BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI MEDIA TALI KARET PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN PAUD CAHAYA KECAMATAN KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2012-2013 - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Secara fisik, anak usia 4-5 tahun makin berkembang, sesuai dengan

  bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur system saraf otot yang memungkinkan anak menjadi lincah dan aktif bergerak. Dengan meningkatnya usia tampak adanya perkembangan dari gerakan motorik kasar kearah gerakan motorik halus yang memerlukan kecermatan dan control yang lebih baik.

  Pada usia 4-5 tahun , anak tidak perlu lagi melakukan suatu usaha hanya untuk sekedar berdiri tegak dan bergerak di sekitar. Ketika anak-anak menggerakan kaki-kaki mereka dengan lebih percaya diri mereka ke tujuan yang lebih khusus, proses bergerak di sekitar di dalam lingkungannya menjadi lebih otomatis. Pada usia ini, kegiatan anak mulai dipadati dengan aktifitas otot besarnya. Hal ini karena anak mulai kehilangan lemak bayi, yang membuat tubuh terlihat makin tinggi. Ketika anak usia 4 tahun, perkembangan motorik mencapai puncaknya dimana anak telah mampu membuat gerakan dengan tepat.

  Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan

  spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik

  6 halus. Motorik kasarmerupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anakitu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya.

  Sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret- coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang secara optimal.

  Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang menstir setiap gerakan yang dilakukan oleh anak. Semakin matangnya perkembangan system saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkambangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.

  Menurut Aisyah (2007:4.35) perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tidak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat. 4-5 tahun pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan gerakan kasar.

1. Pengertian Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini

  • – Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan dari kegiatan kegiatan seperti menjangkau, merenggut, menggenggam, merangkak dan berjalan.berpindah. Pada usia 3 tahun memiliki kekuatan fisik yang mulai berkembang, tapi rentang konsentrasinya pendek, cenderung berpindah- pindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Meskipun memiliki rentang konsentrasi yang relatife pendek, mereka menjadi ahli pemecah masalah dan dapat memuasatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika topic yang diajarkan menarik bagi mereka. Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus parallel. Pada usia ini, anakmengembangkan ketrampilan motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Energi mereka seolah- olah tiada habisnya.

  Pada usia 5 tahun, rentang konsentrasi anak menjadi agak lama. Kemampuan mereka untuk berfikir dan memecahkan masalah juga semakin berkembang. Anak dapat memusatkan diri pada tugas-tugas dan berusaha untuk memenuhi standar mereka sendiri. Secara fisik, pada usia ini fisik anak sangat lentur dan tertarik pada senam dan olah raga yang teratur. Mereka mengembangkan kemampuan motorik yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting, menggambar dan menulis lebih mudah dilakukan. Secara terperinci, deskripsi perkembangan fisik motorik anak usia 3-6 tahun adalah sebagai berikut : a. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan kebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperluas ketrampilan-ketrampilan motorik anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak

  • – anak juga melibatkan diri dalam aktifitas permainan olah raga yang bersifat formal seperti senam, berenang, dll.

  Beberapa perkembangan motorik kasar selama periode ini, antara lain: 1) Anak usia 5 tahun: mampu melompat dan menari, menggambarkan orang yang berdiri dari kepala, lengan dan badan, dapat menghitung jari-jarinya, mendengarkan dan mengulang hal

  • – hal penting dan mampu bercerita

  2) Anak Usia 6 TahunKetangkasan meningkat melompat tali,bermain Sepeda. Anak sangat menyukai gerakan

  • – gerakan yang membangkitkan semangat. Pada saat usia 6 tahun, belajar permainan lebih meningkatkan ketrampilan motorik.

  Menurut Rahyubi (2012: 210) tujuan pembelajaran motorik kasar anak usia dini merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia.

  Bahkan didasari ataupun tidak, pembelajaran motorik telah menyatu dengan kehidupan manusia itu sendiri. Dengan pembelajaran gerak yang terancang, terarah dan terpola dengan baik, seseorang diharapkan mampu menguasai pembelajaran gerak secara memuaskan dan berdaya guna.

