Peran guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama Siswa di Madrasah Tsanawiyah al-Fitroh Cipondoh Tangerang

(1)

1 Disusun Oleh: FITRI LUTHFIATI NIM: 106011000006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

2

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BERAGAMA SISWA

DI MADRASAH TSANAWIAH AL-FITROH CIPONDOH TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

FITRI LUTHFIATI NIM: 106011000006

Dibawah Bimbingan

Drs. H. M. Alisuf Sabri NIP: 150 034 454

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa Di Madrasah Tsanawiah Al-Fitroh

Cipondoh Tangerang” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 08 Desember 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 08 Desember 2010 Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi) Tanggal Tanda Tangan Bahrissalim, M. Ag

NIP. 19680307 199803 1 002 ________ ____________ Sekretaris Jurusan

Sapiudin Sidhiq, M. Ag

NIP. 19670328 00003 1 001 ________ ____________ Penguji I

Sapiudin Sidhiq, M. Ag

NIP. 19670328 00003 1 001 ________ ____________ Penguji II

Bahrissalim, M. Ag

NIP. 19680307 199803 1 002 ________ ____________

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003


(4)

i

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Lengkap : Fitri Luthfiati

Tempat/ Tgl Lahir : Tangerang, 02 Juni 1988

NIM : 106011000006

Fakultas/ Jurusan : FITK/ Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa Di Madrasah Tsanawiah Cipondoh Tangerang

Pembimbing : Drs. H. M. Alisuf Sabri

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah penulis cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya penulis, maka penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 08 Desember 2010 Penulis


(5)

ii 106011000006

(Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa)

Peranan guru sangatlah besar pengaruhnya dalam perkembangan jiwa keagamaan siswa, termasuk di dalamnya bagaimana guru memberikan perhatian kepada anak didik dalam mendidik, mengajar dan mengevaluasi baik dalam menyampaikan materi di kelas ataupun dalam menjalankan aktivitas sehari-hari siswa di sekolah. Apabila guru kurang memberikan perhatian kepada siswa dan salah dalam mendidik dan mengajar anak maka anak pun akan mudah terbawa kepada hal-hal yang tidak baik.

Pendidikan Agama Islam membentuk aspek jasmani dan rohani seseorang berdasarkan kepada nilai-nilai ajaran agama Islam yang terkandung dalam kitab suci al-Qur’an dan sunah Rasulullah. Kedua aspek tersebut diharapkan tumbuh seimbang, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara kebutuhan rohaniah dan kebutuhan jasmaniah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran guru PAI dalam meningkatkan motivasi beragama siswa. Penelitian ini memakai metode deskriptif analisis dengan menggunakan instrument kuesioner (angket) dan wawancara sebagai sumber datanya. Dari penelitian yang telah dilakukan kepada sejumlah siswa yang menjadi sampel, maka dilakukan analisa data yang merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitian ini.

Dalam menganalisa data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peranan guru PAI dalam bentuk perhatiannya sangat besar sekali sehingga berimplikasi pada sikap keberagamaan siswa yang terlihat baik sekali. Selain itu, madrasah juga memainkan peranannya sebagai lembaga pendidikan dengan memberikan pengajaran dan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuh kembangkan sikap keagamaan siswa.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Pendidikan Islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada pimpinan umat, Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan dapat terselesaikan melalui bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan sumbangan pikiran demi terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M. Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, MA selaku Penasehat Akademik yang telah membantu penulis baik berupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan. 4. Bapak Drs. H. M. Alisuf Sabri, pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berarti bagi terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Dra. Hj. Sri Latifah selaku Kepala Madrasah, Bapak Nahrowi, S. Ag selaku Guru Bidang Studi PAI (Fiqih), Staff Tata Usaha, Dewan guru dan siswa kelas VIII MTs. Al- Fitroh yang telah banyak membantu memberikan informasi berguna kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(7)

iv

mereka tidak akan dapat penulis balas sampai kapanpun.

8. Kakak dan Adik-adik penulis, Aa Embay, Jahri, Enday, Rehan dan Neng Muti yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan canda dan tawa.

9. Sahabat penulis Hasmidar Azlina, Siti Uviyati dan R. Siti Fadhilah, terimakasih atas semua bantuan, kritik, saran, dan segala yang telah diberikan kepada penulis. Semoga persahabatan kita akan terjalin sampai akhir hayat.

Amin…

10.Teman-teman seperjuangan di Jurusan PAI 2006, khususnya kelas A, She_ty,

Yanti “Uni”, Romet, Teh Lina, Nenk, Ais, Erika, Nervi, dan semua pihak yang

tidak dapat disebutkan namanya yang telah banyak membantu penulis selama belajar di bangku kuliah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Canda tawa kita akan menjadi kenangan yang abadi untuk selamanya. Dan rekan-rekan seperjuangan sidang Munaqosah, Dhe-Dhe, Sarly, dan Nta, akhirnya kita bisa merasakan gimana rasanya sidang Munaqosah yang penuh dengan deg-deg’an dan Alhamdulilah usaha dan kerja keras kita tidak sia-sia.

11.Semua rekan yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini yang belum dapat disebutkan diatas.

Semoga segala usaha, bantuan dan amal bakti yang tulus ikhlas dari semua pihak menjadi amal shaleh dan mendapat balasan dari Allah swt. Amin.

Akhirnya harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan dapat memberikan perbaikan pada dunia Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 08 Desember 2010


(8)

v DAFTAR ISI

JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN SIDANG

PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... i

ABSTRAKS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Pembahasan ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Peran Guru PAI ... 10

1. Pengertian Peran... 10

2. Pengertian Guru PAI ... 11

3. Pengertian Peran Guru PAI ... 13

4. Tanggung Jawab Guru PAI ... 23

5. Indikator Peran Guru PAI ... 27

B. Motivasi Beragama ... 28

1. Pengertian Motivasi Beragama ... 28

2. Jenis Motivasi ... 31

3. Fungsi Motivasi Beragama ... 36


(9)

vi

C. Metode Penelitian... 40

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 41

E. Tehnik Pengolahan Data ... 43

F. Tehnik Analisa Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Kondisi Sekolah ... 45

B. Deskripsi Data ... 49

C. Analisa Data ... 50

D. Interpretasi Data ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi angket tanggapan siswa terhadap peran guru PAI dalam meningkatkan motivasi beragama yang ada pada diri siswa ... 42 Tabel 2 Daftar Dewan Guru MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang ... 48 Tabel 3 Keadaan Siswa MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang ... 49 Tabel 4 Guru agama memerintahkan saya untuk melaksanakan shalat

