PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA KELAS X DI SMK TAMAN PENDIDIKAN ISLAM GEDANGAN SIDOARJO.

PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA
KELAS X
DI SMK TAMAN PENDIDIKAN ISLAM GEDANGAN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:
Miftakhul Janah

NIM D03212018

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2017

ABSTRAK
Miftakhul Jannah: Peran Guru BK Dalam Meningkatkan Self Control Siswa
Kelas X di SMK TPI (Taman Pendidikan Islam) Gedangan-Sidoarjo.
Pembimbing : Machfud Bachtiyar, MPd.I
Bimbingan konseling di sekolah mempunyai peranan yang begitu penting

demi mengoptimalkan proses pembelajaran dan perkembangan dalam Self Control
siswa. Salah satu cara agar guru BK bisa membantu siswa dalam mengontrol
sikap serta perilaku dan pengendalian diri yang baik yaitu dengan melakukan
pendekatan kepada siswa agar siswa merasa nyaman serta terbuka kepada guru
BK (konselor) dan mencari sumber permasalahan yang dihadapi siswa. Serta
mengadakan layanan bimbingan kelompok dikelas dengan memberikan nasehat
dan motivasi kepada siswa.
Untuk itu di samping orang tua, konselor di sekolah juga mempunyai
peranan penting dalam membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya,
keterbukaan hati konselor dalam membantu kesulitan remaja, akan menjadikan
remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran
guru BK dalam meningkatkan Self Control siswa sekaligus untuk mengetahui
faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat terhadap peran guru BK
dalam meningkatkan Self Control tersebut. Dan penelitian ini dilakukan kepada
satu orang guru BK dan siswa SMK TPI Gedangan-Sidoarjo sebagai informan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, metode
yang digunakan adalah wawancara dan dokumenter untuk membentuk Self
Control siswa di SMK TPI Gedangan. Subjek ada beberapa orang siswa kelas X
TPM I yang memiliki Self Control kurang baik.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulakan bahwa peran guru BK
dalam meningkatkan Self Control siswa di SMK TPI Gedangan adalah dengan
pemberian layanan bimbingan konseling, dan pendekatan kepada siswa secara
keseluruhan, peran yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling dirasakan
sudah cukup baik. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru BK dipengaruhi dengan
latar belakang pendidikan guru BK yang sudah sesuai. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi Self Control siswa adalah faktor lingkungan sekitar dan
pergaulan

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................

i


HALAMAN PERNYATAAN............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
E. Definisi Operasional........................................................................... 11
F. Sistematika Penelitian ........................................................................ 13

BAB II: KAJIAN TEORI .................................................................................. 16
A. PEMBAHASAN TENTANG BIMBINGAN KONSELING ........ 16
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling .......................................... 16
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling .................................... 18


x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Jenis-jenis Layanan Bimbingan Konseling .................................. 20
B. PEMBAHASAN TENTANG PERAN KONSELOR .................... 22
1. Pengertian Konselor .................................................................... 22
2. Fungsi dan Tugas Konselor ......................................................... 23
C. PEMBAHASAN TENTANG SELF CONTROL............................ 33
1. Pengertian Self Control................................................................. 33
2. Jenis-jenis Self Control ................................................................. 37
3. Ciri-ciri Self Control . ................................................................... 37
4. Aspek-Aspek dalam Self Control ................................................ 38
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Control ........................ 40
D. PEMBAHASAN TENTANG PROBLEMATIKA BIMBINGAN
DAN KONSELING

41

1. Problematika Eksternal (Masyarakat)


41

2. Problematika Internal (Konselor)

44

3. Problematika dalam Dunia Pendidikan

47

4. Alternatif Pemecahan Problem Bimbingan Konseling

51

BAB III: METODE PENELITIAN .................................................................. 58
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ....................................................... 58
B. Informan Penelitian ........................................................................... 59
C. Sumber Data ...................................................................................... 60
D. Tahap Penelitian ................................................................................ 62

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 64
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 67
x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV: PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ................................ 71
A. PENYAJIAN DATA ........................................................................ 71
1. Kondisi Self Control Siswa Kelas X di SMK TPI GEDANGAN
SIDOARJO……………………………………………………73
2. Peran Guru Bk dalam Meningkatkan Self Control Siswa di SMK
TPI GEDANGAN SIDOARJO ................................................... 77
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Bk dalam
Meningkatkan Self Control Pada Siswa ....................................... 84
B. ANALISA DATA ............................................................................. 87
1. Analisis Self Control Siswa di SMK TPI GEDANGAN
SIDOARJO ................................................................................... 88
2. Analisis Peran Guru Bk dalam Meningkatkan Self Control
Siswa di SMK TPI GEDANGAN SIDOARJO ………………89
3. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Bk dalam