  Dari sini diharapkan muncul salah satu produk dan hasil dari pembelajaran gerak, yaitu penguasaan ketrampilan seorang pembelajar yang telah menguasai ketrampilan motorik secara baikdan mumpuni (bisa disebut juga “penampilan terampil”) setidaknya telah punya bekal yang sangat penting dan berguna untuk mencapai kehidupan menuju hari depan yang lebih baik.

  Menurut Yudha dan Rudianto (2005: 115) fungsi kemampuan motorik kasar pada anak usia dini adalah sebagai berikut: a. Sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan kesehatan untuk anak b. Sebagai alat untuk membentuk, membangun serta memperkuat tubuh anak c. Untuk melatih ketrampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak d. Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosional

  e. Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosial

  f. Sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi Lebih lanjut, menurut Ernawulan (2005:30-31) perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui pengendalian pusat syaraf, uraf syaraf dan otot-otot yang terkoordinasi.

  Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya.

  Gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar disebut motorik kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitasberlari, memanjat, melompat atau melempar. Sementara gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang disebut motorik halus (fine motor) cenderung hanya digunakan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel atau melipat.

2. Tujuan dan Manfaat Pengembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Dini Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan saraf.

  Perkembangan motorik setiap individu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan pusat saraf dan urat saraf. Sistem saraf diperlukan untuk menunjang terwujudnya ketrampilan motorik. Selain itu, perkembangan motorik juga bergantung pada koordinasi yang baik antar otot.

  Sistem saraf tersebut akan berkembang selama tahun awal perkembangan anak. Ketika anak usia 4-5 tahun pasca lahir, seorang anak dapat melakukan gerakan kasar yang melibatkan hampir semua bagian badan, akan tetapi setelah umur 5 tahun terjadi perkembangan yang sangat besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan otot-otot yang lebih kecil.

  Belajar ketrampilan motorik bergantung pada kematangan anak. Upaya untuk mengajarkan dan melatih ketrampilan motorik tidak akan berhasil jika individu belum mencapai kematangan pada sistem saraf dan ototnya. Ketrampilan motorik yang dilakukan ketika anak telah siap belajar hasilnya akan jauh lebih baik dan optimal dari pada tanpa adanya kesiapan dari seorang anak.

  Ketrampilan motorik bisa berguna bagi kehidupan dan karier seseorangdi berbagai lapangan kehidupan yang berfaedah sesuai dengan bakat, kecenderungan, dan potensinya. Penggunaan ketrampilan motorik yang baikbisa didayagunakan seseoranguntuk meraih prestasi yang gemilangdi bidang olah raga, seni (misalnya tari dan lukis), musik, dunia kerja yang beragam, berbagai profesi dan masih banyak lagi. Ketrampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi sebuah kebiasaan. Ketrampilan motorik didasarkan atas kematangan yang pada waktu lahir telah mengubah aktivitasacak yang tidak berarti yang ada pada saat lahir, menjadi suatu gerakan yang terkoordinasi. Seperti contoh, pada waktu kematangan otot tangan menghasilkan kemampuan menggenggambenda, anak siap mempelajari ketrampilan makan sendiridengan menggunakan sendok. Demikian juga, pada waktu kematangan ototmenghasilkan kemampuan berjalan berarti anak siap belajar meluncur, melompat tinggi dan melompat jauh.

  Menurut Elizabeth Hurlock 1956 (dalam Yusuf, 2007:105) perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangaan individu, yaitu: a. Melalui ketrampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.

  b. Melalui ketrampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi

  

“helplessness”(tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama dalam

  kehidupannya, ke kondisi

  “independence”(bebas, tidak bergantung). Anak

  dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya.

  c. Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah (school adjusment). Pada usia pra sekolah atau usia kelas-kelas awal sekolah dasar anak sudah dapat dilatih untuk menulis, menggambar, melukis dan baris-berbaris.

  d. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain, bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang

  “fringer”(terpinggirkan).

  Sedangkan menurut Rahyubi, (2012:210) tujuan pembelajaran motorik atau pembelajaran gerak merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Bahkan, disadari ataupun tidak pembelajaran motorik telah menyatu dengan kehidupan manusia itu sendiri. Dengan pembelajaran gerak yang terancang, terarah dan terpola dengan baik, seseorang diharapkan mampu menguasai pembelajaran gerak secaramenuaskan dan berdaya guna. Dari sini diharapkan muncul salah satu produk dan hasil dari pembelajaran gerak yaitu penguasaan ketrampilan.

