MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Sri Wulandari Danoebroto
PPPPTK Matematika Yogyakarta
Abstrak
Indonesia sebagai negara yang multikultur menghadapi persoalan internal berupa melemahnya
semangat kebangsaan dan memudarnya nilai-nilai budaya daerah sehingga memicu konflik SARA,
ketidakadilan hingga krisis jati diri. Pluralitas bangsa Indonesia disatu sisi memang merupakan
kekuatan, namun disisi lain menjadi rentan konflik bila tidak ada kesepahaman, toleransi dan saling
pengertian dalam menyikapi perbedaan. Pendidikan multikultural dipandang sangat strategis dalam
upaya membangun kesadaran tersebut. Tahap awal yang perlu segera dilakukan adalah penyadaran
melalui sosialisasi yang dapat dimulai pada level sekolah, untuk bisa saling mengenal dan memahami
keanekaragaman budaya, sehingga menumbuhkan sikap saling menghargai identitas etnik yang sama
maupun berbeda. Implementasi pendidikan multikultural di level sekolah tidak dilakukan secara terpisah
melainkan terintegrasi dalam mata pelajaran, termasuk matematika. Model pembelajaran matematika
berbasis pendidikan multikultural dikembangkan dari lima dimensi pendidikan multikultural James
Banks yaitu integrasi budaya dalam konten matematika, konstruksi pengetahuan matematika melalui
konteks dan pemahaman budaya, kesetaraan pedagogik, mengurangi prejudice dan memberdayakan
kultur sekolah yang kondusif. Pembelajaran matematika berbasis pendidikan multikultural bertujuan

untuk mengoptimalkan prestasi belajar matematika sekaligus menumbuhkan kesadaran, kesepahaman,
toleransi, saling pengertian dan semangat kebangsaan individu siswa sebagai bagian dari masyarakat
yang multikultur.
Kata kunci: pembelajaran matematika, ethnomathematics, pendidikan multikultural

A MODEL OF MATEMATICS TEACHING
BASED ON MULTICULTURAL EDUCATION
Abstract
Indonesia as multicultural country facing internal issues such as weakening the spirit of
nationality and waning of cultural values so as to lead to conflict SARA (ethnic, religion, race, group),
inequity, and crisis identity. Plurality of Indonesia is powerful but in the other hand become vulnerable to
conflict when there is no understanding, tolerance and mutual understanding in facing differences.
Multicultural education is considered very strategic to build awareness. The early stages that need to be
immediately carried out public awareness through socialization that is can be started at the school level,
to get to know each other and to understand cultural diversity, thus fostering mutual respect ethnic
identities in the same or different. Implementation of multicultural education at the school level are not
done separately but integrated in the subjects, including mathematics. The model of mathematics
teaching based on the five dimensions of multicultural education identified by James Banks, including
culture integration into mathematics content, knowledge construction of mathematics through context
and cultural understanding, equitable pedagogy, prejudice reduction and empowering school culture.

Learning mathematics-based multicultural education aims to optimize the achievement of mathematics
teaching and fosters awareness, understanding, tolerance, mutual understanding and a spirit of
nationality of individual students as part of a multicultural community.
Keywords: mathematics learning, ethnomathematics, multicultural education

94 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

terjadinya benturan nilai-nilai kultur yang dianut

PENDAHULUAN
Indonesia

merupakan

negara

dengan


masyarakat Indonesia dengan nilai-nilai kultur

keanekaragaman etnis budaya dan agama.

dari luar. Dalam keadaan demikian, seolah-olah

Penduduk Indonesia terdiri atas penduduk asli,

bangsa

keturunan Tionghoa, Arab, dan India, serta

dirinya.

golongan orang Indo atau

Eurasia

yaitu


Indonesia

Diagram

menjadi

berikut

kehilangan jati

menggambarkan

percampuran Indonesia dan Eropa. Penduduk

interaksi dinamis antar unsur-unsur kultural

asli Indonesia sendiri terdiri atas lebih dari 300

yang berpengaruh terhadap individu.


suku bangsa dengan keunikan identitas budaya
serta bahasanya. Ada lima agama besar yaitu

Arus globalisasi

Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha serta
berbagai keyakinan religius etnis tertentu yang

Agama

Etnis/ Suku

dianut masyarakat Indonesia. Bila dilihat dari
kondisi geografis Indonesia sebagai negara
kepulauan,

penduduknya

tersebar


Individu

di

pegunungan, wilayah pesisir atau di daratan

Sosial Ekonomi

dengan karakteristik lingkungan yang beragam.

Letak geografis

Selain itu, pluralitas di Indonesia juga tercipta
oleh adanya strata sosial dan ekonomi akibat
pertumbuhan ekonomi negara yang belum
merata. Hal ini menunjukkan betapa Indonesia
adalah negara dengan penduduk yang sangat

Gambar 1.


Interaksi Unsur-Unsur Kultural

Dalam diri individu terdapat unsur etnis
atau kesukuan, agama, tingkat sosial ekonomi

multikultur.
Dinamika pluralitas di Indonesia tidak

dan lingkungan tempat tinggal atau letak

hanya terjadi antar penduduk di dalam negeri

geografis. Semua unsur ini akan mempengaruhi

tetapi juga terjadi antar penduduk Indonesia

dan membentuk karakter individu yang akan

dengan dunia luar. Indonesia sebagai bagian dari


ditampilkannya dalam sikap, tindakan, perilaku,

masyarakat dunia tidak mungkin menutup diri

rasa dan pemikiran. Sebagai bagian dari

terhadap perubahan dan perkembangan yang

masyarakat multikultur, performa tersebut dapat

terjadi. Hal ini tentu berdampak besar bagi

berimplikasi positif bila bersifat konstruktif atau

eksistensi bangsa Indonesia. Salah satu dampak

berimplikasi negatif bila bersifat destruktif.