lima waktu ... 50 Tabel 5 Guru agama menasehati saya agar berpakaian rapi dan sopan ... 50 Tabel 6 Guru agama menyarankan saya untuk mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler yang berkaitan dengan keagamaan di sekolah ... 50 Tabel 7 Guru agama mengajarkan saya untuk mengucapkan salam apabila

bertemu dengan guru, dan teman di jalan ... 51 Tabel 8 Guru agama mengajarkan saya pelajaran mengenai macam-macam

ibadah yang wajib dikerjakan... 51 Tabel 9 Guru agama mengajarkan saya untuk bersikap jujur ... 52 Tabel 10 Guru agama melarang siswa untuk merokok ... 52 Tabel 11 Guru agama mengajarkan saya untuk tidak berbohong atau

membicarakan kejelekan orang lain ... 52 Tabel 12 Guru agama melarang siswa tawuran sesama pelajar ... 53 Tabel 13 Guru agama menasehati saya untuk menghormati orang tua, guru,

dan teman ... 53 Tabel 14 Guru agama membantu siswa yang mengalami kesulitan/belum

mengerti dalam belajar pendidikan agama Islam ... 54 Tabel 15 Guru agama mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan

dengan materi yang telah diajarkan setiap akhir pelajaran ... 54 Tabel 16 Guru agama selalu memperhatikan sikap dan tingkah laku siswa

dalam kehidupan sehari-hari ... 55 Tabel 17 Guru agama selalu mengontrol siswa saat mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan ... 55 Tabel 18 Saya mempunyai kemauan yang tinggi untuk beribadah ... 56


(11)

viii

Allah swt ... 56

Tabel 21 Saya selalu bertanya hal-hal yang tidak diketahui tentang agama kepada guru, orang tua atau Ustadz yang ada ... 57

Tabel 22 Saya menyukai ceramah agama yang diberikan oleh guru agama Islam atau Ustadz di tempat pengajian... 57

Tabel 23 Saya selalu mengikuti kegiatan tadarus yang dilaksanakan setiap pagi hari secara berjama’ah di halaman sekolah ... 58

Tabel 24 Saya mengikuti kegiatan keagamaan di luar sekolah. Seperti: pengajian remaja, pengajian baca tulis al-Qur’an ... 58

Tabel 25 Saya mempraktekkan materi pelajaran PAI yang telah di ajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari ... 58

Tabel 26 Saya bertutur kata dan berperilaku yang sopan kepada semua orang, baik di sekolah maupun di luar sekolah ... 59

Tabel 27 Saya mendapatkan dorongan dari orang tua, guru dan teman-teman untuk lebih rajin beribadah ... 59

Tabel 28 Saya mengikuti kegiatan muhadhoroh di sekolah agar dapat perhatian dari guru dan teman-teman ... 60

Tabel 29 Saya ikhlas mengikuti kegiatan tadarus di sekolah agar menjadi pintar membaca al-Qur’an ... 60

Tabel 30 Saya giat belajar agama Islam agar mendapatkan nilai yang memuaskan ... 61

Tabel 31 Saya melaksanakan shalat 5 waktu karena takut akan dosa dan ganjaran di akhirat nanti ... 61

Tabel 32 Saya mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan agama Islam di sekolah karena takut dimarahi guru jika tidak mengikutinya ... 61

Tabel 33 Saya melaksanakan shalat 5 waktu sebagai kebutuhan hidup ... 62

Tabel 34 Rekapitulasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 63


(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket

2. Pedoman Wawancara 3. Hasil Wawancara

4. Surat Pengajuan Proposal Skripsi 5. Surat Bimbingan Skripsi

6. Surat Izin Penelitian 7. Surat Izin Wawancara 8. Surat Pernyataan Penelitian


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan alat untuk mengantarkan manusia kepada kebahagiaan, kesempurnaan dan kemakmuran serta menjadikan manusia yang paripurna. Dalam hal ini Emmanuel Kant mengemukakan bahwa “Manusia dapat menjadi manusia karena pendidikan.”1

Pendidikan yaitu proses pemupukan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mewujudkan segenap potensi yang ada dalam diri seseorang.2 Karena tujuan utama dan yang paling penting dari pendidikan adalah membuat murid menemukan dirinya sendiri (dimensi batin) memahami kapasitasnya dan mendisiplinkan dirinya sendiri.

Dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dikutip oleh H. M. Alisuf Sabri dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.3

1

Proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan Tinggi Islam/ IAIN di Jakarta, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kopertais, 1984), h. 92

2

Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, (Yogyakarta: Ikip Muhammadiyah Jakarta Press, 1994), cet. Ke-1, h. 54

3

H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. Ke-1, h.73


(14)

2

Kalau diamati secara seksama, tujuan pendidikan baik pendidikan Nasional maupun pendidikan Islam mempunyai arah yang sama. Adapun tujuan pendidikan Nasional atau pendidikan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 adalah sebagai berikut:

“Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara

terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal di sertai dengan hak dukungan sesuai dengan potensinya.”4

Sedangkan tujuan pendidikan Islam tidak begitu berbeda dengan tujuan pendidikan pada umumnya, hanya di dasari dengan prinsip-prinsip kehidupan beragama sesuai dengan tujuan hidup muslim yakni untuk mendapatkan ridha Allah swt serta mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.5 Karena tujuan utama dan pertama dalam pendidikan agama adalah penumbuhan dan pengembangan sikap positif dan cinta kepada agama, itulah yang nantinya akan membuat anak menjadi orang dewasa yang hidup mengindahkan ajaran agama, dimana akhlak atau moralnya, tingkah laku, tutur kata dan sopan santun menggambarkan ajaran agama dalam pribadinya. Sikap itulah yang nantinya akan menjauhkan dirinya dari berbagai godaan duniawi yang bertentangan dengan ajaran agama.6

Unsur dominan dalam tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan sikap, akhlak terpuji dan budi pekerti yang luhur yang mampu dan sanggup menghasilkan manusia-manusia yang berkarakter, bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara, dan berbuat mulia dalam tingkah laku, jujur dan menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Allah dalam

4

Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Garis-Garis Besar Haluan Negara, (Jakarta: PT. Pabelan Jaya, 1999), h. 33

5

H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-3, h. 41

6

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), cet. Ke-3, h. 101


(15)

setiap aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian dapat membentuk kepribadian murid yang Islami.

