rpjm desa cintakarya 2015 2020

SALINAN

KEPALA DESA CINTAKARYA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
PERATURAN DESA CINTAKARYA
NOMOR: 1 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Desa) TAHUN 2015 – 2020
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA CINTAKARYA,
Menimbang

Mengingat

:

:

a.

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa, maka penyelenggaraan pembangunan di Desa Cintakarya harus berjalan
efektif dan efisien serta demokratis, untuk itu perlu adanya dokumen kebijakan yang
mengatur pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa;

b.

bahwa untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka perlu ditetapkan
Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) Tahun
2015 – 2020 di Desa Cintakarya.

1.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan
Bersih Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sitem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4421);

3.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di
Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4688);

4.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4700);

5.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara RI
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5038);

6.


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7; Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

7.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1999 tentang Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 1999
Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3886);

8.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomot 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5539);

9.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2014

Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5558);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2091);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2093);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2094);
13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik

SALINAN

Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 158);
14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 159);
15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2015 (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 297);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2007 – 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bandung
Barat Nomor 3);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Banadung Barat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Desa (Lembaran
Daerah Kabupate Ba adu g Barat Tahu
5 No or….. Seri …..);
18. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengadaan Barang
dan Jasa di Desa (Berita Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Nomor 3 seri E).
Dengan Kesepakatan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CINTAKARYA
dan
KEPALA DESA CINTAKARYA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

:

PERATURAN DESA CINTAKARYA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
DESA (RPJM-Desa) TAHUN 2015 - 2020

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:
1.

Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah Provinsi, adalah Gubernur Jawa Barat dan Perangkat Daerah Provinsi sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah provinsi.
3. Pemerintah Daerah, adalah Bupati Bandung Barat dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Bandung Barat.
5. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat setempat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa di Desa.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
9. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
10. Lembaga kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain, adalah lembaga yang dibentuk atas prakarsa
masyarakat sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat, merupakan mitra pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat Desa.
11. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, untuk selanjutnya disingkat LPMD adalah lembaga atau wadah
yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menampung aspirasi serta
kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan Desa.

SALINAN

12. Kader Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat KPM adalah anggota masyarakat Desa yang
memiliki pengetahuan, kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan

masyarakat dan pembangunan partisipatif.
13. Peraturan Desa, yang selanjutnya disebut Perdes, adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.
14. Peraturan Kepala Desa adalah perundang-undangan di Desa yang mengatur secara teknis pelaksanaan dari
Perdes yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa.
15. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk kepentingan sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
16. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
17. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu
berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
18. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
19. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan pokok masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.
20. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan,
bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum dan evaluasi
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Desa.

21. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia.
22. Sistem perencanaan adalah kesatuan proses perencanaan yang bersifat menyeluruh dan terintegritas yang
satu sama lain saling terikat dan berhubungan.
23. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka
mencapai tujuan bernegara.
24. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah dokumen perencanaan
periode 20 (dua puluh) tahun.
25. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra
SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
26. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, yang selanjutnya disingkat RPJM-Desa adalah dokumen
perencanaan Desa untuk periode 6 (enam) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi Kepala Desa yang
memuat arah kebijakan pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum, dan program
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai rencana kerja.
27. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP), adalah
dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
28. Rencanan Pembangunan Tahunan Daerah Provinsi dan Rencanan Pembangunan Tahunan Daerah, yang
selanjutnya disingkat RKPD Provinsi dan RKPD, adalah dokumen perencanaan Daerah Provinsi dan Daerah
untuk periode 1 (satu) tahun.
29. Rencanan Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja

Perankgat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun.
30. Rencana Kegiatan Pemerintah Desa, yang selanjutnya disingkat RKP-Desa adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (tahun), merupakan penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi Desa,
dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa,
rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Desa
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada RKP-Desa dan
RPJM-Desa.
31. Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat DU-RKP-Desa adalah daftar
yang merupakan usulan kegiatan pembangunan Desa yang menggunakan dana yang sudah jelas sumbernya,
baik dari APBN, APBD Provinsi, APBD, APB-Desa, swadaya dan kerja sama dengan pihak ketiga.
32. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.
33. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
34. Strategi adalah langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.
35. Kebijakan adalah arah tindakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa untuk mencapai tujuan pembangunan
di Desa.

