Penerbitan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) berulangkali dalam Kasus La Nyalla Mattaliti dalam Prespektif Asas Kepastian Hukum Islam.

PENERBITAN SURAT PERINTAH PENYIDIKAN (SPRINDIK)
BERULANGKALI DALAM KASUS LA NYALLA MATTALITTI DALAM
PERSPEKTIF ASAS KEPASTIAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Oleh :
Moch. Supriadi Al-Furqani
NIM. C03212016

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM
PRODDI HUKUM PIDANA ISLAM
SURABAYA
2017

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerbitan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) dalam
Berulangkali dalam Kasus La Nyalla Mattaliti dalam Prespektif Asas Kepastian

Hukum Islam ” Skripsi ini merupakan penelitian untuk menjawab pertanyaan, 1)
Bagaimana Penerbitan Surat Perintah Penyidikan (SPRINDIK) dalam kasus La
Nyalla Mattaliti? 2) Bagaimana penerbitan surat perintah penyidikan (Sprindik)
berulangkali dalam kasus La Nyalla Mattaliti perspektif asas kepastian hukum
islam?
Penelitian ini adalah penelitian empiris, Penelitian hukum empiris didasarkan
pada kenyataan di lapangan atau melalui observasi (pengamatan) langsung.
Berkenan dengan tipologi dan klasifikasi penelitian, hukum normatif desertakan
dengan penelitian hukum doctrinal (doktrin), sedangkan penelitian hukum empiris
disertakan dengan penelitian non doctrinal (tanpa doktrin). Penelitian hukum
empiris yang mencakup penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) dan
penelitian terhadap efektifitas hukum. Penelitian hukum empiris hendak
mengadakan pengukuran terhadap peraturan perundang-undangan tertentu mengenai
efektivitasnya, maka definisi-definisi operasional dapat diambil dari peraturan
perundang-undangan.
Dari skripsi ini dapat disimpulkan 1) bahwa berawal dari penyidikan dan
penuntutan tindak pidana korupsi penyalahgunaan bantuan dana hibah yang diterima
kamar dagang dan industri Jawa Timur (KADIN JATIM) dari pemprov Jawa Timur
tersangka Diar Kusuma Putra dan tersangka Nelson Sembiring dengan dasar surat
perintah penyidikan KEJATI No.Print -163/0.5/Fd.1/02/2015 tanggal 17 februari

2015 dan surat perintah penyidikan No.Print-164/0.5/Fd.1/02/2015 tanggal 17
februari 2015. 2) Bahwa dalam hukum islam tentang penerbitan surat perintah
penyidik (SPRINDIK) dalam kasus La Nyalla Mattaliti perspektif asas kepastian
hukum islam. Menurut peneliti, perbuatan yang dilakukan oleh tersangka termasuk
dalam unsur jarimah ta’zir. Karena dengan alasan terdakwa mau mengembalikan
seluruh kerugian Negara yang bernilai Rp. 5.359.479.150.- yang disebabkan olehnya.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, sebaiknya penegak hukum lebih detail untuk
mengambil suatu keputusan agar tidak terjadi kesalahan fatal sehingga manfaat,
keadilan, dan kepastian hukum dapat terealisasikan di masyarakat secara ril.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................

i


PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
MOTTO .............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ...............................................................................................

v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................ xii
BAB I

PENDAHULUAN .........................................................................

1


A. Latar Belakang Masalah..............................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...............................................

4

C. Batasan masalah ..........................................................................

5

D. Rumusan Masalah .......................................................................

6

E. Tujuan Penelitian ........................................................................

6


F. Kegunaan Hasil Penelitian ..........................................................

6

G. Kajian pustaka .............................................................................

7

H. Definisi Operasional .................................................................... 10
I. Metode Penelitian ....................................................................... 11
J. Sistematika Pembahasan............................................................. 18

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM HUKUM POSITIF

DAN


ISLAM ........................................................................................... 20
A. Pengertian Asas Kepastian Hukum............................................. 20
B. Macam-macam Asas dalam Hukum Islam.................................. 21
C. Penjelasan Asas Kepastian Hukum dalam Islam dan Dasar
Hukumnya ................................................................................... 26
D. Unsur-unsur hukuman dalam Islam ............................................ 30
BAB III

PROFIL KEJAKSAAN TINGGI JAWA TIMUR DAN HASIL
WAWANCARA ........................................................................... 32
A. Sejarah Kejaksaan Tinggi Jawa Timur ....................................... 32
B. Visi dan Misi Kejaksaan Tinggi Jawa Timur ............................. 40
C. Tugas Pokok dan Fungsi Kejaksaan Tinggi Jawa Timur ........... 43
D. Logo dan Arti Logo Kejaksaan ................................................... 45
E. Doktrin Kejaksaan Tinggi Jawa Timur....................................... 47

BAB IV

PENERBITAN SURAT PERINTAH PENYIDIK (SPRINDIK)
BERULANGKALI DALAM KASUS LA NYALLA MATTALITI

DALAM PRESPEKTIF ASAS KEPASTIAN HUKUM ISLAM .... 67
A. Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) Berulangkali dalam
Kasus La Nyalla Mattaliti .......................................................... 67
B. Analisis Prespektif Asas Kepastian Hukum Islam ..................... 81

