Iran masa pemerintahan Khatami 1997-2001

(1)

i SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk memenuhi Syarat mendapat Gelar Sarjana (S1) Humaniora

OLEH: Rahmawati NIM: 107022002201

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

Iran Pada M asa Pemerintahan Khatami 1997-2001

Republik Islam Iran, Negara dikawasan Timur Tengah yang pernah

melahirkan dua Revolusi besar modern. Yaitu Revolusi konstitusional

1905-1911 dan Revolusi Islam Iran 1979. Akan tetapi sejarah bangsa Iran tercatat

bahwa, kemajuan politik terus berjalan dengan munculnya seorang tokoh

karismatik yang mencoba menghadirkan sebuah revolusi bagi bangsa Iran.

ialah Ayatollah Khomeini telah membawa bangsa Iran kepada arah revolusi

panjang, ia mencoba menghadirkan suatu sistem pemerintahan yang tak lepas

dari nlai-nilai keislaman.

Ternyata semangat revolusi yang ayatollah Khomeini tinggalkan, telah

tertanam pada setiap jiwa rakyat Iran. salah satunya Mohammad Khatami. Di

bawah kepemimpinan Khatami, Negara Iran tampil denga pemikiran dan

kebijakan yang lebih baik. Kemenangan mutlak pada pemilu 1997, telah

membawa Mohammad Khatami sebagai seorang presiden dengan dialog

peradaban dan demokrasi yang ia tawarkan. Membawa Iran kepada kemajuan

dalam dunia politik, ekonomi dan hubungan dengan dunia internasional.


(6)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT semata. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan pada muara ilham, lautan ilmu yang tidak pernah larut yakni keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.Amin

Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini saya tidak semata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasamanya dan dorongannya. Rasa terimah kasih yang begitu tinggi saya sampaikan kepada :

1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Didin Saepuddin,MA, selaku Dosen Pembimbing yang banyak sekali membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya.

5. Seluruh Staff dan Pegawai Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

viii

termotivasi dan dapat menyelesaikan penelitian ini.

Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung serta membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya skripisi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca sekalian dan dapat dimanfaatkan dengan baik.

Ciputat, 23 Agustus 2011 Penulis


(8)

ix DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Pengesahan Panitia Ujian………iii

Lembar Pernyataan ... iv

Abstrak ……….v

Kata Pengantar ...vii

Daftar Isi ... ix

BAB I : Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II MENGENAL SEJARAH IRAN A. Sejarah Singkat Negara Iran ... 11

B. Letak Geografis ... 13

C. Sekilas Peran Ayatullah Khomeini Dalam Revolusi Islam Iran………...14

BAB III BIOGRAFI KHATAMI A. Latar Belakang Kehidupan Khatami ... 25


(9)

x

A.Iran Pada Masa Khatami ... 34 B. Perkembangan Ekonomi dan Politik ... 41 C. Dampak Dari Kebijakan Pemerintahan Khatami ... 47 BAB IV : Penutup

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran ... 55 Daftar Pustaka ... 56


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Iran atau lebih tepatnya Republik Islam Iran merupakan Negara di kawasan Timur Tengah yang pernah melahirkan dua Revolusi besar modern yaitu Revolusi konstitusional 1905-1911 dan Revolusi Islam Iran 1979¸ yang bersama-sama dengan beberapa pemberontak menjadikan Iran sebagai negara yang paling revolusioner pada era modern. Revolusi Iran nampaknya telah membantu Iran untuk melakukan modernisasi dengan cara mereka sendiri tak lama setelah wafatnya Ayatullah Khomeini. Beliau mencoba memberikan kekuasaan lebih besar kepada parlemen dan memberikan kekuasaan untuk interpretasi demokrasi wilayah faqih kepada penerus pilihannya yaitu Hashemi Rafsanjani. Pentingnya negara modern menyakinkan kaum Syiah akan pentingnya demokrasi. Demokrasi kali ini dikemas secara Islami agar bisa diterima mayoritas rakyat.

Hal ini mendapat angin segar pada tanggal 23 Mei 1997¸ ketika Hujjatul Islam Sayyid Mohammad Khatami terpilih sebagai presiden dengan kemenangan besar dalam pemilihan umum. Sayyid Muhammad Khatami lahir di kota Ardakan 29 September 1943¸ beliau adalah seorang Intelektual dan politikus di Iran. Ia tampil sebagai presiden Iran yang keempat mulai 1997-2001. Selain menjabat sebagai presiden, Khatami juga menjabat sebagai anggota parlemen. Sebagian besar kaum wanita dan pemuda Iran memilih Khatami karena janjinya untuk meningkatkan status wanita dan tanggap akan permintaan generasi muda Iran.


(11)

Tidak benar bahwa semua muslim menyimpan kebencian kepada bangsa Barat. Pada awal modernisasi banyak pemikiran terkenal tergila-gila pada budaya Eropa. Pada abad 20 Presiden Khatami dari Iran merupakan contoh dari kecendrungan tersebut. Khatami ingin melihat interpretasi yang lebih liberal dari hukum Islam di Iran dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan Barat.1 Masalah ini menarik untuk dikaji mengingat dibawah kepemimpinan Khatami politik luar negeri Iran mempunyai corak baru yang secara signifikan berbeda dengan pendahulunya. Dapat disimpulkan bahwa Khatami sangat dominan dalam peran perubahan sistem politik Iran yang khas. Faktor geopolitik, geostrategi dan geoekonomi serta nasionalisme agama dan tentunya lingkungan eksternal mempunyai peran yang tidak bisa diabaikan dalam perubahan ini.

Penelitian ini akan berusaha mengeksplorasi perubahan dalam kebijakan luar negeri Iran sejak Revolusi tahun 1979, dengan titik berat pada masa pemerintahan Presiden Muhammad Khatami 1997-2001. Kerangka pemikiran yang digunakan untuk menjelaskan perubahan ini adalah teori pengambilan kebijakan. Dari hasil penelitian didapat bahwa peningkatan dalam kebijakan luar negeri Iran pada masa pemerintahan Khatami mempunyai kaitan dengan adanya perubahan dalam pola pengambilan keputusan dalam sistem perpolitikan di Iran. Tak mengherankan kalau muncul hasrat menggebu untuk membangun kesejahteraan dan meletakan kembali fondasi kehidupan demokrasi yang kini menjadi aspirasi sebagian besar kaum muda Iran. Dan harapan itu bersambut dengan munculnya tokoh Khatami, yang pernah disingkirkan dari jabatan menteri


(12)

3

kebudayaan oleh kaum konservatif, lantaran terlalu memberi angin segar pada masuknya nilai-nilai Barat.2 Khatami sejak dulu dikenal sebagi tokoh moderat yang dibutuhkan Iran. Intelektualitas serta pengetahuan filosofis yang dimilikinya menjadi faktor penentu keberhasilannya menjaring 69 % suara dari 29 juta pemilih pada pemilu 23 Mei 1997.3

Khatami lahir dari keluarga ulama¸ ayahnya adalah seorang yang dihormati dari Iran Tengah yang menjadi penasehat Ayatullah Khomaini yang diasingkan Shah Iran sejak 1964.4Kemenangan khatami tersebut sekaligus menjungkirbalikan skenario kaum ulama. Kalangan ulama sejak awal menjagokan Nateq-Nouri¸ tetapi fakta berkata lain rakyat juga berbicara lain tidak seperti skenario pada umumnya. Satu hal yang utama yang memberi peluang besar bagi kemenangan Khatami adalah kerinduan rakyat akan keterbukaan, pembaharuan, dan terciptanya badan keadilan seperti terjawab dengan tampilnya sosok Khatami sebagai pemenang pemilu tersebut.

Dalam pidato singkat pengukuhan dirinya sebagai Presiden, Khatami mengungkapkan niat membawa Republik Iran menjalin hubungan kerjasama dan persahabatan dengan semua negara di seluruh dunia.5 Yang teramat penting Ia menjanjikan kebebasan berbicara sebagai unsur penegakan demokrasi yang sangat substansial. Khatami juga antusias membentuk suatu perubahan dengan asas kepastian hukum serta konteks semangat Islam. Pidato khatami berapi-api ketika

2 John L. Esposito,

Demokrasi di Negara-negara Muslim, Bandung: 1999 , h.105 3 John L. Esposito Ensiklopedi Oxford. Dunia Islam M odern. Bandung: Mizan, 2001, Jilid 5, h.342

4.Dikutip dari Kompas, Menunggu Kiprah Khatami, Jakarta, 04 Agustus 1997, h.7 5.Dikutip dari Media Indonesia, Demokratisi dan Kebijakan Luar Negeri Iran, 11 Agustus 1997, h. 8-10


(13)

ia mengumandangkan tekad untuk menghapus kemiskinan, diskriminasi sosial serta ketidakadilan dikalangan masyarakat. Dalam bidang peranan wanita, Khatami juga menjanjikan akan mengangkat wanita sebagai anggota kabinetnya dan memberikan kemerdekaan individu yang lebih luas.

Dalam programnya Khatami menjanjikan peningkatan peranan wanita. Di Iran wanita bukan saja boleh memilih dan boleh menyetir mobil saja tetapi mereka juga berhak menduduki jabatan penting dalam pemerintahan. Dari hal ini jelas Iran merupakan potret negara yang demokratis di Timur Tengah.6 Pidato khatami merupakan ungkapan Iran yang sangat substansial dalam dua hal. Pertama, repositioning Iran dalam kancah perpolitikan global. Kedua, ikut serta lebih intensif dalam kerjasama ekonomi internasional.7 Keduanya hanya mungkin ditempuh dalam suasana keterbukaan dan demokratisasi yang semakin baik.

Dalam menyikapi sistem ekonomi pasar bebas Khatami lebih realistis. Ia dengan tegas menolak sistem ekonomi pasar yang absolut. Diperkirakan Khatami masih akan meneruskan pola kebijakan ekonomi Rafsanjani yang menganut ekonomi yang terarah dan terbatas. Khatami malah merencanakan mengoptimalkan campur tangan pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian Iran, khususnya terkait dengan pemasukan perekonomian asing.8 Sinyal agenda luar negeri Iran telah nampak ketika negeri itu memberi isyarat membuka dialog dengan Jerman, dalam konteks memperbaiki hubungan persahabatan antara keduanya dan hubungan ekonomi, ada kemungkinan Iran melakukan hal serupa

6. M. Riza Sihbudi, Bara Timur Tengah, Bandung: Mizan, 1991, h.32

7. Dikutip dari Media Indonesia, Demokratisasi dan Kebijakan Luar Negeri Iran, Jakarta. 11 agustus 1997


(14)

5

dengan negara Barat lainnya. Yang jelas Khatami sedang mengupayakan dalam peta ekonomi global. Untuk melancarkan skenario pembangunan ekonomi, Iran harus membuka keran-keran dialog yang tersumbat, namun dengan alasan kesejahteraan ekonomi rakyat Iran. Melalui diplomasi politik, Iran memiliki tugas untuk memperbaiki citranya sebagai negara modern. Melalui diplomasi ekonomi pemerintah, Iran memiliki agenda peningkatan kinerja perekonomian untuk meningkatkan standar kesejahteraan rakyatnya. Salah satunya adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi Iran agar sejajar dengan negara-negara di kawasan Teluk Persia.

