ProdukHukum BankIndonesia

No. 7/59/DASP

Jakarta, 30 Desember 2005

SURAT EDARAN

Perihal :

Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu
-----------------------------------------------------------------------------

Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/52/PBI/2005 tanggal 28 Desember 2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4583), dan dalam rangka mendukung kelancaran dan efektifitas
penyelenggaraan kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, perlu
diatur lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan kegiatan Alat Pembayaran
Dengan Menggunakan Kartu dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
I.


TATA

CARA

PENYELENGGARAAN

KEGIATAN

ALAT

PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU (APMK)
A.

Persyaratan sebagai Penyelenggara APMK
1.

Prinsipal
Prinsipal terdiri dari Prinsipal umum dan Prinsipal khusus.
Kegiatan sebagai Prinsipal umum hanya dapat dilakukan oleh

Lembaga Selain Bank, sedangkan kegiatan sebagai Prinsipal
khusus dapat dilakukan baik oleh Bank ataupun Lembaga Selain
Bank.

Untuk …

2

Untuk bertindak sebagai Prinsipal, baik Prinsipal Kartu Kredit,
Kartu ATM, Kartu Debet, dan/atau Kartu Prabayar, Bank atau
Lembaga Selain Bank wajib terlebih dahulu melaporkan secara
tertulis rencana penyelenggaraan kegiatan sebagai Prinsipal
kepada Bank Indonesia. Laporan tertulis tersebut sekurangkurangnya harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. jenis kegiatan APMK yang akan diselenggarakan;
b. rencana waktu dimulainya kegiatan sebagai Prinsipal; dan
c. merek (brand name) yang digunakan.
Laporan tertulis sebagaimana tersebut di atas harus dilampiri
dokumen mengenai :
a.


profil perusahaan (company profile) Bank atau Lembaga
Selain Bank tersebut; dan

b.

hubungan bisnis (business arrangement) antara Prinsipal
dengan Penerbit, khusus untuk Prinsipal umum.
Hubungan bisnis tersebut antara lain berisi tata cara
penetapan dan persyaratan menjadi Penerbit, mekanisme
settlement, dan pelaksanaan kegiatan operasional lainnya
dari penerbitan kartu merek Prinsipal umum.

2.

Penerbit
a.

Setiap Bank dapat bertindak sebagai Penerbit, baik
Penerbit Kartu Kredit, Kartu ATM, Kartu Debet, dan/atau
Kartu Prabayar.


b.

Lembaga Selain Bank dapat bertindak sebagai Penerbit
dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Lembaga …

3

1)

Lembaga Selain Bank yang dapat bertindak sebagai
Penerbit Kartu Kredit adalah Lembaga Selain Bank
yang telah memperoleh izin dari Departemen
Keuangan Republik Indonesia untuk menjalankan
kegiatan Kartu Kredit.

2)


Lembaga Selain Bank yang dapat bertindak sebagai
Penerbit Kartu ATM dan/atau Kartu Debet adalah
Lembaga Selain Bank yang mempunyai kewenangan
untuk melakukan kegiatan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berdasarkan
undang-undang yang mengatur mengenai Lembaga
Selain Bank tersebut.

3)

Lembaga Selain Bank yang dapat bertindak sebagai
Penerbit

Kartu

Prabayar

yang

memerlukan


persetujuan dari Bank Indonesia adalah Lembaga
Selain Bank yang :
a)

berbadan hukum Indonesia dalam bentuk
Perseroan Terbatas (PT); dan

b)

memiliki pengalaman dan reputasi baik dalam
penyelenggaraan Kartu Prabayar Single-purpose
single merchant atau Multi-purpose single
merchant di Indonesia paling singkat selama 2
(dua) tahun.

c.

Untuk mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia,
Bank dan Lembaga Selain Bank yang akan bertindak

sebagai Penerbit sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b harus mengajukan permohonan secara tertulis
mengenai …

4

mengenai rencana penyelenggaraan kegiatan sebagai
Penerbit kepada Bank Indonesia, sekurang-kurangnya
memuat hal-hal sebagai berikut:
1)

jenis kegiatan APMK yang akan diselenggarakan;
dan

2)

rencana waktu dimulainya kegiatan sebagai Penerbit.