BAB V

PENUTUP....................................................................................... 84
A. Kesimpulan .................................................................................. 84
B. Saran ............................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Proses hukum acara pidana dan penegakannya memang tidak pernah
ada habisnya untuk dibahas, karena banyak lika-liku ketentuan hukum di
dalamnya yang berpotensi melanggar hak asasi manusia (HAM) seseorang.
Menurut almarhum Yap Thiam Hien yang mengatakan bahwa Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah sebuah “miniature” dari
konsitusi sebuah Negara hukum.
Dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
Penyidikan harus dibedakan dengan penyelidikan (upaya penyelidik
untuk mencari suatu

peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana) 1.

Sedangkan fungsi dikeluarkannya Surat Perintah Penyidikan (Sprindik), maka
sebelumnya perlu menjelaskan dasar hukum dikeluarkannya Sprindik
sebagaimana diatur Pasal 109 ayat (1) KUHAP yang menyatakan:


“Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu
peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu
kepada penuntut umum.”.
1

Pasal 1 angka 5 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Selain Pasal 109 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
di atas, ada juga ketentuan administatif penyidikan internal yang mengatur
mengenai Sprindik, yang dapat temukan di Pasal 1 angka 17, Pasal 4 huruf d,
Pasal 10 ayat (1), Pasal 15 dan Pasal 25 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun
2012 tentang Manajemen Penyidikan (Perkap No. 14 Tahun 2012).
Kasus hukum yang menjerat Ketua Umum Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Jawa Timur La Nyalla Mahmud Mattalitti dianggap sebagai

persoalan serius bangsa. Khususnya yang menyangkut sistem hukum dan
hubungan kelembagaan dalam tata negara Indonesia.
Seperti diketahui, KADIN Jatim pada tahun 2015 mengalami
permasalahan dalam pengelolaan Dana Hibah dari Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Jatim. Hal itu bermuara pada perkara hukum di awal tahun 2015
lalu. Yang pada akhirnya, Kejati Jatim menjerat dua orang pengurus KADIN
Jatim ke ranah hukum. namun, perkara tersebut sudah dinyatakan Inkra
(berkekuatan hukum tetap) terhitung sejak Desember 2015 lalu. Bahkan,
kerugian Negara telah dihitung oleh BPKP dan telah dikembalikan oleh
pelaku.
Persis sama dengan yang dilakukan pada saat perkara KADIN pada
tahun 2015 lalu. Sehingga dalam dua tahun ini, berturut-turut pengurus dan
staf KADIN Jatim dimintai keterangan dan menjadi saksi di Kejaksaan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Ternyata, perkara yang sudah inkra tersebut dibuka lagi oleh Kejati
Jatim di awal tahun 2016 dengan sebutan KADIN jilid dua. Penyidik Kejati

Jatim kembali memanggil hampir semua pengurus dan staf KADIN Jatim. 2
Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menetapkan Ketua Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Jawa Timur La Nyalla Mattalitti sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi dana hibah tahun 2012 sebesar Rp 5 miliar. Menurut berita
yang penulis kutip, uang tersebut diduga digunakan untuk membeli saham
Bank Jatim.3
Pada bulan mei 2016, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menerbitkan
Sprindik (Surat Perintah Penyidikan) jilid keempat untuk Ketua Umum
Persatuan Sepak Bola Selurih Indonesia itu. Penetapan tersangka sebelumnya,
oleh La Nyala yang kini kabur ke luar negeri selalu dibalas dengan
praperadilan. Hakim Pengadilan Negeri Surabaya selalu memenangkan
praperadilan La Nyalla. 4
Dengan adanya surat perintah penyidikan (SPRINDIK) berulangkali,
maka belum adanya asas kepastian hukum, terlebih kepastian hukum dalam
Islam. Seperti dalam QS. Al-Isra’ ayat 15 yang berbunyi:

2

Upaya Kriminalisasi Terhadap La Nyalla dan Kronologis Lengkap Dana Hibah Kadin Jatim,
http://www.liputan1.com/2016/02/05/upaya-kriminalisasi-terhadap-la-nyalla-dan-kronologislengkap-dana-hibah-kadin-jatim/. Diakses pada tanggal 02 Oktober 2016
3
La
Nyalla
Mattalitti
Jadi
Tersangka
Kasus
Korupsi
Dana
Hibah.
http://news.liputan6.com/read/2460401/la-nyalla-mattalitti-jadi-tersangka-kasus-korupsi-danahibah. Diakses pada tanggal 02 Oktober 2016
4
Sprindik
ke-4:
La
Nyalla
Tersangka
Lagi,
Praperadilan
Lagi.
https://m.tempo.co/read/news/2016/05/30/063775297/sprindik-ke-4-la-nyalla-tersangka-lagipraperadilan-lagi. Diakses Pada Tanggal 02 Oktober 2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

               
        
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang
lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul”.
Sedangkan dalam kaidah fiqh berbunyi:

‫ﺣﺪوْ د ﻓﻌﺎل ا ﻌ ء ْﺒ وروْ د ا ﻨﺺﱢ‬
“Tidak ada hukum bagi tindakan-tindakan manusia sebelum ada
aturan hukumnya”.
Bahasan terpenting dalam hal ini adalah daya berlaku surut (atsarun
raj’i). Pada prinsipnya aturan fiqh jinayah ini tidak berlaku surut. Meskipun
demikian, kalangan para ulama, ada yang berpendapat mengenai adanya
kekecualian dari hal tersebut.
Hal inilah yang menuntun peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerbitan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik)
BerulangKali Dalam Kasus La Nyalla Mattalitti dalam Perspektif Asas
Kepastian Hukum Islam”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah
dapat diidentifikasi sebagai berikut :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

1. Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menetapkan Ketua Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Jawa Timur La Nyalla Mattalitti sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi dana hibah tahun 2012 sebesar Rp 5 miliar.
2. Dalam perspektif hukum positif, penerbitan Surat Perintah Penyidikan
(Sprindik) berulang-ulang kali memang bukan menjadi suatu masalah.
3. Pada bulan mei 2016, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menerbitkan Sprindik
(Surat Perintah Penyidikan) jilid keempat untuk Ketua Umum Persatuan
Sepak Bola Selurih Indonesia itu. Penetapan tersangka sebelumnya, oleh La
Nyala yang kini kabur ke luar negeri selalu dibalas dengan praperadilan.
Hakim Pengadilan Negeri Surabaya selalu memenangkan praperadilan La
Nyalla.
4. Sedangkan dalam hukum Islam tentang asas kepastian hukum, maka hal
tersebut menimbulkan persoalan yang perlu diteliti kembali.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi yang telah dikemukakan di atas, agar
penelitian terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dibahas, maka
penulis memberi batasan permasalahan pada : Asas kepastian hukum dalam
Islam pada kasus penerbitan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) berulang
kali dalam kasus La Nyalla Mattalitti.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerbitan surat perintah penyidikan (Sprindik) dalam kasus La
Nyalla Mattalitti ?
2. Bagaimana penerbitan surat perintah penyidikan (Sprindik) berulang kali
dalam kasus La Nyalla Mattalitti dalam perspektif Asas Kepastian Hukum
Islam ?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana Penerbitan Surat Perintah Penyidikan
(Sprindik) dalam kasus La Nyalla Mattalitti.
2. Untuk mengetahui bagaimana Penerbitan Surat Perintah Penyidikan
(Sprindik) berulang kali dalam kasus La Nyalla Mattalitti dalam perspektif
Asas Kepastian Hukum Islam.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan hasil dari penelitian ini yaitu :
1. Manfaat praktis
Mengetahui bagaiamana asas kepastian hukum dalam Islam pada
Penerbitan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) berulang kali dalam kasus
La Nyalla Mattalitti.
2. Manfaat teoritis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

a. Dapat

dijadikan

sebagai

salah

satu

sarana

penulis

dalam

mempraktekkan ilmu-ilmu pengetahuan (teori) yang telah penulis
dapatkan selama di institusi tempat penulis belajar.
b. Bagi Pembaca dapat digunakan sebagai referensi serta informasi
mengenai asas kepastian hukum dalam Islam pada Penerbitan Surat
Perintah Penyidikan (Sprindik) berulang kali dalam kasus La Nyalla
Mattalitti.
G. Kajian Pustaka
Untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap objek
yang sama serta menghindari anggapan plagiasi karya tertentu, maka perlu
pengkajian terhadap karya-karya yang telah ada. Diantara penelitian yang
sudah pernah dilakukan adalah sebagai berikut.
Skripsi Tria Rosita Oktarina dengan judul “Pelaksanaan Penyelidikan

dan Penyidikan Perkara Pidana Carok Massal di Wilayah Hukum Polwil
Madura”. Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan penyelidikan dan
penyidikan suatu perkara pidana carok massal yang dilakukan oleh Polres
Pamekasan yang notabennya berada diwilayah hukum Polwil Madura.
Penelitian ini termasuk penelitian empiris yang bersifat deskriptif yang
mengunakan data primer dan data sekunder, dimana penulis mengumpulkan
data-data dari narasumber yang terkait yakni aparat penyidik Polres
Pamekasan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi
dokumen. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, ternyata
pelaksanaan penyelidikan dan penyelidikan perkara carok masal ini adalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

sebagai berikut: 1) Petugas mengetahui telah terjadi suatu tindak pidana baik
melalui laporan, pengaduan, pengetahuan penyidik sendiri,atau melaui media.
2) Setelah dinyatakan memang merupakan tidak pidana maka dilakukan
tindakan penyidikan. 5
Skripsi Indarwati Darmastuti dengan judul “Proses Penyidikan dalam