Selain itu, pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai corak kepribadiannya. Dan pendidikan Islam juga mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena dalam Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.7

Dan tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian muslim atau insan kamil dengan pola taqwa yaitu terbentuknya pribadi yang beriman, berakhlak, berilmu dan berketerampilan yang senantiasa berupaya mewujudkan dirinya dengan baik secara maksimal guna memperoleh kesempurnaan hidup karena dorongan oleh sikap ketaqwaan dan penyerahan dirinya kepada Allah swt agar memperoleh ridho-Nya.8

Demi tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan tersebut, maka dalam hal ini seorang guru harus memperhatikan perkembangan muridnya, terutama dalam Pendidikan Agama Islam. Karena pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan sikap keagamaan seorang murid karena pendidikan agama mempunyai dua aspek penting yaitu:

1. Aspek pertama dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian.

2. Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada fikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri.9

Pendidikan menjadi kunci utama dalam pembentukan sikap keberagamaan anak. Pertambahan usia anak memiliki konsekuensi pada perubahan proses pendidikan yang mereka terima. Oleh sebab itu, dengan bertambahnya usia anak dan berubahnya perilaku mereka maka harus disertai

7

H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,………., hal. 10-11

8

H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, ……….., h. 160

9

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2001), h. 124


(16)

4

pendidikan yang tepat sehingga memiliki sikap dan tingkah laku serta budi yang luhur.

Dengan sikap keberagamaan yang mereka miliki, maka akan dapat mengontrol dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan norma agama. Karena pendidikan agama yang bersifat dresser dan menggugah akal serta perasaan memegang peranan penting dalam pembentukan sikap keagamaan.10

Pendidikan agama menempati posisi yang vital menyertai proses pendidikan anak. Akibat kurangnya pendidikan agama pada jiwa peserta didik maka dapat memicu adanya tindakan yang tidak sesuai dengan sikap keagamaan.

Jika sikap keagamaan sudah tertanam dalam diri seseorang maka akan timbul adanya ketaatan beragama. Ketaatan agama membawa dampak positif terhadap kesehatan mental peserta didik karena seseorang yang taat beragama ia akan selalu mengingat Allah swt, dan hal tersebut akan membuat jiwa semakin tentram. Sebagaimana Firman Allah swt dalam surat Ar-Ra’d ayat 28:



































Artinya:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati

menjadi tenteram.”11

Agar dapat mendekatkan diri kepada Allah swt, maka seseorang harus mensucikan jiwanya terlebih dahulu. Untuk mensucikan jiwa salah satunya adalah dengan beribadah. Semakin taat seseorang beribadah semakin suci jiwanya dan semakin dekatlah ia kepada Allah swt. Dan ketaatan beribadah ini pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat memotivasi seseorang dalam meningkatkan sikap keagamaan.

10

H. Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia,2002), cet. Ke-7, h. 96

11

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Asy Syifa, 1999), h. 373


(17)

Peranan motivasi itu sangat besar artinya dalam membimbing dan mengarahkan seseorang terhadap tingkah laku keagamaan. Namun, ada motivasi tertentu yang sebenarnya timbul dalam diri manusia karena terbukanya hati manusia terhadap hidayah Allah. Sehingga orang tersebut menjadi orang yang beriman dan kemudian dengan iman itulah ia lahirkan tingkah laku keagamaan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi atau yang dapat memberikan motivasi kepada murid dalam beribadah adalah guru atau pendidik sebagai orang tua kedua yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik di sekolah.

Dalam proses pendidikan, pendidik memiliki peran kunci dalam menentukan kualitas pembelajaran. Yakni menunjukkan cara mendapatkan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (affektif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan kata lain tugas dan peran pendidik yang utama terletak pada aspek pembelajaran. Pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidiknya.12 Dan seorang guru dalam kehidupan sehari-harinya selalu dijadikan sebagai figur manusia yang selalu dapat digugu dan ditiru oleh anak didiknya.

Seorang guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam harus dapat membawa semua muridnya kearah pembinaan pribadi yang sehat dan baik. Setiap guru harus menyadari bahwa segala sesuatu pada dirinya akan menjadi unsur-unsur pembinaan bagi para murid. Disamping mendidik dan mengajar yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru kepada murid-muridnya, kepribadian guru, sikap, cara bergaul dan berbicara gurupun ikut mempengaruhi keadaan para muridnya dalam bersikap dan belajar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan

12

A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. Ke-1, h. 67


(18)

6

tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.13 Di dalam proses pembelajaran, seorang guru tidak hanya berperan sebagai seorang pendidik atau pengajar saja. Tetapi juga sebagai pemberi bimbingan dan penyuluhan.

Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Guru mengetahui bahwa pada akhir setiap satuan pelajaran kadang-kadang hanya terjadi perubahan dan perkembangan pengetahuan saja. Mungkin pula guru telah bersenang hati bila telah terjadi perubahan dan perkembangan di bidang pengetahuan dan keterampilan, karena dapat diharapkannya efek tidak langsung, melalui proses transfer bagi perkembangan di bidang sikap dan minat murid.

Dengan kata lain, bahwa kemungkinan besar selama proses belajar-mengajar hanya tercapai perkembangan di bagian minat. Sedang efek dan transfernya kepada keseluruhan perkembangan sikap dan kepribadian berlangsung di luar situasi belajar-mengajar itu sendiri. Hal demikian itu tampaknya bersifat umum, walaupun sesungguhnya kurang memenuhi harapan dari pengajaran agama. Dari kenyataan itu pulalah terbukti bahwa peranan guru sebagai pendidik dan pembimbing masih berlangsung terus walaupun tugasnya sebagai pengajar telah selesai.

Sebagai pembimbing, guru lebih suka kalau mendapatkan kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi belajar-mengajar. Ia memberi dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri.

Pemberian bimbingan bagi guru agama meliputi bimbingan belajar dan bimbingan perkembangan sikap keagamaan. Dengan demikian membimbing dan pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap murid diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri murid yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai murid-murid menganggap

13

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), h. 4


(19)

rendah atau meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam.14

Selain itu juga, guru berperan sebagai pengarah belajar (director of learning). Dalam hal ini guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru mempunyai peran sebagai motivator keseluruhan kegiatan belajar siswa. Sebagai motivator belajar guru harus mampu untuk: (1) membangkitkan dorongan siswa untuk belajar, (2) menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran, (3) memberikan reward (hadiah) untuk prestasi yang dicapai siswa, dan (4) membuat regulasi (aturan) perilaku siswa.15 Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi ini, diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses Pendidikan Agama Islam untuk menanamkan sikap keberagamaan pada diri siswa. Masalah ini sangat penting untuk diteliti karena berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam yang diberikan guru di sekolah agar para siswa mempunyai sikap keberagamaan dalam seluruh aspek kehidupannya. Oleh sebab itu, penelitian ini penulis beri judul: "Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa Di MTs. Al-Fitroh Cipondoh Tangerang."