Pelaksanaan Bimbingan Konseling …………………………..94
BAB V: PENUTUP ............................................................................................ 97
A. KESIMPULAN ................................................................................. 97
B. SARAN ............................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama
Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian
tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan. Sebagai sebuah sistem,

kehadirannya diperlukan dalam upaya pembimbingan sikap perilaku siswa
terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan dirinya menuju jenjang
usia yang lebih lanjut. 1
Permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak
dapat dihindari meski dengan proses belajar dan pembelajaran yang sangat
baik. Hal tersebut disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa
banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah.2
Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja,
termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk mengikuti
proses belajar dan pembelajaran sesuai apa yang dibutuhkan, diatur, atau
diharapkan. Apabila para siswa tersebut belajar sesuai dengan kehendak

1

Wardati, M.Pd.& Mohammad Jauhar, S.Pd. Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.
(jakarta :Prestasi Pustakaraya) 2011, hal,27
2

Sahilun. A. Nasir, Peran Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam
Mulia), 2002, hal, 13


1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas, maka upaya belajar siswa tersebut
tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan kehidupan sosial
dewasa ini semakin kompleks, termasuk tantangan dalam mengelola waktu.
Dengan demikian jika pengelolaan waktu berdasarkan kesadaran
sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka
semuanya akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa
dalam mengikuti proses belajar dan pembelajaran yang dipadukan dengan
aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah kehadiran bimbingan dan
konseling diperlukan untuk mendampingi mereka.3
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh
manusia memiliki pengertian yang khas. Dengan bimbingan dan konseling
tersebut, siswa akan melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa yang telah
ditentukan, atau telah diatur dalam suatu


aturan (norma). Sebagaimana

dikemukakan oleh Moeliono bahwa disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma.4
Berdasarkan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
3

Ibid, hal 15

4

Wardati, M.Pd.& Mohammad Jauhar, S.Pd. Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.
(jakarta :Prestasi Pustakaraya) 2011, hal, 148

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3


untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. 5
Dalam proses pendidikan, semua yang terkait dengan proses tersebut
mempunyai peran dan tanggung jawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis saling
melengkapi sehingga membentuk suatu sistem yang harmonis. Dari peranperan yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan
sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa
yang diharapkan.6
Pendidikan pada hakekatnya merupakan upaya untuk membentuk
manusia yang berkualitas, dan bermoral baik adapun kualitas manusia yang
dimaksud adalah pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang serasi, selaras,
dan seimbang dalam aspek-aspek spriritual, moral, sosial, intelektual, fisik,
dan sebagainya. Sehingga dapat beradaptasi dengan baik dilingkungan nya
dan memiliki Self Control yang seimbang.7

5

Wardati, M.Pd.& Mohammad Jauhar, S.Pd. Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.
(jakarta :Prestasi Pustakaraya) 2011, hal, 129
6

Ibid, hal, 148
Yusuf, Syamsu dan A. Nurihsan,Jundika. 2008. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung:
Remaja Rosda Karya. Hal : 4.
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Uraian diatas sangat jelas bahwa bimbingan konseling di sekolah
mempunyai peranan yang begitu penting demi mengoptimalkan proses
pembelajaran dan perkembangan dalam Self Control siswa. Oleh sebab itu
guru bimbingan konseling di harapkan mampu mengoptimalkan proses atau
layanan bimbingan konseling melalui penyelenggara layanan-layanan sesuai
dengan masalah siswa yang ada disekolah tersebut.
Tidak terlepas dari permasalahan dalam bimbingan kepada remaja,
yaitu sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang di anutnya dan
yang telah dicontohnya kepada meraka. Salah satu tugas perkembangan yang
harus dilakukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh orang
tua maupun gurunya disekolah lalu dapat menyesuaikan diri tingkah lakunya
dengan harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman
sebagaimana sewaktu kecil. Dia juga di tuntut mampu mengendalikan tingkah
lakunya dengan baik.
Sebagaimana kita ketahui kalau siswa sekolah menengah atas yang
mengalami kesulitan dalam mengontrol sikap nya perlu dibantu dengan
mengubah persepsi negatif menjadi positif. Mengingat pentingnya tujuan
pendidikan, maka siswa yang mengalami masalah yang seperti ini sangat
memerlukan pengarahan dan pendekatan secara langsung.8