Setelah beberapa waktu ketika Khatami terpilih menjadi presiden Republik Islam Iran, rakyat Iran merasakan sebuah kemenangan dalam artian, ketika masa-masa sebelumnya merasa tidak ada ketidak amanan dalam kehidupan mereka, namun kini dengan sosok seorang Khatami diharapakan mampu mengangkat Iran menjadi sebuah negara yang demokratis dan mampu mensejahterakan seluruh rakyatnya. Beberapa kebijakan yang dkeluarkan oleh Khatami dalam pidatonya saat pelantikan dirinya menjadi presiden dikatakan akan mensejahterakan seluruh rakyatnya dan membuka diri dalam berhubungan dengan seluruh negara-negara di dunia demi untuk melaksanakan kerjasama-kerjasama yang tentunya menguntungkan Republik Islam Iran. Khatami dianggap sebagai presiden reformasi pertama di Iran karena kampanyenya memfokuskan pada penegakan hukum demokrasi seluruh rakyat Iran dalam proses perencanaan politik. Namun pemerintahannya acap kali bertentangan dengan kelompok garis keras dan konservatif Islamis didalam pemerintahan Iran yang menguasai organisasi


(15)

pemerintahan utama seperti Dewan Perlindungan yang anggotanya dipilih oleh Pemimpin Agung. Sebelum menjadi presiden Khatami menjabat sebagai anggota parlemen 1980-1982¸ pengawas Mentri Budaya dan Penuntut Islam pada tahun 1982-1986¸ kemudian pada priode kedua dari 1989-1992 ketika dia mengundurkan diri sebagai kepala Perpustakaan National Iran 1992-1997 dan anggota Dewan Agung Revolusi Kebudayaan. Skripsi ini akan mengungkapkan peran Khatami di Iran dengan judul “IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN KHATAMI 1997-2001”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis akan membatasi dan memfokuskan pada permasalahan tentang bagaimana Iran pada masa pemerintahan Khatami. Dari pembatasan tersebut penulis akan lebih menitik beratkan masalah yang akan dikaji dalam bentuk pertanyaan:

1. Bagaimana sosok Khatami?

2. Bagaimana Iran pada masa pemerintahan Khatami? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penulisan proposal skripsi ini pula terdapat beberapa tujuan, adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulis skripsi ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana kehidupan Khatami


(16)

7

Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah.

1. Penulisan skripsi ini diharapkan berguna bagi pengembangan dan pengetahuan dalam pemerintahan Iran masa Khatami

2. Dapat dijadikan sebagai kajian sejarah dan juga khazanah di Timur Tengah.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam buku ” Pertarungan Antara Dua Kekuatan”. Di dalam buku ini menjelaskan sejarah bagaimana situasi dan kondisi di Iran saat ini, dan bagaimana perkembangan politik di Iran yang cukup signifikan pasca terjadinya pemilu tahun 1997 yang mengantarkan tokoh reformasi Khatami menjabat sebagai presiden di Negeri Iran.

Buku ”Sepintas Sejarah Islam” menjelaskan bagaimana Khatami ingin sekali membangun hubungan yang baik dengan Barat. Dan Khatami pun ingin sekali membentuk sebuah Negara Islam yang kuat dan menyumbang semangat sejati dari Al-Quran dan sesuai dengan kondisi masa kini.

Buku ”Khomeini dan Revolusi Iran” di dalam buku ini menjelaskan bagaimana seorang Imam Khomeini mengguncangkan sebuah gerakan revolusi Iran yang saat itu berada dibawah kepemimpinan Shah yang harus tumbang lewat revolusi yang dimotori oleh Khomeini. Tetapi dalam buku ini pembahasan tentang Mohammad Khatami belum ada.


(17)

Iran, dengan di sebutkannya revolusi Iran yang dipimpin Ayatulah Khomeini. Disamping itu juga, buku ini menjelaskan masa pemerintahan Khatami. Di dalamnya juga dijelaskan tentang hubungan negara Iran dengan AS dan Israel.

Berangkat dari tinjauan literatur inilah, penulis berinisiatif untuk menyusun karya akademik yang menyoroti Peranan Khatami dalam pemerintahan Iran Tahun 1997-2001, dengan memperhatikan beberapa kelebihan dan kekurangan dari literatur-literatur.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui fakta dan juga sejarah masa lampau, melalui beberapa tahap di antaranya adalah:

1. Heuristik

Heuristik adalah kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan atau sumber sejarah. Hal ini merupakan sebuah tahap awal yang mana harus dilakukan bagi seorang peneliti. Adapun dalam pengumpulan data-data dan juga sebuah sumber yang akan digunakan dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan metode library research dimana penulis akan mencari buku-buku diperpustakaan yang mana berhubungan dengan judul. Selain itu juga mencari dalam majalah, surat kabar, serta jurnal juga dan artikel yang berasal dari mana pun (internet DLL). Sumber-sumber tertulis tersebut dapat kita jumpai seperti di Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Adab dan Humaniora, Perpustakaan Nasional,


(18)

9

Kedubes Iran, Iran Courner Fak Usulludin, Perpustakaan FIB UI, Perpustakan Iman Jama Lebak Bulus, Perpustakaan LIPI, Perpustakaan LP3ES. Perpustakaan Kompas.

2. Verifikasi

Setelah melakukan metode heuristik atau pengumpulan sumber-sumber maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber-sumber. Kritik sumber adalah sebuah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang relevan dengan cerita sejarah yang ingin disusun sesuai dengan judul. Dalam hal ini harus diuji keabsahan tentang keaslian sumber yang dilakukan melalui kritik dan keabsahan. Untuk selanjutnya setelah mencari sumber-sumber diantaranya perpustakaan penulis akan melakukan Verifikasi.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis sejarah. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkapkan permasalah yang ada, sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam hal ini penulis akan menyampaikan fakta yang satu dan yang lainnya yang telah ditemukan dari hasil heuristik dan verifikasi. Sehingga dalam hal ini penulis menjelaskan masalah kemudian kemajuan Negara Iran yamg di capai oleh Khatami. Sedangkan dalam penafsiran fakta-fakta yang ada dilakukan beberapa hal sebagai berikut: a. diseleksi, b. disusun, c. diberikan tekanan, d. ditempatkan dalam urutan yang kausal.

4. Historiografi


(19)

yang terakhir dalam penulisan skripsi. Setelah melakukan tahap heuristik, verifikasi, dan interprestasi selanjutnya historiografi dengan menulis dalam satu urutan yang sistimatik yang telah di atur dalam pedoman penulisan skripsi. Dalam penulisan ini penulis berusaha menyusun cerita sejarah menurut urutan pristiwa, berdasarkan kronologi dan tema-tema tertentu.

F. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab1. Pendahuluan yang terdiri dari Signifikansi tema yang diangkat, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan, dan Daftar Pustaka.

Bab II. Berisi tentang Sejarah singkat Negara Iran, Letak geografis dan Sekilas Peran Ayatullah Khomeini dalam Revolusi Islam Iran.

Bab III. Membahas tentang biografi intelektual Imam Khatami yang meliputi riwayat hidup: Latar Belakang Kehidupan Mohammad Khatami. Pendidikan Mohammad Khatami. Pemikiran Mohammad Khatami

Bab IV. Iran Masa Pemerintahan Mohammad Khatami¸ Perkembangan ekonomi, politik¸ dan dampak dari kebijakan pemerintahan Khatami.

Bab V. Merupakan bab penutup, yang berisi mengenai Kesimpulan dari seluruh isi tulisan dan Saran.


(20)

11

BAB II

MENGENAL SEJARAH NEGARA IRAN

A. Sejarah Singkat Negara Iran

Revolusi Iran disebut-sebut sebagai salah satu revolusi rakyat terbesar dalam sejarah umat muslim. Bagi banyak kalangan, Revolusi Islam Iran pada 1978-1979 merupakan contoh murni Islam politis, “fundamentalisme Islam”. Revolusi itu mengangkat banyak isu yang berkait dengan kebangkitan Islam kontemporer. Republik Islam Iran adalah sebuah negara modern yang memberikan pengakuan dan tempat yang layak bagi warisan dan identitas. Terlebih lagi ajaran Syi’ah juga menjadi identitas bangsa Iran dan sumber legitimasi politik sejak abad ke 16. Bagi masyarakat dunia Islam, Revolusi Iran merupakan kejadian yang simbolis penting. Revolusi Iran memperlihatkan bahwa rezim sekuler yang dipengaruhi oleh Barat dapat ditumbangkan oleh kekuatan oposisi yang diorganisasikan oleh para pembaru Islam. Karena kaum revivalis Islam mendengungkan perubahan seperti itu sejak akhir abad ke-19, namun tanpa sukses, revolusi mampu memberikan daya dorong baru bagi perjuangan mereka dan memicu munculnya aktivitas fundamentalis Islam dari Maroko hingga Asia Tenggara.

Dapat dikatakan meskipun ketegangan-ketegangan dinamis bagi oposisi terhadap monarki telah lama ada di Iran, tidak seorangpun dapat meramalkan dengan pasti bahwa hasil akhir revolusi berupa pemerintahan teokratis. Bagi kaum muslim yang menginginkan pembaruan dan ingin lepas dari dominasi Barat, baik


(21)

di Iran maupun di negara-negara lain, revolusi Iran merupakan kejadian yang sangat memberikan ilham. Bagi kaum nasionalis sekuler dan sebagian besar dunia Barat, revolusi ini masih terus mengusik.

Akan tetapi sepanjang priode ini. Orang Iran selalu menyebut negaranya dengan nama Iran, tetapi orang luar sudah lama menggunakan sebutan Persia, yang merujuk ke Pars, kini Fars bagian selatan Negara ini. Sebutan Persia digunakan hingga 1935, sewaktu pemerintah di Teheran secara resmi meminta kepada masyarakat dunia untuk memakai nama Iran. Invasi Arab yang dimulai pada 637, merupakan saat menentukan dalam sejarah Iran. Agama Zoroaster yang berakar pada gagasan pergulatan abadi antara kekuatan baik dan jahat, digantikan oleh agama Islam, yaitu agama Monoteistis. Meskipun memeluk Islam bangsa Iran tetap mempraktikan banyak tradisi asli mereka. Mereka juga tetap memakai bahasa mereka yang sudah banyak dimasuki oleh kata-kata Arab, dan tulisan Arab telah menggantikan aksara lama. Selama sekitar seribu tahun, Iran menjadi wilayah kekhalifahan dan para penerusnya. Mazhab Sunni berlaku kecuali di kantong-kantong lokal Syiah, seperti Qum. Dalam priode ini, bangsa Iran memberikan andil yang luar biasa pada perkembangan sastra, seni, arsitektur, filsafat, matematika, astronomi, kedokteran, dan ilmu-ilmu Islam.1

1. John L Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jakarta: Mizan, 2001, hal.329.


(22)

13

B. Letak Geografis

Sebelum berganti nama dengan Iran, negeri ini dahulu disebut dengan Persia,2 dan yang mendapatkan julukan “Persia Is The Suez Canal of Revolution”. Maksud dari julukan tersebut adalah bahwa Iran menjadi Negara incaran dan rebutan negara-negara raksasa di dunia. Karena di samping letak geografis Iran yang strategis juga disebabkan karena kemiskinan yang belum teratasi, bahaya kelaparan dan kebodohan, tuan-tuan tanah menindas semau-maunya dan adanya gerakan nasionalisme yang menentang campur tangan asing. Maka kesemuanya itu menyebabkan Iran merupakan salah satu bara dari pertikaian politik yang ada.3 Secara fisiografi, wilayah negeri Iran dapat dikatakan berbentuk mangkuk yang secara keseluruhan wilayahnya telah dikelilingi oleh pegunungan dan tanah yang bergurun.4 Di sisi lain, di negeri Iran terdapat wilayah cekungan-cekungan yang subur seperti cekungan Varamin, Gazvin, dan Khorasan.5 Luas wilayah ini kira-kira 628.000 mil persegi (1.643.000 km) yang membentang antara 25 LU – 40 LU dan 44- 63 BT yang berarti sama dengan enam kali luas kerajaan Inggris Raya (United Kingdom) dan kurang lebih tiga kali luas negeri Perancis yang merupakan Negara terluas di Eropa Barat. Dari segi geopolitik, Iran berada di suatu lokasi yang sangat strategis. Dengan luas wilayah sekitar 1.648.195 kilometer (636.296 mil) persegi, menjadikan Iran sebagai negara terluas ke 16 di dunia, Iran