SALINAN

36. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat Musrenbang-Desa adalah forum
musyawarah tahunan antar pelaku yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan

desa dalam rangka menyusun rencana pembangunan Desa.
37. Para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah pihak-pihak yang berkewajiban untuk mengatasi
permasalahan di Desa dan pihak yang terkena dampak hasil Musrenbang-Desa.
38. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di Desa dilaksanakan bersama-sama
oleh Pemerintah Desa dan masyarakat secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara
hidup masyarakat di Desa.
39. Profil Desa adalah gambaran menyeluruh mengenai karakter Desa yang meliputi data keluarga, potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana, serta perkembangan
kemajuan dan permasalahan yang dihadapi Desa.
40. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB-Desa adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD.
BAB II
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Desa)
Pasal 2
(1) Perdes ini memuat kebijakan strategis pembangunan Desa untuk 6 (enam) tahun, selanjutnya disebut Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa).
(2) RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat seluruh rencana dan pelaksanaan kegiatan atau
proyek pembangunan Desa yang merupakan prioritas Desa.
(3) RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran dari visi, misi dan program
pembangunan Kepala Desa yang penyusunannya berpedoman pada RPJM Daerah Kabupaten, RPJM Daerah
Provinsi, dan RPJP Nasional.
(4) RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di dalamnya memuatantara lain:
a. visi dan misi Kepala Desa;
b. rencana penyelenggaraan pemerintahan desa;
c. arah kebijakan pembangunan dan keuangan Desa dengan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
d. strategi pembangunan desa;
e. pelaksanaan program pembangunan desa;
f. pembinaan kemasyarakatan;
g. pemberdayaan masyarakat; dan
h. proyek/jenis kegiatan pembangunan desa.
Pasal 3
Perincian program dan kegiatan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan Lampiran yang tidak
dapat dipisahkan dari Perdes ini.
Pasal 4
RPJM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
Pasal 5
RPJM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun bertujuan untuk:
a. mewujudkan perencanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat Desa;
b. menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap program pembangunan di Desa;
c. memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di Desa; dan
d. menumbuhkembangkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan di Desa.
BAB III
SISTEMATIKA RPJM-Desa
Pasal 6
Sistematika dokumen RPJM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu sebagai berikut:
a. KATA PENGANTAR
b. DAFTAR ISI
c. DAFTAR LAMPIRAN

d.
e.
f.
g.
h.
i.

BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI

PENDAHULUAN
GAMBARAN UMUM KONDISI DESA
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
VISI, MISI, SASARAN DAN TUJUAN
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