8

Wawancara dengan guru BK di ruang BK SMK Taman Pendidikan Islam Gedangan-Sidoarjo pada
tanggal 03 november 2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Fenomena tersebut banyak dijumpai pada remaja yang pada umumnya
mereka masih duduk di bangku SMA/SMK, seperti:
1. Berperilaku tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah
2. Suka berhura-hura dan bergerombol
3. Tidak Mentaati peraturan sekolah.
Tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi antar remaja yang
tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian dapat meningkat menjadi
permusuhan kelompok, yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabKan mereka berbuat
kekerasan sesama remaja, dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang
memalukan tersebut terjadi, banyak yang menjawab bahwa mereka tidak
sadar mengapa mereka secepat itu menjadi marah dan ikut berkelahi.
Calhoun

dan

Acocella,

mengemukakan

dua

alasan

yang

mengaharuskan seseorang mengontrol diri secara countinue. Pertama,
seseorang hidup dalam lingkungan kelompok, sehingga dalam memuaskan
keinginan seseorang harus mengontrol diri dan perilakunya agar tidak
mengganggu kenyamanan orang lain. kedua, masyarakat mendorong
seseorang untuk secara konstan menyusun standar yang lebih baik bagi
dirinya. Untuk memenuhi tuntutan, diperlukan pengontrolan diri agar dalam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

proses

pencapaian

standar

tersebut

tidak

melakukan

hal-hal

yang

menyimpang.9
Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan
emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Menurut konsep ilmiah,
pengendalian emosi berarti mengarahkan energy emosi ke saluran ekspresi
yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Konsep ilmiah menitik
beratkan pada pengendalian.
Tetapi, tidak sama artinya dengan penekanan. Ada dua kriteria yang
menentukan apakah kontrol emosi dapat diterima bila reaksi masyarakat
terhadap pengendalian emosi adalah positif. Namun, reaksi positif saja
tindaklah cukup karenanya perlu diperhatikan criteria lain, yaitu efek yang
muncul setelah mengontrol emosi terhadap kondisi fisik dan psikis. Kontrol
emosi seharusnya tidak membahayakan fisik dan psikis individu harus
membalik. 10
Hurlock menyebutkan tiga criteria emosi. Diantaranya adalah sebagai
berikut:11
1. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.
9

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S.. Teori-Teori Psikologi. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2014,
hal, 23
10
Ibid , hal, 24
11
Hurlock, E.B. (Alih Bahasa Istiwidayanti & Soedjarwo). Psikologi Perkembangan :Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.( Jakarta: Erlangga).2004. hal, 56

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

2. Dapat memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkan untuk
memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.
3. Dapat menilai situasi secara kritis sebelum meresponsnya dan memutuskan
cara beraksi terhadap situasi tersebut.
Untuk itu di samping orang tua, konselor di sekolah juga mempunyai
peranan penting dalam membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya,
keterbukaan hati konselor dalam membantu kesulitan remaja, akan
menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.
Salah satu cara agar guru BK bisa membantu siswa dalam mengontrol
sikap serta perilaku dan pengendalian diri yang baik yaitu dengan melakukan
pendekatan kepada siswa agar siswa merasa nyaman serta terbuka kepada
guru BK (konselor) dan mencari sumber permasalahan yang dihadapi siswa.
Serta mengadakan layanan bimbingan kelompok dikelas dengan memberikan
nasehat dan motivasi kepada siswa.12
Self Contol artinya mengendalikan diri. Self control merupakan
kemampuan untuk menekan, membimbing, mengatur dan mengarahkan
perilaku yang dapat membawa diri kearah yang positif dan menghindarkan
diri dari hal-hal yang buruk.13

12

Wawancara dengan guru BK diruang BK SMK Taman Pendidikan Islam Gedangan-Sidoarjo pada
tanggal 08 November 2016
13
J,P,Chaplin. 2008. Dictionary of Psychology. Kamus Lengkap Psikologi. Kartono, Kartini
(terjemah).. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal: 450

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Dengan kemampuan pengendalian diri (Self Control) yang baik,
remaja di harapkan mampu mengendalikan dan menahan tingkah laku yang
bersifat menyakiti dan merugikan orang lain atau mampu mengendalikan serta
menahan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang
berlaku. Remaja juga di harapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat negatif
yang di timbulkan pada masa storm and stress period. 14 Yang dimaksud
dengan strom and stress period adalah masa disaat para remaja telah memiliki
keinginan bebas untuk menentukan nasib masa depannya, jika terarah akan
menjadi pribadi yang baik dan jika tidak maka akan sebaliknya.
Self Contol pada peserta didik sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosial, baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa atau teman sebaya
lainnya. Lingkungan sosial memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap
perkembangan anak secara positif, sehingga dapat mencapai perkembangan
sosial secara matang dan juga sebaliknya.