2.Persia adalah orang-orang atau keturunan bangsa Arya, suatu nama yang pernah dipakai oleh nenek moyang Iran. Sejak tahun 1935 Persia diganti dengan nama Iran pada masa Reza Khan (ayah Muhammad Reza Pahlevi), Kafrawi Ridwan (ed), et.al, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, hal.241

3.Yozar Anwar,

Pergolakan Mahasiswa Abad ke-20, Kisah Perjuangan Anak-anak Muda Pemberang, Jakarta: Sinar Harapan, 1981, hal. 203

4

Lampiran no 1. gambar peta Republik Iran

5.Winkler Prins (ed), Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi, edisi Asia, Jakarta: PT Intermasa, 1990, hal. 97


(23)

dikelilingi negara-negara penting di kawasan benua Asia dan Eropa, seperti Turki, Rusia, Afghanistan, Pakistan dan Irak. Sedangkan batas negara Iran dengan para tetangganya terdiri dari 5.170 km garis batas dataran dan 2.510 km garis batas air. Garis batas terpanjang hampir seluruhnya ada di sebelah utara, yaitu perbatasan dengan uni soviet sepanjang 1.740 km sebagai daerah perbatasan bersama termasuk 630 km batas air. Daerah perbatasan Iran dengan Irak disebelah barat daya, sepanjang 1.280 km dan perbatasan dengan Turki di barat laut sepanjang 470 km. Dengan Afghanistan di timur laut, Iran bartapal batas sepanjang 850 km, sedangkan dengan Pakistan sepanjang 830 km. Teluk Parsi dan Laut Oman tertelak di selatan, dengan garis tapal batas perairan sepanjang 1.880 km.6Negara Islam Iran memiliki penduduk hampir 66% berasal dari Persia, sedangkan 25% Turki, 5% Kurdi dan 4% asal Arab. Terdapat juga suku-suku yang umumnya nomade seperti golongan suku yang terkenal di Iran adalah Klan Bakhtiari, Cossack, Qajar, Turkaman, Syahsoon, Kurd, Afsyar, Sanjani, Gilak, Baluch, Boyer Ahmadi, Aqaie, Ale Kasir,dan klan Monsari.7

C. Sekilas Peran Ayatullah Khomeini dalam Revolusi Islam Iran

Ketika negara Iran di bawah kekuasaan monarki konstitusional yang dipimpin oleh Mohammad Reza Khan (1925-1941), dan digantikan oleh anaknya Mohammad Reza Syah ( 1941-1979) yang menuntut perubahan dan memusatkan perhatiaannya pada modernisasi dan pembentukan pemerintahan terpusat yang kuat, mengandalkan angkatan bersenjata dan birokrasi modern. Namun sangat

6Reza Shibudi. Profil Negara-negara Timur Tengah, Jakarta: Pustaka Jaya, 1999, h 172-101


(24)

15

disayangkan kebijakan-kebijakan sekularisasi masyarakat dilakukan tidak secara menyeluruh.

Terlebih selama menjabat sebagai pemimpin Reza Syah dianggap korupsi, lebih condong kebaratan dan melakukan penjauhan diri dari kebudayaan Islam, serta menentang agama dengan cara penyalahgunaan media radio, televisi dan surat kabar. Pada masa itu, cara tersebut merupakan kejadian sehari-hari serta mengumbar janji manis kepada masyarakat dan para ulama untuk memajukan negara Iran8. Bahkan kedekatan Reza Syah dengan bangsa Eropa serta memperluas kontrol negara atas banyak bidang yang sebelumnya merupakan kekuasaan para ulama membuat banyaknya para ulama yang kecewa.

Hal ini membuat Ayatullah Khomeini pada tahun 1962-1963 tampil sebagai suara antipemerintah di antara minoritas ulama yang vokal menganggap Islam dan Iran tengah teracam bahaya dan kekuasaan mereka melemah. Dari mimbarnya di Qum, Khomeini menjadi suara oposisi yang tak kenal kompromi melawan kekuasaan mutlak “pemerintah”. Pemberontakan yang terjadi di Qum (22 maret 1963) dan Mashad (3 Juni 1963) menyebabkan Khomeini ditahan pada 4 Juni dan diasingkan ke Turki. Pada mulanya Ayatullah Khomeini hanya menyerukan pembaharuan bukan revolusi. Pada pertengahan 1970-an tampak jelas bahwa kebijakan modernisasi dan sekularisasi Syah gagal menciptakan sistem politik yang demokratis. Akibatnya, muncul ketidak puasan dan ketidak setujuan yang semakin memuncak dikalangan ulama, kelompok tradisional, kaum cendekiawan religius, kaum Marxis, golong kiri, dan golongan liberal.

8


(25)

Kebijakan-kebijakan Syah yang represif membuat banyak para ulama pada akhir 1970-an memberikan alasan untuk membentuk gerakan oposisi yang juga didukung rakyat luas. Para ulama seperti Ayatullah Khomeini, Muthahari, Taleqani, dan Behesti, bersama para cendekiawan seperti Mehdi Bazargan dan Ali Syariati, telah mengembangkan ideologi pembaharuan dan revolusioner yang bersifat Islami. Gerakan Ayatullah ini secara jelas bertujuan merombak tatanan sosial, politik dan ekonomi yang dianggap tidak lagi mencerminkan aspirasi rakyat Iran dan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Bentuk monarki juga dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.9

Republik Islam Iran adalah sebuah negara modern yang memberikan pengakuan dan tempat yang layak bagi warisan dan identitas. Terlebih lagi ajaran Syi’ah juga menjadi identitas bangsa Iran dan sumber legitimasi politik sejak abad ke 16. Sehingga dalam pembentukan Republik Islam Iran di bawah Ayatullah Khomeini dimana ajaran-ajaran mazhab Syi’ah sangat berpengaruh di hampir segala sendi kehidupan.10Republik Islam Iran merupakan lambang penting bagi Islam revolusioner, terlebih struktur yang dibangunnya tidak sama dengan pola-pola praktik demokrasi sebagaimana dikembangkan dalam masyarakat Barat. Melainkan sistem politik yang dipakai merupakan perpaduan antara aturan otoriter dan partisipasi politik rakyat yang penuh perdebatan dengan cara yang mencerminkan isu penting menyangkut hubungan Islam dan demokrasi.11

9 Reza Shibudi, Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan ISMES, 1996, h XV

10 John L. Esposito& John O.Voll, Demokrasi di Negara-negara Muslim problem dan

prospek, Bandung: Mizan, 1996. h 76


(26)

17

Hal ini tercermin pada tahun 1979-1981, dunia menyaksikam pembentukan dan pelembagaan Republik Islam Iran. Khomeini dan revolusinya tampil mewujudkan komponen legitimasi Republik Islam: anti imperialisme dan nasionalisme, agama dan identitas nasional,budaya, partisipasi politik dan konstitusionalisme atau pembatasan kekuasaan raja. Perubahan konstitusional dan institusional yang substantiv dilakukan melalui pemilihan. Referendum pada Maret 1979 mengubah pemerintahan Iran dari monarki menjadi Republik Islam. Majelis ahli yang didominasi para ulama dipilih untuk membuat rancangan konstitusi, yang akan disahkan melalui referendum rakyat (November-Desember 1979)12.

Namun, krisis identitas Iran tercermin dalam perdebatan konstitusional mengenai hakekat dan kepemimpinan negara. Perdebatan-perdebatan terjadi tidak hanya antara pihak yang lebih menginginkan pemerintahan sekular ketimbang pemerintahan islami, tetapi juga di antara pihak yang menginginkan pemerintahan Islam namun menolak doktrin faqih Khomeini (ahli otoritas hukum tertinggi). Doktrin faqih itu sendiri telah dibangun oleh Khomeini bertahun-tahun lewat tulisan-tulisan seminarnya yang menjelaskan pemerintahan Islam dan peranan para ahli hukum. Banyaknya perdebatan mengenai faqih Khomeini ini membuat Khomeini menyatakan sebuah fakta yang tidak terbantah bahwa ‘faqih lebih berwenang dari pada penguasa dengan demikian penguasa sejati adalah para fuqaha.

12 John L. Esposito & John O.Voll, Demokrasi Di Negara Muslim, Bandung: Mizan, 1996. h 83


(27)

Hal ini dijelaskan seperti itu karena Khomeini sebagai ahli syariah menjelaskan para fuqaha itulah yang paling berhak menjalankan pemerintahan sesuai dengan hukum Islam. Namun para pemimpin cendekiawan modernis seperti Mehdi Bazargan dan Bani-Sadr menganggap tafsir Ayatullah Khomeini mengenai pemerintahan faqih tidak ada hubungannya dengan doktrin Syi’ah. Tetapi di lain pihak mayoritas ulama dan majelis ahli ada yang mendukung tafsir ideologi Khomeini mengenai faqih. Perbedaan pendapat akhirnya di konstitusi terakhir pada November 1979 yang pada akhirnya disahkannya konsep Khomeini mengenai pemerintahan faqih.13 Dalam konstitusi, ajaran Syi’ah Dua belas (bukan sekedar Islam atau Islam Syi’ah saja) dinyatakan sebagai agama resmi negara tetapi, perdebatan konstitusional dan konstitusi itu sendiri mencerminkan kerumitan upaya mencampurkan unsur teokrasi dan unsur republik. Faqih sendiri bekerja dibantu oleh dewan perlindungan dan beranggotakan dua belas ahli hukum Islam, enam dipilih Khomeini dan yang lainnya dipilih parlemen. Meskipun ciri-ciri teokrasinya terutama kekuasaan syariah dan pemerintahan di tangan faqih, menunjukkan bahwa Iran bukan sebuah negara demokrasi kerakyatan yang mutlak. Dalam konstitusinya Iran dapat dikatakan sebagai “republik” namun faqih dan dewan perlindung mempunyai hak veto atas parlemen dan diberi kekuasaan luas.

Disaat yang sama konstitusi Republik Islam mempunyai pranata-pranata demokrasi. Konstitusi melengkapi sistem pemerintahan parlementer dengan badan eksekutif, legislatif dan yudikatif melakukan pembagian kekuasaan dan

13 Reza Shibudi. Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan ISMES, 1996. h 80


(28)

19

membentuk sistem pengawasan dan pertimbangan dalam penetapan pemilihan presiden dengan suara mayoritas mutlak. Konstitusi itu juga menetapkan struktur yang rumit dalam pengawasan dan perimbangan yang mengawasi hak veto Dewan Perlindung. Pada 1988, Khomeini membentuk “ komite penentu kebijaksaan pemerintah Islam”, yaitu lembaga arbitrase dalam kasus-kasus parlemen dan dewan perlindung tidak dapat menemukan kesepakatan.