B. Identifikasi Masalah

Seperti telah diuraikan dalam latar belakang masalah diatas, maka timbul beberapa masalah. Masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

14

Zakiah Daradjat. dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), cet. Ke- 4, h. 265-267

15

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 78


(20)

8

1. Kurangnya peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pendidik 2. Penguasaan guru terhadap bahan materi dan metode pengajaran

3. Kurangnya perhatian guru terhadap aktivitas keseharian siswa di sekolah 4. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan

5. Rendahnya pengamalan siswa dalam melaksanakan kegiatan keagamaan/ibadah

6. Perlunya bimbingan keagamaan bagi anak didik sebagai generasi muda Masalah-masalah diatas sangat menarik sekali untuk diteliti terutama dalam upaya meningkatkan motivasi beragama siswa di MTs. Al-Fitroh Cipondoh Tangerang

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa sangat luas. Karena itu, agar masalah tidak rancu dalam skripsi ini, maka permasalahan dibatasi pada persoalan berikut:

1. Peran guru PAI dalam skripsi ini dibatasi pada tugas dan pengaruh guru PAI sebagai guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang.

2. Motivasi dalam skripsi ini adalah sebagai pendorong atau niat siswa dalam menjalankan ajaran agama Islam/ibadah. Dan beragama sendiri merupakan kata yang berawalan ber- yang mempunyai arti melakukan dan

mempunyai. Jadi, motivasi beragama disini adalah motivasi siswa untuk melakukan ajaran agama Islam/ibadah yang berkaitan dengan motivasi intrinsik yaitu Lillahi Ta’ala. Dan yang akan diteliti adalah motivasi dan pelaksanaan kegiatan keagamaan/ibadah siswa di MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan diatas, maka perumusan masalah yang akan difokuskan sebagai berikut:


(21)

1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama siswa?

2. Bagaimana kondisi motivasi beragama (Intrinsik) siswa dalam pelaksanaan kegiatan agama/ibadah?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk melacak dan mengetahui bagaimana peran guru PAI dalam meningkatkan motivasi beragama pada diri siswa.

b. Untuk melacak dan mengetahui bagaimana motivasi siswa dalam pelaksanaan kegiatan agama.

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk memperoleh data tentang peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama pada diri siswa sebagai bahan penelitian untuk skripsi.

b. Untuk memberikan masukan dan khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai calon guru pada khususnya dan dapat memberikan informasi kepada guru, siswa dan pihak sekolah tentang betapa pentingnya motivasi dalam meningkatkan kegiatan keagamaan siswa.


(22)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peran Guru PAI 1. Pengertian Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat atau yang merupakan bagian utama yang harus dilakukan.1 Sumber lain mengartikan kata peran sebagai karakter yang dimainkan oleh objek.

Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.2

Peran yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah keikutsertaan guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama pada diri siswa. Dimana dalam usaha pembelajaran Pendidikan Agama Islam seorang guru berperan untuk menciptakan pribadi muslim dari seorang siswa dengan cara mendidik, mengajar dan mengevaluasi siswa kepada hal yang lebih baik dan sempurna dan mengajarkan kepada siswa sesuatu yang

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.751

2


(23)

dapat membuat mereka menjadi manusia yang berakhlakul karimah dan taat beribadah.

2. Pengertian Guru PAI

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah swt, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.3

Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik adalah guru. Kedua istilah tersebut bersesuaian artinya. Bedanya, istilah guru seringkali dipakai di lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan formal, informal maupun nonformal.

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, surau/musalla, di rumah dan sebagainya.4

Istilah guru sebagaimana dijelaskan oleh Hadari Nawawi adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah/kelas. Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut, menurutnya, bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam mengarahkan

3

H. Ihsan Hamdani; H. A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 93

4

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 31


(24)

12

perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.5

Menurut Langeveld, Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak.6

Dari berbagai pengertian diatas, maka guru atau pendidik dapat diartikan sebagai orang yang mendidik, yaitu yang bekerja dalam bidang pendidikan dan mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak.

Mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam sendiri ada beberapa pendapat para ahli. Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid

dan Dian Andayani dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi” sebagai berikut:

Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah swt.

Menurut A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.7

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya mencakup bidang studi Al-Qur’an Hadis, Keimanan, Akhlak, Fiqh/Ibadah

5

H. Abuddin Nata, filsafat Pendidikan Islam 1, (Ciputat: Logos, 2001), cet.Ke-4, h. 62-63

6

H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, ………., h. 10

7

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,


(25)

dan Sejarah. Hal tersebut menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang yang membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam melalui proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Guru Pendidikan Agama Islam membantu orang tua dalam mengajarkan pendidikan Agama Islam bagi peserta didik melalui pembelajaran di kelas.

3. Pengertian Peran Guru PAI

Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam skripsi dapat diartikan sebagai tugas seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar yang meliputi 3 langkah yaitu: mendidik, mengajar dan mengevaluasi.

E. Mulyasa, dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” mengatakan bahwa diantara tugas guru yang utama dalam pembelajaran adalah:

a. Sebagai Pendidik

Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. Dibandingkan

dengan pengertian “mengajar”, maka pengertian “mendidik” lebih

mendasar. Mendidik tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga

transfer of values. mendidik diartikan lebih komprehensif, yakni usaha membina diri anak didik secara utuh, baik matra kognitif, psikomotorik


(26)

14

maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia-manusia yang berpribadi.8

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.9

Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pendidik sangatlah berat sekali. Karena dalam mendidik seorang guru PAI secara tidak langsung dituntut untuk memelihara dan membimbing anak didik untuk berakhlak mulia dan mempunyai kecerdasan pikiran yang dewasa. Dengan kata lain, seorang guru mempunyai tugas untuk membina diri anak didik secara utuh.

b. Sebagai Pengajar

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. kalau belajar dikatakan milik siswa maka mengajar sebagai kegiatan guru.

Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik dengan menanamkan pengetahuan kepada anak didik dengan suatu harapan terjadi proses pemahaman yang terjadi melalui proses belajar.10

8

Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), h. 53

9

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), cet. Ke-4, h. 37

10


(27)

Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor diatas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, sebagai berikut:

1) Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.

2) Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.

3) Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian, sebagaimana orang mengatakan : “cuts the learning

into chewable bites”.

4) Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain Nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.

5) Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.

6) Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.


(28)

16

7) Mendengarkan: memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas bagi guru maupun peserta didik.

8) Menciptakan kepercayaan: pesetra didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.

9) Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.

10)Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan pengalamn yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar.

11)Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaian metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.

12)Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan hidup melalui antusias dan semangat.

Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar. Sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat keputusan secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang dituntut oleh pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, perlu dibina hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik. Hubungan ini menyangkut bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didiknya dalam pembelajaran, serta bagaimana peserta didik merasakan apa yang dirasakan gurunya. Sebaiknya guru mengetahui bagaimana peserta didik memandangnya, karena hal tersebut sangat penting dalam pembelajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini akan menjadi jelas jika secara hati-hati


(29)

menguji bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didik dalam pembelajaran (empati).11

Selain itu, Salah satu dari tahapan mengajar yang harus dilalui oleh seorang guru dalam proses pengajaran adalah “menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata lain disebut juga dengan

“mendisain program pengajaran”.

