18519 22567 1 PB

MATHEdunesa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 5 Tahun 2016

ISSN : 2301-9085

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE
IMPROVE DAN METODE KONVENSIONAL PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU
VARIABEL DI KELAS VII SMP NEGERI 5 SIDOARJO
Dita Nilamsari
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : ditanilamsari@mhs.unesa.ac.id
Ika Kurniasari
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : ikakurniasari@unesa.ac.id
Abstrak

IMPROVE merupakan akronim yang mempresentasikan semua tahap dalam metode
tersebut, yaitu Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing,
Reviewing and reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification, dan Enrichment. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajar dengan metode IMPROVE lebih baik daripada metode konvensional.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu

siswa kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo. Dalam penelitian ini memilih dua sampel yang dipilih
secara acak menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel yang terpilih yaitu
kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-8 sebagai kelas kontrol. Instrumen
dalam penelitian ini yaitu lembar tes pemecahan masalah. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah metode tes di akhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan
masalah kelas eksperimen sebesar 66 dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah
kelas kontrol sebesar 50,22. Dari perhitungan dengan menggunakan uji t satu pihak
diperoleh

t hitung ≥ t tabel

yaitu

7,46 ≥1,67

sehingga

H0


ditolak atau

H1

diterima.

Maka peneliti mengambil simpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada metode konvensional.
Kata kunci: Metode IMPROVE, Metode Konvensional, Kemampuan Pemecahan Masalah.
Abstract

IMPROVE is an acronym that represents every stage of the method, namely
Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and
reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification, dan Enrichment. The purpose of this
research is to figure out students’ improvement in problem solving skill after being taught
by using IMPROVE method in compared to conventional methods.
This research belongs to an experimental research. In this research, there were two
samples randomly selected using Cluster Random Sampling technique. The selected
samples were Class 7th-4 was used as the experimental group and 7th-8 was used as a
control group. Instruments used in this research were problem-solving test sheets. Data

were collected by using test method at the end of the lesson.
Based on the results and discussion, gained an average of experimental class problemsolving abilities by 66 and the average problem-solving ability control class is 50.22. It
need t variable to determine

t counting ≥ t table

which resulted

7,46 ≥1,67 , it means

H0

was not or H 1 was accepted. Then the researchers to conclude that the problem solving
ability of students who are taught by the IMPROVE method is better than the conventional
method of content one variable linear inequality.
Keyword: IMPROVE Methods, Conventional Methods, Problem Solving Ability

Volume 3 No. 5 Tahun

2016


123

Volume 3

2016

No. 5 Tahun

berkembang. Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan
Nasional
nomor
22
yang
diamanatkan oleh kurikulum (Depdiknas,
2013), pembelajaran matematika bertujuan
agar
siswa
dapat

memiliki
beberapa
kemampuan,
yakni
kemampuan
untuk
mengolah dan menjelaskan keterkaitan antar
bilangan-bilangan,
bernalar,
pemecahan
masalah, dan mengkomunikasikan informasi
secara matematis sehingga siswa dapat
menguasai atau memahami konsep-konsep
matematika
dengan
baik.
Salah
satu
kemampuan yang tercakup dalam tujuan
pembelajaran matematika adalah pemecahan

masalah. Kemampuan pemecahan masalah
tidak hanya diperlukan untuk menyelesaikan
masalah dalam matematika, akan tetapi juga
diperlukan
siswa
untuk
menyelesaikan
masalah yang mereka alami dalam kehidupan
sehari- hari.
Secara umum, pemecahan masalah
dapat didefinisikan sebagai suatu usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan
untuk mencapai suatu tujuan yang tidak
dengan segera dapat dicapai (Polya, 1973).
Agar
dapat
memecahkan
masalah
matematika dengan benar, maka seharusnya
siswa menerapkan empat langkah mudah

dalam memecahkan masalah matematika
yang dimulai dengan memahami masalah,
merencanakan
pemecahannya,
menyelesaikan masalah, dan memeriksa
kembali hasil yang diperoleh. Begitu pula
dengan
kesuksesan
seseorang
dalam
memecahkaan masalah sangat tergantung
pada kesadarannya tentang apa yang mereka
ketahui dan bagaimana dia melakukannya.
Sampai sekarang siswa masih sulit
untuk menguasai konsep dan prinsip dalam
menyelesaikan masalah matematika. Konsep
dan prinsip yang tidak dikuasai tersebut
mengakibatkan
siswa
tidak

memiliki
keterampilan dalam menyelesaikan masalah
matematika dengan baik. Pembelajaran yang
sering digunakan pada umumnya yaitu
pembelajaran
konvensional.
Dimana
pembelajaran berpusat pada guru, dan guru
menjadi
sumber
utama
pengetahuan.
Pembelajaran hanya berlangsung satu arah
saja, sehingga siswa menjadi kurang aktif dan
terkadang konsentrasi siswa terpecah pada
saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas

PENDAHULUAN
Salah satu yang menjadi peranan penting
dalam masyarakat adalah pendidikan. Jika

pendidikan dalam negara kualitasnya baik,
maka negara tersebut akan menjadi negara
yang maju. Dengan mengenyam pendidikan
yang
layak,
seseorang
dapat
mengembangkan
pengetahuan
atau
intelektual serta membentuk watak dan sikap
ke arah yang positif. Oleh karena itu dalam
dunia
pendidikan
selalu
mengalami
pembaharuan
untuk
mencapai
suatu

keberhasilan.
Keberhasilan suatu pendidikan tak luput
dari
adanya
faktor-faktor
yang
mempengaruhi, diantaranya guru sebagai
pendidik, siswa, serta kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di sekolah. Guru
sebagai pendidik sangat memegang peranan
penting bagi keberhasilan peserta didik
dalam menerima pendidikan di sekolah. Guru
mempunyai kewajiban untuk menumbuhkan
semangat dan antusias belajar siswa pada
saat pembelajaran sedang berlangsung.
Untuk itu, guru harus merencanakan dengan
baik metode, strategi maupun model
pembelajaran yang cocok untuk digunakan
sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Pembelajaran menurut Uno (2006: 6)

adalah kegiatan usaha sadar dari seorang
guru untuk membelajarkan siswa dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Salah satu pembelajaran yang sulit menurut
siswa adalah pembelajaran matematika.
Sejauh ini siswa selalu berfikir
bahwa
matematika merupakan pelajaran yang
menakutkan. Mereka menyebut itu atas dasar
bahwa matematika selalu berhubungan
dengan
berbagai macam rumus yang membuat siswa
merasa sulit ketika memahaminya.
Matematika
adalah
ilmu
yang
berhubungan dengan ide, konsep abstrak,
dan penalaran deduktif yang tersusun secara
hierarki (Hudojo, 1990). Matematika menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan
ilmu
tentang
prosedur
operasional
yang
digunakan
dalam
pemecahan masalah. Melalui pembelajaran
matematika,
siswa
dapat
melatih
kemampuan yang dimiliki secara terusmenerus sehingga semakin lama semakin
124

Volume 3

2016
belajar
siswa
menjadi
terbatas
pada
mengingat informasi, mengungkap kembali
apa yang telah dikuasainya, dan bertanya
kepada guru tentang bahan pelajaran yang
belum dipahami. Pembelajaran seperti ini
terkesan kurang bermakna dan membatasi
pemikiran
siswa.
Siswa
tidak
bisa
mengeksplorasi ide-idenya karena telah
terpaku pada pola pengerjaan jawaban guru
dan menganggapnya sebagai satu-satunya
jawaban yang benar. Pada akhirnya, siswa
akan sangat tergantung pada guru, lebihlebih dalam memecahkan masalah yang
kompleks.
Dengan demikian maka peneliti memilih
suatu metode pembelajaran yang dapat
membuat siswa terlibat aktif pada saat
pembelajaran berlangsung. Dimana guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan
atau
menerapkan
ide-ide
mereka sendiri.
Salah satu metode
pembelajaran yang sesuai dengan teori
kontruktivis dan pembelajaran berpusat pada
siswa, siswa aktif dalam pembelajaran dan
menemukan sendiri suatu konsep serta
menekankan aktivitas metakognisi pada
siswa.
Sehingga
siswa
dapat
melatih
kemampuan
yang
dimiliki
khususnya
kemampuan pemecahan masalah
adalah
metode IMPROVE.
Kramarski dan Mevarech menyatakan
bahwa IMPROVE merupakan akronim yang
mempresentasikan semua tahap dalam
metode tersebut, yaitu Introducing the new
concenpts,
Metacognitive
questioning,
Practicing,
Reviewing
and
reducing
difficulties, Obtaning mastery, Verification,
dan Enrichment (Huda, 2013).
Pada
pembelajaran dengan metode IMPROVE,
siswa disituasikan untuk belajar kelompok
dengan
menyelesaikan
masalah-masalah
yang ada. Setiap kelompok terdiri dari siswa
yang heterogen. Situasi belajar berkelompok
yang heterogen dapat menonjolkan interaksi
antar siswa, seperti tanya jawab, tukar
pendapat, dan debat antar siswa. Hal
tersebut menyebabkan siswa menjadi aktif
dalam pembelajaran. Pada saat siswa
menyelesaikan masalah, guru membimbing
siswa melakukan aktivitas metakognisi.
Aktivitas metakognisi yang dilakukan siswa
dibimbing oleh guru dengan memberikan