  Lebih lanjut menurut Yudha dan Rudiyanto (2005:115) tujuan dari pengembangan motorik kasar anak usia dini yaitu : pertama, mampu meningkatkan ketrampilan gerak. Kedua, mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani. Ketiga, mampu menanamkan sikap percaya diri. Keempat, mampu bekerja sama. Kelima, mampu berperilaku disiplin, jujur dan sportif.

3. Tahap-Tahap Perkembangan Motorik Kasar

  Studi eksperimen tentang perkembangan motorik, mengungkapkan adanya pola pencapaian pengendalian otot yang normal dan dengan jelas menunjukan rata-rata pada umur berapa anak mampu mengendalikan bagian badan yang berbeda. Urutan perkembangan cephalaocaudal (kepala-ke kaki) ditunjukan oleh kenyataan bahwa dalam masa awal bayi terdapat gerakan yang lebih besar di bagian kepala ketimbang di bagian badan yang lain.

  Tabel 3.1 Perkembangan motorik masa anak-anak awal (Desmita, 2006:129)

  Usia/Tahun Motorik Kasar Motorik Halus 2,5

  • – 3,5

  3,5 -4,5 4,5 -5,5

  Berjalan dengan baik, berlari lurus kedepan, melompat Berjalan dengan 80% langkah orang dewasa, melempar dan menangkap bola besar, tetapi lengan masih kaku Menyeimbangkan badan diatas satu kaki, berjalan jauh tanpa jatuh, dapat berenang dalam air yang dangkal

  Meniru sebuah lingkaran, tulisan cakar ayam, dapat makan menggunakan sendok Mengancingkan baju, meniru membuat bentuk sederhana, membuat gambar sederhana Menggunting, menggambar orang, meniru membuat angka dan huruf sederhana, membuat susunan yang kompleks dengan kotak- kotak

  Perkembangan fisik pada anak-anak ditandai dengan berkembangnya ketrampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan , melompat dan berjingkrak, berlari kesana kemari, memanjat dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan

  • – lebih halus dan bervariasi. Anak usia 5 tahun juga dapat melakukan tindakan tindakan tertentu secara akurat, seperti menyeimbangkan badan biatas satu kaki, menangkap bola dengan baik, melukis, menggunting dan melipat kertas. Untuk memperluas ketrampilan-ketrampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal, permainan yang di atur sendiri oleh anak, seperti permainan umpet-umpetan, dimana anak menggunakan ketrampilan motoriknya. Disamping itu anak-anak juga melibatkan diri dalam aktifitas permainan olah raga yang bersifat formal seperti olah raga senam.

  Lebih lanjut menurut Samsudin (2008:15) tahapan dalam mempelajari gerak dasar antara lain: 1). Tahap verbal kognitif Tahap belajar motorik melalui uraian lisan atau menangkap penjelasan konsep tentang gerak yang akan dilakukan

  2). Tahap asosiatif Tahap belajar untuk menyesuaikan konsep kedalam bentuk gerakan dengan mempersesifkan konsep gerakan pada bentuk perilaku gerak yang dipelajarinya/ mencoba-coba gerakan dan memahami gerak yang dilakukan 3). Tahap Otomatisasi Adalah melakukan gerakan dengan berulang-ulang untuk mendapatkan gerakan yang benar secara alamiah.

4. Karakteristik/Ciri Motorik Kasar Anak Usia Dini

  Di dalam membicarakan perkembangan motorik anak, akan dibicarakan tentang ciri-ciri motorik yang pada umumnya yaitu (Agus Sujanto, 1996:22- 23) Gerakan-gerakannya tidak disadari, tidak disengaja dan tanpa arah. Gerakan anak pada masa ini karena adanya dorongan dari dalam. Misalnya anak menggerak-gerakan kakidan tangannya, memasukan tangan ke mulut, mengedipkan mata dan gerakan

  • – gerakan yang lai, yang tidak disebabkan olehadanya rangsangan dari luar.