R. D. Conners mengemukakan pula bahwa mengajar adalah suatu perbuatan terpadu dan dilaksanakan secara bertahap, seperti digambarkan melalui analisis mengajar berikut ini: 12

TUGAS GURU Tahap sebelum pengajaran

(Pre- active)

Tahap pengajaran (Inter- active)

Tahap sesudah pengajaran (Post- active) Perencanaan semester,

catur wulan unit, satuan pelajaran

- Pengelolaan control - Penyampaian

informasi

- Penggunaan tingkah laku verbal dan non verbal

- Menilai kemajuan siswa

- Merencanakan kegiatan - Menilai proses belajar

mengajar - Bekal bawaan siswa

- Perumusan tujuan

- Pemilihan metode, pengalaman belajar, bahan dan peralatan

- Balikan

- Penerapan prinsip psikologi

Mempertimbangkan ciri-ciri siswa, langkah pengajaran, pola pengelompokan dan prinsip belajar.

- Mendiagnosis kesulitan belajar - Pelayanan perben-

Evaluasi

Hasil belajar siswa:

kognitif, dan

psikomotorik.

Agar bahan pelajaran dapat disajikan kepada siswa dalam jam pelajaran tertentu guru harus membuat persiapan pelajaran yang dilakukan berdasarkan pedoman instruksional. Tiap pengajar harus membuat persiapan pelajaran sebelum ia dengan penuh tanggungjawab memasuki kelas. Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan

11

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ………, h. 37-40

12

H. Syafruddin Nurdin, dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. Ke-1, h. 84


(30)

18

maha, sehingga tak dapat dilakukan dengan baik oleh siapa pun tanpa persiapan, sekalipun ia telah berpengalaman bertahun-tahun.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini diperlukan interaksi dan pemahaman psikologi yang mendalam dari seorang guru mengenai diri anak didik agar materi yang diberikan dapat dengan mudah dipahami oleh anak didik.

c. Sebagai Evaluator

Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.13

Selain itu juga, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh kepada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan daripada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan tes.14

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses penetapan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.

13

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran¸ (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. Ke-1, h. 290

14


(31)

Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non-tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.

Kemampuan yang harus dikuasai guru sebagai evaluator adalah memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non-tes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal.15

Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri:

1) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian. Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, maka hasil pengajaran itu berarti tidak efektif.

2) Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.16

Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai evaluator adalah menilai bagaimana hasil belajar siswa dan pengaplikasian materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan skala sikap yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

15

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ………, h. 61-62

16


(32)

20

Ketiga rangkaian peran guru Pendidikan Agama Islam diatas adalah peran guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar secara umum yang dilakukan di dalam kelas. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar dituntut untuk menyampaikan materi/pengetahuan kepada anak didik agar terjadi proses pemahaman dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menilai sejauh mana pemahaman anak didik akan materi yang telah diajarkan.

Sedangkan peran utama dari seorang guru Pendidikan Agama Islam yang tidak kalah pentingnya dari ketiga peran diatas adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.17

Sebagai pembimbing, guru lebih suka kalau mendapatkan kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi belajar-mengajar. Ia memberi dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri.

Pemberian bimbingan bagi guru agama meliputi bimbingan belajar dan bimbingan perkembangan sikap keagamaan. Dengan demikian membimbing dan pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap murid diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri murid yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai murid-murid menganggap rendah atau meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam.18

Dalam referensi lain dikatakan bahwa, peran guru Pendidikan Agama Islam adalah sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid,

mudarris, dan mu’addib.

17

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, ………., h. 46

18

Zakiah Daradjat. dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), cet. Ke- 4, h. 266-267


(33)

a. Sebagai ustadz, seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya.

b. Sebagai mu’allim, seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang diajarkannya, serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, dan berusaha membangkitkan peserta didik untuk mengamalkannya.

c. Sebagai murabbiy, seorang guru bertugas untuk mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

d. Sebagai mursyid, seorang guru harus berusaha untuk menularkan penghayatan (transinternalisasi) akhlak dan/atau kepribadiannya kepada peserta didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya, maupun dedikasinya yang serba Lillahi

Ta’ala (karena mengharapkan ridha Allah semata).

e. Sebagai mudarris, seorang guru harus berusaha untuk mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

f. Sebagai mu’addib, seorang guru dituntut untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas di masa depan.

Dari hasil tela’ah terhadap istilah-istilah guru dalam literatur kependidikan Islam ditemukan bahwa guru adalah orang yang memiliki fungsi dan karakteristik serta tugas-tugas sebagai berikut.

Fungsi Guru/Pendidik Serta Karakteristik Dan Tugasnya Dalam Perspektif Pendidikan Islam

No Fungsi Guru/

Pendidik Karakteristik dan Tugas

1. Ustadz Orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement. 2. Mu’allim Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya


(34)

22

dimensi teoritis dan praktisnya, atau sekaligus melakukan

transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi, serta amaliah (implementasi).

3. Murabbiy Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

4. Mursyid Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didik.

5. Mudarris Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. 6. Muaddib Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk

bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.

Dalam konteks pendidikan islam, karakteristik Ustadz (guru yang profesional) selalu tercermin dalam segala aktivitasnya sebagai murabbiy,

mu’allim, mursyid, mudarris dan mu’addib. Dengan demikian,

guru/pendidik PAI yang profesional adalah orang yang menguasai ilmu pengetahuan (agama islam) sekaligus mampu melakukan transfer

ilmu/pengetahuan (agama islam), internalisasi, serta amaliah

(implementasi); mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan

berkembang kecerdasannya dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakatnya; mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik; memiliki kepekaan informasi, intelektual dan moral-spiritual serta mampu mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik; dan mampu mneyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diridhai oleh Allah.19

Dengan demikian dapat disimpulan bahwa, tugas guru agama tidak hanya melaksanakan pendidikan agama dengan baik, akan tetapi guru

19

H. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 44-51


(35)

agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, maupun masyarakat sekitarnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiyah Daradjat dalam bukunya “Ilmu Jiwa Agama”.

4. Tanggung Jawab Guru PAI

Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yag diharapkan ada pada setiap diri anak didik. Tidak ada seorang guru pun yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat.

