuk menciptakan ide-ide baru, konsep-konsep ataupun keinginan yang diimajinasikan dituangkan menjadi penemuan, karya sastra, ataupun seni.

  2. Prestasi Belajar

  a. Pengertian Prestasi Belajar Me nurut Arifin (2011: 12), kata “prestasi” berasal dari bahasa

  Belanda yaitu prestasie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (archievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome).

  Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengentahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.

  Prestasi belajar menurut Hamdani (2011: 138) dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik, setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

  Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2010: 2). Oleh karena itu seseorang yang telah melakukan proses belajar maka akan memperoleh suatu perubahan tingkah laku pada dirinya.

  Syah (2010: 87) menyatakan belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

  Dari beberapa pengertian di atas maka belajar merupakan tahap perubahan perilaku pada siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dengan demikian belajar adalah seperangkat kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

  Winkel (1996: 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang, maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

  Dari beberapa definisi prestasi belajar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses belajar mengajar. Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

  b. Prinsip-Prinsip Pengukuran Prestasi Belajar Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Kaplan (2005: 317), achievement

  

tests evaluate the effects of a known or controlled set of experiences,

evaluate the product of a course of training, rely heavily on content

validation procedures. Tes prestasi belajar mengukur pengaruh dari

  pengalaman belajar yang terkontrol, mengukur produk dari suatu program pembelajaran, menekankan pada prosedur validasi konten.

  Menurut Gronlun (Saifuddin Azwar, 2010: 18-21) merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar sebagai berikut :

  1) Tes Prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

  Prinsip ini menjadi langkah pertama dalam menyusun tes prestasi belajar, yaitu langkah pembatasan tujuan ukur. Identifikasi dan pembatasan tujuan ukur harus bersumber dan mengacu pada tujuan instruksional yang telah di gariskan bagi suatu program.

  2) Tes Prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran. Sampel hasil belajar dalam hal ini adalah perwujudan soal tes dalam bentuk aitem-aitem yang mewakili kesemua pertanyaan mengenai materi pelajaran yang secara teoritik mungkin ditulis. Untuk dapat dikatakan mengukur hasil belajar materi pelajaran secara keseluruhan, sampel pertanyaan yang termuat dalam tes harus representatif yakni harus menanyakan semua bagian materi yang dicakup oleh suatu program secara proporsional.

  3) Tes Prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

  Hasil belajar yang hendak diukur akan menentukan tipe perilaku yang harus diterima sebagai bukti tercapainya tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan pengukuran prestasi belajar adalah pengungkapkan proses mental atau kompetensi tingkat tinggi guna pemecahan masalah maka dapat dipilih tipe aitem esai, atau tipe pilihan ganda.

  4) Tes Prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.

  Dalam hal ini perhatian lebih ditunjukan pada respon atau jawabanya yang diberikan siswa pada aitem-aitem tertentu sedangkan skor keseluruhan menjadi berkurang penting peranannya. Pusat perhatian akan tertuju pada kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan oleh siswa dan bukan pada usaha membuat aitem guna mengukur efektivitas program pengajaran. Karena tes seperti ini tujuan utamanya adalah untuk mendeteksi masalah- masalah kesukaran belajar maka taraf kesukaran aitem-aitemnya pun dibuat rendah. 5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukuranya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

  Informasi mengenai reliabilitas suatu tes haruslah menjadi salah satu pertimbangan penting dalam melakukan interprestasi hasil ukur tes yang bersangkutan. Untuk itulah, biasanya selain adanya laporan mengenai koefisien relibilitas setiap tes perlu juga dilengkapi dengan laporan besarnya eror standar dalam pengukuran.

  6) Tes Prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar pada anak didik.

  Bahwasanya tujuan utama pengukuran prestasi belajar, baik formatif maupun sumatif, adalah membantu mereka dalam belajar haruslah dapat dikomunikasikan kepada para siswa. Bila para siswa telah dapat memandang tes sebagai sarana yang menolong mereka, di samping sebagai dasar pemberian angka atau nilai rapot, maka fungsi tes sebagai motivator dan pengarah dalam belajar telah tercapai.