15

Self Contol anak didik

memerlukan perhatian khusus dan bimbingan dari orang lain secara terus
menerus, dan tidak dapat dibiarkan untuk berkembang sendiri.
Berdasarkan penjajakan awal yang dilakukan peneliti, ke Sekolah
SMK TAMAN PENDIDIKAN ISLAM GEDANGAN, peneliti melihat
beberapa siswa di sekolah itu yang memiliki Self Control kurang baik. Dan itu

14

Enung, Fatimah. psikologi perkembangan; perkembangan peserta didik. Bandung: pustaka setia,
2006. Hal: 122-123.
15
Wawancara dengan guru BK di ruang BK SMK Taman Pendidikan Islam Gedangan-Sidoarjo pada
tanggal 08 November 2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

yang menjadi permasalahan yang sering di hadapi guru BK. Berdasarkan hal
tersebut, penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut tentang peran guru BK
di SMK Taman Pendidikan Islam Gedangan dengan menuangkan dalam
sebuah bentuk skripsi dengan judul “Peran Guru Bk Dalam Meningkatkan
Self Contol Siswa Kelas X di SMK Taman Pendidikan Islam GedanganSidoarjo”.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagimana kondisi self control siswa kelas x di SMK Taman Pendidikan
Islam Gedangan Sidoarjo?
2. Bagaimana peran guru BK dalam meningkatkan self control siswa di SMK
Taman Pendidikan Islam Gedangan Sidoarjo?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan self
control siswa di sekolah SMK Taman Pendidikan Islam Gedangan
Sidoarjo?

C.

Tujuan Penelitian
1.

Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan kondisi self control siswa di SMK
Taman Pendidikan Islam Gedangan Sidoarjo.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2.

Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan peran guru BK dalam
meningkatkan self control siswa di

SMK Taman Pendidikan Islam

Gedangan Sidoarjo.
3.

Untuk mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam
meningkatkan self control siswa di SMK Taman Pendidikan Islam
Gedangan Sidoarjo.

D.

Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat menunjukkan bahwa konseling yang di
lakukan oleh Guru BK di SMK Taman Pendidikan Islam Gedangan – Sidoarjo
dapat membentuk Self Contol siswa.
2. Praktisi
Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan
kebijakan lebih lanjut bagi SMK Taman Pendidikan Islam Gedangan – Sidoarjo
mengenai peran Guru BK dalam membantu siswa siswa membentuk Self
Contol yang baik.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

E.

Definisi Operasional
Dalam

rangka

penelitian

berjudul

“Peran

Guru

BK

Dalam

Meningkatkan Self Control Siswa Kelas X di SMK Taman Pendidikan Islam
Gedangan – Sidoarjo”. Supaya tidak ada kesalahpahaman dalam mengartikan
judul tersebut, ada beberapa istilah yang akan peneliti jelaskan yaitu sebagai
berikut :
1.

Peran Guru BK
Menurut Winkel konselor adalah seorang tenaga profesional yang

memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh
waktunya pada pelayanan bimbingan.16
Peran guru BK di sekolah yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi
pembimbing yang baik guru harus memiliki pemahaman tentang siswa yang
dibimbingnya. seseorang yang mampu memahami karakter peserta didiknya
dalam berbagai aspek kepribadian dan membantu individu dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang timbul dalam hidupnya.17
Jadi yang dimaksud penulis dengan peran guru BK disini ialah Guru BK
yang membimbing siswa dalam meningkatkan atau mengendalikan Self Control
pada diri peserta didik di SMK Taman Pendidikan Islam Gedangan – Sidoarjo.

16

W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2006). hal, 167
17
Ibid 168

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

2. Self Control
Self control adalah kemampuan untuk menekan, membimbing,
mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa diri ke arah
yang positif. Kontrol diri mengandung arti mengendalikan tingkah laku diri
sendiri.18
Jadi yang di maksud dalam meningkatkan Self Control disini ialah
bagaimana cara guru BK dalam membantu siswa di SMK Taman Pendidikan
Islam Gedangan Sidoarjo agar bisa mengontrol diri dan sikap nya di sekolah
supaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
3. Ciri-ciri self control
Ciri-ciri orang yang mempunyai kontrol diri antara lain : 19
a. Kemampuan

untuk

mengontrol

perilaku

yang

ditandai

dengan

kemampuan menghadapi situasi yang tidak diinginkan dengan cara
mencegah atau menjauhi situasi tersebut, mampu mengatasi frustasi dan
ledakan emosi.
b. Kemampuan menunda kepuasan dengan segera untuk mengatur perilaku
agar dapat mencapai sesuatu yang lebih berharga atau lebih diterima oleh
masyarakat.

18

Chaplin, kamus psikologi (Terjemah),
Gunawan W. Adi. Jurus Pengendalian Diri. http://adiwgunawan.com/awg.php?co
http://azrl.wordpress.com/2008/10/26/mengendalikan-diri/. Senin 06 febuari 2017 pukul 20:00 WIB
19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan
melalui pertimbangan secara objektif.
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan
penafsiran suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif
secara subjektif.
e. Kemampuan mengontrol keputusan dengan cara memilih suatu tindakan
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.
Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada aspek peran guru
BK dalam meningkatkan Self Control siswa. Agar siswa yang memiliki
perkembangan Self Control yang kurang baik lebih bisa terkontrol sikapnya dan
dapat berfikir positif dalam segala aspek kesehariannya.