  Gerakan-gerakan anak itu tidak khas. Artinya gerakan yang timbul, yang di sebabkan oleh perangsang tidak sesuai dengan rangsangannya.

  Misalnya bila si anak diletakan di tangannya sesuatu benda, maka benda itu di pegangnya tidak sesuai dengan kegunaan benda tersebut. Sehingga bagi orang dewasa tampak sebagai sesuatu gerakan yang bodoh.

  Gerakan-gerakan anak itu dilakukan dengan masal. Artinya hampir seluruh tubuhnya ikut bergerak untuk mereaksi perangsang yang datang dari luar. Misalnya bila kepalanya di berikan sebuah bola maka bola itu akan diterima kedua tangan dan kakinya. Gerakan-gerakan anak itu disertai dengan gerakan-gerakan lain yang sebenarnya tidak diperlukan.

  Anak usia 4-5 tahun merupakan anak yang luar biasa aktif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, tingkat aktifitas anak usia 4-5 tahun sepanjang hayat manusia, menempati tingkat yang paling tinggidibandingkan dengan usia lain. Anak usia 4 tidak akan bisa duduk tenangsaat menonton televisi ataupun mereka makan.

  Anak usia 4 tahun senang melakukan gerakan-gerakan sederhana sepertimelonjak-lonjak, meloncat-loncat dan berlari kesana kemari. Gerakan- gerakan tersebut dilakukannya hanya sekedar untuk mendapatkan kesenangan semata. Anak usia ini berjuang untuk mendapatkan benda (misalnya alat permainan). Anak sudah mampu menaiki tangga dengan satu kaki pada tiap anak tangga namun untuk menuruninya mereka baru mulai bisa, sehingga mereka masih sering bolak-balik menapaki tiap anak tangga.

  Koordinasi motorik halus anak usia 4 tahun telah menjadi lebih matang secara substansial dan menjadi jauh lebih tepat. Pada usia ini anak mengalami kesulitan dalam membangun dan menyusun menara balok yang lebih tinggi karena mereka menginginkan untuk menempati setiap balok secara tepat dan sempurna. Oleh karena itu mereka sering membongkar menara balok yang baru disusunnya karena dianggapnya belum memenuhi harapan mereka.

  Berikut ini disampaikan pula beberapa ciri-ciri fisik anak usia 4-5 tahun menurut Anggraini, dalam Siti, (2007:4.14): a. Spontan dan selalu aktif, tidak pernah berhenti bergerak b. Tidak mengetahui kiri dan kanan

  c. Menunjukan peningkatan yang cukup jelas dalam menggunakan alat manipulatif dan konstruktif d. Mulai membuat disain dan bentuk-bentuk huruf dalam lukisannya

  e. Bereksperimen dengan jari, tangan dan lengannya

  f. Memungut benda dengan tangan yang bukan dominan dan memindahkannya ke tangan yang lebih dominan g. Dapat menyanyikan lagu yang lebih sederhana

  h. Lari berjingkat dengan satu kaki i. Berdiri diatas satu kaki selama 4-8 menit j. Dapat mengikat tali sepatu.

  Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomson. 1956 (yusuf, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu: 1). Perubahan Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi. Perubahan system syaraf ini berlangsung dengan cepat selama dalam kandungan hingga 4 tahun pertama setelah lahir. Setelah usia 4 tahun pertumbuhan system syaraf sudah sedikit lebih lambat.

  2) Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik. Jumlah otot yang dimilikai oleh anak, baik langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhinya. Secara langsung, jumlah otot akan memberikan bentuk tubuh tertentu pada anak, hal ini akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Anak-anak yang memiliki otot yang kuat akan mempunyai peluang yang besar untuk selalu menang dalam permainan atau pertandingan olahraga. Secara tidak langsung adanya pertandingan antara otot dan lemak akan mendorong anak untuk membentuk reaksi tertentu terhadap pembentukan tubuhnya.

  3) Kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri dari lawan jenis, dan 4). Struktur fisik / Tubuh yang meliputi tinggi, berat, dan proposi.

  Sewaktu masih anak-anak bentuk tubuh mereka tidak terlalu nampak perbedaannya, namun pada akhir masa kanak-kanak saat mulai memasuki tahap remaja perbedaan bentuk tubuh antara anak laki-laki dan anak perempuan semakin jelas.