Selain itu, sudah menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma kebaikan kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti harus guru berikan ketika di kelas, di luar kelas pun sebaiknya guru contohkan melalui sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku dan perbuatan.20

Pendidik dalam proses pendidikan baik melalui kegiatan belajar-mengajar di lembaga formal (sekolah) maupun informal (luar sekolah), pada hakikatnya memiliki tugas dan tanggung jawab yang apabila dijabarkan indikatornya antara lain menurut Oemar Hamalik, adalah, (a) pendidik sebagai model, (b) pendidik sebagai perencana, (c) pendidik sebagai peramal, (d) pendidik sebagai pemimpin, dan (e) pendidik sebagai penunjuk jalan atau sebagai pembimbing kearah pusat-pusat belajar.

Djamarah merinci lagi bahwa tanggung jawab pendidik adalah sebagai berikut:

a. Korektor, yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk, koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dari afektif sampai ke psikomotor.

20


(36)

24

b. Inspirator, yaitu pendidik menjadi inspirator/ilham bagi kemajuan belajar siswa/ mahasiswa, petunjuk bagaimana belajar yang baik, dan mengatasi permasalahan lainnya.

c. Informator, yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Organisator, yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan

akademik (belajar).

e. Motivator, yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar.

f. Inisiator, yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.

g. Fasilitator, yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang

memungkinkan memudahkan kegiatan belajar.

h. Pembimbing, yaitu pendidik harus mampu membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap.

i. Demonstrator, yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemontrasikan bahan pelajaran yang susah dipahami.

j. Pengelola kelas, yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk menunjang interaksi edukatif.

k. Mediator, yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif.

l. Supervisor, yaitu pendidik hendaknya dapat memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran dan

m. Evaluator, yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur.21

Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian, tugas dan tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak

21


(37)

didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.22

Keutamaan profesi guru dalam agama Islam sangatlah besar sehingga Allah menjadikannya sebagai tugas yang diemban Rasulullah saw, sebagaimana diisyaratkan lewat firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 164:













































































Artinya:

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang

beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” 23

Dari gambaran ayat-ayat diatas, guru agama Islam memiliki dua fungsi, yaitu:

1) Fungsi penyucian; artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang serta pemelihara fitrah manusia. 2) Fungsi pengajaran; artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai

ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.24

Sedangkan tanggung jawab guru yang terpenting ialah merencanakan dan menuntut para peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang

22

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, ………….., h. 36

23

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ………,h. 104

24

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,


(38)

26

diinginkan. Guru harus membimbing peserta didik agar mereka memperoleh keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi. Oleh karena itu, seorang guru harus melakukan banyak hal agar pengajarannya berhasil, antara lain:

a. Mempelajari setiap peserta didik di kelasnya

b. Merencanakan, menyediakan, dan menilai bahan-bahan belajar yang akan dan/atau telah diberikan

c. Memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, kebutuhan dan kemampuan peserta didik dan dengan bahan-bahan yang akan diberikan

d. Memelihara hubungan pribadi seerat mungkin dengan peserta didik e. Menyediakan lingkungan belajar yang serasi

f. Membantu para peserta didik memecahkan berbagai masalah g. Mengatur dan menilai kemajuan belajar peserta didik

h. Membuat catatan-catatan yang berguna dan menyususn laporan pendidikan

i. Mengadakan hubungan dengan orang tua peserta didik secara kontinu dan penuh saling pengertian

j. Berusaha sedapat-dapatnya mencari data melalui serangkaian penelitian terhadap masalah-masalah pendidikan

k. Mengadakan hubungan dengan masyarakat secara aktif dan kreatif guna kepentingan pendidikan para siswa.25

Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh H. M. Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan, mengatakan bahwa seorang guru yang dapat diharapkan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswanya minimal harus memiliki empat kemampuan:

a. Menguasai bahan/mata pelajaran yang diajarkan b. Mampu merencanakan program belajar mengajar

25

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 76-77


(39)

c. Mampu melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar d. Mampu menilai kemajuan proses belajar mengajar siswanya.26

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa tanggung jawab seorang guru Pendidikan Agama Islam di sekolah maupun di luar sekolah sangat penting sekali. Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai tanggung jawab untuk memberikan norma kebaikan kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Dengan demikian, tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang. 5. Indikator Peran Guru PAI

Peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran karena guru merupakan aktor yang berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya guru, proses pembelajaran menjadi lebih teratur dan nyaman sehingga peserta didik dapat fokus dalam belajar.

Oleh sebab itu seorang guru Pendidikan Agama Islam haruslah mengikuti langkah-langkah pengajaran secara sempurna dengan berpedoman pada kurikulum yang digunakan pada jenjang pendidikan yang berlangsung.

Tugas dan tanggung jawab guru mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan anak didik, mulai dari penyampaian materi agar anak didik menjadi pintar dan berilmu pengetahuan, sampai bagaimana cara mendidik anak didik agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah dan mempunyai sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

26


(40)

28

Jadi indikator peran guru Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

 Pendidik

 pengajar

 Pengevaluasi

B. Motivasi Beragama

1. Pengertian Motivasi Beragama

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menelaah pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannnya.27

Mengenai pengertian motivasi terdapat beberapa pengertian sebagai berikut:

Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku.28

Motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal).29

27

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & pengukurannya (Analisis Di Bidang Pendidikan), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. Ke- 3, h. 3

28

H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 85

29

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985), cet. Ke-2, h. 65


(41)

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.30

Motivasi adalah usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Secara umum dapat dikatakan, bahwa tujuan memotivasi peserta didik adalah untuk menggerakkan, menggugah, menimbulkan keinginan yang kuat serta menyadarkan mereka untuk belajar secara sungguh-sungguh mengikuti proses belajar mengajar secara sadar dan bertujuan. Maka bagi guru peranan motivasi ini sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menimbulkan kemauan, memberi semangat, menimbulkan kesadaran untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Berbagai cara dapat ditempuh guru untuk memotivasi peserta didiknya. Misalnya: dengan memberi contoh, pujian, nasihat, memberi pekerjaan rumah, mengerjakan tugas bersama, diskusi, memberikan tugas baca dan sebagainya.31

Sedangkan menurut Mc. Donald, yang dikutip oleh Wasty Soemanto, memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.32

Dan Hasan Langgulung berpendapat dalam buku “Psikologi

Agama” yang dikutip oleh H. Ramayulis, bahwa motivasi merupakan suatu keadaan psikologis yang merangsang dan memberi arah terhadap aktivitas manusia. Motivasi itulah yang menggerakkan dan mendorong aktivitas seseorang. Motivasi itulah yang membimbing seseorang ke arah tujuan-tujuannya termasuk tujuan seseorang dalam melaksanakan tingkah laku (amal keagamaan).33

30

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 70

31

H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press & Yayasan Pep-Ex 8, 2003), cet. Ke- 4, h. 93

32

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), cet. Ke-3, h. 91

33


(42)

30

Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan

atas pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi.

b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

Dengan demikian, seorang guru harus mempelajari bagaimana melaksanakan motivasi secara efektif. Dan guru harus senantiasa mengingat bahwa setiap motif yang baru, harus tumbuh dari keadaan anak sendiri, yaitu dari motif-motif yang telah dimiliki, dorongan-dorongan dasarnya, sikapnya, minatnya, tingkah lakunya, hasil belajarnya dan sebagainya.