Upaya Penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan Di Polresta Surakarta (Studi
Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol. BP/113/IV/2005/Reskrim). Skripsi ini
membahas mengenai proses penyidikan dalam upaya penyelesaian berita acara
pemeriksaan

perkara

pembunuhan

berencana

di

Polresta

Surakarta.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pelaksanaan penanganan perkara pembunuhan berencana yaitu penyidikan,
dimulai dari diketahui terjadinya tindak pidana pembunuhan berecana yaitu
dari laporan saksi pertama kemudian dibuatkan laporan polisi. Sedangkan
penyidikan, yaitu membuat surat perintah penyidikan, membuat surat perintah
tugas, melakukan pemanggilan terhadap saksi, melakukan pemeriksaan saksi
dan tersangka, melakukan upaya paksa, menyusun sampul berkas perkara,
serta menyerahkan berkas perkara kepada kejaksaan. 6
Jurnal Gebrandy Alfrendo Lalolarang yang berjudul “Kajian Yurudis

Penetapan

Sprindik

Berulangkali

oleh

Kejaksaan

Setelah

Gugatan

Praperadilan Diterima (Studi Kasus La Nyalla Mattalitti). Penelitian ini

5

Tria Rosita Oktarina, “Pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan Perkara Pidana Carok Massal
di Wilayah Hukum Polwil Madura”. (Skripsi—Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2008).
6
Indarwati Darmastuti, “Proses Penyidikan dalam Upaya Penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan
Di Polresta Surakarta (Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol. BP/113/IV/2005/Reskrim)”.
(Skripsi—Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

dilakukan

dengan

tujuan

untuk

mengetahui

bagaimana

pengaturan

Praperadilan menurut KUHAP dan bagaimana akibat hukum status tersangka
La Nyalla Mattalitti pasca dikabulkannya Putusan Praperadilan. Dengan
menggunakan metode penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. Lembaga
Praperadilan bertujuan

melindungi hak-hak asasi tersangka dari tindakan

sewenang-wenang dan melanggar hukum oleh aparat penegak hukum. Sebagai
manusia biasa, para aparat penegak hukum itu dapat saja keliru atau khilaf
menetapkan status tersangka, bahkan pada putusan pengadilan dapat saja
terjadi “obscuur libel” atau “obscuur in persona” yang merupakan bentuk
penyalahgunaan wewenang atau penyalahgunaan kekuasaan yang tidak
dibenarkan menurut hukum. 2. Dikabulkannya Praperadilan La Nyalla
Mattalitti oleh Pengadilan Negeri Surabaya yang ditanggapi oleh Termohon,
Kajati Jawa Timur dengan menerbitkan Sprindik baru sebagai tersangka,
menyebabkan di antara aparat penegak hokum terjadi benturan pendapat dan
sikap yang mempertontonkan tidak solid dan tidak akrabnya hubungan secara
kelembagaan di antar aparat penegak hukum, oleh karena masing-masing
berpijak pada dasar hukum itu sendiri. Kejaksaan dapat menjadi penyelidik
sekaligus penuntut umum pada tindak pidana tertentu seperti tindak pidana
khusus misalnya tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang,
dengan substansi yang hendak dicapainya ialah mengembalikan kerugian
keuangan negara melalui mekanisme Jaksa sebagai Pengacara Negara atau
Pemerintah. 7
7

Gebrandy Alfrendo Lalolarang, “Kajian Yurudis Penetapan Sprindik Berulangkali oleh

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Dari beberapa skripsi maupun jurnal di atas, belum menjelaskan
secara jelas mengenai asas kepastian hukum dalam Islam pada penerbitan
Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) berulang kali dalam kasus La Nyalla
Mattalitti. Apalagi dalam masalah yang penulis teliti merupakan bentuk
penilitian yang baru, jadi masih belum banyak yang meneliti mengenai
masalah tersebut.
H. Definisi Operasional
Sebagai gambaran di dalam memahami suatu pembahasan maka perlu
sekali adanya pendefinisian terhadap judul yang bersifat operasional dalam
penulisan skripsi ini agar mudah dipahami secara jelas tentang arah dan
tujuannya.
Adapun judul skripsi ini “Penerbitan Surat Perintah Penyidikan
(Sprindik) BerulangKali Dalam Kasus La Nyalla Mattalitti dalam Perspektif
Asas Kepastian Hukum Islam”. Dan agar tidak terjadi kesalapahaman di
dalam memahami judul skripsi ini, maka perlu kiranya penulis uraiakan
tentang pengertian judul tersebut sebagai berikut :
Surat

Perintah

(SPRINDIK)

Penyidikan : Surat Perintah yang dikeluarkan
oleh

Atasan

Penyidik

kepada

Penyidik Pembantu yang namanya
tercantum dalam Surat Perintah
Penyidikan,

setelah

adanya

Kejaksaan Setelah Gugatan Praperadilan Diterima (Studi Kasus La Nyalla Mattalitti)”, (Jurnal—
Lex Crimen Vol V/No. 6/Ags, 2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

kesimpulan

dari

gelar/evaluasi

hasil penyelidikan bahwa telah
terjadi tindak pidana. Sehingga
dengan demikian sprindik ditanda
tangani oleh atasan penyidik. Dan
atasan penyidik adalah Pejabat
yang secara struktur berkedudukan
sebagai atasan Penyidik. 8
Kasus La Nyalla Mattalitti

: Tersangka kasus dugaan korupsi
dana hibah tahun 2012 sebesar Rp
5 miliar. Uang tersebut diduga
digunakan untuk membeli saham
Bank Jatim.