B. Pembelajaran Motorik Kasar Dengan Media Tali Karet

  Menurut Heri, (2012:208) pembelajaran motorik adalah suatu proses belajar yang mengarah pada dimensi gerak. Dalam konteks ini, pembelajaran motorik diwujudkan melalui respon-respon muscular (otot) yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh yang spesifik untuk meningkatkan kualitas gerak tubuh

  Secara etimologi kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dari bahasa latin “medius” yang berarati tengah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi(pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan.

  Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT, 1977:162). Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasarkan fungsinya media dapat menjadi alat peraga ataupun sarana.

1. Pengertian Permainan Lompat Tali Karet

  Permainan lompat tali karet merupakan permainan tradisional yang hampir ada di seluruh belahan dunia tak terkecuali Indonesia. Permainan lompat tali karet dikenal dengan nama yang berbeda-beda. Salah satu nama permainan ini yaitu lompat tali merdekayang di kenal oleh masyarakat propinsi RIAU dan sekitarnya.

  Permainan Tali Merdeka adalah sebutan untuk mereka yang tinggal di provinsi Riau. Di daerah masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan melayu ini ada sebuah permainan yang di sebut sebagai tali merdeka. Inti dari permainan ini adalah melompat tali- karet yang tersimpul. Penanaman permainan ini ada kaitannya dengan tingkah laku atau perbuatan yang di lakukan pemain itu sendiri, khususnya pada lompatan yang terakhir. Pada lompatan ini (yang terakhir), tali diregangkan oleh pemegangnya setinggi kepalan tangan yang di acungkan ke udara. Kepalan tangan tersebut hampir mirip dengan apa yang di lakukan oleh para pejuang letika mengucapkan kata “ merdeka”.

  Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan itulah yang kemudian di jadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan dan dari mana permainan ini bermula sulit di ketahui secara pasti. Namun, dari nama permainan itu sendiri dapat di duga bahwa permainan ini muncul pada zaman penjajahan.

  Sebenarnya di daerah lain di Indonesia juga banyak di temukan permainan ini tapi dengan nama berbeda missal dengan nama lompat tali karet, lompatan, sumpringan dll.

  Bermain adalah kegiatan yang di lakukan untuk kesenangan yang di timbulkan tanpa mempertimbangkan hasil untuk mencapai tujuan tertentu yang di lakukan secara sukarela serta di lakukan secara berulang-ulang baik menggunakan alat permainan maupun tidak, berkelompok maupun sendiri ( furqon, 2008:4)

  Jadi permainan lompat tali karet adalah kegiatan yang dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan alat permainan tali yang di lakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil untuk meningkatkan ketrampilan motorik kasar anak serta di lakukan secara sukarela dan tanpa paksaan dari luar.

2. Tujuan Permainan Lompat Tali Karet

  Tujuan permainan lompat tali karet ( Furqon, 2008:12) adalah sebagai berikut:

  1. Melatih anak kerja keras Kerja keras tercermin dari semangat pemain yang berusaha agar dapat melompat tali dengan berbagai macam ketinggian.

  2. Melatih kelincahan dan koordinasi tubuh secara umum Tercermin dari usaha pemain untuk memperkirakan antara tingginya tali dengan lompatan yang akan di lakukannya.

  3. Melatih ketangkasan dan kecermatan Ketangkasan dan kecermatan dalam bermain hanya dapat di miliki, apabila seseorang sering bermain dan berlatih lompat tali karet

  4. Melatih sportivitas Tercermin dari sikap pemain yang tidak berbuat curang dan bersedia menggantukan pemegang tali jika melanggar peraturan yang telah di tetapkan dalam permainan. Menurut Yudha dan Rudyanto(2005:115) tujuan permainan motorik pada anak yaitu: untuk meningkatkan ketrampilan gerak, mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, mampu menanamkan sikap percaya diri, mampu bekerja sama dan mampu berperilaku disiplin, jujur dan sportif.