Permohonan tertulis sebagaimana tersebut di atas harus
dilampiri dengan dokumen yang terdiri dari:

1)

Rencana

Kerja

Bank

yang

di

dalamnya

mencantumkan rencana kegiatan Bank sebagai
Penerbit atau rencana kerja Lembaga Selain Bank.
2)

Fotokopi dari akta pendirian badan hukum yang telah
disahkan oleh pihak yang berwenang, khusus untuk

Lembaga Selain Bank. Fotokopi akta pendirian badan
hukum

tersebut

harus

pula

dilegalisir

oleh

pihak/pejabat yang berwenang.
3)

Hasil analisis bisnis atas penyelenggaraan kegiatan
APMK yang akan dilakukan untuk 1 (satu) tahun ke
depan,


sekurang-kurangnya

memuat

uraian

mengenai:
a)

potensi pasar yang ada;

b)

segmen pasar yang akan dituju dan analisis
persaingan usaha;

c)

target jumlah pemegang kartu yang ingin
dicapai;


d)

rencana kerjasama dengan Prinsipal dan/atau
Acquirer, termasuk jumlah dan namanya;
e) rencana …

5

4)

e)

rencana lingkup daerah penyelenggaraan; dan

f)

target pendapatan yang akan dicapai.

Bukti kesiapan perangkat hukum, yang meliputi:
a)

Fotokopi perjanjian tertulis atau pokok-pokok
perjanjian tertulis antara Penerbit dengan
Prinsipal, khusus untuk Prinsipal umum.
Pokok-pokok perjanjian tertulis tersebut antara
lain memuat kesepakatan antara Prinsipal umum
dan Penerbit mengenai penggunaan merek
Prinsipal umum dalam penerbitan kartu, hak
dan kewajiban masing-masing pihak, rencana
pelaksanaan kerjasama, jangka waktu, serta
mekanisme penyelesaian sengketa yang timbul.
Dalam hal calon Penerbit adalah kantor cabang
Bank asing, dan perjanjian yang dilakukan
dengan Prinsipal umum merupakan Global
Agreement antara kantor pusat Bank tersebut
dengan Prinsipal umum, maka kantor cabang
Bank asing dimaksud cukup menyampaikan
pokok-pokok perjanjian dari Global Agreement
tersebut.

b)

Konsep pengaturan hak dan kewajiban para
pihak, seperti pengaturan hak dan kewajiban
Penerbit, Acquirer, dan Pemegang Kartu.

c)

Prosedur penyelesaian sengketa yang timbul
diantara

para

pihak,

sekurang-kurangnya

meliputi:
(1) mekanisme …

6

(1)

mekanisme pengaturan atau penyelesaian
atas sengketa yang mungkin terjadi antara
Penerbit dengan Pemegang Kartu; dan

(2)

mekanisme
nasabah

penyelesaian
mengenai

pengaduan

produk

yang

diterbitkan, dan
d)

Khusus untuk Lembaga Selain Bank, wajib pula
menyertakan rekomendasi dari otoritas yang
berwenang

memberikan

izin

kelembagaan

dan/atau otoritas yang melakukan pengawasan
atas

Lembaga

Selain

Rekomendasi

dalam

rekomendasi

mengenai

Bank

hal

ini

tersebut.

antara

kondisi

lain

keuangan,

kondisi kesehatan dan kepatuhan Lembaga
Selain Bank tersebut terhadap ketentuan yang
berlaku.
5)

Bukti

kesiapan

penerapan

sekurang-kurangnya
likuiditas,

meliputi

manajemen

manajemen

risiko,

manajemen

risiko

kredit,

risiko

dan/atau

manajemen risiko operasional, yang berupa:
a)

Ketentuan intern yang mengatur mengenai
pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi,
sekurang-kurangnya meliputi:
(1)

Penetapan akuntabilitas, kebijakan, dan
proses pengendalian untuk mengelola
risiko yang timbul dari penerbitan kartu.