Dengan demikian tugas guru dalam meningkatkan motivasi siswa adalah untuk menimbulkan kesadaran diri anak didik agar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapainya dengan tanpa adanya paksaan.

Dalam kaitannya dengan tingkah laku beragama, motivasi penting untuk dibicarakan untuk mengetahui apa sebenarnya latar belakang suatu tingkah laku keagamaan yang dikerjakan seseorang.

Karena agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya.

Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan


(43)

militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada keridhaan Allah.34

Karena agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian kita tertuju sepenuhnya kepada adanya suatu dunia yang tidak dapat dilihat (akhirat), namun agama (juga) melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari di dunia ini.35

Jadi agama dapat didefinisikan sebagai “relasi dengan Tuhan

sebagaimana dihayati oleh manusia.” Karena dengan beragama seseorang

dapat mendorong atau memotivasi seseorang untuk selalu bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi beragama adalah suatu kekuatan atau dorongan yang menggerakkan aktivitas seseorang untuk mengarahkan dan membimbing orang tersebut ke arah tujuan-tujuan dalam melaksanakan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran agama.

2. Jenis Motivasi

Seorang guru sangat penting peranannya dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk bertingkah laku dengan baik. Pendorong timbulnya tingkah laku atau motivasi itu ada dua macam, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar.36

Dalam referensi lain dikatakan bahwa motivasi intrinsik, yaitu motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar. Memang

34

H. Abu Ahmadi; Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. ke- 4, h. 4

35

Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), cet. Ke- 5, h. 3

36


(44)

32

dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang yang gemar membaca tidak usah ada yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya, orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti komando sudah belajar secara baik-baiknya.37

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah: 1) Adanya kebutuhan

2) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri 3) Adanya cita-cita atau aspirasi.38

Sedangkan diantara motivasi beragama yang tinggi dalam Islam yang erat kaitannya dengan motivasi intrinsik, sebagaimana yang dikutip oleh H. Ramayulis sebagai berikut:

a. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal yang memotivasi orang dalam beragama adalah keinginan untuk benar-benar menghamba atau mengabdikan diri serta mendekatkan jiwanya kepada Allah, yang tujuannya adalah nilai-nilai ibadah dan pendekatan dirinya kepada Allah swt.

b. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keridhaan Allah dalam hidupnya. Motivasi orang dalam hal ini didorong oleh rasa ikhlas dan benar kepada Allah sehingga yang memotivasinya dalam beribadah dan beragama semata-mata karena keinginan untuk mendapatkan keridhaan Allah.

c. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Seseorang yang mempunyai motivasi kategori ini merasakan agama itu sebagai suatu kebutuhan dalam hidupnya yang mutlak dan bukan

37

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ………., h. 73

38

Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama Semarang,1996), cet. Ke-1, h. 75


(45)

merupakan suatu kewajiban atau beban, akan tetapi bahkan sebagai permata hati.

d. Motivasi beragama karena didorong ingin bidul (mengambil tempat untuk menjadi satu dengan Tuhan).

e. Motivasi beragama karena didorong oleh kecintaan (mahabbah) kepada Allah swt.

f. Motivasi beragama karena ingin mengetahui rahasia Tuhan dan peraturan Tuhan tentang segala yang ada (ma’rifah).

g. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk al-ittibad (bersatu dengan Tuhan).39

Dengan motivasi intrinsik, diharapkan agar anak didik mempunyai kesadaran dan kemauan yang tinggi unttuk mempelajari dan mempraktekkan ajaran agama tanpa adanya paksaan dari orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan di sekolah serta berperilaku sesuai dengan norma agama.

b. Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motivasi yang datangnya dari luar diri individu, atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti: belajar karena takut kepada guru atau karena ingin lulus, karena ingin memperoleh nilai tinggi, yang semuanya ini tidak berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.40

Dalam referensi lain dikatakan bahwa motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaan, dan sebagainya.41

39

H. Ramayulis, Psikologi Agama, ………, h. 82-84

40

H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ………, h. 85

41


(46)

34

Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering kali para siswa belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Usaha yang dapat dikerjakan oleh guru memang banyak, dan karena itu di dalam memotivasi siswa kita tidak akan menentukan suatu formula tertentu yang dapat digunakan setiap saat oleh guru.42

Sedangkan diantara motivasi beragama yang rendah dalam Islam yang erat kaitannya dengan motivasi ekstrinsik, sebagaimana yang dikutip oleh H. Ramayulis sebagai berikut:

a. Motivasi beragama karena didorong oleh perasaan jah dan riya’, seperti motivasi orang dalam beragama karena ingin kepada

kemuliaan dan keriya’an dalam kehidupan masyarakat.

b. Motivasi beragama karena ingin mematuhi orang tua dan menjauhkan larangannya.

c. Motivasi beragama karena demi gengsi atau prestise, seperti ingin mendapat predikat alim atau taat.

d. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu atau seseorang, seperti motivasi seseorang dalam shalat untuk menikah.

e. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk melepaskan diri dari kewajiban agama. Dalam hal ini orang menganggap agama itu sebagai suatu beban, sesuatu yang wajib dan tidak menganggapnya sebagai suatu kebutuhan yang penting dalam hidup. Jika dilihat dari kaca mata psikologi agama, sikap seseorang yang demikian terhadap agama akan buruk dampaknya secara kewajiban karena ia rasakan agama ini sebagai tanggungan

42

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. Ke-2, h.163


(1)

(2)

ANGKET UNTUK SISWA

Nama : ………..……. Hari : ………

Kelas : ………... Tanggal : ………...

Petunjuk

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan sungguh-sunguh.