  Bermain lompat tali karet mempunyai banyak manfaat untuk anak-anak, (Fanny Septria, 2010), diantaranya yaitu :

  1. Motorik kasar Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam permainan ini memang memerlukan keterampilan sendiri. Lama- lama, bila sering dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat serta terlatih. Selain melatih fisik, mainan ini juga bisa membuat anak

  • – anak mahir melompat tinggi dan
Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Lompat tali karet juga dapat membantu obesitas pada anak.

  2. Mengembangkan Kecerdasan Emosi Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan keberanian dari anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu keputusan besar, mau melakukan tindakan melompat atau tidak. Dan juga saat bermain, anak

  • – anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa dan bergerak.

  3. Ketelitian dan Akuasi Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana ketika tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat gerak ayunan tali, semakin cepat ia harus melompat.

  4. Sosialisasi Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam kelompok. Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan yang lainnya.

  5. Intelektual Saat melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan. Umpamanya, anak harus melakukan lima kali lompatan saat tali diayunkan, bila lebih atau kurang ia harus gantian menjadi pemegang tali.

  Anak juga secara tidak langsung belajar dengan cara melihat dari teman

  • – temannya agar bisa mahir dalam melakukan permainan tersebut.

  6. Moral Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang atau kalah. Namun, menang atau kalah tidak menjadikan para pemainnya bertengkar, mereka belajar untuk bersikap sportif dalam setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul, karena setiap orang punya kelebihan masing

  • – masing untuk setiap permainan, hal tersebut meminimalisir ego di diri anak-anak 7.

   Langkah-Langkah Pelaksanaan Permainan Lompat Tali Karet

  Sebelum permainan diadakan, terlebih dahulu akan dipilih dua orang pemain yang akan menjadi pemegang tali dengan jalan gambreng dan sulit.

  Gambreng dilakukan dengan menumpuk telapak tangan masing-masing peserta berdiri dan membentuk sebuah lingkaran. Kemudian, secara serentak tangan-tangan dan diturunkan. Pada saat diturunkan, posisi tangan akan berbeda-beda (ada yang memmbuka telapak tangannya dan ada pula yang menutupnya).

  Apabila yang terbanyak dalah posisi telapak tangan terbuka, maka yang memperlihatkan punggung tangannya di nyatakan menang dan gambreng akan di ulangi lagi hingga nantinya yang tersisa hanya tinggal dua orang peserta yang akan menjadi pemegang tali. Kedua orang tersebut nantinya akan melakukan suit, untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu akan menggantikan pemain yang gagal ketika melompat. Suit adalah adu ketangkasan menggunakan jari- jemari tangan, khususnya ibu jari, jari telunjuk dan jari kelingking. Ibu jari di lambangkan sebagai gajah, jari telunjuk sebagai manusia, dan jari kelingking sebagai semut. Apabila ibu jari beradu dengan jari telunjuk, maka ibu jari akan menang, karena gajah akan menang jika beradu dengan manusia. Namun apabila ibu jari beradu dengan jari kelingking, maka ibu jari akan kalah, sebab semut dapat dengan mudah memasuki telinga gajah, sehingga gajah akan kalah. Sedangkan apabila jari kelingking beradu dengan jari telunjuk, maka jari kelingking akan kalah dengan manusia yang mempunyai akal.

  Setelah semuanya siap, maka satu persatu pemain akan melompati tali karet dengan berbagai macam tahap ketinggian. Pada ketinggian

  • – ketinggian sebatas lutut dan pinggang, umumnya para pemain dapat melompatinya, walaupun pada ketinggian tersebut tali tidak boleh tersentuh tubuh pemain. Pada tahap ketianggian yang sebatas dada hingga satu jengkal di atas kepala, milai ada pemain yang merasa kesulitan untuk melompatinya. Pergantian pemegan tali mulai banyak terjadi saat ketinggian tali sebatas hingga dua jengkaldi atas kepala. Tahap yang paling sulit adalah ketika tali seacungan hasta pemegangnya. Pada tahap ketinggian seperti ini, pada umumnya hanya pemain-pemain yang memiliki postur tubuh yang tinggi atau sering bermain tali merdeka saja yang dapat melompatinya. Agar mempermudah lompatan, pemain juga boleh melakukan gerakan berputar menyamping, jika diamati akan nampak seperti perputaran baling-baling.