(2) Persetujuan …

7

(2)

Persetujuan

dan

pengkajian

ulang

terhadap aspek utama dari prosedur
pengendalian

pengamanan

penerbitan

kartu.
b)

Prosedur pengendalian pengamanan (security
control) untuk penerbitan kartu, sekurangkurangnya memuat pengaturan mengenai:
(1)

prosedur dan langkah pengamanan yang
dilakukan dalam penerbitan kartu, seperti
pembuatan dan penyampaian PIN, serta
penyampaian kartu kepada Pemegang
Kartu,

(2)

pemisahan tugas antara proses aplikasi,
persetujuan, dan penagihan,

(3)

kewenangan atau pengendalian dalam
pemberian

persetujuan

kepada

calon

Pemegang Kartu,
(4)

langkah-langkah untuk menguji keaslian
(otentikasi) identitas dan otorisasi nasabah
yang melakukan transaksi APMK,

(5)

audit trail atas transaksi Pemegang Kartu,

(6)

prosedur yang memadai untuk menjamin
integritas data, catatan atau arsip, dan
informasi pada transaksi APMK, dan

(7)

langkah-langkah

untuk

melindungi

kerahasiaan informasi Pemegang Kartu.
c)

Prosedur pengendalian risiko reputasi dan risiko
operasional, sekurang-kurangnya memuat:
(1) penyediaan …

8

(1)

penyediaan informasi mengenai manfaat
dan risiko produk

sebelum nasabah

menjadi Pemegang Kartu, dan
(2)

prosedur perencanaan darurat (disaster
recovery plan) dan kesinambungan usaha
(business continuity plan) yang efektif
dalam

mengatasi

dan

meminimalkan

permasalahan yang timbul dari kejadian
yang tidak diperkirakan, yang dapat
mengganggu

kelancaran

operasional

sistem APMK.
6)

Bukti kesiapan operasional, sekurang-kurangnya
meliputi:
a)

rencana

struktur

organisasi

dan

kesiapan

sumber daya manusia; dan
b)

rencana peralatan dan sarana usaha, sekurangkurangnya memuat informasi mengenai:
(1)

lokasi atau ruangan yang akan digunakan
untuk kegiatan operasional, dan

(2)

peralatan teknis terkait sistem (hardware
dan software) serta jaringan yang akan
digunakan.

3.

Acquirer
a.

Acquirer dalam penyelenggaraan kegiatan APMK terdiri
dari Financial Acquirer dan Technical Acquirer.

b. Setiap …

9

b.

Setiap Bank dapat bertindak sebagai Financial Acquirer
baik Financial Acquirer Kartu Kredit, Kartu ATM, Kartu
Debet, dan/atau Kartu Prabayar.

c.

Lembaga Selain Bank yang dapat bertindak sebagai
Financial Acquirer Kartu Kredit, Kartu ATM, Kartu Debet,
dan/atau Kartu Prabayar adalah Lembaga Selain Bank yang
memiliki

kewenangan

untuk

melakukan

kegiatan

pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan ketentuan
yang mengatur mengenai Lembaga Selain Bank tersebut.
d.

Untuk memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, Bank
dan Lembaga Selain Bank yang akan bertindak sebagai
Financial Acquirer sebagaimana tersebut di atas harus
mengajukan permohonan secara tertulis mengenai rencana
penyelenggaraan kegiatan sebagai Financial Acquirer
kepada Bank Indonesia, yang sekurang-kurangnya memuat
hal-hal sebagai berikut:
1)

jenis kegiatan APMK yang akan dilakukan oleh
Financial Acquirer; dan

2)

rencana waktu dimulainya penyelenggaraan sebagai
Financial Acquirer.

Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud di atas harus
dilampiri dengan dokumen yang terdiri dari:
1)

Rencana Kerja

Rencana Bank yang di dalamnya

mencantumkan rencana kegiatan Bank sebagai
Financial Acquirer atau rencana kerja Lembaga
Selain Bank.
2) Fotokopi …

10

2)

Fotokopi dari akta pendirian badan hukum yang telah
disahkan oleh pihak yang berwenang, khusus untuk
Lembaga Selain Bank. Fotokopi akta pendirian badan
hukum

tersebut

harus

pula

dilegalisir

oleh

pihak/pejabat yang berwenang.
3)

Hasil analisis bisnis atas kegiatan Financial Acquirer
yang akan dilakukan untuk 1 (satu) tahun ke depan,
sekurang-kurangnya memuat :
a)

potensi pasar yang ada;

b)

segmen pasar yang akan dituju dan analisis
persaingan usaha;

c)

rencana kerjasama dengan Prinsipal, Penerbit,
dan Technical Acquirer, termasuk jumlah dan
namanya;

4)

d)

rencana lingkup daerah penyelenggaraan; dan

e)

target pendapatan yang akan dicapai.