  Dari pengertian dan pemahaman di atas tes prestasi dapat dilihat secara lebih proposional dalam arti menyadari apa yang boleh diharapkan darinya sehingga dapat memanfaatkan hasilnya semaksimal mungkin. Kemudian menyadari pula keterbatasannya sehingga dapat mengembangkan tes prestasi dengan cara yang lebih baik serta tidak memberi interprestasi yang kurang berhati-hati.

  c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Hamdani (2011: 139), pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

  1) Faktor Internal Faktor intenal adalah faktor yang berasal dari siswa.

  Faktor ini antara lain sebagai berikut :

  a) Kecerdasan (Inteligensi) Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

  Faktor ini sangat dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

  b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

  c) Sikap Sikap yaitu suatu kecendrungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.

  d) Minat Minat belajar yang dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai.

  e) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

  Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. f) Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang paling penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. 2) Faktor Eksternal

  Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Yang termasuk lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal dan waktu belajar. Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

  a.) Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.

  Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Adapun sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak.

  b). Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh Karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat.

  Keadaan seklah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum.

  c). Lingkungan masyarakat Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.

  3. Pendidikan Kewarganegaraan

  a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Zamroni (Taniredja,

  2009: 3) adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

  Benninga, (1991: 4) moral education is a conscious effort

  

shared by parents, society, and professional educators to help “shape

the character of less well educated people ”. Pendidikan moral adalah

  tindakan yang dilakukan oleh orang tua, masyarakat dan pendidik professional untuk menjadikan siswa atau anak-anaknya memiliki karakter yang baik. Mendidik moral berarti mendidik seseorang untuk memperoleh atau mengangkat kepercayaanya dengan landasan yang logis, dan tidak hanya sekedar untuk mengajar mengulangi kebenaran- kebenaran secara tepat.

  Permendiknas No. 22 tahun 2006, mata pelajaran memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Seperti halnya menurut Sapriya (2008: 2) warga negara yang baik adalah warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya. Maka dengan mempelajarai konsep warga negara dan pemerintahan sejak dini di sekolah peserta didik diharapkan dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan prinsip- prinsip kewarganegaraan.

  Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga negara untuk bertindak demokratis dan berpikir kritis untuk memahami dan mampu melaksanakn hak dan kewajiban menjadikan warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara Indonesia.

  b. Tujuan Dan Ruang Lingkup Pkn SD Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

  1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

  2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

  3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa- bangsa lainnya.

  4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

  Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

  1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

  2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

  3. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional ham, pemajuan, penghormatan dan perlindungan ham.

  4. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

  5. Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

  6. Kekuasan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

  7. Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai, pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

  8. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

  c. Pokok Bahasan Pada Materi Sistem Pemerintahan Kabupaten, Kota Dan Provinsi.

  Materi yang akan diajarkan untuk penelitian yaitu materi Pendidikan Kewarganegaraan pada semester 1 tentang sistem pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi.

  1) Standar Kompetensi Memahami sistem pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi.

  2) Kompetensi Dasar Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi.

  Indikator : 1) Menjelaskan pemerintahan kabupaten/kota.

  2) Menyebutkan lembaga-lembaga di pemerintah kabupaten/kota. 3) Menjelaskan pemerintahan provinsi. 4) Menyebutkan lembaga-lembaga di pemerintah provinsi.

  4. Model Mind Mapping

  a. Pengertian Model Mind Mapping Peta konsep menurut Martin (Trianto, 2009: 158) adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Model mind mapping menurut Buzan (2012: 4) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind Map merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “ memetakan “ pikiran-pikiran kita.

  Mind mapping juga merupakan peta konsep yang hebat bagi

  ingatan, memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal.

  Sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan.

  Menurut Reima Al-Jarf dalam jurnal (2011), mind map didefinisikan sebagai A mind map is a graphic organizer in which the

  

major categories radiate from a central idea and sub-categories are

represented as branches of larger branches. It is a visual tool that can

be used to generate ideas, take notes, organize thinking, and develop

concepts. Teachers can use it to enhance learning.

  Mind mapping adalah organizer grafis dimana kategori utama

  dari sebuah ide sentral dan sub-kategori diwujudkan dalam bentuk cabang-cabang dari besar ke kecil. Mind mapping adalah alat visual untuk membangkitkan ide-ide, mencatat, mengatur pikiran, dan mengembangkan konsep-konsep. Sehingga guru dapat menggunakan untuk meningkatkan pembelajaran.