Asas Kepastian Hukum Islam

: Asas yang menyatakan bahwa
tidak ada satu perbuatan yang
dapat

dihukum

kekuatan
yang

ada

kecuali

ketentuan
dan

atas

peraturan

berlaku

pada

perbuatan itu. 9

8

Pengertian Sprindik.
http://infowuryantoro.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-sprindik.html.
Diakses pada tanggal 04 Oktober 2016.
9
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), 129.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

I. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang akan dipakai adalah penelitian hukum empiris.
Penelitian

hukum empiris didasarkan pada kenyataan di lapangan atau

melalui observasi (pengamatan) langsung. Berkenaan dengan tipologi dan
klasifikasi penelitian, hukum normatif disetarakan dengan penelitian hukum

doctrinal, sedangkan penelitian hukum empiris disetarakan dengan penelitian
non doktrinal. 10 Penelitian hukum empiris yang mencakup penelitian terhadap
identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap efektifitas hukum.
Penelitian hukum empiris hendak mengadakan pengukuran terhadap peraturan
perundang-undangan tertentu mengenai efektivitasnya, maka definisi-definisi
operasional dapat diambil dari peraturan perundang-undangan tersebut. 11
1. Data yang dikumpulkan
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan
menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan
data yang dipakai untuk suatu keperluan. Adapun data yang perlu
dikumpulkan sebagai berikut :
a. Hasil wawancara dari pihak Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.
b. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

2. Sumber Data

10

Syamsudin Pasamai, Metodologi Penelitian & Penulisan Karya Ilmiah Hukum, (Makassar: PT.
Umitoha, 2010), 66.
11
Muktifajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 153.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Sebagaimana lazimnya penelitian hukum di masyarakat (sosio-legal

research), penelitian ini membutuhkan data baik data primer yang berasal
dari informan, maupun data sekunder yang berasal dari “bahan hukum”.
Data primer yang diperlukan berupa informasi yang terkait dengan
penerbitan Sprindik atas kasus Laa Nyalla Mattalitti jika dianalisis dengan
asas kepastian hukum Islam. Dalam hal ini yaitu Maruli Hutagalung selaku
Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan beberapa staf Kejaksaan Tinggi
Jawa Timur yang menangani kasus tersebut.
Data sekunder adalah data yang bersumber dari Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP), literatur, peraturan perundangundangan yang terkait dengan proses penyidikan dan penyelidikan, serta
hasil-hasil penelitian sebelumnya.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. 12
a. Observasi
Obeservasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
menggunakan pertolongan indra mata. observasi juga merupakan salah
satu tehnik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode
12

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 224.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan
menggunakan panca indera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran,
untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek,
kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Penulis melakukan observasi secara langsung di Kejaksaan Tinggi
Jawa Timur.
b. Studi Dokumenter
Penelitian untuk mengumpulkan data sekunder dilakukan dengan
studi dokumentasi, khususnya Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), peraturan perundang-undangan, dan peraturan lain
yang membahas mengenai penyidikan dan penyelidikan.
c. Wawancara
Dalam hal ini dilakukan survai dan wawancara dengan metode

depth interview atau wawancara mendalam untuk mengumpulkan
data

yang

berkaitan

dengan permasalahan yang

dihadapi.13

Wawancara juga dilakukan dengan menggunakan petunjuk wawancara

(guided interview) sebagai petunjuk atau pedoman dalam melakukan
wawancara. Wawancara dilakukan terhadap pejabat daerah terutama
13

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Cetakan keempat, (Jakarta: Kencana, 2014), 45.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

dari Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan beberapa staf-staf yang
menangani kasus tersebut.
4. Teknik Pengolahan Data
Pada Jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus
dilakukan setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai. Dalam hal
ini, data sementara yang terkumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah
dan dilakukan analisis data secara bersamaan. Pada saat analisis data, dapat
kembali lagi ke lapangan untuk mencari tambahan data yang dianggap
perlu dan mengolahnya kembali. Pengolahan data dalam penelitian
kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasikan atau mengkategorikan
data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitannya. 14
Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang
muncul
dilakukan

dari

catatan-catatan

adalah

menajamkan

lapangan.
analisis,

Langkah-langkah

yang

menggolongkan

atau

pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang direduksi antara lain

14

Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif. Pendekatan. (Jakarta:
Prenada Media Group, 2006), 173

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

seluruh data mengenai permasalahan penerbitan Sprindik berulangkali
pada kasus Laa Nyalla Mattalitti jika dianalisis dengan asas kepastian
hukum Islam.
b. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah
penyajian data. Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam penelitian ini, data yang disajikan yaitu mengenai tentang
hasil wawancara dari pihak terkait yang ada di Kejaksaan Tinggi Jawa
Timur.
c. Verifikasi
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data
yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan
atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti,
keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi.
Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih dahulu dilakukan
reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi
dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Dalam penelitian ini, penulis memberikan verifikasi yang
menyatakan bahwa penerbitan Sprindik berulangkali jika dalam asas

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

kepastian hukum Islam perlu dikaji kembali keabsahan kepastin hukum
nya.