Bukti kesiapan perangkat hukum, yang meliputi:
a)

fotokopi perjanjian tertulis atau pokok-pokok
perjanjian tertulis antara Financial Acquirer
dengan Penerbit dan/atau penyedia barang
dan/atau jasa;

b)

pengaturan mengenai hak dan kewajiban para
pihak seperti pengaturan hak dan kewajiban
Financial

Acquirer,

Penerbit,

dan/atau

penyedia barang dan/atau jasa.
c)

prosedur penyelesaian sengketa yang timbul
diantara para pihak. Prosedur penyelesaian
sengketa …

11

sengketa dalam hal ini antara lain meliputi
mekanisme pengaturan atau penyelesaian atas
sengketa yang mungkin terjadi antara Financial
Acquirer dengan Penerbit dan/atau penyedia
barang dan/atau jasa; dan
d)

Khusus untuk Lembaga Selain Bank, wajib pula
menyertakan rekomendasi dari otoritas yang
berwenang

memberikan

izin

kelembagaan

dan/atau otoritas yang melakukan pengawasan
atas

Lembaga

Selain

Rekomendasi

dalam

rekomendasi

mengenai

Bank

hal

ini
kondisi

tersebut.

antara

lain

keuangan,

kondisi kesehatan, dan kepatuhan Lembaga
Selain Bank tersebut terhadap ketentuan yang
berlaku.
5)

Bukti kesiapan penerapan manajemen risiko, yang
antara lain meliputi manajemen risiko likuiditas,
manajemen risiko kredit, dan manajemen risiko
operasional.
manajemen

Dokumen
risiko

tersebut

kesiapan

penerapan

berupa

pengaturan

pengendalian pengamanan (security control) oleh
Financial Acquirer terhadap sistem yang digunakan,
yang memuat:
a)

prosedur yang memadai untuk menjamin
integritas data, catatan atau arsip, dan informasi
pada transaksi APMK,

b) langkah-langkah …

12

b)

langkah-langkah

untuk

menguji

keaslian

(otentikasi) identitas dan otorisasi nasabah yang
melakukan transaksi APMK,
c)

audit trail atas transaksi yang diproses melalui
sistem Financial Acquirer,

d)

langkah-langkah untuk melindungi kerahasiaan
data Pemegang Kartu yang diproses melalui
sistem Financial Acquirer, termasuk sistem
yang disediakan oleh Technical Acquirer
apabila

Financial

Acquirer

tersebut

bekerjasama dengan Technical Acquirer,
e)

langkah-langkah untuk melindungi kerahasiaan
data Pemegang Kartu yang tersimpan pada
sistem penyedia barang dan/atau jasa yang
bekerjasama dengan Financial Acquirer, dan

f)

prosedur

perencanaan

darurat

(disaster

recovery plan) dan kesinambungan usaha
(business continuity plan) yang efektif dalam
mengatasi dan meminimalkan permasalahan
yang

timbul

diperkirakan

dari

kejadian

yang

dapat

yang

tidak

mengganggu

kelancaran operasional sistem APMK.
6)

Bukti kesiapan operasional sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan butir 2.c.6).

B.

Penyampaian Laporan dan Permohonan Persetujuan
Penyampaian laporan bagi Bank atau Lembaga Selain Bank
yang akan bertindak sebagai Prinsipal dan penyampaian permohonan
persetujuan …

13

persetujuan bagi Bank atau Lembaga Selain Bank yang akan
bertindak sebagai Penerbit dan/atau Financial Acquirer dilakukan
oleh:
1.

kantor pusat Bank atau Lembaga Selain Bank, jika Bank atau
Lembaga Selain Bank tersebut berkantor pusat di wilayah
Indonesia, atau

2.

kantor cabang Bank atau kantor cabang/kantor perwakilan
Lembaga Selain Bank di Indonesia, jika Bank atau Lembaga
Selain Bank tersebut berkantor pusat di luar wilayah Indonesia.

Laporan dan permohonan persetujuan sebagaimana tersebut di atas
disampaikan kepada Bank Indonesia dengan ketentuan sebagaimana
dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia ini.
C.

Pemrosesan Permohonan Persetujuan
Atas permohonan tertulis yang disampaikan oleh Bank atau Lembaga
Selain Bank yang akan menjadi Penerbit dan/atau Financial Acquirer,
Bank Indonesia memberikan tanggapan yang berisi penolakan atau
persetujuan.
Tata cara pemberian persetujuan untuk melakukan kegiatan APMK
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1.