No. 5 Tahun

sebuah pertanyaan metakognisi, dimana
pertanyaan metakognisi berguna untuk
mendorong siswa menentukan langkahlangkah dalam memecahkan permasalahan
yang diberikan. Pertanyaan metakognisi
meliputi:
pertanyaan
pemahaman,
pertanyaan strategi, pertanyaan koneksi, dan
pertanyaan refleksi. Melalui pertanyaan
metakognisi
tersebut
siswa
dapat
menemukan sendiri suatu konsep, dan siswa
akan menyelesaikan permasalahan secara
mandiri tanpa menerima bantuan dari guru.
Sehingga siswa dapat melatih kemampuan
pemecahan masalah yang mereka miliki dan
dapat memecahkan masalah dengan mudah.
Pada materi pertidaksamaan linier satu
variabel terdapat pada permasalahan di
kehidupan sehari-hari misalnya pada masalah
kontruksi bangunan. Untuk menyelesaikan
permasalahan sehari-hari yang berkaitan
dengan pertidaksamaan tidak hanya dengan
mengakulasi suatu pertidaksamaan saja,
sebelumnya siswa diminta untuk menyajikan
permasalahan tersebut ke dalam model
matematika
terlebih
dahulu.
Untuk
menentukan
himpunan
penyelesaiannya
siswa
perlu
memahami
sifat-sifat
pertidaksamaan serta karakteristik bentukbentuk pada pertidaksamaan. Oleh karena
itu, dibutuhkan kerja aktif dari siswa untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan
pada pertidaksamaan guna membangun
pengetahuan
mereka
sendiri
ketika
menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga
sesuai dengan menggunakan pembelajaran
dengan metode IMPROVE.
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan,
peneliti
berkeinginan
untuk
mengadakan
penelitian
yang
berjudul
“Perbandingan
Kemampuan
Pemecahan
Masalah Siswa yang Diajar dengan Metode
IMPROVE dan Metode Konvensional Pada
Materi Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di
kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo”
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui dan mendeskripsikan apakah
kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajar dengan metode IMPROVE lebih baik
daripada metode konvensional pada materi
pertidaksamaan linier satu variabel.
METODE

125

Volume 3

2016
Penelitian ini termasuk penelitian
eksperimen
yang
diberikan
perlakuan
terhadap
populasi
tertentu.
Penelitian
eksperimen bertujuan untuk melakukan
perbandingan
suatu
akibat
perlakuan
tertentu dengan suatu perlakuan lain yang
berbeda atau dengan yang tanpa perlakuan
(Siswono, 2010).Penelitian ini dilaksanakan
pada
semester
genap
tahun
ajaran
2015/2016. Populasi dalam penelitian ini
yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini
diambil dengan menggunakan teknik Cluster
Random Sampling. Dalam penelitian ini
random yang dilakukan oleh peneliti adalah
random kelas. Terpilih dua kelas yang menjadi
sampel dalam penelitian ini antara lain kelas
VII-4 sebagai kelas eksperimen yang diberi
perlakuan dengan metode IMPROVE dan kelas
VII-8 sebagai kelas kontrol yang diberi
perlakuan dengan metode konvensional.
Rancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan
Perbandingan Kelompok Statik (the static
group
comparation
desain)
(Siswono,
2010:56). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu
variabel bebas yang terdiri dari metode
IMPROVE dan metode konvensional dan
variabel terikat terdiri dari kemampuan
pemecahan masalah siswa pada akhir
pembelajaran.
Instrumen dalam penelitian ini berupa
lembar tes pemecahan masalah.
Tes
pemecahan masalah yang dibuat berupa soal
berbentuk uraian terdiri dari empat soal
tentang materi pertidaksamaan linier satu
variabel.Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes. Metode tes digunakan untuk
memperoleh data berupa skor hasil tes
pemecahan
masalah
pada
materi
pertidaksamaan linier satu variabel.
Teknik analasis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan uji
statistik yaitu uji kesamaan dua rata-rata.
syarat untuk dapat menggunakan uji
kesamaan dua rata-rata adalah sampel
berdistribusi normal dan kedua sampel
mempunyai varians yang homogen.
a. Uji Normalitas