  Gerakan berputar pada umumnya dilaakukan oleh anak laki-laki. Selain berputar, pemain juga boleh memegang dan menururnkan tali terlebih dahulu sebelum melompat. Cara ini biasanya dilakukan oleh anak-anak perempuan. Pemain yang telah berhasil melompati tali yang setinggi acungan tangan, akan menunggu pemain lain selesai melompat. Dan, setelah seluruh pemain berhasil melompat, maka tali akan di turunkan kembali sebatas lutut. Begitu juga seterusnya, hingga pemain merasa lelah dan berhenti bermain.

  Ada beberapa ukuran ketinggian tali karet yang harus dilompati, yaitu: (1). Tali berada pada batas lutut pemegang tali; (2). Tali berada sebatas (di)pinggang (sewaktu melompat pemain tidak boleh mengenai tali karet sebab jika mengenainya, maka ia akan menggantikan posisi pemegang tali); (3) posisi tali berada di dada pemegang tali ( pada posisi yang dianggap cukup tinggi ini pemain boleh mengenai tali sewaktu melompat, asalkan lompatannya berada diatas tali dan tidak terjerat); (4). Posisi tali sebatas telinga; (5). Posisi tali sebatas kepala; (6). Posisi tali satu jengkal dari kepala; (7)posisi tali dua jengkal dari kepala; dan (8) posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali.

  Peralatan yang digunakan dalam permainan lompat tali karet ini adalah, karet gelang yang dianyam memanjang. Cara menganyamnya dadalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnyahingga memanjang dengan ukuran 3-4 meter. Karet-karet tersebut berbentuk bulat seperti gelangyang banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Karet tersebut tidak dijual perbuah , melainkan dalam bentuk satuan berat(gram, ons, dan kilo).

  Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat plastik- plastik pembungkus makanan, pengikat rambut, dan barang-barang lainnya yang tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet akan mudah putus jika dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda. Oleh karena itu, sewaktu membuat anyaman untuk membentuk tali karet, diperlukan dua buah karet lain agar tidak mudah lekas putus oleh anggota tubuh pemain yang sedang melompat. Ada kalanya tali karet dianyam dengan menyambungkan 3-4 buah karet sekaligus, agar tali menjadi semakin kuat dan dapat dipakai berkali-kali.

  C .Pedoman Penilaian Motorik Kasar

  Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005: 7) penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah di capai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut: Ο : Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang di harapkan. √ : Untuk anak yang berada pada proses menuju apa yang di harapkan.

  : Anak yang perilakunya melebihi dengan yang di harapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru.

  Prosedur penilaian harian menurut pedoman penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK (2010: 1-2) catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom pada penilaian di RKH, sebagai berikut:

  Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indicator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ()

  Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indicator seperti yang diharapkan di SKH mendapatkan dua bintang () Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indicator seperti yang diharapkan SKH mendapatkan tanda tiga bintang ( ) Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indicator seperti yang diharapkan dalam SKH mendapatkan tanda empat bintang ( ).

  Menurut Depdiknas (2005:3-4) yang termasuk pengembangan motorik kasar bagi Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut: Tabel 3.1

  Indikator pencapaian tahap perkembangna motorik kasarAnak usia 4-5 tahun Indikator yang Diharapkan

  No (Perkembangan Motorik Kasar)

  1. Melompat dengan berbagai arah dengan satu atau dua kaki Mendemonstrasikan kemampuan motorik kasar seperti melompat dan 2. berlari dengan berbagai variasi

  3. Merayap dan merangkak dengan berbagai variasi

  4. Mengekspresikan gerakan sesuai dengan syair dan lagu cerita D.

   Kerangka Pikir

  Hasil observasi dan analisis setiap masalah yamg timbul dalam proses belajar mengajar di lingkungan sekolah telah diidentifikasi oleh penulis. Kurang antusiasnya anak didik dalam mengikuti proses belajar mengajar, rendahnya kemampuan motorik mereka, kurangnya kesempatan yang diberikan oleh guru agar anak dapat bergerak dengan bebas dan melatih otot-ototnya menjadi permasalahan tersendiri yang menyebabkan kurang maksimalnya kemampuan anak didik kelompok A PAUD Cahaya Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga.