positifnya adalah terbuka lebar kesempatan


Interaksi individu dengan individu lainnya dapat

untuk mengakses berbagai informasi termasuk

menimbulkan saling pengaruh dan percampuran

penemuan-penemuan terbaru di bidang ilmu

budaya atau sebaliknya saling menolak sehingga

pengetahuan. Namun, bangsa Indonesia juga

menimbulkan konflik. Pengaruh globalisasi

merasakan dampak negatifnya dengan mulai

yang membawa serta nilai-nilai kultur asing

terkikisnya


menjadikan semakin kuatnya tarik menarik antar

nilai-nilai

budaya

daerah

dan

semangat kebangsaan. Hal ini disebabkan oleh

unsur-unsur

ini

sehingga

seolah


terjadi

Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan

- 95

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

kontradiksi antara mengikuti perkembangan

adalah

suatu

hal

yang

jaman dengan menjaga identitas diri. Bila

keanekaragaman tersebut ditiadakan dengan

individu tercerabut dari akar budaya dan

memaksakan

agamanya maka ia mulai kehilangan jati dirinya.

Menurut Koentjaraningrat (2002:46), konsep-

Dengan demikian, pluralitas bukan sesuatu yang

konsep multikulturalisme normatif mengatur

statis tetapi bersifat dinamis.

polarisasi kedua

kesamaan

kutub

mustahil

atau

jika

monokultur.

yang kelihatannya

Dinamika pluralitas ini dapat menjadi

kontradiktif, yaitu kesatuan Indonesia di satu

kekuatan bila didasari oleh kesatuan dan

pihak dan perbedaan etnis di lain pihak. Hal ini

persatuan atau semangat kebangsaan. Menilik

berarti ada dinamika dalam mengembangkan

dari pengalaman sejarah, Indonesia memiliki

budaya, tradisi, dan bahasa dari masing-masing

semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti

kelompok etnis sebagai bagian yang integral

berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Pemuda

dari bangsa Indonesia.

bangsa

Upaya strategis dalam menumbuhkan

menegaskan kesatuan dan persatuan melalui

kesepahaman, toleransi dan saling pengertian

Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang

Semua ini merupakan pengalaman historis yang

berpihak

menunjukkan adanya kesadaran dan penerimaan

mengakomodasi perbedaan untuk mencapai

multikultur di Indonesia sekaligus kesadaran

tujuan yang sama, yaitu menjadi terdidik, adalah

akan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

pendidikan

Namun, makna Bhinneka Tunggal Ika ataupun

multikultural merupakan usaha membangun

Sumpah Pemuda kini seakan mulai memudar

kesadaran diri sebagai individu yang berpotensi

dalam diri bangsa Indonesia. Konflik antar suku,

dalam memberikan kontribusi positif bagi

antar agama bahkan pertikaian antar warga yang

pembangunan masyarakat. Untuk itu sebagai

dipicu oleh hal-hal yang sepele adalah buktinya.

bagian dari masyarakat yang multikultur, setiap

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah tawuran

individu perlu menyadari akan identitas dirinya

antar pelajar, antar mahasiswa, baik dengan

dan menghargai kultur lain yang berbeda

sesamanya maupun dengan pihak lain, yang

dengannya.

Indonesia

dari

berbagai

suku

pada

keanekaragaman

multikultural.

dan

Pendidikan

sering juga disebabkan oleh kesalahpahaman

Tahap awal yang perlu segera dilakukan

semata. Padahal pelajar dan mahasiswa adalah

adalah penyadaran melalui sosialisasi yang

gambaran masyarakat terdidik. Apa yang salah

dapat dimulai pada level sekolah, untuk bisa

dengan pendidikan di Indonesia?

saling

Kemajemukan

masyarakat

Indonesia

mengenal

keanekaragaman

dan

memahami

budaya,

sehingga

dapat dipandang sebagai potensi, namun disisi

menumbuhkan sikap saling menghargai identitas

lain

etnik yang sama maupun berbeda. Memang

juga

rentan

menimbulkan

konflik.

Keanekaragaman yang tidak diikuti dengan

tidak

kesepahaman, toleransi dan saling pengertian

Agama, Ras, dan Antar Golongan) dapat

dapat

yang

terselesaikan melalui pendidikan multikultural

berdampak pada ketidakadilan. Sementara itu,

di level sekolah terlebih lagi dalam batasan

memantikkan

api-api

96 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012

konflik

semua

permasalahan

SARA

(Suku,

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

ruang kelas. Akan tetapi, upaya penyadaran itu

superioritas dalam penguasaan matematika juga

harus segera dilakukan melalui tindakan nyata.

berakibat

Ruang kelas dipandang cukup efektif sebagai

memperlakukan siswa Cina dengan non Cina.

tempat

kelas

Dengan adanya anggapan ini maka siswa non

merupakan miniatur masyarakat dimana peserta

Cina akan merasa dirinya inferior sehingga sulit

didik belajar mengembangkan keterampilan

mencapai prestasi di bidang matematika yang

sosial dan mengasah pemikiran yang kritis.

optimal. Faktanya, jumlah penduduk Indonesia

memulainya.