No. 5 Tahun

Uji normalitas digunakan untuk mengetahi
apakah sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat.
Adapun langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan
skor
maksimum
dan
minimum dari masing-masing kelas
2) Menentukan Rentangan (R) yaitu:

R=Y maks−Y min

3) Menentukan banyak kelas (BK)
BK =1+ 3,3 log n , dengan n banyak
siswa
4) Menentukan panjang kelas (P)

P=

R
BK

(Riduwan, 2010: 188)

5) Membuat daftar distribusi
untuk masing-masing kelas.
6) Menghitung rata-rata
( x́)
rumus:

x́=

frekuensi
dengan

∑ fxi
n

Menghitung simpangan baku (s) dengan
rumus

f xi
∑ ¿2
¿
n ∑ f x i2−¿
¿
s= √¿

7) Membuat tabel frekuensi harapan dan
pengamatan.
Langkah-langkah yang ditempuh:
a) Menentukan batas kelas, yaitu angka
skor kiri kelas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka
skor kanan kelas interval ditambah
0,5
b) Menghitung besarnya bilangan baku
untuk tiap-tiap kelas interval dengan
rumus:

Z i=

x i− X́
, untuk i= 1,2,3,4,……,n
s

Keterangan:
(Riduwan, 2010: 189)
Z i = bilangan baku
x i = batas kelas pada tiap-tiap
kelas interval
s = simpangan baku
c) Mencari luas 0-Z dari tabel kurfa
normal

126

Volume 3

2016
d) Menghitung luas tiap kelas interval
(L)
e) Menghitung
frekuensi
yang

3. Mencari
varians
dari
nilai
tes
pemecahan masalah masing-masing
kelas
4. mencari derajat kebebasan pembilang
dan penyebut dengan rumus sebagai
berikut.

diharapkan ( Ei ¿
dengan cara
mengalikan luas tiap kelas interval
dengan jumlah responden.

V 1=n1 −1dan V 2=n2−1

Ei=L ×n

Keterangan:
V 1 : derajat kebebasan pembilang
V 2 : derajat kebebasan penyebut

Keterangan:
Ei = frekuensi yang diharapkan
L = luas tian kelas interval
n= banyak data
8) Menentukan nilai ❑2 dengan teknik
analisis uji Chi-Kuadrat dengan rumus:

n1 :

banyak
data
dari
kelas
eksperimen
n2 : banyak data dari kelas kontrol
5. Mencari F
dengan menggunakan
rumus

2

k

❑ =∑
2

i=1

( Oi−Ei )
Ei

varians terbesar
(Sudjana, 1996: 250)
variansterkecil
6. Membandingkan nilai Fhitung dengan
Fhitung =

9) Menentukan taraf signifikan α =0,05
10) Mencari nilai
dari
❑2 ( α ) ( k−1 )
daftar Chi-Kuadrat
11) Menentukan
kriteria
hipotesis:
H0
diterima

No. 5 Tahun

F1

pengujian

2

pada tabel sesuai kriteria

α(V 1 . V 2)

pengujian dan menyimpulkannya.
c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (uji satu
pihak)
Uji satu pihak untuk mengetahui
apakah kemampuan pemecahan masalah
siswa yang diajar dengan metode
IMPROVE lebih baik daripada metode
konvensional.
Adapun
langkah-langkahnya
sebagai
berikut:
Hipotesis statistik yang diuji adalah:

jika

❑2hitung μ2

a) Jika kedua kelas berdistribusi normal
dengan varians homogen, rumus yang
digunakan

homogen
2

H 1: σ1 ≠ σ2

2

: varians sampel tidak

x́ 1− x́ 2

t' =

homogen.
Dengan kriteria pengujian sebagai
berikut
Tolak H 0 hanya jika Fhitung ≥ F tabel
yang berarti varians kedua sampel
tidak homogen.
Terima H 0 jika Fhitung < F tabel yang