  Dari hasil analisis dan observasi pada kondisi awal minat belajar anak masih sangat kurang, peneliti juga melihat kurangnya kreatifnya guru dalam memanfaatkan bahan ajar dengan keterbatasan ruang gerak anak didik di sekolah. Oleh karena itu, peneliti mencoba mencoba alternatif pemecahan rendahnya kemampuan motorik kasar anak didik kelompok A PAUD Cahaya KecamatanKejobong Kabupaten Purbalingga melalui permainan lompat tali karet.Peneli melakukan observasi melalui dua siklus, masing

  • – masing siklus dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Pasa saat siklus I peneliti menggunakan metode dan alat perga yang sesuai pada proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan permainan lompat tali kater. Setelah melakukan observasi pada siklus I diketahui hasil belajar siswa sudah mulai berkembang walaupun belum optimal, kemampuan motorik kasar juga meningkat dibandingkan pada saat kondisi awal. Karena hasil penelitian belum optimal, peneliti melanjutkannya pada siklus II. Di siklus ke dua ini peneliti masih menggunakan metode yang sama yaitu permainan lompat tali karet yang dilakukan selama 3 kali pertemuan dengan memvariasi permainan serta memperbaiki SKH. Pada siklus ini dapat diketahui bahwa paetisipasi anak dalam pembelajaran yang dilakukan lebih meningkat karena permainan yang digunakan lebih bervariasi, kemampuan
motorik anak meningkat lebih optimal.Adapun kerangka berpikirnya adalah seperti gambar 2.1 sebagai berikut:

  1. Minat belajar anak masih Dilakukan kurang upaya perbaikan

  KONDISI

  2. Anak kurang tertarik dengan PTK

  AWAL

  pembelajaran motorik kasar

  3. Hasil belajar masih rendah Kondisi sudah

  1. Hasil belajar SIKLUS 1 mulai belum optimal

  3 X meningkat ada

  2. Kemampuan PERTEMUAN perbaikan tapi motorik ada belum maksimal tetapi belum maksimal SIKLUS II

  1. Partisipasi anak Terjadi perbaikan meningkat yang optimal dalam 3 x dalam peningkatan PERTEMUAN pembelajaran kemampuan motorik

  2. Kemampuan kasar dengan motorik kasar permainan lompat meningkat

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dan demonstrasi berbentuk penelitian tindakan kelas dan dirancang dalam 2 siklus.

  Masing

  • – masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation ), dan refleksi

  (reflection). Subjek penelitian adalah anak kelompok A di PAUD Cahaya Desa

  Sokanegara. Metode pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi aktivitas anak selama proses pembelajaran dan dokumentasi berupa foto selama pembelajaran

F. Hipotesis Tindakan

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode permainan lompat tali karet dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok A Paud Cahaya Desa Sokanegara Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2012

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DAN MENEMPEL PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI PAUD AISYIYAH 3 PONTIANAK Sarina, Muhammad Ali, Halida Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan Pontianak Email.sarina99_gm

1 4 11

PEMBELAJARAN MEWARNAI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

1 1 8

PENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK KASAR MELALUI METODE GERAK DAN LAGU PADA ANAK USIA DINI DI RA ROWOSARI KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Test Repository

0 0 103

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 2 -3 TAHUN DI PAUD WILAYAH JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2011

0 0 9

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN OUTBOUND USIA 4-5 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK PEMBINA KOTAAGUNG TANGGAMUS - Raden Intan Repository

0 2 146

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DESKRIPSI PUSTAKA 1. Perkembangan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini - PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI METODE SHOW AND TELL DI RA NU MAWAQIUL ULUM MEDINI UNDAAN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - STAIN Kudus

0 0 24

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI MEDIA KARTU ANGKA DAN KARTU BERGAMBAR PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN RA MASYITHOH CAWAS KLATEN - UNS Institutional Repository

0 0 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KABUPATEN PURBALINGGA - INFORMASI TEMPAT WISATA KABUPATEN PURBALINGGA BERBASIS ANDROID - repository perpustakaan

0 10 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan - Khoirul Fuad Hasyim BAB II

0 0 19

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK DESA LAMUK KECAMATAN KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA - Elib Repository

0 0 51