Pendidikan

Sekolah

dalam

non Cina adalah mayoritas dibandingkan dengan

dilakukan secara terpisah atau berdiri sendiri

penduduk Indonesia dari etnis Cina. Diketahui

sebagai

melainkan

bahwa suku Jawa adalah kelompok suku

terintegrasi dalam mata pelajaran lain. Beberapa

terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai

mata

41% dari total populasi.

mata

pelajaran

tidak

ketidakadilan

perlu

satu

multikultural

atau

pada

pelajaran,

seperti

Pendidikan

Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial,

Temuan

American

Association

of

Agama, Seni Budaya dan Keterampilan maupun

University Women (Noel, 2000:192) bahwa

mata pelajaran lain yang sejenis dipandang

siswa

potensial untuk membawa muatan pendidikan

matematika daripada siswa perempuan juga

multikultural. Lantas bagaimana dengan mata

menimbulkan ketidakadilan ketika siswa laki-

pelajaran matematika?

laki cenderung mendapatkan dukungan untuk

Dalam

pembelajaran

dianggap

lebih

pandai

itu

melanjutkan studi di bidang sains teknologi

sendiri juga ditemui masalah ketidakadilan yang

sementara siswa perempuan tidak. Bahkan

disebabkan oleh perbedaan kultur atau akibat

ketidakadilan itu juga dapat muncul melalui

dominasi

konteks

anggapan diantara siswa sendiri bahwa mereka

Indonesia, dominasi kultur tidak selalu terjadi

yang pandai matematika biasanya berperilaku

oleh golongan mayoritas namun bisa saja oleh

aneh dan sulit bergaul, sehingga dijauhi.

kultur

tertentu.

matematika

laki-laki

Dalam

golongan minoritas yang memiliki superioritas
dalam suatu hal.

Beberapa soal matematika berbentuk soal
cerita terkadang mengandung muatan rasisme,

Adanya anggapan bahwa siswa dari kelas

misalnya

nama

orang Jawa

lebih sering

sosial ekonomi bawah tidak mungkin cerdas

digunakan daripada nama orang Bali, atau nama

sehingga

mempelajari

orang Jawa yang modern digambarkan sebagai

matematika akan mempengaruhi sikap guru

pemilik toko, sementara nama Jawa yang tidak

menjadi cenderung tidak adil terhadap siswa

modern

tersebut.

dominasi

Penggambaran tersebut dapat berdampak negatif

kelompok sosial ekonomi tingkat atas dalam

pada pembentukan konsep diri siswa, khususnya

pencapaian prestasi matematika. Faktanya, di

bagi siswa dari kelompok inferior.

mereka

akan

sulit

Dalam hal ini terjadi

Indonesia jumlah penduduk miskin justru lebih
banyak dibandingkan dengan penduduk kaya.

digambarkan

Berbagai

sebagai

permasalahan

petani.

tersebut

selanjutnya dapat berdampak pada rendahnya

Adanya anggapan bahwa siswa dari suku

prestasi matematika siswa pada kelompok

atau etnis tertentu, misalnya Cina, memiliki

inferior yaitu siswa dari tingkat sosial ekonomi
Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan

- 97

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

bawah, siswa dari kelompok etnis tertentu, atau

dan menjaga nilai-nilai budaya sesuai etnisnya,

siswa perempuan. Penelitian Tate dkk (1997:

sehingga siswa merasa memiliki dan bangga

46) menunjukkan bahwa pengabaian terhadap

dengan identitas dirinya sebagai etnis tertentu.

keanekaragaman

Selanjutnya, melalui pendidikan multikultural

kontribusi

budaya

terhadap

siswa

memiliki

rendahnya

prestasi

diharapkan

siswa

dapat

mengembangkan

matematika di kalangan kelompok minoritas.

hubungan

interpersonalnya

Ketika siswa datang ke sekolah, mereka telah

menghargai,

membawa nilai-nilai kultur yang tertanam

prasangka terhadap kelompok etnis diluar

melalui sosialisasi dalam keluarganya. Apabila

dirinya

guru tidak peka dengan keanekaragaman kultur

toleransi

siswa di kelasnya dan ketika antar siswa kurang

demikian,

peka dengan perbedaan yang ada, maka kondisi

diharapkan semua

ini akan mempersulit siswa dari kelompok

latarbelakang yang berbeda berkesempatan sama

minoritas atau kelompok inferior untuk belajar

untuk mengembangkan potensi dirinya secara

secara optimal.

optimal.

tidak

sehingga
dan

ada

melalui

sikap

kecurigaan

atau

terbangun

saling

melalui

kesepahaman,

pengertian.

pendidikan
siswa

Dengan

multikultur

dengan berbagai

satu

Persoalan rendahnya prestasi matematika

keterampilan yang dipandang penting untuk

yang disebabkan oleh pengabaikan multikultur

dikuasai siswa, sehingga salah satu tujuan

siswa

pendidikan

matematika berbasis pendidikan multikultural.

Matematika

mereka

merupakan

multikultural
agar

adalah

menguasai

salah

membantu
keterampilan

dapat

Sejalan

diatasi

dengan

itu,

melalui

upaya

menumbuhkan

matematika (Banks, 2002:4). Matematika juga

kesadaran,

berkontribusi dalam membangun pemikiran

pengertian dan semangat kebangsaan dapat

yang logis dan kritis. Sebagai ilmu pengetahuan

dikembangkan melalui pendidikan multikultural

yang mengkaji objek abstrak, seolah-olah

yang

matematika termasuk disiplin ilmu yang sedikit

matematika. Oleh karena itu, penting untuk

berkorelasi

mengembangkan

dengan

menimbulkan

budaya.

anggapan

bahwa

Hal

ini

melakukan

kesepahaman,

pembelajaran

terintegrasi

matematika

toleransi,

dalam

pembelajaran

model

yang

saling

pembelajaran

berbasis

pendidikan

integrasi etnik dan konten budaya kedalam mata

multikultural. Melalui model pembelajaran ini

pelajaran matematika adalah hal yang sulit.

diharapkan dapat berkembang aspek sosial dan

Padahal

ilmu

kognitif

juga

diberikan melalui integrasi budaya dalam konten

dipengaruhi oleh konteks sosial budaya. Oleh

matematika sebagai titik awal bagi siswa untuk

karena itu, sangat mungkin membelajarkan

memunculkan pemikiran yang kritis.

matematika

pengetahuan

yang

merupakan

perkembangannya

siswa

sekaligus.