2. Berilah tanda Check List ( √) pada salah satu kolom sesuai jawaban yang anda anggap benar.

Keterangan:

SS = Sangat Setuju S = Setuju

R = Ragu-Ragu TS = Tidak setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

3. Bacalah basmalah sebelum anda menjawab pernyataan. N

o Pernyataan SS S R TS STS

1 Guru agama memerintahkan saya untuk melaksanakan shalat lima waktu

2 Guru agama menasehati saya agar berpakaian rapi dan sopan 3 Guru agama menyarankan saya untuk mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler yang berkaitan dengan keagamaan di sekolah 4 Guru agama mengajarkan saya untuk mengucapkan salam

apabila bertemu dengan guru, dan teman di jalan

5 Guru agama mengajarkan saya pelajaran mengenai macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan

6 Guru agama mengajarkan saya untuk bersikap jujur 7 Guru agama melarang siswa untuk merokok

8 Guru agama mengajarkan saya untuk tidak berbohong atau membicarakan kejelekan orang lain

9 Guru agama melarang siswa tawuran sesama pelajar

10 Guru agama menasehati saya untuk menghormati orang tua, guru, dan teman

11

Guru agama membantu siswa yang mengalami kesulitan/belum mengerti dalam belajar pendidikan agama Islam (Fiqih, Aqidah Akhlak dan SKI)


(3)

12

Guru agama mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan setiap akhir pelajaran

13 Guru agama selalu memperhatikan sikap dan tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari

14 Guru agama selalu mengontrol siswa saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan 15 Saya mempunyai kemauan yang tinggi untuk beribadah

16 Saya melaksanakan shalat wajib 5 waktu tanpa paksaan dari orang lain

17 Saya melaksanakan ajaran agama agar mendapatkan ridha dari Allah swt

18 Saya selalu bertanya hal-hal yang tidak diketahui tentang agama kepada guru, orang tua atau Ustadz yang ada

19 Saya menyukai ceramah agama yang diberikan oleh guru agama Islam atau Ustadz di tempat pengajian

20 Saya selalu mengikuti kegiatan tadarus yang dilaksanakan setiap pagi hari secara berjama’ah di halaman sekolah

21 Saya mengikuti kegiatan keagamaan di luar sekolah. Seperti: pengajian remaja, pengajian baca tulis al-Qur’an

22 Saya mempraktekkan materi pelajaran PAI yang telah di ajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari

23 Saya bertutur kata dan berperilaku yang sopan kepada semua orang, baik di sekolah maupun di luar sekolah

24 Saya mendapatkan dorongan dari orang tua, guru dan teman-teman untuk lebih rajin beribadah

25 Saya mengikuti kegiatan muhadhoroh di sekolah agar dapat perhatian dari guru dan teman-teman

26 Saya ikhlas mengikuti kegiatan tadarus di sekolah agar menjadi pintar membaca al-Qur’an

27 Saya giat belajar agama Islam agar mendapatkan nilai yang memuaskan

28 Saya melaksanakan shalat 5 waktu karena takut akan dosa dan ganjaran di akhirat nanti

29

Saya mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan agama Islam di sekolah karena takut dimarahi oleh guru jika tidak mengikutinya


(4)

PEDOMAN WAWANCARA

Hari/Tanggal : Rabu, 20 Oktober 2010 Tempat Wawancara : Ruang guru MTs. Al- Fitroh Responden : Guru Mata Pelajaran PAI

1. Bagaimana proses belajar mengajar PAI di Mts. Al- fitroh? 2. Metode apa saja yang Bapak terapkan dalam pembelajaran PAI? 3. Kendala apa saja yang Bapak hadapi dalam pembelajaran PAI?

4. Bagaimana upaya Bapak dalam proses pembelajaran dalam mengatasi kendala-kendala tersebut?

5. Usaha apa saja yang bapak lakukan dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif?

6. Strategi yang seperti apakah yang Bapak lakukan dalam memotivasi siswa untuk meningkatkan keimanan siswa tentang agama Islam?

7. Faktor-faktor apa saja menurut pendapat Bapak yang dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam meningkatkan pelaksanaan ibadah?

8. Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan motivasi beragama siswa dalam beribadah?

9. Bagaimana hasil kegiatan siswa dalam pelaksanaan kegiatan ibadah/keagamaan yang telah Bapak usahakan dalam meningkatkan motivasi beragama siswa?


(5)

HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Rabu, 20 Oktober 2010 Tempat Wawancara : Ruang guru MTs. Al- Fitroh Responden : Guru Mata Pelajaran PAI

1. Proses belajar mengajar yang terjadi di MTs. Al- Fitroh cukup baik. Walaupun ada saja hambatannya.

2. Metode yang saya terapkan dalam pembelajaran sangat bervariatif mulai dari metode Ceramah, Tanya jawab, Praktek, Demonstrasi, Tugas dan yang paling penting adalah keteladanan.

3. Kendala yang sering saya hadapi adalah sikap siswa yang kadang menyimpang ketika proses pembelajaran, diantaranya ketika saya menjelaskan materi siswa ngobrol sendiri dengan teman sebangkunya, ada juga yang mengantuk. Selain itu kurangnya minat baca anak akan materi Pendidikan Agama Islam.

4. Awalnya saya menegur mereka terlebih dahulu, dan seandainya dengan teguran tersebut tidak berhasil, maka saya akan memberi hukuman kepada mereka, tetapi hukuman itu setidaknya adalah hukuman yang mendidik (bukan fisik).

5. Sebelum saya memulai pelajaran terlebih dahulu mengkondisikan kelas, yang saya perhatikan terlebih dahulu diantaranya kebersihan kelas dan kelengkapan alat-alat pengajaran, kemudian siswa dikondisikan artinya sebelum pelajaran dimulai pastikan kalau mereka sudah siap untuk mengikuti pembelajaran. Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran tidak ditemukan sikap atau perilaku yang menyimpang yang dapat mengganggu kelancaran proses pembelajaran.

6. Untuk langkah awal, mungkin saya mengenalkan Pendidikan Agama Islam sebagai suatu mata pelajaran yang menarik dengan menggunakan metode


(6)

pembelajaran yang bervariatif tadi dalam penyampaiannya. Sehingga timbul rasa senang dalam diri siswa untuk mempelajari materi PAI. Dan tentunya mereka akan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

7. Faktor internal = kemauan dari dalam diri siswa sendniri

Faktor eksternal = faktor pendukung dari orang terdekat mereka seperri guru agama di sekolah dan tersedianya sarana dan pra sarana yang dapat digunakan sebagai wadah pembinaan mereka.

8. Usaha yang saya lakukan dan tentunya atas dukungan dari pihak sekolah adalah dengan mengadakan kegiatan ekskul yang bersifat keagamaan seperti: marawis, muhadhoroh, Qiro’atul kutub, kaligrafi dan tentunya pembinaan tadarus yang rutin kami lakukan setiap pagi hari di halaman sekolah secara berjama’ah sebelum memulai aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). 9. Alhamdulillah, hasil dari usaha yang saya dan pihak sekolah lakukan berjalan

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa untuk mengikuti berbagai macam kegiatan tersebut. Dan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut lebih memiliki skill/kemampuan yang lebih baik dari siswa-siswa yang lainnya.

Tangerang, 20 Oktober 2010

Yang di Interview Yang Menginterview