Untuk penyelenggaraan kegiatan APMK yang permohonannya
disampaikan kepada Bank Indonesia c.q Direktorat Akunting dan
Sistem Pembayaran, tata cara pemberian persetujuan dilakukan
sebagai berikut:

a. Pemberian …

14

a.

Pemberian tanggapan berupa persetujuan atau penolakan
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 45 (empat
puluh lima) hari kerja setelah surat permohonan beserta
dokumen diterima secara lengkap oleh Direktorat Akunting
dan Sistem Pembayaran.

b.

Untuk

dapat

memberikan

tanggapan

sebagaimana

dimaksud pada huruf a, Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran melakukan hal-hal sebagai berikut:
1)

pemeriksaan administratif terhadap kelengkapan dan
kesesuaian dokumen yang diajukan oleh Bank atau
Lembaga Selain Bank;

2)

pemeriksaan langsung (on site supervision) ke Bank
dan/atau Lembaga Selain Bank yang bersangkutan
untuk melakukan verifikasi atas kebenaran dokumen
yang diajukan, jika diperlukan; dan

3)

khusus untuk permohonan dari Bank, meminta
rekomendasi kepada satuan kerja terkait di Bank
Indonesia yang menangani pengawasan perbankan atas
kondisi keuangan, tingkat kesehatan, dan kepatuhan
Bank terhadap ketentuan yang berlaku, termasuk
informasi apabila terdapat permasalahan-permasalahan
yang dihadapi Bank tersebut.

c.

Dalam hal pemeriksaan administratif dokumen dan
pemeriksaan langsung sebagaimana dimaksud pada butir
b.1) dan butir

b.2)

telah

dilakukan,

dan dengan

mempertimbangkan rekomendasi dari pengawas perbankan
sebagaimana dimaksud pada butir b.3) atau rekomendasi
dari …

15

dari

otoritas

yang

kelembagaan

dan/atau

berwenang

memberikan

otoritas

yang

izin

melakukan

pengawasan atas Lembaga Selain Bank, Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran melakukan:
1)

Penolakan, jika hasil evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam butir b.1), butir b.2) dan/atau rekomendasi yang
ada tidak memenuhi salah satu atau lebih persyaratan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan/atau
menunjukkan hasil yang tidak baik.
Selanjutnya

Direktorat

Akunting

dan

Sistem

Pembayaran menyampaikan surat penolakan dengan
menyebutkan alasan penolakan disertai pengembalian
seluruh lampiran dokumen yang telah disampaikan
oleh Bank atau Lembaga Selain Bank.
Bank atau Lembaga Selain Bank yang permohonannya
ditolak dapat mengajukan kembali surat permohonan
persetujuan kepada Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran, dengan memenuhi seluruh persyaratan
dan tata cara pengajuan permohonan persetujuan
sebagai

Penerbit

dan/atau

Financial

Acquirer

sebagaimana diatur dalam Surat Edaran ini; atau
2) Persetujuan, apabila hasil evaluasi sebagaimana dalam
butir b.1) dan butir b.2) memenuhi seluruh persyaratan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan rekomendasi
yang ada menunjukkan hasil baik.
Selanjutnya

Direktorat

Akunting

dan

Sistem

Pembayaran menyampaikan surat persetujuan kepada
Bank …

16

Bank atau Lembaga Selain Bank yang bersangkutan
untuk bertindak sebagai Penerbit dan/atau Financial
Acquirer.
Khusus untuk Bank, pelaporan pengoperasian mesin ATM
kepada Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan atau
Kantor Bank Indonesia yang mewilayahi dapat dilakukan setelah
adanya persetujuan penerbitan Kartu ATM oleh Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran.
2.

Untuk penyelenggaraan kegiatan APMK yang dilakukan oleh
Bank umum yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip
syariah (Bank Umum Syariah) atau oleh Unit Usaha Syariah
(UUS),

pemberian

persetujuan

atau

penolakan

atas

penyelenggaraan kegiatan APMK tersebut dilakukan oleh Bank
Indonesia c.q Direktorat Perbankan Syariah dengan tata cara
sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
kegiatan usaha Bank Umum Syariah dan UUS.
D.