Stimulasi

dapat

matematika dengan mengintegrasikan nilai-nilai
pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural bertujuan untuk

PEMBAHASAN
Konsep Pendidikan Multikultural

mengembangkan identitas etnis siswa agar

Menurut Banks (2002: 1-4), pendidikan

mereka mengetahui, memahami, menghargai

multikultural merupakan reformasi pendidikan

98 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

yang bertujuan untuk: 1) membantu setiap

cara memperbaiki hal itu melalui metode dan

individu mencapai pemahaman diri yang lebih

materi pengajaran. Sekolah sebagai miniatur

baik melalui perspektif kultur lainnya, 2)

masyarakat berperan dalam membangun kultur

melayani siswa dengan keanekaragaman kultur

sekolah yang dapat memberdayakan siswa dari

dan etnik, 3) melayani semua siswa dengan

kelompok suku, ras, dan gender yang berbeda.

keterampilan, bakat dan pengetahuan yang

Kelima dimensi ini terkonseptualisasi

diperlukan agar dapat berkontribusi bagi dirinya

dalam perilaku guru, pada pemilihan konten

sendiri dan bagi masyarakat yang multikultur,

kurikuler multikultural, dalam implementasi

dan 4) membantu siswa untuk menguasai

pengajaran yang menjadi mediasi multikultural,

keterampilan penting seperti membaca, menulis

dan ketika mengkreasi konteks pemberdayaan

dan

kelas.

matematika.

Pendidikan

multikultural

Ketika

model

Banks

ditranslasikan

setidaknya mencakup tiga hal berikut: sebuah

kedalam praktek, maka guru membantu siswa

ide atau konsep, gerakan reformasi pendidikan,

mengembangkan keterampilan,

dan sebuah proses. Hal yang penting dalam

dan nilai yang diperlukan untuk membuat

pendidikan

keputusan, mengaktualisasikan tujuan terhadap

multikultural

adalah

memberi

kesempatan bagi siswa dengan karakteristik

pengaruh

tertentu untuk mendapat pendidikan yang lebih

Setidaknya ada tiga dimensi orientasi siswa

baik.

terhadap
Menurut James A. Banks (Zamroni,

sosial

dan

pengetahuan,

pendidikan

pengembangan

perubahan

politik.

multikultural,

identitas

etnik,

yaitu

hubungan

2010a:77), pendidikan multikultural meliputi

interpersonal, dan pemberdayaan diri. Menurut

lima dimensi yaitu integrasi konten, konstruksi

Sheets,

pengetahuan,

reduksi

dioperasionalkan sebagai dukungan terhadap

prejudice, dan pemberdayaan kultur sekolah.

lima dimensi pendidikan multikultural Banks

Dalam integrasi konten, guru menggunakan

untuk mengembangkan sosial dan kognitif siswa

contoh dan isi materi yang berasal dari berbagai

(Zamroni, 2001a: 77).

kesetaraan

pedagogi,

ketiga

dimensi

ini

harus

Pendidikan multikultural muncul pada

kultur ketika mengajar sehingga merefleksikan
keberagaman. Guru membantu siswa memahami

keanekaragaman

melalui penyelidikan bahwa asumsi kultural

sekolah, dan latihan/praktek dimana lembaga

yang tersirat dalam suatu disiplin ilmu dapat

pendidikan harus tanggap terhadap kebutuhan

mempengaruhi

dan aspirasi dari berbagai kelompok. Berbagai

cara

pengetahuan

tersebut

kegiatan

kelompok

diupayakan melalui modifikasi cara mengajar

perempuan, kelompok sosial ekonomi lemah,

agar dapat menfasilitasi siswa dari ras, suku,

suku minoritas, agama minoritas dan orang

budaya, gender dan kelas sosial yang berbeda

cacat.

sehingga

pendidikan multikultural adalah bagaimana

Kecurigaan

antar

prestasi

kelompok

akademis.
siswa

dapat

Tantangan

membantu

siswa

mencakup:

program

dikonstruksi. Pendidikan yang setara dapat

mencapai

tersebut

belajar,

yang

dari

anak-anak

dihadapi

berbagai

dalam

kelompok

dikurangi dengan fokus pada karakteristik

tersebut termediasi antara kultur yang ada di

perilaku siswa yang rasis, kemudian mencari

rumah dan masyarakat asalnya dengan kultur
Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan

- 99

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

yang ada di sekolah. Tujuannya agar siswa

19). Oleh karena itu, pembelajaran matematika

mencapai kompetensi yang diharapkan, dapat

di kelas hendaknya berorientasi pada pemecahan

berinteraksi, berkomunikasi dan berpartisipasi

masalah dan kontekstual. Menurut Yaya (2011,

efektif dengan kultur yang berbeda di negaranya

47), mathematics literacy bersifat kurang formal

atau

dan lebih intuitif, kurang abstrak dan lebih

dengan

kultur

yang

berbeda

pada

kontekstual,

masyarakat dunia.

kurang

simbolik

dan

lebih

Program kultur merupakan rangkaian

cenderung bersifat konkrit, sehingga lebih fokus

program agar siswa dapat beradaptasi dengan

pada penalaran, membangun pemikiran dan

lingkungan dimana ia berada. Program tersebut

interpretasi.

mencakup saling berbagi pengetahuan, konsep

Dalam melaksanakan konsep pendidikan

dan nilai antar siswa melalui komunikasi, selain

matematika yang demikian, maka matematika

itu juga saling memahami keyakinan, simbol-

harus dikaitkan dengan hal yang nyata bagi

simbol dan interpretasi diantara kelompok.

siswa, dan matematika harus dipandang sebagai

Esensi dari program kultur ini adalah bagaimana

suatu aktivitas manusia (Gravemeijer, 1994: 82).