Namun

hal

tersebut

perlu

pembuktian

mendalam

agar

mengetahuinya.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah sebagai bagian dari proses pengujian data yang
hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan
penelitian. 15 Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara.
Analisa data dapat dilakukan setelah memperoleh data-data, baik
dengan observasi, wawancara, serta dokumentasi. Kemudian data-data
tersebut diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan akhir penelitian.
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif yaitu cara analisis yang cendrung menggunakan katakata untuk menjelaskan fenomena atau data yang diperoleh. 16
Data kualitatif digunakan untuk menganalisa data yang tidak
berbentuk angka dan digunakan untuk analisa data deskriptif kualitatif
dengan menggunakan metode induktif. Metode induktif adalah bermula
dari fakta-fakta khusus, peristiwa konkrit yang kemudian ditarik
generalisasi-generalisasi yang bersifat umum. 17

15

Indriantoro, Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, (Yogyakarta:
BPFE, 2002), 11.
16
Drajat Suharjo, Metode Penelitian dan Penulisan Laporan Ilmiah, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1993), 178.
17
Sutrisno Hadi, Metodelogi Research jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Pada saat wawancara penulis sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisa terasa belum memuasakan, maka penulis akan melanjutkan
pertanyaan lagi sampai tahap tertentu hingga diperoleh data yang dianggap
kredibel yang disebut data collection. Aktivitas dalam analisis data yaitu

data reduction, data display, dan conclusion drawing or verification. 18
Data-data yang sudah dikumpulkan yakni data

collection akan

direduksi yaitu dilakukan dengan cara mengurangi data yang tidak sesuai
dengan fokus penelitian. Setelah data direduksi, data didisplay yaitu
dibedakan berdasarkan jenis klasifikasi yang telah ditentukan. Data yang
direduksi dan didisplay, maka tahap selanjutnya adalah verification data
yang ada dengan kebenarannya setelah itu penarikan kesimpulan.
J. Sistematika Pembahasan
Sistematika

pembahasan merupakan suatu

penjabaran secara

deskriptif tentang hal-hal yang peneliti tulis dalam skripsi ini yang secara
garis besar terdiri dari lima bab.
Bab satu diuraikan tentang permasalahan secara umum yang meliputi
latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, kajian pustaka, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

18

Sugiono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cetakan ke 11, (Bandung: Alfa
Beta, 2012), 246.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Bab dua membahas kajian pustaka tentang tentang teori-teori yang
mendukung dalam penelitian diantaranya meliputi Asas kepastian hukum
dalam Islam.
Bab tiga membahas tentang data yang akan memaparkan tentang
hasil wawancara dengan Kepala dan beberapa pihak Kejaksaan Tinggi Jawa
Timur yang terkait kasus Laa Nyaalla Mattalitti.
Bab empat membahas tentang hasil dan pembahasan yang akan
mengemukakan tentang bagaimana penerbitan Surat Perintah Penyidikan
(Sprindik) berulang kali dalam kasus La Nyalla Mattalitti dan bagaimana
dalam perspektif Asas Kepastian Hukum Islam
Bab lima berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan selanjutnya
memberikan saran yang ditujukan untuk perbaikan perbaikan kondisi
penulisan yang akan datang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM HUKUM POSITIF DAN ISLAM

A. Pengertian Asas Kepastian Hukum
Kepastian adalah kata berasal dari pasti, yang artinya tentu; sudah
tetap; tidak boleh tidak; suatu hal yang sudah tentu. Seorang filsuf hukum
Jerman yang bernama Gustav Radbruch mengajarkan adanya tiga ide dasar
hukum, yang oleh sebagian besar pakar teori hukum dan filsafat hukum, juga
diidentikan sebagai tiga tujuan hukum, diantaranya keadilan, kemanfaatan
dan kepastian hukum. 1
Asas kepastian hukum adalah suatu jaminan bahwa suatu hukum
harus dijalankan dengan cara yang baik atau tepat. Kepastian pada intinya
merupakan tujuan utama dari hukum. Jika hukum tidak ada kepastian maka
hukum akan kehilanfan jati diri serta maknanya. Jika hukum tidak memiliki
jati diri maka hukum tidak lagi digunakan sebagai pedoman perilaku setiap
orang.
Munculnya

hukum

modern

membuka

pintu

bagi

masuknya

permasalahan yang tidak ada sebelumnya yang sekarang kita kenal dengan
nama kepastian hukum itu sendiri. Kepastian hukum merupakan sesuatu
yang baru, tetapi nilai nilai keadilan dan kemanfaatan secara tradisional
sudah ada sebelum era hukum modern, bahkan dalam ajaran hukum Islam.
Dalam hal ini aturan yang dijadikan pedoman adalah Al-Qur’an dan hadist

1

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2006), 847

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

sebagai dasar utama, disisi lain masih ada ketentuan-ketentuan lainnya,
misalnya, ijma’, qiyas, dsb.