Pelaksanaan Kegiatan APMK
1.

Untuk persetujuan yang diberikan oleh Direktorat Akunting dan
Sistem Pembayaran, pelaksanaan kegiatan APMK dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a.

Apabila permohonan Bank atau Lembaga Selain Bank untuk
bertindak sebagai Penerbit dan/atau Financial Acquirer
disetujui, maka dalam jangka waktu paling lambat 45
(empat puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal
persetujuan diberikan, Bank atau Lembaga Selain Bank
tersebut harus melaksanakan kegiatannya sebagai Penerbit
dan/atau Financial Acquirer.
b. Apabila …

17

b.

Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
huruf a,

Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah

mendapat persetujuan sebagai Penerbit dan/atau Financial
Acquirer telah melaksanakan kegiatannya, Bank atau
Lembaga Selain Bank tersebut melaporkan secara tertulis
dimulainya kegiatan sebagai Penerbit dan/atau Financial
Acquirer

kepada

Direktorat

Akunting

dan

Sistem

Pembayaran.
c.

Laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf b
disampaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal dimulainya kegiatan tersebut.

d.

Apabila setelah berakhirnya jangka waktu 45 (empat puluh
lima) hari kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a, Bank
atau Lembaga Selain Bank yang telah mendapat persetujuan
sebagai Penerbit dan/atau Financial Acquirer belum
melaksanakan kegiatannya, Bank atau Lembaga Selain Bank
tersebut melaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia
mengenai alasan belum dapat dilaksanakannya kegiatan
tersebut dan rencana waktu pelaksanaan kegiatan tersebut.

e.

Laporan tertulis mengenai belum dapat dilaksanakannya
kegiatan sebagai Penerbit dan/atau Financial Acquirer
sebagaimana dimaksud pada huruf d disampaikan paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
berakhirnya jangka waktu 45 (empat puluh lima) hari kerja
sebagaimana dimaksud pada huruf a.

2.

Untuk persetujuan yang diberikan oleh Direktorat Perbankan
Syariah, pelaksanaan kegiatan APMK oleh Bank Umum Syariah
atau UUS, dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur …

18

mengatur mengenai kegiatan usaha Bank Umum Syariah dan
UUS.
E. Penundaan atau Pembatalan Persetujuan
1.

Bank Indonesia c.q Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
dapat menunda pemberlakuan persetujuan yang telah diberikan
kepada Penerbit dan/atau Financial Acquirer apabila sampai
dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada butir D.1.a,
Penerbit dan/atau Financial Acquirer tersebut belum dapat
melaksanakan kegiatannya.

2.

Selain karena kondisi sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Bank Indonesia c.q Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
dapat menunda persetujuan yang telah diberikan apabila kondisi
keuangan Bank memburuk, adanya rekomendasi dari otoritas
pengawas Lembaga Selain Bank untuk menunda berlakunya
persetujuan yang telah diberikan kepada Lembaga Selain Bank
tersebut, atau lemahnya manajemen risiko Bank atau Lembaga
Selain Bank yang dinilai dapat menimbulkan kerugian bagi pihak
yang terkait dalam kegiatan APMK dan/atau perekonomian
nasional.

3.

Jangka waktu penundaan persetujuan oleh Bank Indonesia c.q
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran sebagaimana
dimaksud pada angka 1 dan 2 ditetapkan dengan memperhatikan
kondisi Penerbit dan/atau Financial Acquirer, permasalahan
yang dihadapi oleh Penerbit dan/atau Financial Acquirer, serta
faktor lain yang terkait.

4.

Penerbit dan/atau Financial Acquirer baru dapat memulai
kegiatannya setelah mendapatkan pemberitahuan secara tertulis
mengenai …

19

mengenai

pencabutan

penundaan

persetujuan

dari

Bank

Indonesia c.q Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran.
5.

Bank Indonesia c.q Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
dapat membatalkan persetujuan yang telah diberikan apabila
kondisi keuangan Bank memburuk, adanya rekomendasi dari
otoritas pengawas Lembaga Selain Bank untuk membatalkan
persetujuan yang telah diberikan kepada Lembaga Selain Bank
tersebut, atau lemahnya manajemen risiko Bank atau Lembaga
Selain Bank yang dinilai dapat menimbulkan kerugian bagi pihak
yang terkait dalam kegiatan APMK dan/atau perekonomian
nasional.