Bahkan konstitusi menunjuk Khomeini sebagai faqih seumur hidup, dan dikatakan setelah beliau wafat jabatan itu diserahkan kepada seorang penerus yang memenuhi persyaratan atau suatu dewan yang terdiri dari tiga hingga lima faqih. Dalam konstitusi itu juga, faqih diberi wewenang sebagai pemimpin agama tertinggi negara. Dia juga menjadi penafsir hukum Islam yang tertinggi, menunjuk Dewan Perlindungan dan mengepalai pengadilan, militer dan pengawal revolusi; bertindak sebagai pengawas presiden, perdana menteri dan parlemen.14

Lewat supermasi hukum Islam dan supermasi para ahli hukum (faqih, Dewan Perlindungan, pengadilan) di Iran memberi landasan dan legitimasi bagi para ulama untuk menyelenggarakan negara. Dengan demikian bentuk Republik Islam secara resmi disetujui mayoritas (98,2%) rakyat Iran melalui referendum yang diadakan pada 1 April 1979, dan kekuasaan tertinggi di Republik Islam Iran berada di tangan Imam ”pemimpin spiritual”. Sejak revolusi 1979, Iran sudah

14John L. Esposito & John O.Voll, Demokrasi di Negara-negara Muslim, Bandung: Mizan, 1996. h 85


(29)

lima kali mengadakan pemilihan umum untuk memilih anggota majelis. Yaitu, pada tahun 1980, 1984, 1988, 1992 dan 1996.15

Dalam tatanan revolusi dan pemerintahan baru membuat kaum perempuan merasakan pengaruh khusus tatanan Islam yang baru. Banyak di antara mereka, yang berpaham sekuler maupun berorientasi Islam telah menjadi bagian dari revolusi, dan mengenakan cadar disetiap kesempatan berkerja diluar rumah. Lembaga-lembaga pendidikan diubah menjadi sekolah yang memisahkan laki-laki dan perempuan. Perhimpunan-perhimpunan Islam dibentuk di sekolah-sekolah, para anggotanya sering memantau perilaku yang tidak islami dan melaporkan para guru dan murid yang tidak taat aturan.16

Namun dalam perkembangan berikutnya, kaum perempuan Islam mendapatkan peranan yang lebih aktif dan lebih hidup di republik. Dengan landasan ideologi mengenai persamaan kaum pria dan wanita di dalam konteks perbedaan yang diakui. Pada tahun 1990-an, semakin banyak perempuan yang mengikuti pemilihan umum untuk menjadi anggota parlemen dan dapat memenangkan kursi yang diperebutkan sehingga terbentuklah kelompok yang secara aktif yang menunjukkan kepekaan terhadap isu-isu kaum perempuan. Bahkan para perempuan ikut berperan dalam struktur kekuasaan Republik Islam, seperti putri Khomeini, Zahra Mostafavi dan puti Hashemi Rafsanjani, Faezah Hashemi yang memiliki kedudukan di parlemen.

15 Riza Shibudi, ,Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan ISMES, 1996. h 85


(30)

21

Selain kebijakan mengenai hak perempuan dan pendidikan, pemerintahan Republik Islam di bawah Ayatullah Khomeini lebih ditujukan pada peningkatan taraf hidup masyarakat “kelas bawah” (kaum mustad’ afin) seperti petani, buruh, dan masyarakat pedesaan. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah lebarnya jurang kaya-miskin yang timbul akibat kebijaksanaan pembangunan yang dijalankan Syah. Pada masa Syah banyak petani miskin yang pergi ke kota-kota besar untuk mencari penghasilan yang lebih baik, dan hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang serius, di antaranya karena keterbatasan lapanngan kerja di perkotaan. Industri yang dibangun Syah, misalnya lebih bersifat “padat modal” dari pada “padat-karya”.

Kebijakan pembangunan ekonomi Republik Islam Iran yang lebih mengutamakan peningkatan taraf hidup golongan masyarakat “kelas bawah”, setidaknya dilatar belakangi dua hal: pertama, pemerintah Republik Islam mencoba belajar dari pengalaman pemerintah sebelumnya. Salah satu faktor terpenting yang mengakibatkan runtuhnya kekuasaan Syah, adalah karena kebijaksaan pembangunan ekonominya kurang menyentuh lapisan masyarakat “kelas bawah”. Syah menempatkan pembangunan sektor industri di atas segala-segalanya. Padahal sekitar 75% dari lebih kurang 56.139.000 penduduk Iran (1991) hidup dari sektor pertanian. Sehingga pemerintah Republik Islam tidak ingin mengulangi kegagalan Syah.

Kedua, mayoritas pendukung kaum mullah adalah masyarakat “kelas bawah”. Hal ini disebabkan karena faktor tradisi dan agama yang dianut sebagian besar rakyat Iran. Dengan demikian, pembangunan ekonomi yang dijalankan


(31)

pemerintah Republik Islam mempunyai kaitan erat dengan masalah dukungan massa rakyat terhadap pemerintahannya.17 Walaupun Khomeini berhasil dalam memulihkan sektor ekonomi, namun ada juga kekecewaan mengenai janji revolusi yang memudar dengan munculnya kepribadian Khomeini yang karismatis dan oposisi yang semakin lemah dan terpecah. Dalam politik luar negeri, Republik Islam Iran mengalami banyak kejadian yang berawal dengan terjadinya perang Iran- Irak (1980-1988). Perang melawan Irak ternyata amat merugikan pemerintah. Namun Ayutllah Khomeini dan para pendukungnya menganggap perlu untuk terus berperang demi mempertahankan kekuasaan, suatu yang lebih banyak keuntungannya daripada biayanya. Untuk mempertahankan kesetiaan dukungan, kaum miskin kota dan borjuis kecil seperti (pemilik toko kecil) membantu dengan menolak produk yang terbuat dari Barat, karena menurut mereka perang antara Irak ada sangkut pautnya dengan Amerika.18

Pada bulan juli 1988, pemerintah memaklumkan diterimanya Resolusi Dewan Keamaan PBB no 598 tahun 1987, yang mendesak dihentikannya perang Irak-Iran. Walaupun gencatan senjata diharapkan diikuti dengan tukar menukar tawaran perang, penakiran tentara ke belakang batas internasional yang ada, dan penyelidikan siapa yang bertanggung jawab memulai perang.Iran secara resmi tetap bersikap netral dalam perang teluk 1991 meskipun tidak mau mengembalikan pesawat terbang Irak yang terbang Iran agar tak dihancurkan oleh pasukan koalisi. Akan tetapi, Teheran tidak mencegah penyelundupan di

17Syafiq Basri, Iran Pasca Revolusi, Sebuah Reportase Perjalanan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1987. h 67

18 Jhon L.Espotiso, Ensiklopedia Oxford:Dunia Islam Modern . Bandung: Mizan 2001. h 335


(32)

23

perbatasan Irak-Iran kendatipun resolusi PBB mengembargo perdagangan dengan Irak. Perbatasan ini terkenal tidak takut terhadap upaya penghentian pelitasan batas ini, betapapun besarnya upaya itu.

Hubungan Republik Iran dengan sebagian besar negara Arab tetap dingin, khususnya Mesir. Pemerintah Mesir,Aljazair, dan Washington menuduh Teheran melatih kaum Islamis radikal dari Sudan, Aljazair, dan Mesir dalam perang gerilya, dengan tujuan menggulingkan pemerintah yang oleh kaum radikal dinilai sebagai pemerintah tidak Islami dan menggantinya dengan rezim gaya Iran.19 Pada akhir 1993, muncul usulan parlemen, yang menyerukan pemulihan hubungan dengan Amerika Serikat. Bahkan, presiden Rafsanjani yang menyadari bahwa banyak mesin dan prasarana ekonomi peninggalan monarki adalah buatan Amerika, menyerukan hubungan ekonomi terbatas dengan Amerika Serikat. Sementara itu, pada 1992 dan 1993 hubungan dagang dengan negara-negara Eropa merosot tajam karena pihak Iran gagal membayar kredit dan pinjaman. Dengan demikian, hubungan Teheran dengan Barat masih bermasalah.20

Langkah-langkah tersebut belum diselesaikan dan sebagian bahkan belum di mulai. Pada juni 1989, Ayatullah Khomeini wafat, dan sebulan kemudian dilakukan amandemen konstitusional untuk menghapus jabatan perdana menteri. Ali Akbar Hasyimi Rafsanjani terpilih menjadi Presiden, sedangkan Ali Khameini terpilih menggantikan Ayatollah Khomeini sebagai rahbar (pemimpin revolusi).

19 Mustafa,Abd Rahman, Iran Pasca Revolusi; Fenomena Pertaruangan Kubu Reformis

dan Konservatif, Jakarta: Kompas, 2003

20 Jhon L.Espotiso, Ensiklopedia Oxford:Dunia Islam Modern. Jakarta: Mizan, 2001. h 336


(33)

Akan tetapi, karena dia bahkan bukan seorang ayatullah, pemerintah sulit mengklaim bahwa Ali Khamenei memenuhi sarat untuk berperan sebagai faqih. Oleh karena itu, diajukanlah argumen tentang mengapa pemimpin tidak harus seorang marja’al al-taqlid21 yaitu dengan menyatakan bahwa seorang marja’al al-taqlid cenderung menjadi administrator yang tidak bagus, sesuatu yang tidak dapat dikehendaki oleh revolusi.

Pers kampanye agar Ali Khamenei diakui sebagai ayatullah agung meskipun usulan tersebut segera dihentikan dan tetap dengan sebutan ayatullah. Pada akhir 1993, pemimpin cabang pengadilan pemerintah, Ayatullah Muhammad Yazdi, kembali berupaya agar Khamenei diakui sebagai marja’al al-taqlid setelah tiga Ayatullah besar Abu Al-Qasim Khu’I, Syihab Al-din Mar’asyi Najafi dan Muhammad Ridha Gulpaigani.22

21 Marja’ al-taqlid ialah sumber rujukan, dengan pengertian bahwa dalam lingkungan syiah terkenal dengan adanya mujtahid. Diantara mujtahid, beberapa orang paling terkenal membuat panduan dasar praktis penafsiran bagi kaum Muslim biasa, yang oleh teori Ushuliyah diharuskan untuk memilih seorang mujtahid sebagai marja’ al-taqlid.

