ASPEK KELEMBAGAAN CIPTA KARYA DI KOTA SIBOLGA
ASPEK KELEMBAGAAN CIPTA KARYA BAB
zxzzaZIIIIIIOOOOPYTTTDS
DI KOTA SIBOLGA
10
7 Diberlakukannya Undang
- – undang No. 22 tahun 1999 dan diperbaharui dengan Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang – Undang No. 25 tahun 1999 yang diperbaharui dengan undang undang no. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah mendorong Pemerintah Kota Sibolga untuk memanfaatkan seoptimal mungkin potensi dan peluang yang ada bagi percepatan jalannya roda pembangunan guna memulihkan dan menciptakan perekonomian kota Sibolga yang handal. Untuk menjamin pelaksanaan pembangunan infrastruktur tertutama yang berkaitan dengan Bidang Cipta Karya, diperlukan peningkatan kapasitas kelembagaan daerah. Implementasi RPI2JM Bidang Cipta Karya Kota Sibolga melibatkan banyak komponen
kelembagaan, diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar pihak terkait sehingga program/ kegiatan di bidang keciptakaryaan dapat terlaksana sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.
Kemampuan SDM yang baik sangat dibutuhkan di Kota Sibolga oleh karena hal ini dapat menciptakan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan di Indonesia adalah peningkatan pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya. Hal ini telah menjadi salah satu kebijakan pokok pemerintah guna meningkatkan dan sekaligus menyerasikan pertumbuhan dan perkembangan pada setiap daerah di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan daerah :
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkankesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing- masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
PemerintahanPP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari
Pasal 7 Bab III, yang berbunyi:
“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang peker jaan umum”. Dari pasal tersebut,
ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010- 2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, sertapengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 12.2 berikut ini.
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan NasionalDi dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuaidengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masingmasing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar
Pelayanan MinimumPeraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU- an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen
RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat DaerahPeraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hokum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman
Standar Pelayanan PerkotaanPedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan
Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri SipilPedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
10.2. Kondisi Eksisting Kelembagaan Kota Sibolga
10.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya di Kota Sibolga
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang Cipta Karya, informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:
A. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Sibolga.
Penetapan struktur organisasi Pemerintah Kota Sibolga Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Pemerintah Kota Sibolga membentuk kelembagaan daerah yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Sibolga sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Sibolga;
2. Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Sibolga;
3. Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan pada Pemerintah Kota Sibolga;
4. Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan pada Pemerintah Kota Sibolga;
5. Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sibolga;
6. Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Sibolga;
7. Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Sibolga.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Sibolga yang memiliki keterkaitan tugas pokok dan fungsi secara langsung ataupun tidak langsung dalam Penyusunan Dokumen RPI2JM ini antara lain:
1. Sekretaris Daerah Kota Sibolga
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
3. Dinas Pekerjaan Umum
4. Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
5. Dinas Kesehatan;
6. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
7. Kantor Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
8. Dinas Pendidikan
9. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan informatika Untuk melaksanakan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) di Kota Sibolga, maka dibentuk Kelompok Kerja RPI2JM Kota Sibolga dengan Surat Keputusan Walikota Sibolga Nomor 050/338/Tahun 2014 tanggal 28 Nopember 2014 tentang Perubahan atas Keputusan Nomor 050 / 239 / Tahun 2014 tentang Pembentukan Tim Penyusun Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya Kota Sibolga.
B. Gambaran Struktur Organisasi Pemerintah Kota Sibolga.
Struktur organisasi Pemerintah Kota Sibolga di lihat pada bagan struktur organisasi Pemerintah Kota Sibolga sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Sibolga;
Gambar 10.1 Bagan Pemangku Kepeningan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Sanitasi di Kota Sibolga WALIKOTA DINAS PEKERJAANDINAS LINGKUNGAN HIDUP, BAPPEDA DINAS PKAD DINAS KESEHATAN UMUM
KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN
Bidang Fisik, Sarana dan BIDANG Bidang Cipta Bidang P2PL Bidang Kebersihan Prasarana ANGGARAN Karya Bidang Lingkungan Hidup
Bidang Pengembangan dan Bidang Sarana dan Prasarana Penelitian
Bidang Sosbud Bidang Pembangunan Ekonomi
DINAS KANTOR PEMBERDAYAAN PERHUBUNGAN,
INFORMATIKA
Seksi Pemberdayaan Masyarakat Bidang Program Bidang Infokom Bidang Teknik Bagian Pengendalian Pembangunan Kelurahan PDAM Sekretariat Daerah Kota Sibolga
Koordinator PNPM -MP Aspek Kelembagaan
BAB X - 8
1. Bagian Kesra
2. PDAM Tirta Nauli Kantor
Wakil Walikota
3. BADAN KB DAN PP
2. BKPP
1. BAPPEDA
6. Dinas LHKP 7. DKPP 8. Dinas Pendidikan 9. Dishubkominfo 10. D. PKAD Badan
7. Ktr. PMK Dinas 1. D. Kesehatan 2. D.Perindagkop & UKM 3. D Kependudukan & Capil 4. D. Sosial & Naker 5. Dinas PU
6. Ktr. Satpol PP
5. BPBD
4. Ktr. Kesbang
3. Kantor Satpol PP
2. Kantor Perpustakaan & Arsip
1. KPPT
Aspek Kelembagaan
BAB X - 9 GAMBAR 10.2 STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KOTA SIBOLGA DPRD SEKRETARIS DEWAN
3. Bagian Humas dan Protokoler
2. Bagian Hukum
1. Bagian Pemerintahan
3. Bagian Pengendalian Pembangunan Assisten Pemerintahan
2. Bagian Perekonomian dan Ketahanan Pangan
4 Kecamatan Assisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan
17 Kelurahan Kecamatan
INSPEKTORAT Kalurahan
Staf Ahli
Walikota Sekretariat Daerah
3. Bagian Keuangan
2. Bagian Risalah dan Persidangan.
1. Bagian Umum
1. RSU Dr. F.L. Tobing
C. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta
Karya saat ini.Pada urai BAB sebelumnya, telah di paparkan Satuan Perangkat Kerja Daerah di Kota Sibolga yang menangani tentang keciptakaryaan secara tekhnis. Beberapa SKPD tersebut mempunyai struktur Organisasi sendiri yang telah diatur melalui Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Sibolga; yang menangani tentang keciptakaryaan secara tekhnis tersebut adalah :
1. Bappeda Kota Sibolga
2. Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga
3. Dinas Kesehatan Kota Sibolga 4. Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan (LHKP) Kota Sibolga.