SALINAN

j. BAB VII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS
k. BAB VIII PENETAPAN INDIKATOR KINERJA
l. BAB XI PENUTUP
Pasal 7
Apabila dibutuhkan, dokumen RPJM-Desa yang disusun dengan sistematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dapat disertai dengan rekaman proses penyusunan sebagai lampiran yang tidak dapat dipisahkan.
BAB IV
PELAKSANAAN
Pasal 8
(1) Pelaksanaan RPJM-Desa sepenuhnya dikelola dan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan/atau bersama
masyarakat Desa melalui pelaksanaan peran dan fungsi lembaga kemasyarakatan Desa dan KPM.
(2) Untuk pengelolaan dan pelaksanaan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas yang terkait
dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan Desa sepenuhnya dilaksanakan oleh Pemerintah Desa.
(3) Untuk pengelolaan dan pelaksanaan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas yang terkait
dengan pemberdayaan masyarakat atau pembangunan infrastruktur Desa dapat dilaksanakan oleh KPM dan
LPMD dan/atau bersama Tim Pelaksana Kegiatan yang dibentuk dari unsur masyarakat dibawah koordinasi
dan tanggung jawab Pemerintah Desa.
(4) Tim Pelaksana Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di atas harus dibentuk atas dasar kesepakatan
dengan BPD dan stakeholder melalui Musyawarah Desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(5) Pelaksanaan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan azas-azas:
a. transparan;
b. akuntabel;
c. partisipatif;
d. efektif dan efisien;
e. tertib administrasi; dan
f. disiplin anggaran.
Pasal 9
(1) Pelaksanaan RJPM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa
selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa pada setiap akhir tahun anggaran.
(2) Pertanggungjawaban sebagaiman dimaksud disampaikan kepada Bupati melalui Camat dan menyampaikan
laporan keterangan pertanggungjawaban kepada masyarakat melalui BPD.
Pasal 10
(1) Pelaksanaan 1 (satu) dan/atau beberapa rencana kegiatan pembangunan di Desa dapat dirubah, baik jenis
kegiatannya maupun waktunya apabila tidak lagi sesuai dengan situasi, kondisi dan/atau keadaan darurat
(force mayor).
(2) Perubahan kegiatan dan/atau waktu pelaksanaan pembangunan sebagaimana maksud pada ayat (1) harus
disepakati BPD dan mendapatkan persetujuan dari semua pihak yang berkepentingan.
BAB V
PELAPORAN
Pasal 11
(1) Kepala Desa melaporkan pelaksanaan RPMJ-Desa dan RKP-Desa dan pelaksanaannya secara berjenjang.
(2) Laporan pelaksanaan RKP-Desa dilakukan pada setiap smester dan pada akhir tahun anggaran.
(3) Laporan RPJM-Desa dan RKP-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan paling lambat 1 (satu)
bulan sejak ditetapkan.
(4) Pelaporan pelaksanaan RKP-Desa yang dilaksanakan atau dikelola oleh LPMD dan atau Tim Pelaksanan yang
dibentuk dari unsur masyarakat, diatur lebih lanjut melalui Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala
Desa.
BAB IV
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
Pasal 12
Pengawasan terhadap unsur pelaksana dan pengelola, pelaksanaan dan pengelolaan RPMJ-Desa dilakukan oleh:
(1) BPD dalam melaksanakan fungsi pemerintahan.
(2) Masyarakat sebagai bentuk partisipasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

SALINAN

(3) Camat dan dinas/instansi terkait dalam rangka pembinaan.
Pasal 13
Bila semua pihak yang berkepentingan terhadap pelaksanaan dan pengelolaan RPMJ-Desa menyatakan perlu,
maka BPD dan atau pihak pemangku kepetingan dan atau pihak yang berwenang lainnya dapat membentuk tim
pengkaji yang anggotanya disesuaikan dengan kebutuhan untuk melakukan evaluasi dan pengawasan.
Pasal 14
Pembinaan dan pengawasan langsung dapat dilakukan oleh SKPD terkait, baik Daerah Provinsi atau Daerah dalam
rangka pelaksanaan RPJM-Desa dan RKP-Desa dan atau Renstra-SKPD Provinsi atau RKP-SKPD Provinsi, RenstraSKPD atau RKP-SKPD yang didelegasikan kepada Pemerintahan Desa sebagai tugas pembantuan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Dengan diberlakukannya Perdes ini, maka semua ketentuan yang mengatur RPJM-Desa di Desa serta pengaturan
mengenai pengawasannya dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 16
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Perdes ini, sepanjang mengenai teknis pengelolaan dan pelaksanaan RPJMDesa ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 17
Perdes ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar semua pihak dapat mengetahui dan memahami, maka memerintahkan untuk mengumunkan dan
mengundangkan dengan menempatkan Perdes ini dalam Lembaran Desa.

DITETAPKAN DI
PADA TANGGAL

: DESA CINTAKARYA
: 01 JANUARI 2015

KEPALA DESA CINTAKARYA

Ttd.
WAWAN SETIAWAN

DIUNDANGKAN DI : DESA CINTAKARYA
PADA TANGGAL : 01 JANUARI 2015
SEKRETARIS DESA CINTAKARYA

Ttd.
KARTIWA
LEMBARAN DESA CINTAKARYA TAHUN 2015 NOMOR 1