s



1 1 (Sudjana, 1996: 239)
+
n 1 n2

Dengan rumus varians gabungan

2

s=

berarti varians
kedua sampel
homogen.
2. Menentukan taraf signifikan α =0,1

( n1−1 ) s12 +( n2−1)s22
n1+ n2−2

s=

127



( n1−1 ) s12 +(n2−1) s22
n1+ n2−2

Volume 3

2016
b) Jika kedua kelas berdistribusi normal

2015/2016 yaitu pada tanggal 21 maret 2016
sampai 29 maret 2016.
Data Hasil Tes Pemecahan Masalah.
Data Tes Pemecahan Masalah dalam
penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu
berupa skor tes pemecahan masalah yang
diperoleh siswa dari kelas VII-4 sebagai kelas
eksperimen yang diberi perlakuan dengan
metode IMPROVE dan kelas VII-8 sebagai
kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan
metode konvensional. Berikut disajikan hasil
skor tes pemecahan masalah pada materi
pertidaksamaan linier satu variabel dari kelas
VII-4 dan kelas VII-8.
Tabel 1. Skor Tes Pemecahan
Masalah Kelas VII-4

dengan varians tidak homogen, rumus
yang digunakan

t' =

x́ 1− x´2

√(

S12
s 2 (Sudjana, 1996: 241)
+( 2 )
n1
n2

)

Keterangan:
x́ 1 =skor rata-rata siswa pada kelas
eksperimen
x́ 2 = skor rata-rata siswa pada kelas
kontrol
n1 = banyak siswa pada kelas
eksperimen
n2 = banyak siswa pada kelas
kontrol
S= simpangan baku gabungan antara
kelas eksperimen dan kontrol
s 1 = simpangan baku pada kelas
eksperimen
s 2 = simpangan baku pada kelas
kontrol.
c) Menentukan kriteria H 0

Kod
e
sisw
a
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10

σ 1=σ 2 dan σ tidak diketahui
H 0 diterima jika t< t (1−α)dk
H 0 ditolak jika t ≥ t (1−α )dk
Dengan dk =(n 1+n 2−2)
2. Jika σ 1 ≠ σ 2 dan σ tidak diketahui
dk =(n 1+n 2−2)
H0
diterima
jika
1.

Jika

t<

Skor

Kode
siswa

Skor

Kode
siswa

Skor

57
63
56
57
55
79
54
63
76
66

S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20

56
68
59
54
56
78
79
61
59
73

S21
S22
S23
S24
S25
S26
S27
S28
S29
S30

70
72
65
83
66
70
71
62
74
74

Tabel 2. Skor Tes Pemecahan Masalah
Kelas VII-8

w 1 t 1+ w2 t 2
w1+ w2

H 0 ditolak jika t ≥

No. 5 Tahun

w1 t 1 +w 2 t 2
w1 +w 2

2

s
w 1= 1 ,t 1=t (1−α ) ,(n −1)
n1
1

s 22
w 2= ,t 2=t (1−α ) ,(n −1)
n2
2

Kode
siswa

Skor

S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11

58
51
56
58
62
58
45
54
51
38
35

Kod
e
sisw
a
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
S21
S22

Skor

Kode
siswa

Skor

42
64
49
63
35
44
45
43
44
55
44

S23
S24
S25
S26
S27
S28
S29
S30
S31

49
58
62
37
49
50
52
64
50

Data yang diperoleh dari skor tes
pemecahan masalah yang telah dijelaskan,
selanjutnya dilakukan analisis pembahasan
sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Tes
Pemecahan Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dengan judul perbandingan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajar dengan metode IMPROVE dan metode
konvensional pada materi pertidaksaman
linier satu variabel dilakukan di SMP Negeri 5
Sidoarjo pada semester genap tahun ajaran

Kelas Eksperimen
Nilai
Frekuens

128

Kelas Kontrol
Nilai
Frekuens

Volume 3

2016
i(
54 – 58
59 – 63
64 – 68
69 – 73
74 – 78
79 – 83
Jumlah
Rata-rata

fi¿
8
6
4
5
4
3

30
66

i(
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
Jumlah
Ratarata

rata dan simpangan baku yang telah
diperoleh. Maka selanjutnya dapat dihitung

fi¿
4
5
5
6
6
5

2

Nilai
Maksimum
Nilai Minimum

2

dengan ❑ tabel .
Dengan menentukan
0,05 maka untuk kelas

31
50,22

2

Rata-rata (

35

66

50,22

8,6

8,3

❑2hitung

8,186

4,04

❑ tabel

11,070

11,070

Kesimpulan

Berdistribu
si Normal

Berdistrib
usi Normal

8,186

diperoleh sebesar 11,070.

2
2
❑ hitung