22


(34)

25

BAB III

BIOGRAFI KHATAMI

A. Latar Belakang Kehidupan Khatami

Dilahirkan pada tahun 19431 di kota Ardakan propinsi Yazd, Iran Barat daya, dengan nama Mohammad Khatami. Ia dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang religius. Ayahnya bernama, Ayatullah Al- Uzhma Rullah Khatami yang merupakan teman dekat Ayatullah Khomeini. Ayahnya merupakan tokoh yang memiliki komitmen yang kuat kepada revolusi Islam Iran. Sekaligus merupakan tokoh agama yang sangat berpengaruh, Ia juga adalah pengagum Ayatullah Khomeini. Mohammad Khatami bisa dibilang seorang ulama tingkat menengah dengan karir ortodok. Namun, sebagai seorang pendudung revolusi pada 1979, dia memiliki pandangan yang idealis sekaligus kosmopolitan.2

Kekaguman ayahnya terhadap Ayatullah Khomeini menurun pada Khatami muda. Khatami kerap dijuluki dan dipanggil masyarakat Iran dengan sebutan Ayatullah Gorbachev. Hal ini dikarenakan mereka melihat ada kesamaan antara pemimpinnya dengan Gorbachev yang pada tahun 1980-an, membuka ‘pintu’ Rusia bagi Barat.3 Tokoh moderat ini dikenal fasih berbahasa Parsi, Jerman, Inggris dan Arab. Menjelang revolusi, ia sering menulis dan menyebarkan

1. Azyumardi Azra, Pergumulan Iran Masa Khatami, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003, h. 1x

2

Ali M. Ansari. Supremasi Iran. Jakarta: Zahra, 2008. h 179

3. Smith Alhadar, pengamat politik Timur Tengah, menyamakan Khatami dengan Gorbachev juga merupakan kekeliruan. Ide Glassnot (keterbukaan) dan prestroika (restuktarisasi) yang digunakan mantan presiden Uni Soviet sangat memperkenalkan demokrasi dan kapitalisme barat yang sangat bertentangan dengan prinsip Marxisme-lininisme. Sementara maneuver-maneuver politik Khatami tidaklah keluar dari prinsip revolusi Islam Iran. Lihat lebih jauh dalam pengantar buku “Membangun dialog antar peradaban: Harapan dan Tantangan. Yang di tulis oleh Khatami, Bandung: Mizan, 1998. H. 27


(35)

selebaran yang menentang dan mengancam Syah Iran yang pro-As. Sementara pada awal berdirinya Republik Islam Iran, ia tercatat sebagai salah seorang tokoh propaganda. Ia terlibat dalam berbagai aktivitas politik dan kampanye anti Syah Pahlevi. Sebelum pecahnya revolusi 1979, ia juga pernah memimpin pusat Islam Hamburg di Jerman di mana ia juga menjadikannya sebagai tempat untuk menggalang dukungan terhadap Imam Khomeini agar secepatnya mampu menjatuhkan Syah. Dalam kesehariannya, tokoh yang gemar bermain tenis ini, dikenal sebagai pribadi yang jujur dan sederhana. Bersama istri yang dinikahinya pada tahun 1974 dan ketiga anaknya, ia tinggal di sebuah rumah sederhana di jalan Pengawal Revolusi, Teheran bagian Utara. Ia juga lebih suka menggunakan mobil Paykan made in Teheran ketimbang memakai mobil Mercedes-Benz. Sikap modernis Khatami tidak hanya tergambar dari gagasan-gagasannya, tetapi juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan rumah tangga, Khatami memberikan kebebasan kepada istrinya bernama Sayyedah Zahra untuk keluar rumah tanpa harus izin dulu pada suaminya.4 Hal ini sangat berbeda dengan para pemimpin agama lainnya di Iran, yang sangat ketat kepada istrinya. Menurut Sayyedah Zahra, Khatami kadang menyiapkan sendiri makannya, serta merapikan kursi dan meja setelah santap makan, bahkan di dalam rumah Khatami sangat terbuka dan sering mengajak dialog istri dan putra-putrinya.5 Khatami yang memiliki dua putri dan seorang putra, memberikan kebebasan kepada mereka bahkan sering kali Khatami menjadi sasaran kritik dari puta-putrinya para Mullah

4Dikutip daro KOMPAS, Khatami dan Pesan Kemenengan Kegemilangan, selasa, 12-06-2001. h 12


(36)

27

lainya, lantaran gaya hidup putra-putri Khatami yang berbeda.

Hujjatul Islam Mohammad Khatami merupakan Presiden Iran ke-5 yang dilantik pada tanggal 5 Agustus 1997.6 Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai anggota parlemen di kota Ardakan pada tahun 1982-1990 dan Menteri Kebudayaan Iran pada tahun 1982 pada masa kabinet Mirhossein Mousavi. Namun kemudian di pecat oleh kelompok konservatif karena toleransinya yang dianggap kelewatan tinggi terhadap pluralisme sosial dan dinilai tidak mampu membendung arus pengaruh budaya Barat.7 Sekalipun Khatami mejadi mantan mentri kebudayaan, akan tetapi ia sangat peduli dengan peraturan dan kebijakan dibidang sosial dan budaya yang mana selama ini kurang tertangani dengan baik. Khatami seorang muslim Syiah yang sehari-harinya menggunakan sorban hitam, juga selama berkiprah di kancah politik pria yang satu ini dikenal sebagai politikus toleran.8 Setelah itu ia kembali dipilih sebagai Menteri Budaya dan Bimbingan Islam pada masa pemerintahan Hashemi Rafsanjani pada tahun 1989.

B. Pendidikan Khatami

Karir jenjang pendidikan Khatami dimulai setelah merampungkan pendidikan SLA pada tahun 1961. Selanjutnya Sayyid Khatami melanjutkan studinya ke kota Qum untuk mempelajari teologi, bukan itu saja ia kemudian

6. Presiden pertama Iran adalah Abuhasan Bani Sadar. Namun, karena kepemimpinannya yang bersangkutan di anggap tidak jujur dan telah menghianati amanat rakyat serta nilai-nilai dari revolusi Islam, akhirnya Bani Sadr pun dipecat. Kemudian, Bani Sadr mengungsi ke Paris, dan digantikan oleh Ali Khomeini sejak tahun 1981-1989. Tampuk pimpinan berikutnya beralih ke tangan Hashemi Rafsanjani. Kompas, 27 dan 28 Januari 2004.

7

Pada masa ia menjabat, banyak bermunculan puluhan surat kabar, majalah, gedung bioskop dan juga pemutaran film-film berbau liberal.

8


(37)

melanjutkan studi keagamaannya di kota Isfahan pada tahun 1965. Khatami menyelesaikan studinya di bidang Teknologi Islam di Qum dan Isfahan. Ia berhasil meraih gelar sarjana di bidang pendidikan dan Filsafat dari universitas Teheran (lulus tahun 1969 di universitas Qum). Khatami sangat mengerti ideologi, pemikiran dan paham-paham filsafat besar seperti Imanuel Khant, Rene Decastes, Alexis de Tocqueville dan sebagainya. Saat belajar di Qum Khatami mulai belajar politik , hal ini ia lakukan dengan membaca literatur terutama tentang Demokrasi. Pada tahun 1970 Khatami berhasil mendapatkan gelar master di Universitas Teheran. Tetapi ia kembali ke Qum untuk melanjutkan studi filsafatnya.9 Khatami pandai berbahasa Parsi, ia juga menguasai beberapa bahasa diantaranya bahasa Arab, Inggris dan Jerman. Karena kepandaiannya berbahasa asing, ia memulai aktifitas politiknya ketika menempuh pendidikan di Universitas Isfahan yang tergabung dalam Asosiasi pelajar muslim. Khatami bekerja sama dengan putra Imam Khomeini Hojatul Islam Ahmad Khomeini dan Syahid Mohammad Montazeri.

Sayyid Mohammad Khatami merepresentasikan seorang tokoh republik Islam baru, yang terdidik, terbuka terhadap dunia dan cerdas, antusias juga cukup percaya diri untuk membuka diri kepada dunia yang lebih luas sederhana meskipun bukan puritan. Dan bukan penentang aliran revolusioner yang mana berpendapat bahwa kebaikan tercemin dalam kesederhanaan.10

Khatami termasuk salah satu tokoh proganda, pada awal berdirinya Republik Islam Iran. Ia terlibat dalam berbagai aktifitas politik dan kampanye anti

9

Mohammad Khatami. Membangun Dialog Antar Peradaban, Mizan, 1998. h 5

10


(38)

29

Syah Pahlavi. Sebelum pecahnya revolusi 1979, Khatami dalam perjalanan karirnya pernah memimpin pusat Islam Hamburg di Jerman di mana ia juga menjadikannya sebagai tempat untuk menggalang dukungan terhadap imam Khomeini agar secepatnya mampu menjatuhkan Syah.

Khatami dalam kesehariannya, yang gemar main tenis dan dikenal sebagai pribadi yang jujur dan sederhana. Merupakan Presiden Iran ke-5 yang dilantik pada tanggal 5 Agustus 1997, sebelumnya ia menjabat sebagai mentri kebudayaan Iran tahun 1982 pada masa kabinet Mirhossein Mousavi. Akan tetapi kemudian dipecat oleh kelompok konservatif karena toleransinya yang dianggap kelewatan tinggi terhadap pluralisme sosial dan dinilai tidak mampu membendung arus pengaruh budaya barat. Akan tetapi Khatami pada masa pemerintahan Hashemi Rafsanjani ia dipilih kembali sebagai mentri budaya dan bimbingan Islam tahun 1989. Namun, ia mengundurkan diri dari jabatan Menteri kebudayaan pada tahun 1992, sebagai proses atas dicekalnya banyak buku-buku Iran dan dibatasinya kebebasan berbicara dan berpendapat.11

Selama menjabat Mentri Kebudayaan, Khatami memberi dorongan kepada produser dan sutradara Iran ikut serta dalam ferstival film internasional. Ia juga berusaha meringankan pengawasan atas buku-buku dan film, serta mengizinkan banyak koran dan majalah asing masuk dan dijual di Iran. Setelah mundur dari jabatan Menteri Kebudayaan, kiprah politik Khatami diteruskan dengan presiden Rafsanjani meminta ia menjabat sebagai penasehat kebudayaan dan kepala perpustakaan nasional.

11 Dikutip dari KOMPAS, Khatami dan Pesan Kemenengan Kegemilangan, 12-06-2001 h 12


(39)

C. Pemikiran Khatami

Mohammad Khatami muncul sebagai seseorang yang menyajikan pemikiran-pemikiran alternatif di lingkungan masyarakat Iran. Ide-ide yang Khatami sampaikan berbau modernitas misalnya demokrasi, dialog peradaban. Khatami merupakan sosok intelektual yang mengakar kuat dengan tradisi dan keilmuan Islam seperti Teologi, Fiqih dan Filsafat. Sehingga Khatami tampil dengan memadukan keilmuan Islam dengan keilmuan yang ia pelajari dari Barat. Pemikiran Khatami mulai tumbuh ketika ia melanjutkan pendidikannya di Isfahan dan Qum. Hal ini terbukti dengan aktivitas politik dan kampanye anti-Syah Pahlavi, dengan menyiapkan serta menyebarkan pernyataan politik khususnya yang di isukan oleh pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini.12 Bukan itu saja, asal-usul gerakan reformasi sebagaimana yang bergulir semasa kepresidenan Mohammad Khatami (1997-2005), dapat ditemukan dalam perdebatan dan diskusi sengit yang muncul di universitas-universitas di Iran setelah berakhirnya perang Iran-Irak pada tahun 1988.13

Setelah kemenangan revolusi tahun 1979, Khatami ditunjuk sebagai Direktur Islamic Center di Hamburg (Jerman), menggantikan Ayatullah Behesti yang saat itu dipanggil pulang Imam Khomeini. Selama memimpin Islamic Center di Hamburg itu diduga Mohammad Khatami banyak berinteraksi dengan budaya Barat yang mempengaruhi cara berpikirnya. Hal ini sangat berbeda dari temen-teman seperjuangannya yang hanya mengasingkan diri ke kota Najef atau Karbala

12

Mohammad Khatami. Membangun Dialog Antar Peradaban, Mizan, 1998. h 6

13


(40)

31

di Irak. Atau mereka yang tetap bertahan di Iran pada era kekuasaan dinasti Reza Pahlepi. Mereka yang terakhir ini lebih radikal dan kurang akomodatif terhadap dunia luar. Dari kalangan mereka itulah, yang banyak terbagung dalam Kubu Konservatif, yang kini menjadi lawan politik Presiden Mohammad Khatami. Pemikiran Khatami, memiliki analisis yang tajam dan merupakan gagasan jauh ke depan, ide-ide inovatif berjalan dengan prinsip-prinsip dasar agama yang dianutnya. Ia berpendapat bahwa kemajuan politik bisa terlihat dengan adanya rakyat terlibat langsung dalam pembangunan, rakyat mengetahui dan mempertahankan apa yang menjadi hak-haknya sebagai individu dan warga negara Iran. Modernisasi politik yang Khatami kembangkan berbeda dengan presiden pra-revolusi, modernisasi yang di maksud ialah partisipasi rakyat dan tidak mengabaikan faktor agama dari kehidupan masyarakat Iran.