6.

Penundaan atau pembatalan atas persetujuan yang telah diberikan
kepada Bank Umum Syariah atau UUS sebagai Penerbit dan/atau
Financial Acquirer dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai kegiatan usaha Bank Umum Syariah
dan UUS.

II.

PENGHENTIAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN APMK
1.

Penghentian kegiatan sebagai Penyelenggara dapat dilakukan oleh
Bank Indonesia atau atas permohonan dari Penyelenggara yang
bersangkutan.

2.

Bank Indonesia melakukan penghentian secara tetap penyelenggaraan
kegiatan APMK dalam hal:
a.

Penyelenggara kegiatan APMK tidak memenuhi ketentuan Bank
Indonesia setelah dikenakan sanksi penghentian sementara;

b.

Terdapat putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap yang menghukum Penyelenggara untuk menghentikan
kegiatan …

20

kegiatan APMK yang dilakukannya atau adanya permintaan
tertulis/rekomendasi dari otoritas yang berwenang melakukan
pengawasan terhadap Penyelenggara APMK; atau
c.

Adanya permintaan tertulis/rekomendasi kepada Bank Indonesia
dari otoritas pengawas yang berwenang untuk menghentikan
kegiatan usaha Penyelenggara, atau otoritas pengawas dimaksud
telah menghentikan kegiatan usaha Penyelenggara.

3.

Dalam hal Penyelenggara akan menghentikan kegiatan APMK yang
dilakukannya, Penyelenggara dimaksud harus melaporkan secara
tertulis kepada Bank Indonesia c.q Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran paling lambat 1 (satu) bulan sebelum Penyelenggara
menghentikan kegiatannya.

4.

Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 3 sekurang-kurangnya
memuat hal-hal sebagai berikut:
a.

alasan penghentian kegiatan; dan

b.

mekanisme penyelesaian hak dan kewajiban Penyelenggara dan
Pemegang Kartu;

5.

Bank Indonesia atas dasar ketentuan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 atau atas dasar laporan penghentian kegiatan oleh
Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada angka 3, menyampaikan
surat penegasan kepada Penyelenggara

mengenai penghentian

kegiatan tersebut dan sekaligus mencabut persetujuan yang telah
diberikan.
6.

Pelaksanaan

penghentian

kegiatan

oleh

Penyelenggara

harus

dilaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia c.q Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran paling lambat 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak tanggal penghentian kegiatan.
7. Dalam …

21

7.

Dalam hal Penyelenggara yang telah menghentikan kegiatannya
tersebut

akan

menyelenggarakan

kembali

kegiatan

APMK,

Penyelenggara tersebut harus mengajukan permohonan tertulis
sebelum

melakukan

kegiatannya

dengan

memenuhi

seluruh

persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Surat Edaran ini.
III.

LAIN-LAIN
1.

Bank atau Lembaga Selain Bank yang akan bertindak sebagai Penerbit
dan sekaligus sebagai Financial Acquirer, selain wajib memenuhi
persyaratan sebagai Penerbit sebagaimana dimaksud pada butir I.A.2
wajib pula memenuhi persyaratan sebagai Financial Acquirer
sebagaimana dimaksud butir I.A.3.

2.

Permohonan persetujuan untuk Bank dan/atau Lembaga Selain Bank
yang akan bertindak sebagai Penerbit dan sekaligus sebagai Financial
Acquirer sebagaimana dimaksud pada angka 1, dapat disampaikan
dalam satu permohonan.

3.

Bank dan/atau Lembaga Selain Bank yang telah memperoleh
persetujuan sebagai Penerbit dan akan melakukan kegiatan sebagai
Financial Acquirer dan/atau Technical Acquirer harus melaporkan
secara tertulis rencana kegiatan sebagai Financial Acquirer dan/atau
Technical Acquirer kepada Bank Indonesia.
Laporan tertulis sebagaimana tersebut di atas harus dilampiri dengan:
a.

Bukti kesiapan perangkat hukum, antara lain berupa:
1)

Fotokopi perjanjian tertulis atau pokok-pokok perjanjian
tertulis antara:
a)

Financial Acquirer dengan Penerbit lain dan penyedia
barang dan/atau jasa; atau

b) Technical Acquirer …

22

b)

Technical Acquirer dengan Penerbit lain, Financial
Acquirer lain, dan penyedia barang dan/atau jasa.