tiap

dapat

Siswa mempelajari konsep matematika melalui

menginterpretasikan dan saling menghormati

hal-hal nyata terlebih dahulu sebelum memasuki

kultur yang berbeda tersebut.

wilayah matematika yang abstrak. Hal nyata

anggota

kelompok

Mengenali dan memahami peran siswa

yang dimaksud adalah situasi sehari-hari yang

dalam proses pembelajaran membantu guru

dikenal oleh siswa atau hal-hal yang nyata

mengembangkan keterampilan pedagogis yang

dalam benak siswa. Hal nyata disini berperan

dibutuhkan

relevansi

sebagai titik mula pembelajaran, melalui hal-hal

kultural dengan isi kurikulum dan keefektifan

yang nyata tersebut, siswa melakukan aktivitas

strategi mengajarnya, dan mengidentifikasi cara

matematisasi. Aktivitas matematisasi merupakan

siswa

dan

proses pembelajaran yang penting ditempuh

identitasnya dalam kelas yang multikultur.

oleh siswa. Dalam proses ini, siswa dapat

Sebagai

mengonstruksi konsep matematika ke dalam

untuk

mengevaluasi

mengkonstruk

hasilnya,

peran,

siswa

status

berhasil

secara

akademis, menjaga warisan budaya mereka,

struktur

mengembangkan identitas etnis, dan menjalani

terbimbing.

pertemanan yang sehat.
yaitu

21 berorientasi pada mathematics literacy yaitu
kemampuan individu dalam mengidentifikasi
peran

matematika

dalam

kehidupan, agar mampu membuat keputusan
dengan tepat dan memanfaatkan matematika
dalam kehidupan sebagai warga negara yang
membangun, peduli dan reflektif (OECD, 2003:
100 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012

proses

matematisasi

Konsep pendidikan matematika pada abad

memahami

melalui

penemuan

Proses matematisasi menempuh dua tahap

Konsep Pendidikan Matematika

dan

kognitifnya

matematisasi
vertikal.

horisontal

Dalam

dan

matematisasi

horisontal,

siswa

menemukan

matematis

yang

dapat

alat-alat

membantunya

mengorganisasikan dan menyelesaikan masalahmasalah yang ada dalam situasi kehidupan
nyata. Dalam matematisasi vertikal terdapat
proses

pengorganisasian

kembali

dengan

menggunakan sistem matematika itu sendiri.

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Secara

sederhana,

matematisasi

horisontal

mereka dapatkan. Dalam hal ini, siswa berpikir

merupakan pemodelan matematis dari dunia

reflektif terhadap apa yang telah mereka lakukan

nyata ke dunia simbol matematika. Contoh

dan hasil yang diperoleh. Guru perlu memberi

matematisasi

kebebasan pada

horisontal

pengidentifikasian,

adalah:

untuk memperoleh

dan

pemecahannya sendiri, melakukan penemuan

pemvisualisasian masalah dengan cara yang

sesuai tingkat berpikirnya, dan membangun

berbeda, pentransformasian masalah dunia nyata

pengetahuan berdasarkan pengalaman. Guru

ke

Sedangkan

membantu siswa untuk mengaitkan konsep-

matematisasi vertikal dapat dipahami sebagai

konsep matematika yang memang berhubungan

pergerakan dalam dunia simbol matematika.

dengan topik yang sedang dihadapi saat itu.

Contoh

Guru kemudian membimbing siswa untuk

masalah

perumusan

siswa

matematika.

matematisasi

vertikal

adalah:

merepresentasikan hubungan-hubungan dalam

mengembangkan,

rumus, penyesuaian dengan model matematika,

meningkatkan hasil-hasil pekerjaannya agar

penggunaan

menemukan konsep atau prinsip matematika

perumusan

model-model
model

penggeneralisasian.

yang

berbeda,

matematik

dan

atau

memperluas,

atau

yang lebih rumit.

Dengan

demikian,

matematisasi berarti membuat

situasi non

Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis
Multikultural

matematis menjadi matematis atau membuat

Salah satu kekuatan yang dibawa siswa ke

situasi tersebut menjadi lebih matematis. Pada
mulanya,

siswa

melakukan

matematisasi

horisontal, kemudian dengan bimbingan guru
siswa melakukan kegiatan matematisasi vertikal.
Peran

guru

dalam

pembelajaran

dalam kelas adalah modal budaya (cultural
capital).

Secara

menggunakan

modal

teoritis,

guru

dapat

siswa

untuk

budaya

menstimulasi pembelajaran matematika atau
malah mengabaikannya, secara aktif memotivasi

matematika adalah sebagai fasilitator, sebagai

siswa agar mau belajar atau malah menambah

pengorganisir, sebagai pembimbing, dan sebagai

beban untuk berprestasi. Hal ini menunjukkan

evaluator

Guru

bahwa guru memiliki peran strategis sebagai

yang

agen sosialisasi. Guru dapat menggunakan

berhubungan dengan topik matematika yang

latarbelakang budaya siswa untuk mengajarkan

dimaksud sebagai awal pembelajaran. Selama

matematika.

(Gravemeijer,

memberikan

masalah

1994:

90).

kontekstual

kegiatan pembelajaran baik secara individu atau
kelompok,

guru

berinteraksi

Matematika dan budaya telah dikaji

sebagai

keterhubungannya

pembimbing dan memberikan bantuan bila

ethnomathematics.

diperlukan. Dalam kegiatan diskusi kelas, guru

kemunculan suatu teorema matematika hingga

perlu menstimulasi siswa untuk membandingkan

simbol-simbol matematika diketahui memiliki

beragam solusi yang mereka dapatkan. Siswa

kaitan dengan latar belakang budaya tertentu,

berdiskusi untuk menginterpretasikan situasi

misalnya angka romawi, angka arab, teorema

masalah dan melihat kelayakan serta efisiensi
dari berbagai prosedur pemecahan masalah yang

melalui
Mulai

dari

studi
sejarah

Pythagoras (Yunani) maupun solusi persamaan
kuadrat

Al

Khwarizmi

(Irak).