F.

Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian dan
dapat dipahami permasalahannya secara sistematis dan lebis terarah, maka
pembahasan bab-bab mengandung sub-sub bab sehingga tergambar keterkaitan
yang sistematis. Untuk selanjutnya sistematika pembahasan disusun sebagai
berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan gambaran yang memuat pola dasar penelitian, yang
meliputi: Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Definisi Konseptual, Sistematika Pembahasan.
BAB II : PENYAJIAN TEORI
Dalam bab ini mencakup tentang teori-teori yang dijadikan dasar dalam
menentukan langkah-langkah pengambilan data, memaparkan tinjauan pustaka
yang digunakan sebagai pijakan peneliti dalam memahami fenomena yang
terjadi di lapangan. Adapun landasan teori ini berisi : Pembahasan tentang
peran guru bimbingan dan konseling yaitu : Peran guru bimbingan konseling di
sekolah, peran guru bimbingan konseling dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling, Tugas-tugas guru bimbingan konseling, factor pendukung
dan factor penghambat dalam pelaksanaan bimbingan konseling. Selanjutnya
pembahasan tentang self control yaitu : pengertian self control, jenis-jenis self
control, ciri-ciri self control, aspek-aspek self control, dan factor yang
mempengaruhi self control.
BAB III : METODE PENELITIAN
Merupakan bab yang memuat metodelogi penelitian yang meliputi
pendekatan dan jenis penelitian, informan penelitian, sumber data, tahap
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini menjelaskan hasil penelitian berupa penyajian data dan
analisis data tentang gambaran umum Peran guru BK dalam meningkatkan self
control siswa kelas X di SMK TPI Gedangan - Sidoarjo, dan yang terakhir hasil
dari meningkatkan self control siswa kelas X di SMK Taman Pendidikan Islam
Gedangan Sidoarjo.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diikuti dengan daftar
pustaka serta lampiran-lampirannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN TEORI

A.

PEMBAHASAN TENTANG BIMBINGAN KONSELING
1.

Pengertian Bimbingan Konseling
Bimbingan

dan

”bimbingan”terjemahan

Konseling
dari kata

berasal


dari

guidance”

dua

kata,

yaitu

(mengarahkan)

dan

“konseling”terjemahan dari kata “counseling” (penyuluhan). 1 Dalam praktik
bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak
terpisahkan. Keduanya kegiatan yang intergral. Untuk lebih jelas tentang
bimbingan dan konseling akan diuraikan sebagai berikut.
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu
tersebut, dapat memahami dirinya sendiri. Sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.2
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,

Anas Salahudin, “Bimbingan Dan Konseling”, (Bandung, Pustaka Setia, 2010), hal, 13.
Rochman Natawidjaja, “Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok “, (Bandung, CV
Diponegoro,1987), hal , 31

1

2

16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma
yang berlaku.3
Dari uraian pengertian bimbingan diatas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan adalah layanan yang diberikan kepada seseorang atau klien dengan
pemberian informasi untuk keperluan tertentu.
Adapun konseling menurut prayitno dan Erman Amti adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawncara konseling oleh seorang
ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien)
yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami klien.4
Sementara itu, Winkel mendefinisikan konseling sebagai serangkaian
kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien
secara tatap muka dengan tujuan agar klien mengambil tanggung jawab sendiri
terhadap berbagai persoalan atau masalah klien. 5

Prayitno, Erman Anti, “Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), 2004,
hal , 99
4
Ibid, hal, 100
5
Winkel,W.S., “Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan”, (Jakarta: Gramedia), 2006, hal,47
3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Latipun juga berpendapat dalam bukunya bahwa konseling adalah
pemberian bantuan dengan memanfaatkan suasana hati klen untuk membantu,
memberi umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar.6
Berdasarkan pengertian konseling diatas dapat dipahami bahwa
konseling adalah usaha membantu klien dengan cara menunjukan alur hidup
yang sesuai dan baik kepada seseorang secara tatap muka dengan tujuan agar
klien dapat mengambil keputusan atau tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah
yang dihadapi oleh klien.
Jadi kesimpulan dari pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu
bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien agar klien mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
2.

Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling berfungsi sebagai berikut:7
a. Fungsi Pencegahan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu
siswa

menghindari

kemungkinan

terjadinya

hambatan

dalam

perkembangannya.
Latipun, “Psikologi Konseling”, (Malang: UMM Press), 2001, hal, 147
Dewa Ketut Sukardi,” Pengantar Pelaksanaan Progam Bimbingan dan Konseling di Sekolah” ,
(Jakarta: Rineka Cipta), 2010, hal 8-9.
6

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

b. Penyalurkan, ialah fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
siswa agar dapat memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau progam
studi, dan memantapkan penguasaan karir yang sesuai dengan bakat dan
minat siswa.
c. Penyesuaian, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.
d. Perbaikan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa untuk
memperbaiki kondisi siswa yang dipandang kurang memadai.
e. Pengembangan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa
dalam mengembangkan kepribadiannya secara tepat dan terarah. Dalam
hal ini siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan
kondisi yang positif dalam dirinya secara baik. 8
Adapun tujuan

khusus bimbingan dan konseling disekolah

diantaranya adalah sebagai berikut:9
a.

Membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan
kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang ada.

b.

Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam
belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti.

8
9

Ibid, hal, 10
Umar Sartono, “Bimbingan dan penyuluhan”, (Bandung, Pustaka Setia), 1998, hal 20-21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

c.

Memberikan dorongan di dalam pengarahan dini, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan.

d.

Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam
penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat.

e.

Membantu siswa-siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang
dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.

3.

Jenis-jenis Layanan Bimbingan Konseling
Ada beberapa jenis-jenis layanan bimbingan konseling
diantaranya yaitu: 10
a.

Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyekobyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan
memperlancar peran peserta didik dilingkungan yang baru.

b.

Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan
pendidikan lanjutan.

c.

Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas,

Drs. Anas Salahudin, M.Pd., “ Bimbingan & Konseling”, (Bandung :CV. Pustaka Setia) , 2010, hal,
139

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan
kegiatan ekstra kurikuler.
d.

Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menguasai konten tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang
berguna dalam kehidupan disekolah, keluarga, dan masyarakat.

e.

Bimbingan dan Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu
peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.

f.

Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalampengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan
belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan
kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

g.

Bimbingan dan Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu
peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi
melalui dinamika kelompok.

h.

Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak
lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

i.

Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

B.

PEMBAHASAN PERAN KONSELOR
1. Pengertian Konselor
konselor (Guru BK) adalah seorang tenaga profesional yang
memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh
waktunya pada pelayanan bimbingan.11
Konselor sekolah termasuk salah satu anggota staf sekolah yang
bekerja secara profesional dengan administrator, guru dan personil penunjang
lainnya serta orang tua untuk memungkinkan perkembangan siswa secara
total.12
Konselor sekolah merupakan spesialis, dalam arti menguasai sejumlah
pengetahuan dan ketrampilan khusus untuk menyelenggarakan teknik-teknik
pelayanan individual dan kelompok. Termasuk kegiatan konselor dalam
pengumpulan dan penafsiran data dan informasi tentang siswa dan
lingkungannya

untuk

selanjutnya

digunakan

bersama

siswa,

guru,

administrator, dan orang tua demi kepentingan siswa itu sendiri.13
Dengan demikian guru bimbingan dan konseling mempunyai peran
sangat penting dalam menangani siswa yang bermasalah dan memberikan
motivasi, mendampingi, dan menjadi tempat bagi siswa dalam memecahkan

11

W.S. Winkel ,” Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan”, (Yogyakarta: Media Abadi),

2006, hal, 167
12
13

Ibid, hal 168
Ibid,hal,99

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

masalah di sekolah yang bersifat pribadi, keluarga, dan lain sebagainya yang
berdampak pada hambatan proses belajar siswa.14
2. Fungsi dan Tugas Konselor
Menurut Mohamad Surya, dalam praktek kebanyakan konselor
sekolah hanya sedikit melakukan konseling, yang terbesar ialah menggantikan
tugas mengajar, menegakkan disiplin, memimpin kelompokkerja, dan lainlain. Berikut ini adalah beberapa peranan konselor di sekolah.15
a.

Peranan konselor dalam praktek
Dalam hal ini, konselor berperan membantu siswa mencapai
pemahaman tentang drinya dan lingkungannya, serta membantu mereka
sehingga mampu membuat keputusan. Misalnya melakukan layanan konseling
individu.

b. Konselor sebagai administrator sekolah
Konselor sering melaksanakan tugas sebagai pemimpin sekolah,
sementara, bertanggung jawab atas kegiatan ekstrakurikuler, ikut penerimaan
murid baru, dan menyelenggarakan tes. Hal ini dikarenakan konselor jarang
melakukan konseling dan kurang kesempatan untuk mengimplementasikan
program pelayanan konseling secara murni.

14

Ibid, hal, 100
Drs. Moh Surya, “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah”, (Bandung: CV. ILMU), 1975, hal,
146

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

c. Konselor sebagai generalis
Konselor terlibat dalam kegiatan orientasi, registrasi, penjadwalan,
perubahan jam pelajaran, testing, penjurusan, pemberian beasiswa, dan lainlain. Sebagai generalis, konselor lebih banyak mencurahkan waktu untuk
kegiatan lain daripada untuk kegiatan profesional sebagai konselor.
d. Konselor sebagai
Konselor lebih banyak waktunya untuk konseling daripada untuk
kegiatan lainnya. Seperti yang tertera pada 28 gugus dalam standarisasi untuk
kerja professional konselor, antara lain:16
1.

Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling.

2.

Menyusun program bimbingan dan konseling.

3.

Mengungkapkan masalah klien.

4.

Menyelenggarakan konseling perorangan.

5.

Menyelenggarakan bimbingan dan konseling perorangan.

e. Konselor sebagai agen pembaharuan.
Konselor dapat menjadi agen pembaharuan sebab konselor ahli dalam
masalah belajar, dan sekaligus mampu mengkomunikasikan ilmunya kepada

Prayitno dan Erman Amti, “Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling”, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta), 2004, hal, 342

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

orang lain. Ia memahami perubahan sosial, oleh karenanya mampu menjadi
inovator di tempat ia bekerja.17
f. Konselor sebagai spesialis dalam psikologi
Konselor dapat dilibatkan dalam kegiatan pengembangan kurikulum,
khususnya hal-hal yang bersifat psikologis. Konselor dapat membantu agar
aktivitas kurikuler dapat mengembangkan spontanitas siswa, sikap terbuka,
dan pengembangan emosional.
g. Konselor sebagai ahli perilaku terapan
Tugas konselor adalah menerapkan teori dan hasil-hasil riset, sehingga
dapat membantu individu dan lembaganya mencapai tujuan. Konselor dapat
memanfaatkan dan memformulasikan behavioristik dalam hubungannya
dengan klien.18
h. Konselor sebagai manager
Konselor dapat menjadi konsulatan para guru dalam hal mengelola
berkas. Sehubungan dengan itu konselor harus sanggup menangani berbagai
segi program pelayanan yang memiliki ragam variasi pengharapan dan peran
seperti telah dikemukakan di atas. Untuk itu perlu keahlian dalam
perencanaan program, penilaian kebutuhan, strategi evaluasi program,
penetapan tujuan, pembiayaan, dan pembuatan keputusan. Oleh karena itu
beberapa fungsi konselor yang terkait dengan hal tersebut adalah

17
18

Ibid. hal, 343
Mohamad Surya, “Dasar-Dasar Penyuluhan (Konseling)”, (Jakarta: P2LPTK, 1988), hal, 148

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

menjadwalkan kegiatan, melakukan testing, penelitian, melakukan penilaian
kebutuhan, sampai dengan menata file data.19
i. Konselor sebagai konsultan
Memberikan layanan konsultasi secara individual maupun kelompok.
Serta menyelengarakan konsultasi untuk para guru, administrator dan orang
tua siswa.
j. Konselor sebagai” a helper professional”.
Konselor yang bertugas di sekolah, tugas utamanya adalah membantu
perkembangan siswa secara optimal, dengan cara membantu siswa memahami
dirinya sendiri dan lingkungannya, serta meningkatkan kemampuan siswa
membuat keputusan. 20
Bimo Walgito menyebutkan fungsi konselor atau pembimbing di
sekolah adalah membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam
menyelenggarakan kesejahteraan sekolah (Schoolwelfare). Berdasarkan fungsi
ini, maka tugas konselor adalah sebagai berikut:21
a) Mengadakan penelitian maupun observasi terhadap situasi atau keadaan
sekolah, baik mengenai peralatannya, tenaganya, penyelenggaraannya
maupun aktifitas-aktifitas lainnya.

19

Ibid, hal, 149
Mohamad Surya, “Dasar-Dasar Penyuluhan (Konseling)”, (Jakarta: P2LPTK, 1988), hal, 144
21
Bimo Walgito, “Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah” (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM), 1986 hal. 35-36

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

b) Berdasarkan atas hasil penelitian atau observasi tersebut, maka pembimbing
berkewajiban memberikan saran-saran atau pendapat-pendapat kepada kepala
sekolah ataupun kepada staf pengajar yang lain demi kelancaran dan kebaikan
sekolah.
c) Menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak, baik yang bersifat
preventive, preservative maupun yang bersifat korektif atau kuratif.
1. Bersifat preventive yaitu dengan tujuan menjaga jangan sampai anak-anak
mengalami kesulitan-kesulitan, menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Hal ini dapat ditempuh dengan cara:22
a. Mengadakan papan bimbingan untuk berita-berita atau pedoman-pedoman
yang perlu mendapatkan perhatian dari anak-anak.
b. Mengadakan kotak masalah atau kotak tanya untuk menampung segala
persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis, dengan demikian bila ada masalah dapat segera diatasi.
c. Menyelenggarakan kartu pribadi, dengan demikian pembimbing atau staf
pengajar yang lain dapat mengetahui dari data anak bila diperlukan.
d. Memberikan penjelasan-penjelasan atau ceramah-ceramah yang dianggap
penting, misalnya cara belajar yang efisien.
e. Mengadakan kelompok belajar, sebagai cara atau teknik belajar yang
cukup baik bila dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Bimo Walgito, “Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah”, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM), 1986 hal. 37
22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