2)

Pengaturan mengenai hak dan kewajiban antara:
a)

Financial Acquirer dengan Penerbit lain dan penyedia
barang dan/atau jasa; atau

b)

Technical Acquirer dengan Penerbit lain, Financial
Acquirer lain, dan penyedia barang dan/atau jasa.

3)

Prosedur penyelesaian sengketa yang timbul diantara para
pihak.

b.

Bukti kesiapan manajemen likuiditas, khusus untuk Financial
Acquirer, antara lain meliputi:
1)

mekanisme pemenuhan kewajiban Financial Acquirer, dan

2)

mekanisme dalam hal Financial Acquirer mengalami gagal
bayar (failure to settle).

4.

Penerbit dan/atau Financial Acquirer yang akan bekerjasama dengan
Technical Acquirer dan/atau Perusahaan Switching wajib meminta
Technical Acquirer dan/atau Perusahaan Switching tersebut untuk
melaporkan kegiatannya secara tertulis kepada Bank Indonesia c.q
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran.
Permintaan Penerbit dan/atau Financial Acquirer tersebut dilakukan
secara tertulis atau dimuat dalam Perjanjian antara Penerbit dan/atau
Financial Acquirer dengan Technical Acquirer dan/atau Perusahaan
Switching.

5.

Laporan Technical Acquirer dan/atau Perusahaan Switching kepada
Bank Indonesia sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.

rencana waktu dimulainya kerjasama;

b.

nama dan jumlah Penerbit dan/atau Financial Acquirer yang telah
bekerjasama dengan Technical Acquirer dan/atau Perusahaan
Switching …

23

Switching; dan
c.

bukti pemenuhan standar uji keamanan sistem dari Technical
Acquirer dan/atau Perusahaan Switching berdasarkan hasil
pemeriksaan security auditor yang independen.

6.

Penyampaian Laporan
Laporan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran ini disampaikan
kepada:
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia
Gedung D Lantai 2, Kompleks Perkantoran Bank Indonesia
Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10110

IV.

KETENTUAN PERALIHAN
1.

Bank dan Lembaga Selain Bank yang telah menyelenggarakan
kegiatan APMK baik sebagai Prinsipal, Penerbit, dan/atau Financial
Acquirer sebelum tanggal 28 Desember 2004 wajib melaporkan secara
tertulis

kepada

Bank

Indonesia

mengenai

penyelenggaraan

kegiatannya.
2.

Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 wajib memuat:
a.

Profil perusahaan (company profile) dari Penyelenggara kegiatan
APMK, sekurang-kurangnya meliputi:
1)

nama, tempat, dan kedudukan perusahaan,

2)

bidang usaha perusahaan sesuai yang tercantum dalam Tanda
Daftar Perusahaan, khusus untuk Lembaga Selain Bank,

3)

sejarah singkat perusahaan,

4)

informasi

tentang

kegiatan

APMK

yang

telah

diselenggarakan, dan
5) pihak …

24

5)
b.

pihak yang bekerjasama dengan Penyelenggara tersebut.

Khusus untuk Penyelenggara yang berupa Lembaga Selain Bank,
laporan tersebut harus disertai pula dengan fotokopi akta
pendirian badan hukum atau fotokopi akta pendirian badan usaha
yang telah disahkan oleh pihak yang berwenang.

3.

Laporan yang memuat hal-hal sebagaimana dimaksud pada angka 2
wajib telah diterima oleh Bank Indonesia c.q Direktorat Akunting dan
Sistem Pembayaran paling lambat tanggal 31 Januari 2006.

4.

Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah bertindak sebagai
Prinsipal khusus dan Lembaga Selain Bank yang telah bertindak
sebagai Prinsipal umum, yang telah memiliki kantor perwakilan
(representative office) di wilayah Indonesia dan akan meningkatkan
status kantornya menjadi kantor cabang wajib melaporkan secara
tertulis rencana peningkatan status kantornya tersebut kepada Bank
Indonesia.

Ketentuan dalam Surat Edaran ini berlaku sejak tanggal 30 Desember 2005.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat
Edaran ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Demikian agar Saudara maklum.
BANK INDONESIA,

MOHAMAD ISHAK
DIREKTUR AKUNTING
DAN SISTEM PEMBAYARAN