Ide-ide

Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan

- 101

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

matematika telah digunakan di semua budaya

tradisional

pada

memiliki kekayaan budaya yang penuh warna,

konteks

Beberapa

historis

contoh

mengintegrasikan

dan

kontemporer.

diantaranya

konteks

Indonesia

sendiri

adalah

oleh karena itu sangat memungkinkan untuk

ethnomatematikal

menggali ethnomathematics yang terkandung

dalam kehidupan sehari-hari dari masyarakat
Brasil untuk

Mozambik.

membantu siswa

didalamnya.

memahami

Pembelajaran

matematika

berbasis

matematika sekaligus memahami komunitas

pendidikan

multikultural

masyarakatnya (Averill, et al: 2009). Contoh

berdasarkan

lima

lain

antara

multikultural James Banks. Kerangka pikir

matematika dengan budaya adalah Gerdes

pengembangan model pembelajaran matematika

(1988) yang menunjukkan cara mengembangkan

berbasis

ide geometri Euclidean menggunakan konstruksi

dalam skema berikut.

yang

menunjukkan

hubungan

pendidikan

dimensi

multikultural

geometri yang dikembangkan dari budaya
Model Pembelajaran
Matematika Berbasis
Pendidikan Multikultural
Kesetaraan pedagogik
dan mengurangi prejudice
 Norma Sosial budaya
melalui akulturasi
 Belajar secara

Emosi positif
untuk belajar
matematika

Mengembangkan
hubungan
interpersonal

Integrasi budaya dalam
konten matematika
 Sejarah Matematika
 Artefak/karya budaya
Indonesia
engembangkan
 Masalah kontekstual
identitas etnik

Siswa berpikir
kritis

Konstruksi pengetahuan
matematika
Apresiasi
terhadap
budaya lain

swa berpikir
simbolik
matematik

Tumbuhnya
kesepahaman,
toleransi, saling
pengertian dan
semangat

Pencapaian
prestasi belajar
matematika yang
optimal
Gambar 2.
102 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012

dikembangkan
pendidikan

disajikan

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Suatu topik matematika diajarkan melalui
konteks

beranekaragam budaya

daerah di

Indonesia melalui ethnomathematics. Eksplorasi

guru membimbing peserta didik menyimpulkan
pengertian tersebut dalam simbol matematika
yang formal.

muatan konsep matematika dalam tampilan

Setiap siswa dengan latarbelakang kultur

budaya dapat menumbuhkan pengetahuan dan

yang berbeda harus merasa dapat berkontribusi

kesadaran siswa bahwa mereka pun dapat

dan meraih manfaat dari belajar matematika.

berkonstribusi

penemuan-penemuan

Untuk itu, siswa harus berpartisipasi dalam

matematika

tidak

pembelajaran matematika di kelas. Hal ini dapat

tertentu.

tercapai hanya bila mereka menemukan sebuah

Penggunaan budaya daerah siswa sebagai

jembatan penghubung antara kultur mereka

ilustrasi

matematika

sendiri dengan kultur yang terkandung dalam

diharapkan akan memudahkan siswa untuk

mata pelajaran matematika yang didapatnya di

memahaminya. Selain budaya daerah sendiri,

kelas. Menurut Johnson, A (2010: 126),

siswa juga mempelajari topik matematika yang

matematika

sama melalui konteks budaya daerah lainnya.

terhadap budaya. Artinya, matematika yang

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi

dikontruksi melalui konteks sosial, budaya dan

siswa terhadap budaya daerah lainnya di

historis bangsa Indonesia akan mengandung

Indonesia. Selain tampilan budaya sebagai

muatan nilai-nilai kebangsaan. Kandungan nilai

ilustrasi

matematika,

ini akan terefleksikan dalam proses belajar

masalah matematika yang kontekstual dapat

mengajar melalui kultur yang dibangun oleh

digunakan sebagai alat untuk memunculkan nilai

guru matematika di dalam kelas. Bila nilai ini

sosial. Masalah matematika yang mengandung

sejalan dengan nilai individu peserta didik maka

isu ketidaksetaraan atau ketidakadilan dapat

akan terjadi penerimaan dan kesepahaman

menjadi bahan diskusi untuk memancing siswa

secara

berpikir kritis dan tumbuh kesadarannya.

kesepahaman ini memungkinkan peserta didik

matematika,
didominasi

dalam
karena
oleh

suatu

konsep

konsep

Tahap

atau

atau

kultur

prinsip

prinsip

selanjutnya,

guru

membuka

kesempatan bagi siswa untuk mengapresiasi
berbagai

tampilan

budaya

atau

bukanlah

afektif,

subjek

maka

yang

penerimaan

netral

dan

untuk memahami konsep matematika secara
kognitif.

masalah

Selama proses pembelajaran, penting bagi
guru untuk mengakomodasi berbagai latar

kontekstual

tersebut

untuk

mencapai

pemahaman

bahwa

suatu

konstruksi

pengetahuan

mengandung

siswanya

dengan

memberikan

yang

perhatian yang sama dan tidak menunjukkan

menyiratkan budaya tertentu yang mungkin saja

rasisme baik dalam sikap maupun tertulis dalam

bias. Proses rekonstruksi ini ditempuh melalui

soal-soal matematika. Pertimbangan strategi

dua

didik

pedagogik menghasilkan kelas yang berpusat

menyusun pengertian matematika dari tampilan

pada siswa secara fisik, akademik, budaya, dan

budaya atau masalah kontekstual menggunakan

sosial sehingga siswa mempunyai kesempatan

simbol-simbol yang dibentuknya sendiri atau

untuk memberdayakan diri. Untuk itu guru perlu

tahap,

tahap

pertama

asumsi

belakang

peserta

simbol matematika non formal. Tahap kedua,
Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan

- 103

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

membangun norma sosial budaya dalam kelas

diskusi, bahwa tujuan pencermatan terhadap

melalui akulturasi.

data-data tersebut selain siswa memahami

Bentuk

pembelajaran

dipandang

cukup

kooperatif

membantu

siswa

menyesuaikan diri dalam lingkungan budaya

pengertian rata-rata, modus, atau penyajian data
adalah

mengeliminir

stereotipe

terhadap

kelompok tertentu.

yang berbeda, sementara guru juga merasa

Data statistik tentang keadaan sosial

dimudahkan dalam mengelola pembelajaran

ekonomi masyarakat pada satu wilayah dapat

hingga siswa menguasai topik matematika tanpa

menjadi stimulan bagi pemikiran kritis. Suatu

harus melakukan banyak perubahan bentuk dan

pemahaman

struktur pengajaran (Sleeter, Christine E, 2004:

mendorong individu untuk mempertanyakan

171). Upaya mengurangi prejudice diantara

tentang

siswa

kritis

terhadap

bagaimana

data

masyarakat

numerik

Indonesia

dari

pembentukan

ternyata terkelompok dalam struktur sosial

yang

heterogen.

ekonomi. Kemudian, yang terpenting adalah

Heterogenisasi ditinjau dari keragaman gender,

memungkinkan mereka memikirkan tindakan

tingkat sosial ekonomi, suku, agama. Diskusi

yang akan mereka lakukan sebagai pihak yang

dalam kelompok bertujuan menyelesaikan soal

berada pada tingkatan sosial ekonomi lebih

matematika, namun disisi lain siswa belajar

tinggi.

dapat

dimulai

kelompok

diskusi

mengekspresikan

dirinya,

berpendapat,

Indonesia

adalah negara

yang kaya

menerima kritik secara pribadi atau kelompok

dengan budaya. Guru dapat memanfaatkan

hingga mencapai pemahaman nilai-nilai sosial.

budaya daerah semisal artefak atau hasil karya

Dengan demikian, mereka belajar mengurangi

seni daerah yang mengandung unsur matematis

stereotipe

aktif

sebagai sarana mengajarkan suatu konsep atau

berpartisipasi dalam situasi sosial yang saling

prinsip matematika. Sebagai contoh, pola bentuk

membutuhkan dan saling menghargai.

pada motif batik dapat menjadi alternatif sumber

untuk

kemudian

menjadi

yang

belajar matematika bagi siswa. Bentuk geometri

berbeda dapat didorong melalui pengkajian isu

yang dapat dijumpai pada batik berupa titik,

sosial dan kultur dari perspektif matematika.

garis dan bidang datar. Bidang datar tersebut

Data-data statistika dapat mengungkapkan dan

misalnya

menghilangkan

sebagainya.

Sikap

positif

terhadap

stereotipe

kultur

terhadap

suatu

lingkaran,

elips,

Bentukan

segiempat

artistik

pada

dan
batik

kelompok kultur. Misalnya diberikan data siswa

dihasilkan melalui transformasi titik, garis atau

berprestasi di satu kecamatan atau kabupaten,

bidang

kemudian ditelusur latar belakang agama, suku

(pergeseran),

atau etnis, pekerjaan orangtua dan sebagainya

(pencerminan) atau dilatasi (perkalian). Guru

dari siswa-siswa tersebut. Guru kemudian

menggunakan contoh batik sebagai ilustrasi

mengajak siswa mengkritisi berapa persentase

prinsip geometri transformasi, kemudian siswa

siswa berprestasi yang berasal dari keluarga

diminta mencermati dan menyelidiki bentuk

dengan suku atau etnis tertentu dan seterusnya.

atau gambar dalam batik yang menunjukkan

Penting bagi guru untuk mengendalikan arah

prinsip geometri transformasi.

104 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012

datar

tersebut
rotasi

melalui

(perputaran),

translasi
refleksi

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Selain siswa memperoleh pengetahuan

bagaimana matematikawan yang berbeda kultur

terkait konsep geometri transformasi, mereka

dapat berpikir tentang ide yang sama, yaitu

juga memahami aplikasi geometri transformasi

teorema Pythagoras, tetapi melalui beberapa

yang dapat menghasilkan karya seni. Sejalan

cara yang berbeda.

dengan ini, melalui penyelidikan pola bentuk
motif

batik,

diharapkan

siswa

Mempertimbangkan

konteks

sosial

semakin

budaya termasuk nilai-nilai yang terkandung

mengapresiasi karya seni bangsanya sendiri

didalamnya menjadi nilai tambah secara kognitif

sehingga menumbuhkan rasa cinta tanah air,

dan afektif guna memperdalam pemahaman

dapat

siswa

menginterpretasikan

dan

saling

terhadap

pembelajaran

matematika.

menghormati kultur yang berbeda diantara

Namun sejalan dengan itu, siswa mendapatkan

mereka.

pencerahan

dan

penyadaran

mengenai

Ide matematika lain yang dapat dijumpai

keberadaannya sebagai suatu etnis, suatu kelas

pada ornamen batik adalah bentuk fraktal.

sosial ekonomi, suatu agama ditengah-tengah

Fraktal merupakan himpunan tak hingga yang

masyarakat yang berbeda etnis, kelas sosial

terbentuk melalui proses iterasi yang algoritmik.

ekonomi dan agama. Setiap individu memiliki

Guru kemudian meminta siswa mencermati

karakteristik unik dan sekaligus kesamaan

motif fraktal, mendiskusikan beberapa prosedur

sebagai manusia ciptaan Tuhan.

etnomatematikal

dan

melakukan

eksplorasi

terhadap metode-metode tersebut. Siswa diberi

KESIMPULAN

kebebasan untuk mengkonstruksi algoritmanya

1.