B. Macam-Macam Asas-Asas Dalam Hukum Islam
Hukum pidana Islam merupakan terjemahan dari kata Fikih Jinayah.
Fikih Jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau
perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang
dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil
hukum yang terperinci dari al-Qur’an dan Hadist. Tindakan kriminal
dimaksud, adalah tindakan-tindakan kejahatan yang mengganggu umum
serta tindakan melawan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari
al-Qur’an dan Hadist. Hukum Pidana Islam merupaka Syari’at Allah yang
mengandung kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun
akhirat. 2
Jika kita berbicara tentang hukum, secara sederhana segera terlintas
dalam pikiran kita peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang
mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau
norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan olehpenguasa. Bentuknya mungkin berupa hukum yang tidak
tertulis seperti hukum adat, mungkin juga berupa hukum tertulis dalam

2

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

peraturan perundang-undangan seperti hukum Barat. Hukum Barat melalui
asas konkordansi, sejak pertengahan abad ke-19 (1855) berlaku di Indonesia.
Hukum dalam konsepsi seperti hukum Barat adalah hukum yang sengaja
dibuat oleh manusia untuk mengatur kepentingan manusia itu sendiri dalam
masyarakat tertentu. Dalam konsepsi hukum perundang-undangan (Barat),
yang diatur oleh hukum hanyalah hubungan manusia dengan manusia dan
benda dalam masyarakat.
Di samping itu, ada konsepsi hukum lain, di antaranya adalah
konsepsi Hukum Islam. Dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh
Allah, tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan
benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan-hubungan lainnya, karena
manusia yang hidup dalam masyarakat itu mempunyai berbagai hubungan.
Hubungan-hubungan itu adalah hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan
manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya.
Sedangkan untuk tujuan Hukum Islam sendiri secara umum sering
dirumuskan bahwa tujuan Hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia
di dunia ini dan di akhirat kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang
bermanfaatmdan mencegah atau menolak yang mudarat, yaitu yang tidak
berguna bagi hidup dan kehidupan. Dengan kata lain, tujuan Hukum Islam
adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individual
dan sosial. Abu Ishaq al Shatibi merumuskan lima tujuan Hukum Islam,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

yakni memelihara (1) agama, (2) jiwa, (3) akal, (4) keturunan, dan (5) harta. 3
Hukum Islam juga mengandung asas-asas, asas Hukum Islam berasal
dari

sumber

Hukum

Islam

terutama

al-Qur’an

dan

Hadist

yang

dikembangkan oleh akal pikiran orang yang memenuhi syarat untuk
berijtihad. Asas-asas Hukum Islam banyak, disamping asas-asas yang bèrlaku
umum, masing-masing bidang dan lapangan mempunyai asanya sendirisendiri. Asas-asas umum Hukum Islam adalah asas-asas hukum yang
meliputi semua bidang dan lapangan Hukum Islam, yaitu sebagai berikut :
1. Asas Keadilan
Asas keadilan adalah asas yang penting dan mencakup semua asas
dalam bidang Hukum Islam. Akibat dari pentingnya asas dimaksud,
sehingga Allah Swt. mengungkapkan di dalam al-Qur’an lebih dari 1.000
kali, terbanyak disebut setelah kata Allah dan ilmu pengetahuan. Banyak
ayat

al-Qur’an yang memerintahkan manusia berlaku adil dan

menegakkan keadilan di antaranya adalah Surat Shadd ayat 26 :

           
             
 
     

3

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa)
di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan”.
Allah memerintahkan agar manusia menegakkan keadian, menjadi
saksi yang adil walaupun terhadap diri sendiri, orang tua dan keluarga
dekat. Berdasarkan semua itu, dapat disimpulkan bahwa keadilan adalah
asas yang mendasari proses dan sasaran Hukum Islam.
2. Asas Kemanfaatan
Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastian hukum,
seyogyanya

dipertimbangkan

kemanfaatannya,

baik

bagi

yang

bersangkutan sendiri maupun bagi kepentingan masyarakat. Dalam
menerapkan ancaman hukum mati terhadap seseorang yang melakukan
pembunuhan, misalnya dapat dipertimbnagkan kemanfaatan penjatuhan
hukum itu bagi diri terdakwa sendiri dan bagi masyarakat. Kalau hukum
mati yang akan dijatuhkan itu lebih bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat, hukuman itulah yang dijatuhkan. Kalau tidak menjatuhkan
hukum mati lebih bermafaat bagi terdakwa sendiri dan keluarga atau
saksi korban, ancaman hukuman mati dapat diganti dengan hukuman
danda yang dibayarkan kepada keluarga terbunuh. Asas ini ditarik dari alQur’an Surat Al-Baqarah ayat 178 yang berbunyi:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

           

           

             
    