f. Mengadakan

diskusi

dengan

anak-anak

secara

kelompok

atau

perseorangan mengenai cita-cita ataupun kelanjutan studi serta pemilihan
jabatan kelak.
g. Mengadakan hubungan yang harmonis dengan orang tua atau wali murid,
agar ada kerja sama yang baik antara sekolah dengan rumah.
2. Bersifat preservative ialah suatu usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik
agar tetap baik, jangan sama keadaan yang telah baik menjadi keadaan tidak
baik.
3. Bersifat korektif atau kuratif ialah mengadakan konseling kepada anak-anak
yang mengalami kesulitan-kesulitan, yang tidak dapat dipecahkan sendiri,
yang membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
Oleh karena itu, fungsi konselor di sekolah sangatlah penting. Fungsi
utama konselor adalah membantu siswa untuk lebih mengenal diri dan
lingkungannya serta membantu siswa mengentaskan masalah yang dihadapi.
Fungsi utama tersebut menyebabkan konselor diwajibkan memenuhi
persyaratan tertentu, yakni menguasai ilmu bimbingan dan konseling baik
secara teori maupun praktek serta memiliki kepribadian yang baik. Disamping
fungsi utama tersebut, konselor memiliki peran yang penting dalam
lingkungan sekolah.23

23

Ibid, hal. 38

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Sardiman menyatakan bahwa ada sembilan peran guru BK dalam
kegiatan bimbingan dan konseling, yaitu:24
1) Informator, guru BK diharapkan sebagai sumber informasi kegiatan sekolah
maupun umum.
2) Organisator, guru sebagai pengelolah kegiata sekolah.
3) Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
untuk mengembangkan potensi siswa, menumbuhkan kreatifitas sehingga
akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
4) Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegitan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5) Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar.
6) Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.
7) Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar mengajar.
8) Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa
9) Evaluator, guru mempunyai otoritas untu k menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.25

Wardati, M.Pd.& Mohammad Jauhar, S.Pd. , “Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah”,
(jakarta :Prestasi Pustakaraya), 2011, hal, 136-137
24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Dalam pemberian konseling keputusan diambil oleh siswa berdasarkan
atas kemauan siswa itu sendiri bukan karena adanya paksaan dari konselor
atau pihak lain. Pemberian Bimbingan dan Konseling adalah salah satu bentuk
layanan yang bersifat pendekatan pribadi dan kelompok. Pemberian konseling
dalam mengembangkan self control pada siswa, diharapkan mampu
membantu proses mengatasi masalah-masalah siswa yang berkaitan dengan
lemahnya selfcontrol sehingga membantu untuk berkembang kearah yang
lebih baik dan membantu tercapainya tujuan belajar dan dapat mengontrol
dirinya sendiri kearah yang lebih baik dan bermanfaat.
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggung
jawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait
dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Beberapa tugas guru bimbingan dan konseling/konselor dalam membantu
siswa yaitu :26

a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.

25

Ibid, hal 137
Anas Salahudin, M.Pd., “ Bimbingan & Konseling”, (CV Pustaka Setia: Bandung) , 2010, hal, 138139
26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis,
berkeadilan dan bermartabat.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti
pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.27

Dalam melaksanakan proses bimbingan dan konseling ada beberapa
kegiatan pendukung yang dapat menunjang kelancaran dan perlengkapan di
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Beberapa kegiatan pendukung
tugas guru bimbingan konseling adalah :28

1. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta
didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes
maupun non tes.

27

Ibid, hal, 139
Wardati, M.Pd.& Mohammad Jauhar, S.Pd. , “Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah”,
(jakarta :Prestasi Pustakaraya). 2011, hal, 106

28

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

2. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan
pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.
3. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta

Dokumen yang terkait

Peran guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama Siswa di Madrasah Tsanawiyah al-Fitroh Cipondoh Tangerang

9 79 89

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 3 85

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa Di Smk Muhammadiyah 3 Nogosari Tahun 2015\2016.

0 5 15

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMK Muhammadiyah Kartasura.

0 1 15

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMK Muhammadiyah Kartasura.

0 2 16

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK DI SMP ISLAM SIDOARJO.

0 4 94

UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKAN SELF CO

0 1 9

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA DI SMK “SORE” TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN - UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA DI SMK “SORE” TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 10

BAB V PEMBAHASAN - UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA DI SMK “SORE” TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 18