Akan tetapi, Moderisasi politik disini berusaha membangun sistim politik yang dapat menumbuhkan demokrasi, keterbukaan, kemandirian dan kesiapan menghadapi tantangan kemajuan zaman. Karena ciri utama dari modernisasi politik ialah terletak pada rasionalisasi, dinamisasi dan sosialisasi politik dengan tetap berpegang pada identitas bangsa.14

Khatami diakui sebagai seorang pemimpin yang sangat menjujung tinggi kebebasan dan partisipasi media dalam pengembangan civil society masyarakatnya. Selain itu, ia juga membuka ruang ekspresi bagi perempuan dalam domain publik Iran. Bahkan dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden Iran, di hadapan 270 anggota parlemen dan sejumlah diplomat asing, Mohammad

14

John L Esposito and John O, Voll,. Demokrasi Di Negara-negara Muslim; Problem dan Prospek. Bandung, mizan 1999. h 70-75


(41)

Khatami menegaskan niatnya untuk memberikan kelonggaran, toleransi, kebebasan dan hak berbicara.15 Menurut Khatami itu semua, bertujuan demi terciptanya kondisi hidup masyarakat lebih kondusif bagi setiap upaya keras memerangi kemiskinan dan ketidakadilan sosial.

Dari sini jelas bahwa Khatami mengajarkan kebebasan dengan menawarkan demokrasi sebagai suatu sistem politik modern yang mengedepankan kedaulatan rakyat. Ia tetap berpegang teguh terhadap tradisi keagamaannya. Makanya, ia tidak melakukan upaya menjauhkan masyarakat dari akar agama mereka. Yang diingkinkan Mohammad Khatami justru berbagai langkah modernisasi politiknya agar memperkuat nasional identitas Iran.

Sedangkan dalam masalah hubungan Negara Iran dengan dunia internasional, Khatami menilai ada kegagalan dalam pemerintah sebelumnya. Ia berpendapat bahwa, perlu adanya aturan dialog sebagai berikut,16

1. Dalam dialog harus mengetahui identitas dan diri anda sendiri. 2. Langkah yang kedua ialah mengenali peradaban yang menjadi mitra

dialog anda.

Sebelum terpilih menjadi presiden, selama masa kampanye Khatami mengangkat isu-isu “kontroversial”. Di antaranya, penegakan HAM, hak-hak wanita, pluralisme budaya, toleransi, dan demokratisasi. Semua ini belum pernah dibicarakan secara terbuka oleh presiden dan calon presiden sebelumnya. Khatami juga menjanjikan akan menjalankan politik détente (peredaan ketegangan) dengan

15

Dikutip dari KOMPAS, Khatami Jamin Kebebasan Bicara . Selasa, 05-08-1997. h 1

16


(42)

33

seluruh negara di dunia yang bersedia menghormati Iran.17

17


(43)

34

A. Iran pada masa Khatami

Pemilihan presiden Iran tahun 1997, menurut penilaian yang berkembang merupakan titik balik sejarah negara revolusi Iran tahun 1979. Banyak pihak tidak menduga sama sekali, bahwa pemilu tersebut menampilkan Mohammad Khatami tokoh reformis dan mantan mentri kebudayaan sebagai pemenang pemilu presiden atas saingan terkuatnya yang merupakan kandidat dari kubu konservatif, yaitu Ali Akbar Nateq Nouri.1

Hasil pemilu 23 mei 1997, Khatami mendapatkan suara 69, 7 persen (20. 078. 178) dari 29.767.000 suara yang diperebutkan. Sedangkan Nateq-Nouri hanya memperoleh 29,7 persen (7. 242. 859). Kendati pada awalnya tidak diunggulkan Khatami, namun pada akhirnya ia berhasil memenangkan pemilu tersebut. Ada beberapa faktor dibalik kemengan Khatami.2 diantaranya:

1. “Angin” perubahan yang bertiup ke mana-mana, ternyata sampai ke Iran. Artinya bangsa Iran sebagaimana bangsa lain mendambakan adanya suatu perubahan. Tentu kearah perubahan sosial-politik yang lebih demokratis dan terbuka. Sebagaimana tema-tema kampanye Khatami.

2. Pemilu 1997, merupakan pemilu pertama yang diikuti oleh para pemilih pemula dari generasi pascarevolusi 1979. Dengan kata lain, inilah pemillu pertama di Iran yang melibatkan generasi muda yang tidak merasakan “romantisme” gemuruh revolusi 1979.

3. Faktor ekonomi. Khatami dalam tema kampanyenya berjanji untuk

1

Dikutip dari KOMPAS. Mohammad Khatami, Kemenangan Reformator Iran. Jumat , 22-08-1997. h 24

2


(44)

35

mempertahankan kebijakan “ekonomi subsidi” ternyata disukai kalangan bawah, yang merasa khawatir dengan ide-ide liberalisasi dan reformasi ekonomi yang disajikan kubu Nateq-Nouri.

4. Faktor “keturunan”, faktor ini memang seringkali luput dari pengamatan media maupun pengamat Barat. Di Iran, kaum mullah yang menggunakan surban hitam dipercayai sebagai keturunan Nabi Muhammad, oleh sebab itu ia menyandang gelar “sayyid’ sebagai mana Mohammad Khatami. Kemenangan Khatami mengandung arti bahwa mayoritas rakyat Iran saat itu sepenuhnya mendukung langkah-langkah reformasi di bidang politik, namun menolak liberalisasi ekonomi yang dirintis oleh Rafsanjani. Sedangkan menurut majalah The Economist, terpilihnya Khatami, tokoh intelektual progresif sekaligus politikus moderat menjadi presiden Iran itu menandai awal babak baru dalam sejarah politik iran, era keterbukaan, toleransi dan semangat progresif. Konsep dialog peradaban yang Khatami tawarkan, tergambar dalam pidato sambutan pelantikannya menjadi presiden, tangggal 3 Agustus 1997. Khatami akan membuka kontak-kontak baru dengan Negara-negara Barat, termasuk AS, Khatami ingin membawa Iran lebih aktif dalam percaturan politik global dan peran dalam upaya perdamaian, masyarakat Barat pun menyambut dengan hangat. Bahkan kantor berita Iran IRNA menulis, Paus Yohanes Paulus 11 juga menaruh harapan besar kepada Khatami.3

Pada awal era revolusi, Republik Islam Iran mengalami kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat internasional, apalagi pemimpin revolusi Ayatollah Khomeini saat itu mengumandangakan slogan “tidak Barat, tidak


(45)

Timur” yang dimaksud anti-Amerika Serikat dan Uni Soviet kala itu.4 Namun setelah dua dekade revolusi Iran, pemimpin Iran dan dunia mulai tampak upaya rekonsiliasi yang dimulai sejak masa Presiden Hashemi Rafsanjani. Proses rekonsiliasi itu diharapkan semakin cepat pada era Presiden Mohammad Khatami. Banyak negara Barat saat ini ingin menjalin hubungan dengan pemerintah Khatami sebagai upaya mereka mendukung kubu reformis melawan kubu konservatif di Iran sekarang.

Usaha kubu reformis untuk melakukan sistem multi partai, liberalisasi ekonomi, sosial dan budaya menemukan momentum persamaan dengan kepentingan negara-negara Barat.5 Akan tetapi misi reformasi pemerintahan presiden Khatami bukan tanpa resiko. Republik Islam Iran di bawah kepemimpinan Khatami bisa jadi akan kehilangan simpati dari organisasi-organisasi keagamaan penganut paham neo-fundamentalisme yang sangat anti Barat. Namun Khatami mempunyai rasa optimis, bisa saja muncul organisasi keagamaan atau negara Islam di Timur Tengah, yang mengadopsi konsep Khatami. Jika konsep Khatami kelak mampu melampaui batas negara Iran, maka akan terjadi suatu peningkatan peran regional Negara Iran seperti yang diidamkan pemimpin revolusi Ayatollah Khomeini, namun dengan wajah Iran yang berbeda sama sekali.

Terpilihnya Khatami, ternyata menuai reaksi dunia. Para pemimpin Teluk Arab, yang sebelumnya mamandang penuh kecurigaan kepada Iran, ternyata mengirim ucapan selamat kepada Khatami. Kantor-kantor berita tersebut

4 Dikutip dari KOMPAS, Simpati Mengalir Ke Iran. minggu, 07-03-1999. h 3 5Ibid. h3


(46)

37

mengungkapkan, para pemimpin Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar dan Oman berpendapat, kemenangan Khatami merupakan kekalahan politik terbesar (kelompok konservatif) sejak Revolusi 1979.6 Raja Fahd dari Arab Saudi juga memberikan selamatnya mengucapkan, “rakyat telah memberikan kepercayaan kepada anda, semoga anda sukses dalam melayani rakyat dan negara”. Negara Irak yang pernah berperang dengan Iran (1980-1988) menyatakan, kemenangan Khatami merupakan “ kemunduran besar” kalangan religius syiah yang mempertahankan kemapanan.

Harian resmi Irak, Al-Jumjuriya menyatakan, hasil pemilu itu merupakan “pukulan berat” bagi kelompok konservatif berkuasa yang mendukung Ali Akbar Nateq-Nouri. Sedangkan dari Washington hanya memilih mengambil sikap hati-hati menanggapi kemenangan tokoh moderat itu, “kami masih mengamati perkembangannya dengan penuh kehati-hatian,” tutur seorang pejabat Gedung Putih seperti dikutip harian New York Times.7 Iran memang sedang menapak sebuah era perubahan dan keterbukaan. Kekalahan kandidat konservatif, Ali Akbar Nateq-Nouri, yang kini menjadi ketua parlemaen, dalam pemilihan presiden yang sudah melewati tiga bulan membuktikan semakin kukuhnya pengaruh angin perubahan.

Terpilihnya Khatami sebagai presiden memperlihatkan sebuah dialetika perkembangan dalam sejarah revolusi Iran, kini Iran memasuki jalur perubahan dan pembaharuan. Keinginan akan perubahan tampaknya dari kaum muda dan golongan perempuan, yang dinilai sebagai faktor penentu kemengan mencolok

6 Dikutip dari KOMPAS. Angin Perubahan Berembus Di Iran. Senin, 26-05-1997. h 1 7Ibid, h 1


(47)

bagi Khatami.8 Sedangkan aliran politik yang mendukung Khatami adalah Tiyar Kawadir Al Bina (Aliran Kader-Kader Pembangunan) yang terdiri para birokrat dan teknokrat yang selama ini merupakan basis pendukung Presiden Ali Akbar Hashemi Rafsanjani. Khatami juga didukung Tiyar Al Yasari (aliran kiri), Rabitha ulama Ad Din Al Munadlilin (Ikatan Ulama Agama Pejuang), organisasi propesi dan mahasiswa.

Khatami mulai menjalankan program-programnya yang ia sampaikan pada waktu kampanye, hal yang menarik bahwa ia mencoba menyampaikan gagasan reformasinya. Pada kesempatan berpidato untuk rakyat AS pada 7 Januari 1998 yang disiarkan langsung oleh jaringan kabel (CNN), Khatami menyesalkan insiden penyanderaan diplomat AS.9 Peristiwa itu dilakukan mahasiswa militan dukungan Khomeini, yang masih dihormati rakyat Iran. Tujuan Khatami meruntuhkan tembok kecurigaan AS guna memuluskan jalan bagi kemungkinan dialog menuju normalisasi hubungan kedua negara.