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah
(yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah
(yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan
cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas
sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih”.
Disamping asas-asas umum tersebut di atas, didalam hukum
pidana juga terdapat asas-asas hukum Islam. Di antaranya adalah :
a. Asas Legalitas
Asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada
pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang
yang mengaturnya. Asas ini berdasarkan surat al-Qashsash ayat 59
ayat ini mengatakan bahwa Allah tidak akan mengadzab siapapun
juga kecuali jika ia telah mengutus Rosul-Nya. Asas ini melahirkan
kaidah yang berbunyi, “tidak ada hukum bagi tindakan-tindakan
manusia sebelum ada aturan hukumnya. 4
b. Asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain

4

Juhaya S. Praja,Filsafat Hukun Islam,(Bandung : LPPM- Universitas Islam), 115

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Asas ini adalah asas yang menyatakan bahwa setiap perbuatan
manusia, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang jahat akan
mendapatkan imbalan yang setimpal. Asas ini terdapat di dalam
berbagai surat dan ayat di dalam al-Qur’an: surat al-An’aam ayat 165,
al-Faathir ayat 18, az-Zumar ayat 7, an-Najam ayat 38, al-Muddatsir
ayat 38. Sebagai contoh pada ayat 38 surat al-Muddatstir Allah
menyatakan bahwa setiap orang terikat kepada apa yang dia kerjakan,
dan setiap orang tidak akan memikul dosa atau kesalahan yang dibuat
oleh orang lain.
c. Asas praduga tak bersalah
Asas praduga tak bersalah adalah asas yang mendasari bahwa
seseorang yang dituduh melakukan sesuatu kejahatan harus dianggap
tidak bersalah sebelum hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan
menyatakan dengan tegas kesalahannya itu. Asas ini diambil dari
ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi sumber asas legalitas dan asas
larangan memindahkan kesalahan pada orang lain yang telah
disebutkan diatas tadi

C. Penjelasan Asas Kepastian Hukum dalam Islam dan Dasar Hukumnya
Asas kepastian hukum adalah suatu jaminan bahwa suatu hukum
harus dijalankan dengan cara yang baik atau tepat. Kepastian pada intinya

.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

merupakan tujuan utama dari hukum. Jika hukum tidak ada kepastian maka
hukum akan kehilangan jati diri serta maknanya. Jika hukum tidak memiliki
jati diri maka hukum tidak lagi digunakan sebagai pedoman perilaku setiap
orang. Dalam asas kepastian hukum, tidak boleh ada hukum yang saling
bertentangan, hukum harus dibuat dengan rumusan yang bisa dimengerti oleh
masyarakat umum. Pengertian asas kepastian hukum juga terkait dengan
adanya peraturan dan pelaksanaannya. Kepastian hukum akan mengarahkan
masyarakat untuk bersikap positif pada hukum negara yang telah ditentukan.
Dengan adanya asas kepastian hukum, maka masyarakat bisa lebih tenang
dan tidak akan mengalami kerugian akibat pelanggaran hukum dari orang
lain. 5
Di samping itu kepastian hukum dapat diartikan jaminan bagi
anggota masyarakat, bahwa semuanya akan diperlakukan oleh negara atau
penguasa berdasarkan peraturan hukum, tidak dengan sewenang-wenang.
Kepastian hukum merupakan salah satu prinsip, asas utama dari penerapan
hukum disamping dan sering berhadapan dengan asas keadilan. Kepastian
hukum menuntut lebih banyak penafsiran secara harfiah dari ketentuan
undang-undang. 6
Paham negara hukum berdasarkan keyakinan bahwa kekuasaan
negara harus dijalankan atas dasar hukum yang baik dan adil. Jadi ada dua

5

Asas Kepastian Hukum. http://pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-asas-kepastian-hukum.
Diakses pada tanggal 02 Januari 2017.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

unsur dalam paham negara hukum. Pertama, bahwa hubungan antara yang
memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan, melainkan
berdasarkan suatu norma objektif yang juga mengikat pihak yang
memerintah. Kedua, bahwa norma objektif itu, hukum memenuhi syarat
bukan hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan dengan idea
hukum. Hukum menjadi landasan segenap tindakan negara, dan hukum itu
sendiri harus baik dan adil. Baik karena sesuai dengan apa yang diharapkan
masyarakat dari hukum, dan adil karena maksud dasar segenap hukum adalah
keadilan. 7 Demikian maka, pengertian negara berdasarkan hukum berarti
bahwa segala kehidupan berbangsa dan bernegara dan bermasyarakat harus
didasarkan atas hukum. Hal ini berarti hukum mempunyai kedudukan yang
tinggi dan setiap orang baik pemerintah ataupun warga negara harus tunduk
terhadap hukum. 8 Kepastian hukum merupakan suatu kebutuhan langsung
masyarakat.
Selain dalam hukum positif, kepastian hukum juga diatur dalam
Islam, hal tersebut bertujuan agar segala hajat hidup manusia dapat berjalan
dengan semestinya, tentunya dengan berpedoman dengan Al-Qur’an dan
Hadist.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Israa’ ayat 15, Allah Swt berfirman:

6

H. Ridwan Syahrani, Kata-Kata Kunci Mempelajari Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Alumni, 2009),
124.
7
Frans Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1994), 295.
8
Jum Anggraeni, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 37.

digilib.uinsby.ac.id digilib.ui