  Menurut Edward (2009: 62) dengan teknik mind map, maka anak akan mencatat atau meringkas menggunakan kata kunci (keyword) dan gambar. Perpaduan dua hal itu akan membentuk sebuah asosiasi di kepala anak dan ketika anak akan melihat gambar tersebut maka akan terjelaskan ribuan kata yang diwakili oleh kata kunci dan gambar tadi.

  Mind mapping sebagai alat pemikiran kreatif yang betul-betul

  hebat dan sarana untuk menggali kreativitas. Kreativitas dapat diartikan seberapa banyak pancaran pikiran yang ditimbulkan dari pusat pikiran dalam pembuatan mind mapping. Latihan memancarkan pikiran ini sangat baik untuk melatih otot mental otak kanan anak, terutama aspek kreativitas.

  Menurut Özgül Keleş dalam jurnal (2010) mengemukakan

  

Mind maps can be highly effective teaching materials as they enable

students to make connections among environment-related concepts, to

  

develop creative solutions to environment problems, to remember and

retain the information gained for longer periods. From the viewpoint

of teachers, it is believed that mind maps can have great contributions

to their effort to achieve the objectives of environment education by

helping to summarize the subjects and facilitate meaningful learning

and improve creativity.

  Mind mapping sangat efektif sebagai bahan ajar karena

  memungkinkan siswa untuk menghubungkan antara konsep-konsep dan keterkaitan dengan lingkungannya, mengembangkan solusi kreatif yang ada di lingkungan, mengingat dan menyimpan informasi dalam jangka waktu lebih lama. Dari sudut pandang guru, mind mapping diyakini memiliki kontribusi dalam mencapai tujuan pendidikan lingkungan dengan memberikan bantuan dalam menyimpulkan suatu permasalahan dan memfasilitasi pembelajaran serta meningkatkan kreatifitas.

  Dari beberapa definisi diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model mind mapping merupakan cara yang paling efisien dan efektif untuk memasukan, menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak dengan cara mencatat atau meringkas yang kreatif.

  b. Langkah-langkah Model Mind Mapping Menurut Uno (2009: 84), langkah-langkah model Mind

  mapping yaitu : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

  2. Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa. Permasalahan tersebut mempunyai alternatif jawaban.

  3. Siswa membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.

  4. Setiap kelompok menginventaris/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.

  5. Setiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan salah satu siswa menulis jawabannya dipapan tulis.

  6. Guru menanggapi hasil diskusi siswa.

  7. Siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi.

  c. Kelebihan dan Kelemahan Model Mind Mapping Menurut Buzan (2012: 6) ada kelebihan model mind maping, diantaranya adalah :

  1. Merencana

  2. Berkomunikasi

  3. Menjadi lebih keatif

  4. Menghemat waktu

  5. Menyelesaikan masalah

  6. Memusatkan perhatian

  7. Menyusun dalam menjelaskan pikiran-pikiran

  8. Mengingat dengan lebih baik

  9. Belajar lebih cepat dan efisien 10.

Melihat “gambar keseluruhan

  Adapun kelemahan model mind mapping, diantaranya adalah :

  1. Hanya siswa aktif yang terlibat

  2. Tidak sepenuhnya siswa belajar

B. Penelitian Yang Relevan

  Model mind mapping telah banyak diteliti dan hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Ayu Setyaning Palupi (2008) pada Program Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purwokerto, hasilnya menunjukan bahwa adanya peningkatan kreativitas siswa yaitu pada siklus I respon rata- ratanya sebesar 35, 52%, pada siklus II respon rata-ratanya sebesar 51, 1% dan pada siklus III respon rata-ratanya sebesar 68, 92%. Sedangkan perolehan nilai rata-rata tes hasil belajar dari siklus I sampai siklus III selalu mengalami kenaikan. Ketuntasan yang diperoleh pada siklus I sebesar 42, 86%, pada siklus II sebesar 70, 59%, pada siklus III sebesar 88, 24%. Dengan demikian, model mind mapping dapat meningkatkan kreativitas siswa dan dapat meningkatkan pula prestasi belajar siswa.

  Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam penelitian ini menerapkan model mind mapping pada tingkat Sekolah Dasar mengambil mata pelajaran Pkn materi sistem pemerintahan kabupaten/kota dan provinsi di kelas IVA SD Negeri 2 Pliken jumlah siswa 22 yang terdiri dari siswa laki-laki 15 dan jumlah siswa perempuan 7 siswa. Penelitian ini dilakukan dengan bentuk siklus terdiri dari siklus I dan siklus II.

  C. Kerangka Berpikir

  Guru sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar terutama prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tersebut. Selain itu dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam proses pembelajaran, terutama dalam menentukan model pembelajaran. Jika model pembelajaran yang digunakan tepat maka akan mempengaruhi aktivitas dan prestasi belajar siswa. Salah satu model yang dapat melibatkan siswa untuk berperan kreatif dan aktif yaitu dengan model mind mapping.

  Model ini membuat para siswa lebih mudah mengingat informasi yang didapat dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga dapat memotivasi siswa untuk tertarik pada mata pelajaran terutama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang nantinya akan meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut dan membuat para siswa menjadi lebih kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran.

  Guru menyajikan pelajaran Pendidikan Kewarganegaran kepada siswa melalui kegiatan belajar mengajar dengan model mind mapping. Penerapan model ini menuntut siswa untuk kreatif dan aktif dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), sehingga hasil pembelajarannya nanti akan dievaluasi dalam bentuk soal. Dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut akan terlihat peningkatan prestasi belajar siswa dan kreativitas. Tercapainya prestasi belajar siswa yang baik adalah tujuan yang diharapkan oleh guru.

  Dari permasalahan yang ada bahwa siswa kelas IVA dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi sistem pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi siswa kurang berhasil dalam menguasai keterampilan proses belajar sehingga kreativitas siswa tidak terlihat. Prestasi belajar pada materi tersebut masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 71, karena materi tersebut sangat banyak pembahasan yang harus siswa pahami.

  Oleh karena itu dengan penggunaan model pembelajaran mind mapping ini diharapkan kreativitas dan prestasi belajar siswa dapat meningkat secara optimal. Berikut kerangka berpikir dalam bentuk diagram.

  Kondisi Awal Kreativitas dan prestasi siswa rendah.

  Tindakan

  Mind Mapping Siklus 1 Pembelajaran

  menggunakan model .

  mind mapping .

  Konsiasi Akhir

  Siklus 2 Pembelajaran menggunakan model

  mind mapping .

  .

  Kreativitas dan prestasi siswa meningkat.

  

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Berpikir

D.

   Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan :

  1. Kreativitas siswa kelas IVA SD Negeri 2 Pliken materi Sistem Pemerintahan Kabupaten, Kota Dan Provinsi dapat ditingkatkan melalui model mind mapping.

  2. Prestasi belajar siswa kelas IVA SD Negeri 2 Pliken materi Sistem Pemerintahan Kabupaten, Kota Dan Provinsi dapat ditingkatkan melalui model mind mapping.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU

0 4 36

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAF-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SD 4 PASURUHAN LOR

0 0 21

PENERAPAN MODEL MIND MAPPING UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SD 2 KESAMBI MEJOBO KUDUS

0 1 20

PENGARUH MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PKn KELAS V SD

0 1 7

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENTS SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 DUKUN, MAGELANG

0 0 8

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PKN MATERI SISTEM PEMERITAHAN KABUPATEN KOTA DAN PROVINSI DENGAN MENERAPKAN STRATEGI BELAJAR MIND MAPPING PADA SISWA KELAS IV SEMESTER I TAHUN 20142015 SD NEGERI 4 NGADIRENGGO KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRE

0 0 11

3 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn KELAS IV SD 2 TERBAN

0 0 26

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN MIND MAP PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BATURAGUNG KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 20142015

0 1 111

BAB II KAJIAN TEORITIS - PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE MIND MAPPING PADA MURID KELAS VI DI SD NEGERI I LAMPEAPI KEC. WAWONII TENGAH KAB. KONAWE - Repository IAIN Kendari

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRESTASI BELAJAR - PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN INTELEKTUAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA IPS KELAS XI DI SMA NEGERI 01PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 20