Ide dialog peradaban dan kebijakan menghilangkan hubungan tegang ternyata mendapat sambutan sangat positif dari negara-negara barat dan Arab. Selanjutnya Khatami meningkatkan hubungan dengan banyak negara di Timur Tengah, Eropa dan lembaga internasional seperti UNESCO. Akan tetapi Iran era Khatami belum bisa sepenuhnya memulihkan hubungan dengan AS.

Hal ini pernah disinggung oleh Khatami sendiri bahwa hubungan dengan AS tergantug pada sejauh mana niat baik dari negara adi kuasa itu, mengingat beberapa keijakan AS membuat risih para politisi di Iran diantaranya kebijakan

8 Dikutip dari KOMPAS, Pelantikan Khatami Jadi Presiden Iran Timbulkan Harapan

Perubahan., selasa 05-08-1997. h 4


(48)

39

AS yang belum menanggalkan hegemoninya di Timur Tengah serta dukungan membabi buta terhadap Israel. Sedangkan Iran tetap mendukung hak-hak rakyat Palestina, komitmen ini bahkan dituangkan dalam salah satu fokus kebijakan politik luar negri ditingkat regional.

Pada kenyataanya bahwa sologan demokrasi sudah ada pada masa Dr.Mohammad Mosaddeq,10 dan Khatami mencoba menghadirkan kembali. Akan tetapi kaum konservatif bertanya apa mencari bantuan demokrasi dari negara (AS) yang telah melemahkan perkembangan.11 Khatami melihat ini sebuah poin penting lebih baik ditangani dengan menempatkan pada suatu bingkai rekonsiliasi. Dia mencap bingkai ini sebagai “Dialog Peradaban”, sebuah tanggapan langsung ia jawab. Meskipun dicerca oleh politikus di dalam dan luar negri, Khatami tetap serius dan bersungguh-sungguh dalam upaya ini.

Hal ini ia buktikan dengan lawatan Khatami ke Barat, meskipun mendapat sorotan sangat luas karena dinilai sebagai terobosan penting dalam bidang diplomasi dan dialoq peradaban.12 Sejak revolusi Islam pimpinanan Ayatullah Khomeini, hubungan Iran dengan Barat penuh dengan prasangka politik dan ideologi. Rombongan Khatami sampai di Roma untuk kunjungan di Itali dan Vatikan, agendanya berupa pertemuan antara Presiden Mohammad Khatami dengan Paus Yohannes Paulus II di Vatikan. Pertemuan ini sangat penting dilihat dari upaya memperkuat dasar bagi kerja sama peradaban dan persahabatan umat manusia.

10

Perdana Mentri nasionalis yang memimpin nasionalis Anglo-Iranian Oil Company. Dia digulingkan dalam sebuah kudeta yang didalangi CIA dan MI6 pada 1953. Dia menjadi tonggak dalam sejarah politik modern Iran.

11Ali M. Ansari, Supermasi Iran. Jakarta: Zahra, 2008. h 189-190

12 Dikutip dari KOMPAS, Iran Membuka Isolasi, Presiden Khatami Berkunjung Ke


(49)

Keputusan Khatami berkunjung ke Barat memperlihatkan keinginnnya untuk melepaskan negaranya dari isolasi, terutama yang di lakukan Barat selama ini.13 perjalanan Khatami ke Barat tampaknya sebagai realitas atas janji yang dileluarkan tidak lama setelah terpilih sebagai presiden, Khatami memang berjani menjalin hubungan kerja sama dan persahabatan dengan semua Negara dan bangsa di seluruh dunia. Ia juga berjani mengupayakan perdamaian dan keamaan dunia. Pernyataan Khatami mendapat tanggapan serius, karena hubungan Iran dengan Barat, AS, bahkan dengan negara-negara tetangganya di teluk Persia tidak harmonis, merasa tertekan oleh ancaman Iran untuk mengekspor revolusi Iran. Sesunguhnya secara psikologis tidaklah gampang mengubah hubungan konfrontatif yang sudah begitu lama menjadi sebuah hubungan kooperatif. Disisi lain PBB cukup terpukau oleh upaya Presiden Khatami menjembatani jurang perbedaan budaya yang semakin melebar ini. Bagi banyak rakyat Iran, negara mereka kelihatannya mulai keluar dari isolasi dan mereka terutama bangga terhadap kegigihan presiden mereka dalam hal pencapaian keberhasilan ini. Kemenangan kaum reformis dalam pemilu diperkirakan akan semakin melapangkan jalan bagi pemerintahan Khatami melakukan pembaharuan, bahkan ia terus berusaha mengeluarkan Iran dari isolasi internasional, mengisyaratkan normalisasi hubungan dengan Barat termasuk dengan Amerika Serikat yang dianggap sebagai musuh bebuyutan.14 Akan tetapi di dalam negeri, langkah terobosan Khatami sering menimbulkan kontroversi. Karena setiap prakarsa pembaharuan pemerintah tidak berjalan leluasa akibat parlemen masih didominasi kaum konservatif.

13Ibid, h 4

14 Dikutip dari KOMPAS, Hasil Pemilu Membawa Iran Ke Arah Koridor Perubahan


(50)

41

B. Perkembangan ekonomi dan politik

Peluang Presiden Mohammad Khatami menjalankan program reformasi sosial-ekonomi di Iran semakin terbuka lebar, menyusul keputusan parlemen (majlis) yang menyetujui usulan daftar 22 nama kandidat anggota kabinet yang disebut-sebut sebagai tokoh-tokoh progresif.15 Bahkan ketua parlemen, Ali Akbar Nateq-Nouri dari kubu konservatif memberikan ucapan selamat.” Kita akan segera mewujudkan program reformasi itu tahap demi tahap,” hal ini dikatakan dalam sebuah wawancara langsung dengan televisi pemerintah. Kemenengan Khatami bahwa rakyat Iran sangat percaya pada kepribadian dan program-program yang siap menghadapi bergabai tantangan lokal maupun global.16

Dibidang ekonomi, Khatami menganut teori ekonomi terarah terbatas dan menolak teori ekonomi pasar secara mutlak. Dengan kata lain, Khatami dan kelompok kiri mendukung teori ekonomi pasar yang kini diterapkan presiden Rafsanjani namun dengan batas-batas tertentu. Menurut Khatami pada saat tertentu pemerintah harus turut campur tangan guna mencegah ambruknya ekonomi negara. Hal ini perhah dilakukan presiden Rafsanjani, ketika ia terpaksa member batasan tertentu kegiatan ekspor-impor serta menentukan harga nilai penukaran mata uang Iran ke dollar AS.17

Keberhasilan diplomasi internasional dan regional Pemerintahan Khatami tentu akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan mengelola berbagai persoalan dalam negri. Tantangan bagi Khatami bukan hanya bagaimana memacu

15 Dikutip dari KOMPAS,

Program Reformasi Iran Terbuka Lebar. jumat, 22-08-1997. h 1

16

Musthafa Abd Rahman, Iran Pasca Revolusi, Fenomena Pertarungan Kubu Reformasi dan Konservatif. Jakarta: buku Kompas 2000. h 10-11


(51)

pembangunan dan menjamin pemerataan ekonomi, tetapi bagaimana menjalin kerja sama yang baik dengan kaum konservatif.

Menurut Hashemi Rafsanjani, bahwa naiknya Khatami memberikan peluang ekonomi terbuka luas untuk rakyat Iran, sebagaiman ia ungkapkan diantaranya sektor pertanian 100 % masih di dominasi oleh rakyat, Demikian sebagian sektor industry dari 220 sektor industri hanya satu yang dimiliki oleh negara. Selebihnya di kelola oleh swasta sementara sektor perdagangan 100% dikuasai oleh rakyat.18

Upaya Khatami untuk memajukan negara Iran terus dilakukan, pada era Khatami madzhab Shiah yang menjadi dasar filosofi negara Iran boleh jadi tidak lagi merupakan hambatan bagi merambahnya pengaruh Iran ke negara-negara muslim Sunni. Sebab, pemikiran modernis Khatami bisa lebih menonjol daripada bayangan madzhab Shiah, untuk memperoleh simpati di dunia muslim Sunni.19 Kepemimpinan Iran dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) kini membawahi seluruh negara Islam yang mayoritas penganut madzhab Sunni, sama sekali tidak mengalami hambatan. Penyelenggaraan KTT OKI di Teheran Desember 1997, dinilai sangat sukses.

Meski presiden Khatami sampai ia menjabat, belum pernah melakukan kunjungan kenegaraan ke negara-negara Islam, akan tetapi Menlu Iran Kamel Kharrazi dan wakil presiden Hasan Habibie sering melakukan lawatan ke negara-negara Arab dan Islam. Hubungan Iran-Arab Saudi, sebagai salah satu negara-negara

18Dikutip dari MERDEKA,

Sudah Saatnya Perempuan Iran Menduduki Posisi Utama.

24 agustus 1997. H 17


(52)

43

Arab, terjalin sangat erat pada era Khatami. Politik détente yang Khatami maksudkan untuk mengeluarkan Iran dari pengucilan regional dan internasional. Ini akan memberikan banyak keuntungan politik khususnya ekonomi pada Teheran.20 Bahkan rekonsiliasi dengan Washington akan memungkinkan Iran mendapatkan kembali asetnya sebesar US$ 12 Milyar yang dibekukan AS. Keuntungan lainya, Teheran dapat lebih banyak mengalokasikan APBN untuk membangun sosial-budaya. Karna selama ini sejumlah besar dana dipakai untuk membangun kekuatan militer guna mengimbangi kekuatan militer AS. Yang tak kalah penting, AS akan mencabut keberatannya bagi penyaluran minyak Asia Tengah ke Teluk melalui daratan Iran. Selain memberi keuntungan ekonomi, Iran bisa meningkatkan pengaruh politiknya.

Iran dibawah Khatami era keterbukaan, sebaiknya Khatami sendiri tanpa meninggalkan prinsip dan semangat revolusi, dengan tegas mengisyaratkan Republik Islam Iran yang dipimpinmya berkeinginan menjalin hubungan kerja sama dan persahabatan dengan semua negara dan bangsa di seluruh dunia. Ia juga berjanji mengupayakan perdamaian dan keamanan dunia.

Dampak pernyataan Khatami tentu sangat luas, bukan tidak mungkin kepemimpinan Khatami membuka sebuah babak baru dalam upaya memperbaiki hubungan dengan dunia barat, yang selama ini tegang karena prasangka ideologi dan politik. Ketegangan Iran dengan dunia barat terjadi sejak Revolusi Ilam Iran menjatuhkan Shah Iran, yang pro Barat tahun 1979.21 Hubungan cepat memburuk ketika mahasiswa radikal Iran menyandra 52 orang AS di kedubes AS pada 4

20 Mohammad Khatami, Membangun Dialog Antara Peradaban. Mizan, 1998. h 28 21KOMPAS, Pelantikan Khatami Jadi Presiden Iran Timbulkan Harapan Perubahan. h 4


(53)

November 1997 di Teheran selama 444 hari. Sampai sekarang hubungan itu masih diwarnai sikap saling curiga.22

Kiprah Revolusi Islam sempat pula mencemaskan negara-negara tetangga di Teluk Persia, yang semuanya masih menganut sistem monarki. Keinginan Khatami untuk membangun hubungan persahabatan dan kerja sama tentu sangat kondusif untuk memperbaik hubungan Iran dengan dunia Barat maupun dengan para tetangganya di Teluk Persia.