Keanekaragaman budaya bangsa Indonesia

sendiri, kemudian guru melakukan validasi atas

hendaknya dipandang sebagai kekuatan

algoritma temuan siswa tersebut. Hal ini penting

pembangunan, adapun titik-titik kelemahan

untuk menumbuhkan harga diri dan kepercayaan

yang rentan konflik dijembatani melalui

diri bahwa mereka mampu mengerjakan soal

upaya

matematika. Di sisi lain, temuan algoritma yang

kesepahaman,

toleransi

didasarkan

pengertian

melalui

pada

mengandung

nilai

pengalaman
sosial

dan

nyata

yang

kesadaran,
dan

saling

pendidikan

multikultural.

konstruksi

pengetahuan matematika oleh siswa sendiri akan

membangun

2.

Praksis pendidikan multikultural di level

menjadikan matematika lebih bermakna bagi

sekolah dilakukan melalui integrasi nilai-

mereka.

nilai pendidikan multikultur dalam mata
pelajaran, termasuk dalam mata pelajaran

Pembelajaran aljabar dapat dilakukan

matematika.

melalui pengkajian sejarah matematika di
beberapa tempat. Sebagai contoh, beberapa

3.

Rendahnya prestasi matematika siswa yang

pembuktian teorema Pythagoras ditemukan di

disebabkan oleh pengabaian terhadap kultur

beberapa

seperti

dapat diatasi dengan mengintegrasikan

Babylonia, China dan India. Guru dapat

nilai-nilai pendidikan multikultur dalam

meminta siswa mempelajari masing-masing

pembelajaran matematika.

negara

yang

terpisah

bentuk pembuktian kemudian mendiskusikan
Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan

- 105

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

4.

Pembelajaran

matematika

berbasis

dan

pengertian

ketika

pendidikan multikultural bertujuan untuk

mengkonstruksi pengetahuan matematika

mengoptimalkan

dan saling tolong menolong (metode

matematika

prestasi

sekaligus

belajar

menumbuhkan

kesadaran, kesepahaman, toleransi, saling
pengertian
individu

5.

kesepahaman

dan
siswa

semangat

kebangsaan

sebagai

bagian

dari

kooperatif)
8.

Guru mengembangkan norma sosial budaya
dalam kelas melalui proses akulturasi
dalam rangka mengurangi prejudice dan

masyarakat yang multikultur.

membangun kultur sekolah yang kondusif

Model pembelajaran matematika berbasis

agar semua siswa dapat berprestasi dengan

pendidikan

optimal

multikultural

dikembangkan

melalui integrasi konten yang dieksplorasi
dari

kekayaan

budaya

daerah,

menggunakan konteks multikultur dalam
mengilustrasikan

konsep

atau

prinsip

matematika. Misalnya artefak seni budaya
(batik, fraktal) atau sejarah matematika
untuk mengajarkan geometri atau aljabar,
masalah

kontekstual

tentang

realitas

multikultur dalam bentuk soal cerita yang
anti rasis, data statistika yang faktual
misalnya tentang kondisi sosial ekonomi
masyarakat di sekitar siswa.
6.

konstruksi pengetahuan matematika melalui
konteks multikultur bertujuan untuk:
a)

7.

mendorong pemikiran matematis yang

memunculkan apresiasi pada kultur

mendorong pemikiran kritis terhadap

mengasah kepekaan sosial.

Guru menggunakan strategi mengajar yang
memungkinkan terjadi dialog antar siswa
atau

Johnson, A. (2010). Teaching mathematics to
culturally and linguistically diverse
learners. New York: Pearson Education
Inc.

Noel,

realitas yang multikultur
e)

Gerdes, P. (1988). On culture, geometrical
thinking and mathematics education.
Educational Studies in Mathematics. 19
hal 137-162.

beda dalam memahami konsep atau

dengan

yang berbeda,
d)

Banks, James A. (2002). An introduction to
multicultural education. Boston: Allyn
and Bacon.

latarbelakang kultur yang berbeda-

siswa

kreatif,
c)

Averill, et al. (2009). Culturally Responsive
Teaching of Mathematics: Three Models
from Linked Studies. Jurnal for Research
in Mathematics Education. Vol 40 No 2,
hal 157-186

Koentjaraningrat.
(2002).
Antropologi
Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan,
cetakan kesepuluh.

memudahkan

prinsip matematika,
b)

DAFTAR PUSTAKA

berdiskusi

untuk

106 - Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012

menjalin

Jana. (2000). Notabel selection in
multicultural education. San Fransisco,
CA: Mc-Graw Hill.

OECD. (2003). The PISA 2003 Assessment
framework-Mathematics,
Reading,
Science and Problem Solving Knowledge
and Skills. Paris: OECD.
Sleeter, Christine E. (2004). How white teacher
construct race. Dalam Ladson-Billings,
Gloria & Gilborn, David (Eds). The
routledgeFalmer reader in multicultural
education (hal 163-177). London:
RoutledgeFalmer Taylor & Francis
Group.
Tate, W.F. (1997). Race-ethnicity, SES, gender,
and language proficiency trends in

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

mathematics achievement: An update.
Journal for Research in Mathematics
Education, 28. hal 652-680.
Yaya

S. Kusumah. (2011). Mathematical
literacy. Proceedings 1st International
Symposium on Mathematics Education

innovation. 18 -19 November 2011
Yogyakarta, p 45-52.
Zamroni. (2010a). The implementation of
multicultural education: A reader.
Yogyakarta: The Graduate Program The
State University of Yogyakarta.

Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan

- 107