Didalam negri Iran sendiri, Khatami mulai membuka perluasan dalam dunia politik. Sebagaimana ia janjikan pada waktu kampanye bahwa ia akan menyediakan kursi bagi perempuan dalam kabinetnya jika Khatami memenangkan pemilu.23 Bahkan Hasemi Rafsanjani berpendapat dengan adanya pemilu 1997 mulai mengajarkan politik kepada rakyat Iran, sekaligus melahirkan perbaikan-perbaikan masalah sosial. bukan itu saja Hasemi sepakat dan setuju dengan Khatami jika perempuan memperoleh kedudukan posisi utama dalam kabinet Khatami.

Ternyata bukan hanya isapan jempol semata kampanye Khatami tentang menyediakan kursi wanita dalam kabinetnya. Karna untuk pertama kalinya sejak pecahnya revolusi Islam 1979, Iran mempunyai seorang wakil presiden wanita. Masumeh Ebtaker, berusia 30 tahun.24 Ia menjadi wapres yang membidangi masalah perlidungan lingkungan dalam kabinet Khatami, Masumeh Ebtaker juga

22 Diah Rahma F auziana & Izzuddin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran. Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2009. h 74

23Dikutip dari REPUBLIKA, Pemilu Iran Hembuskan Angin Segar Buat Kaum

Perempuan. 24-05-1997. h 9

24 Ia seorang guru besar Universitas Teachers Teheran, selain aktif di dunia kampus, doktor Imunologi lulusan AS ini juga tercatat sebagai salah satu anggota dewan redaksi disabuah surat kabar di Iran.


(54)

45

pernah menjabat sebagai ketua komite sentral sebuah organisasi wanita non-pemerintah di Iran.25 Ia dalam organisasi inilah pernah dua kali menghadiri konprensi wanita dunia masig-masing di Nairobi dan Beijing.

Sejak kenaikan Mohammad Khatami sebagai presiden Iran, atmosfir politik Iran tak henti-hentinya diwarnai dengan pertarungan antara kubu reformasi dan konservatif, yang berlanjut hingga saat ini. Dua kubu ini berkompotisi dalam konteks perebutan kekuasaan. Karna kubu konservatif tidak merelakan jika dominasi mereka dipentas politik Iran diambil alih oleh kekuatan politik baru (kubu reformasi, Khatami).26 Sejak tahun 1983, dunia politik Iran memang didominasi oleh kaum mullah (pemimin agama) melalui wilayah al-faqih merupakan kekuasaan seseorang atau beberapa orang ahli hukum Islam yang mempunyai kedudukan sebagai mudtahij, takwa, adil dan disetujui mayoritas umat atau rakyat. Maka orang pemegang ini semua disebut dengan Wali Faqih. Bagi kubu konservatif, kedaulatan tuhan menjadikan pijakan dalam konsep kenegaraan. Melalui konsep Wilayah al-faqih27, konservatif ingin menegaskan kedaulatan tersebut. Iran dipimpin sebuah kekuatan yang sakral, yaitu tuhan akan tetapi hanya saja tuhan disini tidak tampil secara langsung, melainkan direpresentatipkan melalui para ulama. Dengan kata lain Mullah menurut kubu konservatif ialah pengendali utama dalam kebijakan negara. Meskipun kedaulatan rakyat diakui dan dihormati sebagaimana terlihat dengan adanya pemilu untuk

25

Dikutip dari REPUBLIKA, Khatami Tunjuk Wakil Presiden Wanita. 28-08-1997. h 9

26 Dikutip dari KOMPAS, Khatamisme, Wajah Iran Masa Depan. minggu, 07-03- 1999. h 3

27Wilayah dalam pandangan Syiah, wilyah atau kekuasaan adalah prinsip bahwa garis keturunan para imam yang dihubungkan kapada nabi Muhammad mewarisi otoritas yang bersifat spritual dan temporal dalam Islam setelah wafatnya nabi pada 632 M.


(1)

54

menghadapi tantangan zaman.

2. Kemenangan Khatami pada pemilu 1997, sekaligus menandakan timbulnya reformasi baru dalam negara Iran. Banyak menaruh harapan lebih dari Negara-negara di luar Iran. Bagi babak baru dari keterbukaan Negara Iran, hal ini terlihat dari kemenangan Khatani yang banyak sekali sambutan baik dari Negara sekutu Iran. Setidaknya ada beberapa faktor dibalik kemenangan Khatami. diantaranya:

a. “Angin” perubahan yang bertiup ke mana-mana, ternyata sampai ke Iran. Artinya bangsa Iran sebagaimana bangsa lain mendambakan adanya suatu perubahan.

b. Pemilu 1997, merupakan pemilu pertama yang diikuti oleh para pemilih pemula dari generasi pascarevolusi 1979.

c. Faktor ekonomi. Khatami dalam tema kampanyenya berjanji untuk mempertahankan kebijakan “ekonomi subsidi” ternyata disukai kalangan bawah, yang merasa khawatir dengan ide-ide liberalisasi dan reformasi ekonomi yang disajikan kubu Nateq-Nouri.

d. Faktor “keturunan”,. Di iran, kaum mullah yang menggunakan surban hitam dipercayai sebagai keturunan Nabi Muhammad. Khatami menggunakan sorban hitam.

Dari data yang didapati Iran dibawah kepemimpinan Khatami, terlihat jelas bahwa ia ingin memajukan Iran. Dari kampanye yang ia lakukan. Konsep-konsep Khatami tawarkan diantaranya dialog peradaban, demokrasi, sistem ekonomi subsidi dan lain-lain. Membuat Khatami tampil sebagai presiden reformis bagi rakyat Iran. Akan tetapi disini kita bisa melihat bahwa, masa kepemimpinan Khatami perkembangan politik Iran mulai berkembang. Dimulai dengan dialog dengan Negara-negara Barat dan Timur Tengah. Sedangkan politik dalam negri Iran sendiri terlihat lebih terbuka, dengan memberi perluasan bagi


(2)

55

kaum wanita untuk menduduki posisi mentri. Sekalipun politik Iran sendiri mengalami pro dan kontra, antara kubu reformis dan konservatif. Hal inilah yang menjadi halangan bagi kelancaran pemerintahan Khatami.

B. Saran

Republik Islam Iran, mengalami sejarah yang sangat panjang. Keberadaannya dari revolusi Iran sampai kepemimpinan Mohammad Khatami, memberikan gambaran kepada kita bahwa tak cukup rasanya untuk menjelaskan Iran pada masa Khatami dengan data-data yang penulis rasakan sangat kurang. Penulis merasakan bahwa, apa-apa yang disampaikan dalam skripsi ini masih begitu kurang. Dan masih diperlukan data-data yang lebih banyak lagi, juga memberikan kesempatan kepada penulis lain yang ingin mengangkat tentang kepemimpinan Mohammad Khatami. Karena dengan kritik dan saran yang membangun, diharapkan dalam penulisan Kepemimpinan Iran di bawah Khatami menjadi sempurna dengan masukan-masukan, ide-ide baru serta didukung dengan data-data yang lebih banyak lagi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Dudung Abdurahman”Metode Penitian Sejarah” Logos. Jakarta 1999. Louis Gottschalk”Mengerti Sejarah” UI Pres: 1975.

Armstrong, Karen, Sepintas Sejarah Islam, Surabaya, 2004.

Esposito, John L. Demokrasi di Negara-negara Muslim, Bandung: 1999

Esposito, John L. Ensiklopedi Oxford. Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan, 2001.

Sihbudi, Riza, Bara Timur Tengah, Bandung: Mizan, 1991

Azra, Azyumardi, Pergumulan Iran Masa Khatami, Jakarta: Rajawali Press, 2003.

Ridwan, Kafrawi (ed), et.al, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.

Yozar Anwar, Pergolakan Mahasiswa Abad ke-20, Kisah Perjuangan Anak-anak Muda Pemberang, Jakarta: Sinar Harapan, 1981.

Winkler Prins (ed), Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi, edisi Asia, Jakarta: PT Intermasa, 1990

Shibudi, Reza. Profil Negara-negara Timur Tengah, Jakarta: Pustaka Jaya, 1999

Republik Islam Iran, Kedutaan Besar Republik Islam Iran

Shibudi, Reza. Biografi Politik Imam Khomeini, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan ISMES, 1996

Esposito, John L. & Voll, John O. Demokrasi di Negara-negara Muslim problem dan prospek, Bandung: Mizan, 1996.


(4)

Basri, Syafiq. Iran Pasca Revolusi, Sebuah Reportase Perjalanan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1987.

Mustafa, Abd Rahman, Iran Pasca Revolusi; Fenomena Pertaruangan Kubu Reformis dan Konservatif, Jakarta: Kompas, 2003.

Nasir, Tamara. Revolusi Iran, Jakarta: Sinar Harapan, 1980.

Khatami, Mohammad. Membangun Dialog Antar Peradaban, Mizan, 1998.

Ansari, Ali M. Supermasi Iran. Jakarta: Zahra, 2008. Sihbudi, Riza. Menyandera Timur Tengah. Mizan 2007

Diah Rahma Fauziana & Izzuddin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran. Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2009.

Abdul Karim, Soroush. Menggugat Otoritas dan Tradisi Agama. Bandung: Mizan, 2002.

Al-jabiri, Muhammad Abed. Problem Demokrasi dan Civil Society di Negara-negara Arab, dalam Bernd Lewis.

Koya, Abdar Rahman. Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini, Pustaka Iman, 2009.

Al-Jabiri, Problem Demokrasi. Jakarta: Ui Press, 2004.

KORAN

Kompas, Menunggu Kiprah Khatami, Jakarta, 04 Agustus 1997

Media Indonesia, Demokratisi dan Kebijakan Luar Negeri Iran, 11 Agustus 1997.


(5)

Kompas, Khatami dan Pesan Kemenengan Kegemilangan, selasa, 12-06-2001.

Republika, Profil Empat Kandidat Presiden Iran. 23 may 1997.

Kompas, Khatami dan Pesan Kemenengan Kegemilangan, 12-06-2001. Kompas, Khatami Jamin Kebebasan Bicara . Selasa, 05-08-1997.

Kompas.Mohammad Khatami, Kemenangan Reformator Iran. Jumat , 22-08-1997.

Kompas, Simpati Mengalir Ke Iran. minggu, 07-03-1999. Kompas. Angin Perubahan Berembus Di Iran. Senin, 26-05-1997.

Kompas,Pelantikan Khatami Jadi Presiden Iran Timbulkan Harapan Perubahan., selasa 05-08-1997.

Kompas, Iran Membuka Isolasi, Presiden Khatami Berkunjung Ke Barat. Kamis, 11-03-1999.

Kompas, Hasil Pemilu Membawa Iran Ke Arah Koridor Perubahan Lebih Besar. Senin, 21-02-2000.

Kompas, Program Reformasi Iran Terbuka Lebar. Jumat, 22-08-1997. Kompas. Dilema Khatami Dan Tragedi Media Massa Reformis. Minggu,

07-,18-05-1997.

Merdeka, Sudah Saatnya Perempuan Iran Menduduki Posisi Utama. 24 agustus 1997.

Republika, Pemilu Iran Hembuskan Angin Segar Buat Kaum Perempuan. 24-05-1997.

Republika, Khatami Tunjuk Wakil Presiden Wanita. 28-08-1997. Kompas, Khatamisme, Wajah Iran Masa Depan. Minggu, 07-03- 1999.


(6)